Sistem Manajmen Laboratorium Imunoserologi FIX [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGELOLAAN DAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI



OLEH: D IV A ANALIS KESEHATAN Lalu Addien Faqih Panjenengan



(PO7134114029)



Liana Rizky



(PO7134114030)



M. Rahmat Khairul Fajar



(PO7134114031)



Melisa Safitri



(PO7134114032)



Mimin Fitriani



(PO7134114033)



Ni Luh Ovi Damayanti



(PO7134114034)



Ni Made Dwi Dyah Ratnasari



(PO7134114035)



Ni Made Wiasty Sukanty



(PO7134114036)



Ni Putu Erlita Okandari



(PO7134114037)



KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN ANALIS KESEHATAN T.A. 2016/2016



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung proses pembuatan makalah yang berjudul “Laboratorium Imunoserologi” ini. Dalam tugas ini disajikan materi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang ada di laboratorium Imunoserologi jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram. Pembuatan makalah ini kami lakukan tidak semata-mata untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan kesehatan Kerja, namun juga untuk memperluas pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa dalam bidang penegelolaan laboratorium. Dalam pembuatan tugas ini, tentunya kami tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, kami mohon maaf kepada pembaca apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan dalam bacaan maupun pemilihan kata yang kurang tepat.



Mataram, 6 Oktober 2016



Tim Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1 I.



LATAR BELAKANG.............................................................................................................1



II.



RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2



III. TUJUAN..................................................................................................................................2 IV. MANFAAT..............................................................................................................................2 BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................................3 I.



LABORATORIUM KESEHATAN........................................................................................3



II.



JENIS-JENIS LABORATORIUM KESEHATAN...............................................................4



III. PERSYARATAN LABORATORIUM KESEHATAN..........................................................5 BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................7 I.



PENGERTIAN LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI..................................................7



II.



SISTEM PENGELOLAAN LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI..............................7 1. Administrasi Laboratorium Imunoserologi.....................................................................7 2. Pemeliharaan Alat Dan Bahan..........................................................................................8



III. ANALISIS PENGELOLAAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3 DALAM LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI....................................................................................14 BAB IV PENUTUP............................................................................................................................17 I.



KESIMPULAN.....................................................................................................................17



II.



SARAN..................................................................................................................................17



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................iii



3



BAB I PENDAHULUAN



I.



LATAR BELAKANG Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju dari beberapa pengamatan, menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alatalat pengaman walaupun sudah tersedia. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif. Tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja



: status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain. 1



2. Beban kerja



: fisik maupun mental.



3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain: bising, panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.



II.



RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari laboratorium imunoserologi? 2. Bagaimana sistem pengelolaan laboratorium imunoserologi? 3. Bagaimana analisis pengelolaan dan sistem manajemen k3 dalam laboratorium imunoserologi secara umum?



III.



TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian dari laboratorium imunoserologi. 2. Untuk mengetahui sistem pengelolaan laboratorium imunoserologi. 3. Untuk mengetahui analisis pengelolaan dan sistem manajemen k3 dalam laboratorium imunoserologi secara umum.



IV.



MANFAAT Dengan adanya makalah ini, kita dapat menganalisis dan mengetahui apa saja kekurangan yang dimiliki laboratorium imunoserologi dari segala segi yang berpeluang menyebabkan resiko kecelakaan bagi pengguna laboratorium, sehingga untuk kedepannya, kekurangan tersebut dapat dilengkapi, sehingga semua pengguna dapat menggunakan laboratorium dengan nyaman dan aman.



2



BAB II LANDASAN TEORI I.



LABORATORIUM KESEHATAN Laboratorium adalah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia, atau bidang ilmu lainnya. Tempat ini dapat berupa ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya pelayanan kesahatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan curative, bahkan promotif dan rehabilitatif. Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat. Laboratorium sebagai pelaksana teknis Kesehatan dan sebagai satuan penelitian kesehatan mempunyai fungsi antara lain: 1. Pelaksana kesehatan sesuai dengan pembangunan kesehatan. 2. Pelaksana dan Pembina hubungan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain dan masyarakat. Agar pembangunan bidang kesehatan ini dapat berhasil serta tugas dan fungsi kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan pemberdayaan sarana dan prasarana laboratorium bagi penunjangnya, yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan mutu kesehatan dan akan mempengaruhi pula efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.



