Sistem Reproduksi Jantan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM REPRODUKSI (Rattus norvegicus) JANTAN DEWASA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Matakuliah Embriologi Dosen : 1. Sumiyati Saadah, S.Si, M.Si 2. Epa Paujiah, M.Si Asisten Praktikum:- Andini Eka Putri - Eka



Oleh : Nama



: Ismail Fadlurrohman (1142060041)



Kelas/Smst



: A/V



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016



SISTEM REPRODUKSI (Rattus norvegicus) JANTAN DEWASA Ismail Fadlurrohman Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruasn, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Jln. A.H. Nasution No. 105 Bandung e-mail : [email protected] I.



LANDASAN TEORI Biologi reproduksi merupakan topik penting dalam penelitian biomedis. Gangguan fungsi reproduksi menjadi salah satu permasalahan mendasar baik pada manusia maupun hewan. Keberadaan hewan model (hewan coba) sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo . Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan yang paling sering digunakan sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem biologis mammal, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian praklinik. Salah satu galur yang paling banyak digunakan adalah tikus Wistar yang mulai dikembangbiakkan di Wistar Institute sejak 1906 (Fitria, dkk. 2015 : 29). Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan morfofisiologi organ reproduksi dapat digunakan sebagai karakter pembeda antara spesies hewan seperti bakulum, morfometri spermatozoa atau struktur duri penis (penile spine). Perbedaan karakter organ reproduksi tersebut mencerminkan peran sebagai pemisah/penghalang pada proses perkawinan antar spesies dan mempunyai potensi untuk digunakan sebagai karakter identifikasi dalam studi taksonomi (Phadmacanty, 2014 : 84). Organ reproduksi yang berperan penting dalam pembentukan sperma adalah testis. Alat kelamin jantan menunjukkan perubahan musiman, dan ukuran testis akan meningkat. Pada umumnya testis setiap individu memiliki susunan yang sama yaitu tersusun atas tubulus kontortus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan sperma (spermatogenesis), kemudian dilanjutkan ke tubulus rektus seminiferus, kemudian rete testis, ductus different dan epididimis. Tubulus kontortus seminiferus yang tersusun dari sel-sel spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, sermatid, dan spermatozoa. Dalam tubulus kontortus seminiferus



juga dijumpai adanya sel sertoli yang berperan untuk memberi nutrisi pada sperma. Di antara tubulus kontortus seminiferus terdapat jaringan interstitial. Dalam jaringan intertitial terdapat sel Leydig yang berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron (Phadmacanty, 2014 : 86). Organ reproduksi pada vertebrata terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar asesorinya. Ada 2 macam gobad (disebut jug kelenjar (sel) kelamin atau kelenjar biak) yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) dan sel kelamin jantan/ spematozoon (suminto, 2008 :7). Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran rreproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer, 2003:19). Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya hewan akuatik padda umumnya melakukan fertilisasid\ di luar tubuh (fertilisasi eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi interna) (Pratiwi,1996:101). Testis terdapat didalam tubuh hewan jantan. Testis tersimpan didalam rongga perut, dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesenterium khusus (mesorchium). Pada vertebrata tinggi testis sudah dikeluarkan dari rongga perut, disimpan dalam skrotum. Testis selain sebagai kelenjar bak juga sebagai kelenjar endokrin penghasil hormon testosteron (Suminto, 2008 : 7). Sperma dihasilkan oleh sel tubulus seminiferus dalam testes. Sel-selnya berupa sel germinae dengan bermacam-macam tahap perkembangan dan sel sertoli yang memberikan dukungan spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal. Spermatozoon memiliki 4 bagian yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor. Sperma sangat sensitif terhadap suhu. Sel leydig ditestes menghasilkan hormon testosteron yang distimulai oleh LH (Anonim, 2016 : 3-5). Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel spermatozoa yang dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : hormon FSH dan Hormon LH (Sumiati, 2013 :4). Hormon testosteron berperan dalam proses kehidupan seksual, mempengaruhi tanda-tanda kelamin sekunder dan spermatogenesis. Jaringan interestialis terletak



diantara tubulus seminiferus testis. Sel leydig sangat dipengaruhi gonadtropin LH/ICSH (Suryadi, 2007 : 130). Fertilitas sperma penting diketahui. Kemampuan sperma untuk mencapai dan membuahi sel telr merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan reproduksi. Hal ini ditentukan oleh bebrapa parameter, antara lain : morfologi, jumlah, motilitas dan velositas sperma (Tim Pengajar. 2017: 11).



