Skripsi Deiksis Lokasional Dan Temporal, Arnas Book Edition [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DEIKSIS LOKASIONAL DAN TEMPORAL DALAM AL-QURAN SURAH AL-KAHFI (KAJIAN PRAGMATIK)



SKRIPSI Disusun untuk melengkapi syarat-syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Sastra dalam bidang Sastra Arab



Oleh Hasairi Arnas Program Studi Sastra Arab NIM. 040151101



FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA JAKARTA 2015 i



v



LEMBAR PERSEMBAHAN



Untuk Ibu dan Ayah yang mulia Telah mengasuhku dengan balutan cinta sejak Dibuaian kain panjang sampai sekarang. Mereka berdua selalu menaburi perjalanan mulia ini dengan doa yang tulus. Untuk para sahabat yang berjuang bersama Yang tak pernah lelah memburu luasnya tinta Allah dan mengajakku untuk mengikuti jejak sang Ulama Untuk maha guru yang mulia di UAI yang telah mengajarkan kebijakan dan kebajikan dengan penuh keikhlasan ‫دي ور ك‬ ‫ّ و‬



‫ا‬ ‫ا‬



vi



MOTTO Biarkanlah hari terus berlari Tetaplah jadi manusia mulia, apa pun yang terjadi Janganlan risau dengan setiap kejadian sehari-hari Karena tak ada yang abadi, semua kan datang dan pergi Jadilah pemberani melawan rasa takutmu sendiri Karena lapang dan tulus adalah dirimu sejati Janganlah pandang hina musuhmu Karena jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu Takkan abadi segala suka serta lara Takkan kekal segala sengsara serta sejahtera Merantaulah! Gapailah setinggi-tingginya impianmu Bepergianlah! Maka ada lima keutamaan untukmu Melipur duka dan memulai penghidupan baru Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, Serta meluaskan ilmu Diadaptasi dari bait syair-syair Imam Syafii (767-820 M)



vii



KATA PENGANTAR ‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis dan tidak lupa shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai kekasih Allah Swt. hingga akhir zaman. Penulis



menyelesaikan



skripsi



ini



guna



melengkapi



syarat



mendapatkan gelar strata satu pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Al-Azhar Indonesia. Peneliti mengangkat judul, “Deiksis Lokasional dan Temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi (Kajian Pragmatik)”. Penelitian ini menerangkan bahwa dalam Al-Quran surah al-Kahfi sarat dengan aspek pragmatik deiksis lokasional dan temporal. Peneliti meyadari bahwa selama penulisan skripsi masih banyak kekurangan dan pengalaman yang belum banyak dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti masih perlu kritik dan saran serta masukan yang membangun, agar penelitian ini menjadi sempurna seperti yang diharapkan. Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua, amin.



Jakarta, 30 Januari 2015



Hasairi Arnas 0401511018



viii



UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin meyampaikan banyak terima kasih terutama kepada Allah swt. karena atas nikmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih tersebut penulis haturkan juga kepada: 1.



Bapak Prof. Dr. Ir. Sardi Sar, M.Eng.Sc selaku Rektor Universitas AlAzhar Indonesia beserta para wakilnya.



2.



Bapak Dr. Faisal Hendra, M. Ed selaku Dekan Faultas Sastra yang selalu mengajarkan arti kebersamaan hingga akhir.



3.



Bapak Nur Hizbullah, S. Ag, M. Hum. selaku Kaprodi Program Studi Sastra Arab sekaligus sebagai pembimbing II, senantiasa mengajarkan arti diskusi sebenarnya. Logika-logika yang beliau ajarkan sangat memacu adrenalin agar tetap berlandaskan pada pemahaman yang dalam. Hinga akhrinya, penulis berkesimpulan bahwa tidak selamanya dosen itu benar, tetapi ambil petuah terbaik dari maha guru.



4.



Ibu Zaqiatul Mardiah, M. Hum. selaku pembimbing I, terima kasih tiada tara atas semua tenaga, sumbangsih pemikiran, dan waktu yang beliau luangkan saat membimbing. Dorongan dan motivasi yang diberikan, menguatkan azam dan tekad yang kuat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.



5.



Bapak Dr. Thoyib I.M. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dari mulai metodologi penelitian hingga akhir penulisan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Lecutan semangat dan ilmu-ilmu beliau yang diajarkan begitu luas, sehingga membuat penulis berangan seperti beliau kelak, namun



ix



dengan gaya yang berbeda. Terlalu banyak ucapan terima kasih yang diberikan untuk beliau jika dideskripsikan. 6.



Kepada Bpk. Dr. Afdol Tharik Wastono, M. Hum. yang telah memberikan sumbangsih judul penelitian sewaktu di kelas dan memberikan bantuan moril dari ajaran-ajaran beliau yang disampaikan dengan jelas dan lejas.



7.



Kepada para dosen luar biasa di Program Studi Sastra Arab, Universitas Al-Azhar Indonesia yang selalu memberikan support kepada penulis dari semester 1 hingga penulis pun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Bapak Syarif Hidayatullah, Ustadzah Soraiya, Ustadzah Madian, Ustadzah Hanan Abdat, ustadzah Puput, Ustad Eldow, Bapak Chatibul Umam dan bapak Aliudin Mahjudin.



8.



Kedua orang tua penulis, ayahanda H. Chasmita dan ibunda Hj. Karinah yang selalu dianggap sebagai malaikat tak bersayap yang pernah ada di dunia ini. Mengajarkan berbagai hal dalam kehidupan yang fana’ ini, selalu menuntun hingga memetik buah yang matang nan segar, bantuan moral dan materil yang tak pernah tergantikan, petuah bijak ayahanda selalu tertanam di hati, do’a tulus nan ikhlas ibunda selalu terngiang di telinga dan tetesan air mata yang selalu menghiasi jiwa yang takkan terusap. Kakanda Ivan Ayuhar dan Adinda Nicko Oktavianda yang memberikan keharmonisan dan kebersamaan, selalu ingin menjadi Pandawa Tiga yang memberikan keberkahan bagi orang tua. Terima kasih begitu dalam kusampaikan !



9.



Skripsi ini tidak akan dapat penulis hadirkan tanpa dorongan dari teman-teman Sastra Arab 2011, Misyransyah, Deni, Ja’var, Mega, Sudirman, Rifa’i, Bonat, Sa’diyyah, Siha. Hindun, Sarah, Hana, Dina,



x



Trisna dan khususnya Deni Syafruddin yang telah memberikan bantuan materil nya demi kelancaran pembuatan skripsi ini.



10. Kepada senior Sastra Arab UAI, para alumni dari angkatan 2008 sampai 2010 bang Erik, bang Adi, bang Yusuf, bang Najib, Khorin, Idonk, Fuach, Mulyana, Triana, yang membuat penulis termotifasi untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, kepada adik-adik 2012, sampai 2014 yang begitu perhatian dan pemberian motivasi atas terlaksananya tugas akhir ini. Terima kasih atas ukhuwah dan kekeluargaan yang terjalin sangant harmonis selama ini, tidak terasa berlalu begitu cepat.



11. Sahabat



perantauan



Kabupaten



Indramayu-Cirebon



(Keluarga



Paguyuban), Bagus, Samian, Casky, Kang Hamzah, Oim, Omen, Lulu, Ros atas dorongan morilnya.



12. Kawan-kawan HMI Komisariat Al Azhar Indonesia yang selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi dan menyadarkan bahwa begitu pentingnya ilmu pengetahuan untuk masa depan. Penulis sadar, perang melawan tirani belum berakhir ! 13. Tugas akhir ini pun juga tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dorongan dari keluarga Bapak Firdaus dan Ibu Sri Rahayu M yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberi saran serta arahan dan menyadarkan bahwa betapa pentingnya do’a seorang Ibu kepada anaknya, do’a yang selalu disejajarkan seperti do’a Nabi Muhammad kepada umatnya. Miranda, bintang kejora yang selalu menemani bulan dalam gelap, menyinari tanpa pamrih, berkelip tanpa lelah. Terima



xi



kasih atas cahaya-cahaya yang kau pancarkan selama penyelesaian tugas akhir ini, begitu hangat merasupi jiwa. Pada akhirnya, penulis ucapkan kepada orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya baik di lingkungan fakultas maupun di luar Fakultas Sastra, terlebih lagi di luar Universitas Al-Azhar Indonesia, serta dorongan melalui media komunikasi seperti: telepon, sms, line, whatsapp, dll. Untuk sekedar memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Cukuplah hanya Allah, Yang tidak tuli akan doa hamba-hamba-Nya yang akan membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang berlimpah dan memasukkan mereka ke dalam “pelukan” kenikmatan dalam taman-taman surge yang indah yang telah dijanjikan-Nya, amin. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.



Hasairi Arnas



DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN



xii



LAMBANG ‘……….’



: Mengapit terjemahan



/………. /



: Mengapit transliterasi



[……….]



: Mengapit tindakan tanpa kata



Cetak Miring



: Menyatakan kata asing yang belum



diserap, transliterasi



SINGKATAN dsb. lih. mis. WK Ind Sub Jus



: Dan sebagainya : Lihat : Misal : Waktu Kebahasaan : Indikatif : Subjungtif : Jusif



xiii



PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN



A.



Sistem Transliterasi Arab-Latin Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihan huruf dari abjad yang satu ke



abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya. Menurut kamus besar Indonesia, transliterasi atau alih huruf adalah penggantian huruf dari huruf abjad yang satu ke abjad yang lain (terlepas dari lafal bunyi kata yang sebenarnya).



Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988



a. Konsonan Tunggal Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam pedoman ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Nama



Huruf Latin



Keterangan



Alif



-



tidak dilambangkan



b



Be



‫ت‬



b±’ tā’



t



Te



‫ث‬



ṡā’







es dengan satu titik di atas



‫ج‬



Jīm



j



Je



‫ح‬



ḥā’







ha dengan satu titik di bawah



‫خ‬



khā’



kh



ka dan ha



‫د‬



Dāl



d



De



‫ذ‬



© r



zet dengan satu titik di atas



‫ر‬



©āl rā’



‫ز‬



Zāi



z



Zet



‫س‬



Sīn



s



Es



Huruf Arab ‫ا‬ ‫ب‬



Er



xiv



‫ش‬



sy³n



sy



es dan ye



‫ص‬



¡±d







es dengan satu titik di bawah



‫ض‬



«±d







de dengan satu titik di bawah



‫ط‬



¯±’







te dengan satu titik di bawah



‫ظ‬







zet dengan satu titik di bawah



‫ع‬



§±’ ʿain



ʿ



koma terbalik ke atas



‫غ‬



Gain



g



Ge



‫ف‬



fā’



f



Ef



‫ق‬



Qāf



q



Ki



‫ك‬



Kāf



k



Ka



‫ل‬



Lām



l



El



‫م‬



m³m



m



Em



‫ن‬



n­n



n



En



h±’ Wāwu



h



Ha



‫و‬ ‫ء‬



Hamzah



‫ي‬



y±’



‫ه‬



w



We apostrof, tetapi lambang ini tidak tidak dilambangkan dipergunakan untuk hamzah di awal kata y Ye



b. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap karena tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh : ‫ ﲤََﺸﱠﻰ‬ditulis tamasysya c.



Tā’ marbū¯ah di Akhir Kata Transliterasinya menggunakan : a. Tā’ marbū¯ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya. Contoh : ٌ‫ ِﻫﺒَﺔ‬ditulis hibah



xv



b. Pada kata yang terakhir dengan tā’ marbū¯ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h. ِ ُ‫اﳊ ُﻜﻮﻣﺔ‬ Contoh : ُ‫اﻻﺋْﺘِ َﻼﻓِﻴﱠﺔ‬ َ ْ ُْ ditulis al-¥uk­mah al-i?til±fiyyah c.



