Sindrom Patau [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Janin Intrauterine Growth Restriction dengan Syndrome Patau Epifania Fitriana Adna (102011107) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat [email protected]



Pendahuluan Sindrom Patau yang ditemukan oleh K. Patau pada 1960, juga disebut trisomi 13, terjadi ketika seorang anak lahir dengan tiga kopi kromosom 13. Biasanya, dua salinan dari kromosom diwariskan, satu dari setiap orangtua. Kromosom ekstra yang menyebabkan kelainan fisik dan keterbelakangan mental yang parah. Karena sebagian besar dengan cacat jantung, umur dari bayi trisomy13 biasanya diukur dalam hari. Bayi normal biasanya mewarisi 23 kromosom dari setiap orangtua, dengan total 46 kromosom. Namun, kesalahan genetik dapat terjadi sebelum atau sesudah konsepsi. Di dalam kasus sindrom Patau, sebuah kesalahan acak terjadi, dan embrio memiliki tiga kopi kromosom 13, bukan dua salinan normal. Trisomi 13 terjadi pada sekitar 1 dalam 12.000 kelahiran hidup. Dalam banyak kasus, aborsi spontan (keguguran) terjadi, dan janin tidak dapat bertahan hidup karna gejala yang sangat berat. Resiko trisomi 13 tampaknya meningkat karna usia si ibu, terutama jika ia lebih dari 30. Anak laki-laki dan perempuan samasama bisa menderita sindrom ini dan terjadi di semua ras.



Anamnesis Anamnesis sangat penting, karena pada pasien yang telah berusia dan hamil pertama kalinya hal ini tersangat rumit karena mereka berisiko melahirkan janin yang cacat atau mempunyai kelainan genetic. Jadi kita haruslah menanyakan kepada mereka riwayat hidup dan keluarga mereka dengan benar dan tepat.1  



Identitas: nama,umur, jenis kelamin dan tinggnya di mana. Keluhan utama: perempuan 26 tahun datang dengan kehamilan berusia 26 minggu.



1



Bagi memastikan kehamilan di atas 35 tahun ini tidak membahayakan ibu dan janin, pemeriksaan genetic harus dilakukan dan anamensis riwayat keluarga untuk menanyakan apakah ada saudara yang mempunyai masalah genetic yang lain. 1 Identitas penderita: Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,status sosial ekonomi keluarga serta lingkungan tempat tinggal. 1. Riwayat penyakit sekarang:  Apakah terdapat ini pertama kali hamil?  Udah berapa lama hamil?  Adakah sebelum ini pernah terlambat haid? 



Riwayat penyakit dahulu:  Adakah pernah hamil sebelum ini?  Adakah pernah diberitahu oleh dokter pasien mempunyai kelaian pada rahimnya?  Apakah tinggal di kawasan yang terdedah dengan bahan kimia atau kilang perindustrian?







Riwayat penyakit keluarga:  Adakah riwayat keluarga yang mempunyai penyakit kelainan genetik seperti Down Syndrome, Turner Syndrome, Klinefelter Syndrome,dll.?



Diagnosis Kerja Sindrom Patau Sindrom lain yang lebih langka daripada sindrom Down adalah sindrom yang disebabkan oleh aneuploidi pada autosom.



Sindrom Patau adalah salah satunya. Sindrom ini disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor 13 TRISOMI-13 (sindroma pantau ) adalah kelainan pada kromosom 13. Sindroma ini 2



jarang ditemukan pada anak-anak dan tidak pernah ditemukan pada orang dewasa karena cacat yang hebat ini mendatangkan kematian pada usia yang sangat muda, yaitu dalam tiga bulan pertama lahir. Tetapi beberapa anak dapat hidup sampai umur lima tahun. Penderita cacat mental dan tuli, celah bibir dan atau palatum, polidaktili, mata kecilmempunyai kelainan otak, jantung, ginjal dan usus. Tangan dan kaki tampak rusak. Sindroma trisomi 13 yang disebut juga sindroma patau terjadi karena adanya nondisjunction.2



