(Siska 21) Ringkasan Bab 3 YANTRA TANTRA MANTRA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RINGKASAN BAB III TANTRA, YANTRA, DAN MANTRA



OLEH : NI KADEK SISKA WULANDARI XII MIPA 9 / 21



TAHUN AJARAN 2020/2021 SMA NEGERI 1 TABANAN



A. Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra 1. Tantra Tantra yaitu kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit kesaktian. 2. Yantra Yantra adalah bentuk “niyasa” (simbol, pengganti yang sebenarnya) yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. 3. Mantra Secara etimologi Mantra berasal dari suku kata Man (Manana) dan kata Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi Man dan Tra itulah disebut mantra yang berarti dapat memanggil datang (Amantrana). Arti mantra yang lebih rendah adalah rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam keinginan duniawi, tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material, yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun penghancuran diri seseorang. B. Fungsi dan manfaat Tantra, Yantra, dan Mantra dalam Kehidupan dan Penerapan Ajaran Hindu 1. Tantra Fungsi dan manfaat Tantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah : a. Menyeimbangkan keaktifan semua chakra. b. Memurnikan prana atau energi yang masuk ke dalam tubuh.



c. Membantu bangkitnya kemampuan clairvoyance, yaitu kemampuan dalam melihat dan merasakan energi yang halus (subtleenergies) seperti : melihat aura, pancaran energi, melihat chakra. d. Membantu bangkitnya kemampuan clairaudience, yaitu kemampuan dalam mendengar dan memahami suara gaib, mendengar pesan dari alam atau dimensi lain. e. Membantu bangkitnya kemampuan psychometry, yaitu dapat mengetahui sejarah suatu benda hanya dengan sentuhan saja. f. Membantu bangkitnya kemampuan clairsentience, yaitu kemampuan merasakan suatu pikiran, emosi, aroma, dan sensasi fisik (emosi dan sakit yang diderita orang lain). g. Membantu bangkitnya kemampuan psychokinesis, yaitu kemampuan mempengaruhi sikap, pikiran dan jiwa seseorang ke arah yang lebih baik, menenangkan



orang



yang



kalap,



bingung,



emosi,



dan



dapat



menyadarkan/menetralisir orang yang kesurupan (trance). h. Merasakan peningkatan pengalaman spiritual dalam kehidupan yang anda jalani sekarang maupun pada tingkat dimensi yang lebih tinggi. 2. Yantra Fungsi dan manfaat Yantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah : a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. 3. Mantra Makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut: a. Untuk mencapai kebebasan b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa c. Memuja para devata dan roh-roh



d. Berkomunikasi dengan para Deva e. Memperoleh tenaga dari manusia super (Purusottama) f. Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para devata g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu h. Mencegah pengaruh negative i. Mengusir roh-roh jahat j. Mengobati penyakit k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan (air suci) l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat p. Menyucikan badan manusia Fungsi dan manfaat Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah : a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci ‘veda’. b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. c. Memohon keselamatan. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma.



Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan pengabdian hidup ini menjadi lebih baik. d. Memohon Pencerahan dan kebijakan. Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti: -



Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan.



-



Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri.



-



Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya.



e. Melestarikan ajaran “dharma”. Sumber ajaran Agama Hindu adalah Veda. Veda adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini bahwa pada awalnya veda diajarkan secara lisan, setelah kebudayaan manusia semakin berkembang kemudian dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda. Sedangkan mantra yang diucapkan disebut Dhvanyātma Sabda, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan ataupun dilagukan. C. Bentuk – Bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang Dipergunakan dalam Praktik Kehidupan Sesuai Ajaran Agama Hindu 1. Tantra Secara umum dapat dinyatakan bahwa yantra adalah bentuk-bentuk ajaran tantra yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran Tuhan sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun



demikian pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan pelaksananya, sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan bersama. 2. Yantra Adapun bentuk-bentuk yantra adalah : a. Banten Banten adalah salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Yadnya Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal. Banten dalam upacara agama Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai yang universal. b. Susastra Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya digunakan untuk melakukan upakara puja dengan mengikut-sertakan bija mantra sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis puja dan setiap puja menggunakan yantra maka penggunaan mantra juga menjadi berbeda. Adapun bentuk-bentuk yantra dalam kesusteraan Hindu antara lain: 1) Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis pada selembar kertas atau kain. 2) Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid dimana di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali. 3) Meru parastar yantra; adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut atau dipotong bagian tertentu. 4) Ruram Pristha yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura.