Bila dihidupkan ditulis t. ِ ُ‫اﳊ ُﻜﻮﻣﺔ‬ Contoh ُ‫اﻻﺋْﺘِ َﻼﻓِﻴﱠﺔ‬ َ ْ ُْ ditulis al-¥uk­matu al-i’til±fiyyah Huruf ta marbuthah di akhir kata dapat dialihaksarakan



sebagai t atau dialihbunyikan sebagai h (pada pembacaan waqaf/berhenti). Bahasa Indonesia dapat menyerap salah satu atau kedua kata tersebut. d. Vokal Pendek Harakat fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan «ammah ditulis u. Contoh: ‫ َﻣ َﺴ َﺢ‬ditulis masa¥a ‫ﺾ‬ ُ ِ‫ ﻳـَ ْﻘﺒ‬ditulis yaqbi«u e.



Vokal Panjang Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan



huruf/transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal panjang ditulis, masingmasing dengan tanda hubung (-) di atasnya atau biasa ditulis dengan tanda caron seperti (â, î, û). Contoh: ‫ﺎل‬ َ َ‫ ﻗ‬ditulis q±la ‫ ﻗِْﻴ َﻞ‬ditulis q³la ‫ ﻳـَ ُﻘ ْﻮ ُل‬ditulis yaq­lu f.



Vokal Rangkap a. Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (‫)أي‬. Contoh: ‫ﺖ‬ ٌ ‫ ﺑـَْﻴ‬ditulis baitun b.Fathah + wāwu mati ditulis au (‫)او‬.



xvi



Contoh: ‫ف‬ َ ‫ َﺳ ْﻮ‬ditulis saufa g. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrop (’) apabila ia terletak di tengah atau akhir kata. Apabila terletak di awal kata, transliterasinya seperti huruf alif, tidak dilambangkan. Contoh: ‫ َ ُﺧ ُﺬ ْو َن‬ditulis ta’khużûna h. Kata Sandang Alif + Lam (‫)ال‬ Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Kata sandang diikuti huruf syamsiah Kata



sandang



yang



diikuti



oleh



huruf



syamsiah



ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu atau huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya. Contoh : ‫ﲪ ُﻦ‬ ٰ ْ ‫اَﻟﱠﺮ‬



ditulis ar-Ra¥m±n ‫ اﻟ ِّـﺮﺳﺎﻟﺔ‬ditulis ar-ris±lah.



2. Kata sandang diikuti huruf qamariah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditulis al-. ِ Contoh : ‫س‬ ُ ‫ اﻟ ُﻘ ُﺪ‬ditulis al-Qudus ‫ اﻟﻘَﺮا ُن‬ditulis al-qir±n



xvii



Daftar Isi



HALAMAN JUDUL UTAMA ........................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................ iii LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .......................................... iv LEMBAR PERSEMBAHAN ..........................................................................v MOTTO.................... ...................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................... viii DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................... xii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................... xiii DAFTAR ISI............................................................................................... xviii ABSTRAK...................................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 1.1. Latar Belakang. ......................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah. .................................................................................4 1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................5 1.4. Ruang Lingkup Penelitian. .....................................................................5 1.5. Manfaat Penelitian..................................................................................5 1.5.1. Manfaat Teoretis. ....................................................................5 1.5.2. Mafaat Praktis. ........................................................................6 1.6. Metodologi Penelitian. ...........................................................................6 1.6.1. Korpus Data. ...........................................................................7 1.6.2. Teknik Pemerolehan dan Pengolahan Data. ............................7 1.6.3. Teknik Analisis Data. ..............................................................7 1.7. Sistematika Penulisan. ............................................................................8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...................................................................10 2.1. Pengantar. ............................................................................................10 2.2. Tinjauan Pustaka Teoretis ...................................................................10 2.2.1. Fillmore (1975) .....................................................................10 2.2.2. Lyons (1977) .........................................................................11 2.2.3. Rauh (1983)...........................................................................12 2.2.4. Purwo (1984).........................................................................12 2.2.5. Saeed (1997)..........................................................................13 2.2.6. Cruse (2000) ..........................................................................14 2.2.7. Holes (2004) ..........................................................................15



xviii



2.3. Tinjauan Pustakan Terdahulu...............................................................15 2.3.1. Prasetiani (2004) ................................................................... 15 2.3.2. Samad (2010).......................................................................17 2.3.3. Rahmawati (2010)................................................................18 2.3.4. Zahara (2011).......................................................................19 2.3.5. Lu’lu 2012)..........................................................................20 2.4. Sintesa Tinjauan ustaka........................................................................21 BAB III Landasan Teori. .............................................................................. 23 3.1. Pengantar. ........................................................................................... 23 3.2. Deiksis Lokasional dan Temporal dalam Pragmatik. .......................... 23 3.3.1. Deiksis Lokasional .............................................................. 23 3.3.2. Deiksis Temporal ................................................................ 25 3.3.3. Referen atau Anteseden ...................................................... 27 3.3.4. Konteks ............................................................................... 27 3.3. Model Konseptual. .............................................................................. 29



BAB IV Analisis Deiksis Lokasional dan Temporal. .................................. 30



4.1. Pengantar. ........................................................................................... 30 4.2. Deiksis Lokasional .............................................................................. 31 4.2.1.



Leksem Non Verba Lokatif Deiktis ...................................... 33



4.2.1.1. Leksem Lokasi ...................................................................... 33 4.2.1.2. Leksem Demonstratif ............................................................ 34 4.2.1.3. Leksem Preposisi ................................................................. 41 4.3.2.



Leksem Verba Deiktis ........................................................... 47



4.3.2.1. Verba ‫( ذھﺐ‬Verba -GO) ........................................................ 47 4.3.2.2. Verba ‫( ﺟﺎء‬Come) .................................................................. 50 4.3.3.



Rumusan Deiksis Lokasional ................................................ 53



4.4. Deikis Temporal.................................................................................... 54 4.4.1.



Leksem Temporal Deiktis (Non Verba) ................................. 55



4.4.2.



Leksem Verba Deiktis ............................................................ 59



4.4.2.1. Verba Perfektif (Fi’il M±«³) ................................................... 60 4.4.2.2. Verba Imperfektif (Fi’il Mu«±ri’) .......................................... 64 4.4.2.3. Verba Imperatif (Fi’il Amr) ................................................... 70 4.4.3.



Rumusan Deiksis Temporal .................................................. 73



xix



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................75 5.1. Kesimpulan ............................................................................................75 5.2. Saran ......................................................................................................77



DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM



78



80



DAFTAR LAMPIRAN DATA 83 LAMPIRAN DEIKSIS LOKASIONAL 83 LAMPIRAN DEIKSIS TEMPORAL BIODATA PENULIS



104



94



xx



ABSTRAK



HASAIRI ARNAS, 0401511018, DEIKSIS LOKASIOANAL DAN TEMPORAL DALAM AL-QURAN SURAH AL-KAHFI (KAJIAN ANALISIS WACANA PRAGMATIK). Di bawah bimbingan Zaqiatul Mardiah, M. Hum dan Nur Hizbullah, M. Hum. Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Al-Azhar Indonesia, Januari 2015.



Skripsi ini membahas analisis pragmatik dari aspek deiksis lokasioanl dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi. penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentukbentuk deiksis lokasional dan temporal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan bentuk-bentuk yang bersifat deiktis dan non deiktis. Bentuk-bentuk yang bersifat deiktis terdiri dari leksem verba dan leksem non verba. Bentuk-bentuk leksem non verba pada deiksis lokasional terbagi atas tiga klasifikasi, yaitu lokatif deiktis, demonstratif deiktis, dan preposisi deiktis. Adapun deiksis lokasional bentuk verba terbagi atas dua klasifikasi, yaitu verba- ‫( ﺟﺎء‬come) dan verba- ‫( ذھﺐ‬go). Bentuk-bentuk leksem non verba deiksis temporal berupa adverbia temporal dan leksem verba deiksis temporal diungkapkan dalam bentuk verba (madhi, mudhari’, dan amr). Penelitian ini menggabungkan antara teori Lyons (1977), Purwo (1984) dan Holes (2004). Hasil dari analisis menyebutkan bahwa pusat deiktis dalam Al-Quran terjadi pada saat situasi tutur, yaitu pada saat pengujaran, penceritaan, dan pembacaan Al-Quran.



Kata kunci: Pragmatik Arab, Al-Quran surah Al-Kahfi, deiksis lokasional, deiksis temporal, konteks.



‫‪xxi‬‬



‫ﻣﻠﺨﺺ اﻟﺒﺤﺚ‬ ‫ﺣﺴﺎﺋﺮي آر س‪ ٠٤٠١٥١١٠١٨ .‬اﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ "اﻹﺷﺎرة اﻟﺰﻣﺎﻧﻴﺔ واﳌﻜﺎﻧﻴﺔ" ﰲ‬ ‫اﻟﻘﺮآن اﻟﻜﺮﱘ ﺳﻮرة اﻟﻜﻬﻒ‪ .‬ﲢﺖ إﺷﺮاف اﳌﻌﻠﻢ زﻗﻴﺔ اﳌﺮﺿﻴﺔ اﳌﺎﺟﺴﺘﲑ و اﳌﻌﻠﻢ ﻧﻮر ﺣﺴﺐ‬ ‫ﷲ اﳌﺎﺟﺴﺘﲑ‪ ،‬ﻛﻠﻴﺔ اﻵداب ﺑﻘﺴﻢ اﻟﻠّﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺟﺎﻣﻌﺔ اﻷزﻫﺎر اﻹﻧﺪوﻧﻴﺴﻴﺔ‪ .‬ﻳﻨﺎﻳﺮ ‪.2015‬‬ ‫ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ ﲢﻠﻴﻞ اﻟﱪاﻏﻤﺎﺗﻴﻚ ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ اﻹﺷﺎرة اﳌﻜﺎﻧﻴﺔ و اﻟﺰﻣﺎﻧﻴﺔ ﰲ اﻟﻘﺮآن‬ ‫اﻟﻜﺮﱘ ﺳﻮرة اﻟﻜﻬﻒ ﺑﻄﺮﻳﻘﺔ ﲝﺚ اﻟﻮﺻﻔﻲ واﻟﻨﻮﻋﻲ‪ .‬ﻫﺪف ﻫﺬا اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﻟﻮﺻﻒ اﻷﺷﻜﺎل‬ ‫اﻹﺷﺎرة اﳌﻜﺎﻧﻴﺔ واﻟﺰﻣﺎﻧﻴﺔ‪ .‬ورءى اﻟﻜﺎﺗﺐ أﺷﻜﺎل اﻹﺷﺎرﻳﺔ وﻏﲑ اﻹﺷﺎرﻳﺔ‪ّ .‬اﻣﺎ اﻷﺷﻜﺎل‬ ‫اﻹﺷﺎرﻳﺔ ﺗﻨﻘﺴﻢ إﱃ ﻗﺴﻤﲔ اﻟﻜﻠﻴﻤﺔ اﻹﺷﺎرﻳﺔ واﻟﻔﻌﻞ اﻹﺷﺎرﻳﺔ‪ .‬واﻧﻘﺴﻢ أﺷﻜﺎل اﻟﻠﻜﺴﻴﻢ‬ ‫ﳎﺮدة( اﻹﺷﺎرة اﳌﻜﺎﻧﻴﺔ إﱃ ﺛﻼﺛﺔ ﺗﺼﻨﻴﻔﺎت‪ :‬اﻟﻈﺮف اﳌﻜﺎن اﻹﺷﺎري‪ ،‬اﺳﻢ اﻹﺷﺎرة‬ ‫)ﻣﻔﺮدة ّ‬ ‫اﻹﺷﺎري‪ ،‬وﺣﺮوف اﳉﺮ اﻹﺷﺎري‪ّ .‬اﻣﺎ اﻷﻓﻌﺎل اﻹﺷﺎرة اﳌﻜﺎﻧﻴﺔ ﺗﻨﻘﺴﻢ اﱃ ﺗﺼﻨﻴﻔﲔ‪ :‬ﻓﻌﻞ‪-‬‬ ‫ﺟﺎء )‪ (Verba-Come‬وﻓﻌﻞ‪-‬ذﻫﺐ )‪ (Verba-Go‬أو اﻷﻓﻌﺎل اﻟﻠﱵ ﰐ‬ ‫ﺗﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻈﺮف اﻟﺰﻣﺎن واﻷﻓﻌﺎل )ﻣﺎﺿﻲ‪ ،‬ﻣﻀﺎرع‪،‬‬ ‫ﲟﺮاﺿﻔﻬﻤﺎ‪ .‬وﻣﻦ أﺷﻜﺎل اﻹﺷﺎرة اﻟﺰﻣﻨﻴﺔ ّ‬ ‫وأﻣﺮ(‪ّ .‬أﻣﺎ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ اﺳﺘﺨﺪم ﻣﻦ ﻧﻄﺎرّ ت ﻻﻳﻨﺲ )‪ ،(۱۹۷۷‬ﺑﻮروا )‪ (۱۹۸٤‬وﻫﻮﻟﺲ‬ ‫)‪ .(۲٠٠٤‬وﻣﻦ ﺧﻼل ﲢﻠﻴﻞ اﻟﺒﻴﺎ ت اﶈﺘﻮﻳﺔ ﻋﻠﻰ اﳊﺪث اﻟﱪاﻏﻤﺎﺗﻴﻚ ذﻛﺮ ﻧﺘﺎﺋﺞ اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ‬ ‫أن اﳌﺮﻛﺰ اﻹﺷﺎري ﰲ اﻟﻘﺮآن ﺣﺪث ﻋﻨﺪﻣﺎ اﻟﻨﻄﻖ‪ ،‬اﻟﻘﺺ‪ ،‬وﻗﺮاءة اﻟﻘﺮآن‪.‬‬