Tanda dan Gejala Sindroma Patau GEJALA / CIRI-CIRI SINDROME PATAU



o Insidensi Kelahiran : 1 : 20.000 o Fenotip : 



Bibir sumbing / bercelah







Malformasi sistem saraf pusat (retardasi mental berat)







Retardasi pertumbuhan







Low set ears







Memiliki garis simian







Kelainan jantung bawaan







Bibir sumbing atau langit-langitnya menjadi satu







Otot menurun







Ekstra jari tangan atau kaki (polydactyly)







Hernia: hernia umbilikalis, hernia inguinalis







Lubang, split, atau celah dalam iris (Koloboma)







Scalp defects (absent skin) Cacat kulit kepala (absen kulit)







Kejang



3







Lipatan palmar tunggal







Kelainan Tulang (anggota badan)







Mata kecil







Kepala kecil (microcephaly)







Rahang bawah kecil (micrognathia)







Kriptorkismus ( 1 atau 2 buah testis tidak berada di skrotumnya )







Holoprosensefali







Hipertelorisme







Aplasia kulit







Mikrosefali







Microapthalmia



Diagnosis Banding Trisomi 18 Kromosom nomor 18 ada 3 buah. Bayi yang dilahirkan mengalami sindrom edward, biasanya akan meninggal sesaat setelah lahir. Penderita memiliki banyak bentuk kelainan pada banyak alat, telinga rendah, rahang bawah juga rendah, mulut kecil, tuna mental,ginjal dobel dan tulang dada (sternum) pendek. Sembilan puluh persen dari penderita meninggal dunia dalam 6 bulan pertama setelah lahir, sehingga sindroma ini tidak pernah dijumpai pada anak dewasa.2



Prenatal Diagnosis USG Pada pemeriksaan sonografi rutin tidakjarang ditemukan anomaly structural mayor karena 2 sampai 3 persen bayi mengidap cacat lahir mayor. Pada suatu sindrom, janin mungkin mengidap keliainan yang tidak terdeteksi dengan sonografi, tetapi mempengarhi prognosisnya misalnya retardasi mental. Aneuploidi sering dikaitkan dengan malformasi anatomi mayor dan tanda-tanda 4



minor. Meskipun penemuan anomaly mayor sering meningkatkan resiko aneuploidi, jangan dianggap bahwa janin aneuploid akan memperlihatkan malformasi mayor yang dapat dideteksi dengan sonografi. Sebagai contoh,hanya 25 persen sampai 30 persen janin trimester kedua dengan sindrom down akan memiliki malformasi mayor yang dapat terindentifikasi dengan sonografi. Sebagian besar janin dengan trisomi 18,13 dan triploidi aneuploid yang kemungkinan besar letal di dalam uterus akanmemperlihatkan kelainan mayor yang Nampak pada sonografi3 Pengambilan Sampel Vilus Korion . Biopsy vilus korion umumnya dilakukan pada usia 10 sampai 13 minggu. Sampel dapat diperoleh secara transerviks atau transabdomen, bergantung pada pilihan rute yang paling mudah untuk mengakses plasenta. Kontra indikasi relative mencakup perdarahan atau spotting vagina, infeksi saluran genitalia aktif, ante atau retrofleksi uterus yang ekstrem, atau habitus tubuh yang mempersulit akses uterus atau visualisasi sonografi iri uterus dengan jelas.3 Amniosentesis Merupakan cara untuk mengetes kemungkinan adanya kelainan kromosom pada bayi yang masih di dalam kandungan ibunya. Cairan amnion berikut sel-sel bebas dari fetus (bayi dalam kandungan) diambil sebayank 10-20 cc dengan menggunakan jarum injeksi. Waktu yang paling baik untuk melakukan amniosintesis adalah pada kehamilan 14-16 minggu.jika terlalu awal dilakukan, cairan amnion belum cukup banyak, sedang jika terlambatmelakukannya, maka akan lebih sulit untuk membuat kultur dari sel-sel fetus yang ikut terbawa cairan amnion. Sel –sel fetus setelah melalui suatu prosedur tertentu lalu diabaikan dan 2-3 minggu kemudian diperiksa kromosomnya untuk buat karyotipenya.3 Kordosentesis (Pengambilan sampel darah janin) Prosedur ini, yang juga dinamai pengambilan sampel darah tali pusat perkutan. Tindakan ini terutama untuk menilai dan mengobati aloimunisasi eritrosit atau trombosit dan untuk evaluasi hidrops non imun. Biasanya jika dicurigai adanya anemia janin, maka yang pertama kali dilakukan adalah evaluasi kecepatan puncak sistol arteri serebri media dengan Doppler. Ini adalah metode non invasive untuk mendeteksi anemia berat pada janin, digunakan sebelum 5