5) Patala yantra: adalah yantra yang di bagian atas bentuknya lebih besaran dari pada bentuk bagian bawahnya yang ‘kecil’. Bentuk ini kebalikan dari meru Pristha yantra. Siwa lingga adalah bagian dari Tantrisme. Dewasa ini hampir di semua tempat suci (Pura) seseorang dapat melihat Siwalingga yang diwujudkan dengan lingga – yoni. Menurut Siwa Purana, itu melambangkan ruang di mana alam semesta menciptakan dan melenyapkan dirinya berulang-kali. Sedangkan menurut Tantra mewujudkannya dengan phalus dan yoni sebagai perlambang dari sifat laki-laki dan wanita. Ia juga melambangkan prinsip-prinsip kreatif dari kehidupan. Mandala artinya “lingkaran.” Ia sesungguhnya bentuk yantra yang paling rumit. Ia berwujud dalam segala bentuk dan sifatnya sangat artisitik. Dalam agama Hindu, mandala digunakan sebagai alat bantu meditasi. Sri Chakra adalah satu dari yantra yang paling kuat dalam ajaran agama Hindu, yang biasanya digunakan oleh penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan-Nya. Sri Chakra adalah simbol dari Lalitha aspek dari Ibu Suci. Mandala dalam konsep Agama Hindu adalah gambaran dari alam semesta. Secara harafiah mandala berarti “lingkaran”. Mandala ini terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung Mahameru, sebuah gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta. Di dalam Tantrayana mandala juga menggambarkan alam kediaman para makhluk suci, yang sangat penting bagi ritual atau sadhana Tantra.



3. Mantra Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Bahasa Sansekerta diyakini sebagai bahasa yang langsung barasal dari bahasa yang pertama, sedang



bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan dari bahasa Sansekerta. Sebagai asal dari bahasa yang benar, merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut mantra. Kata mantra berarti “bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra itu. D. Cara Mempraktikkan Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra 1. Tantra Bagaimana praktik ajaran tantra, berikut ini dapat dipaparkan, antara lain; a. Memuja shakti Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada shakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani dari Shakti dan Siwa. Tantra juga mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada Shakti (Ibu Semesta, misalnya Devi Durga, Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya), sebagai aspek Tuhan Yang Tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan. b. Meyakini pengalaman mistis Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. c. Simbol-simbol erotis Dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbolsimbol material termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering kali diidentikkan dengan ajaran kiri padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan tantra. d. Penyelamat dunia dari kehancuran



Dalam beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada mulanya muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut kalimosada. Kalimosada (Kali-maha-usada), yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi Beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Seiring pendistorsian ajaran Hindu di Indonesia. e. Mewarnai kebudayaan dan keagamaan Dalam perkembangannya, praktik tantra ini juga selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan prasasti, candi dan arca-arca bercorak tantrik. 2. Yantra Yantra adalah sarana dan tempat memusatkan pikiran. Adapun unsur-unsur sebuah yantra adalah : a. Bindu (titik) Titik dapat juga menggambarkan keterbatasan perbedaan yang satu eksistensi atau asal manifestasi yang satu dengan yang lainnya. Ketika sesuatu



eksistensi



dalam



tingkat



tidak



termanifestasi



menjadi



bermanifestasi, maka manifestasi mulai di berbagai tempat, dalam beberapa titik di ruang angkasa, dalam beberapa titik waktu. b. Garis lurus Ketika sebuah titik bergerak secara bebas dalam aktrasinya yang abadi, gerakannya itu berbentuk garis lurus. Garis lurus dipakai untuk menggambarkan gerakan yang tiada merintangi, demikianlah prinsip dari semua perkembangan. c. Segi Tiga