‫اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ‪ :‬اﻟﱪاﻏﻤﺎﺗﻴﻚ‪ ،‬اﻟﻘﺮآن ﺳﻮرة اﻟﻜﻬﻒ‪ ،‬اﻹﺷﺎرة اﳌﻜﺎﻧﻴﺔ‪ ،‬اﻹﺷﺎرة اﻟﺰﻣﺎﻧﻴﺔ‪،‬‬ ‫ﺳﻴﺎق اﻟﻜﻼم‪.‬‬



Bab I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Dalam sebuah percakapan, sering apa yang kita ujarkan dapat



menguatkan kenyataan yang menjadi konsekuensi apa yang kita ujarkan. Mengucapkan janji, menyatakan sesuatu, memperingatkan orang lain, atau mengancam merupakan bagian dari sebuah pertuturan (speach act). Pertuturan adalah seluruh komponen bahasa yang utuh, yang menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu (Kurstanti, 2009: 109). Dalam suatu tuturan atau ujaran, biasanya terdapat sebuah konteks yang dapat dijadikan rujukan bagi penulis atau pembaca dan penutur atau petutur dalam membangun suatu pemahaman terhadap teks atau tuturan. Agar pemahaman itu dapat terjalin utuh maka obyek yang dijadikan rujukan harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Perujukan inilah yang dikenal dengan istilah deiksis (Lyons, 1977: 636). Menurut Nababan (1987: 3) “semantik” dan “pragmatik” merupakan dua kajian yang saling melengkapi atau komplementer. Sumber kajian pragmatik yaitu mengenai falsafah kebahasaan, terutama teori tindak tutur dan implikatur, sosiolinguistik, antropologi, etnografi bahasa, dan linguistik, terutama Analisis dan teori deiksis. Secara sederhana penulis mencoba merefleksikan antara keduanya, bahwa pragmatik digunakan untuk bidang semua tanda-tanda dan analisis semantik yaitu studi relasi tanda dengan penafsirannya dan pragmatik yaitu hubungan isyarat pada pemakainya. Analisis tersebut mempertimbangkan tindakan, keadaan di sekitarnya manusia yang bertutur atau mendengar isyaratisyarat linguistik (Leech, 2002:48).



1



2



Adapun pragmatik dan Analisis Wacana sangat berkaitan. Dalam hal ini Nababan menyatakan bahwa makna dari satu ungkapan atau ujaran bahasa adalah fungsi, atau hubungan antara bahasa, tindakan, pengetahuan dan situasi. Hal ini menggambarkan bahwa Analisis sangat sulit untuk dapat membatasi diri kepada hal-hal yang bersifat logika, khususnya nilai kebenaran kalimat (Nababan, 1987:62). Dalam kajian pragmatik, rujukan yang dimaksud disebut deiksis. Menurut Purwo (1984) secara etimologi deiksis berasal dari bahasa Yunani yaitu deiktikos, yang berarti to pointing atau hal penunjukkan secara langsung (Purwo, 1984:2), sedangkan Al-Khuli (1982: 67) menyatakan bahwa deiksis sebagai penggunaan kata-kata yang mengacu pada makna yang terkait dengan waktu dan tempat tuturan seperti now, there dan this. Jika diperhatikan sesuatu yang disebutkan dengan kata now kadang-kadang berarti lampau, demikian juga kata hun± dalam bahasa Arab maknanya tergantung penutur, terkadang yang dimaksudkan adalah hun±ka karena kata-kata penunjuk tersebut bersifat nisbi tergantung pada waktu dan tempat tertentu. Yule (1996) memberi klasifikasi tentang deiksis, : 1. Deiksis persona 2. Deiksis tempat 3. Deiksis waktu Lebih luas lagi, Nababan (Nababan, 1987: 40-41)memberikan klasifikasi tentang deiksis, dalam kajian pragmatik: 1.



Deiksis orang (persona)



2.



Deiksis tempat (lokasional)



3.



Deiksis waktu (temporal)



4.



Deiksis wacana, dan



5.



Deiksis sosial



3



Menurut Purwo (1984:3) ranah deiksis merupakan satu dari beberapa elemen pragmatik yang bermakna kontekstual atau situasi (penutur, waktu, dan tempat) dalam ujaran yang digunakan. Kata seperti aku, kamu, kini dan ke sini merupakan kata-kata yang bersifat deiksis. Rujukan atau referensi kata-kata tersebut barulah dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di mana, dan pada waktu kapan kata-kata tersebut diucapkan. Sebagai contoh: “kini, aku dan kamu akan kembali lagi ke sini” Kata-kata miring di atas merupakan deiksis. Kata aku mengacu pada penutur, kata kamu mengacu pada petutur. Adapun kini, waktu dituturkannya kalimat tersebut dan kata ke sini adalah tempat ketika tuturan tersebut terjadi. Berbeda dengan bahasa lainnya bahasa Arab mempunyai ciri deiksis tersendiri khususnya deiksis temporal dan lokasional. Dalam tesis deiksisnya Zahara (2011: 126-129) menyatakan ada tiga macam, yaitu waktu kebahasaan lampau, waktu kebahasaan kini, waktu kebahasaan mendatang. Waktu kebahasaan lampau diidentikkan dengan bentuk verba verba bantu



‫ﻛ ﺎن‬



‫ ﻣﺎﺿ ﻲ‬/ m±«³/ yaitu



/k±na/ dan adverbia temporal. Sementara itu, waktu



kebahasaan kini berupa relasi bentuk antara verba ‫ ﻣﻀ ﺎرع‬/mu«±ri’/ dengan konsep kewaktuan yang diungkapkannya, contoh kata yaum/ dan sebagainya. Adapun



‫اﻵن‬/ al ±n/, ‫ اﻟ ﯿ ﻮم‬/al



waktu kebahasaan mendatang tidak



mempunyai bentuk, tetapi biasanya ditandai dengan verba



‫ ﻣﻀﺎرع‬/mu«±ri’/



berbartikel ‫ س‬/sa/, ‫ ﺳﻮف‬/saufa/, adverbia temporal yang disesuaikan konteks kalimat. Dalam bahasa Arab, untuk mengetahui kebenaran kalimat harus mengacu pada kohesi dan koherensi kalimat tersebut, agar makna dan kebenarannya utuh. Begitu juga dengan deiksis dalam kajian Analisis pada



4



surah Al-Kahfi, terdapat banyak deiksis lokasional dan temporal. Contoh kasus pada surah Al-Kahfi:



D2-,+* )('&%$#"! ٢١ :‫اﻟﻛﮭف‬ /wa ka©±lika a’tazn± ‘alaihim liya’lam­ anna wa’da Allahi haqqun, wa anna as s±’ata l± raiba f³h±/ ‘Demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar mereka mengetahui bahwa janji Allah itu benar dan kedatangan Hari Kiamat tidaklah diragukan’ (QS: Al-Kahfi: 21). Kata yang bergaris bawah



‫ اﻟﺴ ﺎﻋﺔ‬/as s±’ah/ adalah sebuah deiksis



temporal. Kata itu secara harfiah berarti waktu, yang merujuk pada hari kiamat. Namun, pada skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada pembahasan deiksis lokasional dan deiksis temporal. Penulis memilih deiksis lokasional dan temporal karena banyak sekali bentuk deiksis dalam surah Al-Kahfi, dan penulis ingin membatasi kajian dalam skripsi ini. Analisis pragmatik deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi diperlukan untuk menegaskan bahwa Al-Quran adalah sebuah fenomena kebahasaan yang perlu dikaji secara lebih mendalam. Selain itu, keutamaan surah Al-Kahfi tidak lepas dari isi yang terkandung di dalamnya. Di antaranya kisah-kisah sarat hikmah yang ada di dalamnya. Hal ini juga, belum pernah dilakukan di kalangan Program Studi Sastra Arab UAI.



1.2.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang



menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Rumusan masalah yang akan diteliti adalah :



5



a.



Bagaimana bentuk-bentuk deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi?



b.



Bagaimana deskripsi deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi?



1.3.



Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk :



a.



Menguraikan bentuk-bentuk deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi.



b.



Mendeskripsikan deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran Surah AlKahfi.



1.4.



Ruang Lingkup Penelitian Secara umum, penelitian ini menguraikan dan menjelaskan deiksis



dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi. Untuk mempermudah dalam menjelaskan permasalahan yang akan dibahas, peneliti hanya memfokuskan permasalahan pada kajian Analisis pragmatik deiksis lokasional dan temporal dalam AlQuran surah Al-Kahfi. Surah ini terdiri atas 110 ayat dan 11 topik (Hasan: 2010).



1.5.



Manfaat Penelitian



1.5.1.



Manfaat Teoritis Implikasi dari penelitian ini adalah dalam memahami teks Al-Quran



dibutuhkan acuan secara kontekstual guna memudahkan para pembaca dalam memahami makna yang tersirat dalam Al-Quran, serta diharapkan pula dapat memperkaya teori tersebut dengan metode baru melalui sarana deiksis, khususnya deiksis lokasional dan temporal. Secara teoritis, penelitian ini



6



diharapkan bisa memperkaya khazanah intelektual, khususnya dalam bidang ilmu linguistik. Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu linguistik, khususnya bidang pragmatik.



1.5.2.



Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan suatu masukan bagi



guru dalam menguatkan pola deiksis lokasional dan temporal dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Arab sebagai bahasa asing. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual (pragmatik). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi penulis lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tema ini. Selain itu pennulis juga berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa sastra Arab dan pecinta ilmu linguistik pada umumnya agar dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya. Hal ini dikarenakan penelitian bahasa Arab tentang deiksis di Indonesia dan khususnya di Universitas Al Azhar Indoneisa sangat minim.



1.6.



Metodologi Penelitian Peneliti memakai metode studi pustaka ( Library Research )



dalam memperoleh data dan bahan-bahan penunjang dalam melakukan penelitian. Metode studi pustaka adalah satu pendekatan yang memanfaatkan segala bentuk literatur yang tersedia untuk menunjang penelitian ilmiah. Literatur-literatur yang digunakan bersumber dari jurnal ilmiah, skripsi, tesis, buku teks, dan media elektronik. Sesuai dengan jenisnya, penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip kerja penelititan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penulis mencari data berupa pustaka dan menyaring serta memilih data-data yang ada untuk mendukung hasil penelitian. Setelah



7



mendapatkan data, penulis mengolah dan menganalisis data serta menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Sudaryanto (1992: 62) menerangkan bahwa istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi deiksis loksaional dan temporal dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi.