tindakan selanjutnya berupa pengambilan sampel darah janin dan atau tranfusi intrauterus. Pengambilan sampel darah janin juga dapat digunakan untuk memperoleh sel untuk analisis genetic jika hasil CVS atau amniosintesis membingungkan atau jika diperlukan diagnosis yang cepat. Oenentuan kariotipe darah janin biasanya dapat dilakukan dalam 24 sampai 48 jam. Darah juga dapat dianalisis untuk pemeriksaan hematologic dan metabolic, analisis asam-basa, biakan virus dan bakteri, reaksi berantai polymerase dan teknik genetic lain, serta pemeriksaan imunologis. Tekninya, di bawah tuntunan sonografi langsung, operator menggunakan sebuah jarum spinal nomor 22 untuk memungsi vena umblikalis, biasanya di atau dekat dengan pangkalnya diplasenta, dan darah disedot. Lengkung bebas tali pusat juga dapat diakses untuk pungsi vena. Pungsi arteri harus dihindari karena dapat menyebabkan vasospasme dan bradikardi janin. Penyulit berupa perdarahan pembuluh di tali pusat 50%, hematoma tali pusat 17%, perdarahan janin ke ibu sebanyak 66% dengan plasenta di anterior dan 17% dengan plasenta diposterior, dan bradikardia janin 3 sampai 12%. Sebagian besar penyulit bersifat sementara diikuti pemulihan sempurna, tetapi sebagian menyebabkan kematian janin. Angka kematian janin terkait prosedur ini yang disebut adalah 1,4%, tetapi bervariasi bergantung pada indikasi serta status janin.3



Pemeriksaan Fisik Beberapa pengidap trisomi 13 yang bertahan hidup mengalami retardasi mental berat. Serupa dengan trisomi 18, hampir semua system organ dapat terkena. Kelainan yang sering dijumpai antara lain adalah cacat jantung pada 80 hingga 90 persen dan holoprosensefalus pada 70 persen. Kelainan umum lainnya adalah mikrosefalus, mikroftalmia, sumbing wajah, keliann telinga, omfalokel, kelainan ginjal dan cacat tulang. Adanya aplasia kutis (defek local kulit kepala yang tampak cekung) dan polidaktili merupakan isyarat kuat adanya trisomi 13 atau delesi 4p yang biasanya letal.3 Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis presentasi dan posisi janin. Metode tersebut meliputi palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, auskultasi, dan beberapa kasus yang meragukan dilakukan sonografi. 6



 Palpasi Abdomen – Manuver Leopold Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan empat maneuver. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang nyaman serta bagian perut terbuka. Maneuver ini sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan dan diinterpretasi jika pasien obesitas, jika cairan amnion berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior.3  Manuver 1: memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu: sefalik atau podalik, yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensesi massa besar nodular, sedangkan 



kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun. Maneuver 2: dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di salah satu sisi abdomen ibu, dan dengan member tekanan lembut tetapi dalam. Pada satu sisi, dirasakan struktur yang keras dan resisten (punggung). Pada sisi lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan (ekstremitas janin). Dengan memperhatikan apakah







punggung terarah ke anterior, transversal, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin. Maneuver 3: Jika bagian terendah janin tidak engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama. Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (engaged), hasil maneuver ini hanya menunjukan bahwa bahian terbawah polus janin berada didalam







