SIRUP Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM FARMASETIKA PRAKTIKUM TFS LIQUIDA DAN SEMISOLIDA JURUSAN FARMASI FORMULA I “SIRUP”



DISUSUN OLEH: RISWANDI



G 701 14 108



DINI AULLIA AMANDA



G 701 14 164



MOCH. TAUFIK HIDAYAH



G 701 16 001



MOH. AQIB



G 701 16 071



NOFRIANTO PETA’A



G 701 16 073



KELAS / KELOMPOK



:A/I



HARI / TANGGAL



: RABU / 25 MARET 2018



ASISTEN



: AHMAD ANGGARA SADEWA



JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2018



I.



Latar Belakang



a. Rute Pemberian Pemberian secara oral (FI III, 1979: 960)



b. Efek Farmakologi -



Khasiat Amonium klorida digunakan sebagai campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif sebagai obat yang merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas (ekspektorasi) (Estuningtyas dan Anif, 2016: 545).



-



Mekanisme Kerja Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas



lewat



N.vagus,



sehingga



menurunkan



viskositas



dan



mempermudah pengeluaran dahak (Estuningtyas dan Arif, 2016: 545). -



Penggunaan Amonium klorida digunakan sebagai ekspektoran dalam batuk produktif. Garam amonium lainnya telah digunakan sama termasuk astetat, bikarbonat, caphorate, karbonat dan sitrat (Martindale: The Complete Drug Reference, 2009: 1551).



-



Absorbsi Amonium klorida diserap dari saluran cerna. Ion amonium diubah menjadi urea di hati. Dengan demikian anion terbebaskan ke dalam darah dan cairan ekstraseluler menyebabkan metabolisme asidosis dan penurunan pH urin hal ini diikuti dengan diuresis sementara (Martindale: The Complete Drug Reference, 2009: 1551).



-



Efek Samping Garam amonium mengeritasi mukosa lambung dan bisa menghasilkan mual dan muntah teruatama pada dosis besar. Dosis besar amonium klorida dapat menyebabkan asidosis yang dalam dan hipokalemia yang



harus ditangani secara simptomatik (Martindale: The Complete Drug Reference, 2009: 1551).



c. Dosis Dosis obat amonium klorida DL



= 500 mg-1000 mg/2000 mg-4000 mg (FI III, 1979: 960)



DM sehari



= 10.000 mg (FI III, 1979: 960)



II. Pendekatan Formula



a. Zat aktif Amonium klorida sebagai ekspektoran



b. Zat tambahan 1. Pemanis Sukrosa digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa asin pada zat aktif. 2. Pelarut Aquadest digunakan sebagai pelarut dikarenakan zat aktif mudah larut dalam air. 3. Pangawet Natrium benzoat digunakan sebagai antimokroba untuk mencegah pertumbuhan mikroba pada sediaan. 4. Pengaroma Mentol digunakan sebagai pemberi aroma dan memberikan efek melegakan atau sensasi dingin. 5. Pelarut tambahan (konsolven) Etanol digunakan sebagai pelarut tambahan yang melarutkan mentol.



III. Permasalahan Formula Dan Penyelesaian Masalah



No.



Permasalahan



Solusi Ditambahkan sirup simpleks



1.



Zat aktif memiliki rasa yang asin



untuk menutupi rasa asin pada zat aktif tersebut



2.



Zat tambahan mentol tidak larut



Digunakan alkohol untuk



dalam air



melarutkan mentol Aturan pemakaian didasarkan



3.



Zat aktif memiliki efek samping



pada dosis lazim sesuai umur konsumen



IV. Preformulasi



a. Zat aktif Nama resmi



: AMMONII CHLORIDUM (FI III, 1979: 87)



Nama lain



: Ammonium Chloride (HPE6th edition, 2009: 42)



Rumus molekul



: NH4Cl (HPE6th edition , 2009: 42)



Berat molekul



: 53,49 g/mol (HPE6th edition, 2009: 42)



Pemerian



: Amonium klorida berbentuk kristal tidak berwarna, tidak berbau atau kristal massa. Amonium klorida berbentuk bubuk putih dan granular dengan rasa asin, bersifat higroskopik, dan cenderung untuk membentuk cacking (HPE6th edition, 2009: 42).



Kelarutan



: Mudah larut dalam air dan dalam gliserin dan lebih mudah larut dalam air mendidih; sedikit larut dalam etanol (FI IV, 1995: 94).