1.6.1.



Korpus Data Korpus data penelitian ini adalah Al-Quran Surah Al-Kahfi.



Pemilihan Al-Quran sebagai sumber data didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa Arab klasik yang terdapat dalam Al-Quran merupakan bahasa yang dipakai sebagai bahasa Arab baku atau fusha yang hingga saat ini dipakai dalam korespondensi resmi, pemerintahan, dan diplomasi (Makdisi : 1990, 183-184), selain itu juga ia mengemukakan bahwa bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Quran juga menjadi model terhadap penciptaan puisi dan prosa (Makdisi, 1990: 221). Al-Quran juga merupakan korpus data tertutup yang tidak bisa lagi ditambah, dikurangi, maupun diubah karena firman Allah SWT. Yang sudah sangat teruji keabsahannya.



1.6.2.



Teknik Pemerolehan dan Pengolahan Data Dalam melakukan kegiatan ilmiah ini, penulis akan mengolah data



sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan beberapa langkah, yaitu ;



8



1.



Membaca Al-Quran surah Al-Kahfi secara keseluruhan beserta terjemahannya. Hal ini dilakukan agar penulis memahami konteks wacana dalam Al-Quran surah Al-Kahfi.



2.



Mencari dan menetapkan leksem yang berbentuk deiksis lokasional dan deiksis temporal dalam Al-Quran surah Al-Kahfi secara keseluruhan berdasarkan teori.



3.



Mengklasifikasikan bentuk-bentuk deiksis lokasional dan temporal.



1.6.3.



Teknik Analisis Data Dalam analisis data, penulis menganilisnya secara pendekatan Analisis



pragmatik, karena data dan analisis penelitian ini mengacu pada tataran wacana pragmatik yaitu deiksis lokasional dan temporal dalam Al-Quran surah AlKahfi. 1.



Menganalisis data dengan menjelaskan dan menjabarkan bentuk deiksis lokasional dan temporal berdasarkan tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab (2002) sebagai konteks data tersebut dan memperkuat analisisnya dengan menggunakan kitab Asb±bun Nuz­l (sebab musabab turunnya AlQuran) karya Al-Wahidi.



2.



Menyimpulkan tanpa menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Analitis yaitu penguraian penelaahan satu pokok atas berbagai bagian, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pemahaman serta pengertian yang tepat.



1.7.



Sistematika Penulisan Dalam pembuatan karya ilmiah ini, penulis akan menyusunnya



menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:



9



BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan terakhir sistematika penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang analis pragmatik dan deiksis. BAB III. LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang dipakai sebagai dasar penelitian analisis pragmatik, yaitu teori deiksis dan Analisis. BAB IV. HASIL ANALISIS PENELITIAN Analisis pada bab ini adalah analisis pragmatik khususnya deiksis lokasional dan temporal dalam dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi. BAB V. PENUTUP (SIMPULAN DAN SARAN) Bab ini berisi uraian tentang ringkasan hasil analisa dan evaluasi data yang akan menjelaskan tentang simpulan dan saran-saran bagi penelitianpenelitian selanjutnya sehubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Selain itu juga terdapat pemaparan mengenai keterbatasan dalam penelitian ini agar dapat menjadi inspirasi penyempurnaan dalam penelitianpenelitian selanjutnya.



Bab II Tinjauan Pustaka



2.1.



Pengantar Pada bab ini, penulis akan memaparkan tinjauan pustaka tentang



penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan penelitian pragmatik pada umumnya dan khususnya penelitian tentang deiksis. Penulis akan menjadikan penelitian-penelitian tersebut sebagai bahan acuan dan perbandingan



untuk mempermudah penelitian di bidang yang sama.



Beberapa penelitian pragmatik telah dilakukan sebelumya dalam berbagai bahasa, selain bahasa Arab. Penelitian-penelitian tersebut antara lain mengenai pragmatik, tindak tutur, deiksis, dan konteks. Dalam tinjauan pustaka ini penulis akan membagi pada tinajuan teoritis dan tinjauan terdahulu. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya tentang deiksis dan pragmatik dalam Bahasa Arab pada umumnya.



2.2.



Tinjauan Pustaka Teoretis



2.2.1.



Fillmore (1975) Fillmore (1975) mendefinisikan deiksis sebagai istilah bagi unsur-



unsur ujaran formal yang ditentukan dan diinterpretasikan oleh pengetahuan di luar bahasa dan aspek-aspek tindakan komunikasi tertentu yang dapat menimbulkan berbagai pertanyaan dalam sebuah tuturan. Unsur-unsur tersebut adalah pelaku ujaran, tempat, dan terjadinya tuturan, hubungan sosial antarpelaku tindak tutur, dan wacana yang melingkupi tindak tutur. Fillmore (1975) membagi deiksis menjadi deiksis persona, deisksis yang menekankan pada identitas pelaku dalam sebuah situasi komunikasi, deiksis sosial yang membicarakan tentang hubungan sosial antarpelaku yang



10



11



berpengaruh dalam suatu komunikasi, dan deiksis wacana yang membahas tentang acuan elemen bahasa dalam suatu tuturan atau wacana baik kepada bagian wacana terdahulu maupun ke bagian sesudahnya. Dalam pembahasannya ia membicarakan tentang deiksis tempat dan waktu. Dalam bahasa Inggris, leksem yang jelas mengandung sifat deiktis tempat adalah keterangan there dan here, dan leksem demonstratif this dan that serta bentuk jamaknya. Adapun leksem yang mengandung deiktis waktu adalah keterangan waktu now, then, soon, tomorrow, today, this day, the day before yesterday dan sebagainya. Mengenai deiksis temporal, Fillmore (1975) memberikan contoh ‘Dennis hit Murphy with a baseball bat yesterday’. ‘Yesterday’ merupakan kata keterangan waktu bersifat deiktis yang merujuk pada waktu atau hari sebelum terjadinya ujaran.



2.2.2.



Lyons (1977) Lyons (1977: 637) memberikan penjelasan tentang deiksis sebagai



berikut: “By deixis is meant the location and identification of persons, objects, events, processes, and activities being talking about, or referred to, in relation to spatiotemporal context created and sustained by the act of uterance and the participationin it, typically of a singel speaker at least one adressee.” Pernyataan ini berarti bahwa konteks ruang dan waktu selalu dikaitkan dalam mengidentifikasikan orang, obyek, peristiwa, proses dan aktifitas. Kesemuanya itu berada dalam suatu situasi saat terjadinya tuturan atau tindak komunikasi yang sama. Di dalam tuturan tersebut terdapat penutur dan petutur yang mempunyai pemahaman yang sama terhadap suatu konteks pembicaraan. Situasi ini disebut dengan situasi tuturan kanokial dan dalam situasi tersebut penutur menempatkan dirinya di titik nol dalam ruang dan waktu untuk menghubungkan sesuatu, termasuk lawan tutur menurut sudut pandangnya. Lebih lanjut lagi, Lyons (1977) menjelaskan bahwa pusat deiktis ditentukan oleh penutur pada saat ujaran. Misalnya, adverbia temporal here dan



12



there mengindikasikan dua tempat yang berbeda. Here menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur (proximal) dan there menunjukkan tempat yang jauh dari penutur (distal). Dalam memudahkan pernyataan ini, Lyons (1977) memberikan contoh sebagai berikut:



a)



Here where Iam



b) Here in this room Pada contoh (a), here menunjukkan lokasi yang dekat dengan pronoun I. Hal ini mengindikasikan bahwa penutur menjadi pusat rujukan pada saat ujaran, sama halnya dengan contoh (b).



2.2.3.



Rauh (1983) Analisis deiksis lainnya dinyatakan oleh Rauh (1983). Menurut Rauh,



pada dasarnya ekspresi deiktis mempunyai dua aspek esensial yaitu ekspresi penunjuk (indexical expression) dan ekspresi simbolik (symbolic expression). Ekspresi penunjuk menyangkut masalah pemakaian bahasa, sedangkan ekspresi simbolik menyangkut makna invarian. Rauh mengelompokkan penggunaan ekspresi deiktis ke dalam tujuh tipe berikut: pertama, penggunaan ekspresi yang kanonik; kedua, penggunaan ekspresi deiktis saat objek yang terkait dengan pusat orientasi bukan merupakan bagian dari situasi tuturan yang kanonik; ketiga, penggunaan ekspresi deiktis di saat pusat orientasi dan objek yang terkait berada di luar situasi yang kanonik; keempat, deiksis teks; kelima,deiksis analogi; keenam, penggunaan ekspresi deiktis secara noneegosentrik; dan ketujuh, penggunaan anaforis ekspresi deiktis. Rauh membagi deiksis menjadi tiga jenis yaitu deiksis persona, waktu, dan ruang.



2.2.4.



Purwo (1984) Purwo (1984: 2) mengutip pernyataan Lyons (1977) yang



menyatakan bahwa kata ‘deiksis’ dipakai untuk menggambarkan fungsi pronomina persona, pronima demonstratif, fungsi waktu, dan bermacam-



13



macam ciri gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak tutur. Ia juga memberi batasan kapan sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis yaitu apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, kapan dan di mana dituturkannya leksem tersebut. Purwo membagi deiksis menjadi deiksis luar tuturan (eksofora) dan dalam tuturan (endofora). Pada deiksis luar tuturan yang dipersoalkan adalah bidang semantik leksikal yang berhubungan dengan sesuatu di luar tuturan, sedangkan deiksis dalam tuturan yang dipersoalkan adalah masalah sintaksis. Pada deiksis eksofora ia membagi deiksis menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona, ruang dan waktu. Ketiga macam deiksis ini memiliki hierarki dalam menentukan kadar kedeiktisannya. Jenis deiksis yang memiliki kadar tertinggi adalah deiksis persona diikuti oleh deiksis ruang dan deiksis waktu. Urutan ini didukung oleh kenyataan bahwa semua leksem persona merupakan leksem yang deiktis sedangkan leksem ruang dan waktu ada yang tidak bersifat deiktis. Dalam deiksis endofora, dibicarakan tentang anafora dan katafora. Dikatakan anaforis apabila referen yang dimaksud telah disebutkan sebelumnya. Dikatakan kataforis apabila referen diletakkan setelahnya atau mengajak pembaca untuk membaca lebih jauh agar mengetahui apa atau siapa yang dimaksud. Anafora merupakan salah satu akibat dari penyusunan konstituen-konstituen bahasa secara linier. Hal ini memungkinkan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya terulang kembali penyebutannya.



2.2.5.



Saeed (1997) Saeed (1997: 182) sebagai pendahuluan pembahasan masalah deiksis,



membicarakan terlebih dahulu tentang pentingnya kesamaan referen dalam suatu tuturan. Suatu tuturan akan dimengerti oleh penutur dan lawan tuturnya jika keduanya sama-sama memiliki pengetahuan tentang sesuatu konteks pembicaraan atau apa yang diacu dalam suatu pembicaraan. Pengetahuan itu



14



bisa jadi adalah hal-hal di luar bahasa. Saeed membagi deiksis ke dalam empat jenis, yaitu deiksis persona, deiksis ruang, deiksis sosisal, dan deiksis wacana. Saeed (1977) menjelaskan bentuk-bentuk deiksis lokasional yang bersifat deiktis seperti yang ada pada contoh berikut: It’s too hot here in the sun, let’s take our drinks into the shade over there. Adverbia loksaional here dan there pada contoh di atas, disebut sebagai bentuk deiksis lokasional pada saat ujaran terjadi. Pusat deiktis pada contoh di atas bisa berpindah tergantung penutur. Ia juga menjelaskan bahwa deiksis dalam bahassa inggris mempunyai dua bentuk oposisi yaitu, this/these dan that/those. Pembahasannya dalam deiksis temporal, ia menyatakan bahwa kala disebut kategori deiktis karena mempunyai titik tolak atau titik referensi. Sistem deiktik adalah cara pembicara merelasikan ruang dan waktu dengan “sini dan kini”. Artinya, sini dan kini senantiasa menjadi titik tolak dalam pengujaran. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa studi tentang kala menjadi tidak tuntas tanpa melibatkan aspek, tipe situasi dan modus.