pelvis. Maneuver 4: pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis,



bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui maneuver tiga. a. Denyut Jantung janin Denyut jantung janin dapat dideteksi melalui Doppler setelah 10 minggu usia kehamilan atau dengan fetoscope setelah 18-20 minggu usia kehamilan. Normal DJJ berkisar 110-160 denyut/menit dan teratur.3 b. Pemeriksaan Ultrasonografi Pemeriksaan USG bermanfaat untuk mencari kemungkinan adanya kelainan kromosom pada kehamilan trimaster I. Hal ini dilakukan mulai kehamilan 11 minggu, setelah perkembangan struktur janin cukup jelas untuk dipelajari. Pemeriksaan USG pada awal trimaster II dapat mendeteksi kelainan-kelainan janin yang merupakan petanda dari kelainan kromosom. Kelainan-kelainan tersebut bisa berupa petanda lemah (soft marker) atau petanda kuat (strong marker atau hard marker) kelainan kromosom. Petanda lemah kelainan kromosom adalah kelainan minor pada janin yang mempinyai korelasi statistik dengan kejadian kelainan kromosom, misalnya: edema tau penebalan kulit



7



belakang kepala, tidak terbentuknya tulang hidung, gambaran usus yang hiperekoik, kista pleksus koroid, atau dilatasi ringan ventrikel lateral otak (ventrikulomegali). Petanda kuat kelainan kromosom adalah kelainan congenital mayor pada janin yang telah terbukti mempunyai kolerasi kuat dengan kelainan kromosom, misalnya: kelainan kepala (mikrosefalus/holoprosensefali), kelainan wajah dan leher (labio/ palatosizis, higroma kistik), kelainan toraks (hernia diafragmatika, beberapa kelainan jantung), kelainan dinding abdomen (omfalosel), kelainan gastrointestinal (ateresia esophagus, ateresia duodenal), kelainan urogenital (hidronefrosis, dysplasia ginjal kistik), kelainan skelet (femur atau humerus yang sangat pendek), hidrops fetalis nonimun. Bila dijumpai petanda-petanda tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan kromosom.3



Patofisiologi Mekanisme terjadinya aneuploidi pada fase miosis I atau miosis II di sel gamet (ovum atau sperma), kelainan yang disebabkan oleh mekanisme ini akan berakibat trisomi, tetrasomi atau monosomi pada semua sel. Aneuploid yang disebabkan oleh nondisjunction pada fase meiosis umumnya menyebabkan abortus, kematian janin, atau kecacatan berat sehingga bayi tidak bertahan hidup lama.trisomi 18 dan 13 tidak bertahan lama setelah lahir.4



Resiko terhadap Janin



8



Setidaknya 8 persen hasil konsepsi mengalami aneuploidi, dan jumlah ini menyebabkan 50 persen abortus trimester pertama dan 5 sampai 7 persen semua kasus lahir mati atau kematian neonatus. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko aneuploidi janin. Wanita dengan peningkatan risiko untuk aneuploidi janin - Kehamilan janin tunggal dan usia ibu lebih dari 35 tahun saat pelahiran - Kehamilan kembar dizigot dan usia ibu lebih dari 31 tahun saat pelahiran - Riwayat ,elahirkan bayi trisomi autosomal - Riwayat melahirkan bayi 47,XXX atau 47,XYY - Riwayat triploidi - Beberapa kasus kegagalan dini berulang - Pasien atau pasangan mengidap aneuploidi - Cacat structural mayor pada janin pada pemeriksaan sonografi Orang – orang dengan faktor risiko ini dapat dijadikan kandidat untuk konseling genetic. Meskipun usia ibu 35 tahun atau lebih tidak lagi digunakan sebagai ambang untuk memberikan anjuran diagnosis prenatal. Tetapi hal ini merupakan faktor resiko paling umum untuk aneuploidi janin.3