Stabilitas -



Hidrolisis



:-



-



pH



: Antara 4,6 dan 6,0 (FI IV, 1995: 94).



-



Oksidasi



:-



-



Fotolisis



:-



-



Panas



: Amonium klorida akan terurai sepenuhnya pada suhu 338ºC yang akan membentuk amonia dan asam klorida (HPE6th edition, 2009: 42).



Bentuk zat aktif



: Garam



Kemasan



: Botol coklat



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering



b. Zat tambahan 1. Aquadest Nama resmi



: AQUA DESTILLATA (FI III, 1979: 96)



Nama lain



: Air Suling (FI III, 1979: 96)



Rumus molekul : H2O (FI III, 1979: 96) Berat molekul



: 18,02 g/mol (FI III, 1979: 96)



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (HPE6th edition, 2009: 766).



Kelarutan



: Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya (HPE6th edition, 2009: 766).



Stabilitas



: Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan uap air) (HPE6th edition , 2009: 766).



Hidrolisis



:-



Fotolisis



:-



Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien



yang rentan akan hidrolisis (terjadi



dekomposisi jika terdapat kelembapan air) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan logam alkali atau bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan oksidasinya seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat (HPE6th edition, 2009: 768).



2. Alkohol (HPE6th edition, 2009: 17). Nama



: Alcohol



Rumus molekul : C2H6O Berat molekul



: 46,07 g/mol



Pemerian



: Alkohol adalah cairan yang jernih, tidak berwarna, mudah bergerak, bau khas, dan mempunyai sensasi terbakar.



Kelarutan



: Larut dalam kloroform, eter, gliserin, dan air.



Stabilitas



: Larutan etanol dapat disterilisasi dengan autoklaf atau dengan filtrasi dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.



Inkompatibilitas : Dalam suasana asam, etanol akan bereaksi hebat dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan basa dapat menimbulkan warna gelap karena reaksi dengan residu aldehid. Garam organik atau akasia bisa mengendapkan larutan dalam dispersi. Etanol juga tidak cocok dengan aluminium. 3. Sukrosa (HPE6th edition, 2009: 703). Nama



: Sukrosa



Rumus molekul : C12H22O11 Berat molekul



: 342,30 g/mol



Pemerian



: Sukrosa berbentuk sebagai kristal tak berwarna, seperti kristal massa atau balok, atau sebagai serbuk kristal putih; sukrosa tidak berbau dan memiliki rasa manis.



Kelarutan



: Larut dalam 0,5 bagian air; 0,2 bagian pada air mendidih; larut dalam 400 bagian propan-2-ol; larut pada 170 bagian etanol 95%; larut 400 bagian etanol; praktis tidak larut dalam kloroform.



Stabilitas



: Sukrosa memiliki stabilitas baik pada suhu kamar,



dan kelembapan relatif. Dapat menguap sampai 1% kelembapan yang dilepaskan setelah pemanasan pada suhu 90ºC. Sukrosa karamel saat diapanaskan diatas



160ºC.



Sukrosa



dalam



campuran



bertanggung jawab terhadap terjadinya fermentasi oleh mikroorganisme namun dekomposisi



dapat



menahan



pada tingkat yang lebih tinggi,



misalnya konsentrasi diatas 60% v/v. Inkompatibilitas : Bubuk sukrosa bisa terkontaminasi dengan logam berat, yang dapat menyebabkan ketidakcocokan dengan zat aktif, misalnya asam askorbat. Sukrosa juga bisa terkontaminasi dengan sulfat dari proses penyulingan. Dengan kandungan sulfit tinggi, perubahan warna dapat terjadi pada tablet berlapis gula; untuk warna tertentu yang digunakan dalam pewarnaan. Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik.



4. Natrium Benzoat (HPE6th edition , 2009: 627). Nama



: Sodium Benzoate



Rumus molekul : C7H5NaO2 Berat molekul



: 144,11 g/mol



pH



: 8,0



Aktivitas antimikroba



: Natrium benzoat memiliki sifat bakteriostatik dan antijamur yang dikaitkan dengan asam benoat yang tidak terdisosiasi; maka efikasi pengawet paling baik terlihat pada larutan asam (pH 2-5). Dalam kondisi



Pemerian



basa hampir tidak berpengaruh.