Segi tiga dengan pucaknya ke atas melambangkan api, diidentifikasikan dengan prinsip laki-laki, lingga atau phallus, simbol Siva, leluhur atau manusia kosmos (purusa). d. Lingkaran Gerakan melingkar adalah kecenderungan sifat rajas (berputar) yang merupakan sifat dari manifestasi yang dapat dimengerti. Pusat lingkaran, bagaimanapun, dapat melambangkan ciptaan yang dapat ditarik ke dalam, energi yang bergelung, yang ketika dibangkitkan, mengantarkan semua mahluk dapat menyeberangi ruang dan bentuk manifestasi dan mencapai tingkat kebebasan. e. Persegi Enam (Hexagon) Lingkaran kadang-kadang dijadikan sebuah unsur dari sebuah udara, meskipun secara konvensional simbol untuk udara adalah persegi enam (hexagon). f. Bujur sangkar Bujur sangkar dijadikan lambang bumi. Bujur sangkar ini melambangkan unsur bunyi. Angka bilangan yang merupakan simbol bumi adalah g. Bintang (Pentagon) Bintang diasosiasikan dengan cinta dan nafsu seperti halnya kekuatan untuk memisahkan. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dari yantra-yantra yang bersifat magis. h. Tanda Tambah Tanda ini merupakan simbol dari perkembangan titik di dalam ruang seperti halnya juga pengkerutan (reduksi) ruang menjadi satu (ke titik tengah). Hal ini menunjukkan bahwa satu kekuatan bias berkembang berlipat ganda. Di Bali tanda tambah ini disebut “tapak dara”, tanda bekas diinjak burung merpati, digunakan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan gaib. i. Svastika Tanda tambah yang sederhana tidak hanya menggambarkan reduksi ruang menuju satu kesatuan, tetapi juga lapangan manifestasi yang dari titik



pusat, bindu, simbol ether, mengembang ke 4 arah mata angin dan 4 unsur yang nampak. Hal ini diperlihatkan dengan cabang berliku dari kemurahan svastika, yang bagaimanapun dihubungkan dengan titik pusat material, saat ini titik tidak dapat ditentukan luas ruang angkasa. j. Bintang Segi Enam (Hexagon) Bintang segi enam (hexagon) atau kenyataannya dalam bentuk dodecagon adalah salah satu unsur yantra yang sangat umum. Dibuat dari dua segi tiga yang saling tembus (penetrasi). Kita dapat melihat segi tiga yang puncaknya menghadap ke atas menggambarkan Manusia Kosmos (purusa) dan segi tiga yang ujungnya ke bawah merupakan Sifat Kosmos (prakrti). k. Bunga Padma Segala simbol-simbol bilangan menggambarkan kesatuan tertentu yang ditunjukkan di dalam yantra sebagai bunga yang bentuknya bundar yang disebut bunga padma. Ada beberapa jenis Yantra yang utama, yang dapat kita kenal dalam praktiknya dimasyarakat, antara lain : a. Yantra-raja berfungsi sebagai yantra yang tertinggi, memenuhi segala permohonan. b. Yantra Sarvatobhadra berfungsi untuk mengamankan lingkungan atau tempat tinggal. c. Yantra Smarahara berfungsi untuk melenyapkan keinginan, terutama ketika melakukan meditasi. d. Yantra Mukti berfungsi sebagai penuntun bagi seseorang untuk mencapai moksa (kelepasan). e. Yantra Sri Cakra berfungsi utuk memperoleh keberuntungan. f. Yantra Ganapati



berfungsi untuk memperoleh



perlindungan dan



keselamatan. g. Yantra Visnu berfungsi untuk memperoleh kemakmuran. 3. Mantra



Tidak terhitung jumlahnya mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Veda adalah mantra. Walaupun demikin banyak jumlahnya, mantramantra itu dapat dibedakan menjadi 4 jenis sesuai dengan dampak atau pahala dari pengucapan mantra, antara lain ; a. Siddha, yang pasti (berhasil). b. Sadhya, (yang penuh pertolongan). c. Susiddha, (yang dapat menyelesaikan).