Epidemiologi Penyakit genetic sering dijumpai. Antara 2% – 3% neonates mengalami cacat structural, 3% lainnya mengalami cacat yang terdiagnosis pada usia 5 tahun, dan pada usia 18 tahun, sedangkan 8%-10% lainnya diketahui mengidap satu atau lebih kelainan fungsional maupun perkembangan. Trisomi 13 dikenal sebagai sindrom Patau, trisomi 13 memiliki insiden sekitar 1 dari 20.000 kelahiran. Kelahiran yang sering dijumpai adalah cacat jantung 80% - 90% dan holoprosensefalus pada 70 %. 70 bayi lahir hidup dengan trisomi 13 mendapat kelangsungan hidup median 7 hari, dan hingga 10% bertahan hidup sampai 1 tahun.



Penatalaksanaan Jika kehamilan dilanjutkan, cara pelahiran perlu di bahas sebelumnya karena janin sering mengalami kelainan laju denyut jantung selama persalinan. Memang, selama ini lebih dari separuh kasus yang tidak terdiagnosis dilahirkan dengan pelahiran cesar atas indikasi “distress janin”.3 9



Tidak ada terapi spesifik atau pengobatan untuk trisomi 13. Kebanyakan bayi yang lahir dengan trisomi 13 memiliki masalah fisik yang berat. Terapi yang dilakukan fokus untuk membuat bayi lebih nyaman. Anak yang tetap bertahan sejak lahir mungkin membutuhkan terapi bicara, terapi fisik, operasi untuk mengatasi masalah fisik, dan terapi perkembangan lainnya



Prognosis Prognosis bayi dengan trisomi 13 sangat buruk dan mayoritas bayi lahir mati. Beberapa bayi dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama. Rata-rata usia bayi dengan trisomi 13 adalah 2,5 hari hanya 1 dari 20 bayi yang akan bertahan lebih dari 6 bulan. Lebih dari 80% anak dengan trisomi 13 meninggal pada tahun pertama



Kesimpulan Sindrom Patau (Trisomi 13) merupakan kelainan autosomal ketiga tersering yang terjadi pada bayi lahir yang hidup setelah Sindrom Down (trisomi 21) dan Sindrom Edwards (trisomi 18). Trisomi 13 dapat dideteksi prenatal dengan melakukan pemeriksaan USG dan marker serum maternal yang dilakukan pada trimester I. Bila terdapat kecurigaan janin mengalami trisomi 13, dilakukan pemeriksaan kromosom jaringan janin dengan menggunakan amniosentesis atau biopsi vili korialisnsi akan meningkat dengan meningkatnya usia ibu. Tidak ada terapi spesifik atau pengobatan untuk trisomi 13. Kebanyakan bayi yang ahir dengan trisomi 13 memiliki masalah fisik yang berat. Komplikasi hampir terjadi sesegera mungkin seperti sulit bernapas, gagal jantung, gangguan penglihatan, kejang, dan ketulian. Prognosis bayi dengan trisomi 13 sangat buruk dan mayoritas bayi lahir mati. Beberapa bayi dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama. Lebih dari 80% anak dengan trisomi 13 meninggal pada tahun pertama. Pencegahan dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli genetik sebelum merencanakan kehamilan selanjutnya terutama bila sebelumnya memiliki riwayat memiliki anak trisomi 13.



10



Daftar Pustaka 1. Errol R. Norwitz, John O.Schorge, At a Glance Obstetri dan Ginekologi, Anamnesis dan pemeriksaan fisik,Ed.2,Vo,Erlanggar, Blackwell Publishing Ltd;2010,pg 8-9. Diakses pada pada 26 September 2014. 2. Suryo. Genetika manusia.Yogyakarta :Universitas Gadjah Mana Press : 2010.h.265. 3. Cunningaham F. Gary, Leveno Kenneth J, Bloom Steven L, Hauth Jhon C, Rouse Dwight J, Spong Catherine Y. Obstetric Williams. Edisi 23. Vol 1. Jakarta: ECG; 2012. hal.307-395. 4. Karsono Bambang.Kelainan kromosom. Dalam: Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Edisi-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2013.h.705.



11