: Natrium benzoat berbentuk butiran putih atau kental, higroskopik. Tidak berbau, atau dengan bau



benzoin samar dan memiliki rasa manis dan salin yang tidak enak. Kelarutan



: Larut dalam 1,8 bagian air, larut dalam 1,4 bagian air mendidih, larut dalam 50 bagian etanol (90%), dan larut dalam 75 bagian etanol (95%).



Stabilitas



: Larutan encer dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. Natrium benzoat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.



Inkompatibilitas : Dalam suasana asam, etanol akan bereaksi hebat dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan basa tidak cocok dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi, garam kalsium, dan garam logam berat, termasuk perak, timbal, dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat dikurang dengan interaksi dengan surfaktan kaolin atau nonionik. Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk dan kering.



5. Mentol (HPE6th edition, 2009: 433). Nama



: Menthol



Rumus molekul : C10H20O Berat molekul



: 156,27 g/mol



Pemerian



: Mentol adalah aliran bebas atau diaglomerasi kristal bubuk, atau kristal mengkilap, prismatik, atau acicular mengkilap, atau massa heksagonal atau leburan dengan bau khas yang kuat dan rasa yang kuat.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam etanol (95%), kloroform, eter, lemak minyak dan parafin cair; bebas larut dalam asam asetat glasial; larut dalam aseton dan benzena; sangat sedikit larut dalam gliserin; prkatis



tidak larut dalam air. Stabilitas



: Formulasi yang mengandung mentol 1% v/v dalam krim berair telah dilaporkan stabil sampai 18 bulan saat disimpan pada suhu kamar. Mentol harus disimpan didalam wadah yang tertutup rapat dengan suhu tidak melebihi 25ºC, karena dapat menyublim dengan mudah.



Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan butilkloral hidrat, kapur barus, kloralhidrat, kromium trioksida, β-naftol; fenol; kalium permanganat; pyrogallol; resorsinol; dan timol. Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat.



V. Rancangan Formula (HPE6th edition, 2009; FI III, 1979)



No.



Bahan



Range



Fungsi



Jumlah



Kadar



Ekspektoran



6000 mg



3,6 %



Pemanis



40200 mg



67 %



Pengawet



180 mg



0,3 %



Pengaroma



6 mg



0,01 %



Add 60



Add 60



ml



ml



500 mg1.



Amonium



1000



klorida



mg/20004000 mg



2.



Sukrosa



3.



Natrium benzoat



4.



Mentol



5.



Aquadest



67 % 0,02%0,5% 0,005%0,015% -



Pelarut



VI. Perhitungan



a. Perhitungan Bahan -



Amonium Klorida



= =



500 𝑚𝑔 5 𝑚𝑙



𝑥



× 60 𝑚𝑙



500 𝑚𝑔 ×60 𝑚𝑙 5 𝑚𝑙



= 6000 𝑚𝑔 -



Mentol



=



0,010 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝑙



× 60 𝑚𝑙



= 0,006 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6 𝑚𝑔 -



Sukrosa



=



67 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝑙



× 60 𝑚𝑙



= 40,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 -



Natrium benzoat



=



0,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 100 𝑚𝑙



× 60 𝑚𝑙



= 0,18 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 180 𝑚𝑔



-



Aquadest



= add 60 ml



b. Perhitungan Dosis DL



-



= 500 mg- 1000 mg/2000 mg-4000 mg



Untuk Usia 16 tahun Dosis



𝑛



= 20 × 𝐷𝐿 16



= 20 × 500 𝑚𝑔 − 1000 𝑚𝑔/2000𝑚𝑔 − 4000 𝑚𝑔 = 400 𝑚𝑔 − 800 𝑚𝑔/ 1600 𝑚𝑔 − 3200 𝑚𝑔 -



Untuk Usia 17 tahun Dosis



𝑛



= 20 × 𝐷𝐿 17



= 20 × 500 𝑚𝑔 − 1000 𝑚𝑔/2000𝑚𝑔 − 4000 𝑚𝑔 = 425 𝑚𝑔 − 850 𝑚𝑔/ 1700 𝑚𝑔 − 3400 𝑚𝑔 -



Untuk Usia 18 tahun Dosis



𝑛



= 20 × 𝐷𝐿 18



= 20 × 500 𝑚𝑔 − 1000 𝑚𝑔/2000𝑚𝑔 − 4000 𝑚𝑔 = 450 𝑚𝑔 − 900 𝑚𝑔/ 1800 𝑚𝑔 − 3600 𝑚𝑔 -



Untuk Usia 19 tahun Dosis



𝑛



= 20 × 𝐷𝐿 19



= 20 × 500 𝑚𝑔 − 1000 𝑚𝑔/2000𝑚𝑔 − 4000 𝑚𝑔 = 475 𝑚𝑔 − 950 𝑚𝑔/ 1900 𝑚𝑔 − 3400 𝑚𝑔



c. Aturan Pakai -



Untuk usia 16 tahun Penggunaan sekali



=



400 𝑚𝑔−800 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 4 − 8 𝑚𝑙 Penggunaan sehari



