Skripsi Billy Manoppo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Fakultas Teologi UKIT



UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON



“KASIH IBU YANG MENYELAMATKAN” KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF TERHADAP 2 SAMUEL 21:1-14 DAN MAKNANYA BAGI JEMAAT GMIM IMMANUEL RANOWANGKO WILAYAH TANAWANGKO DUA



SKRIPSI



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi



BILLY RIEDEL MANOPPO 201441249 FAKULTAS TEOLOGI PROGRAM STUDI TEOLOGI KRISTEN PROTESTAN BIDANG KONSENTRASI BIBLIKA PERJANJIAN LAMA TOMOHON MARET 2018



i



ii



HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri Dengan semua sumber, baik dikutip maupun dirujuk Telah saya nyatakan dengan benar



Billy Riedel Manoppo NIM : 201441249



__________________ Maret 2018



Fakultas Teologi UKIT



iii



HALAMAN PENGESAHAN



Skripsi ini diajukan oleh : Billy Riedel Manoppo NIM : 201441249 Program Studi : Teologi Kristen Protestan Judul Skripsi :



“KASIH IBU YANG MENYELAMATKAN” KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF TERHADAP 2 SAMUEL 21:1-14 DAN MAKNANYA BAGI JEMAAT GMIM IMMANUEL RANOWANGKO WILAYAH TANAWANGKO DUA



Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai Bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi Pada Program Studi Teologi Kristen Protestan Fakultas Teologi, Universitas Kristen Indonesia Tomohon



DEWAN PENGUJI Pembimbing



: Pdt. Lamberty Y. Mandagi, M.Th



(…………………..)



Penguji I



: Pdt. Dr. Han A. Sumakul, M.Th



(…………………..)



Penguji II



: Pdt. Dr. Albert O. Supit, STM



(…………………..)



Penguji III



: Pdt. Denny Najoan, S.Th, M.Si



(…………………..)



Ditetapkan di : Tomohon Tanggal : 26 Maret 2018



Fakultas Teologi UKIT



iv



KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMA KASIH



Terpujilah TUHAN sebab kasih setia-Nya ditunjukannya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku : “aku telah terbuang dari hadapan mata Mu.” Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada Mu minta tolong (Mazmur 31:22-23) Untaian kata di atas merupakan credo yang dikutip oleh penulis dari kesaksian iman sang pemazmur. Sebab sejak memulai pendidikan di Fakultas Teologi UKIT Yayasan Ds. A.Z.R Wenas sampai selesainya karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa dalam kesesakan, kebingungan serta keputusasaan, ternyata pertolongan dan perlindungan dari TUHAN senantiasa menyertai. Selain itu, hikmat, kesehatan serta kekuatan dari TUHAN turut memperlengkapi penulis. Oleh sebab itu selayaknya pujian, hormat dan kemuliaan dipersembahkan kepada Allah yang rahmani dan rahimi. Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dengan dukungan doa, daya dan dana selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Teologi UKIT Yayasan Ds. A.Z.R Wenas. Dengan tulus hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : -



Bpk Prof. Mesakh Ratag, APU selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan Ds. A.Z.R Wenas.



-



Bpk. Lamberty Y. Mandagi, M.Th selaku Dekan Fakultas Teologi UKIT yang juga sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. Juga kepada para Wakil Dekan serta pimpinan Program Studi Teologi Kristen Protestan.



-



Pdt. Dr. Ervin Sientje Abram sebagai dosen pembimbing skripsi yang juga sebagai dosen pengajar mata kuliah konsentrasi Biblika Perjanjian Lama, yang dengan bijak, penuh kasih dan sabar senantiasa mengarahkan, membimbing, memotivasi dan memberikan begitu banyak inspirasi baru bagi penulis dalam mengikuti perkuliahan serta penyusunan skripsi. Fakultas Teologi UKIT



v



-



Pdt. Mariani Ch. Tampemawa, M.Th dan Pdt. Dr. Vera Burhan, M.Th sebagai dosen pembimbing akademik (mama ani) yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti proses studi, menjadi pribadi yang menghibur, memotivasi serta menginspirasi penulis.



-



Seluruh dosen pengajar mata kuliah konsentrasi Biblika Perjanjian Lama yang dengan bijak dan sabar mengajar dan menuntun penulis selama proses perkuliahan.



-



Pdt. Denny Najoan, S.Th, M.Si dan Pdt. Dr. Liestje Sumampouw selaku dosen pengarah skripsi.



-



Pdt. Dr. Han A. Sumakul, M.Th dan Pdt. Dr. Albert O Supit, STM selaku dosen penguji skripsi.



-



Para pegawai Fakultas Teologi yang telah membantu penulis dalam proses registrasi, administrasi dan penyelesaian berkas skripsi: Bpk. Wempy Mandas, Bsc., Ibu Mareyke Tulandi, Ibu Aneke Lumi, SE., Ibu Femmy Lala, Ibu Caroline, Bpk, Recky Kaunang, Bpk. Sonny Mandolang, Pdt. Richo P. Wenas., dan Ka Nando Kaunang, Bpk Tommy Morong, dan Bpk Yongki Paat.



-



Supervisor serta semua staf perpustakaan yang terus mengisi hari-hari penulis dengan tawa dan canda selama berada di perpustakaan. Kak Clarissa Rachel Nangka, S.Sos., Kak Rafly Kambey S.Th., Kak Eunike Lintong, S.Th., Kak Meiny Saud, S.Th., Kak Sanny Waladow,S.Th., Ayu Sari Wahe, Nickyta Mongi, Tasya Keintjem, Cendy Lumempouw, Eky Gosal, Novry Wohon.



-



Hun Pinatik selaku sekertaris Dewan Perwakilan Mahasiswa yang telah berjuang bersama-sama dengan penulis, menjadi rekan dalam organisasi mahasiswa DPM.



-



Terima kasih kepada seluruh anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang telah berjuang bersama sebagai suatu organisasi kemahasiswaan yang telah mengajarkan begitu banyak pengalaman berorganisasi. Gizela Meylan Kalew, Mordekhai Sopacoly, Christiani Panggulu, Valentino Mokalu, Daniel Sampouw, Brenda Moningka, Dandi Manansang, Noverensia Bawembang, Gabby Polla, Gratia Ompi, Johan Langitan, Ferry Samau, Reynaldo Talengkera, Syalom Sumlang, Jovian Tambayong, Jufen Runtuwene, Joshua



Fakultas Teologi UKIT



vi



Umboh, Markelino Tingon, Elisabet Mamentu, Marlon Kukus, Mikhael Lumenta, Muler Adile, Nadia Bisasu, Natania Nesa, Sara Tuwomea, Satryan Najoan, Maya Tampanguma, William Supit, Clarissa Putri, Sera Rompas, Renjer Mentaruk, Jeferson Timpal, Ezra Bantali, Mouren Rosok, Regri Pesakh, Jeristo Lariwu, Riedel Dien, Jesicka Pinasang, Justin Tamuntuan, Immanuela Manuaya, Santo Ruata, Armando Mantik, Sefira Tarigan, Alvian Koluku, Ari Kainage, Karasucia Manampiring, Mayjestio Tambingon, Aron Wajong, Ketrin Sagrang, Theo Tamon, Monika Pakasi,



Lucky Rinuga,



Sebastian Paila, Andre Kalangi, Kim Junior, dan Yeremia Saing. -



Paduan Suara Exodus yang sempat melukis kisah bersama dalam pelayanan: Kak Gali, kak Sisil, kak Edis, kak rivo, kak Carlah, kak Sulis, kak Calvin, kak Evan, kak Sasay, kak Rian, Torry, Rifly, Olan, Lisa, Ribka, Arjuna, Tasya, kak Ancis, dan lain-lain.



-



Teman-teman seperjuangan di Bidang Konsentrasi Biblika Perjanjian Lama : Gizela, Wulan, Olan, Silva, Emon, Stefani, Jebon, Novel, Daud, Intan, Christin, yang bersama-sama saling memotivasi, memberi masukan dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai tugas pelajaran termasuk skripsi.



-



Semua teman-teman, kakak-kakak serta adik-adik yang pernah tinggal bersama dalam Asrama Putera Teofani yang telah memberikan masa-masa yang indah tetapi juga haru ketika hidup bersama di asrama.



-



Keluarga Mumek-Ponamon yang telah menyediakan rumah kediaman mereka untuk dijadikan tempat tinggal sementara (pemondokan) dari penulis selama studi dan bahkan menyelesaikan Skripsi.



-



Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko Wilayah Tanawangko Dua, Pelayan khusus bahkan seluruh jemaat, secara khusus kepada para informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi tentang sejarah dan keadaan jemaat serta jawaban atas pertanyaan dari penulis.



-



Anggota pemondokan Exodus yang telah berbagi susah dan senang serta motivasi kepada penulis selama tinggal bersama dengan mereka. Terima kasih juga kepada Kak Vickly Bawetik yang telah begitu banyak membantu



Fakultas Teologi UKIT



vii



penulis dengan meminjamkan literatur-literatur untuk digunakan dalam penulisan skripsi tetapi juga bantuan lainnya yang benar-benar dibutuhkan oleh penulis. Terima kasih kepada Kak Onchy yang telah membantu penulis dalam mengikuti proses studi di kampus. Serta terima kasih kepada kak Juan Laluas dan Alan Tengor yang turut membantu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan pembuatan skripsi. -



Kak Hillary Walalangi yang telah begitu banyak membantu penulis selama berkuliah di Fakultas Teologi UKIT. Terima kasih telah bersedia menjadi seorang kakak yang begitu baik layaknya seorang kakak kandung bagi penulis. Terima kasih juga kepada kak Revio Kiling yang telah membantu penulis layaknya seorang saudara yang senantiasa hadir dalam suka maupun gumul dari penulis selama menjalani proses menuntut ilmu.



-



Pdt. Trenly Wawuo S.Th yang telah begitu banyak memberi bimbingan, motivasi serta doa kepada penulis sejak sebelum masuk di Fakultas Teologi UKIT sampai boleh menyelesaikan skripsi ini.



-



Seluruh komisi pelayanan pemuda bahkan semua anggota pemuda GMIM Immanuel Ranowangko yang telah membantu menyemangati dan mendoakan penulis dalam menyusun skripsi hingga boleh terselesaikan dengan baik.



-



Organisasi Karang Taruna desa Ranowangko yang telah mendukung dan memberi semangat serta doa kepada penulis dalam proses menuntut ilmu di kampus.



-



Mama ani serta papa ani yang sudah membantu penulis dalam bentuk motivasi dan dana sehingga penulis boleh menyelesaikan skripsi ini.



-



Sanak-saudara yang senantiasa memberikan semangat serta turut mendoakan penulis selama berproses dalam kuliah. Terlebih ketika dalam kesusahan, mereka turut menopang penulis melalui bantuan dana.



-



Sahabat-sahabatku yang setia dan penuh perhatian yang selalu menyayangi, menyemangati dan menolong penulis dengan berbagai upayah sehingga dalam proses studi di kampus, penulis tidak pernah merasa kesepian karena mereka senantiasa menemani di kala susah dan senang. Selain itu mereka juga turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi: Dedi Laholo, Silva Ngahu, Wulandari Rumengan, Regina Rende, Rivenhard Runturambi,



Fakultas Teologi UKIT



viii



Clarissa Putri, Ezra Bantali, Monica Tampemawa, Jeazy Lomboan, Natanael Sagai, Joy Kindangen, Dodi Tamodia, Diego Besah, Kevin Mamirahi, Alfrinsky Janis, Alfa Singal, Joshua Pieter, Stifano Mirah, Gloria Kawatu, Andreas Oroh, Stella Bataha, Jennifer Rumimpunu, Gabrilia Maluenseng, Ribka Tumelap, Jonathan Sondakh, Arjuna Suodi, Novel Tampi, Queenly Kowaas. -



Teman-teman sepelayanan waktu Praktek Pengenalan Lapangan di Gereja Kristen Luwuk Banggai: Monica Tampemawa, Jessica Pinasang, Merry Maki, Claudia Aguw, Wina Bawole, Jennifer Rumimpunu, Meivy Lombogia.



-



Adik-adik yang selalu menyemangati dan menghibur penulis selama penulisan skripsi: Abraham Paat, Mario Tuwo, Christi Rumengan, Rissa Rawung, Andreas Tumilantouw, Eva Kodongan, Wulan Pusung, Satryan Najoan, Ega Sampurena, Marlon Kukus, Natalia Tangkudung, Eky Gosal, Tasya Keintjem, Kurnia Koampa, Joshua Umboh, Calvin Sambouw.



-



Keluarga Manoppo-Posumah : Gideon Manoppo (papa) dan Novi Posumah (mama) yang adalah orang tua dari penulis yang dengan penuh kasih sayang senantiasa menjaga, mendidik, menyayangi, dan membesarkan penulis serta yang mengupayahkan setiap kebutuhan hidup dari penulis beserta kakak dan juga adik : Houbert Manoppo (kakak), Christi Manoppo (adik) dan Christa Manoppo (adik) yang turut mewarnai kehidupan penulis dengan canda dan tawa mereka. Bahkan saling menopang antara satu dengan yang lain, menghidupkan suasana dalam rumah dengan gurauan sehari-hari.



Fakultas Teologi UKIT



ix



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS



Sebagai civitas akademik Universitas Kristen Indonesia Tomohon, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Billy Riedel Manoppo



NIM



: 201441249



Program Studi : Teologi Kristen Protestan Fakultas



: Teologi



Jenis Karya



: Skripsi



Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Indonesia Tomohon Hak Bebas Royalti Noneksklusif (NonExclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “KASIH IBU YANG MENYELAMATKAN” KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF TERHADAP 2 SAMUEL 21:1-14 DAN MAKNANYA BAGI JEMAAT GMIM IMMANUEL RANOWANGKO WILAYAH TANAWANGKO DUA



Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Kristen Indonesia Tomohon berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.



Dibuat di



: Tomohon



Pada tanggal



: 26 Maret 2018



Yang menyatakan



Billy Riedel Manoppo



Fakultas Teologi UKIT



x



ABSTRAK



Nama



: Billy Riedel Manoppo



Program Studi



: Teologi Kristen Protestan



Konsentrasi



: Biblika Perjanjian Lama



Judul



: “KASIH IBU YANG MENYELAMATKAN”



Kajian Hermeneutik Naratif Terhadap 2 Samuel 21:1-14 Dan Maknanya Bagi Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko Wilayah Tanawangko Dua



Skripsi ini membahas tentang kisah perjuangan, keberanian dan kesetiaan dari seorang tokoh perempuan dalam Perjanjian Lama yang bernama Rizpa. Seorang gundik dari raja yang bernama Saul serta seorang ibu dari anak yang dieksekusi mati oleh para pemotong kayu dan penimba air di Israel sebagai ganti hutang darah Saul. Dengan menggunakan metode hermeneutik naratif terhadap 2 Samuel 21:1-14, maka dilakukanlah kerja tafsir sambil memperhatikan metode “Membaca Alkitab dengan Mata Baru (MAdMB) agar kajian/kerja tafsir tidak dipengaruhi dengan aroma patriarki. Penelitian dilaksanakan di jemaat GMIM IMMANUEL



RANOWANGKO,



WILAYAH



TANAWANGKO



DUA.



Pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif, melalui observasi dan wawancara. Adapun hasil dari karya ilmiah diharapkan dapat memberikan sumbangsih teologis bagi kehidupan berjemaat di GMIM IMMANUEL RANOWANGKO pada khususnya serta masyarakat yang ada pada umumnya.



Kata Kunci



: TUHAN, Rizpa, Gundik, Hutang Darah, Bencana Kelaparan,



Menguburkan, Rahim.



Fakultas Teologi UKIT



xi



DAFTAR SINGKATAN



1. TB



: Terjemahan Baru



2. BIS



: Bahasa Indonesia Sehari-hari



3. NIV



: New International Version



4. NRSV : New Revised Standard Version 5. BHS



: Biblical Hebrew Standard



6. LAI



: Lembaga Alkitab Indonesia



Fakultas Teologi UKIT



xii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………….……….i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………iii KATA PENGANTAR…………………………………………………………iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………..viii ABSTRAK…………………………………………………………….……….x DAFTAR SINGKATAN……………………………………………..……….xi DAFTAR ISI………………………………………………………………….xii BAB I PENDAHULUAN………………………………………...……………1 1.1.Latar Belakang Masalah…………………………………………….1 1.2. Identifikasi Masalah………………………………………………...9 1.3. Fokus Penelitian…………………………………………………….9 1.4. Rumusan Masalah………………………………………………….10 1.5. Tujuan Penelitian…………………………………………………..11 1.6. Manfaat Penelitian…………………………………………………11 1.7. Metode Penelitian………………………………………………….11 1.8. Sistematika Penulisan……………………………………………...14 BAB II KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF 2 SAMUEL 21:1-14…...…16 II.1. Penjelasan Umum Kitab Samuel…………………………………..16 II.2. Penjelasan Khusus Teks 2 Samuel 21:1-14………………………..22 II.3. Teks Alkitab………………………………………………………..24 II.4. Kerja Hermeneutik Naratif Terhadap 2 Samuel 21:1-14 ……….....25 II.4.1. Komponen-Komponen Narasi……………………….......25 a. b. c. d. e. f. g.



Struktur……………………………………………...25 Plot (alur) …………………………………………..29 Karakter/Karakterisasi………………………………32 Konflik/Kontras……………………………………..39 Setting……………………………………………….44 Gaya/Style………………………………………......48 Narator/Tone………………………………………..52



II.4.2. Seni-Seni Narasi…………………………………………54 a. b. c. d.



