Skripsi Dilusi (Atfentri) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR PROPINSI MALUKU UTARA



SKRIPSI



OLEH



ATFENTRI N TAHALELE 12105 31201 12 109



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA (UMMU) Ternate 2018



LEMBARAN PERSETUJUAN STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR PROPINSI MALUKU UTARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarana (S1) Pada Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara



Disusun Oleh : Atfentri Nikolas Tahalele 12105 31201 12 109 Disetujui Pada: Tanggal,....Mei 2018 PEMBIMBING I



PEMBIMBING II



(Wawan. A.K. Conoras., ST. MT) NIDN: 12 010283 01



(Ir. Husaen Salahu., M.T) NIDN : 12 1240372 01



MENGETAHUI



Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara KETUA



(Ir. HUSAEN SALAHU., MT) NIDN : 12 1240372 01



LEMBARAN PENGESAHAN STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA KEC. KOTA MABA KAB. HALMAHERA TIMUR PROPINSI MALUKU UTARA SKRIPSI .



Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarana (S1) Pada Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Disusun Oleh : Atfentri Nikolas Tahalele 12105 31201 12 109 Disahkan Pada: Tanggal,....Juni 2018 PEMBIMBING I



PENGUJI I



(Wawan. A.K. Conoras, ST. MT) NIDN: 12 010283 01



(Aliyusra Jolo., ST. M.T) NIDN: 12 121183 02



PEMBIMBING II



PENGUJI II



(Ir. Husaen Salahu., MT) NIDN: 12 1240372 01



(Arbi Haya., ST. M. Eng) NIP : 197701042005011001 MENGETAHUI



Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara



(MARSHUS Hi IBRAHIM., S.Si., MT) NIDN : 12 241175 01



KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantias di panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang selalu nyata bagi penulis dan tak ternilai harganya, teristimewa kesehatan yang telah di berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan baik. Penulis yakin dan percaya dengan sungguh bahwa, dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini bukan karena kekuatan dan kecerdasan penulis melainkan karena rahmat Tuhan yang selalu nyata. Skripsi merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulisan skripsi ini adalah bagian dari hasil penelitian serta mengamatan secara langgsung di lapangan berdasarkan proposal skripsi yang telah melaluai tahapan bimbingan dan pengujian sebelumnya. Adapun skripsi yang ditulis ini adalah hasil penelitian dengan judul ‘‘STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA. KECAMATAN



KOTA



MABA



KABUPATEN



HALMAHERA



TIMUR



PROPINSI MALUKU UTARA’’ Ternate,...Juni 2018 Penyusun



Atfentri N Tahalele 12105 31201 12 109



i



Motto



“ Jangan Pernah Takut Pada Ketakutan, Karena Ketakutan Akan Memperpanjang Barisan penindasan dan barisan Pembodohan ’’ (Slogan Teknik)



SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Atfentri Nikolas Tahalele NPM : 12105 31201 12 109 Tempat, tanggal lahir : Sanahu, 31 Desember 1987 Program Studi : Teknik Pertambangan Fakultas : Teknik Universitas : Muhammadiyah Maluku Utara Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah, seperti di bawah ini : No.



Judul



1



Studi Minimalisasi Terjadinya Dilusi Pada Kegiatan Penambangan Di PT. Adhita Nikel Indonesia. Kec. Kota Maba, Kab. Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain



dan saya ajukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjan (S1) Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan karya saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Ternate,...Juni 2018 Yang membuat pernyataan, Meterai



Atfentri Nikolas Tahalele 12105 31201 12 109



RIWAYAT PENULIS



Atfentri Nikolas Tahalele anak bungsu dari enam bersaudara anak dari ibunda Maria Mahgdalena Maatoke dan ayahanda Etepatus Tahalele, dilahirkan di Sanahu pada tanggal 31 Desember 1987. Saat ini berdomisili di Desa Tewil Kecamatan Kota Maba Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Menempu sekolah dasar di SD Inpres Tewil Pada Tahun 1994 – 1999. Setelah itu melanjutkan pendidikan pada sekolah lanjutan Tingkat Partama pada SLTP N I Maba pada tahun 2000 dan lulus pada 2003, kemudian melanjutkan studi pada sekolah menengah atas pada SMA N I HALTIM pada tahun 2003 dan luulus pada tahun 2006. Dalam upaya untuk mencapai gelar sarajan (S1) penulis pernah menjajaki bebrapa universitas namun penulis mengalami kegagalan dan tidak dapat untuk dilanjutkan sampai pada tahapan wisuda. Seiring dengan waktu yang berjalan, penulis pun pada tahun 2012 mendaftarkan diri pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Pada Program Studi Teknik Pertambangan dan diterima menjadi mahasiswa Teknik Pertbangan. Akhirnya dengan masa studi 5 tahun 9 bulan penulis menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Ternate,.....Juni 2018 Penulis



DAFTAR ISI Isi



Halaman



JUDUL LEMBARAN PERSETUJUAN LEMBARAN PENGESAHAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN RIWAYAT PENULIS KATA PENGANTAR ........................................................................................ i MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRACK DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 I.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2 I.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3 I.4 Tujuan Pernelitian ................................................................................. 3 I.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 BAB II. TINJAUAN UMUM II.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah ......................................................... 4 II.2. Geologi Regional Daerah Penelitian ................................................... 6



ii



II.3 Geomorfologi ..................................................................................... 10 II.4 Topografi ............................................................................................ 10 II.5 Vegetasi .............................................................................................. 10 BAB III. TINJAUAN PUSTAKA III.1 Defenisi Nikel Laterit ...................................................................... 13 III.1.1 Nikel Laterit .................................................................................... 13 III.2 Genesa Endapan Nikel Laterit ........................................................... 14 III.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Biji Nikel Lateri.. ..... 15 III.2.1.1 Batuan Asal ................................................................................ 15 III.2.1.2 Iklim ............................................................................................ 16 III.2.1.3 Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi .......................................... 16 III.2.1.4 Struktur ....................................................................................... 17 III.2.1.5 Topografi .................................................................................... 17 III.2.1.6 Waktu.. ......................................................................................... 17 III.3. Profil Endapan Nikel Larerit ............................................................ 18 III.4. Kegiatan Eksplorasi .......................................................................... 20 III.4.1 Eksplorasi Pendahuluan .................................................................. 21 III.4.2 Eksplorasi Detail ............................................................................. 22 III.4.3 Studi Kelayakan .............................................................................. 22 III.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemboran .................................................... 22 III.4.5 Proses Pengambilan Contoh pada Kegiatan Eksplorasi ................. 23 III.4.6 Penentuan Kadar Eksplorasi Bijih Nikel ........................................ 24 III.5 Kegiatan Penambangan ..................................................................... 25