II.



METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 02 Maret 2017 pukul 07:30 WIB dan bertempatan di laboratorium terpadu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.



2.2. Alat dan Bahan No. 1.



Alat Alat bedah (gunting, skalpel, pinset, dan bald)



2.



Kaca objek dan kaca penutup



3.



Pipet tetes



4.



Kaca arloji atau cawan petri



5.



Mikroskop



6.



Jarum pentul



7.



Bally counter



8.



Bahan Tikus putih jantan Larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) Kloroform



Kamar hitung improved Neubauer dan pipa isap eritrosit



2.3. Langkah Kerja 1. Anatomi Sistem Reproduksi Jantan 1.1. Bagian Eksternal a. Ambilah tikus jantan dari kandang, lalu masukkan ke dalam botol pembius berisi kapas yang telah dibasahi dengan kloroform. Setelah mati



tempatkan tikus ini pada baki bedah dengan memaku kedua pasang anggota geraknya b. Amatilah di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40. Gambarkan, deskripsikan, dan bandingkan bentuk atau morfologi sperma, baik yang diambil dari testis maupun dari tripartit epididimis. 1.2. Jumlah Sperma a. Urutlah vas deferen dengan pinset mulai dari pangkal hingga bagian ampilanya, tampunglah cairan yang keluar pada kaca arloji yang berisi 5 tetes NaCl 0,9%. Aduklah perlahan hingga merata, lalu encerkan 1 tetes suspensi ini dalam 49 tetes larutan NaCl 0,9%, sehingga diperoleh pengenceran 50 kali. Aduklah dengan baik, kemudian letakan satu tetes pada hemositometer improved Neubauer dan tutuplah dengan kaca penutup sedemikian sehingga suspensi merata, namun tidak masuk pant hemositometer. b. Hitung sperma dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali pada lima ruang R untuk eritrosit. Jumlah sperma per mL dihitung dengan rumus : 5R x F x 1000, dimana 5R jumlah total sperma dari 5 ruang yang dihitung, F faktor koreksi hemositometer (0,4), dan P besar pengenceran (50). c. Tulis hasil perhitungan sperma pada tabel lembar kerja 1.3. Motilitas Sperma a. Teteskan satu tetes suspensi sperma pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Buatlah batas hitung pada okuler dari bagian pinggir film bekas. Dengan kotak ini hitunglah sperma yang tak bergerak, kemudian geserkan preparat hingga diperoleh jumlah sperma dari 20 kotak hitungan, misalnya A. b. Masukkan preparat kedalam inkubator dan panaskan dengan suhu 50 hingga 60°C selama 3 menit. Dengan cars yang sama, perhatikan dan hitung jumlah sperma yang tak bergerak, misalnya B. Motolitas sperma (%) adalah (B-A)/B x 100%. c. Tulis hasil perhitungan motilitas sperma pada lembar kerja. 1.4. Velositas Sperma



a.



Teteskan suspensi sperma pada hemositometer. Perhatikan dibawah mikroskop (10x40) sperma yang bergerak melintas dua garis yang berdekatan (jarak 1/20 mm).



b.



Catatlah waktu lintas dalam detik. Besar velositas sperma selanjutnya dapat dinyatakan dalam mm per detik.



c.



Tuliskan hasil pengamatan saudara pada tabel lembar kerja



III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Bagian Eksterna Tikus Putih Gambar Dokumentasi



Gambar Literatur



TUGAS II-1.1 Keterangan: Bagian eksterna dari reproduksi jantan meliputi: penis dan skrotum



Sumber: Biologist and



Astronomer - WordPress.com



Bagian Interna Tikus Putih Gambar Reproduksi



Gambar Ekskresi



TUGAS II-1.2 Keterangan: Bagian eksterna dari reproduksi betina meliputi: Klitoris dengan lubang yang disebut orisifium klitoride (muara uretra tempat keluar urin), vulva (organ kopulatoris) dan kelenjar susu.