Seni Dalam Kata-Kata………………………….….54 Seni Dalam Tindakan………………………………62 Seni Dalam Dialog…………………………………64 Seni Dalam Cerita………………………………….64



Fakultas Teologi UKIT



xiii



II.4.3. Makna Teologis Narasi………………………………….67 BAB III PEMAKNAAN TEKS 2 SAMUEL 21:1-14 BAGI JEMAAT GMIM IMMANUEL RANOWANGKO …………………………………...71 III.1. Selayang Pandang Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko a. Gambaran Umum Jemaat…………………………..71 b. Permulaan Jemaat Kristen di Ranowangko………...73 c. Perkembangan Jemaat Immanuel Ranowangko……74 III.2. Pemahaman Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko Terhadap Teks 2 Samuel 21:114…………………………………………81 III.3. Analisis Terhadap Pemahaman Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko Terhadap Teks 2 Samuel 21:1-14………………..90 III.4. Makna Teologi 2 Samuel 21:1-14 Bagi Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko…………………………………………………...92 BAB IV PENUTUP…………………………………………...………96 IV.1. Kesimpulan……………………………………...……….96 IV.2. Saran……………………………………………..………98 DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………..99 LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………..…….103 Lampiran I



: Peta…………………………………...……….103



Lampiran II



: Daftar Pertanyaan……………………………..104



Lampiran III : Daftar Informan………………………...……..106 Lampiran IV : Uraian Teks Bahasa Ibrani (Parsing) 2 Samuel 21:114……………………………………………….107 Lampiran V



: Curiculum Vitae………………………………146



Fakultas Teologi UKIT



Fakultas Teologi UKIT



BAB I PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang Masalah Alkitab memiliki banyak kisah tentang perempuan. Mulai dari kitab Kejadian sampai Wahyu dijumpai kisah tokoh-tokoh dan pemeran perempuan dalam sejarah Israel. Nama Hawa, Rahel, Lea, Rut, Naomi, Debora, Rahab, Ester, Maria, Marta, Lidia, Priskila, Dorkas tidaklah asing bagi pembaca Alkitab karena peran mereka yang mengesankan, malahan beberapa orang dari tokoh perempuan tersebut didaftarkan dalam silsilah Kristus seperti Rut, Rahab dan Maria. Sayangnya tidak semua kisah perempuan dalam Alkitab menggembirakan. Kisah perempuan hanya menjadi kisah pelengkap saja. Alkitab juga mengisahkan beragam kisah perempuan yang mengalami pengalaman tragis di dalam hidup mereka. Kekerasan dikisahkan dengan gamblang di dalam Alkitab. Peristiwa-peristiwa seperti itu telah tertuang dalam lembaran-lembaran suci Alkitab sebagai bukti sejarah. Phyllis Trible menyebutkan kisah-kisah itu seperti kisah dalam teks-teks teror dan dalam bukunya ia menggarisbawahi beberapa nama seperti Hagar, Tamar, Perempuan tanpa nama dan putri Yefta dalam kitab Hakim-hakim sebagai perempuan-perempuan yang mengalami teror dalam kehidupannya. Eben Nuban Timo, dalam bukunya menyebutkan kisahkisah seperti ini sebagai “cerita diskriminatif” dan menyebut nama Hagar, Istri Lot, Dina, Mikhal, Istri Naaman, Jokhebed, Putri Firaun, Zipora dan Gomer sebagai para perempuan yang mendapat perlakuan diskriminatif. Marie Claire Barth Frommel, dalam tulisannya juga menyebutkan kisahkisah seperti itu sebagai “cerita celaka”.1



1



Ervin Sientje Abram, Rizpa Perempuan Setia dan Pemberani: Membaca Ulang 2 Samuel 21:1-14 dalam “Melangkah Bersama Menuju Pembebasan dan Transformasi”, (Manado:PT Percikan Hati : 2015), 125-127.



1



2



Perjalanan kehidupan umat Allah sejak masa Perjanjian Lama tidaklah lepas dari peran kaum perempuan melalui perjuangan, kesetiaan serta keberanian mereka yang terus mewarnai lembaran-lembaran sejarah suci yang bercorak patriarki. Sejak zaman Perjanjian Lama, perempuan Israel memainkan peranan penting dalam konteks kehidupan keluarga, pertama sebagai seorang ibu bagi anak-anak dan kedua sebagai seorang istri. Hal yang menunjukan pentingnya peranan-peranan ini, baik sebagai ibu maupun seorang istri, adalah karena di dalamnya terdapat metaformetafor Alkitabiah yang umum menggambarkan hubungan antara Allah dan Israel (bnd. Hos. 1-3). Pemeliharaan, disiplin, dan pelatihan anak-anak muda adalah bagian dari kewajiban dari si ibu.2 Berbicara mengenai kaum perempuan dalam hubungannya dengan rahim, dari perspektif biblika Perjanjian Lama (PL) menjelaskan bagaimana istilah rahim digunakan di dalamnya. Dalam pengertian Semantik, kata rahim, yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti yang sama yakni rahim atau kandungan perempuan (womb). Dalam tulisantulisan PL, ada beberapa istilah yang dikaitkan dengan rahim yaitu beten (LAI: rahim atau kandungan) dan rehem (LAI: rahim atau rahmat) serta raham (rahim, bela rasa) dan rahum (mengasihi amat sangat seperti Allah lakukan) yang diturunkan dari kata dasar raham (mengasihi, menyayangi dengan kasih yang dalam, berbela rasa). Pada pihak lain, istilah dasar raham yang menurunkan kata rahem dan raham, selalu dihubungkan dengan sikap berbela rasa dari Allah, yang bagaikan seorang ibu yang baik, ia peduli, menjaga, memelihara dan merawat seluruh ciptaan yang lahir dari rahimNya. Terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Syria Kuno dan Targum menggarisbawahi makna yang sejajar dari istilah rehem dan hesed (kasih setia yang biasanya dipakai untuk Allah)3. Pada dasarnya, kedua istilah ini dipakai secara bersama untuk menunjukan betapa dalamnya cinta kasih Allah. Satu kata dianggap tidak cukup untuk menjelaskan cinta kasih Allah yang dalam 2 3



Philip King, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), 56. Marie Claire Barth, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu (Jakarta:BPK-GM 2011), 64



Fakultas Teologi UKIT



3



kepada manusia sehingga dua kata yang kuat dipakai bersama-sama (bnd. Mzm 25:6; Rat 3:22; Mzm 145:9). Hal yang serupa dengan itu ialah bahwa penulis Alkitab menggunakan terminologi rahim untuk menjelaskan tentang kasih Allah, dan istilah organ rahim untuk menjelaskan tentang kasih Allah, dan istilah serta organ rahim sangat dekat dengan perempuan atau ibu. Seorang ibu yang baik memiliki hati yang menghidupkan. Ia tidak menginginkan kehancuran hidup anak-anaknya. Ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan anak-anaknya. Ia rela melakukan apa saja demi membahagiakan anak-anaknya, sekalipun untuk itu ia harus menderita. Karena itu, pemazmur menggambarkan relasi TUHAN dengan segala ciptaanNya dalam perspektif seorang ibu; perspektif ibu yang memiliki keterkaitan dengan sifat menopang kehidupan.4 Hal ini menjelaskan tentang Allah yang penuh kasih, yang menunjukan belas kasihanNya atas umat pilihanNya yaitu Israel. Sejarah perjalanan kehidupan mereka telah begitu banyak tertulis di dalam Alkitab. Eksistensi Allah menandakan Ia adalah Allah yang terus-menerus hadir dalam panggung sejarah melalui kehidupan umatNya. Allah yang menyelamatkan umat-Nya dari para musuh, Allah yang menegakan keadilan dan perdamaian, serta Allah yang memulihkan keharmonisan antara manusia dengan Allah juga dengan sesama ciptaan adalah Allah yang sama yang menyingkirkan kejahatan dan mempertahankan kebenaran.5 Alkisah, kerajaan Israel dilanjutkan oleh narasi 2 Samuel yang dibuka dengan kematian Saul, yang kemudian digantikan oleh Daud. Secara khusus kitab ini mengisahkan tentang 40 tahun pemerintahan raja Daud (5:4-5) serta menelusuri masa pemerintahannya melalui rentetan kemanangan dan tragedi yang dialaminya, termasuk dosa perzinahannya, pertumpahan darah, serta konsekuensi yang menimpa keluarga dan 4



Sientje E. Abram, Teologi Rahim: Suatu Kajian Dari Perspektif Biblika Perjanjian Lama dalam “Teologi Rahim: Upaya Berteologi Kontekstual Dari Perempuan Untuk Kehidupan”, (Manado:PT. Percikan Hati : 2015), 4-5. 5 Christopher Wright, Hidup Sebagai Umat Allah: Etika Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010), 22-24.



Fakultas Teologi UKIT



4



rakyatnya6. Termasuk di dalamnya, kisah keturunan Saul yang digantung di atas gunung Gibea (2 Sam 21:1-14). Rizpa adalah salah satu tokoh yang penuh dengan perjuangan. Cerita tentang “Rizpa”7 hampir tidak diketahui oleh khalayak umum karena sang penutur menempatkannya sebagai pelengkap dari sebuah naskah, dengan dua cerita lain yang diletakkan sebelum kisahnya (2 Sam 21). Sebagai seorang Ibu di Israel, Rizpa adalah perempuan yang penuh dengan perlawanan. Ia pernah menjadi istri dari seorang raja (Saul). Sebagai seorang istri raja, kehidupannya cukup bahagia karena sebagai kekasih sang raja, anak-anaknya pun adalah anak-anak raja. Akan tetapi, itu keadaan pada masa lalu. Tidak selamanya yang bercahaya itu emas. Rizpa semakin tua dan tubuhnya semakin layu, tetapi ia bersyukur mempunyai dua anak laki-laki sebagai sukacita masa tuanya.8 Sukacitanya tidak bertahan lama sampai tiba berita bahwa kedua anaknya dan lima anak tirinya harus diserahkan untuk dibunuh oleh orang-orang “Gibeon”9, berdasarkan keputusan raja Daud. Perempuan Israel ini didiamkan namun aksinya menyuarakan isi hatinya. Tetapi tentu saja keputusan raja tidak dapat dibatalkan hanya oleh pembelaan dari seorang rakyat biasa, seorang wanita tuna-daya seperti Rizpa, sekalipun ia adalah ibu dari dua orang laki-laki yang hendak digantung. Cerita tentang Rizpa memunculkan berbagai pertanyaan, baik di kalangan pembaca maupun penafsir Alkitab. Apa yang dilakukan oleh Rizpa? Bukankah dia hanya diam saja menunggu kematian anak-anaknya tanpa melakukan sesuatu? Tidak adakah hal yang bisa dia lakukan untuk 6



7



Jeane Ch Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama, (Surabaya: Momentum, 2012), 44. Rizpa (Ibr: ricPâ ‘batu panas’, ‘batu penjuru’) adalah anak perempuan dari Aya dan



gundik dari Saul; Ia melahirkan dua anak bagi Saul, bernama Armoni dan Mefiboset (Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, “Rizpa”) 8



Nico Ter Linden, Cerita Itu Berlanjut 3: Cara Baru Membaca Hakim-Hakim dan RajaRaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 69. 9 Gibeon adalah sebuah kota di timur laut Yerusalem, yang penduduknya memperdayakan Israel yang sedang menyerbu ke dalam suatu persepakatan (Yos. 9:4), meskipun kemudian hari Saul menyerang mereka dengan kejam (2Sam. 21:2), (Browning, Kamus Alkitab, “Gibeon”).



Fakultas Teologi UKIT



5



meluputkan anak-anaknya dari maut? Kenapa dia mau melakukan hal mengerikan semacam ini? Adakah dampak dari setiap tindakannya? Ketika kita disodorkan dengan berbagai pertanyaan seperti itu, maka hendaknya kita memperhatikan konteks pada waktu itu. Sehubungan dengan hal tersebut juga, adalah perlu bagi kita untuk memposisikan diri kita seperti seorang Rizpa dengan berbagai pengaruh norma (agama, sosial/masyarakat) yang hadir di dalamnya. Dengan kata lain, kita menggunakan pengalaman dari tokoh itu sendiri. Dalam agama, teks-teks kitab suci dikenal sebagai suatu norma tertinggi dalam agama yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman manusia (laki-laki, perempuan, trans-, queer). Sayangnya teks-teks yang dikategorikan suci tersebut seringkali tidak atau bahkan sama sekali tidak memiliki referensi pengalaman perempuan. Berangkat dari hal itu, maka kemudian banyak feminis yang mencoba mencari referensi pengalaman perempuan di dalam teks-teks kitab suci.10 Hal yang perlu diperhatikan di sini ialah teologi feminis bukan hanya sekedar perkara gender saja, melainkan tentang sifat. Teologi feminis bukan hanya persoalan perempuan belaka. Semakin kita menyelami persoalan perempuan, semakin kita dicelikan untuk melihat kenyataan bahwa lakilaki tak boleh dibiarkan dari percakapan perihal teologi feminis, entah karena laki-laki adalah bagian utama dari permasalahan atau karena lakilaki dapat saja justru menjadi objek marginalisasi dari proses percakapan yang sangat penting ini.11 Dengan pola pikir seperti ini, pembaca atau penafsir Alkitab tidak akan terjebak pada pola pemikiran yang bernuansa andro-kyriosentris. Rizpa melakukan perkara besar walaupun ia sendiri mempunyai status yang sangat lemah dan kecil dibandingkan dengan raja Daud. Ia adalah seorang gundik dan sebagai seorang gundik di zaman Perjanjian 10



Asian Women’s Resource Centre For Culture And Theology, Moya Zam-Zam, Membaca Alkitab dengan Mata Baru: Tafsir Feminis Kritis Untuk Pembebasan dan Transformasi. (Yogyakarta: AWRC, 2013) 20-21. 11 Joas Adiprasetya, Teologi Feminis: Sebuah Perspektif Laki-Laki dalam Mengevaluasi Arah dan Karakter Teologi Feminis di Indonesia, (Tomohon: PERUATI, 2015), 3-4.



Fakultas Teologi UKIT



6



Lama (Lih. Kej.25:5, 6; Hab.8:30, 31; 2Sam 3:6-11; 2Sam 5:13-16; 1Raj 11:2 ,3), sama dengan seseorang yang tidak pernah diterima sebagai seorang istri penuh atau sah. Seorang gundik sering hanya berstatus sebagai alas kaki dari sebuah peradaban yang didominasi oleh laki-laki. Biasanya gundik adalah budak perempuan atau pembantu perempuan. Hubungan pernikahan mereka tidak pernah bisa diterima sepanjang umur, biasanya dinilai dari kemampuan melahirkan anak. Apabila ada anak-anak, maka anak-anak yang dilahirkan itu dipandang sebelah mata oleh anakanak dari istri “penuh”. Jelaslah hidup para gundik itu menderita. Biasanya para gundik selalu berjuang untuk menghasilkan keturunan dan mendapatkan status dan kedudukan yang sama dengan seorang istri. Bagi Rizpa sendiri, menjadi gundik raja Saul membuatnya sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki banyak pilihan. Malahan, prospeknya sangat suram dan menyedihkan. Dua putranya dibunuh, keluarga besar almarhum “suami” berada di tepi kehancuran. Keadaan hidup Rizpa sangat jauh dari impian para perempuan pada umumnya. Dia termasuk dalam keluarga Saul, dan walaupun jenderal Abner mendukung Isyboset, turunan Saul, tapi sebagai gundik Saul, Rizpa tidak mempunyai perlindungan. Situasi menjadi lebih buruk, ketika “Saul tewas secara memalukan”12, lalu Rizpa sendiri diisukan berhubungan gelap dengan seorang jendral atau panglima perang dan anak-anaknya dieksekusi atas perintah Daud. Namun, ada kekuatan di balik kisah yang mengharukan dan mengerikan itu. Inilah yang dilakukan Rizpa. Rizpa dalam keadaan hidupnya yang sulit itu tetap bertindak dengan baik dan terhormat. Ia tidak duduk saja di suatu sudut sambil meratapi nasibnya yang buruk. Ia menunjukan kesetiaan dan kasih seorang istri dan ibu serta memberikan kehormatan kepada Saul dan dua orang anak kandung serta lima orang anak Saul dari istri yang lain yang sudah meninggal. Ia setia menunggu mayat dua orang anaknya beserta lima orang anak tirinya berminggu-minggu ketika ketujuh 12



Dalam peperangan Israel-Filistin, Saul dikalahkan. Ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri (I Snoek, Sejarah Suci, 129).



Fakultas Teologi UKIT



7



keturunan Saul itu digantung dan kemudian meninggal. Rizpa melakukan pekerjaan yang menakutkan dan mengerikan. Ia melakukan tugas yang tidak semua orang mau melakukannya.13 Kain karung dibentangkannya petanda ia tengah dirundung duka yang teramat dalam. Panas terik matahari serta dinginnya angin malam mengisi hari tuanya bersama dengan tubuh anak-anaknya yang tak lagi bernyawa. Serangan burung dihalaunya, binatang buas dilawannya demi menjaga ketujuh mayat keturunan Saul (2 Sam. 21:10). Apabila membaca dengan cermat narasi 2 Samuel 21:1-14 sambil mengikuti setiap alur cerita yang ada di dalamnya, maka akan ditemukan bahwa ada tiga adegan yang diletakan penutur di dalam sebuah naskah ini, yaitu: pertama, kisah tentang Daud dengan kekuatirannya akan masalah kelaparan yang telah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Tentu merupakan suatu tanggung jawab dari seorang raja untuk menjamin kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya (2 Sam. 21:1-3), kedua, kisah tentang orang-orang Gibeon yang memanfaatkan kesempatan yang datang kepada mereka untuk melakukan pembalasan dendam kepada keluarga Saul (2 Sam. 21:4-6) dan ketiga, kisah tentang perjuangan seorang ibu Israel yang menunjukan tindakan yang penuh cinta, keberanian dan kesetiaan terhadap anak-anak dan suaminya. Tindakan Rizpa merupakan tindakan protes damai terhadap keputusan raja Daud yang mengijinkan orang-orang Gibeon menggantung anak-anak Saul. Nampak jelas pembaharuan karakter Rizpa, dari seorang gundik dan ibu yang kehilangan (2Sam 21:8-9) menjadi seorang Rizpa yang pembela dan pemberani (2Sam 21:10) serta teladan kesetiaan (2Sam 21:11-14).14 Rizpa adalah seorang yang memiliki kasih, keberanian dan kesetiaan yang luar biasa yang menutupi kelemahannya sebagai seorang wanita tua berstatus kecil dan lemah. Perjuangan Rizpa inilah yang