iii



III.6 Proses Penambangan ......................................................................... 25 III.7 Defenisi Dilusi (Dilution) .................................................................. 27 III.7.1 Jenis-Jenis Dilusi ............................................................................ 28 III.7.2 Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Dilusi .................................... 29 III.8. Pengambilan Contoh......................................................................... 30 III.9 Preparasi Sampel ............................................................................... 30 III.10 Perhitungan Beda Kadar .................................................................. 31 III.11. Presentase Perubahan Kadar ........................................................... 31 BAB IV. METODOLOGI PENELIIAN IV.1 Metode Penelitian ............................................................................. 32 IV.2 Studi Literatur .................................................................................... 32 IV.3 Observasi Lapangan .......................................................................... 32 IV.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32 IV.5. Analisis Data .................................................................................... 33 IV.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ....................................................... 33 BAB V. HASIL DAN PEMABAHASAN V.1. Profil Nikel Laterit Daerah Penelitian ................................................. 36 V.1.1. Lapisan Tanah Penutup..................................................................... 36 V.1.2. Lapisan Limonit`............................................................................... 37 V.1.3. Zona Saprolit..................................................................................... 37 V.1.4. batuan Dasar ..................................................................................... 39 V.2. Faktor-Fator Terjadinya Dilusi ............................................................ 39 V.2.1.Dilusi Internal .................................................................................... 39



iv



V.2.1.1. Dilusi Pada Front Penambangan .................................................... 40 V.3. Dilusi Eksternal.................................................................................... 40 V.3.1. Penumpukan Ore Pada Front ............................................................ 40 V.3.2. Proses Selective Mining (Ore Geeting) ............................................ 42 V.3.3. Proses Loadig Ore ............................................................................. 43 V.3.4. Dilusi Pada Stockyard ....................................................................... 43 V.4. Pengolahan Data Realisasi Produksi................................................... 44 V.5. Perhitungan Dilusi Penambangan ........................................................ 44 V.6. Perhitungan Kadar Rata-Rata .............................................................. 45 V.7. Pengambilan Sampel ........................................................................... 48 V.8. Perhitungan Beda Kadar ...................................................................... 49 V.9. Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar ............................................ 49 V.10. Deskripsi grafik perbandingan kadar ................................................. 50 V.11. Deskripsi Statistik dan Histogram Data Kadar Ni dan Fe ................. 52 V.12. Analisa Scatter Plot Kadar Ni dan Fe Pada Front dan Stockyard ...... 57 VI. PENUTUP VI.1. Kesimpulan ......................................................................................... 59 VI.2 Saran .................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA



v



DAFTAR GAMBAR Isi



Halaman



Gabara II.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian ..................................... 5 Gambar II.2. Peta Geologi Daerah Penelitian ....................................................... 9 Gambar II.3. Peta Topografi Daerah Penelitian .................................................... 11 Gambar II.4. Vegetasi Hutan Pegunungan Lokasi Penelitian ............................... 12 Gambar III.1. Profil Endapan Nikel Laterit ......................................................... 20 Gambar III.2. Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan ............. 28 Gambar IV.1. Bagan Alir Penelitian ..................................................................... 34 Gambar V.1. Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Dibolak Balik ........................ 36 Gambar V.2. Spot Limot Dalam Zona Saprolite................................................... 37 Gambar. V.3. Zona Kontak Hard Saprolit Dan Soft Saprolit ............................... 38 Gambar V.4. Batuan Dasar berbentuk Dunit ........................................................ 39 Gambar V.5. Dilusi Internal Pada Lokasi Penelitian ............................................ 41 Gambar V.6. Penumpukan Material Ore Pada Front ............................................ 41 Gambar V.7. Proses Ore Geeting .......................................................................... 42 Gamabar V.8. Tumpukan Ore Pada Stockyard ..................................................... 44 Gambar V.9. Pengambilan Sampel Pada Front (Grap Sampling) ......................... 48 Gambar V.10. Pengambilan Sampel Pada Stockyard (Grap Sampling) ............... 48 Gambar V.11. Grafik Perbandingan Kadar Ni front dan Stockyard ..................... 51 Gambar V.12. Garafik Perbandingan Kadar Fe Front dan Stockyard .................. 52 Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Ni pada Front....................................... 52 Gambar V.14. Grafik Histogram Data % Ni pada Stockyard ............................... 55



vi



Gambar V.15. Grafik Histogram Data % Fe pada Front....................................... 55 Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Fe pada Stockyard ............................... 56 Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Ni pada Front dan Stockyard .... 57 Gambar V.13. Grafik Analisa Scatter Plot Data Fe pada Front dan Stockyard .... 58



vii



DAFTAR TABEL Isi



Halaman



Tabel IV.1. Tabel Jadwal Kegiatan Lapangan ...................................................35 Tabel V.1. Data Realisasi Produksi.....................................................................46 Tabel V.2. Tabel Hasil Perhitungan Dilusi Penambangan ..................................47 Tabel V.3. Hasil Perhitunga Beda Kadar Rata-Rata ...........................................50 Tabel V.4. Hasil Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Rata-Rata...............50 Tabel V.4. Deskripsi statistik % Ni Pada Front ..................................................53 Tabel V.4. Deskripsi statistik % Ni Pada Stockyard ...........................................54 Tabel V.4. Deskripsi statistik % Fe Pada Front ..................................................55 Tabel V.4. Deskripsi statistik % Fe Pada Stockyard ...........................................56



viii



STUDI MINIMALISASI TERJADINYA DILUSI PADA KEGIATAN PENAMBANGAN DI PT. ADHITA NIKEL INDONESIA KECAMATAN KOTA MABA KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA



Atfentri N. Tahalele. NPM : 12105 31201 12 109 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. INTISARI Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata lain terjadinya dilusi (Dilution). Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar presentase dilusi yang terjadi pada saat kegiatan penambangan dan metode apa yang harus digunakan untuk meminimalisir terjadinya dilusi. Metode penelitian meliputi pengambilan data tonase ore dan data tonase waste serta faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya dilusi. Tahapan selanjutnya mengolah dan menganalisa seberapa besar presentase terjadinya dilusi. Hasil perhitungan menunjukan bahwa dilusi yang terjadi adalah sebesar 16,06 % hasil identifikasi sampel pada front yaitu : Ni = 1,81% dan Fe = 15,92%. Sedangkan perbandingan kadar dengan data sampel stockyar Ni= 0,09% dan Fe = - 0,02%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi data kadar pada front mengalami penurunan kadar Ni setelah dilakukan identifikasi kadar pada Stockyard, dimana nikel sebesar 4,97% dan besi mengalami peningkatan kadar sebesar -0,12%. Kata Kunci: Dilusi, Penambangan, Ni dan Fe Laterit



THE MINIMALIZATION STUDY HAS BEEN DECIDED IN THE MINING ACTIVITY IN PT. ADHITA NIKEL INDONESIA DISTRICT CITY OF MABA DISTRICT OF EAST HALMAHERA NORTH MALUKU PROVINCE Atfentri N. Tahalele. NPM: 12105 31201 12 109 Departmen Mining Faculty of Engineering Muhammadiyah University of North Maluku. ABSTRACK One of the obstacles in nickel mining is the change of concentration (Ni) and (Fe) from the drilling result data which is not in accordance with the level of mining realization results. This is due to the occurrence of mixing other materials that are not economical value into the material to be mined or in other words the occurrence of dilution (Dilution). The objective of this research is to know how big the percentage of dilution occurring at the time of mining activity and what method should be used to minimize the happening of dilution. Research methods include taking ore tonnage data and waste tonnage data as well as factors that result in dilution. The next step to process and analyze how much percentage of dilution. Result of calculation show that dilution happened is equal to 16,06% result of identification of sample at front that is: Ni = 1,81% and Fe = 15,92%. While the ratio of content with sample data stocky Ni = 0,09% and Fe = - 0,02%. From the results of this study it can be concluded that the results of identification of data on the front level decreased levels of Ni after the level of stockyard was identified, where nickel was 4.97% and iron increased by -0.12%. Keywords: Dilution, Mining, Ni and Fe Laterite



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam baik mineral



maupun batubara. Salah satunya adalah bahan galian logam/biji yang merupakan bahan galian yang di olah dengan teknologi tertentu agar dapat di ambil dan dimanfaatkan logamnya yaitu nikel. Bahan galian yang kemudian merupakan sumberdaya alam terbesar urutan kelima di dunia ini memiliki potensi penyebaran yang besar di Indonesia, diantaranya terdapat di pulau Sulawesi, Kalimantan Bagian Tenggara, Papua, Maluku dan Maluku Utara, (Zulkifli, 2014). Olehnya itu banyak perusahan yang kemudian menanamkan modalnya untuk berinvestasi di wilayah yang memiliki sumberdaya tersebut, salah satunya yaitu PT. Adhita Nikel Indonesia. PT. Adhita Nikel Indonesia adalah salah satu perusahan yang sudah mengantongi sertifikat Bersih dan Tuntas dari Kementrian ESDM. Perusahaan ini memiliki luas konsesi sebesar 18 ribu hektar. Dari jumlah tersebut yang menjadi wilayah IUP Operasi produksi sebesar 2000 hektar, dimana yang sudah mengantongi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikeluarkan Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup seluas 500 hektar. Dari kegiatan eksplorasi yang dilakukan atas areal seluas 150 hektar dari jumlah keseluruhan 500 hektar yang sudah mengantongi IPPKH tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan, cadangan yang siap ditambang sebesar 55 juta metrik ton. Adapun kadar nikel yang dimiliki pun sangat bervariasi mulai dari kadar rendah



1



1,5% sampai kadar 4,0% bahkan ada yang lebih tinggi dari kadar 4,0 % tersebut (Egenius Soda, dalam Majala Tambang Online, 2017). Penambangan nikel sendiri dimulai dari tahapan land clearing sampai pada pengupasan tanah penutup (over burden), pemuatan dan pengangkutan biji (ore). Tahapan pemuatan dan pengangkutan biji (ore) dikakukan dengan mengunakan kombinasi peralatan backhoe dan dump truk. Salah satu kendala dalam penambangan nikel adalah adanya perubahan kadar (Ni) dan (Fe) dari data hasil pemboran yang tidak sesuai dengan kadar hasil realisasi penambangan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran material lain yang tidak bernilai ekonomis kedalam material yang ingin ditambang atau dengan kata lain terjadinya dilusi (Dilution) Olehnya itu perlu untuk dilakukan studi mengenai dampak yang kemudian dapat terjadi akibat dari kegiatan penambngan yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kadar akibat dilusi penambangan yang terjadi. Dari latar belakang di atas maka peneliti bertujuan untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “ Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi (Dilution) Pada Kegiatan Penambangan ” I.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang singkat di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah : 1.



Berapa



besar



presentase



dilusi



yang



terjadi



penambangan. 2.



Faktor-faktor apa yang mengakibatkan terjadinya dilusi



2



dari



kegiatan



I.3. Batasan Masalah Dalam Penelitian ini permasalahan di batasi pada berapa presentase dilusi yang terjadi akibat kegiatan penambangan dan faktor-faktor yang dapat mengindikasikan terjadinya diusi. I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui berapa besar presentase dilusi yang terjadi dari kegiatan penambangan. 2. Metode apa yang harus digunakan dalam meminimalisir terjadinya dilusi I.5. Manfaat Penelitian I.5.1 Untuk Mahasiswa



a.



Melatih bagaimana cara menghadapi permasalahan di lapangan.



b.



Dapat menambah pengalaman bagi praktikan terhadap permasalahan yang ada.



I.5.2 Untuk Akademik a.



Dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian.



b.



Dapat di jadikan acuan atau literatur para peneliti selanjutnya.



I.5.3 Untuk Perusahan Menjadi bahan masukan atau rujukan guna peningkatan kinerja perusahan.



3



BAB II TINJAUAN UMUM II.1 Lokasi Kesampaian Daerah Secara atministratif wilayah ijin usaha pertambangan (IUP ) PT. Adhita Nikel Indonesia berada di Desa Tewil-Soagimalaha Kecamatan Kota Maba Kabupaten Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara . Sedangkan secara geografis terletak diantara 1280 20’ 14’’ bujur timur dan 000 30’ 31’’ lintang selatan. Yang dimana wilayah tersebut dapat ditempuh melalui jalur darat maupun udara: 1.