2.2.6.



Cruse (2000) Cruse (2000: 319) menyatakan bahwa deiksis berarti sesuatu yang



berbeda bagi orang-orang yang berbeda (different things to different poeople). Hal ini berarti bahwa adanya pengacuan yang berbeda untuk menunjuk pada orang yang berbeda. Buhler (1934) dalam Cruse (2000: 319) menyatakan deiksis sebagai ekspresi yang merujuk pada ekspresi deiktis yang berkaitan dengan ruang dan waktu. Cruse membagi deiksis menjadi lima tipe yaitu deiksis orang, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis sosisal dan deiksis wacana. Kata-kata yang bersifat deiktis adalah kata-kata dengan sebuah titik acuan yang tergantung pada pembicara dan dibatasi oleh posisi pembicara dalam ruang dan waktu. Cruse (2000) menggunakan teori utamanya bahwa ekspresi-ekspresi deiktis mengacu pada bidang bahasa deiktis yang memiliki titik nol yang disebut origo. Dalam teori ini, dikemukakan bahwa pusat deiktis



15



terdapat pada penutur (kata ‘I’), lokasi terjadinya ujaran (kata’here’), dan waktu terjadinya ujaran (kata ‘now’).



2.2.7.



Holes (2004) Holes (2004: 192) menyatakan bahwa deiksis dalam Classical Arabic



(CLA) atau Modern Standard Arabic (MSA) terdapat pada persona, tempat, dan waktu. Secara spesifik, ia menyatakan bahwa deiksis tempat (lokatif) ditujukan pada kata hun± ‘here’ dan hun±ka ‘there’ yang tergabung dalam pronomina demonstratifa. Adapun dalam deiksis tempat (temporal), ia menyatakan bahwa verba jika diimbuhi dengan adverbia temporal seperti hallan, «³l waqt³, gadan,



amsi maka verba tersebut bersifat deiktis.



2.3.



Tinjauan Pustaka Terdahulu



2.3.1.



Prasetiani (2004) Prasetiani melakukan penelitian pragmatik tentang deiksis dalam



bahasa Arab. Objek penelitiannya adalah 2 surah yang terdapat di dalam AlQuran, yaitu surah Yusuf dan Al-Baqarah, surah kabar Arab, dan buku Al‘Arabiyyah Ii Al-Nasyi³n. Prasetiani menganalisis leksem-leksem dalam bahasa Arab yang merupakan deiksis. Prasetiani memakai teori Cruse, Karl Buhler, dan Levinson untuk menganalisis objek penelitiannya.



Pada penelitiannya, Prasetiani menyatakan bahwa pada deiksis ruang atau lokasional ada leksem yang menunjukkan leksem ruang yang deiktis dan ada pula nondeiktis. Hal ini terjadi karena leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbial, ataupun verba. Dalam bahasa Arab leksem-leksem yang merupakan ruang adalah ‫ھﻨﺎ‬/huna:/ ‘di sini; ke sini’ dan ‫ھﻨﺎك‬/hun±ka/ ‘di sana; ke sana’.



16



Leksem-leksem tersebut pada dasarnya bersifat deiktis tetapi dapat pula digunakan secara nondeiktis. Leksem-leksem di atas bersifat nondeiktis ketika leksem-leksem tersebut bersifat anaforis. Berikut ini adalah contoh analisis yang ia lakukan terhadap leksem ruang yang deiktis:



: ‫ﻗﺎل اﻟﺮﺋﻴﺲ اﳌﺼﺮي ﺣﺴﲏ ﻣﺒﺎرك ﰲ اﳌﺴﺘﺸﻔﻰ ﰲ أﳌﺎﻧﻴﺎ‬ ‫ وإذا ﻛﺎن ﻫﻨﺎك اﺣﺘﻴﺎج ﻓﺈﻧّﲏ أﲢ ّﺪث ﻣﻌﻬﻢ وﻟﻴﺲ‬... ‫إﻧّﲏ أدﻳﺮ اﻟﺸـ ـ ــﻐﻞ ﻣﻦ ﻫﻨﺎ إﱃ ﺣ ّﺪ ﻣﺎ‬ .‫ﻫﻨﺎك ﻣﺸﻜﻠﺔ‬ /q±la al-ra³su al-misriyyu Husn³ Mub±rak fi al-mustasyfa fi Alm±niy±: Innan³ Ud³ru al-syugla min Hun± Il± haddin m±... waidz± k±na Hun±ka ihtiy±jun fa innan³ atahaddatsu ma’ahum Walaisa Hun±ka musykilah./ ‘Presiden Mesir, Husni Mubarak, ketika berada di sebuah rumah sakit di Jerman berkata, ‘saya akan menjalankan roda pemerintahan dari sini semampu saya. Jika di sana membutuhkan sesuatu maka saya akan berbicara dengan mereka. Dengan demikian, tidak ada masalah.’ (Al-Madina, edisi 7 Rabiul Awwal 1425 H/ 25 Juni 2004 M)



Pada kalimat di atas terdapat leksem /hun±/ dan /hun±ka/ yang bersifat deiktis dan leksem /hun±ka/ yang bersifat anaforis. Lokasi presiden Husni Mubarak di Jerman dan bukan di Mesir sehingga digunakan leksem /hun±/ untuk merujuk lokasinya saat ini dan digunakan leksem /hun±ka/ untuk merujuk ke Mesir. Adapun penggunaan leksem /hun±ka/ yang kedua berfungsi sebagai anaforis.



17



Selain itu, Prasetiani berpendapat bahwa pronomina demonstrativa termasuk dalam leksem ruang dan bersifat deiktis. Leksem pronomina demonstrativa dalam bahasa Arab terbagi menjadi leksem jauh (distal), yaitu



‫ ذاﻟﻚ‬/dz±Iika/ ‘itu (untuk maskulin)’, ‫ ﺗﻠﻚ‬/tilka/ ‘itu (untuk feminin)’, sebagai penunjuk jauh; dan leksem dekat (proximal), yaitu



‫ ھ ﺬا‬/h±©±:/ ‘ini (untuk



maskulin)’, ‫ ھﺬه‬/ h±©ihi/ ‘ini (untuk feminin)’ sebagai penunjuk dekat tunggal. Deiksis waktu ditandai dengan pemakaian leksem waktu. Menurut prasetiani, leksem waktu bersifat deiktis apabila leksem tersebut mengacu pada waktu tuturan yang dinyatakan oleh kata ‫ اﻵن‬/al-±na/ ‘sekarang, ‫ ﺣﺎﻻ‬/¥±lan/, ‘sekarang’,



‫ اﻟﯿﻮم‬/al-yaum/ ‘hari ini’, ‫ ھﺬه اﻟﺴﺎﻋﺔ‬/h±dzihi as-s±’ah/ ‘saat ini’;



waktu sebelum tuturan yang ditandai oleh kata ‫ أﻣﺲ‬/amsi/ ‘kemarin’ dan



‫ اﻷﻣ ﺲ‬/qabla



‫ﻗﺒﻞ‬



al-amsi/ ‘kemarin lusa’; ataupun waktu yang tidak bersifat



deiktis, yaitu leksem yang acuannya tidak berpatokan kepada penutur melainkan pada siklus waktu peredaran bumi, seperti pergantian siang dan malam, nama-nama hari dan bulan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetiani adalah bahasa Arab memiliki semua bentuk deiksis. Deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, deiksis persona, dan deiksis sosial merupakan bentuk-bentuk deiksis yang ditemukann oleh Prasetiani di dalam bahasa Arab.



2.3.2.



Samad (2010) Pada penelitian ini, samad meneliti tentang linguistik dengan



pendekatan pragmatik. Objek penelitiannya adalah film kartun ‘Ali Bab± wa ‘Arba’³na Lissan. Samad membahas tentang interaksi sopan santun dan



18



implikatur percakapan. Kajian ini hanya dibatasi pada analisis bentuk pemenuhan prinsip kerja sama dan pelanggarannya saat berinteraksi, pertuturan, dan deiksis dengan teori-teori yang sesuai dengan pembahasan. Hasil penelitian Samad pada film ‘Ali Bab± wa ‘Arba’³na Lissan adalah terdapat tiga deiksis, yaitu deiksis persona, ruang, dan waktu. Deiksis waktu yang terdapat pada film kartun tersebut dicontohkan sebagai berikut :



(11)



‫ﺣﺎن اﻵن ﻣﻮﻋﺪ ﺗﺴﺮي ﺣﺴﺎﺑﺎﺗﻲ ﻣﻌﻚ ﯾﺎ ﻋﻠﻲ ﺑﺎﺑﺎ‬ /¥±na al-±na maw’idun tasr³ his±bat³ ma’aka y± ‘Al³ B±b± ‘tibalah sekarang waktunya aku membuat perhitungan denganmu, ‘Ali Baba.'



Samad meneliti bahwa berdasarkan konteksnya



‫اﻵن‬



/al-±na/



‘sekarang’ pada ujaran di atas menunjukkan waktu malam hari. Hal ini disebabkan ujaran tersebut diucapkan oleh penutur (gerombolan pencuri) pada malam hari, yaitu pada saat ia datang ke rumah Ali Baba dan menyamar sebagai tamu.



2.3.3.



Rahmawati (2010) Rahmawati meneliti deiksis persona, lokasional dan temporal dalam



novel



‘Ayat-ayat



cinta’



karya



Habiburrahman



El-Shirazy.



Penulis



menggunakan bahasa Indonesia sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Uniknya, disisipkan pula bahasa Arab yang menunjukkan Mesir sebagai latar novel tersebut dan bahasa Jerman. Dalam novel Ayat-ayat Cinta ini terdapat perbedaan pemakaian deiksis persona pertama seperti contoh berikut.



19



(1) “Ana akhukum, Fahri,” jawabku. (halaman 34) (2) “Mein name ist Aisha,” sahutnya sambil menyerahkan kartu nama. Ia lalu menyodorkan note kecil dan pulpen. (halaman 56) (1) merupakan contoh penggunaan bahasa Arab “ana” yang berarti “saya” sebagai deiksis persona pertama tunggal. (2) merupakan contoh penggunaan bahasa Jerman “mein” yang berarti “saya” sebagai deiksis persona pertama tunggal dan sebagai pronomina afiksal. Latar belakang penulisan penelitian ini adalah ditemukannya deiksis dalam novel Ayat-ayat Cinta. Deiksis tersebut beragam dilihat dari jenisnya. Penggunaan bahasa Arab dan Jerman selain bahasa Indonesia merupakan bentuk deiksis yang beragam. Bentuk-bentuk deiksis tersebut juga memerankan fungsinya masing-masing dalam kalimat, sehingga dapat ditelusuri lebih lanjut.



2.3.4.



Zahara ( 2011) Zahara meniliti deiksis dan pemahaman teks narasi bahasa Arab. Dia



menelaah dalam Novel Al-Karnak karya Najib Mahf­dz seorang sastrawan Mesir yang karyanya sangat dikagumi oleh para sastrawan modern. Dia meneliti pengaruh deiksis dalam pemahaman teks narasi, sehingga dapat memudahkan pemahaman novel Al-Karnak. Dalam tesisnya, menurut dia, deiksis merupakan ekspresi atau ungkapan yang memiliki satu makna, namun mengacu pada entitas yang beragam sebagai perubahan konteks luar bahasa. Adapun kata-kata deiksis berfungsi sebagai pengacu, sedangkan unsur yang diacunya disebut referen atau anteseden.