=



1600 𝑚𝑔−3200 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 16 − 32 𝑚𝑙 Aturan pakai



-



= 1 cth, 4x1



Untuk usia 17 tahun Penggunaan sekali



=



425 𝑚𝑔−850 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 4,25 − 8,25 𝑚𝑙 Penggunaan sehari



=



1700 𝑚𝑔−3400 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 17 − 34 𝑚𝑙 Aturan pakai -



= 1 cth, 4x1



Untuk usia 18 tahun Penggunaan sekali



=



450 𝑚𝑔−900 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 4,5 − 9𝑚𝑙 Penggunaan sehari



=



1800 𝑚𝑔−3600 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 18 − 36 𝑚𝑙 Aturan pakai -



= 1 cth, 4x1



Untuk usia 19 tahun Penggunaan sekali



=



475 𝑚𝑔−950 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 4,75 − 9,5𝑚𝑙 Penggunaan sehari



=



1900 𝑚𝑔−3400 𝑚𝑔 500 𝑚𝑔/ 5 𝑚𝑙



= 19 − 34 𝑚𝑙 Aturan pakai 



= 1 cth, 4x1



Usia 16-19 tahun, 4x1 sehari, 1 sendok teh (cth, 5ml)



VII.Prosedur Kerja



1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang sukrosa sebanyak 67 gram, amonium klorida sebanyak 6 gram, natrium benzoat 300 mg, dan mentol sebanyak 6 mg. 3. Digerus amonium klorida menggunakan lumpang alu hingga halus dan homogen lalu dimasukkan ke dalam botol. 4. Dimasukan natrium benzoat dan sukrosa ke dalam gelas kimia 100 ml lalu ditambahkan aquadest 100 ml. 5. Diaduk larutan campuran natrium benzoat dan sukrosa hingga homogen. 6. Dilarutkan mentol dengan alkohol 70% sebanyak 3 tetes pada gelas arlogi. 7. Dimasukan mentol kedalam botol kemasan. 8. Dimasukan larutan campuran natrium benzoat dan sukrosa ke dalam botol hingga volumenya mencapai 60 ml. 9. Digojok botol hingga amonium klorida larut sempurna. 10. Diberikan etiket pada botol. 11. Dimasukan botol pada kemasan sekunder. 12. Didokumentasikan.



VIII. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan



a. Hasil Pengamatan Uji Organoleptik pH



4,8



Bau Khas mentol



Rasa



Asin



Volume Terpindahkan



Warna Putih keruh



VT 1



VT 2



VT 3



96,66%



95%



95%



b. Analisis data -



Volume terpindahkan 1 =



𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 1 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛



× 100%



58 𝑚𝑙



= 60 𝑚𝑙 × 100% = 96,66 % -



Volume terpindahkan 2 =



𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 2 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛



× 100%



57 𝑚𝑙



= 60 𝑚𝑙 × 100% = 95 % -



Volume terpindahkan 3 =



𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 3 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛



× 100%



57 𝑚𝑙



= 60 𝑚𝑙 × 100% = 95 % -



Rata-rata volume terpindahkan



= =



𝑉𝑇 1+𝑉𝑇 2+𝑉𝑇 3 𝑛 96,66%+95%+95% 3



= 95,55 %



Ratarata 95,55 %



c. Pembahasan Sirup adalah sediaan pekat terkondensasi dari gula pengganti atau gula dengan atau tanpa zat perasa dan zat obat (Ansel, 2011).



Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel, 2005).



Amonium klorida merupakan zat aktif yang digunakan pada sediaan sirup ini, berikut merupakan karakteristik dari senyawa amonium klorida. Amonium klorida merupakan senyawa dengan rumus molekul NH4Cl dengan bobot molekul 53,49 g/mol. Amonium klorida berbentuk kristal tidak berwarna, tidak berbau atau kristal massa. Amonium klorida berbentuk bubuk putih dan granular dengan rasa asin, bersifat higroskopik, dan cenderung membentuk cacking. Amonium klorida larut dalam air, asam hidroklorat dan natrium klorida menurunkan kelarutannya dalam air. Juga larut dalam gliserin, sedikit larut dalam metanol dan etanol. Hampir tidak larut dalam aseton, eter, dan etil asetat. Stabil dibawah suhu 338ºC, pH 4,5-5,5 tidak kompatibel dengan asam kuat. Amonium klorida berfungsi sebagai zat pengoksidasi dan agen terapeutik (HPE6th edition, 2009).