13 14



Ervin Sientje Abram, 132, 133 Ervin Sientje Abram, 133



Fakultas Teologi UKIT



8



membuat ia dikenal sebagai mater dolorosa dari Perjanjian Lama, perempuan Antigon di Israel, yang masih muncul sekali lagi di pentas sejarah, di atas Gunung Gibea15. Pribadi seorang Rizpa mewakili potret kehidupan “ibu-ibu” Tuhan pada umumnya. Kehidupan setiap ibu merupakan metafor yang menggambarkan hubungan Allah dengan umatNya. Oleh karena itu, Marie Claire Barth dalam bukunya menyebutkan, hati seorang ibu “yang baik” merupakan representasi dari hati Allah, Sang Pencipta. Demikian juga dengan “ibu-ibu” Tuhan yang ada di jemaat GMIM “IMMANUEL” RANOWANGKO pada umumnya, mereka memahami tugas dan peran mereka sebagai seorang ibu dan sekaligus istri dalam keluarga mereka. Narasi tentang Rizpa bukan hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan semata melainkan untuk seluruh keutuhan keluarga (anak, ibu dan bapak). Dewasa ini, ditemukan berbagai kasus yang melibatkan perempuan di dalamnya, entah karena perempuan adalah bagian utama dari suatu permasalahan atau karena perempuanlah yang menjadi objek dari masalah itu. Perkembangan zaman yang disertai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) membawa hal positif sekaligus negatif bagi kehidupan di jemaat GMIM “IMMANUEL” Ranowangko. Hal



itu



tergantung



kepada



bagaimana



masing-masing



orang



memanfaatkannya. Dalam kaitanya dengan keluarga, kemajuan zaman dan teknologi telah membawa berbagai perubahan terhadap perilaku masingmasing anggota keluarga. Permasalahan moral yang semakin merosot memang menjadi suatu hal yang sangat vital, terlebih khusus bagi anakanak. Pada umumnya, seorang anak akan benar-benar taat dan menurut kepada orang tuanya. Rasa hormat dan sopan santun masih sangat kental pada diri mereka, tetapi seiring perkembangan zaman, orang tua layaknya teman bermain yang bisa dibentak, diberi kata-kata yang kurang etis, dan lain sebagainya. Kasih dari orang tua seakan merupakan hal yang kurang berarti sehingga anak kurang menghargainya. Memang benar orang tua (ibu-ayah) bisa menjadi teman baik bagi anak, asalkan tetap berada dalam 15



Nico Ter Linden, 196



Fakultas Teologi UKIT



9



koridor batas-batas norma kesopanan. Indikasi seperti ini menunjukan adanya degradasi moral yang menghadirkan ke-tidak-harmonisan di dalam kehidupan keluarga Kristen. Berdasarkan uraian masalah yang telah cantumkan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam narasi 2 Samuel 21:1-14, dengan memperhatikan perjuangan, keberanian dan kesetiaan Rizpa sebagai seorang mater dolorosa Perjanjian Lama, sehingga dapat dipakai sebagai suatu acuan yang dapat dimaknai oleh khalayak umum, terlebih khusus bagi



jemaat GMIM “IMMANUEL” Ranowangko. Karena itu



judul yang diangkat dalam penulisan karya ilmiah ini, ialah: “KASIH IBU YANG MENYELAMATKAN” Kajian Hermeneutik Naratif Terhadap 2 Samuel 21:1-14 dan Maknanya Bagi Jemaat GMIM Immanuel Ranowangko Wilayah Tanawangko Dua 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka masalah-masalah yang dapat dikemukakan ialah sebagai berikut: 1. Belum adanya pandangan inspiratif dan konstruktif terhadap tokoh Rizpa. 2. Kurangnya pengenalan jemaat mengenai tokoh Rizpa. 3. Kerja tafsir terhadap 2 Samuel 21:1-14 yang jarang membahas tokoh Rizpa. 4. Kurangnya penghayatan dari jemaat mengenai kasih seorang ibu



1.3. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu untuk menentukan fokus penelitian agar memperoleh arah dan tujuan yang jelas serta hasil yang maksimal dari penelitian. Maka dari itu, fokus penelitiannya adalah bagaimana anak-anak yang ada di jemaat GMIM



Fakultas Teologi UKIT



10



IMMANUEL Ranowangko, tetapi juga para ibu dan bapak memaknai narasi 2 Samuel 21:1-14. 1.4. RUMUSAN MASALAH Sugiyono,



dalam



bukunya



menguraikan



rumusan



masalah



berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif. 1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara luas dan mendalam. 2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibanding dengan yang lain. 3. Rumusan masalah assosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain yang satu dengan domain yang lainnya. Dalam penelitian kualitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variabel penelitian, sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrumen, dan teknik analisa data.16 Namun penulis merasa bahwa di antaranya, rumusan masalah assosiatif yang paling cocok untuk dipakai dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apa makna narasi 2 Samuel 21:1-14 khususnya pelajaran apa yang diperoleh dari tokoh Rizpa bagi jemaat GMIM IMMANUEL Ranowangko. 2. Bagaimana pemahaman jemaat GMIM IMMANUEL Ranowangko tentang kasih ibu ? 16



Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R &D, (Bandung: Afabeta, 2006), 236



Fakultas Teologi UKIT



11



1.5. TUJUAN PENELITIAN Adapun penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Untuk mengeksplorasi pemahaman yang inspiratif, konstruktif, dan transformatif mengenai tokoh Rizpa dalam perjuangannya sebagai perempuan Israel. 2. Untuk melakukan suatu kajian dalam bentuk kerja tafsir terhadap 2 Samuel 21:1-14 serta mendalami makna dari narasi yang ada di dalamnya. 3. Mencari tahu pemahaman serta penerapan tentang kasih seorang ibu bagi jemaat GMIM IMMANUEL Ranowangko.



1.6. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan uraian yang ada di atas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Memberikan pengenalan yang tepat bagi jemaat terhadap tokoh Rizpa dengan bentuk perjuangan, kesetiaan serta kasih yang dia berikan. 2. Menambah wawasan serta menumbuhkan minat bagi jemaat untuk memahami dan mengkaji narasi 2 Samuel 21:1-14 tentang Rizpa 3. Memberikan sumbangsih akademis kepada Fakultas Teologi UKIT Yayasan Ds. A.Z.R Wenas yang merupakan dapur teologi. 4. Memberikan



sumbangsih



praktis



kepada



Jemaat



GMIM



IMMANUEL Ranowangko dalam perjuangan, kesetiaan dan kasih terhadap anggota keluarga, tetapi juga kepada orang lain.



1.7. METODE PENELITIAN Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mencari data yang ada di lapangan (GMIM “IMMANUEL” Ranowangko, Wilayah Tanawangko Dua).



Fakultas Teologi UKIT



12



Selain itu, penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan menggunakan metode hermeneutik naratif untuk mencari makna yang terdapat di dalam teks 2 Samuel 21:1-14. Hermeneutik naratif merupakan suatu pendekatan yang berpijak pada ilmu sastra. Hermeneutik naratif membebaskan penafsir dari ketergantungan pada latar belakang historis karena teks kitab suci narasi itu sendiri mampu berkomunikasi dengan si pembaca.17 Karena pada umumnya orang-orang telah mengetahui bahwa narasi Alkitab mengandung sejarah dan teologi. Tugas kita adalah mendapatkan makna dari suatu teks narasi Alkitab itu sendiri.18 Tetapi, bukan berarti dalam kerja hermeneutik naratif, unsur-unsur sejarah (latar belakang) tidak digunakan. E. D Hirsch dalam bukunya Validity in interpretation (1979) memberikan penjelasan mengenai hubungan karya sastra dengan latar belakangnya. Untuk mengetahui makna dalam karya sastra secara objek dan valid, penilaian ataupun interpretasi yang dilakukan harus mendasarkan pada maksud pengarang. Maksud pengarang ini merupakan norma ataupun aturan yang utama dalam suatu proses interpretasi ataupun pemaknaan teks sastra.19 Oleh karena itu, kerja hermeneutik naratif ini akan didahului dengan penjelasan umum dan khusus dari kitab yang akan dikerja-tafsirkan. Dalam buku The Art of Biblical Narrative, Robert Alter mengemukakan komponen-komponen narasi Alkitab yang digunakan dalam suatu kerja hermeneutik naratif yaitu: 1. Struktur, yang terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. Bagianbagian ini terdiri dari berbagai bagian cerita yang kaitannya bisa mencakup tindakan, penokohan, setting dan sudut pandang. 2. Plot



(alur),



terdiri



dari



eksposisi



atau



keadaan



awal,



perkembangan, klimaks, hingga pada penyelesaian atau penutup. 3. Karakter/Karakterisasi, peran orang-orang yang ada di dalam suatu narasi yang menyangkut dengan sifat baik atau jahat, gemuk 17



Jakub Santoja, Peran Eksegese Naratif dalam Studi Teologi, Gema, 1993, 1-2. Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komperhensif Bagi Penafsiran Alkitab, (Surabaya: Momentum, 2012), 232. 19 Susanto Dwi, Pengantar Kajian Sastra (Yogyakarta: CAPS, 2016), 92-93 18



Fakultas Teologi UKIT



13



atau kurus, status kaya atau miskin, dan sebagainya. Biasanya dalam komponen ini, pembaca akan menentukan peran dari tokoh yang ada di dalamnya seperti tokoh utama, pembantu, penolong, orang yang bersalah dan lain sebagainya. 4. Konflik/Kontras, yakni masalah yang ada di dalam suatu narasi. Misalnya, konflik antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan atau bahkan konflik batin dari manusia itu sendiri. 5. Setting, komponen ini mencakup lokasi/tempat yang merupakan latar terjadinya suatu peristiwa serta suasana (atmosfir) yang terbentuk dalam sebuah narasi. 6. Waktu, Biasanya hal ini menunjuk pada kapan terjadinya suatu peristiwa dari sebuah narasi. Dalam cerita Alkitab, ada waktu yang menuruti urutan ilmiah (natural order), seperti: Peristiwa dalam cerita ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Daud (2 Sam. 21:1), lalu (2 Sam. 21:9, 10), dsb. 7. Gaya/Style, yang terdiri dari unsur pengulangan dan ironi. Dalam sastra kuno, pengulangan menunjukan adanya maksud tertentu (purposeful) dan pentingnya masalah yang dihadapi. 8. Narator/Tone, Dalam suatu narasi, khususnya dalam Alkitab, narator adalah yang paling mengetahui segala yang terjadi di dalam narasi itu. Narator memberi keterangan-keterangan. Tetapi terkadang



narator



berdiam



diri



(reticent)



yang



akhirnya



menimbulkan pertanyaan bagi para pembaca. Selain komponen-komponen narasi di atas, dia juga menambahkan beberapa seni dalam memahami narasi Alkitab seperti: 1. Seni dalam berkata-kata, ini menekankan pada pengungkapan pesan-pesan moral, historis, psikologis dan teologis yang ada di dalam sebuah narasi. 2. Seni dalam tindakan, dengan melihat paralel dan pengulangan suatu peristiwa yang ada di dalam narasi Alkitab.



Fakultas Teologi UKIT



14



3. Seni dalam dialog, yang memperhatikan dialog-dialog dalam sebuah narasi. Misalnya dialog manusia dengan Allah, atau dialog antara manusia dengan manusia yang lainnya. 4. Seni dalam cerita, hal ini berhubungan erat dengan narator. Karena terkadang narator tak tertebak. Ia memegang kendali atas sebuah narasi.20 Penggunaan metode naratif beserta dengan komponen-komponen yang ada di dalamnya adalah hal yang perlu untuk diperhatikan karena selain bermanfaat untuk melaksanakan kerja hermeneutik, juga bermanfaat untuk menunjukan bahwa Allah turut bekerja dalam kehidupan umat ciptaanNya. Karena lebih dari 40% isi dari Perjanjian Lama adalah cerita atau hikayat, dengan demikian pembaca akan lebih memahami makna yang terkandung di dalam Alkitab serta mampu mengambil nilai-nilai di dalamnya untuk kemudian dijadikan sebagai sarana untuk membawa pengaruh positif dan mentransformasikan hidup mereka ke arah kehidupan umat Allah yang sejati.21 1.8. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini memberi gambaran umum mengenai penulisan karya ilmiah ini. Bagian ini berisi latar belakang pemikiran dan alasan pemilihan judul, identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitiann dan sistematika penulisan.



20



Robert Alter, The Art of Biblical Narrative, (London: George Allen & Unwin, 1981), 79-



21



Mark A.Powell, What Is Narrative Critism? (Minneapolis: Fortress, 1990), 11



114



Fakultas Teologi UKIT



15



BAB II



KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF 2 SAMUEL 21:1-



14 Dalam bab ini akan diuraikan kerja hermeneutik naratif 2 Samuel 21:1-14 dengan menggunakan komponen-komponen serta seni dalam narasi. BAB III



PEMAKNAAN TEKS



2 SAMUEL 21:1-14 BAGI



JEMAAT GMIM IMMANUEL RANOWANGKO Pada bagian ini akan dibahas pemaknaan antara teks dan konteks yang didahului dengan penjelasan mengenai sejarah dan gambaran umum jemaat GMIM IMMANUEL Ranowangko. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai hasil dan analisis data penelitian, dan pada akhirnya dilanjutkan dengan pembahasan tentang makna teologi yang diperoleh dari kisah 2 Samuel 21:1-14 tentang tokoh Rizpa bagi kehidupan jemaat GMIM IMMANUEL Ranowangko. BAB IV



PENUTUP



Bagian penutup terdiri dari kesimpulan dan saran



Fakultas Teologi UKIT



16



BAB II KAJIAN HERMENEUTIK NARATIF 2 SAMUEL 21:1-14 II.1 Penjelasan Umum Kitab Samuel Dalam bukunya, Hill dan Walton menjelaskan bahwa Kitab-kitab 1 dan 2 Samuel merupakan suatu kumpulan kitab yang secara bersamasama, keduanya meliput periode peralihan dari zaman hakim-hakim sampai kepada pendirian monarkhi22, termasuk pemerintahan Saul dan Daud. Walaupun Septuaginta menggabungkan kitab-kitab Samuel dengan kitab-kitab Raja-raja dengan judul “kerajaan-kerajaan”, naskah Ibrani yang tradisional mengacu padanya sebagai kitab-kitab Samuel untuk mengakui peranan penting Samuel di dalam mendirikan monarkhi23 Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Thomas Holdcrof bahwa di dalam naskah asli bahasa Ibrani, kitab 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Sedangkan pembagian yang sekarang, mula-mula diatur sebagai suatu kemudahan teknis pada waktu terjemahan Septuaginta dipersiapkan. Pembagian itu selanjutnya diabadikan dan dimasukan ke dalam naskah Ibrani oleh Daniel Bomberg, seorang jurucetak dari Venesia, pada tahun 1516. Namun, pembagian tersebut dianggap dapat dibenarkan karena perubahan dalam gaya antara kedua kitab itu. Kitab 2 Samuel kurang bersifat sejarah, dan lebih bersifat biografi dibandingkan dengan kitab 1 Samuel. Realitas kehidupan rohani dan rasa persekutuan pribadi dengan Allah sangat ditekankan dalam kitab 2 Samuel.24 Seperti yang telah tercantum pada bagian di atas, kitab-kitab ini tidak mempunyai tujuan yang semata-mata bersifat sejarah. Maksudnya, kitab-kitab ini bukanlah sejarah untuk kepentingan sejarah. Kitab-kitab ini pun tidak dimaksudkan sebagai kitab biografi, kendatipun di dalamnya memang terdapat beberapa data biografis. Tujuan utama dari kitab-kitab 22



Monarki merupakan suatu pemerintahan yang dipimpin oleh seseorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak atau tidak terbatas (Kamus Sosiologi, Rafapustaka, 2010, 268) 23 Hill E. Andrew, Walton H. John, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008) 299 24 Holdcroft L. Thomas, Kitab-Kitab Sejarah (Malang: Gandum Mas, 1992) 103.



Fakultas Teologi UKIT



17



ini bersifat teologis. Sebagaimana kitab kejadian menceritakan sejarah penetapan perjanjian Abraham, maka kitab Samuel menceritakan sejarah penetapan perjanjian Daud yang dititikberatkan dalam kitab-kitab ini dan akhirnya dalam perjanjian itu sendiri adalah pengembangan paham yang tepat untuk mengenai otoritas ilahi.25 Pada



akhir



zaman



para



hakim



terjadi



peralihan



sistem



pemerintahan bangsa Israel kepada bentuk kerajaan, suatu peralihan yang membawa perubahan besar bagi bangsa itu. Baker berpendapat bahwa salah satu sebab peralihan dari zaman para hakim kepada zaman kerajaan ialah karena ancaman orang-orang Filistin, sebuah bangsa yang mendiami bagian selatan dataran pantai Kanaan (bnd. 1Sam8:20; 9:16). Pada masa yang sama dengan tekanan dari orang Filistin di sebelah barat, bangsa Israel melihat kemungkinan terjadinya penyerangan dari orang-orang Amnon yang tersisa di sebelah timur (1Sam 12:12). Dalam situasi krisis seperti itu, bangsa Israel merindukan keamanan yang dapat diberikan oleh seorang raja dengan pasukan tentara yang tetap bagi Israel. Orang Filistin sudah lama dikenal oleh orang Israel. Pada zaman Abaraham dan Ishak mereka tinggal di dataran pantai Kanaan (Kej. 20-21 dan 26), meski daftar bangsa-bangsa utama di Kanaan dalam Keluaran 3:8 tidak menyebut bangsa Filistin. Pada masa pendudukan Kanaan, kemungkinan bangsa Israel tidak dapat mengusir orang-orang Filistin dari kota-kota mereka di dataran itu (Yos. 13:2-3; Hak. 3:1-3). Kemudian pada zaman



para



hakim,



bangsa



Filistin



terus-menerus



menghalangi



pendudukan negeri Kanaan oleh Israel. Sejak zaman Samuel hingga pemerintahan Saul, bangsa Filistin tetap merupakan musuh Israel yang paling berbahaya.26



25



Hill E. Andrew, Walton H. John, 301 Baker, David L. dan Bimson, John J, Mari Mengenal Arkeologi Alkitab (Jakarta: BPK GM, 2009), 126 26



Fakultas Teologi UKIT



18



Kitab 1 Samuel berisi sejarah Israel pada masa peralihan dari zaman para hakim kepada zaman kerajaan. Dalam kitab ini terdapat tiga tokoh utama, yaitu: pertama, Samuel yang adalah hakim terakhir sekaligus nabi yang melantik raja Israel yang pertama dan raja Israel yang kedua. Kedua, Saul yang merupakan raja pertama di Israel dan yang ketiga, Daud, pengganti Saul sebagai raja atas Israel. Ketiga tokoh dalam kitab ini mengalami suatu hubungan pribadi dengan Tuhan Allah dalam pengalaman hidup mereka. Dalam kitab 1 Samuel tampak beberapa pendapat yang berbeda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Samuel sendiri berharap supaya kedua anaknya meneruskan pemerintahannya sebagai hakim (1Sam 8:1-2). Sedangkan rakyat Israel lebih suka bila seorang raja menjadi kepala negara, dengan dua alasan: pertama, kejahatan anak-anak Samuel (ay 3, 5a) dan kedua, keinginan agar cara pemerintahan Israel disesuaikan dengan kebiasaan dunia pada waktu itu (ay. 5b, 20). Kedua alasan ini tidaklah cukup, karena Israel justru dipanggil untuk menjadi bangsa yang kudus, berbeda dari dunia sekitarnya (Im 18:3-4; bnd. Yes. 52:11; Rm. 12:2). Lagi pula, bila dilihat dari segi teologi, Allah sendirilah Raja Israel (ay. 7) Akhirnya permohonan rakyat disetujui dan seorang raja dipilih dari antara mereka, yaitu Saul (1Sam. 9-10). Namun berdasarkan teologi Perjanjian Lama, orang yang disebut “raja” di Israel hanyalah seorang “wakil raja” atau “pelaksana raja”, dan dia harus bertanggung jawab kepada sang Raja Agung (Tuhan).27 Dalam hal ini, Samuel berperan sebagai seorang hakim dan sekaligus nabi. Ia diangkat Tuhan untuk memimpin umat Israel di zaman peralihan agar mereka tidak berbuat apa yang benar menurut pandangan sendiri. Ketika umat Israel berada dalam situasi yang gawat, Allah mengangkat pemimpin-pemimpin yang kharismatik seperti Samuel (dalam bahasa Yunani, kharisma berarti pemberian anugerah Tuhan).