3



II. 1.



JENIS-JENIS LABORATORIUM KESEHATAN Laboratorium kesehatan terdiri dari: Laboratorium Klinik Laboratorium klinik berfungsi sebagai laboratorium yang melakukan pemeriksaan pada bidang hematologi, kimia klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Labratorium Klinik ini sering dibagi atas: a. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen. b. Parasitologi mengamati parasit. c. Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan penghitungan darah dan selaput darah. d. Koagulasi menganalisis waktu bekuan dan faktor koagulasi. e. Kimia klinik biasanya menerima serum. Mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang berbeda. f. Toksikologi menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain. g. Imunologi menguji antibodi. h. Imunohematologi, atau bank darah menyediakan komponen, derivat, dan produk darah untuk transfusi. i. Serologi menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti hepatitis atau HIV. j. Urinalisis menguji air seni untuk sejumlah analit k. Histologi memproses jaringan padat yang diambil dari tubuh untuk membuat di kaca mikroskop dan menguji detail sel. l. Sitologi menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan keadaan lain. m. Sitogenetika melibatkan penggunaan darah dan sel lain untuk mendapatkan kariotipe, yang dapat berguna dalam diagnosis prenatal (mis. sindrom Down) juga kanker (beberapa kanker memiliki kromosom abnormal). n. Virologi dan analisis DNA juga dilakukan di laboratorium klinik yang besar. o. Patologi bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.



2.



Laboratorium Kesehatan Masyarakat Laboratorium kesehatan masyarakat merupakan laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia atau lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. 4



Jenis laboratorium klinik umumnya diselenggarakan di rumah sakit umum dan bersalin, dan laboratorium klinik swasta, serta puskesmas. Untuk uji yang amat khusus, sampelnya bisa masuk ke laboratorium MIPA maupun riset. Banyak sampel yang dikirim antara laboratorium yang berbeda untuk tes-tes yang tidak umum, yang lebih efektif ongkosnya jika sebuah laboratorium khusus mengkhususkan diri pada tes yang jarang, menerima spesimen (dan uang) dari laboratorium lain, bila mengirimkan uji tak dapat dilakukan. III.



PERSYARATAN LABORATORIUM KESEHATAN 1. Lokasi Sesuai peraturan perundang-undangan. 2. Ruangan Secara umum tersedia ruang terpisah untuk : a. Ruang penerimaan : ≥ 6 m2 b. Ruang pemeriksaan : 15 s/d 30 m2 c. Ruang administrasi/pengolahan hasil : ≥ 6 m2 3. Konstruksi Persyaratan konstruksi laboratorium kesehatan yaitu sebagai berikut : a. Dinding terbuat dari bahan porselin/keramik setinggi 1,50 m. b. Tinggi langit-langit 2,70-3,30 m. c. Lebar pintu minimal 1,20 m & tinggi minimal 2,10 m. d. Semua stop kontak & saklar dipasang minimal 1,40 m. e. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang & tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia. f. Meja beton dilapisi porselin/ keramik dengan tinggi 0,80-1,00 m. g. Meja untuk instrumen elektronik hrs tahan getaran. h.



5



BAB III PEMBAHASAN I.



PENGERTIAN LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI Laboratorium Imunoserologi merupakan bidang laboratorium yang memeriksa seacara khusus dalam bidang pemeriksaan imuserologi. Pemeriksaan yang dimaksud yaitu pemeriksaan identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih yang berespon terhadap antigen, protein asing di dalam tubuh. Serta investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh, seperti penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan jaringan tubuh itu sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem kekebalan tubuh kurang aktif.



II.



SISTEM PENGELOLAAN LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI Dalam suatu laboratorium, harus ada suatu sistem pengelolaan baik itu alat maupun bahan serta reagen yang masuk dan reagen yang digunakan. Sehingga, dengan adanya sistem pengelolaan ini, setiap pemasukan dan penggunaan alat dan juga bahan dapat diketahui dengan jelas. Adapun sistem pengelolaan pada laboratorium Imunoserologi sebagai berikut : 1. Administrasi Laboratorium Imunoserologi A. Jenis alat dan bahan beserta jumlahnya