Tugas II-2.1 Morfologi Spermatozoa Tikus Organ Asal



Gambar



Deskripsi



Testis



- indeks motil - jumlah sedikit yang terberntuk - ukuran kecil -ekor pendek -kepala bulat agak besar Pembesaran : 10x40



Kaput Epididimis



- kepala lonjong - ekor panjang



Pembesaran : 10x40 Korpus Epididimis



- kepala kecil - sitoplasma ditengah ekor



Pembesaran : 10x40 Kauda Epididimis



-cirinya sama dengan di kauda epididimis - lebih sempurna



Pembesaran : 10x40 Tugas II-2.2 Penghitungan Jumlah Spermatozoa Tikus



R



:



∑R



:



1



F



:



0,4



1



2



3



4



5



1



0



0



0



0



P



:



50



Jumlah



∑RxFxPx1000 = 1x0,4,50x1000 = 20.000/mL



Sperma/mL



Tugas II-2.3 Perhitungan Motilias Spermatozoa Tikus 1 Sperma 25cc (A) Sperma 60 (B)



2



3



4



5



Rata-rata



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



Motilitas (%) :



𝑩−𝑨 𝑩



x 100% =



Tugas II-2.4 Perhitungan Velositas Spermatozoa Tikus



Waktu



1



2



3



4



5



Rata-rata



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



tempuh (detik) : Jarak tempuh (mm) : Velositas (mm/detik) : -



Pembahasan pada praktikum kali ini adalah pembahasan tentang Sistem Reproduksi Jantan pada Tikus, dimana kita dibagi kedalam beberapa kelompok dan diberi tugas pengamatan yang berbeda-beda mulai dari mengamati anatomi system reproduksi jantan yang meliputi bagian eksternal dan bagian internal dari anatomi system reproduksi jantan pada Tikus, dan juga menganalisis sperma yang dimulai dari bentuk sperma, jumlah sperma, motilitas sperma, dan velositas sperma. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamaliapun telah dilengkapi dengan alat-alat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan dan



organ kelamin betina berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, (Cartono, 2004). Pada dasarnya alat-alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam. Alat kelamin dalam yaitu terdiri dari testis, saluran pengeluaran, dan kelenjar kelamin. 1. Testis Testis merupakan organ reproduksi yang sangat penting bagi laki-laki karena didalamnya terdapat bagian yang disebut tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan sel-sel kelamin laki-laki (sperma) dan menghasilkan hormone testoteron. Testis berbentuk oval dan berjumlah sepasang dalam testes banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus. Organ ini dilindungi oleh struktur yang disebut skrotum. 2. Saluran pengeluaran atau duktus ekskresi terdiri atas vas deferens, epididimis, vas deferens, saluran ejakulatories, dan uretra. •



Vas eferens merupakan saluran penghubung tubulus seminiferus dengan epididimis. Saluran ini tidak tampak dari luar.







Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok didalam testis yang berfungsi sebagai penyimpan sperma sampai sperma matang.







Vas deferens merupakan saluran lanjutan epididimis, dan bersambung pada saluran ejakulatories atau saluran pemancaran.







Saluran ejakulatories, Saluran ini berjumlah sepasang yang berfungsi memancarkan semen ke bagian uretra. Cairan semen mengandung sperma dan zat-zat lain yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar reproduksi lakilaki







Uretra berfungsi untuk mengalirkan sperma dan air kencing (urin), (Cartono, 2004).



3. Kelenjar kelamin terdiri atas vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. •



Kelenjar Vesikula seminalis Ada sepasang kelenjar vesicularis yang terletak di kanan-kiri ampula duktus deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Pada kuda kelenjar ini bentuknya memanjang. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan



kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi, sedangkan pada kuda dan babi lebih sedikit prosentasenya. •



Kelenjar Prostata Pada sapi sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus. Kelenjar ini lebih dikenal daripada kelenjar vesicularis. Terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus prostata. Badan prostata berukuran lebar 2,5-4,0 cm dan tebal 1,01,5 cm. Bagian prostata yang cryptik disebut pars disseminata. Pars diseminata mengelilingi urethra pars pelvis. Di bagian dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm, panjang 10-12 cm dan tertutup oleh otot urethra. Sekresi kedua bagian ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra. Sekresinya banyak mengandung ion an organik (Na, Cl, Ca, Mg). Pada sapi sekeresinya sangat encer dan mempunyai pH yang basa (7,5-8,2).







Kelenjar Cowper (Kelenjar Bulbourethralis) Memiliki



sepasang,



terdapat



disebelah



kanan



dan



kiri



uretra



bulbouretralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri, padad dan mempunyai kapsul dan ukurannya lebih besar. 4. Sedangkan alat kelamin luar terdiri dari Penis dan Skrotum : Penis merupakan organ reproduksi pria yang berperan dalam kopulasi. Penis menyampaikan sel sperma ke dalam alat reproduksi wanita. pada manusia penis terdiri atas tiga (pada mamalia domestikasi dan mamalia laboraturium terdiri atas dua buah) bangunan silinder disebut korpora covernosa penis. Ujung penis yang disebut dengan glan penis, dilengkapi dengan suatu produk pada korpora kalvernosanya.