Ternate – Sofifi



Ternate – Sofifi dapat ditempuh dengan menggunakan Speed Boat dengan waktu tempuh ± 45 Menit atau dengan menggunakan Fery dengan waktu tempuh ± 2,5 jam. 2.



Sofifi-Soagimalaha



Sofifi-Buli dapat di tempuh menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua dengan waktu tempuh ± 5 jam. 3.



Ternate-Buli (Pesawat Udara)



Ternate-Buli dapat menggunakan pesawat udara wings air dengan rute penerbangan setiap hari dan waktu tempuh ± 25 menit. 4.



Buli - Soagimalaha



Buli-Soagimalaha dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh ± 1 jam.



4



Sumber : (Sumber : Bakonsultanal, 2018) Gambar. II.1 Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian



5



II.2 Geologi Regional Daerah Penelitian Tektonik regional Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama geologi yaitu Mendala Geologi Halmahera Timur atau Lengan Timur dan Mendala Geologi Halmahera Barat atau Lengan Barat. Kedua Mendala geologi tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbeda (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Supriatna, S., 1980). Daerah inventarisasi terletak di semenanjung timur laut pulau Halmahera merupakan bagian dari Mendala Halmahera Timur, sedangkan semenanjung utara serta Pulau Morotai adalah merupakan bagian dari fisiografi Mendala Halmahera Barat. Hubungan antara kedua mandala berupa jalur tektonik dengan perlipatan dan pensesaran yang kuat berbatuan sedimen Neogen. Batuan penyusun Mandala Timur relatif lebih tua dibandingkan Mendala Barat Perkembangan tektonik pada lengan timur diperkirakan terjadi pada akhir Kapur dan awal Tersier. Tersusun oleh batuan ultrabasa dan serpih merah yang diduga berumur Kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang berumur Paleosen-Eosen. Kegiatan tektonik lanjutan terjadi pada awal Eosen – Oligosen. Ini diketahui dari ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan Formasi Bacan yang batuan vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal (Oligo-Miosen). II.2.1 Fisografi Mandala Halmahera Timur Fisiografi mandala Halmahera Timur sebagian besar berupa pegunungan berlereng curam dengan torehan sungai yang dalam dan sebagian kecil bermorfologi



karst.



Morfologi



pegunungan



berlereng



curam



tersebut



mencerminkan satuan batuan ultrabasa, batuan sedimen dan batuan gunungapi



6



Oligo-Miosen dan yang lebih tua (Krisman dan Ernowo. 2007 dalam Apandi, 1980). Morfologi karst terdapat pada daerah batuan gamping, baik yang berumur Paleosen-Eosen, Oligo-Miosen maupun Miosen-Paleosen. Batuan sedimen Miosen-Pliosen membentuk morfologi dengan perbukitan yang relatif lebih rendah dan lerengnya yang lebih landai daripada batuan yang lebih tua. Pada Miosen Tengah, Plio-Plistosen dan akhir Holosen terjadi kegiatan tektonik berupa perlipatan, sesar naik secara intensif dengan arah utama UUT – SSB. Sesar normal berarah BUB – TUT dan ini terjadi pada fase tektonik akhir, memotong semua sesar naik. Stratigrafi daerah inventarisasi disusun oleh komplek batuaan ultrabasa, batuan vulkanik Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi Weda. Komplek batuan ultrabasa (Ub) merupakan batuan tertua diperkirakan berumur Kapur yang terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit umumnya berwarna hitam, getas, kebanyakan terpecah, terbreksikan, setempat mengandung asbes dan garnierit. Basal didalam komplek ini berwarna kelabu kehitaman, getas, kebanyakan terbreksikan dan terpecah. Batuan metamorf dan rijang terdapat di beberapa tempat yang tak terpetakan. Batuan vulkanik di adalah Formasi Bacan (Tomb) diendapkan kala Oligosen – Miosen Bawah terdiri dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Breksi memiliki komponen andesit dan basal, setempat batugamping. Diantara komponen batuan beku yang dapat dikenal adalah andesit piroksen, kristal halus,



7



afanitik kelabu, porfiritik berwarna merah dengan piroksen sebagai fenokrisnya, andesit piroksen warna kehijauan, basal porfiritik kelabu tua dengan fenokris piroksen dan feldspar. Sementara itu Formasi Weda (Tmpw) yang merupakan batuan sedimen diendapkan terakhir kala Miosen – Pliosen tersusun oleh batupasir berselingan dengan batulempung, batulanau, napal, batugamping dan konglomerat. Batupasir terdiri dari batupasir arkosa, gampingan berbutir sedang, warna kuning dan kelabu, batupasir konglomeratan berfragmen cangkang, batupasir kelabu tua, kehitaman berbutir halus, keras, menunjukkan struktur perlapisan tipis dan graiwacke berwarna kelabu tua kehitaman. II.3. Geomorfologi Secara morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi yaitu satuan morfologi pegunungan terjal, menempati bagian tengah, satuan morfologi perbukitan bergelombang dengan ketinggian 50 – 500 meter diatas permukaan laut, sepanjang pantai mengelilingi dan satuan morfologi daratan menempati daerah tepi pantai dan sungai terutama pantai bagian timur. II.4. Topografi Daerah penambangan PT. Adhita Nikel Indonesi merupakan rangkaian pengunungan dan perbukitan yang memanjang dari dari utara keselatan, mempunyai ketinggian 25-250 meter diatas permukaan laut. Kondisi daareh tersebut merupakan perbukitan yang di tutupi oleh hasil pelapukan batuan dan tumbuh-tumbuhan yang ada berupa semak belukar yang. Gambar. II.3



8



II.5. Vegetasi Vegetasi yang berada pada daearah penelitian sama halnya dengan kondisi veegatasi yang berada pada hutan pengunungan secara umum yang ada di daratan halamahera timur. Dimana pepohonan yang tumbuh didaerah ini berupa pohon kasawari, pohon ketapang, pohon merbau, dan juga pepohonan tunggal serta semak belukar yang menyebar secara luas pada daerah penelitian. Gambar. II.4



9



Sumber : Peta Dasar Geologi Indonesia, Bakonsultanal



II.2 Peta Geologi Daerah Penelitian



10



Sumber : Peta Dasar Global Maper.11 Convert surfer. 10 Gambar. II.3. Peta Topografi Daerah Penelitian



11



Sumber : Dokumentasi lapangan, Mei 2018 Gambar. II.4. Vegetasi Hutan Pegunungan Lokasi Penelitian



12



BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1. Definisi Nikel Nikel laterit



adalah



produk



residual pelapukan kimia pada batuan



ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di permukaan bumi (Syafrizal dkk, 2011). Logam nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel merupakan logam berwarna kelabu perak yang memiliki sifat fisik antara lain : 1.