Adapun jenis barang yang terdapat di laboratorium imunoserologi tidak dicantumkan semua di dalam daftar barang ruangan. Seperti halnya barang-barang plastic ataupun gelas yang sering digunakan pada saat praktium, seperti : tabung 6



reaksi, mikropipet dan tip, pipet, beaker glass, corong, dan masih banyak contoh barang atau alat lainnya yang tidak dicantumkan. B. Jumlah alat yang rusak Adapun beberapa jenis barang rusak pada laboratorium imunoserologi yaitu sebagai berikut :



Semua alat-alat yang rusak di atas tidak dibuang, namun semuanya dikumpulkan dan disimpan di dalam lemari. Hal ini sengaja dilakukan, karena semua alat-alat serta reagen yang digunakan oleh laboratorium akan diinfentaris atau diperiksa. Jadi bukan hanya alat yang rusak saja, tetapi reagen-reagen yang telah habis (larutan kimia dengan botol 1 L) juga harus disimpan sebagai bukti pembelian alat dan penggunaan alat sesuai dengan laporan yang dibuat. Sehingga dengan adanya bukti alat-alat tersebut, laporan dana yang dikeluarkan untuk membeli alat maupun reagen sesuai dengan kenyataan sebenarnya 2. Pemeliharaan Alat Dan Bahan A. Penyimpanan alat dan bahan laboratorium imunoserologi 1. Alat- Alat a. Mikroskop Mikroskop seharusnya disimpan di tempat yang sejuk, kering, bebas debu dan bebas dari uap



asam dan basa dengan cara tempat penyimpanan



mikroskop tersebut harus diberi silika gel yang bersifat higroskopis. Selain itu dapat pula diberi lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop yang telah dipakai. Jangan sekali-kali menyimpan mikroskop yang preparatnya masih tertinggal di atas meja mikroskop. Selain merupakan pertanda jelas suatu kelalaian/kecerobohan juga



dapat menyebabkan



tumbuhnya jamur pada preparat yang pada akhirnya akan mengkontaminasi lensa. Terakhir, sebelum menyimpan mikroskop, lensa objektif dijauhkan 7



dari meja preparat dengan memutar alat penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu



dikecilkan intensitasnya lalu



dimatikan (untuk mikroskop listrik). Namun, penyimpanan mikroskop pada laboratorium Imuno-Serologi tidak begitu baik. Hal ini dikarenakan mikrosop yang telah selesai digunakan tersebut diletakkan di meja pemeriksaan dengan suhu dan pencahayaan yang tidak sesuai, bukannya disimpn di dalam lemari yang kering, sehingga kemungkinan besar tumbuhnya jamur pada lensa mikroskop. Dengan adanya jamur ini, maka akan menyulitkan pemeriksaan menggunakan mikroskop tersebut, sehingga hasil pemeriksaan yang di dapat tidak begitu meyakinkan. Bahkan dengan hal tersebut, mikroskop bisa rusak. b. Waterbath Waterbath sebagai media pemanas seharusnya menggunakan air suling ( jangan menggunakan air sumur, karena menyebabkan korosi ), dan bila waterbath telah selesai digunakan, matikan arus listrik dan dicabut dari arus listrik tersebut, serta jika hendak disimpan, maka air (media pemanas) harus dikosongkan. Untuk perawatannya, waterbath harus dibersihkan yaitu dengan lap bersih yang dibasahi air kemudian lap dengan kain kering setiap selesai menggunakan alat. Suhu Waterbath juga harus tetap dikontrol setiap hari agar pada saat penggunaan alat sudah tidak ada kesalahan alat. Penyimpanan waterbath pada laboratorium imunoserologi sudah begitu baik. Hal ini dapat dilihat dengan tempat penyimpanannya yaitu pada sebuah meja yang terbuat dari beton yang kokoh , datar dan tidak mudah bergetar, serta ditempatkan pula pada suhu penyimpanan yang sesuai. Pada laboratorium ini, suhu waterbath tetap dikontrol setiap hari, sehingga pada saat penggunaan alat sudah tidak ada kesalahan alat. Namun, setiap setelah dilakukan, waterbath tidak dilap atau dibersihkan. c. Sentrifugasi Penyimpanan dan perawatan sentrifugasi dilakukan dengan membersihkan sentrifugasi dari pecahan tabung, tumpahan darah, serum dan lakukan desinfeksi setiap saat , lalu bersihkan bagian luar dan dalam setiap hari, dilakukan pemantauan timer sesuai penggunaan atau lakukan pemantauan setiap satu minggu sekali . Alat ini harus selalu dikalibrasi dengan menggunakan tachometer terkalibrasi dan lakukan 1 bulan sekali, serta lumasi bagian engsel 8