27



Baker David L, Mari Mengenal Perjanjian Lama (Jakarta: BPK GM, 2011), 64



Fakultas Teologi UKIT



19



Dalam 1 Samuel 8:5 diceritakan bahwa semua tua-tua Israel datang ke Rama menemui Samuel dan berkata, “Engkau sudah tua dan anakanakmu tidak mengikuti jalanmu, angkatlah sekarang seorang raja (%l,m, : meºlek ) atas kami, agar ia memerintah (jpv : syafat) kepada kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Di Israel, Tuhan berprakarsa memilih orang-orang yang diangkat menjadi pemimpin dan raja. Dalam bahasa Ibrani, “mengangkat seorang raja” adalah bentuk kausatif, yakni himlik, dari kata kerja malak (memerintah sebagai raja; bnd. 1 Sam. 15:11, 33; 1 Raja. 3:7). Raja dapat disebut sebagai “orang pilihan Tuhan” (Saul, 1 Sam. 10:24; Daud, Mzm. 89:4).28 Terkadang kitab 2 Samuel ini disebut sebagai “Kitab Raja” karena hampir seluruh kitab ini mengenai raja Daud. Kata “raja” ditemukan kirakira sebanyak 278 kali dalam kitab ini. Raja Daud mendapati bahwa apapun juga status seseorang dalam hidupnya, ia harus terus-menerus hidup dekat dengan Allah. Ia belajar bahwa akibat-akibat kegagalan sangat jauh dampaknya bagi semua orang, apakah mereka itu sebagai raja maupun sebagai rakyat biasa. Alkitab menunjukan fakta bahwa sejak Daud berbuat dosa yang hebat itu sampai pada kematiannya, ketidakbahagiaan dan kesulitan membuntuti langkah-langkahnya selama ia hidup. Kitab 2 Samuel dihimpun segera sesudah kematian Daud. Dalam 5:5 terdapat suatu petunjuk mengenai lamanya pemerintahan Daud secara keseluruhan, dan diduga bahwa hal ini hanya dapat dilakukan sesudah kematiannya. Di pihak lain, sifat dan pelaksanaan ibadah agama menunjukan bahwa bait Allah belum didirikan oleh Salomo. Dengan demikian dianggap bahwa kitab 2 Samuel menguraikan empat puluh tahun



28



Barth Christoph dan Barth-Fromel, Marie-Claire, Teologi Perjanjian Lama 2 (Jakarta:BPK GM, 2014), 61-64



Fakultas Teologi UKIT



20



pemerintahan Daud, yang mencakup pemerintahannya atas Yehuda dan atas seluruh Israel.29 Kitab 2 Samuel juga menceritakan sejarah pemerintahan Daud, yang dilukiskan sebagai seorang raja yang sangat percaya dan patuh kepada Allah. Baker dalam tulisannya ia menjellaskan bahwa raja Daud adalah sosok raja yang pandai dalam memimpin rakyatnya, berhasil membentuk kedua belas suku Israel, sebagaimana tampak dalam janji-Nya bahwa keturunan Daud akan terus memerintah sebagai raja (2 Sam.7:816).30 Raja Daud memerintah Israel sekitar tahun 1000 sebelum Masehi. Ia bukan hanya sekedar dikenal sebagai seorang raja yang paling berhasil tetapi juga sebagai raja yang paling saleh. Sekalipun demikian, tentu saja Daud bukanlah raja yang sempurna. Orang-orang yang berada dekat dengannya tahu benar bahwa raja Daud bukanlah orang yang sangat lembut dan rendah hati. Dengan tangan besi dan sering kali dengan kejam ia akan bertindak melawan siapa saja yang berani mempersoalkan hak dan kedudukannya.31 Daud memerintah 7 tahun sebagai raja Yehuda di Hebron (Kanaan selatan), kemudian 33 tahun sebagai raja seluruh Israel di Yerusalem (kirakira 1010-970 SM). Dari segi politis, kunci sukses Daud dipengaruhi oleh pemilihan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaan Israel. Kota tersebut belum menjadi milik dari salah satu suku Israel, karena sampai zaman Daud, tanah itu masih didiami oleh orang-orang Kanaan (Yebus), sehingga tidak perlu timbul iri hati karena kota tertentu dipilih menjadi ibu kota. Yerusalem sangat cocok sebagai ibu kota, karena terletak di pertengahan tanah perjanjian, berdiri di atas bukit dan memiliki sumber air yang baik. Untuk mensahkan Yerusalem sebagai ibu kota, Daud memindahkan tabut perjanjian ke sana (2Sam. 6). Kemudian dia



29



Holdcroft L. Thomas, Kitab-Kitab Sejarah, 103-104. Baker David L, 66 31 Banawiratma J.B, Aspek-Aspek Teologi Sosial (Yogyakarta: Kanisius 1988), 55 30



Fakultas Teologi UKIT



21



merencanakan pembangunan Rumah Allah (Bait Suci) di tempat yang sama, sebagai pengganti Kemah Suci (2Sam 7: 1-7; bnd. 1Taw. 22)32 Alkisah, kerajaan Israel dilanjutkan oleh narasi 2 Samuel yang dibuka dengan kematian Saul, yang kemudian digantikan oleh Daud. Secara khusus kitab ini mengisahkan tentang 40 tahun masa pemerintahan raja Daud (5:4-5) serta menelusuri masa pemerintahannya melalui rentetan kemenangan dan tragedy yang dialaminya, termasuk dosa perzinahannya, pertumpahan darah, serta konsekuensinya yang menimpa keluarga serta rakyatnya. Dalam bukunya, Jeane Obadja meringkas tema di dalam kitab ini sebagai berikut: “Dosa dapat menggerogoti kemenangan menjadi kemalangan”. Pada mulanya kerajaan Israel ditegakkan oleh raja yang pertama yaitu raja Saul, kemudian dikembangkan oleh raja Daud sebagai penggantinya. Kerajaan Saul memberikan kestabilan kepada Israel sejak zaman hakim-hakim, dan kerajaan Daud membawa kemajuan serta perluasan wilayah. Kitab ini secara blak-blakan menyingkapkan sepak terjang tokohnya, Daud, sebagai raja yang bernoda darah dan dosa, sehingga ia tidak diperbolehkan oleh Tuhan untuk mendirikan Bait Allah33 Dalam hubungannya dengan cerita atau narasi, kedua kitab Samuel, terutama 2 Samuel memperlihatkan perhatian yang lebih mendetail terhadap penulisan karya sastra. Hal ini mendukung para penafsir atau pembaca untuk memahami setiap narasi di dalamnya karena dalam kitab ini tercatat secara cermat dialog-dialog kata per kata yang panjang, detail tentang tokoh-tokoh bahkan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya. Oleh karena itu banyak sarjana berpendapat bahwa kitab-kitab Samuel ditulis oleh orang yang terlibat dalam kejadian-kejadian itu sendiri (atau seorang saksi mata).34



32



Baker. David L, 67 Jeane Ch Obadja, 44. 34 Howard, David M, Kitab-Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2013), 175 33



Fakultas Teologi UKIT



22



II.2. Penjelasan Khusus Teks 2 Samuel 21:1-14 Secara khusus teks 2 Samuel 21:1-14 merupakan salah satu dari enam perikop yang diletakan pada bagian yang terakhir pada kitab 2 Samuel. Dalam beberapa literatur, bagian ini (2Sam 21:1-24:25) tercatat sebagai kisah tambahan mengenai Daud, kisah lain mengenai Daud dan ada juga yang menamakan bagian akhir ini sebagai penutup riwayat Daud. Baik pada bagian awal kitab Samuel maupun pada akhirnya, terdapat nyanyian yang diucapkan kepada Tuhan (puji-pujian Hana dalam 1 Samuel 2:1-10; dan nyanyian syukur Daud dalam 2 Samuel 22:1-51). Selain itu, tema yang menonjol juga sama. Memang, tema yang penting di seluruh kitab Samuel ialah pembebasan serta penyelamatan umat Israel oleh Tuhan. Umat Israel sangat bersyukur, penyelamatan sering diberi melalui tangan Daud, tetapi pemberi penyelamatan yang sesungguhnya bukanlah Daud, melainkan Tuhan, Allah Israel yang bekerja dengan perantaraan Daud hambanya.35 Sebelumnya diceritakan bahwa setelah Daud mendapat kabar kematian Saul, ia pun mengetahui bahwa janji yang diberikan oleh Allah kepadanya akan terkabul, yakni bahwa ia akan menjadi raja atas Israel. Pada mulanya, Saul memerintah dengan baik. Dia mengalahkan musuhmusuh dari bangsa Israel (1 Sam. 9-10) dan mengadakan reformasi keagamaan (1 Sam 28:3). Tetapi ketika pemerintahan Saul sering bertentangan dengan kehendak Allah, dia kemudian ditolak sebagai raja (1 Sam. 15). Saat itu pengganti Saul segera disiapkan oleh Samuel, berdasarkan petunjuk dari Tuhan, maka dipilihlah Daud. Seorang yang muda, seorang gembala, dan pemain musik tanpa pengalaman di bidang pemerintahan atau militer.36 Saul adalah raja pertama yang dikenal oleh bangsa Israel, karena peran yang ia mainkan dalam sejarah wangsa Daud, yang melanjutkan kekuasaannya. Saul hampir berhasil menghalau orang Filistin dan sekutu35



Paterson, Robert M, Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis 1 & 2 Samuel (Jakarta: BPK GM, 2017), 437 36 Baker David L, 65



Fakultas Teologi UKIT



23



sekutunya dari dataran tinggi yang menentukan serta dari bagian atas lembah Yordan untuk kembali ke pesisir. Namun, orang-orang Filistin bergabung untuk menghancurkannya, dan Saul beserta tiga dari empat anak laki-lakinya (1Sam. 14:49; 1Taw. 8:33) tewas dalam perang dengan orang-orang Filistin. Di bagian utara, anak laki-laki Saul yang selamat, Isyboset (tv,Boå-vyai( :´î|š-Böºšet) mengambil posisi memerintah Israel, didukung sepupu Saul yang juga dalah komandannya, Abner (rnEßb.a; : ´abnër). Sedangkan pemukiman baru di selatan, Yehuda jatuh ke tangan Daud, anak bungsu Isai (yv'êyI : yìšäy). Robert dan Mary Coote menuliskan, dalam kerajaan Daud, polapola tradisional hukum adat berlaku hampir di semua bagian kehidupan di dataran tinggi, sementara wewenang negara yang bermodelkan Mesir, yang kemungkinan dipelajari dari orang-orang Filistin, diletakkan di tempat yang mungkin penting untuk memelihara otoritas kerajaan, seperti daftar permintaan kerja paksa untuk membangun kubu-kubu pertahanan bagi Yerusalem. Syarat pertama propaganda kerajaan Daud adalah permintaan maaf atau pembenaran atas tindakan Daud dalam menegakkan kekuasaannya. Karena itu, dalam sejarah Israel, terselip apa yang terjadi dalam 2 Samuel 21:1-14 dan 2 Samuel 9. Sisipan tersebut memperlihatkan kemurnian motif-motif Daud, di mana dia hanya bertindak sesuai dengan perintah Adonai (hw"+hy> : YHWH), ketika ia harus membunuh mati tujuh anggota wangsa Saul.37 Walaupun kisah kesuksesan raja Daud dilanjutkan lagi dalam kitab I Raja-Raja, kitab II Samuel diakhiri dengan tambahan yang membuat para pembaca mengenang kejadian-kejadian yang dialami dalam



37



Coote, Robert B. & Coote, Mary P, Kuasa, Politik dan Proses pembuatan Alkitab: Suatu Pengantar (Jakarta:BPK GM, 2004), 32-36



Fakultas Teologi UKIT



24



kehidupan raja Daud yang dapat disimpulkan sebagai kegagalan karena ternyata Allah sedang bertindak melawan dia. Pasal 13-20 memusatkan perhatian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia untuk melawan Daud. Hill dan Walton mencatat bahwa pasal 21 dan 24, yang merupakan bingkai bagian ini menceritakan hal-hal yang merupakan tindakan Allah untuk melawan Daud – yakni dengan perantaraan bencana kelaparan dan penyakit sampar. Keadaan ini diimbangi oleh bagian-bagian di tengah yang melaporkan keberhasilan beberapa perbuatan Daud yang gagah berani, tetapi terutama sekali menekankan bahwa Tuhan mendukung dia dengan memberikan kemenangan atas musuh-musuhnya (pasal 22) dan mengadakan perjanjian dengannya (pasal 23:1-7)38 Kitab 2 Samuel 21 menceritakan sebuah kisah yang mungkin berlaku pada permulaan pemerintahan raja Daud, dan bukan pada akhir pemerintahan itu.39 Situasi kerajaan di Israel yang dipimpin oleh raja Daud bin Isai, terganggu dengan bencana kelaparan yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini menuntut campur tangan dari seorang raja Daud untuk segera menyelesaikan persoalan yang melibatkan rakyat serta tanah yang dipimpinnya. (bnd. Ay.1) II.3. Teks Alkitab Berikut ini teks 2 Samuel 21:1-14 berdasarkan Alkitab Terjemahan Baru (Jakarta: LAI, 2012): Dalam zaman Daud terjadilah kelaparan selama tiga tahun berturutturut, lalu Daud pergi menanyakan petunjuk TUHAN. Berfirmanlah TUHAN: "Pada Saul dan keluarganya melekat hutang darah, karena ia telah membunuh orang-orang Gibeon." 2 Lalu raja memanggil orang-orang Gibeon dan berkata kepada mereka, orang-orang Gibeon itu tidak termasuk orang Israel, tetapi termasuk sisa-sisa orang Amori dan walaupun orang Israel telah bersumpah kepada mereka, Saul berikhtiar membasmi mereka dalam kegiatannya untuk kepentingan orang Israel dan Yehuda, 3 Daud berkata kepada orang-orang Gibeon itu: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu dan dengan apakah dapat kuadakan penebusan, supaya kamu memberkati milik pusaka TUHAN?" 4 Lalu berkatalah orang-orang Gibeon itu kepadanya: "Bukanlah perkara emas dan perak urusan kami dengan Saul serta keluarganya, juga bukanlah urusan kami untuk membunuh seseorang di antara orang Israel." Tetapi kata Daud: "Apakah yang kamu kehendaki akan kuperbuat bagimu?" 5 Sesudah itu berkatalah 38 39



Hill E. Andrew, Walton H. John, 312 Baker, F.L, Sejarah Kerajaan Allah 1: Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK GM, 2010), 544



Fakultas Teologi UKIT



25



mereka kepada raja: "Dari orang yang hendak membinasakan kami dan yang bermaksud memunahkan kami, sehingga kami tidak mendapat tempat di manapun di daerah Israel, 6 biarlah diserahkan tujuh orang anaknya laki-laki kepada kami, supaya kami menggantung mereka di hadapan TUHAN di Gibeon, di bukit TUHAN." Lalu berkatalah raja: "Aku akan menyerahkan mereka." 7 Tetapi raja merasa sayang kepada Mefiboset bin Yonatan bin Saul, karena sumpah demi TUHAN ada di antara mereka, di antara Daud dan Yonatan bin Saul. 8 Lalu raja mengambil kedua anak laki-laki Rizpa binti Aya, yang dilahirkannya bagi Saul, yakni Armoni dan Mefiboset, dan kelima anak laki-laki Merab binti Saul, yang dilahirkannya bagi Adriel bin Barzilai, orang Mehola itu, 9 kemudian diserahkannyalah mereka ke dalam tangan orang-orang Gibeon itu. Orang-orang ini menggantung mereka di atas bukit, di hadapan TUHAN. Ketujuh orang itu tewas bersama-sama. Mereka telah dihukum mati pada awal musim menuai, pada permulaan musim menuai jelai. 10 Lalu Rizpa binti Aya mengambil kain karung, dan membentangkannya bagi dirinya di atas gunung batu, dari permulaan musim menuai sampai tercurah air dari langit ke atas mayat mereka; ia tidak membiarkan burung-burung di udara mendatangi mayat mereka pada siang hari, ataupun binatang-binatang di hutan pada malam hari. 11 Ketika diberitahukan kepada Daud apa yang diperbuat Rizpa binti Aya, gundik Saul itu, 12 maka pergilah Daud mengambil tulang-tulang Saul dan tulang-tulang Yonatan, anaknya, dari warga-warga kota Yabesh-Gilead, yang telah mencuri tulang-tulang itu dari tanah lapang di Bet-San, tempat orang Filistin menggantung mereka, ketika orang Filistin memukul Saul kalah di Gilboa. 13 Ia membawa dari sana tulang-tulang Saul dan tulang-tulang Yonatan, anaknya. Dikumpulkanlah juga tulang-tulang orang-orang yang digantung tadi, 14 lalu dikuburkan bersama-sama tulang-tulang Saul dan Yonatan, anaknya, di tanah Benyamin, di Zela, di dalam kubur Kish, ayahnya. Orang melakukan segala sesuatu yang diperintahkan raja, maka sesudah itu Allah mengabulkan doa untuk negeri itu.