Kekuatan dan kekerasan nikel menyerupai kekuatan dan kekerasan besi.



2.



Mempunyai sifat daya tahan terhadap karat dan korosi



3.



Pada udara terbuka memiliki sifat yang lebih stabil daripada besi.



III.1.1 Nikel Laterit Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab (tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang relatif stabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik yang khas (Golightly, 1979 ): a.



Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia,



b.



Pencucian komponen-komponen mobile,



c.



Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidak larut,



d.



Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingkungan pengendapan.



13



III.2. Genesa Endapan Nikel Laterit Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.30% nikel (Sundari, 2012). Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan menghancurkan olivine. Penguraian olivine, magnesium silika dan besi silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferrihidroksida. Endapan ferrihidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferrihidroksida menjadi mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit Fe2O3) dan cobalt. Mineralmineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat” Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.



14



Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen(supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubahubah, terutama dari perubahan musim. Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan Harzburgit. III.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biji nikel adalah sebagai berikut : III.2.1.1 Batuan Asal Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, dimana batuan asal tersebut adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut, terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin, mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.



15



III.2.1.2 Iklim Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah, juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahanrekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. III.2.1.3 Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah ph larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: a.



Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan.



b.



Akumulasi air hujan akan lebih banyak



c.



Humus akan lebih tebal.



Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.



16



III.2.1.4 Struktur Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalah rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung Ni sebagai veinvein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan proses pelapukan yang terjadi akan lebih intensif. III.2.1.5 Topografi Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif. III.2.1.6 Waktu Proses pelapukan pada batuan ultrabasa pada umumnya juga tergantuung pada waktu dalam proses pelapukan dimana, waktu yang cukup lama akan



17



mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. III.3 Profil Endapan Nikel Laterit Secara umum profil endapan nikel laterit terdiri dari ( Elias M,.et.al,. 1981 ): 1.



Zona Top Soil (tanah penutup) Dicirikan oleh fraksi yang berukuran sangat halus yang hampir



semuanya diisi oleh fraksi lempung. Zona ini secara umum berwarna coklat tua sampai coklat kemerahan. Mineralisasi pada zona ini tidak ada sampai sedikit. Zona ini ditandai oleh banyaknya tudung besi (iron cape). 2.



Zona Limonit Dicirikan oleh ukuran fraksi dari lempung sampai pasir sedang. Zona



ini secara umum berwarna coklat kemerahan. Mineralisasi pada Zona ini mulai banyak, dimana mineral yang banyak dijumpai adalah mineral besi, seperti: Hematit (berwarna merah marun), Goetit (berwarna coklat kekuningan), dan Magnetit (berwarna hitam). 3.



Zona Saprolit Dicirikan oleh ukuran fraksi dari pasir sedang sampai boulder. Zona



ini secara umum berwarna coklat hitam kehijauan. Mineralisasi pada zona ini sangat banyak. Mineral yang paling banyak ditemukan adalah mineral Serpentin (warna hijau daun). Ada juga mineral yang hampir selalu hadir tapi dalam jumlah sedikit adalah Hematite, Goetit, Silika, dan lapukan Olivin (warna hijau kekuningan). Pada zona ini juga ditemui mineral Garnierit (warna hijau terang), yang sangat banyak mengandung nikel, tapi



18



hanya hadir di beberapa tempat saja. Kebanyakan kenampakan mineral ini dalam bentuk vein, tapi sesekali juga hadir dalam bentuk lensa. Selain itu mineral yang juga hadir dalam Zona ini adalah Krisopras, dimana kenampakan fisik mineral ini hampir mirip dengan mineral Garnierit. Perbedaan antara krisoplas dan Garnierit adalah Krisopras mempunyai warna hijau yang sedikit lebih gelap dari Garnierit, tapi lebih terang dari Serpentin. Selain itu kekerasan Krisoplas jauh lebih keras dari Garnierit. Krisoplas biasanya juga ditemukan dalam bentuk vein. 4.



Zona Bedrock Dicirikan oleh batuan yang berukuran sangat keras, dimana sudah



tidak ada lagi rekahan. Bedrock pada endapan nikel laterit adalah Dunit atau Peridotit, dimana warna Peridotit lebih gelap dari warna Dunit karena pada Peridotit kandungan mineral Piroksen lebih banyak dari Dunit. Warna dari bedrock ini adalah hitam kehijauan, dimana banyak ditemukan mineral Olivin, Piroksen, dan Silika.



19



Sumber: Global Laterit Nickel Resources, 2001 Gambar III.1 Profil Endapan Nikel Laterit Secara praktis untuk kepentingan penambangan, cadangan nikel laterit dibagi menjadi 3 (tiga) Zona utama yaitu : Zona Limonit, Zona Low Saprolite, dan Zona High Saprolite berdasarkan nilai cut-off kadar Ni dan Fe tertentu. III.4 Kegiatan Eksplorasi Penentuan layak atau tidaknya suatu kegiatan penambangan ditentukan oleh kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari bahan galian adalah terdapat dipermukaan bumi maupun dibawah permukaan bumi secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat disuatu tempat bukan merupakan kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan keadaan masih bercampur dengan bahan galian/material lainnya. Tujuan kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian serta juga untuk mengetahui keadaan, posisi atau letak bijih



20



dan lapisan batuan sekelilingnya (Country Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu endapan bijih, menentukan metode dan sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan penambangan endapan bahan galian. Untuk mengetahui kadar pada suatu endapan bahan galian maka diadakan kegiatan eksplorasi, yaitu segala cara penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti adanya bahan galian dan sifat serta letak bahan galian dibawah permukaan bumi dengan cara dilakukannya pengeboran. III.4.1 Eksplorasi Pendahuluan Dalam eksplorasi pendahuluan ini, tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta – peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga mempunyai skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi – lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta – peta yang sudah ada ( dari survei survei terdahulu), catatan – catatan lama, laporan temuan dan lain – lain, lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor – faktor geologi regional dan propinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses – proses geologi yang pernah terjadi, singkapan – singkapan batuan pembawa bahan galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan /batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringannya), orientasi sesar dan tanda – tanda lainnya.