tutup dengan pelumas setiap sebulan sekali. Penempatannya sudah sesuai yaitu pada sebuah meja yang terbuat dari beton yang kokoh serta tidak mudah bergetar dan ditempatkan pula pada tempat yang datar serta pada suhu yang tidak terlalu panas. Namun, setiap harinya setelah digunakan, sentrifugasi tidak pernah dibersihkan dan tidak pernah didesinfeksi. Dengan perawatan dan penyimpanan yang tidak sesuai dengan prosedur , maka tidak menutup kemungkinan bahwa alat sentrifugasi ini akan dengan mudah rusak. d. Rotator Penyimpanan rotator tidak terlalu dikhususkan. Namun, yang perlu diperhatikan yaitu, rotator tersebut diletakkan atau disimpan pada tempat yang aman ( pada tempat yang kokoh, sehingga tidak mudah bergetar, serta diletakkan pada tempat yang datar) dan bersih. Pada laboratorium imunoserologi, penyimpanan rotator sudah bagus, yaitu seperti yang disebutkan di atas, yaitu disimpan atau ditempatkan pada sebuah meja yang terbuat dari beton yang kokoh dan tidak mudah bergetar serta disimpan pada tempat yang bersih. Alat ini juga selalu dibersihkan setiap ada percikan atau bahan lain yang tumpah saat proses pencampuran. e. Hot Plate Sama halnya dengan rotator, hot plate ini tidak memerlukan perlakuan khusus pada saat penyimpanannya, namun hal yang perlu diperhatikan yaitu, hot plate ini harus ditempatkan atau disimpan pada tempat yang aman (datar, kokoh dan tidak mudah bergetar) dan juga bersih. Dan apabila alat ini selesai digunakan, maka harus dibersihkan dengan menggunakan lap kering. Pada laboratorium imunoserologi, penyimpanan hot plate sudah bagus. Hot plate disimpan atau di;etakkan di sebuah meja yang terbuat dari beton yang kokoh dan tidak mudah bergetar. Hot plate juga ditempatkan pada tempat yang bersih. 2. Bahan a. Membutuhkan perlakuan khusus Adapun bahan-bahan yang memerlukan tempat penyimpanan khusus seperti pada reagen ASO yang membutuhkan suhu penyimpanan 2-8 ◦C disimpan di dalam fleezer. Reagen- reagen tersebut dicek setiap awal dan akhir semester. Pemasukan reagen diadakan setiap awal semester, dan pada saat akan dilakukan pemasukan bahan atau reagen baru, setiap parameter pemeriksaan di setiap laboratorium dilakukan perhitungan jumlah reagen 9



yang dibutuhkan sesuai dengan silabus praktikum, kemudian semua kebutuhan tersebut dijumlahkan lalu



reagen dipesan. Dengan cara ini,



kemungkinan untuk adanya reagen yang kadaluarsa kecil. Namun, apabila ada reagen yang kadaluarsa, maka reagen tersebut tidak langsung dibuang. Jika reagen tersebut masih bisa dimodifikasi dan digunakan untuk pemeriksaan sehari-hari atau sebagai bahan pembelajaran mahasiswa di kampus, maka reagen tersebut akan dimodifikasi. Namun, jika reagen tersebut sudah tidak bisa digunakan, reagen akan langsung dibuang. Perlakuan ini berlaku juga pada sampel pemeriksaan, jika sampel diharuskan untuk disimpan atau diawetkan, maka sampel tersebut dapat dimasukkan ke dalam flezeer. Perlakuan yang duberikan baik pada reagen maupun bahan pemeriksaan ini dilakukan untuk menjaga stabilitas reagen maupun sampel agar tidak rusak dan awet digunakan. b. Tidak membutuhkan perlakuan khusus Adapun beberapa bahan yang tidak memerlukan perlakuan khusus dapat disimpan di dalam lemari biasa dengan suhu ruangan dan terlindung dari cahaya matahari. Mengingat laboratorium ini biasanya hanya melakukan pemeriksaan sebagai suatu media pembelajaran bagi mahasiswa, sehingga biasanya mahasiswa mengambil langsung sampel dari sesama mahasiswa, sehingga sampel tersebut setelah digunakan bisa langsung dibuang tanpa disimpan atau diawetkan terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan sampel pemeriksaan yang susah didapatkan seperti sampel jaringan (sito histo). Untuk pembelajaran lebih lanjut, sampel tersebut harus disimpan dengan suhu yang sesuai. B. Susunan alat dan bahan laboratorium Pada laboratorium Imunoserologi, alat-alat, dan reagen disusun cukup baik. Reagen