20



Zahara juga menyebut deiksis sebagai Kalimah Isy±rah (‫ﺎرة‬



‫)ﻛﻠﻤﺔ إﺷ‬, yakni



penggunaan kata untuk menunjuk pada makna yang berkorelasi dengan waktu dan tempat berbicara, seperti sekarang, di sana, dan ini. Kata yang berdeiktis dapat sebagai karakter, alat, pronoun (kata ganti nama atau benda) atau kata keterangan. Referen salah satu makna leksikal yang dipandang sebagai unsur ‘kata’, terbagi menjadi dua yaitu, ekstralingual dan intralingual. Berdasarkan posisi referennya, deiksis dibedakan atas eksoforis (luar-tuturan) dan endoforis (dalam-tuturan). Deiksis eksoforis adalah yang mengacu pada referen yang berada di luar teks atau bersifat ekstralingual atau situasional. Adapun, deiksis endoforis adalah deiksis yang mengacu para referen yang ada di dalam teks atau bersifat intralingual atau tekstual. Endoforis meliputi dua bentuk referen, yaitu anaforis dan kataforis. Adapun implikasi melalui sarana deiksis dalam penelitian ini untuk memudahkan pemahaman teks narasi bahasa Arab pada novel Al-Karnak. Untuk itu, penelitian ini dapat menjadi salah satu hasil pengembangan pembelajaran teks menjadi salah satu pengembangan pembelajaran teks narasi menggunakan metode deiksis sebagai penunjang pemahaman dari penggunaan gramatikal bahasa Arab.



2.3.5.



Lu’lu (2012) Lu’lu melakukan penelitian tentang analisa pragmatik, dan yang



menjadi objek penelitiannya adalah puisi Ila Tug±ti Al-‘²lam Pada Konteks Revolusioner Mesir 25 Januari 2011 yang ditulis oleh penyair Tunisia yang sangat kental dengan aroma politik. Terlebih puisi tersebut telah menggugah masyarakat Tunisia untuk mengusir bangsa Prancis dari tanah Tunisia.



21



Pada penelitiannya Lu’lu juga menganalisa puisi tersebut dengan analisis deiksis. Deiksis yang akan dianalisis adalah deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dia menyatakan bahwa ada 19 deiksis persona dalam Puisi tersebut salah satunya adalah : (27) ‫ﺿﻌﯿﻒ‬



‫ﺳﺨﺮت ﺑﺄﻧّﺎت ﺷﻌﺐ‬



/sakhirta bi ‘ann±ti sya’bin «a’³fin/ ‘kau ejek rintihan rakyat lemah’



Bentuk deiksis yang ada di dalam kalimat di atas ditandai dengan pemakaian pronomina persona kedua laki-laki tunggal, yaitu



‫أﻧ ﺖ‬



/anta/ ‘kau’ yang



melekat pada verba perfektif. Bentuk deiksis persona pada kalimat ini berkedudukan sebagai subjek pada kalimat (27). Deiksis ruang dan waktu yang terkandung dalam puisi tersebut ada pada contoh berikut: (38)



‫ أﻧﻰ ﺣﺼﺪت‬... ‫ﺗﺄﻣﻞ ! ھﻨﺎﻟﻚ‬



/ta’mmal ! Hun±lika ...’ann± hasadta/ ‘Lihatlah ! di sana … akan ada yang kau tuai



(40)



‫ﺣﺬار ! ﻓﺘﺤﺖ اﻟﺮﻣﺎد اﻟﻠﮭﯿﺐ‬



/ha©±ri ! fata¥ta al-ram±di al-lah³b/ ‘Awas ! kau telah membuka abu api yang membara’



22



Pada kalimat (38) terdapat deiksis ruang yang ditandai dengan pemakaian nomina demonstrativa, yaitu di sana. Salah satu syarat nomina demonstrativa dikategorikan bersifat deiksis adalah kata tersebut berorientasi kepada peserta tutur. Adapun, pada kalimat (40) terdapat deiksis waktu yang terdapat pada verba perspektif dalam verba ‫ ﻓﺘﺢ‬yang mengandung unsur waktu lampau. Berdasarkan konteksnya, penutur ingin menyamppaikan kepada petutur bahwa Husni Mubarak telah membuka “pintu” kebencian teramat pada rakyat Mesir. Hal ini mengakibatkan perlawanan terhadap petutur. Hasil dari penelitian ini adalah agar para sastrawan mudah memahami puisi-puisi yang bertajuk politik dengan analisa pragmatiknya.



2.4.



Sintesa Kajian Pustaka Dari paparan sebelumnya, bahwa penelitian mengenai deiksis



khususnya mengenai deiksis temporal dan lokasional masih minim sekali. Para peneliti sebelumnya cenderung menggabungkan beberapa aspek pragmatik dan aspek deiksis pada penelitiannya. Dengan demikian, penulis lebih memfokuskan hanya pada penelitian deiksis lokasional dan temporal. Penulis berasumsi bahwa penelitian mengenai deiksis harus diteliti secara komprehensif, agar mendapatkan hasil yang mendekati sempurna. Meninjau Penelitian terdahulu, penulis berkesimpulan bahwa deiksis lokasional dan temporal masing masing terdapat pada leksem verba dan leksem non verba. Leksem-leksem tersebut ada yang bersifat deiktis dan non deiktis tergantung pada konteksnya, karena kajian mengenai deiksis sangat peka dengan konteks. Penelitian yang akan diteliti berupa analisis deiksis temporal dan lokasional dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi yang merujuk kepada teori



23



gabungan antara teori Lyons (1977), Purwo (1984), dan Holes (2004). Penelitian ini jelas berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan dua aspek pragmatik berupa deiksis temporal dan lokasional. Adapun posisi kajian ini adalah pelengkap dari kajian-kajian terdahulu.



Bab III Landasan Teori



3.1



Pengantar Penelitian ini berdasarkan pada pandangan linguistik tentang



pragmatik. Dari beberapa telaah yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merancang analisis pragmatik dengan tujuan untuk menemukan unsur-unsur pragmatik, yaitu tindak tutur, deiksis dan wacana. Dalam penelitian ini penulis menjadikan aspek deiksis temporal dan deiksis lokasional dalam kajian Analisis pragmatik sebagai topik utama untuk menganalisis Al-Quran Surah Al-Kahfi sebagai korpus data tunggal. Dalam bab ini penulis akan menjelaskan beberapa hal yang terkait dengan teori yang akan digunakan oleh penulis dalam landasan teori. Sehubungan dengan pembahasan deiksis secara umum, penulis menggunakan beberapa landasan teori berdasarkan penjelasan pada bab II (kajian teoritis). Adapun teori-teori mengenai deiksis lokasional dan temporal, penulis belum menemukan konsep kedua deiksis tersebut dalam bahasa Arab secara teoritis dan sistematis. Dengan demikian, penulis banyak menggabungkan pustaka berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia dan memperkuatnya dengan pustaka berbahasa Arab, karena pustaka berbahasa Inggris dan Indonesia lebih komprehensif dalam menentukan konsep deiksis. Teori-teori yang dimaksud adalah sebagai berikut : 3.2.



Deiksis Lokasional dan Temporal dalam Analisis Pragmatik



3.2.1.



Deiksis Lokasional Mengenai deiksis lokasional, penulis menggunakan teori Lyons (1988:



690) yang menyatakan bahwa penjelasan tentang lokasi suatu objek



24



25



memerlukan pijakan yang merupakan titik pusat orientasi ruang, dalam hal ini adalah lokasi pembicara. Lokasi suatu objek juga dapat ditentukan berdasarkan orientasinya ke lawan bicara. Leksem-leksem ruang yang menyatakan suatu gerakan bersifat deiktis, jika pembicara menggunakan dirinya sebagai patokan untuk menentukan arah gerakan atau dengan kata lain, tempat asal dan tempat tujuan gerakan diidentifikasikan berdasarkan lokasi pembicara pada saat tuturan (Lyons, 1988: 692). Memperkuat teori sebelumnya Purwo (1984: 35) menyatakan bahwa deiksis tempat menunjukan lokasi relatif bagi pembicara dan yang dibicarakan seperti pada “ten metres further”, ‘ten miles east of here’, ‘here’, there’. Misalnya kita dapat mendefinisikan here sebagai unit ruang yang mencakup lokasi pembicara pada saat dia berujar atau lokasi terdekat pada lokasi pembicara pada saat berujar yang mencakup tempat yang ditunjuk jika ketika berkata here diikuti gerakan tangan. Dalam penjelasannya Purwo membagi deiksis lokasional dalam 2 bagian, yaitu ; (i) leksem deiktis; (ii) verba deiktis. Leksem bersifat deiktis jika pusat deiktisnya ditentukan langsung oleh penutur pada saat ujaran. Adapun verba bersifat deiktis jika mempunyai Tempat Asal (TA) dan Tempat Tujuan (TT) sebagai titik labuh (Purwo, 1984: 47-48). Berbeda dengan bahasa lainnya bahasa Arab mempunyai ciri khas tersendiri dalam menentukan deiksis lokasional. Menurut Holes (1995, 151), sistem pronomina demosntratif deiksis ruang atau lokasi dalam bahasa Arab berfungsi sebagai adjektif dan pronomina meliputi proksimal: /h±©ihi/ ‫ ھﺆﻻء‬/h±ul±i/, ‫ ھﺎذان‬/h±©±ni/, ‫ ھﺎذﯾﻦ‬/h±dzayni/,



‫ھﺎﺗﯿﻦ‬



‫ ھﺬا‬/h±©a/, ‫ھﺬه‬



‫ ھﺎﺗﺎن‬/h±t±ni/ dan



/h±tayni/. Bentuk distal dalam bahasa Arab : ‫ ذاﻟﻚ‬/©±lika/, ‫ ﺗﻠﻚ‬/tilka/,



‫ اوﻻءك‬/­l±ika/,



‫ ذاﻧﻚ‬/©a:nika/, ‫ ذﯾﻨﻚ‬/©aynika/, ‫ ﺗﺎﻧﻚ‬/t±nika/, ‫ ﺗﯿﻨﻚ‬/taynika/.



Holes (1995) juga menambahkan deiksis ruang bentuk lokatif, yakni seperti



26



‫ ھﻨﺎ‬/ hun±/, bermakna ‘di sini’ bentuk dekat dan ‫ ھﻨﺎك‬/hun±ka/ bermakna ‘di sana’ bentuk jauh. Lokatif terbagi dalam dua kondisi tempat, yaitu statis sebagai konteks keberadaan (di sini, di sana) dan dinamis, yaitu sebagi konteks tujuan (ke sini, ke sana) dan asal (dari sini, dari sana). Holes merumuskan bentuk pronomina demonstratif dalam bahasa Arab yang dapat dilihat dalam tabel berikut:



Pronomina Demonstrativa Proximal



Tunggal



3.2.2.



Maskulin



Jamak



Maskulin



Feminin



‫ھﺬا‬



‫ھﺬه‬ /h±dzihi/



‫ھﺬﯾﻦ‬



‫ھﺘﯿﻦ‬



/h±dzayni/



/h±tayni/



/h±©a/



Distal



Dual Feminin



Maskuli n



Feminin



‫ھﺬان‬



‫ھﺘﺎن‬



‫ھﺆﻻء‬



‫ھﺆﻻء‬



Nom. /H±©±ni/ Acc/gen.



Nom. /h±t±ni/ Acc/gen.



/h±ul±i/



/ h±ul±i/



‫ذاﻟﻚ‬



‫ﺗﻠﻚ‬



‫ذاﻧﻚ‬



‫ﺗﺎﻧﻚ‬



‫أوﻻﺋﻚ‬



‫أوﻻﺋﻚ‬



/©±lika/



/tilka/



Nom. /©±nika/ Acc/gen.



Nom. /t±nika/ Acc/gen.