21



III.4.2 Eksplorasi Detail Setelah tahap eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap detail. Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk memdapatkan data – data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. III.4.3 Studi Kelayakan Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode



penambangan,



perencanaan



peralatan,



dan



rencana



investasi



Penambangan. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. III.4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemboran Pelaksanaan kegiatan pengeboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan Zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun kemudian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat



22



mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh. Kegiatan pemboran juga dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran yang digunakan bergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk teratur. Sedangkan spasi pada lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama digunakan untuk mengidentifikasi struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25-50 meter sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 meter sampai beberapa ratus meter (Notosiswoyo Sudarto dkk. 2000). Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tersebut maka lubang bor pertama dapat digunakan untuk orientasi. Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu Zona mineralisasi. III.4.5 Proses Pengambilan Contoh Pada Kegiatan Eksplorasi Ditinjau secara umum proses pengambilan contoh dimaksudkan untuk mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan sebagian kecil massa tersebut cukup representatif untuk mewakili keseluruhan massa yang diwakilinya. Pengambilan conto dilakukan dengan cara pemboran, dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih



23



nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal dapat diperoleh dengan menggabungkan beberapa titik. Contoh dari hasil kegiatan eksplorasi atau kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter. Setelah selesai pemboran contoh dibawah ke Sample House (Rumah Contoh) dan kemudian dimasukan kedalam kantong contoh dan diberikan kode seperti lokasi tempat pengeboran, kedalaman titik bor, nomor contoh, dan nomor titik bor. Selanjutnya dikirim kebagian persiapan contoh untuk kemudian dipreparasi guna keperluan analisa kimia. III.4.6. Penentuan Kadar Eksplorasi Bijih Nikel Pada kegiatan eksplorasi, penentuan kadar nikel laterit merupakan bagian yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan kadar bijih nikel yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut Of Grade (COG) yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata – rata tiap meter kedalaman lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut. Cut of grade (COG) menurut defenisi memiliki dua pengertian, yaitu sebagai berikut : 1.



Kadar terendah dari suatu endapan bijih nikel yang masih dapat memberikan keuntungan apabila ditambang.



2.



Kadar rata – rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih menguntungkan apabila ditambang sesuai dengan teknologi dan nilai ekonomis saat ini. Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu dari hasil pemboran pada kegiatan eksplorasi yang dianalisa di laboratorium kimia. Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata – ratakan mulai dari kadar dibawah sampai diatas Cut Of Grade.



24



III.5 Kegiatan Penambangan Sistem penambangan yang dilakukan atau diterapkan pada endapan nikel laterit menggunakan Sistem Tambang Terbuka (Open Pit). Hal ini di karenakan tingkat penyebaran nikel yang mengikuti arah topografi sehingga didapati tingkatan kadar yang tidak homogen maka diperlukan pemilihan kadar yang akan ditambang. III.6 Proses Penambangan Umumnya proses penambangan dimulai dari pengupasan overburden dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk mengangkat/membersihkan bagian atas material, langkah selanjutnya ialah melakukan Channel Sampling yaitu suatu cara pengambilan contoh dengan membuat alur (Channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur seragam dengan ukuran 5 (lima) meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna putih untuk penandaan contoh sementara dianilsa dilaboratorium kimia. Setelah kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang telah ditetapkan, sedangkan kadar yang tidak memenuhi COG dianggap Overburden, Waste dan Bed Rock. Pada proses penambangan, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan upaya mengantisipasi terjadinya perubahan kadar, yaitu: 1.



Teknik penggalian/pengambilan bijih,



25



1.



Karakteristik endapan. Karakteristik endapan yang cocok ditambang dipengaruhi oleh pola penyebaran endapan, kekerasan, dan kelunakan bijih. Badan bijih dapat berbentuk teratur atau tidak (Massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin rendah kemiringan maka akan semakin mudah proses penggalian.



2.



Keseragaman kadar Keseragaman kadar yang bervariasi adalah hal yang harus diperhatikan dalam penambangan, dengan mengetahui penyebaran kadar pada daerah tertentu, maka dalam penambangan dapat diperhitungkan untuk melakukan Mixing/Blending agar mencapai kadar sesuai dengan yang diinginkan.



3.



Kombinasi peralatan. Maksud dari pemilihan kombinasi peralatan adalah untuk perhitungkan keefektifan operasi penambangan dimana dengan peralatan yang cocok, baik dalam pekerjaan pengupasan tanah penutup maupun pekerjaan produksi



mendapat



perolehan



yang



maksimal.



Hal







hal



yang



mempengaruhi pemilihan kombinasi peralatan meliputi ukuran badan bijih, distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup. 4.



Produksi yang diinginkan. Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan tonase yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata – rata terendah yang masih dapat di Blending dengan material lain sehingga mendapatkan material bijih sesuai dengan yang diinginkan. Dimana saat



26



kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG seperti tersebut diatas, maka perlu adanya pertimbangan lain, misalnya meneruskan penggalian dan hasilnya akan di Blending dengan material dengan kadar bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak meneruskan penggalian karena akan menambah biaya operasional terutama untuk peralatan. III.7. Defenisi Dilusi (Dilution) Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Dilusi tidak hanya terjadi pada tahapan eksplorasi saja melainkan terjadi sampai pada proses pengolahan mineral. Dilusi meningkatkan Tonase bijih sekaligus mengurangi Grade. Ini biasanya dinyatakan dalam format persen. Ini dapat dinyatakan sebagai (Diktat MPC, 2005). (



)



....................... (III.1)



(Anoush Ebrahimi, P. Eng., Ph.D., 2013). Dalam penelitianya tentang Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining Projects menggambarkan bahwa, sebagai contoh jika 10 ton batu pengotor (dan / atau di bawah Cut-Off Grade batuan mineral) yang ditambang dengan 90 ton bijih dan semua (100 ton) yang dikirim ke pabrik, pengenceran dihitung menjadi 10,0%. Menurut definisi ini x persen dari pengenceran di tambang menunjukkan bahwa x persen dari pakan tidak ekonomis menguntungkan untuk diproses. Jumlah x ini tidak boleh



27



dikirim ke Crusher dan tindakan yang tepat harus diambil di tambang untuk memisahkan mereka dari pakan sebanyak mungkin. Ilustrasi mengenai dilusi pada setiap tahapan pertambangan dapat di lihat seperti pada gambar III.1.