Amonium klorida digunakan sebagai campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif sebagai obat yang merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas (ekspektorasi) dengan mekanisme kerja berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang



sekresi kelenjar saluran napas lewat N.vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak (Estuningtyas dan Arif, 2016).



Pada formula ini digunakan pemanis sukrosa, penggunaan sukrosa sebagai pemanis mengacu pada referensi yang mengatakan bahwa sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sukrosa (Ansel, 2005). Selain itu alasan penggunaan sukrosa adalah juga untuk menutupi rasa asin dari zat aktif, sukrosa mudah larut dalam air, dan sukrosa juga dapat digunakan sebagai agen yang dapat meningkatkan viskositas (HPE6th edition, 2009).



Pada formula ini digunakan pengawet natrium benzoat, penggunaan natrium benoat sebagai pengawet didasarkan pada kecocokan stabilitas pH natrium benzoat dan amonium klorida.. Dimana pH natrium benzoat untuk dapat bekerja secara optimal berada pada rentang 2-5, sedangkan pH amonium klorida ada pada rentang 4,5-5,5. Selain itu penggunaan natrium benzoat karena natrium benzoat mudah larut dalam air (HPE6th edition, 2009).



Pada formula ini pula diguanakan perasa sekaligus pengaroma mentol, penggunaan mentol sebagai perasa dan pengaroma bertujuan untuk meningkatkan nilai estetika pada formula yang akan dibuat sekaligus untuk memberikan sensasi dingin pada area tenggorokan yang mengalami penumpukan dahak.



Pada formula ini digunakan pelarut air, alasan penggunaan air karena semua bahan (kecuali mentol) mudah larut dalam air, sehingga diguanakan pelarut air sebagai pembawa yang kompatibel dengan tubuh manusia. Untuk mentol yang tidak dapat larut pada air, digunakan alkohol



sebagai



peningkat



kelarutan



hingga



akhirnya



mentol



dapat



dikombinasikan pada formula.



Pada pembuatan sediaan, dilakukan beberapa tahap. Antara lain sebagai berikut. Tahap pertgama yaitu menimbang semua bahan yang akan digunakan menggunakan neraca analitik. Hal ini bertujuan agar bahanbahan yang digunakan tepat dosis dan masuk dalam range kadar yang telah ditetapkan pada literatur.



Tahap selajutnya yaitu melarutkan 67 gram sukrosa didalam 100 ml aquadest, dan 180 mg natrium benzoat. Hal ini dilakukan karena sukrosa membuthkan waktu yang cukup lama untuk larut disebabkan karena ukuran partikel yang besar dan dalam jumlah yang banyak, ,sehingga perlu dilakukannya pemanasan dan pengadukan dalam pelarutnya. Penambahan batrium benzoat berfungsi sebagai antibakteri yang menciptakan suasana asam pada larutan gula. Sehingga larutan gula tidak mudah ditumbuhi mikroba.



Tahap selanjutnya yaitu menggerus 6 gram amonium klorida menggunakan lumpang alu. Hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel amonium klorida agar pada saat dilarutkan paada larutan sukrosa, amonium klorida dapat cepat terlarut.



Tahap selanjutnya yaitu melarutkan mentol dengan meneteskan alkohol sebanyak 3 tetes. Ini bertujuan agar kristal mentol dapat larut dan berubah bentuk menjadi cairan yang dicampurkan dengan larutan gula.



Tahap selanjutnya yaitu memasukkan amonium klorida kedalam botol coklat yang telah diberi batas volume 60 ml. Lalu dimasukan mentol, dan sedikit laruran sukrosa lalu dikocok kuat-kuat hingga amonium klorida dapat larut sepenuhnya. Kemudian dicukupkan volume sediaan hingga



mencapai 60 ml. Lalu dikocok botol kuat-kuat hingga seluruh bahan tercampur secara homogen.