disimpan



berdasarkan



kebutuhan



pemeriksaan



dan



disusun



(dikelompokkan) sesuai dengan sifat dari reagen tersebut, sehingga tidak ada reagen yang saling bereaksi yang dapat berisiko menimbulkan kecelakaan. Alat-alat disimpan berdasarkan jenisnya, minsalnya tabung reaksi disimpan pada satu tempat, begitupula dengan alat lainnya. Namun kurangnya, setiap jenis alat tersebut tidak dilakukan pemisahan tempat penyimpanan berdasarkan ukurannya ataupun volumenya. C. Keadaan sarana pendukung 10



1. Papan tulis Papan tulis yang tersedia di laboratorium imunoserologi cukup baik dan masih layak untuk digunakan. 2. Meja kerja Meja kerja yang dimiliki laboratorium imunoserologi terbuat dari beton yang kokoh dan kuat serta tidak mudah bergetar, serta permukaannya datar. Hal ini



didesain



sesuai



dengan persyaratan meja



laboratorium,



sehingga



memudahkan peletakkan alat-alat elektronik serta mempermudah proses pemeriksaan. 3. Kursi Adapun kursi di laboratorium imunoserologi cukup memadai, dan kualitasnya bagus, tidak mudah rusak. 4. Penerangan Lampu penerangan pada laboratorium imunoserologi tidak terlalu bagus. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya lampu di laboratorium tersebut, tapi hanya beberapa lampu yang berfungsi dengan baik. Adapun stop kontak dan saklar dipasang jauh dengan air 5. Pendingin udara Pendingin udara (AC) berfungsi dengan baik, sehingga bermanfaat juga untuk



alat-alat



yang



membutuhkan



suhu



dingin



yang



stabil



untuk



pemeliharaannya. 6. Ventilasi Ventilasi yang tersedia di laboratorium sudah bagus sebagai jalan keluar masuknya udara. 7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Adapun manajmen K3 di laboratorium imunoserologi sudah cukup bagus. Seperti hanya kotak P3K sudah tersedia, sehingga bila terjadi kecelakaan kerja (terluka, dll) dapat segera diberi pertolongan pertama. Di laboratorium juga telah ditempelkan tata tertib sebagai suatu acuan bagi setiap pengguna laboratorium. Serta di laboratorium juga telah ditempelkan berbagai symbolsimbol bahaya, sehingga setiap mahasiswa yang masuk ke dalam laboratorium dapat dengan mudah membaca, mengenali dan mengetahuinya, sehingga menjadikan mereka lebih berhati-hati dalam bekerja. Namun, adapun fasilitas penunjang yang belum sempurna seperti jalur evakuasi. Di laboratorium, jalur evakuasi yang dibuat hanya sebatas tanda panah kecil di dekat pintu masuk, namun jalur menuju pintu tersebut tidak dibuatkan, sehingga bila terjadi suatu



11



bahaya, pengguna laboratorium tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga dapat memperparah keadaan. 8. Pengolahan limbah Dalam hal pengolahan limbah laboratorium imunoserologi tersedia cukup bik, namun masih belum sempurna. Laboratorium telah menyediakan wastafel sebagai tempat pembuangan limbah cair yang memiliki system penyaringan sebelum dibuang ke tempat penampungan. Adapun kekurangannya yaitu, laboratorium tidak menyediakan tempat pembuangan limbah infeksius yang sesuai persyaratan, serta tidak menyediakan tempat pemusnahan limbah terutama limbah infeksius (insenarator). 9. Air bersih yang mengalir Air bersih pada setiap laboratorium



termasuk



laboratorium



imunoserologi sudah cukup memadai.



III.