Bentuk biji perencanaan tambang



Bentuk biji sebenarnya



Endapan yang berhasil di tambang



Bentuk biji estimasi



Biji yang masuk ke tailing



Bentuk biji optimasi cog



Perolehan endapan setelah diolah setelah diolah Waste masuk ke tailing



Sumber : Diktat Metode Perhitungan Cadangan (Sudarto Notosiswoyo, 2005) Gambar III.2 Dilusi Yang Terjadi Pada Proses Tahapan Pertambangan III.7.1. Jenis-jenis dilusi Dilusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1.



Dilusi Internal Dilusi Internal adalah apabila material kadar rendah terletak di dalam



material kadar tinggi, dilusi internal dapat di bagi menjadi dua, pertama material kadar rendah mempunyai batas yang jelas dengan material kadar tinggi (Dilusi Geometri) dan ke dua material kadar rendah tidak mempunyai batas yang jelas



28



dengan material kadar tingggi (dilusi Inheren). Dilusi internal geometri hadir sebagai waste yang di bedakan dengan jenis di dalam endapan biji, misalnya barren dike yang menerobos Zona biji. Dilusi internal inheren dapat dapat terjadi karena bertambahnya ukuran blok yang di gunakan untuk memisahkan biji terhadap Waste. 2.



Dilusi Eksternal Dilusi Eksternal adalah apabilah material kadar rendah terpisah dari material



kadar tinggi. Dilusi ekstrernal terjadi karena reruntuhan dinding, kesulitan teknis mengambil batas biji dalam Open Pit, atau kurang hati-hatinya pemisahan batas biji dan Waste. Dilusi eksternal akan semakin kurang berarti pada endapan biji dan Waste yang bergradasi karena jumlah dilusi akan menjadi bagian kecil dari tonase penambangan. (Diktat MPC TE3231,2005) III.7.2 Faktor-Faktor mengakibatkan Dilusi Dilusi pada kegiatan penambangan biasanya dipicu oleh beberapa faktor. Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi dilusi Ore, yaitu sebagai berikut : a.



Posisi Waste, Badan Bijih, Dan Cuaca Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air/hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai material Waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk Massive atau tidak beraturan.



29



b.



Keadaan bijih Biasanya bijih yang berbentuk Boulder maupun yang berada didekat Boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi. Permasalahannya adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan Selective terhadap bijih dengan Boulder.



III.8 Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dari kegiatan penambangan berpedoman pada Prosedur Japanesse Industrial Standart (JIS) dan dapat dilakukan dengan cara mengambil satu Incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg. Contoh yang telah diambil dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap contoh pada Pit/Areal yang sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut dikirim ke preparasi contoh yang tertulis seperti kode pada pit penambangan, nomor titik bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan. III.9 Preparasi Sampel Preparasi contoh adalah pekerjaan mempersiapkan contoh sebelum dikirim ke laboratorium untuk dianalisa kadarnya. Contoh yang akan dianalisa kadarnya dimasukan ke preparasi contoh terlebih dahulu untuk direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari contoh tersebut, sehingga didapat contoh setelah dianggap homogen.



30



III.10. Perhitungan Beda kadar Nilai beda kadar diperoleh dari pengurangan data kadar rata-rata eksplorasi dengan data realisasi produksi yang dihasilkan dari analisa laboratorium. Nilai beda kadar digunakan untuk menganalisis besarnya perbedaan kadar relative tiap parameter antara hasil eksplorasi dan realisasi produksi. Nilai beda kadar diperoleh dengan membandingkan kadar eksplorasi dan kadar produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan kemudian dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe, Co, SiO 2, CaO dan MgO. Adapun nilai beda kadar dihitung menggunakankan persamaan : Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi Selisih (+)



kadar eksplorasi > dari kadar produksi



Selisih (-)



kadar eksplorasi < dari kadar produksi



III.11. Presentase Perubahan Kadar Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan eksplorasi dengan kegiatan penambangan selalu mengalami perubahan. Untuk mengetahui seberapa besar presentase perubahan kadar, dengan cara membandingkan kadar dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil kegiatan penambangan pada titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : .................................................... (III.2) Dimana : Q



= Presentase perubahan kadar



q1



= Kadar eksplorasi.



q2



= Kadar hasil kegiatan penambangan 31



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1 Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk bagaimana melakukan studi tentang meminimalisasi dilusi yang terjadi pada kegiatan pertambangan yang berdampak terhadap perubahan kadar, yang dimulai dari studi literatur, observasi lapangan, pengumpulan data analisis data dengan tahapan seperti pada (Gambar. IV.1): IV.2. Studi Literatur Merupakan tahapan dari pengumpulan berbagai literatur sebagai referensi yang berkaitan dengan penulisan skripsi antara lain; buku, jurnal, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. IV.3. Observasi Lapangan Observasi lapangan merupakan rangkaian kegiatan lapangan yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung dengan mengamati secara langsung aktifitas yang dilakukan pada lokasi penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. IV.4 Teknik Pengumpulan Data a.



Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dilapangan dari



hasil pengamatan dan wawancara, data primer ini berupa data : 1.



Pengambilan data tonase dan data waste hasil penambangan.



32



b.



Data Sekunder Data sekunder adalah yang tidak diperoleh langsung dilapangan tetapi



diperoleh berupa dokumentasi atau referensi yang tersedia di perusahaan ataupun instansi terkait, berupa : 1.



Peta geologi regional



2.



Peta topografi



3.



Data realisasi penambangan



IV.5 Analisis Data Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dimana analisis yang dimaksud ialah gravimetri dan volumetrik dalam suatu bahan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Adapaun data yang akan dianalisis diantaranya adalah: 1.



Analisis data hasil realisasi penambngan



2.



Analisis dilusi penambngan dari hasil perhitungan presentase dilusi



3.



Analisis beda kadar dan presentase perubahan kadar.