/­l±ika/



/­l±ika/



‫ذﯾﻨﻚ‬



‫ﺗﯿﻨﻚ‬



/©aynika/



/taynika/



Deiksis temporal Deiksis waktu berfungsi untuk menyatakan waktu dalam suatu tuturan



yang yang bertitik labuh pada pembicara. Ada tiga acuan waktu yang dipakai yaitu sebelum tuturan, pada saat tuturan, dan setelah tuturan (Cruse 2000: 321). Titik referen pada deiksis temporal adalah waktu kebahasaan absolut. Hal ini berarti bahwa ketika titik referen temporal ditentukan, maka waktu yang mendahului, yang mengikuti atau yang bertepatan dengan titik referen yang



27



dimaksud dapat diukur jaraknya berdasarkan titik waktu yang absolut. Secara umum, waktu atau kala absolut mencakup tiga kewaktuan, yaitu lampau, kini, dan mendatang (Bache, 1997: 245). Para linguis Arab seperti tamam Hasan (1976), Al-Ghalayini, (1984), dan Yaqut (1994), sama-sama cenderung membagi kala dalam bahasa Arab menjadi tiga bentuk berdasarkan waktu terjadinya peristiwa yang diisyaratkan oleh verba, yaitu fi’il m±«³, fi’il mu«±ri’ dan fi’il amr. Fi’il m±«³ adalah verba yang menunjukkan peristiwa yang terjadi pada saat pengujaran dan waktu mendatang atau saat setelah saat pengujaran, sedangkan fi’il amr adalah verba untuk perintah. Holes (2004:176) melengkapi kajian sebelumnya tentang verba. Menurutnya, verba m±«i dan mu«±ri’ tidak menunjukkan kala tetapi aspek. Verba m±«i menerangkan tindakan atau keadaan yang sudah selesai dan verba mu«±ri’ menunjukkan tindakan atau keadaan yang belum selesai atau sedang berlangsung. Untuk mengetahui kapan tepatnya suatu pekerjaan itu dilakukan, dibutuhkan leksem waktu yang berupa kata keterangan waktu seperti kemarin, besok, dua hari yang lalu dan sebagainya.



Holes (2004: 176) menjelaskan fungsi modus dalam bahasa Arab. 1.



Modus indikatif (vokal akhir .../u/) digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang faktual. Tidak ada pertikel yang mendahului verba.



2.



Modus subjungtif (vokal akhir .../a/) mengekspresikan harapan, keinginan, dan perintah yang tidak langsung. Partikel yang berfungsi sebagai pemarkah modus ini antara lain :



‫ أن‬/an/, ‫ ﻟﻦ‬/lan/, ‫ ﻛﻲ‬/kay/,



‫ ﺣﺘﻰ‬/hatt±/ 3.



Modus Jusif ( pelepasan vokal akhir) menyatakan larangan atau dapat juga digunakan untuk mengungkapkan perfektifitas yang negatif.



28



Digunakan dengan partikel negasi, yaitu /l±mu al-n±hiyyah,



‫ ﻟ ﻢ‬/lam/, ‫ ل‬/l±mul amr, ‫ﻻ‬



‫ إن‬/in syartiyyah/.



Purwo (1984: 59) menjelaskan tentang dua pengertian gerak yang dihubungkan dengan waktu yaitu kita yang bergerak melewati waktu atau dengan kata lain waktu dianggap sebagai hal yang diam, atau waktu yang bergerak menuju melewati kita. Dia membagi deiksis temporal dalam dua bagian, yaitu; (i) verba deiktis (berjalannya waktu adalah datang, lalu, tiba, dan mendekat); dan (ii) leksem deiktis (panjang, pendek, kiri, kanan, depan, belakang).



3.2.3.



Referen atau Anteseden Untuk mengetahui acuan yang dimaksud dalam deiksis, penulis



menggunakan teori referen atau anteseden yang pernah diungkapkan oleh Purwo. Purwo (1984: 19-21) menyatakan bahwa referen atau anteseden ialah unsur yang menjadi acuan deiksis. Ia juga mengatakan bahwa referen merupakan salah satu sifat makna leksikal yang dipandang sebagai unsur ‘kata’, terbagi menjadi 2 (dua), yaitu ekstralingual dan intralingual. Berdasarkan fungsi referennya, deiksis dibedakan atas eksoforis (luartuturan) dan endoforis (dalam tuturan). Deiksis eksoforis adalah yang mengacu pada referen yang berada di luar teks atau bersifat ekstralingual atau situasional. Adapun deiksis endoforis adalah deiksis yang mengacu pada referen yang ada di dalam teks atau bersifat intralingual atau tekstual. Endoforis meliputi 2 (dua) bentuk referen, yaitu anaforis (anaphoric) dan kataforis (kataphoric). Dikatakan anaforis apabila referen yang dimaksud telah disebutkan sebelumnya



dikatakan kataforis apabila referen



diletakkan setelahnya atau mengajak pembaca untuk membaca lebih jauh untuk mengetahui apa atau siapa yang dimaksud. Purwo (1984), ia menerepkan konsepnya pada bagan berikut:



29



Referen



Ekstralingual



Intralingual



Eksoforis



Endoforis



Anaforis



Aras pragmatik



kataforis



Aras Semantik



Purwo (1984: 22) menambahkan bahwa permasalahan dalam eksoforis adalah masalah semantik leksikal. Sementara permasalahan pada endoforis adalah masalah sintaksis.



3.2.4.



Konteks Dalam menentukan konteks, penulis menggunakan teori yang



digunakan oleh Firth (1989). Ada empat pokok pandangan Firth mengenai konteks: a.



Peserta tutur (participants) dalam situasi: orang-orang yang terlibat dalam peristiwa komunikasi.



b.



Tindakan peserta tutur: aktivitas yang dilakukan, baik berupa tindakan tutur (verbal action) maupun tindakan yang bukan tutur (non-verbal action).



30



c.



Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan: benda-benda dan kejadian-kejadian sekitar, sepanjang hal itu memiliki sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung.



d.



Dampak-dampak tindakan tutur: bentuk-bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh peserta tutur dalam peristiwa komunikasi.



31



3.3.



Model Konseptual



BAB IV



Analisis Deiksis Temporal dan Lokasional Dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi



4.1.



Pengantar Pada bab IV ini penulis akan menganalisis deisksis temporal dan



lokasional dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi. Dalam penelitian ini penulis berpedoman pada kerangka teori yang yang telah dipaparkan oleh para linguis dalam bab tiga. Selain itu, penulis juga berpedoman pada Tafsir Al-Quran untuk mempermudah analisis yang akan dideskripsikan pada bab ini. Adapun tafsir yang digunakan adalah Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQuran Vol.8 (Jakar ta: Lentera Hati, 2002) karya Prof. M. Quraisy Shihab. Hal ini dipilih karena beliau merupakan mufasir terkemuka dari Indonesia dengan karya-karyanya yang sangat fenomenal saat ini. Penulis juga menggunakan sumber tambahan lainnya yaitu kitab Asb±bun Nuz­l (sebab musabab turunnya Al-Quran) karya al Nisaburyy sebagai tambahan unsur untuk memahami konteks dalam surah Al-Kahfi yang menjadi bahan penelitian. Adapun untuk menterjemahkan Al-Quran surah Al-Kahfi penulis memilih Al-Furqon karya A. Hasan yang dimutakhirkan oleh dosen-dosen Program Studi Sastra Arab Universitas Al Azhar Indonesia. Hal ini dilakukan penulis dengan harapan agar mendapatkan hasil yang mendekati sempurna. Berdasarkan sumber data, ditemukan deiksis temporal sebanyak 457 kali dan deiksis lokasional sebanyak 43 kali. Jumlah keseluruhan deiksis yang ada dalam Surah Al-Kahfi sebanyak 500 kali. Namun, khususnya dalam pembahasan deiksis temporal hanya dipilih 10 data per subbab secara acak. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pengulangan dalam analisis.



32



33



4.2.



Deiksis Lokasional Lyons (1982: 690-691) menyebutkan adanya dua dimensi ruang yaitu



dimensi vertikal dan dimensi horisontal. Dimensi vertikal berkenaan dengan arah ke atas dan ke bawah yang simetris, sedangkan dimensi horizontal terdiri atas dimensi horisontal asimetris dan dimensi horisontal simetris. Deiksis lokasional disebut sebagai sistem koordinat tiga dimensi. Ketiga koordinat adalah atas/bawah, depan/belakang dan kanan/kiri. Purwo menambahkan bahwa tidak semua leksem ruang dapat bersifat deiktis dan tidak ada leksem ruang yang berupa nomina. Nomina baru dapat menjadi lokatif apabila dirangkaikan dengan preposisi ruang dan leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbia atau verba (Purwo, 1987: 32). Pada pembahasan ini penulis akan membagi deiksis lokasional dalam 2 bagian, yaitu leksem verba bersifat deiktis dan leksem non verba bersifat deiktis yang mengacu pada metode konseptual. Sebelum penulis melakukan analisis secara mendalam, perlu dilakukan pengelompokkan kata-kata yang bersifat deiktis lokasional berdasarkan pembagian di atas. Setelah mengetahui kata yang bersifat deiktis, akan dilakukuan analisis berdasarkan contoh ayat sesuai bentuk dan jenis deiksis tersebut. Setelah mengklasifikasikan bentuk-bentuk deiksis lokasional dalam Al-Quran surah Al-Kahfi, penulis mendapatkan bentuk deiksis lokasional sebanyak 58 kali. Dari jumlah tersebut, akan dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam bentuk tabel berikut ini:



34 Deiksis Lokasional Leksem Verba Come



‫آﺗ َﻰ‬ (Ayat: 33, 55, 62, 77 )



Leksem Non Verba Go



Lokatif



Demonstrativa



‫ا ْﻋﺘ َﺰَ ْﻟﺘ ُ ُﻤﻮ ُھ ْﻢ‬



‫ﯿﻦ‬ ِ ‫ْاﻟﯿَ ِﻤ‬ ّ ِ ‫اﻟ‬ ‫ﺸ َﻤﺎ ِل‬



‫ٰهَؤُ َﻻ ِء‬



(Ayat :16)



(Ayat: 17dan 18)



(Ayat: 15)



Preposisi



° (Ayat: 1, 15, 20, 21)



Ë



‫َودَ َﺧ َﻞ‬



‫ﻟَ َﻮﻟﱠﯿْﺖَ ِﻣ ْﻨ ُﮭ ْﻢ‬



‫هَ ٰ◌ ِذ ِه‬ (Ayat: 19) (Ayat: 35)



‫َﺟﺎ َء‬



َ ‫ﻓَﺎ ْﻧ‬ ‫ﻄﻠَﻘَﺎ َﺣﺘﱠﻰ‬



َ‫أُوﻟَﺌِﻚ‬



(



(Ayat: 71, 74, 77)



(Ayat: 30)



(Ayat: 16, 27,



(Ayat: 35, 39)



(Ayat: 48,55, 71,74, 98, 109)



‫ﺑَﻠَﻐَﺎ‬ (Ayat: 61, 82, 86, 93)



(Ayat: 18)



(Ayat: 3, 63, 93)



110)



‫ٰ َھﺬَا‬



‫َو َﯾ ْﺴﺘ َْﺨ ِﺮ َﺟﺎ‬



(Ayat: 54, 62 78, 98)



(Ayat: 82)



‫ﺎرﺗَﺪﱠا‬ ْ َ‫ﻓ‬



َ‫ﺗِ ْﻠﻚ‬



(Ayat: 64)



(Ayat: 59)



َ‫ذَ ٰ◌ﻟِﻚ‬ (Ayat: 64, 82, 91, 106)



; (Ayat: 17)



Ø (Ayat: 22, 45, 47)



0 (Ayat: 104)



َ‫أُو ٰﻟَﺌِﻚ‬ (Ayat: 105)



‫ھﻨﺎﻟﻚ‬ (Ayat: 44) Jumlah Leksem 17



6 4 15 4.3 Tabel klasifikasi deiksis lokasional (): Ayat dalam surah Al-Kahfi



15



35



Dari uraian klasifikasi bentuk deiksis lokasional dalam tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:



Deiksis Lokasional Preposisi 25%



Verba come 31%



Verba come Verba Go Leksem Lokatif



Verba Go 10%



Leksem Demonstratif 25%



4.2.1. 4.2.1.1.