II.4. Kerja Hermeneutik Naratif Terhadap 2 Samuel 21:1-14 II.4.1. Komponen-Komponen dalam Narasi a. Struktur Struktur biasanya terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. Narasi 2 Samuel 21:1-14 ini merupakan satu keutuhan cerita yang memiliki bagian-bagiannya sendiri yang terdiri dari unsur cerita yang memiliki hubungannya dengan tindakan, penokohan, setting dan sudut pandang yang ada di dalam cerita. Pendahuluan (21:1) Ayat 1 merupakan bagian pendahuluan dari narasi ini. Bagian ini menceritakan tentang bencana kelaparan yang menimpa tanah Israel di masa awal pemerintahan raja Daud. Bencana kelaparan (b['r": : rä`äb) tersebut telah terjadi selama tiga tahun berturut-



Fakultas Teologi UKIT



26



turut. Hal ini merupakan malapetaka bagi kerajaan. Sebagai seorang Raja, Daud tidak ingin membiarkan kerongkongan serta perut rakyatnya kehabisan asupan air dan roti maka Daud menanyakan petunjuk TUHAN. Tidak menutup kemungkinan, seorang Raja akan bersujud di hadapan TUHAN demi jawaban atas kelaparan yang terjadi atas bangsanya atau ia pun dapat bertanya dan mendapat jawab melalui imam atau nabi40. Upaya itu tidak sia-sia, ia mendapatkan “petunjuk dari TUHAN” bahwa ada hutang darah dari keluarga Saul kepada orang-orang Gibeon, karena ia telah membunuh orang-orang Gibeon. Isi (21:2-14a) Isi cerita terbentang dari ayat 2 sampai 14 bagian awal. Ketika Daud mengetahui bahwa bencana kelaparan yang terjadi atas tanah yang dipimpinnya diakibatkan oleh hutang darah dari keluarga Saul kepada orang-orang Gibeon, maka, dipanggilnyalah para penimba air dan pemotong kayu



41



tersebut. Pada awalnya, Israel pernah mengikat



perjanjian untuk tidak menyerang Gibeon, tetapi kemudian Pendahulu Daud, yaitu Saul, melanggar semua itu. Ternyata, Saul telah melakukan



tindakan



kejam



pada



masa



pemerintahannya.



Ia



membasmi para imam di Nob karena tidak mau tunduk padanya (1 Sam. 22:6-23). Tindakan dari Saul ini ternyata dipandang jahat oleh tetangga orang-orang Nob, Gibeon. Saul telah membunuh para imam di Nob. Solidaritas serumpun berkobar di hati pada masyarakat Gibeon kala mendengar berita duka tersebut. Apakah Gibeon, tetangga Nob hendak dibinasakan pula? Ayat 1, 2,5 mengindikasikan hal tersebut42. Apabila benar Saul hendak membinasakan daerah 40



Ervin Sientje Abram, 130 Orang Gibeon ditugaskan Yosua untuk menjadi penimba air dan pemotong kayu bagi Israel (Lih : Yosua 9: 20-3) 42 Ayat 1, memberikan informasi bahwa Saul membunuh. Ayat 2, Saul berikhtiar untuk membunuh. Ayat 5, Saul hendak membinasakan. Rencana Saul untuk membunuh sangat kentara, apabila Saul hanya berikhtiar maka tak terjadi tak akan ada pertumpahan darah dan hutang darah tidak akan diadakan. Dalam NIV, tertulis, “had tried to annihilate him” pada ayat 2, sementara “as for the man who destroyed us and plotted against us” pada ayat 5. Maka terlihat 41



Fakultas Teologi UKIT



27



Gibeon, maka ia melupakan janji antara leluhurnya dan leluhur Gibeon. Sebab di tahun-tahun pertama Israel memasuki Kanaan, Yosua pernah membangun janji dengan orang-orang Gibeon, dan berkata kepada masyarakat Israel, “biarkan mereka hidup, supaya kita jangan tertimpa murka karena sumpah yang telah kita ikrarkan itu kepada mereka. Biarkanlah mereka hidup” (Yos 9:21).43 Selanjutnya, Daud dan masyarakat Gibeon yang ditemuinya itu merundingkan hal apakah yang layak dilakukan Daud bagi mereka agar tanah yang dipimpin-Nya dapat mendapat berkat “kebebasan dari bencana kelaparan” dari orang-orang Gibeon. Dalam perundingan bersama dengan para penimba air dan pemotong kayu itu, Daud mencoba untuk mengadakan penebusan yang rupanya diartikan sebagai “suap” bagi orang-orang Gibeon sebab mereka memulai jawaban mereka dalam ayat 4 dengan mengatakan bahwa tebusan tidak dapat dilakukan dengan uang44. Tetapi sebagai orang yang tidak terhitung sebagai warga asli Israel (Ay. 2), orang-orang Gibeon juga memahami peraturan yang ada di Israel bahwa orang yang bukan anggota masyarakat Israel secara sempurna, tidak berhak membalas dendam dengan membunuh penduduk asli Israel.45 Sebagai seorang raja, Daud memiliki kuasa mutlak dalam memerintah rakyatnya. Kuasa itu dapat digunakan untuk menyatakan damai atau perang, untuk memberi hidup atau kematian.46 Dalam hubungannya dengan jawaban dari orang-orang Gibeon itu, sang raja pun menawarkan satu kesempatan emas bagi mereka. Perudingan



bahwa, ikhtiar Saul untuk memusnahkan dan tak menyisakan tempat di Israel untuk para Gibeon sangat memilukan hati mereka, sehingga dendam tertumpuk, dan hari demi hari dinanti untuk mengadakan pembalasan. 43 Pada zaman Yosua, bahkan sebelum itu sudah ada kelompok-kelompok yang sudah mulai menduduki tanah Kanaan. Namun, ketika Yosua berhasil mencapai tanah itu, kelompok di luar kelompok Yosua itu kemudian berhasil ditaklukan. (Vriezen Th.C, Agama-Agama Israel Kuno, Jakarta: BPK GM, hal 161) 44 Dalam keadaan hukuman mati dapat diganti dengan pembayaran uang pendamaian (Lih: Keluaran 21:29-30) 45 Paterson, Robert M, 439 46 Baker David L, 66



Fakultas Teologi UKIT



28



menghasilkan kesepakatan, sehingga, atas permintaan masyarakat Gibeon tersebut, tujuh orang keturunan Saul akan digantung di hadapan TUHAN di Gibeon, di Gibea-Saul (lWaßv'



t[;îb.gI :



gib`at šä´ûl). Hari yang dipilih untuk pembunuhan itu bukan sembarangan hari, melainkan bertepatan dengan awal musim menuai, yaitu pada masa perayaan paskah dan penyerahan buah bungaran hasil tanah (Kel 23:15, 19; Im 23:10-15; Ul 16:1-9). Ada ahli penafsiran yang menduga bahwa penyerahan tujuh orang keluarga Saul itu adalah peninggalan dari kebiasaan orang Kanaan dahulukala yang mempersembahkan manusia kepada dewa, supaya hasil tanahnya terjamin.47 Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah benar Allah melegitimasi



pengorbanan



tujuh



keturunan



Saul



ini?



Demi



kesejahteraan rakyat atau demi pembalasan dendam? Sontak hati Daud digoncang, bukankah salah satunya bisa jadi Mefiboset, anak sahabat karibnya? Karena rasa sayangnya terhadap Mefiboset bin Yonatan sembari teringat akan sumpah yang sempat diucapkan di antara Daud dan Yonatan (1 Samuel 20:14-17; 2 Samuel 9:1-13), maka diluputkannyalah Mefiboset bin Yonatan dari eksekusi mati orang-orang Gibeon. Tetapi diserahkannya kepada mereka, kedua anak laki-laki Rizpa binti Aya, yaitu Armoni dan Mefiboset, dan kelima anak laki-laki Merab binti Saul kepada orang-orang Gibeon. Sehingga ketujuh keturunan Saul dihukum mati pada awal musim menuai itu. Pada ayat ke 10, Rizpa binti Aya hadir dengan kain karung petanda ia sedang mengungkapkan kesedihan, rasa dukacitanya karena kehilangan dua anak laki-laki yang seharusnya menjadi sukacita masa tuanya. Rizpa hadir di atas gunung batu, panasnya siang dan dinginnya malam dilewatinya dengan menggenggam sepotong rating kayu yang kering, untuk mengusir burung ataupun serigala yang hendak memakan tubuh anak-anaknya dan sanak47



Rothlisberger, H, Tafsiran 2 Semuel (Jakarta: BPK, 1970), 155-156



Fakultas Teologi UKIT



29



saudaranya. Berbulan-bulan lamanya, ia terus berjaga, berkelahi dan meratap untuk buah hatinya dan kisah hidupnya. Satu hari, kumpulan tetesan air menjatuhi tanah. Membilas aroma badannya menyatu dengan aroma mayat. Tindakannya menyadarkan Daud. Sebagai seorang raja sekaligus saudara, Daud tahu maksud Rizpa. Sekalipun ia seorang gundik yang tak lebih tinggi dari isteri dan tak lebih rendah dari pelacur, namun ia tetaplah seorang ibu, pendamping dan saudara yang menginginkan hal yang baik bagi anak-anaknya, sanak-saudara, dan seorang pria yang pernah didampinginya, sekalipun mereka sudah tak bernyawa. Dalam kehidupannya, panorama yang disaksikannya hanyalah akhir hidup tragis dari orang-orang terdekatnya. Ia tuna wisma dan tuna daya. Hidup dalam ancaman dan teror dari orangorang yang tak menyukai gaya kepemimpinan suaminya, Saul. Daud kemudian menguburkan tulang belulang dari Saul, Yonatan beserta tujuh turunan Saul telah yang digantung. Dengan bantuan rakyatnya, Daud memberikan penguburan yang layak bagi mereka di tanah Benyamin, di Zela, di dalam kubur Kish, ayah dari Saul. 1.1.1. Penutup (14b) Cerita ini ditutup dengan kalimat ini “maka sesudah itu Allah mengabulkan doa untuk negeri itu.” Tetesan hujan turun membasahi tanah Israel, bencana kelaparan berada pada kesudahannya. Allah menyelamatkan bangsanya dari bencana kelaparan karena “doa-doa” yang di naikkan kepada Allah. a. Plot (alur) Dalam



jurnalnya,



Analisis



Naratif:



Sebuah



Metode



Hermeneutika Kristiani Kitab Suci, Tarmedi mengungkapkan bahwa membedakan unified plot (plot tunggal) dan episodic plot (plot episodic) merupakan hal yang penting. Narasi 2 Samuel 21:1-14, “Orang-orang Gibeon dan keluarga Saul” mengandung episodic plot



Fakultas Teologi UKIT



30



karena menampilkan setiap episode dengan cara berdiri sendirisendiri48 di mana masing-masing episode tersebut dihubungkan dengan tokoh utama yang sama49, yaitu Daud. Ada saat di mana narator menceritakan tentang Daud, orang-orang Gibeon, Daud dan orangorang Gibeon, tetapi ada pula episode tentang Rizpa meskipun pada akhirnya fokus itu kembali lagi pada Daud yang adalah tokoh utama yang menghubungkan kisah dengan tokoh-tokoh lainnya. Selain itu, Marguerat dan Bourquin mengemukakan unsurunsur dalam plot seperti : Pertama adalah eksposisi (situasi awal) yang sering juga disebut “momen yang menggugah” (inciting moment). Eksposisi adalah suatu atau sejumlah informasi awal yang mutlak diperlukan agar narasi dapat dipahami. Dalam narasi 2 Samuel 21:1-14 ini, ekposisi terdapat pada ayat 1, ketika narator menggambarkan situasi tanah Israel yang kering, sehingga kelaparanlah rakyatnya. Daud, sebagai raja, ia hendak mencari jawab kepada TUHAN atas peristiwa yang menyusahkan tersebut. Ia kemudian menemukan jawaban bahwa ada hutang darah yang melekat pada Saul dan keluarganya karena ia telah membunuh orang-orang Gibeon. Kedua adalah komplikasi. Komplikasi adalah sejumlah usaha atau tahap dalam penyelesaian konflik yang muncul dalam sebuah narasi. Komplikasi biasanya menjadi awal dimulainya dramatisasi ketegangan sebuah kisah atau adegan50. Setelah mendapatkan kabar tentang hutang darah keluarga Saul kepada orang Gibeon, Daud segera bertindak. Cara Daud menindaklanjuti jawaban yang diberikan “TUHAN” sebenarnya didapat oleh manusia, kemungkinan ia



48



Bnd. dengan narasi-narasi sebelumnya dan sesudahnya yang nampaknya tidak memiliki kaitan dengan narasi “Orang-orang Gibeon dan keluarga Saul”. Mis. “Pegawai-pegawai Daud” (2 Sam. 20:23-26) dan “Peperangan melawan orang Filistin” (2 Sam. 21:15-22). Meski demikian mereka dihubungkan oleh satu tokoh yang selalu hadir, yakni Daud. 49 Tarmedi, Analisis Naratif : Sebuah Metode Hermeneutika Kristiani Kitab Suci (Yogyakarta : Melintas, 2013), 351 50 Tarmedi, 351



Fakultas Teologi UKIT



31



memperoleh jawaban itu dari seorang imam atau nabi. Ia kemudian menyerahkan keputusan pembalasan kepada orang-orang Gibeon51. Apakah balasan yang dituntut orang-orang Gibeon? Mengerikan! Tujuh laki-laki keturunan Saul digantung di bukit TUHAN. Ketiga adalah klimaks. Klimaks adalah ketegangan puncak yang melibatkan emosi maupun penalaran52. Biasanya, klimaks merupakan momen tertinggi yang dicapai oleh tokoh utama dalam usahanya menyelesaikan konflik atau masalah. Hal menarik muncul dalam cerita. Daud disenyapkan oleh Narator. Sehingga munculah seorang ibu tuna daya sebagai klimaks cerita ini. Tindakannya, menyuarakan isi hati yang selama ini terbungkam. Keputusannya untuk datang ke Gibeon penuh risiko, ia seperti masuk ke kandang singa, menantang maut. Dengan berbekal kain karung dan perbekalan seadanya ia menemani tubuh anak-anaknya dan sanak-saudaranya yang sudah tak bernyawa lagi. Mereka mati tanpa rasa hormat, tidak ada persiapan penguburan53, tidak ada pakaian yang indah, tidak ada aroma mur atau damar bedolah.54 Perempuan itu rapuh tapi kuat, ia tak takut patukan gagak atau gigitan binatang buas. Ia memandangi dan menjagai tubuh anaknya yang makin terkikis, berubah, membusuk namun cintanya sebagi seorang ibu tak terkikis, berubah, atau membusuk. Apakah yang dimakannya? Diminumnya? Atau melindunginya? Ia sendiri dan meratap. Menurut Marguerat dan Borquin klimaks biasanya diikuti dengan transforming action yang membawa klimak pada konklusi,



51



Ervin Sientje Abram, 131 Tarmedi, 351 53 Di Israel terdapat untuk penguburan terhadap seorang yang dihukum mati. “apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian digantung pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah mayat itu dikuburkan pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah, janganlah sampai menajiskan tanah yang diberikan TUHAN juga. (Lih: Ulangan 21:22-23) 54 Philip King, 414. Pemakaman orang mati dengan benar menjadi perhatian penting di Timur Tengah kuno, dan khususnya di Palestina. Mayat yang tidak terkubur merupakan penghinaan dan sebagai tanda dari Hukuman Ilahi. 52



Fakultas Teologi UKIT



32



yaitu menghantar konflik pada konklusi tertentu. Tangis Rizpa didengar TUHAN. TUHAN menangis bersamanya lewat tangisan alam. Kemudian, tangisan alam dan tangisan Rizpa pada akhirnya mengoyakkan lamunan Daud. Dalam suara perempuan itu didengarnya hati nurani Israel. Sang raja menundukan kepalanya, dan memberikan penguburan yang layak bagi Saul, Yonatan serta bagi tujuh keturunan Saul. Keempat adalah resolusi. Resolusi adalah tahap penyelesaian konflik. Di sini, ada transisi yang dialami oleh tokoh utama, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu55. Mungkin Daud diberitahu oleh panitera, orang-orang Israel, atau orang-orang Gibeon tentang apa yang telah dilakukan Rizpa. Ia membongkar lamunan Daud yang tidak terlalu mempedulikan penguburan yang terhormat bagi Saul dan sahabat karibnya Yonatan, bahkan untuk tujuh orang yang telah digantung. Sehingga ia mengumpulkan tulang-tulang Saul dan keturunannya dan menguburkannya dengan terhormat di makam keluarga, dikumpulkan dengan ayah, kakek mereka56. Kelima, adalah konklusi atau kesimpulan. Kesimpulan suatu narasi merupakan hasil atau kelanjutan dari resolusi57. Pada akhir cerita, narator memberi informasi bahwa, raja Daud membawa tulang belulang Saul dan keturunannya, setelah itu masyarakat Israel mendengarkan perintah raja. Mereka menguburkan tulang-tulang Saul, Yonatan dan tujuh orang yang di gantung itu, maka terkabulah doa negeri itu oleh Allah.58 b. Karakter/Karakterisasi Karakter atau karakterisasi adalah pelaku-pelaku yang berperan dalam narasi. Dalam tulisannya, Tarmedi membedakan penokohan 55



Tarmedi, 351 Philip King, 416 57 Tarmedi, 352 58 NIV : They buried the bones of Saul and his son Jonathan in the tomb of Saul’s father Kish, at Zela Benyamin, and did everything the king commanded. After that, God answered prayer in behalf of the land. 56



Fakultas Teologi UKIT



33



dalam empat kategori, yaitu tokoh utama (protagonist), foils character, tokoh fungsionaris dan chorus atau walk-on.59 Narasi dalam kitab 2 Samuel 21:1-14 menghadirkan tokoh-tokoh yang berperan secara aktif maupun pasif, yang terlibat secara langsung dalam setiap episode maupun yang tidak terlibat secara langsung. Mereka semua hadir dengan karakter mereka yang berbeda-beda. Daud (dwIßD" : Däwìd) adalah tokoh utama (hero) dalam narasi ini. Meskipun dalam teks 2 Samuel 21:1-14 terdapat beberapa tokoh dengan kepribadian masing-masing di dalamnya, tetapi bila kita perhatikan, setiap tokoh tersebut pada akhirnya dihubungkan kembali dengan satu tokoh yang sama, yaitu Daud. Daud anak dari Isai, merupakan anak yang paling bungsu di antara delapan bersaudara. Daud setia pada Tuhan dan akan mengaku apabila ia berbuat dosa. Tetapi Daud juga sama seperti manusia pada umumnya yang tidak kebal terhadap kesalahan dalam pengambilan keputusan.60 Selain itu, Van Der Weiden menambahkan bahwa Daud tidak hanya dikenal sebagai seorang raja yang paling berhasil, tetapi juga yang paling saleh, namun di lingkungannya ia dikenal juga sebagai seorang raja yang dapat memerintah dengan tangan besi dan sering kali dengan kejam ia bertindak melawan siapa saja yang berani mempersoalkan hak dan kedudukannya.61 Daud adalah seorang raja yang khawatir akan tanah yang dipimpinnya, tanah yang kering serta teriakan dari rakyatnya yang kelaparan. Keputusan dari sang raja menghadirkan hal-hal yang mengerikan teralami oleh keturunan Saul, terlebih bagi Rizpa dan Merab, yaitu ibu dari anak-anak yang digantung. Kelaparan ini bukan sementara, namun sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam hal ini, Daud seperti berhutang jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya,