Skrotum adalah dua lobus kantong yang membungkus testis. Pada kebanyakan spesies skrotum berlokasi di daerah inguinal diantara dua kaki. Kulit di daerah skrotum berbulu halus dan jarang, serta kurang mengandung lemak di bawah kulit. Pada fase embrional, skrotum mempunyai original jaringan yang sama dengan labia mayor pada hewan betina. Skrotum tersusun dari lapisan terluar yang terususun dengan serabut otot polos, tunika dartos. Tunika dartos membagi skrotum menjadi 2 bagian dan ini menempel pada tunika vaginalis. Skrotum berfungsi untuk melindungi dan menyokong testis, mengatur temperatur testis dan epididymis supaya temperatur dalam testis 4-7OC dibawah temperatur tubuh. 2 anatomi yang menguatkan yaitu pada bagian ureter dan uretranya. Pada sistem ekskresi ureter berfungsi sebagai saluran yang akan mengirim hasil metabolisme tubuh untuk dikeluarkan melalui saluran uretra kemudian keluar melalui lubang penis. Sedangkan pada sisem reproduksi uretra berfungsi sebagai saluran yang akan dilewati sperma, kemudian sperma itu akan keluar melalui lubang penis.



Tubulus seminiferus → vas deferent → ductus epididimis → vas deferent → ductus ejaculatorius → uretra → penis menyalurkannya keluar tubuh. Hal ini membuktikan bahwasannya sistem reproduksi dan sistem ekskresi mempunyai hubungan yang erat. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) terjadi di dalam testis. Struktur sperma terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Di dalam kepala terdapat zat akrosom yang tersusun atas enzim hialurodinase dan proteinase. Zat ini berfungsi meluruhkan lapisan pelindung sel telur sehingga sperma dapat membuahi sel telur. Sedangkan pada leher



sperma terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan energy sehingga sperma dapat bergerak. Produksi sperma dikendalikan oleh hormone Folice Stimulating Hormone (FSH) dan Luinizing Hormone (LH), pada saat sperma diproduksi, dihasilkan juga hormone testosterone yang merupakan pengendali FSH dan LH. Perjalanan sperma untuk keluar dari tubuh adalah sperma bergerak dari tubulus seminiferus menuju epididimis dan tinggal disini sekitar tiga minggu sampai menjadi sperma dewasa. Selanjutnya sperma memasuki saluran vas deferens hingga ujung saluran dan bercampur dengan tiga macam secret hasil sekresi kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. Ketiga secret tersebut bersifat basa yang berguna agar sperma tetap hidup dan bergerak lincah dalam uretra dan saluran genital wanita yang bersifat asam. Selanjutnya semen keluar dari ujung vas deferens menuju saluran ejakulatories dan uretra yang merupakan saluran kencing. Keluarnya semen dari dalam tubuh disebut ejakulasi, (Cartono, 2004: 249) Sebelum ejakulasi biasanya kondisi penis menegang. Keadaan ini disebut dengan ereksi. Saat ejakulasi, tempat keluar urin tertutup otot sekitarnya sehingga semen dan urin tidak bercampur. Volume semen yang dikeluarkan dalam sekali ejakulasi sekitar 2ml-5ml yang mengandung sekitar 50 juta sperma. Jika sperma yang kurang dari 20 juta, kecil kemungkinan terjadi pembuahan, (Cartono, 2004: 250). Pada praktikum kali ini tugas untuk mengamati motilitas dan velositas sperma tikus tidak dapat di hitung dan jelas karena sperma yang diamati mati dan faktor lain-lainnya. Adapun pembahasannya berdasarkan literatur adalah sebagai berikut. Pada motilitas sperma, sperma yang bergerak sebanyak 0 % hal ini dikarenakan spermanya sudah banyak yang mati dan sedikit yang bergerak itupun hanya beberapa, karena kualitas sperma itu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah Gerak sperma ada empat macam, yaitu gerak lurus cepat, gerak lurus lambat, gerak di tempat, dan tidak bergerak. "Yang ada gunanya untuk pembuahan adalah yang bergerak maju (gerak lurus cepat dan gerak lurus lambat). Jumlah sperma yang bergerak maju yang dibutuhkan untuk pembuahan minimal 50 persen dari keseluruhan sperma yang keluar, Sel-sel sperma yang ditemukan dalam tubulus semi niverus serta duktus-duktus ekskreterius bagian proximal tidak dapat bergerak. Sel-sel sperma ini kemudian dapat bergerak dan mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan apa yang disebut dengan plasma semen.



Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai media pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan kalium klorida), nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit (trace) vitamin-vitamin serta enzi-enzim. Beberapa parameter untuk mengetahui kualitas sperma adalah: Bau; Warna seperti lem kanji putih keabuan; volume 2,5-3,2 m/ ejakulasi; Koagulasi/ menggumpal; dan Motilitas normal >10% dapat bergerak. Hal tersebut dapat digunakan untuk analisis kualitas sperma sebab karakteristik tersebut merupakan kualitas yang baik. Kontrasepsi adalah metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan (kastrasi, vasektomi, bahan antifertilitas): a) Kastrasi : usaha menghilangkan fungsi reproduksi sebagai pejantan dengan cara menghambat proses pembentukan dan pengeluaran sperma dapat dilakukan dengan cara mengikat, mengoperasi atau memasukan ovum kedalam organ tertentu. Kastrasi tertutup : menjepit leher skrotum. Kastrasi terbuka : pembedahan mengeluarkan testis. b) Vasektomi : operasi bedah mencegah transportasi sperma pada testis dan penis dengan cara memotong saluran sperma mencegah kehamilan secara permanen. c) Antifertilitas : bahan yang dapat menurunkan kesuburan pada alat reproduksi. Seleksi hewan unggul adalah untuk mendapatkan bibit unggul (Sperma beku, Inseminasi buatan) : a) Sperma beku : sperma yang dibekukan untuk pembuahan buatan saja. Misal program bayi tabung atau in-vitro fertiliation. b) Inseminasi buatan : proses pembuahan dengan cara memasukan sperma kedalam rahim dapat dengan cara disuntikan. Upaya membantu pasangan ingin anak (bahan peningkat fertilitas sperma) : yaitu bahan-bahan yang berfungsi memperbarui dan memperbaiki reproduksi (organ) dengan cara pemberian obat-obat fertilitas seperti estrogen sintesis dapat juga diobati dengan obat tradisional seperti mengkonsumsi jamu dan lain-lain.



IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan pada setiap bagiannya, diantaranya: Anatomi Sistem Reproduksi Jantan ✓ Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) Jantan bagian eksterna terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: Penis dan Skrotum. ✓ Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) Jantan bagian interna terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: ovarium, saluran reproduksi (oviduct, uterus dan vagina), dan beberapa kelenjar asesoris. Selain itu terdapat juga organ-organ pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra. Jumlah Sperma ✓ Perhitungan jumlah sperma menghasilkan angka 20.000/mL. Motilitas sperma dan Velositas sperma pada tikus putih (Rattus norvegicus) tidak dapat dihitung dan terlihat jelas di bawah mikroskop karena berbagai faktor diantaranya ketidak telitian dalam membaca prosedur dan menggunakan alat yang digunakan.



V.



DAFTAR PUSTAKA Suminto, 2008. Embriologi hewan. Universitas terbuka. Didalam : repository.ui.ac.id (pdf). (Diakses pada 12 Maret 2017 : 15.30 WIB). Anonim, 2016. Biologi Modul Reproduksi. Didalam : Staff.ui.ac.id (pdf). (Diakses pada 12 Maret 2017 : 15.30 WIB). Cartono, 2005. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press Suryadi,dkk. 2007. Perubahan-Perubahan Sel Leydig Tikus Putih. Jurnal Anatomi Indonesia. No. 03. Vol. 01. Hal. 129-132. Yogyakarta : UGM. Sumiati, 2013. Sistem Reproduksi Manusia. Jurnal biologi. No. 02. Vol. 02 . Hal. 1-13. Mataram : Universitas Mataram. Tim Pengajar. 2017. PENUNTUN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI. Bandung: Tim Pengajar Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM Pratiwi, DA. 1996. Biologi 2. Jakarta: Erlangga



Phadmacanty, Ni Luh Putu Rischa dan Wirdateti. 2014. Pengamatan Histologi, Anatomi Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang). Zoo Indonesia No. 02. Vol. 23. Hal. 84-91. Bogor: LIPI. FITRIA et al. 2015. Profil Reproduksi Jantan Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar Stadia Muda, Pradewasa, dan Dewasa. JURNAL BIOLOGI PAPUA. No. 01. Vol. 07 Hal. 29–36. Yogyakarta: UGM.