Tahap terakhir yaitu melakukan evaluasi pada sediaan sirup yang telah dibuat, dengan menguji tingkat keasaman sediaan, uji organoleptik meliputi bau, rasa, dan warna serta perhitungan volume terpindahkan.



Didapatkan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan, pada tingkat keasaman sediaan berada pada tingkat 4,8 yang demikian sediaan berarti bersifat asam. Hal ini disebabkan pH dari zat aktif amonium klorida yang berada pada range antara 4,6 hingga 6 (FI IV, 1995). Dan ini juga disebabkan karena range pH natrium benzoat berkisar pada pH 2,5-4 yamg bersifat asam, karena natrium benzoat merupakan anti mikroba dengan cara menurunkan pH larutan sehingga menciptakan suasana asam yang tidak disukai oleh mikroba (Martindale, 2009).



Pada uji organoleptik didapatkan hasil, bau yang khas mentol, rasa yang asin, dan warna yang putih keruh. Bau yang khas mentol disebabkan karena adanya penambahan zat eksipien mentol dengan kadar 0,01%. Rasa yang asin disebabkan karena pemerian amonium klorida yang beras asin (HPE6th edition, 2009). Rasa asin juga disebabkan karena pemerian dari natrium benzoat yang memiliki rasa salin/asin yang tidak enak (HPE6th edition, 2009). Sehingga rasa manis dari sukrosa 67% tidak dapat menutupi rasa asin dari amonium klorida dan natrium benzoat. Warna putih keruh disebabkan karena pemerian dan amonium klorida yang merupakan bubuk putih (HPE6th edition, 2009) sehingga menyebabkan warna sediaan berwarna putih keruh.



Untuk uji volume terpindahkan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dan didapatkan hasil secara berturut-turut 96,66%; 95%; dan 95%. Dengan rata-rata sebesesar 95,55%.



Menurut Husen (2015), pengujian pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi dari bahan dasar dalam sediaan merata. Nilai pH yang dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4-7. Pada penguian pH sediaan sirup amonium klorida memiliki pH 4,8 yang demikian masuk dalam range ketentuan sirup dan telah sesuai dengan literatur.



Menurut Husen (2015), uji/evaluasi kelayakan sirup yang lainnya adalah uji waktu tuang. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemudahan tuang sediaan saat nanti akan dikonsumsi. Uji ini berhubungan erat dengan kekentalan suatu sediaan. Jika kekentalan yang rendah menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya, jika viskositas/kekentalan semakin besar, maka cairan akan semakin sukar dituang. Cairan yang memiliki persentase ≥90% volume terpindahkan merupakan volume terpindahkan yang baik untuk sediaan sirup. Pada uji ini, sediaan sirup amonium klorida memiliki rata-rata volume terpindahkan sebesar 95,55% dengan 3 kali pengulangan. Hal ini berarti larutan sirup amonium klorida memiliki viskositas yang rendah sehingga sediaan mudah untuk dituang dan hal ini telah sesuai dengan literatur yang ada.



IX. Penutup



a. Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sirup adalah sediaan pekat terkondensasi gula pengganti atau gula dengan atau tanpa zat perasa dan zat obat. 2. pH sediaan telah sesuai literatur. 3. Volume terpindahkan sediaan telah sesuai literatur. 4. pH sediaan 4,8 5. Rasa sediaan asin, bau sediaan khas mentol, dan warna yang putih keruh. 6. Rata-rata volume terpindahkan 95,55% 7. Rasa manis sukrosa tidak mampu menutupi rasa asin dari amonium klorida dan natrium benzoat.



b. Saran Sebaiknya pada saat melakukan preformulasi lebih diperhatikan pemerian masing-masing zat, terutama rasa, bau, dan warna zat aktif maupun zat eksipien.



X.



Daftar Pustaka



Ansel. H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta. Ansel. H. C., Alen. L. V., dan Popovich. N. G. (2011). Ansels Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System (9th edition). Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Estuningtyas. A., dan Arif. A. (2016). Farmakologi Dan Terapi Edisi 6. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Husen. R. W. M., Yamlean. P. V. Y., dan Citraningtyas. G. (2015). Formulasi Dan Evaluasi Sirup ekstrak Daun Sindaguri (Sida rhombifolia L.). Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Rowe. R. C., Sheskey. P. J., dan Quiin. M. E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press. London. Sweetman. S. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference ThirtyiSixth Edition. Pharmaceutical Press. New York.



XI. Lampiran



a. Kemasan Sekunder



b. Brosur



c. Etiket



d. Dokumentasi