59



Tarmedi, 353 Hill E. Andrew, Walton H. John, 320 61 Banawiratma J.B, 55 60



Fakultas Teologi UKIT



34



karena ia bertanggungjawab sebagai raja mereka. Ayat pertama dalam perikop ini menunjukan hubungannya dengan TUHAN. Ia bergantung kepada petunjuk TUHAN. Namun sayang, ia sering mengabaikan nurani dan kesakitan batin orang-orang yang dikunjunginya. Ia mengira bahwa luka batin orang Gibeon dapat dihilangkan dengan emas dan perak. Ia mengira bahwa penguburan Saul dan Yonatan yang tak terhormat di tanah Gilboa62 adalah hal yang biasa. Ia mengira bahwa hukuman gantung adalah resolusi atas perkara yang dihadapi rakyat Israel. Bahkan karena tak melaksanakan perintah nuraninya, ia membawa keluarga dari sahabat karibnya, Yonatan kepada kematian oleh tangan orang-orang Gibeon. Ia memutuskan untuk mendiamkan nurani, dan melakukan hal yang tak manusiawi, demi perut-perut yang kelaparan. Namun akhirnya nuraninya dihidupkan oleh tindakkan kasih seorang Ibu. Orang-orang Gibeon (~ynI)[ob.GI : Gib`önîm). Dalam teks 2 Samuel 21:1-14, orang-orang Gibeon termasuk dalam foils karakter. Maksudnya, orang-orang Gibeon memiliki kepribadian yang kontras dengan karakter dari tokoh pertama, yaitu Daud. Mereka menyimpan dendam kepada keluarga Saul, karena saudaranyasaudaranya di Nob dimusnahkan oleh Saul. Orang-orang Gibeon begitu cerdik sehingga sering melibatkan nama TUHAN untuk menjalankan persepakatan dengan orang-orang Israel, misalnya seperti ketika mereka menipu Yosua, mereka menggunakan akal mereka untuk mengelabuhi Yosua dengan menyamar sebagai orang-orang yang datang dari negeri yang jauh sembari meminta perlindungan dari orang-orang Israel agar orang-orang Israel tidak memusnahkan mereka. Orang-orang Gibeon ini berhasil membuat orang-orang Israel mengikat perjanjian dengan mereka. Karena hal inilah Yosua yang adalah pemimpin pada waktu itu memanggil mereka dan bertanya:



62



Gilboa adalah daerah pegunungan tempat Saul bunuh diri setelah dikalahkan oleh bangsa Filistin (Browning, Kamus Alkitab, “Gilboa”)



Fakultas Teologi UKIT



35



"mengapa kamu menipu kami dengan berkata: kami ini tinggal sangat jauh dari pada kamu, padahal kamu diam di tengah-tengah kami? Sesudah itu, orang-orang Gibeon dijadikan penimba air dan pemotong kayu bagi Israel. Tidak hanya itu saja, pada awal masa pemerintahan raja Daud, orang-orang Gibeon juga menunjukan kecerdikan mereka. Dalam bencana kelaparan yang berlangsung lama itu, kesempatan emas keluar dari mulut sang raja untuk orang-orang Gibeon. Kali ini melibatkan Saul dan keluarganya. Apakah untuk kali ini orang-orang Gibeon kembali menggunakan “akal”-nya untuk mendapat balas atas sakit hati yang dahulu pernah mereka terima? Apakah ini dendam yang berselubungkan nama TUHAN? Pada akhirnya, orang-orang Gibeon berhasil menghukum mati orang-orang Israel, mereka berhasil membunuh tujuh anak laki-laki dari keturunan Saul, melalui legitimasi sang raja, Daud. Rizpa (hP'c.rI : ricPâ) adalah gundik Saul yang melahirkan Armoni dan Mefiboset. Rizpa termasuk tokoh yang memiliki karakter fungsionaris dalam narasi 2 Samuel 21:1-14. Maksudnya ialah, Rizpa adalah tokoh yang berada di antara tokoh lainnya yang sifatnya hanya membantu jalannya plot. Namun bila kita memperhatikan narasi ini, kita akan menjumpai bahwa Rizpa ternyata memainkan peranan penting dalam narasi ini. Ia didiamkan dari ayat 1 dan kembali muncul dengan namun aksinya yang menyuarakan isi hatinya. Tentu saja keputusan raja tidak dapat dibatalkan hanya oleh pembelaan seorang rakyat biasa seperti Rizpa, sekalipun ia merupakan ibu dari dua orang laki-laki yang hendak digantung, ia tuna-daya. Terik matahari, angin malam, binatang buas, bahkan maut bukanlah penghalang baginya untuk menunjukan kasih sayang dan setianya kepada anak-anak dan bisa di katakan, sanak-saudaranya. Bukankah ia mempunyai cinta yang begitu tulus? Sekalipun orang-orang yang dikenal dan dicintainya telah



Fakultas Teologi UKIT



36



berada dalam Syeol,63 ia ingin agar mereka dikenang bukan sebagai orang yang hina dan kena hukuman Ilahi, ia ingin mereka dikenang dengan rasa hormat serta beristirahat dengan tenang bersama ayah dan kakek mereka. Merab (br:îme : mërab). Merab adalah putri tertua dari Saul (1Sam. 14:49). Dia mula-mula dijodohkan kepada Daud, tetapi akhirnya diberikan kepada Adriel, orang Mehola (1Sam. 18:17-20), peristiwa yang tidak dilaporkan dalam LXX. Alkitab versi TB (Terjemahan Baru) mengikuti banyak ahli memilih Merab pengganti MT (Masoretik Teks) dalam 2 Samuel 21:8, dengan alasan akibat salah salin oleh penyalin kuno, sambil berkata, bahwa sesudah dia mati, anak-anaknya digantung sebagai pembalasan terhadap pembantaian oleh Saul terhadap orang-orang Gibeon, karena telah melanggar perjanjian yang pernah mereka buat (Yos: 9).64Dalam narasi 2 Samuel 21:1-14, pribadi Merab adalah pasif, karena dalam teks ini tidak menyinggung Merab lebih dari sekedar biografinya. Oleh karena itu, tokoh ini bisa dikatakan masuk dalam karakteristik chorus atau walkon yang pasif dan tidak memiliki peran yang besar di dalam narasi. Merab: “Mikhal” dalam bahasa Ibrani; tetapi Mikhal65, anak perempuan Saul tidak pernah kawin dengan seorang anak Barzilai dan dikatakan secara jelas bahwa dia tidak melahirkan anak (2Sam. 6:23). Dalam LXX terdapat “Merab” dan Merab kawin dengan Adriel dalam 1Samuel 18:19.66



63



Syeol adalah istilah Ibrani untuk dunia bawah, dimana dibayangkan bahwa mereka yang sudah mati terkumpul (Ams. 9:18). Di sana mereka ada lebih lanjut dalam keadaan tidak berwujud yang suram yang terbayang dalam keadaan depresi yang kelam dalam hidup manusia, (Browning, Kamus Alkitab, “Syeol”) 64 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, “Merab”. 65 Mikhal adalah putri bungu Saul (1Sam.14:49). Ia dikutuk mandul sampai mati (2Sam 6:23). Dalam Samuel 21:8, disebut lima anaknya, tetapi anggapan tradisi ialah, mereka anak-anak Merab (demikian LXX dan dua naskah tangan Ibrani) dan Mikhal “mengasuh mereka” (Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, “Mikhal”) 66 Paterson, Robert M, 439



Fakultas Teologi UKIT



37



Allah



(~yhi²l{a/



:



´élöhîm



)



atau



TUHAN



(hw"©hy> : yhwh) adalah pribadi yang berperan secara pasif dan tidak terlibat langsung dalam kisah ini, meskipun dikatakan dalam ayat 1 bahwa TUHAN adalah pemberi informasi mengenai hutang darah. Oleh tangan orang-orang Gibeon dan legitimasi dari raja Daud, TUHAN diposisikan sebagai Saksi yang akan melihat keturunan Saul terbunuh. Apakah Ia melegitimasi perbuatan yang tak manusiawi tersebut? Apakah eksekusi menunjukan jawaban-Nya atas tanah Israel? Justru apabila pembaca membaca dengan teliti teks dari narasi ini, maka akan kentara bahwa Allah mengabulkan permohonan Israel, ketika “keadilan” dan kemanusiawian ditegakkan. Sesungguhnya informasi



yang



diperoleh



Daud



mungkin



merupakan



hasil



pemberitahuan dari Imam atau nabi. Sebab Allah pasti tidak akan melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh manusia. Allah yang baik kepada semua orang dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikannya67 pasti tidak akan bertindak seperti. Anggapan bahwa Allah itu jahat bukan karena Allah itu memang jahat tetapi karena manusia yang menganggapnya seperti itu untuk kepentingan tertentu, apakah



karena



politik



dan



lain



sebagainnya



maka



manusia



menganggap Allah itu berpihak kepada seseorang atau sekelompok orang.68 Saul (‘lWav' : šä´ûl). Saul adalah anak lelaki Kish dari suku Benyamin. Sebagai raja pertama Israel, Saul memiliki banyak fakta historis di dalam sejarah kerajaan Israel. Menurut Marie dan Christoph Barth, Saul dihargai karena lima alasan: pertama, ia tidak menonjolkan diri dan tidak berikhtiar menjadi pemimpin. Tuhan sendirilah yang mengambil prakarsa untuk mengangkat dia dan kemudian diurapi oleh Samuel sebagai raja atas Israel. Kedua, Saul dilukiskan sebagai 67 68



Mazmur 145:9 Ervin Sientje Abram, 130-131



Fakultas Teologi UKIT



38



“seorang muda yang elok rupanya” (1Sam. 9:2; 10:23-24). Allah memberikan Roh kepadanya sehingga Saul menjadi penyelamat bangsanya (1Sam. 10:1; 11:13). Ketiga, Kemenangan Saul dan Yonatan yang disebabkan oleh ketergantungan mereka kepada Tuhan dalam meminta petunjuk dan keputusan Tuhan (1Sam 14:10, 18, 37). Keempat, raja Israel yang pertama itu mendapat pengakuan penuh sebagai “orang yang diurapi TUHAN”, bukan hanya dari sukunya sendiri, tetapi juga dari kebanyakan orang Israel (1Sam 11:15) dan terutama oleh Samuel dan Daud. Kelima, tradisi tua membesarkan nama Saul sebagai pembela bangsanya terhadap musuh dari luar. Sekalipun Saul cemburu terhadap Daud, tetapi tidak pernah dikatakan bahwa ia menekan atau menghisap rakyat. Selain itu, para pengarang yang telah mengalami kegagalan raja-raja di Israel dan Yehuda melihat raja yang pertama itu dalam bayangan sejarah kemudian, seperti: kisah kemunduran Saul sejak ia melakukan kesalahan sampai ajalnya dalam perang melawan orang Filistin (1Sam. 31), cerita tentang kesalahan Saul (1Sam. 13:7b-14 dan 15:10-35). Sejak Saul ditolak oleh Tuhan, ia menjadi seorang yang dapat marah tiba-tiba atau putus asa, bengis dan lalim seperti misalnya dalam pengejaran atas Daud (1Sam. 18-26).69 Hal inilah yang menggambarkan karakter dari Saul sebagai foils character atau sebagai pribadi yang sangat kontras dengan Daud. Narasi 2 Samuel 21:1-14 menghadirkan Saul sebagai tokoh yang menjadi sumber perundingan serta tindakan atas kisah tragis di atas bukit di Gibea. Tindakan Saul yang otoriter pada masanya membawa maut bagi keturunannya sendiri. Yonatan (!t"ån"Ahy> : yühônätän) adalah anak raja Saul. Dalam peperangan bersama dengan orang Filistin, Yonatan bersama dengan ayahnya Saul. Dengan pertolongan Tuhan, mereka berhasil mengalahkan orang Filistin pada waktu itu (1Sam 14:10, 18, 37). Yonatan adalah sahabat setia dari Daud, raja yang menggantikan 69



Barth Christoph dan Barth-Fromel, Marie-Claire, 86-89.



Fakultas Teologi UKIT



39



ayahnya. Yonatan melindungi Daud dari kemarahan dan iri hati Saul (1Sam. 19:1-7; 20:30).70 Ketika Saul hampir berhasil menghalau orang Filistin dan sekutu-sekutunya dari dataran tinggi, orang-orang Filistin bergabung untuk menghancurkannya. Saul beserta tiga dari empat anak laki-lakinya (1Sam. 14:49; 1Taw. 8:33) tewas dalam perang dengan orang-orang Filistin, salah satunya Yonatan. Dalam teks 2 Samuel 21:1-14, janji Yonatan yang pernah ia buat bersama dengan Daud, berhasil menyelamatkan Mefiboset anak lelaki Yonatan ketika orang Gibeon hendak meminta tujuh keturunan Saul untuk dieksekusi71. Daud tetap menjaga janji mereka72 sekalipunYonatan telah tiada. Tujuh anak keturunan Saul (lWaßv'



wyn"ëB'mi



‘~yvin"a] h['Ûb.vi: šib`â ´ánäšîm miBBänäyw šä´ûl). Adalah korban dari kesalahan yang diperbuat oleh ayah-kakek mereka pada masa pemerintahannya. Saul melanggar perjanjian terhadap orang Gibeon, sehingga menimbulkan akar pahit dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Kesalahan masa lalu yang membawa petaka bagi anak-anak Rizpa dan Merab. Tujuh anak keturunan Saul dalam narasi ini adalah dua anak lelaki dari Rizpa binti Aya dan lima anak lelaki dari Merab binti Saul. Kehadiran tujuh tokoh dalam narasi ini adalah sebagai chorus atau walk on. Sekalipun dalam teks 2 Samuel 21 mereka seringkali disinggung, namun peran mereka dalam cerita begitu pasif sehingga terkesan mereka tidak memiliki peran yang besar di dalam cerita tersebut. Kendati pun demikian, dengan kehadiran tujuh orang dalam cerita ini lah yang kemudian mengundang aksi cinta yang “gila”, yang tulus serta yang membawa haru bagi raja Daud, tetapi juga menjadi bukti historis dalam perjalanan sejarah Israel. 70



Browning, Kamus Alkitab, “Yonatan” Tetapi raja merasa sayang kepada Mefiboset bin Yonatan bin Saul, karena sumpah demi TUHAN ada di antara mereka, di antara Daud dan Yonatan bin Saul (Lih: 2 Sam. 21: 8). 72 Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: "Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya (1Sam 20:42) 71



Fakultas Teologi UKIT



40



c. Konflik/Kontras Konflik merupakan ketegangan-ketegangan yang muncul dalam cerita. Konflik bisa berupa pergumulan batin yang dialami salah seorang tokoh, konflik antar tokoh dan konflik persekutuan atau kolektif. Ketika melihat narasi 2 Samuel 21:1-14, penulis melihat ketiga jenis konflik di atas teralami di sepanjang cerita ini.



Konflik Batin Daud, bagian awal dari narasi ini narator menegaskan bahwa bencana kelaparan yang telah berlangsung bertahun-tahun, terjadi pada masa pemerintahan raja Daud. Sebagai seorang raja, tentu sudah merupakan tanggungjawabnya untuk mengurus setiap persoalan yang bersangkutan dengan rakyatnya. Sebagai seorang raja, telinganya sudah cukup puas mendengar keluh-kesah dari setiap mulut rakyatnya. Sebagai seorang raja, pasti mulutnya sudah cukup lelah untuk menyampaikan jaminan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dalam keadaan ini, pastilah seorang yang paling bijaksana sekalipun belum tentu sanggup menyelesaikannya. Sebab bencana kelaparan merupakan perkara Ilahi yang tidak bisa diintervensi oleh pribadi insani, kecuali Tuhan sendirilah yang menghendakinya. Dalam masalah ini, pasti pribadi Daud yang setia kepada Tuhan-lah yang mendorong dirinya untuk meminta campur tangan Tuhan dalam penyelesaian bencana kelaparan itu. Tidak hanya sampai di situ saja, konflik batin dari Daud masih berlanjut ketika ia diperhadapkan dengan para penimba air dan pemotong kayu yang cerdik. Bisa dikatakan di sini, kedua pihak yang berunding, baik Daud maupun orang Gibeon, keduanya telah mengetahui perkara yang telah diperbuat oleh pendahulu Daud terhadap orang-orang di luar orang Israel adalah perbuatan yang dapat menghadirkan kenangan pahit yang akan terus tersimpan



Fakultas Teologi UKIT



41



dalam hati dan pikiran dari mereka yang dikorbankan. Pergolakan batin dirasakan oleh Daud ketika diperhadapkan dengan keputusan yang harus dia ambil. Apakah sebagai raja yang harus merelakan ketujuh



keturunan



kepentingan



rakyat,



Saul



diserahkan



ataukah



sebagai



untuk



dibunuh



keluarga



demi



yang akan



melindungi keturunan Saul, keturunan Yonatan sahabat karibnya? Dapat dipahami apabila Daud berada dilema tersebut karena pastilah Daud mengingat dengan jelas tentang janji antara dia dan ayah dari Mefiboset, yaitu Yonatan. Selain itu juga, raja Daud sama seperti manusia pada umumnya yang tidak kebal terhadap kesalahan dalam pengambilan keputusan.73 Rakyat ataukah keluarga? Sayang, Daud hanya berhenti pada penyesalan, bukan tindakan. Sebagai raja Israel, Daud merasa berhutang kesejahteraan kepada rakyat karena bencana kelaparan di tanah Israel, namun ia harus mengorbankan tujuh warganya. Pada akhirnya sang raja menentukan pilihannya, maka diserahkanlah kedua anak Rizpa binti Aya dan lima orang anak dari Merab binti Saul. Tapi setidaknya di balik keputusan tragis tersebut, ketika Daud harus menyerahkan tujuh anak keturunan Saul, ada janji yang berhasil ia tepati, yaitu janjinya terhadap Yonatan. Kata Yonatan kepada Daud: “..Jika aku masih hidup bukankah engkau akan menunjukan kepadaku kasih setia TUHAN? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan apabila TUHAN melenyapkan setiap orang dari musuh Daud di muka bumi, janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh –musuh Daud74. “Mefiboset…!” (kata Daud) “Inilah hamba tuanku.” (Jawabnya) “Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” 73 74



Hill E. Andrew, Walton H. John, 320 1 Samuel 20:15-17



Fakultas Teologi UKIT



42



“Mefiboset sujud dan berkata, “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?”75



Janji kepada Yonatan di hadapan TUHAN inilah yang membuat Daud bersikeras untuk meluputkan Mefiboset bin Yonatan dari eksekusi mati orang Gibeon. Orang Gibeon. Siapakah yang tak sakit hatinya kala melihat saudara sendiri ditindas? Siapakah yang tak merasa ketakutan ketika diancam akan dimusnahkan? Sakit hati, takut, itulah yang dirasakan orang-orang Gibeon ketika sang raja, Saul bertindak secara otoriter pada masa pemerintahannya. Sakit hati yang tertahan lama menciptakan dendam. Kini tertuang dalam satu perundingan bersama raja selanjutnya. Ketika Daud bertanya, “Apakah yang dapat kuperbuat bagi kalian dan dengan apakah dapat kuadakan penebusan supaya kalian akan memberkati milik pusaka TUHAN? “Inilah saatnya.” Ucap orang-orang Gibeon dalam hati. Mengapa harus menunggu kalau waktu dan kesempatan telah berada di depan mata? Mengapa harus bersusah-susah mencari cara balas dendam kalau kesempatan itu bisa diperoleh dari raja. Mengapa harus mendapatkan emas atau perak kalau saat itu



juga



keturunan



Saul



dapat



dimusnahkan?



