Sidang Belawan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sidang Belawan



Narator : jaman tumbai di daerah lapping. Hughig jelma sai gelaghni Sidang Belawan. Pada suatu ghani ia menjala iwak di way. Sidang belawan : hei, ulah api wat buntalan buwok di hinji? (ghik pudak bingung) Narator : sidang belawan lajuni menyusughi way dalih menebarko jala. Kidang lajuni ia menemuko bidadari sai lagi asik duwai. Sidang belawan : sapa sina? (langsung bersembunyi dibalik batu) Sidang belawan : bagaimana lamon nyak akuk saja selendang sina ya ? (dalih berusaha ngakuk selendang sina alun-alun supaya mak ketahuan) Narator : alun-alun keberadaan sidang belawan pun ketahuan jama para bidadari haga meninggalko pok sina. Bungsu : Wo, apikah kuti ngeliyak selendanh nyak? Sulung : mak, adikku. Sikam, mak ngeliyakni. Bidadari : mohon maaf sikam haghus meninggalko niku. sikam haghus segera mit kahyangan. Sidang belawan : hai, bidadari cantik. Mengapa kamu menangis ? (pura-pura tidak tahu) Bungsu : selendangku hilang tuan. Sementara kakak-kakakku telah pergi meninggalkanku. Aku tidak bisa lagi kembali ke kahyangan. Sidang belawan : Sudahlah putri. Barangkali sudah menjadi nasibmu berjodoh denganku. Bungsu : maksud tuan ? Sidang belawan : kebetulan aku masih bujangan. Jika putri berkenan aku ingin putri menjadi pendamping hidupku. Bungsu : (termenung sembari berpikir keras) baiklah tuan aku menerima pinangan tuan Narator : pesta pernikahan berlangsung sangat meriah. Tapi raja mengusir sidang belawan dan istrinya dari istana. Mereka berdua hidup di sebuah kampong. Sidang belawan bekerja sebagai petani. Pada suatu hari, sang istri hendak berangkat ke pasar.



Bungsu : kanda, tolong jangan buka panci itu sebelum dinda pulang. Sidang belawan : (setelah sang istri pergi) aku penasaran apa ya yang dimasak istriku (setelah membuka panci) jadi selama ini istriku hanya menanak sebutir beras. Pantas saja lumbung padiny tidak berkurang Bungsu : (setelah pulang dari pasar dan membuka panci) kenapa beras ini belum menjadi nasi. Kakanda pasti melanggar janjinya. (mencari sidang belawan) kenapa kanda melanggar janji ? coba lihat beras yang dinda tanak tidak jadi nasi. Sidang belawan : Maafkan kanda, dinda Narator : si bungsu yang semula menanak nasi menggunakan sihirnya, harus bekerja keras. Ia harus mengambil padi dari lumbung dan menumbuknya Bungsu : (mengambil padi di lumbung dan menemukan selendangnya) hei, sepertinya aku mengenal kain ini. Narator : si bungsu yang menemukan kain itu langsung pergi ke kahyangan Sidang belawan : (sambal berusaha mengejar si bungsu) dinda, kakanda mohon maaf. Jangan tinggalkan kanda dinda. Narator : dalam pengejarannya sidang belawan pun terhalang oleh lautan api Sidang belawan : bagaimana aku bisa melewati lautan api ini ? (termenung sejenak kemudian mengambil ayam jantan) ya tuhan, jika hamba keturunan raja sakti ubahlah ayam ini menjadi rajawali. Narator : akhirnya ayam itu pun berubah menjadi rajawali dan mengantarkan sidang belawan melewati lautan api. Sayangnya, sidang belawan terjatuh dan terbakar api. Rajawali pun berusaha untuk mencari pertolongan. Rajawali :hai pak tua, tolong selamatkan tuanku yang tercebur lautan api Pak tua : wahai rajawali carilah 7 batang lidi daun kelapa hijau dan 7 tangkai ketan hitam. Bawalah kepadaku Narator : rajawali pun pergi sambal barang yang diminta pak tua Rajawali : ini benda yang kau inginkan pak tua Pak tua : (membakar benda itu) ya tuhan jika sidang belawan keturunan raja sakti, mohon antarkan ia ke kahyangan



Narator : permintaan pak tua itu pun dikabulkan dan sidang belawan tiba-tiba muncul di kahyangan berhadapan dengan para bidadari Bidadari : hai sidang belawan jika kau ingin mendapatkan istrimu kembali kau harus melalui 3 ujian kami Sidang belawan : apapun syarat itu akan kupenuhi demi mendapatkan kembali istriku Narator : bidadari pun menghidangkan 3 makanan dan salah satunya beracun. Ketika sidang belawan hendak menyantap, ia didahului seekor kucing. Ternyata kucing itu menyantap makanan yang beracun sehingga ia tewas. Bidadari : selamat sidang belawan kau telah lulus ujian pertama kami Narator: pada ujian kedua sidang belawan diharuskan mengisi bak kosong yang berlubang. Ia berkali-kali mencoba tapi tetap saja gagal. Tiba-tiba gerombolan belut datang membantunya. Belut-belut itu menggosokkan badannya hingga lendirnya dapat menutup lubang. Bidadari : selamat sidang belawan kau lulus ujian kedua kami. Sebagai ujian terakhir silakan pilih salah satu diantara kami yang kamu yakini istrimu. Narator : sidang belawan kebingungan. Di tengah kebingungannya itu, datang seekor kunangkunang yang membantu. Ia akan hinggap di sanggul bidadari yang merupakan istrinya. Sidang belawan : (mendekat ke si bungsu) maafkan kanda dinda. Kanda berjanji tidak akan ingkar janji lagi Bungsu : iya kanda. Dinda berjanji akan hidup bersama kanda. Bidadari : kamu lulus ujjian sidang belawan. Bawalah istrimu ke bumi. Sidang belawan : terima kasih bidadari Narator : akhirnya sidang belawan hidup bahagia dengan istrinya di bumi



SIDANG BELAWAN Narator : dahulu kala