ANALISIS PENGELOLAAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3 DALAM LABORATORIUM IMUNOSEROLOGI Resiko terbesar terjadinya kecelakaan kerja di dalam laboratorium imunoserologi yaitu tertusuk jarum infeksius habis pakai yang memungkinkan praktikan terinfeksi suatu penyakit. Selain itu, resiko terinfeksi penyakit dapat terjadi karena kelalaian praktikan, seperti penggunaan APD yang tidak lengkap, dan proses penanganan sampel yang tidak sesuai SOP. Adapun kelebihan dan kelemahan pengelolaan dan system manajmen K3 dalam laboratorium imunoserologi yaitu sebagai berikut : A. Kelebihan 1. Reagen dan bahan pemeriksaan yang memerlukan suhu rendah disimpan di dalam freezer dengan suhu yang selalu terkontrol setiap minggu. 2. Reagen yang expired apabila masih bisa digunakan (setelah melakukan pengujian) akan dimodifikasi dan digunakan saat praktikum, namun tidak dapat mengeluarkan hasil yang akurat, tetapi masih dapat digunakan sebagai media pembelajaran.



Sedangkan reagen yang sudah tidak bisa digunakan, dapat



langsung dibuang. 3. Telah memiliki kotak P3K. Jadi, apabila terjadi suatu kecelakaan kerja (terluka, dll), maka dapat langsung diberikan pertolongan pertama untuk meringankan



12



pasien sebelum pertolongan yang memadai diberikan, sehingga mencegah terjadinya dampak yang lebih serius akibat kecelakaan. 4. Secara administrasi laboratorium imunoserologi dapat dikatakan sangat baik. a. Alat-alat yang rusak tetap disimpan dan diinvetarisir agar sesuai dengan isi laporannya. b. Setiap alat yang dipinjam dari laboratorium Imunoserologi selalu tercatat dalam buku catatan peminjaman. Sehingga bila terjadi kekurangan alat setelah pengecekan, maka dapat diketahui penyebabnya. c. Pemasukan reagen diadakan setiap awal semester, dan pada saat akan dilakukan pemasukan bahan atau reagen baru, setiap parameter pemeriksaan di setiap laboratorium dilakukan perhitungan jumlah reagen sejenis yang dibutuhkan sesuai dengan silabus praktikum, kemudian semua kebutuhan tersebut dijumlahkan lalu reagen dipesan. Dengan cara ini, kemungkinan untuk adanya reagen yang kadaluarsa kecil. d. Reagen stok tetap disimpan walaupun sudah habis untuk pelaporan per tahun. Sehingga semua yang dilaporkan baik itu pemsukan dan pengeluaran disertai bukti yang jelas. e. Setiap alat yang digunakan seperti sentrifuge, rotator, hot plate, waterbath telah disediakan instruksi kerjanya, sehingga setiap mahasiswa atau pengguna laboratorium mudah menggunakannya. 5. Terdapat tata tertib laboratorium yang dipasang di dalam laboratorium Immunoserologi. Dengan adanya tata tertib ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap pengguna laboratorium di saat menggunakan laboratorium. 6. Penggunaan laboratotium sudah terjadwal. Sehingga sudah tidak ada tumpang tindih penggunaan laboratorium untuk masing-masing kelas. 7. Memiliki sarana pendukung yang cukup baik. a. Papan tulis (baik) b. Meja kerja (baik) c. Kursi (baik) d. Lampu (kurang baik) e. Pendingin udara (baik) f. Ventilasi (baik) g. K3 (cukup baik) h. Pengolahan limbah (cukup baik) i. Air bersih yang mengalir (baik) 8. Laboratorium imunoserologi juga menyediakan berbagai jenis alat pembelajaran seperti proses terjadinya reaksi imunoserologi, atau seperti prinsip pemeriksaan menggunakan ELISA yang memudahkan praktikan atau sebagai panduan praktikan selama praktik. Semua media bantu pembelajaran tersebut telah dibingkai rapi dan dipajang dengan teratur. 13