Kemudian



diserahkanlah ketujuh orang itu untuk dihukum mati. Rizpa. Konflik batin dari Rizpa sebenarnya telah dimulai sejak ia menjadi gundik dari Saul. Sebagai seorang gundik, terlebih lagi sebagai seorang gundik Perjanjian Lama, artinya Rizpa tidak akan pernah bisa menjadi sama dan tidak akan pernah diterima sebagai seorang istri penuh atau sah. Sebagai seorang gundik, Rizpa ibaratkan sebuah alas kaki dalam sebuah dunia yang bercorak patriarki. Sungguh sebuah kehidupan pernikahan yang tidak akan pernah bisa diterima sepanjang umur. Biasanya para gundik selalu berjuang untuk menghasilkan keturunan dan mendapatkan status dan kedudukan yang sama dengan seorang 75



2 Samuel 9:5-8



Fakultas Teologi UKIT



43



istri. Bagi Rizpa sendiri, menjadi gundik raja Saul membuatnya sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki banyak pilihan. Keadaan hidup Rizpa sangat jauh dari impian para perempuan pada umumnya. Pada masa tuanya juga, Rizpa melakukan tugas yang tidak semua orang mau melakukannya. Panas terik matahari serta dinginnya angin malam mengisi hari tuanya bersama dengan tubuh anak-anaknya yang tak lagi bernyawa. Seorang ibu adalah seorang perempuan yang memiliki sikap dan tindakan yang menghidupkan. Rizpa bukanlah ibu yang meng-ia-kan hukuman mati atas anak-anaknya namun sebagai rakyat jelata, ia tak berdaya melawan titah penguasa. Selama berada di atas gunung batu bersama dengan jazad para anak dan sanaknya, kita bisa membayangkan apa yang dipikirkan serta apa yang dirasakan oleh Perempuan Israel itu. Mungkin Rizpa bertanya kepada Sang Maha Kuasa atas panorama hidup yang tragis. Bagaimanakah perasaan seorang ibu yang mengamati dan manjagai tubuh kedua anaknya yang mulai membusuk? Setiap kali seorang anak mengalami hal yang buruk pasti seorang perempuan yang disapanya ibu selalu berkata “Ibu saja yang sakit… Ibu saja yang tidak makan… Ibu saja yang menggantikanmu.” Apakah Rizpa demikian? Tanpa ragu lagi, Ya.. Pasti Rizpa seperti demikian. Perasaan sedih yang mendalam pasti dialami oleh seorang perempuan bernama Rizpa. Pastilah hati seorang ibu tersebut akan terkoyak ketika membayangkan wajah yang penuh keceriaan, tawa dan canda kini tergeletak kaku tanpa nyawa, bahkan sampai menjadi tulang-belulang. Rizpa.. Ia hidup namun serasa mati. Merab. Sekalipun dalam narasi 2 Samuel 21 tidak dijelaskan tindakan atau ekspresi dari seorang perempuan bernama Merab, tetapi pastilah ia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Rizpa, bahkan lebih ! Ia kehilangan lima anak laki-lakinya.



Fakultas Teologi UKIT



44



Ketujuh anak laki-laki keturunan Saul. Bagi mereka yang dikenai hukuman gantung pun pasti memiliki konflik batin yang dalam. Mereka tahu betul tindak kakek mereka, Saul. Mereka mungkin hidup dalam kewaspadaan dan ketakutan. Mereka bukan pembunuh, namun dibunuh. Dalam ketidakberdayaan, mereka diserahkan kepada para algojo yang menuntut keadilan bernafaskan balas dendam. “Mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.76” Itulah yang diterima oleh tujuh keturunan Saul. Para keturunan raja yang berdarah bangsawan kini menjadi darah pendamaian bagi Israel. Konflik antar tokoh Konflik ini dijumpai dalam hubungan orang Gibeon dengan Saul, Raja Israel sebelum Daud yang berikhtiar untuk menghabisi orang Gibeon. Selanjutnya ketika hendak mengambil keputusan, Daud menyerahkan anak-anak Rizpa dan Merab ke tangan orang Gibeon untuk dibunuh. Sebagaimana orang Gibeon sakit hati terhadap tindakan Saul, demikian pula rasa sakit hati, rasa kecewa Rizpa dan Merab terhadap Daud. Namun kembali lagi, titah raja adalah mutlak, Rizpa dan Merab hanya bisa menyimpan rasa-rasa itu di dalam hati mereka. Konflik Kolektif Konflik kolektif dalam cerita ini adalah ketika tanah Israel ditimpa bencana kelaparan yang terjadi selama bertahun-tahun, sehingga kesejahteraan rakyat yang mendiaminya terhambat. Rakyat turut menderita di dalamnya. d. Setting Powell menyebutkan bahwa ada tiga unsur setting dalam suatu kisah. Setting tempat, setting waktu dan setting lingkungan sosial. 76



Keluaran 21:24



Fakultas Teologi UKIT



45



Setting tempat Ada beberapa tempat yang menjadi latar adegan dalam cerita ini, Pertama adalah sekitaran Istana Raja, ayat 1-4 menunjukan aktifitas Daud ketika menanyakan petunjuk TUHAN dan ketika ia memanggil orang-orang Gibeon. Kedua adalah bukit pengorbanan di Gibeon, yang disebut pula bukit TUHAN yang adalah tempat digantungnya ke tujuh keturunan Saul (6). Ketiga, tanah lapang Bet-San tempat orang Filistin menggantung Saul dan Yonatan. Daud berusaha membawa tulang-tulang dari Saul dan Yonatan dari tanah tersebut (12). Keempat, di tanah Benyamin, di Zela, di dalam kubur Kish yaitu tempat pemakaman keluarga Saul (14). Istana raja (%l,M,êh;



tyBeä



: BBêt hammeºlek).



Philip King mencatat dalam bukunya, Bahasa Ibrani tidak mempunyai istilah khusus untuk “istana”, tetapi beberapa istilah diterjemahkan sebagai “istana”-hekal (biasanya diterjemahkan dengan “kuil”, tetapi sering kali dengan “istana”). Bet hammelek (“rumah sang raja), dan bait (“rumah”). Penjelasan tiadanya kosakata khusus ini terletak pada kenyataan bahwa “rumah tangga” merupakan puncak dari tingkatan-tingkatan simbolisme di dalam keluarga, kerajaan dan keilahian. Menurut 2 Samuel 15:11-12 dan 7:1-2, rumah Daud (bait) di Yerusalem adalah sebuah istana raja. Ketika Yerusalem menjadi ibu kota dari kerajaan kesatuan, ”Hiram, raja negeri Tirus, mengirim utusan kepada Daud dan kayu alas, tukang-tukang kayu dan tukang batu; mereka mendirikan istana (bait) bagi Daud (2 Sam.5:11; 7:2)77



77



Philip King, 232



Fakultas Teologi UKIT



46



Bukit pengorbanan di Gibeon/Gibea-Saul (lWaßv'



t[;îb.gI : gib`at šä´ûl). Dalam bahasa



Ibrani, gib`at adalah kata



benda yang berarti “bukit”. Dalam alkitab, kata ini sering dipakai dengan arti demikian, tetapi juga dipakai untuk nama tempat. Gibea merupakan sebuah kota di perbukitan Yehuda (Yos 15:57), mungkin el-Jeba’ modern dekat Betlehem. Gibea juga merupakan sebuah kota di daerah Benyamin (Yos 18:28), letaknya di utara Yerusalem (Yes 10:29). Akibat kejahatan yang dilakukan penduduknya pada zaman hakim-hakim, kota itu dibinasakan (Hak. 19-20; Hos. 9:9, 10:9). Kota ini dikenal sebagai kota kelahiran Saul (1 Sam 10:26), gib`at šä´ûl ), Gibea-Saul (1 Sam 11:14) dan menjadi tempat kediamannya ketika ia menjadi raja. (1 Sam 1315). Setelah Daud menjadi raja, ia menganggap perlu untuk membiarkan orang Gibeon menggantung tujuh keturunan Saul di tembok Gibea, sebagai tebusan dibunuhnya orang-orang mereka.78 Bet-San (!v;ª-tyBe : Bê|t-šan) adalah kota yang terletak di pertemuan lembah Yizreel dan lembah sungai Yordan.79 Situs kuno dengan posisi yang sangat berpengaruh di antara lembah Yizreel dan sungai Yordan, yang penggaliannya terlacak adanya pengaruh kuat Mesir. Pada waktu Kanaan di bawah pimpinan Yosua, umat Israel gagal merebut kota ini (Hak. 1:27), yang kemudian hari diambil oleh bangsa Filistin. Namuun, akhirnya kota itu menjadi kota Israel selama ditaklukkan oleh Daud. Daerah itu kaya dengan padi-padian. Pada periode Helenis dan periode Romawi kota ini disebut Skitopolis dan merupakan ibu kota Dekapolis (bnd. Mrk 7:31), terletak di sebalah barat sungai Yordan.80 Ketika orang Filistin menemukan jenazah Saul, mereka



78



Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, “Gibea”. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, “Bet-Sean”. 80 Browning, Kamus Alkitab, “Bet-Sean” 79



Fakultas Teologi UKIT



47



membawanya ke kota Bet-Sean, memakukannya pada tembok kota dan meletakan senjata-senjata Saul di kuil Asytoret. Dalam tulisan mereka, Joseph dan Howard melalui sumber-sumber arkeologi dan sejarah, mereka menunjukan bahwa Asytoret adalah salah satu dewi kesuburan yang paling terkenal. Di beberapa daerah di Timur Dekat dewi ini dikenal dengan nama Ashtart dan Astarte. Orang Babel mengenalnya sebagai Isthar. Ia digambarkan pada sebuah materai yang ditemukan di Betel. Penemuan di Bet-Sean, tempat jenazah Saul dipakukan, menunjukkan bahwa kota tersebut dihancurkan antara 1050 dan 1000 sM, sekitar periode Daud dan Saul. Kemungkinan pengrusakan kota tersebut disebabkan oleh tindakan militer yang dilancarkan Daud setelah kematian Saul.81 Tanah



Benyamin



(!miøy"n>Bi



#r ynEåP.-ta, dwIßD" `~ynI)[ob.GIh;-ta, tymiÞhe-rv,a]-l[; ~ymiêD"h; wayühî rä`äb Bîmê däwìd šälöš šänîm šänâ ´aHárê šänâ wayübaqqëš Däwìd ´et-Pünê yhwh(´ädönäy) s wayyöº´mer yhwh(´ädönäy) ´elšä´ûl wü´el-Bêt haDDämîm `al-´ášer-hëmît ´et-haGGib`önîm



yhiäy>w:



Vav konsekutif w: (dan, Dan telah tetapi, maka, ketika, atau,



terjadi



juga) + Kata kerja Qal (ada, terjadi, menjadi)



b['r"



Kata benda maskulin tunggal (Kelaparan,



Bencana kelaparan



bencana kelaparan)



yme’yB



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + Kata



Dalam hari-hari



benda maskulin jaman konstruk dari kata ~Ay



Fakultas Teologi UKIT



109



(hari, siang, waktu, masa)



dwI÷d vl{åv ~ynI©v



N.D (Daud)



Daud



Bilangan kardinal feminin tunggal absolut (tiga)



Tiga



Kata benda feminin jamak



Tahun-tahun



(tahun)



hn"v'



Kata benda feminin



Tahun



tunggal (tahun)



yrEäx]a;



Preposisi (Di belakang



Sesudah



sesudah, kemudian)



hn"v'



Kata benda feminin



Tahun



tunggal (tahun)



vQEïb;y>w:



Vav konsekutif w: (dan, Maka ia mencari tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata kerja Piel imperfek 3 M.T (ia mencari, coba mendapat)



dwIßD" ynEåP.-ta,



N.D (Daud)



Daud



Tanda obyek langsung + Kata benda konstruk



Muka



jamak dari kata hn

~h,_ylea] rm,aYOæw: ~ynIß[ob.GIl; %l,M,²h; ar"îq.YIw: ‘laer"f.yI ynEÜb.W yrIêmoa/h' rt,Y



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Tetapi orang-orang



juga) + Kata sandang h;



Gibeon itu



(itu) + Gibeon



al{



Kata keterangan (tidak, bukan)



ynEôB.mi



Bukan



Kata depan !mi (dari, dari pada, sejak) + Kata benda



Dari keturunan



maskulin umum jamak konstruk (anak-anak lelaki, keturunan)



laeär"f.yI N.D (Israel)



Israel



Fakultas Teologi UKIT



113



hM'heª



Kata ganti orang 3.M.J



Mereka



(mereka)



yKi



Kata penghubung (sebab,



Karena



karena)



rt,Yw:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Tetapi ia telah



juga)



berikhtiar



+ Kata kerja Piel Imperfek 3.M.T (ia telah mencari, coba mendapat, berikhtiar, menuntut)



‘lWav' N.D (Saul)



~t'êKoh;l.



Saul



Kata depan l. (ke, kepada, untuk,) + Kata kerja Hifil



Untuk menghancurkan



infinitive konstruk 3.M.J



mereka



dari kata hkn (menghancurkan mereka)



AtïaNOq;B.



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + Kata



Dengan menjadi



kerja Piel infinitive



cemburu



konstruk 3.M.T dari kata



anq (menjadi cemburu, iri hati)



Fakultas Teologi UKIT



115



laeÞr"f.yI-ynE)b.li



Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + Kata benda



Kepada keturunan



maskulin umum jamak



Israel



konstruk (anak-anak lelaki, keturunan) + Israel



hd"(WhywI



Konjugasi w> (dan, Dan Yehuda tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Yehuda



Terjemahan : Dan Raja itu telah memanggil orang-orang Gibeon itu dan dia telah berkata kepada mereka, tetapi orang-orang Gibeon itu bukan keturunan dari Israel karena mereka sisa dari orang-orang Amori yang ditinggalkan sekalipun ketika anak-anak lelaki Israel telah berjanji kepada mereka tetapi Saul telah berikhtiar untuk menghancurkan mereka dengan menjadi cemburu kepada keturunan Israel dan Yehuda



Ayat 3



rPeêk;a] hM'äb;W ~k,_l' hf,Þ[/a, hm'î ~ynIë[ob.GIh;la, ‘dwID" rm,aYOÝw: `hw")hy> tl;îx]n:-ta, Wkßr>b'W



wayyöº´mer Däwìd ´el-haGGib`önîm mâ ´e`éSè läkem ûbammâ ´ákaPPër ûbärkû ´et-naHálat yhwh(´ädönäy)



rm,aYOÝw:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan ia telah berkata



juga) + Kata kerja Qal imperfek



Fakultas Teologi UKIT



116



3.M.T dari kata rma (Ia telah berkata)



dwID" N.D (Daud)



~ynIë[ob.GIh;-la,



Daud



Kata depan la, (ke, Kepada orang-orang kepada, untuk) + Kata



Gibeon itu



sandang h; (itu) + Gibeon



hm'î



Kata ganti tanya (apa, mengapa, bagaimana)



hf,Þ[/a,



Apa



Kata kerja Qal imperfek 1.U.T dari kata



hf[ (akan



Akan saya perbuat



saya buat, lakukan, laksanakan)



~k,_l'



Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + Kata sandang h;



Kepada kalian



(itu) + Kata ganti orang 2.M.J (Kalian)



hM'äb;W



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata depan B.



Dan dengan apa?