Leksem Demonstratif Preposisi



Leksem Lokatif 9%



Leksem Non Verba Lokatif Deiktis Leksem Lokasi Pada Al-Quran surah Al-Kahfi terdapat 4 leksem yang bersifat deiktis



lokatif yang terkandung di dalamnya, yaitu:



(1)



d c b a `_ ^ ] \ ١٨ :‫ اﻟﻛﮭف‬u fe



/wa ta¥sabuhum ayq±§an wa hum ruq­d, wa nuqallibuhum ©ata al yam³ni wa ©±ta al syim±li,/ ‘Kamu mengira mereka terjaga, padahal mereka tidur, dan kami bolak balikkan mereka ke kanan dan ke kiri’



36



(2)



?> = = ٢١ :‫ اﻟﻛﮭف‬D C B g



Ibid, hal. 39



Penduduk negri



HG FE M LKJI R Q P ON Y X W V U TS b a ` _ ^ ]\ [ Z hg fed c ٢٢ :‫ اﻟﻛﮭف‬i



Ï



Ibid, hal. 46



Nabi Muhammad saw.



ÓÒ Ñ Ð Ï Î Í Ì ÚÙØ×ÖÕ Ô ٢٧ :‫ اﻟﻛﮭف‬Ü Û



ÙØ



Ibid, hal. 68



Ù ‘Langit’



ÖÕ ÔÓÒÑ ÜÛÚÙØ× ã âá à ß Þ Ý :‫ اﻟﻛﮭف‬é è ç æ å ä ٤٥



97



9



Ibid, hal. 73



Manusia



54 3210 ;:9876 ٤٧ :‫اﻟﻛﮭف‬



A@



Ibid, hal. 93



A ‘Laut’



43 210/. :9876 5 B A @ ? > =< ; ٦٣ :‫ اﻟﻛﮭف‬C



¾½



Ibid, hal. 121



¼ » º¹¸¶µ ÅÄÃÂÁÀ¿ ¾½ ٩٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬É È Ç Æ



ml



o nmlkji :‫ اﻟﻛﮭف‬t s r q p ١٠٤



Ü



Ibid, hal. 109-110



Nabi Muhammad saw.



ÝÜÛÚ ÙØ × Ö æ å ä ã â áà ß Þ í ìëêéè ç ١١٠ :‫ اﻟﻛﮭف‬ï î



98



No



Verba Deiktis Verba GO



5



"



Konteks Tafsir AlMisbah, hal. 26



Rereren



‫‘ اﻟﻜﮭﻒ‬gua’



Bunyi Ayat



&%$#"! -,+* ) (' 3210/. ١٦ :‫ اﻟﻛﮭف‬4



6



‫ﺖ ِﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ‬ َ ‫ﻟََﻮﻟﱠْﻴ‬



Ibid, hal. 30



Penghuni gua/ Ashabul Kahfi



a `_ ^ ] \ g fe d c b m l kj i h rq pon ١٨ :‫ اﻟﻛﮭف‬u t s



7



³²



Ibid, hal. 102



¸ ‘perahu’



º¹ ¸ ¶ µ ´ ³ ² ÁÀ¿¾½ ¼» ٧١ :‫ اﻟﻛﮭف‬à Â



8



³²



Ibid, hal. 104



Ü‘Anak remaja’



Þ ÝÜÛÚÙØ åäã âáàß ٧٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬è ç æ



9



Ibid, hal. 105



Tempat pembunuhan



A@?> == < K J I H G FE D C ٤٨ :‫ اﻟﻛﮭف‬M L



15



7



Ibid, hal. 80



8 ‘petunjuk’



7 6 54 321 =< ;:98



100



No



Verba Deiktis Verba GO



Konteks



Rereren



Bunyi Ayat



CBA @? > ٥٥ :‫ اﻟﻛﮭف‬D 16



Ì



Ibid, hal. 92



ÎÍ ‘pertemuan dua laut’



17



18



"



J



Ibid



Ibid, hal. 93-94



Dari tempat yang seharusnya mereka tuju



Menelusuri pantai



ÐÏ ÎÍ ÌË :‫ اﻟﻛﮭف‬Ö Õ Ô Ó Ò Ñ ٦١ '&%$#"! :‫ اﻟﻛﮭف‬- , + * ) ( ٦٢ L K J IH G F E D ٦٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬N M



19



À¿



Ibid, hal. 103



Nabi Musa as.



º¹ ¸ ¶ µ ´ ³ ² ÁÀ¿¾½ ¼» ٧١ :‫ اﻟﻛﮭف‬à Â



20



åä



Ibid, hal. 104



Nabi Musa as.



Þ ÝÜÛÚÙØ åäã âáàß è ç æ2٧٤ :‫اﻟﻛﮭف‬



21



>



Ibid, hal. 106



@?



A@?> = = ? @ اﻟﻛﮭف‬



11



12



C ¢¡



Waktu Kebahasaan lampau



FED CBA ١٠٠ :‫اﻟﻛﮭف‬



Waktu Kebahasaan mendatang



zyx wvu £ ¢¡~}|{ ١٠٥ :‫ اﻟﻛﮭف‬¤



No Verba Madi 1



¯



Verba Deiktis Referen Waktu Kebahasaan lampau



Bunyi Ayat



³²±°¯ ®¬« ١ :‫ اﻟﻛﮭف‬¹ ¸¶ µ ´



105



No Verba Madi 2



T



Verba Deiktis Referen Waktu Kebahasaan lampau



Y 3



°



Waktu Kebahasaan kini



z



µ´³²± ° ¼» º¹¸¶



Waktu Kebahasaan lampau



 4



WVU TS ]\[Z YX ٩ :‫اﻟﻛﮭف‬



´ µ



Bunyi Ayat



Waktu Kebahasaan mendatang



Å Ä Ã Â Á À¿ ¾ ½ ١٤ :‫اﻟﻛﮭف‬



y x w vu t s r ~}|{z ٢٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬¥ ¤ £ ¢ ¡



5



6



;



Waktu Kebahasaan lampau



@ ? >= = < FEDCBA Q P O N ML K J I HG Y X W V U T SR ١٧ :‫ [ اﻟﻛﮭف‬Z



5



$



Waktu Kebahasaan Lampau



%$#"!



/



-,+* )('&



A



4 3 21 0 / . < ;: 9 8 76 5 A@ ?>= ٢١ :‫ اﻟﻛﮭف‬D C B



6



%



Waktu Kebahasaan mendatang



&%$#"!



)



- , +* ) ( '



0



43 2 1 0 / . = ٢٨



108



No Verba Mudhari’ 7



9



¤



Leksem Verba Referen Waktu Kebahasaan kini



Bunyi Ayat



ª© ¨§¦¥¤



²



²±° ¯®¬«



µ



:‫ اﻟﻛﮭف‬¹ ¸ ¶ µ ´ ³ ٤٢



IH



Waktu Kebahasaan lampau



L K J IH G F E D ٦٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬N M



10



[



Waktu Kebahasaan mendatang



_ 11



Û



[ ZY X W V U ba`_ ^] \ ٧٨ :‫اﻟﻛﮭف‬



Waktu Kebahasaan kini



ÝÜÛÚ ÙØ × Ö æ å ä ã â áà ß Þ



ä



Waktu Kebahasaan lampau



í ìëêéè ç ١١٠ :‫ اﻟﻛﮭف‬ï î



ç



ë 12



N P S



Waktu Kebahasaan mendatang



Waktu Kebahasaan mendatang Waktu Kebahasaan mendatang



QPONMLKJI :‫ اﻟﻛﮭف‬V U T S R ٨٧



109



No Verba Mudhari’ 14



y



Leksem Verba Referen Waktu Kebahasaan mendatang



Bunyi Ayat



~}|{ zy x ٦٩ :‫ اﻟﻛﮭف‬£ ¢ ¡ 



No Verba Imperatif 1



e



Leksem Verba Referen Waktu Kebahasaan mendatang dekat



i



Bunyi Ayat



dcba`_^ lkji hgfe ١٠ :‫ اﻟﻛﮭف‬n m



2



¯



Waktu Kebahasaan mendatang dekat



zy x w v



µ



£ ¢ ¡ ~ } | {



º



¬ « ª © ¨§ ¦ ¥ ¤



½



±° ¯®



¿¾



¸¶µ´³² ¼»º¹ ÁÀ ¿¾½ ١٩ :‫ اﻟﻛﮭف‬Â



3



4 A



Waktu Kebahasaan mendatang jauh



9 8 76 5 4 3 2 @ ? > = < ;: :‫ اﻟﻛﮭف‬D C B A ٢١



110



No Verba Imperatif 4



ed



Leksem Verba Referen Waktu Kebahasaan mendatang dekat



Bunyi Ayat



V U T5 Z Y X W c b a ` _ ^ ]\ [ ihg fed ٢٢ :‫اﻟﻛﮭف‬



5



w



Waktu Kebahasaan mendatang kontinuatif



{



y x w vu t s r ~}|{z ٢٤ :‫ اﻟﻛﮭف‬¥ ¤ £ ¢ ¡



6



¼



Waktu Kebahasaan mendatang kontinuatif



¿¾



¸ ¶ µ´ ³ ² ± ° ½ ¼ »º ¹ Æ Å Ä Ã Â Á À ¿¾ :‫ اﻟﻛﮭف‬Ë Ê É È Ç ٢٦



7



&%$#"! !



Waktu Kebahasaan mendatang kontinuatif



65



Waktu Kebahasaan mendatang jauh



, +* ) ( ' 210/.; : 9 8 7 6 5 43 A@? >=< ٢٨ :‫اﻟﻛﮭف‬



8



I H GFE P



Waktu Kebahasaan mendatang dekat



N M L KJ



111



No Verba Imperatif



Leksem Verba Referen



T



Bunyi Ayat



T SR Q P O ٥٦ :‫ اﻟﻛﮭف‬Y X W V U



9



âá



Waktu Kebahasaan mendatang jauh



è



Þ Ý Ü Û ÚÙ Ø × ç æ å ä ã âá à ß :‫ اﻟﻛﮭف‬ì ë ê é è ٩٦



10



Ò



Waktu Kebahasaan mendatang dekat



ÑÐ ÏÎÍÌËÊ :‫ اﻟﻛﮭف‬Ö Õ Ô Ó Ò ٩٥



11



Ñ



Waktu Kebahasaan mendatang dekat



ÖÕ ÔÓÒÑ ÜÛÚÙØ× ã âá à ß Þ Ý :‫ اﻟﻛﮭف‬é è ç æ å ä ٤٥



112



BIODATA PENULIS



HASAIRI ARNAS, dilahirkan di kota Seribu Mangga Indramayu, 01 Mei 1993 dari pasangan malaikat yang pernah dikenalnya hingga saat ini H. A. Chasmita dan Hj. Inah Karinah. Mahasiswa berdarah Jawa-Sunda (JANDA) ini sering berkelana mencari hakikat ilmu. Kecil, ia menempuhnya di Kota Batik Pekalongan MI Wali Songo dan MI AlIkhlas(1999-2005). Remaja, ia habiskan untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam



Subang,



MTS



dan



MAS



Darussalam Subang (2006-2011). Dewasa, ia melanjutkan studi tingginya di Universitas Al azhar Indonesia Program Studi Sastra Arab (2011-2015). Mahasiswa bernama pena Arnas Aviecenna ini, sejak kecil hingga saat ini memiliki hobi olahraga badminton, futsal, membaca literatur fiksi dan non fiksi dan travelling. Selain itu ia mendedikasikan ilmunya dalam organisasi intra ataupun ekstra, diantaranya: Ketua Bagian Penggerak Bahasa (CLI) PONPES Darussalam (2009-2010), Divisi Sumberdaya Mahasiswa (Human Resource) Himpunan Mahasiswa Sastra Arab (HIMASA), Ketua Div. Pengembangan dan Pembinaan Kegiatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Sastra (KMFS), dan Hingga saat ini, ia masih aktif dalam organisasi ekstra Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Al Azhar dan Ikatan Mahasiswa Studi Arab se-Indonesia (IMASASI) Div. Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG). Disamping kesibukannya dalam berorganisasi, ia bekerja di TENZOGUN Distributor Outlet (DISTRO) di wilayah Indramayu sebagai owner.