B. Kekurangan a. APD yng digunakan masih kurang lengkap. Sehingga memberikan resiko besar terinfeksi penyakit. b. Banyak reagen-reagen yang tidak terkontrol penggunaanya akhirnya terjadi kontaminasi pada reagen-reagen tersebut karena tidak hanya satu orang yang menggunakan. c. Reagen kimia tidak disimpan di dalam lemari asam. Sehingga dapat beresiko menimbulkan kecelakaan. d. Tabung reaksi tidak disimpan pada tempatnya. Tabung disimpan di dalam laci yang memungkinkan tabung tersebut pecah saat laci dibuka. e. Pengelolaan limbah masih kurang memadai karena belum mempunyai pengelolaan limbah padat tersendiri. Pengelolaan masing-masing jenis limbah pada laboratorium imunoserologi sebagai berikut : 1. Limbah cair Untuk limbah cair langsung dibuang di wastafel yang dibawahnya telah dilengkapi dengan penyaring, sehingga dapat diproses terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat penampungan. Adapun limbah cair yang biasa dibuang pada wastafel yaitu : serum, urine dan cairan tubuh infeksius lainya. 2. Limbah padat Untuk limbah padat dibuang pada tempat sampah yang dibedakan limbah infeksius atau non infeksius. Tempat penampungan limbah yang disediakan laboratorium tidak sesuai persyaratan, dan laboratorium tidak menyediakan tempat penghancuran limbah, terutama limbah infeksius (alat insenarator). f. Jalur evakuasi belum sempurna tetapi sudah direncanakan akan menjadi lebih baik. g. Belum ada langkah-langkah tindakan pertama apabila terjadi kecelakaan pada saat bekerja. h. Penempatan alat-alatnya sudah cukup sesuai, namun ada beberapa alat yang ditempatkan pada tempat yang kemungkinan terjadi kerusakan alat cukup besar. Seperti halnya tabung reaksi pada laboratorium ini disimpan di dalam laci dan diletakkan terpisah begitu saja, sehingga jika lac tersebut ditarik dengan keras, maka tabung-tabung tersebut bisa saja pecah karena saling terbentur satu sama lain. Begitu pula dengan alat jenis pipet. Pipet dikumpulkan menjadi satu dan diletakkan di ujung meja. Sehingga, kemungkinan alat tersenggol dan pecah cukup besar.



14



BAB IV PENUTUP I.



KESIMPULAN 1. Laboratorium Imunoserologi merupakan bidang laboratorium yang memeriksa seacara khusus dalam bidang pemeriksaan imuserologi. Pemeriksaan yang dimaksud yaitu pemeriksaan identifikasi terhadap antibody,. serta investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh dan kelainan imunodefisiensi. 2. Jadi, pengelolaan laboratorium imuno-serologi dapat disimpulkan bahwa dari segi administrasi dan pemeliharaan, segala jenis alat dan barang terbilang cukup baik, baik itu dari penyimpanan alat-alat gelas yang masih bagus (masih dapat dipakai), alat-alat yang rusak, reagen yang masih bagus sampai dengan reagen yang expired diperlakukan dengan baik, tetapi



sarana pendukung masih tidak maksimal ,



seperti halnya reagen kimia yang seharusnya diletakkan di dalam lemari asam, tetapi pada laboratorium Imuno-serologi, reagen tersebut tidak diletakkan pada lemari asam, dikarenakan laboratorium tidak menyediakan lemari asam. Dari segi kesehatan dan Keselamtan Kerja, Laboraotium Imuno-serologi dapat dikatakan belum baik. Walaupun laborannya telah berupaya agar pelaksaan K3 berjalan maksimal, tetapi kebanyakan mahasiswa yang praktik di laboratorium Imunoserologi tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap. Pada Laboratorium Imunoserologi, mahasiswa juga dituntut untuk paham bagaimana pembuangan limbah infeksius dan noninfeksius. Kesadaran akan pentingnya APD belum ada pada diri mahasiswa padahal kita tahu bahwa pada lab imunoserologi sudah banyak dilakukan penelitian dengan barang-barang yang terbilang infeksius yang tidak dapat dijamin bahwa semuanya sudah steril. II.



SARAN Diharapkan bagi setiap pengguna laboratorium imunoserologi dapat membaca dan memahami semua tata tertib dan juga simbol-simbol bahaya yang telah dibuat, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu, diharapkan pada pengelola laboratorium imunoserologi, agar setiap kekurangan yang dimiliki laboratorium dari segala segi dapat segera dilengkapi, sehingga pengguna laboratorium dapat bekerja dengan aman dan nyaman. 15



DAFTAR PUSTAKA http://dokumen.tips/documents/alat-lab-55b086c096af2.html



https://ariagusti.wordpress.com/2010/11/04/makalah-kelompok-6-smk3-laboratorium/ http://niswiulfini.blogspot.co.id/2014/03/makalah-laboratorium-kesehatan.html http://mulyadisbastian.blogspot.co.id/2014/09/centrifuge.html http://kuceng-kun.blogspot.co.id/2015/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html



3