(dalam, di dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + Kata ganti tanya (apa, mengapa, bagaimana)



Fakultas Teologi UKIT



117



rPeêk;a]



Kata kerja Piel imperfek 1.U.T dari kata rpk (saya



Saya akan mengadakan perdamaian



menutupi, menebus, mengadakan perdamaian)



Wkßr>b'W



Konjugasi w> (dan, Tetapi kalian tetapi, maka, ketika, atau,



berkatilah



juga) + Kata kerja Piel imperatif 2.M.J dari kata



$rb (kalian berkatilah) tl;îx]n:-ta,



Tanda objek langsung



tae + Kata benda feminin Barang milik umum tunggal konstruk dari kata hl'x]n: (barang milik, milik, tanah milik, pusaka)



hw")hy> TUHAN



TUHAN



Terjemahan : Dan Daud telah berkata kepada orang-orang Gibeon itu apa akan saya perbuat kepada kalian dan dengan apa saya akan mengadakan perdamaian? Tetapi kalian berkatilah barang milik TUHAN



Ayat 4



lWaåv'-~[i ‘bh'z"w> @s,K,Û ÎWnl'øÐ ¿yliÀ-!yae( ~ynI©[ob.GIh; Alå Wrm.aYOõw: ~T,îa;-hm'( rm,aYO°w: lae_r"f.yIB. tymiäh'l. vyaiÞ



Fakultas Teologi UKIT



118



Wnl'î-!yae(w> AtêyBe-~[iw> `~k,(l' hf,î[/a, ~yrIßm.ao wayyöº´mürû lô haGGib`önîm ´ê|n-(lî) [läºnû] Keºsep wüzähäb `imšä´ûl wü`im-Bêtô wü´ê|n-läºnû ´îš lühämît BüyiSrä´ël wayyöº´mer mâ|-´aTTem ´ömrîm ´e`éSè läkem



Wrm.aYOõw



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan mereka telah



juga)



berkata



+ Kata kerja qal imperfek 3.M.J rm;a' (berkata, mengatakan)



Al



Kata depan l. (ke, kepada, Kepada nya untuk) + Akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



~ynI©[ob.GIh;



Kata sandang h; (itu) + Orang-orang Gibeon



~ynI©[ob.GI



itu



(Gibeon)



¿yliÀ-!yae(



Kata keterangan konstruk dari kata !yIa; (tidak ada, tidak, belum ada,



Tidak ada kepada ku



ketiadaan, tanpa) + Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + akhiran ganti orang 1.U.T (ku)



Fakultas Teologi UKIT



119



ÎWnl'øÐ



Kata depan l. (ke, kepada, Kepada kami untuk) + akhiran ganti orang1.U.J (kami, kita)



@s,K,Û



Kata benda maskulin tunggal (perak, uang)



‘bh'z"w>



Perak



Konjugasi w> (dan, Dan emas tetapi, maka, ketika, atau, juga) + kata benda maskulin tunggal (emas)



lWaåv'-~[i



Preposisi ~[i (bersama, Serta Saul bersama dengan, serta, pada) + N.D (Saul)



AtêyBe-~[iw>



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Preposisi ~[i (bersama, bersama dengan)



Dan keluarga nya



+ kata benda maskulin tunggal konstruk (rumah, keluarga, keturunan) + akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



Wnl'î-!yae(w>



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata keterangan konstruk dari kata !yIa; (tidak ada, tidak, belum



Juga tidak ada kepada kami



Fakultas Teologi UKIT



120



ada, ketiadaan, tanpa) + Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + akhiran ganti orang1.U.J (kami, kita)



vyaiÞ



Kata benda maskulin tunggal (laki-laki, pria,



Lelaki



lelaki)



tymiäh'l.



Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + kata kerja Hifil



Untuk membunuh



invinitif konstruk dari kata



twm lae_r"f.yIB.



(membunuh)



Kata depan B. (dalam, di Di dalam Israel dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) +



lae_r"f.yI (Israel) rm,aYO°w:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan ia telah berkata



juga) + Kata kerja qal imperfek 3.M.J rm;a' (berkata, mengatakan)



~T,îa;-hm'(



Kata ganti tanya (apa, mengapa, bagaimana) +



Apa kalian



kata ganti maskulin jamak (kalian)



Fakultas Teologi UKIT



121



~yrIßm.ao



Kata kerja Qal pt aktif maskulin jamak dari kata



Katakan



rma ((katakan) hf,î[/a,



Kata kerja Qal imperfek 1.U.T dari kata



hf[ (akan



Akan saya perbuat



saya buat, lakukan, laksanakan)



~k,(l'



Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + Kata sandang h;



Untuk kalian



(itu) + Kata ganti orang 2.M.J (Kalian) Terjemahan : Dan orang-orang Gibeon itu mereka telah berkata kepadanya tidak ada kepada kami perak dan emas serta Saul dan keluarganya. Juga tidak ada kepada kami untuk membunuh lelaki di dalam Israel. Kalian katakan apa akan saya perbuat untuk kalian ?



Ayat 5



Wnl'_-hM'DI rv ryxiäB. lWaßv' t[;îb.gIB.



(yünätän) [yuTTan]-läºnû šib`â ´ánäšîm miBBänäyw wühôqa|`ánûm lyhwh(la|´dönäy) Bügib`at šä´ûl BüHîr yhwh(´ädönäy) s wayyöº´mer hammeºlek ´ánî ´eTTën



Wnl'øÎ-!T;yUп!t'n"y>À



Kata kerja Nifal imperfek 3.M.T Jussif dari kata !tn (biarlah diberikan,



Biarlah diserahkan



diserahkan) + kata kerja



kepada kami



Qal pasif imperfek 3.M dari kata !tn (diberikan, diserahkan) + Kata depan



Fakultas Teologi UKIT



125



l. (ke, kepada, untuk) + akhiran ganti orang 1.U.J (kami, kita)



h['Ûb.vi



Bilangan kardinal maskulin tunggal absolut



Tujuh



dari kata [b;v, (tujuh)



‘~yvin"a]



Kata benda maskulin jamak dari kata vyai (



Lelaki-lelaki



laki-laki, lelaki)



wyn"ëB'mi



Kata depan !mi (dari, dari pada, sejak) + kata



Dari anak-anak lelaki



benda maskulin jamak



nya



konstruk dari kata !Be (anak-anak lelaki) + akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



~Wn[]q;¥Ahw>



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan kami akan



juga)



menggantung mereka



+ kata kerja Hifil perfek 1.U.J dari kata [qy (menggantung) + akhiran ganti orang 3.M.J (mereka)



hw"ëhyl;(



Kata depan l. (ke, kepada, Kepada TUHAN untuk) + TUHAN



Fakultas Teologi UKIT



126



t[;îb.gIB.



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan,



Di dalam Gibea



di samping, di) +



h['b.GI (bukit, kota Gibea)



lWaßv' Saul



ryxiäB.



Saul



Kata kerja maskulin konstruk (yang dipilih,



Orang pilihan



orang pilihan)



hw"+hy> TUHAN



rm,aYOðw:



TUHAN



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan ia telah berkata



juga) + kata kerja imperfek 3.M.T dari kata rm,a (berkata)



%l,M,Þh;



Kata sandang h; (itu) + Raja itu kata benda maskulin tunggal (raja)



ynIïa]



Kata ganti orang 1.U.T Aku, saya



!TE)a,



Kata kerja Qal imperfek 1.U.T dari kata !tn



Aku akan menyerahkan



(memberi, menyerahkan)



Fakultas Teologi UKIT



127



Terjemahan: Biarlah diserahkan kepada kami tujuh laki-laki dari anak-anak lelakinya dan kami akan menggantung mereka kepada Tuhan di dalam GibeaSaul, orang pilihan Tuhan. Dan raja itu berkata: akan aku serahkan.



Ayat 7



lWa+v'-!B, !t"ån"Ahy>-!B, tv,boß-ypim.-l[; %l,M,êh; lmoåx.Y:w: !t"ïn"Ahy> !ybeÞW dwIëD" !yBeä ~t'ênOyBe( rv TUHAN



rvB;-!B,



Kata benda maskulin tunggal konstruk (anak



Anak laki-laki Barzilai



laki-laki, lelaki) + N.D (Barzilai)



yti(l'xoM.h;



Kata sandang .h; + Orang Mehola itu



yti(l'xoM. (Mehola) Terjemahan : Maka Raja itu mengambil dua anak-anak lelaki Rizpa anak perempuan Aya yang telah melahirkan Armoni dan Mefiboset untuk Saul, juga lima anak-anak lelaki Mikhal anak perempuan Saul yang telah melahirkan untuk Adriel, anak lelaki Barzilai, orang Mehola itu



Ayat 9



WlïP.YIw: hw"ëhy> ynEåp.li ‘rh'B' ~[uÛyqiYOw: ~ynI©[ob.GIh; dy:åB. ~nEùT.YIw:) ‘ryciq' ymeÛyBi Wtøm.hu ÎhM'he’w>Ð ¿~hew>À dx;y"+ Î~T'Þ[.b;v.Ð ¿~yIt;['b.viÀ `~yrI)[of. ryciîq. ÎtL;Þxit.BiÐ ¿tL;xiT.À ~ynIëvoarIåB'



wa|yyiTTünëm Büyad haGGib`önîm wayyöqî`ùm Bähär lipnê yhwh(´ädönäy) wayyiPPülû (šìba`Täyìm) [šüba`Täm] yäºHad (wühëm) [wühëºmmâ] humtû Bîmê qäcîr Bäriº´šönîm (tüHillat) [BitHillat] qücîr Sü`örîm



~nEùT.YIw:)



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Fakultas Teologi UKIT



133



juga)



Maka ia telah



+ Kata kerja Qal imperfek



menyerahkan mereka



3.M.T dari kata !tn (memberi, membiarkan, menyerahkan, menaruh) + Kata ganti orang 3.M.J (mereka)



dy:åB.



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + Kata



Di dalam tangan



bennda feminin tunggal konstruk dari kata dy" (Tangan, sisi, kekuasaan, kekuatan)



~ynI©[ob.GIh;



Kata sandang (itu) +



~ynI©[ob.GI



Orang-orang Gibeon itu



(Gibeon)



~[uÛyqiYOw:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan mereka akan



juga)



menggantung



+ Kata kerja Hifil imperfek 3.M.J dari kata



[qy (menggantung) + akhiran ganti orang 3.M.J (mereka)



‘rh'B'



Kata depan B. (dalam, di, bagi, dengan, di samping,



Fakultas Teologi UKIT



134



pada) + Kata sandang (itu)



Di bukit



+ Kata benda maskulin tunggal (gunung, pegunungan, bukit)



ynEåp.li



Kata depan l. (ke, kepada, Di hadapan untuk) + Kata benda konstruk jamak dari kata



hn

À



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Fakultas Teologi UKIT



135



juga) + Kata ganti orang



Tetapi mereka



3.M.J (mereka)



ÎhM'he’w>Ð



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Tetapi mereka



juga) + Kata ganti orang 3.M.J (mereka)



Wtøm.hu



Kata kerja Hofal perfek 3.U.J dari kata twm



Mereka telah dibunuh



(mati, bunuh)



ymeÛyBi



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan,



Pada hari-hari



di samping) + Kata benda maskulin jamak konstruk (hari, siang, waktu)



ryciq'



Kata benda maskulin tunggal (panen, memanen)



~ynIëvoarIåB'



Panen



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + Kata



Pada yang pertama itu



sandang h; (itu) + Kata sifat maskulin jamak (yang pertama, yang pertama kali, yang terdahulu)



¿tL;xiT.À



Kata benda feminin tunggal konstruk (awal,



Awal



sumber, mula, pangkal)



Fakultas Teologi UKIT



136



ÎtL;Þxit.BiÐ



Kata depan B. (dalam, di dalam, bagi, pada, dengan,



Pada awal



di samping, di) + Kata benda feminin tunggal konstruk (awal, sumber, mula, pangkal)



ryciîq.



Kata benda maskulin tunggal konstruk (panen,



Panen



memanen)



~yrI)[of.



Kata benda feminin umum jamak dari kata



hr'[of



Jelai



(jelai) Terjemahan: Maka ia menyerahkan mereka di dalam tangan orang-orang Gibeon itu dan mereka menggantung mereka di bukit, di hadapan TUHAN dan mereka telah menjatuhkan mereka bertujuh sekaligus. Tetapi mereka telah dibunuh pada awal masa panen yang pertama itu, pada awal menuai jelai Ayat 10



‘rWCh;-la, Hl'Û WhJe’T;w: qF;øh;-ta, hY"“a;-tb; •hP'c.rI xQ:åTiw: •hn"t.n"-al{)w> ~yIm"+V'h;-!mi ~h,Þyle[] ~yIm:ï%T;nI d[;² ryciêq' tL;äxiT.mi `hl'y>l") hd



Konjugasi w> (dan, Dan tidak membiarkan tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata keterangan (tidak, bukan + Kata kerja Qal perfek 3.F.T dari kata



!tn (memberi, membiarkan, menyerahkan)



@A[’



Kata benda maskulin tunggal konstruk (burung,



Burung



makhluk/binatang bersayap)



~yIm;øV'h;



Kata sandang h; (itu) + Dari langit itu Kata benda jamak (surga, langit)



x:WnÝl'



Kata depan l. (ke, kepada, untuk) + Kata kerja Qal



Untuk berhenti



infinitif konstruk (beristirahat, berhenti)



Fakultas Teologi UKIT



140



‘~h,yle[]



Preposisi l[; (di atas, atas, Di atas mereka terhadap, ) + akhiran ganti orang 3.M.J (mereka)



~m'êAy



Kata keterangan (pada



Pada siang hari



siang hari, pada hari)



tY:ïx;-ta,w>



Konjugasi w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Tanda obyek



Dan Binatang



langsung ta, + Kata benda feminin tunggal konstruk dari kata hY"x; (hewan, binatang)



hdl") Kata benda maskulin



Malam



tunggal Terjemahan : Dan Rizpa anak perempuan Aya telah mengambil kain kabung dan memasangkannya kepadanya pada gunung batu dari awal panen sampai tercurah air-air di atas mereka dari langit dan ia tidak membiarkan burung dari langit untuk berhenti di atas mereka pada siang hari dan binatang ladang pada malam hari



Ayat 11



`lWa)v' vg



N.D (Saul)



Saul



Kata depan w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan tulang-tulang



juga) + Tanda obyek langsung ta, + Kata benda feminin jamak



Fakultas Teologi UKIT



144



konstruk dari kata ~c,[, (tulang, pada hakikatnya)



!t"ån"Ahy> AnëB



N.D (Yonatan)



Yonatan



Kata benda maskulin tunggal konstruk (anak laki-laki, anak lelaki) +



Anak laki-laki nya



akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



tae§me



Kata depan !mi (dari, dari pada, sejak) + Tanda



Dari



obyek langsung ta,



yleÞ[]B;



Kata benda maskulin jamak konstruk dari kata



l[;B; (tuan, penguasa,



Warga-warga



pemilik, warga)



vybeäy"



N.D (Yabes)



Yabes



d['_l.GI



N.D (Gilead)



Gilead



Kata ganti relatif (yang, di



Yang



rv,a]



mana)



Wb’n>G"



Kata kerja Qal perfek



Mereka telah mencuri



3.U.J (mereka telah mencuri)



~t'øao



Kata ganti orang 3.M.J (Mereka)



Mereka



Fakultas Teologi UKIT



145



bxoår>me



Kata depan !mi (dari, Dari tanah lapang dari pada, sejak) + Kata benda feminin tunggal konstruk dari kata



bxor> (tanah lapang, alun-alun)



!v;ª-tyBe( rv,’a]



N.D (Bet-San)



Bet-San



Kata ganti relatif (yang, di



Di mana



mana)



¿~WlT'À



Kata kerja Qal perfek orang 3.U.J dari kata hlt Mereka menggantung nya (menggantung) + Akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



Î~Waïl'T.Ð



Kata kerja Qal perfek orang 3.M.J dari kata alt Mereka menggantung nya (menggantung) + Akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



¿~v'À



Kata keterangan (di sana,



Di sana



di situ)



¿~yTiv.liP.h;À



Kata sandang h; (itu) +



Orang-orang Filistin



N.D (Filistin)



ΑhM'v'’Ð



Kata keterangan (di sana,



Di sana



ke sana)



Î~yTiêv.liP.Ð



N.D (Filistin)



Orang-orang Filistin



Fakultas Teologi UKIT



146



~Ay“B.



Kata depan



B. (dalam, di



dalam, bagi, pada,



Pada waktu



dengan, di samping, di) + Kata benda maskulin tunggal (hari, siang, waktu)



tAKôh;



Kata kerja Hifil infinitif konstruk dari kata hkn (memukul, memukul



Mengalahkan



dengan keras, memukul seseorang supaya dia mati, membunuh, mengalahkan, ditimpakan binasa)



~yTi²v.liP.



N.D (Filistin)



Orang-orang Filistin



lWaßv'-ta,



Tanda obyek langsung



Saul



[:Bo)l.GIB;



ta, + N.D (Saul) Kata depan



B. (dalam, di Di Gilboa



dalam, bagi, pada, dengan, di samping, di) + N.D (Gilboa) Terjemahan : Maka pergilah Daud dan mengambil tulang-tulang Saul dan tulangtulang Yonatan anak laki-lakinya dari warga-warga Yabes-Gilead yang telah mereka curi dari tanah lapang di Bet-San, di mana orang-orang Filistin menggantungnya di sana, pada waktu orang-orang Filistin mengalahkan Saul di Gilboa



Fakultas Teologi UKIT



147



Ayat 13



An=B. !t"ån"Ahy> tAmßc.[;-ta,w> lWaêv' tAmåc.[;ta, ‘~V'mi l[;Y:Üw: `~y[i(q'WMh; tAmßc.[;-ta, Wpês.a;Y:åw:



wayyaº`al miššäm ´et-`acmôt šä´ûl wü´et-`acmôt yühônätän Bünô wayyaº´aspû ´et-`acmôt hammûqä`îm



l[;Y:Üw:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata kerja Hifil imperfek orang 3.M.T



Dan ia telah berjalan



dari kata hl[ (naik, membawa ke atas, menuntun ke atas, menaikan, berjalan, mempersembahkan kurban bakaran)



‘~V'mi



Kata depan !mi (dari, Dari sana dari pada, sejak) + Kata keterangan (di sana, di situ)



tAmåc.[;-ta,



Preposisi ta, (bersama, dengan) + Kata benda



Bersama tulang-tulang



feminin jamak konstruk



Fakultas Teologi UKIT



148



dari kata ~c,[, (tulang, pada hakikatnya)



lWaêv' tAmßc.[;-ta,w>



N.D (Saul)



Saul



Kata depan w> (dan, tetapi, maka, ketika, atau,



Dan tulang-tulang



juga) + Tanda obyek langsung ta, + Kata benda feminin jamak konstruk dari kata ~c,[, (tulang, pada hakikatnya)



!t"ån"Ahy> An=B.



N.D (Yonatan)



Yonatan



Kata benda maskulin tunggal konstruk (anak



Anak laki-laki nya



laki-laki, anak lelaki) + akhiran ganti orang 3.M.T (nya)



Wpês.a;Y:åw:



Vav konsekutif w: (dan, tetapi, maka, ketika, atau, juga) + Kata kerja Qal



Dan ia telah



imperfek orang 3.M.J dari



mengumpulkan



kata @sa (mengumpulkan, menerima, mengerahkan, menghapuskan)



Fakultas Teologi UKIT



149



tAmßc.[;-ta,



Tanda obyek langsung



ta,



+ Kata benda Tulang-tulang



feminin jamak konstruk dari kata ~c,[, (tulang, pada hakikatnya)



~y[i(q'WMh;



Kata sandang h; (itu) + Kata kerja Hofal



Digantung itu



maskulin jamak dari kata



[qy (digantung) Terjemahan : Dan ia telah berjalan dari sana bersama tulang-tulang Saul dan tulang-tulang Yonathan anak laki-lakinya dan ia telah mengumpulkan tulangtulang dari yang digantung itu



Ayat 14



!miøy"n>Bi #r