IV.6 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Adapun waktu dimulainya dan lamanya penilitian ini dilakukan selama satu bulan mulai dari tanggal 26 April – 26 Mei 2018.. Adapun jadwal kegiatan lapangan dapat dilihat seperti pada (Gambar IV.2).



33



IV.1 Bagan Alir Penelitian



JUDUL Studi Minimalisasai Terjadinya Dilusi Pada Pada Kegiatan Penambangan Di PT. Adhita Nikel Indonesia Kec. Kota Maba



Kab. Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara



Studi Literatur



Observasi Lapangan Data Sekunder



Data Primer 1. Tonase Ore dan



Pengumpuna Data



1. Geologi 2. Topografi



Tonase Waste



3. Data Realisasi



2. Faktor-faktor yang



Penambngan



mengakibat terjadinya dilusi Hasil dan Pembahasan



Analisis Data KUANTITATIF 1. Dilusi Penambangan 2. Beda Kadar 3. Presentasi Perubahan Kadar



Kesimpulan



Gambar IV.1 Bagan Alir Penelitian 34



Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Lapangan



No



Kegiatan



1



Studi Literatur



2



Pengusulan Proposal



3



Tiba Di Lokasi



4



Observasi Lapangan



5



Pengambilan Data



6



Pengolahan Data



7



Penyusunan Laporan



8



Persiapan Kembali



9



Konsultasi Laporan



10



Seminar Hasil Penelitian



Maret III



IV



April I



II



35



III



Mei IV



I



II



III IV



Juni I



II



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Profil Nikel Laterit Daeah Penelitian PT. Adhita Nikel Indonesia melakukan kegiatan penambangan nikel laterit pada Site Soagimalaha-Tewil. Dimana lokasi penelitian berada pada Block 3 Front tanah merah. Profil endapan nikel laterit yang berada pada lokasi penelitian terdiri dari beberapa lapisan atau zona dari pada material seperti lapisan tanah penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan yang terakhir adalah batuan asal yang berbentuk stupa. Adapun klasifikasi kadar berdasarkan batas kadar penambangan yang direncanakan oleh PT. Adhita nIkel Indonesia yaitu : V.1.1. Lapisan Tanah Penutup Lapisan tanah penutup yang berada pada lokasi penelitian tidak dipindahkan



dari



lokasi



penambangan



untuk



ditampung



pada



tempat



penampungan material buangan melainkan telah dibolak balik sesuai dengan kebutuhan pada saat akan dilakukan penggalian biji (Ore Geeting).



Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.1 Lapisan Tanah Penutup Yang Telah Dibolak Balik



36



V.1.2. Lapisan Limonit Pada lapisan ini hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi oleh air meteorik, hasil pelapukan lanjut ini memliki komposisi oksida besi yang tinggi diatas 25%, dilihat dari kenampakan warna mineral dilapangan, hematite, magnesit dan geotit hadir pada zona ini. Pada lokasi penelitian lapisan ini penyebaranya berupa kantung – kantung atau lebih dikenal dengan spot limonit, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan, lunak dan bersifat lempungan (Clay), kadar limonit di lokasi penelitian dengan kadar Ni adalah < 2% dengan kadar Fe > 25 %, ketebalan lapisan ini bervariarisi dari 1- 3 meter .



Zona Limonit Zona Saprolit



Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.2. Spot Limonit dalam Zona Saprolit V.1.3. Zona Saprolite Zona ini merupakan zona pengkayaan nikel, komposisinya terdiri dari oksida besi, serpentin, silica, dan sisa batuan asal yang kaya akan mineral olivine



37



dan piroksen yang mengalami pelapukan dan serpentinisasi, kekerasan lunak hingga keras (Soft Saprolite – Hard Saprolite). Kadar nikel pada zona ini berkisar 1.8 – >3 % dan Fe < 25%. Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi tergantung dengan beberapa faktor antara lain topografi, kedalaman muka air tanah, perubahan muka air tanah pada saat pelapukan, iklim, struktur geologi (rekahan dan patahan) serta komposisi batuan dasar, di lokasi penelitian sendiri ketebalan zona ini bisa mencapai lebih dari 20 meter dengan kadar Ni lebih dari 3%.



Sumber: Dokumentasi Lapanga, Mei 2018 Gambar. V.3. Zona Kontak hard Saprolit dan Soft saprolit



38



V.1.4



Batuan Dasar Batuan Dasar lokasi penelitian dilihat secara megaskopis tergolong



kedalam batuan ultrabasa dunit, berwarna abu-abu hitam kehijauan, tekstur afanitik, struktur joint, dengan susunan mineral dominan olivine.



Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.4. Batuan Dasar Berbentuk Dunit. V.2. Faktor-faktor Terjadinya Dilusi Faktor yang sangat besar terjadinya dilusi terletak pada lokasi penambanga dalam hal ini front penambangan. Hal tersebut dikarena metode penambangan yang diterapkan pada PT. Adhita nikel indonesia melakukan penambangan yang tidak memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan. V.2.1 Dilusi Internal Berdasarkan profil laterit pada daerah penelitian yang sangat tidak homogen mengakibatkan terjadinya dilusi yang sangat tinggi dikarenanakan spot



39



materia yang dikategorikan sebagai waste volumenya lebih besar dibandingkan dengan material ore yang berada pada daerah penelitian. Sehingga ketika dilakukan metode penambangan dengan menggunakan selective mining masih tetap terjadi kontaminasi material waste kedalam material ore yang kemudian dapat menurunkan kadar. V.2.1.1. Dilusi Pada front Penambangan Dilusi pada kegiatan penambangan yang ada pada front penambangan, diakibatkan oleh tercampurnya material burend rock yang berasal dari material tanah penutup yang tidak dipindahkan dari lokasi front penambangan, setelah dilakukan pembersihan lahan pada tahapan persiapan penambangan. Hal ini mengindikasikan terjadinya dilusi dikarenakan posisi material burend rock lebih tinggi dibandingkan dengan posisi ore. Dengan kondisi material tanah penutup yang telah diboka balik. Metode yang harus dilakukan adalah memindahkan terlebih dahulu material tanah penutup pada lokasi yang telah disiapkan sebagai tempat penampungan material tanah penutup. Hal tersebut dapat dilihat Seperti pada Gambar. V.5. V.3. Dilusi Eksternal V.3.1. Penumpukan Ore Pada Front Proses penumpukan ore yang telah dilakukan setelah selective mining, pada lokasi front penambangan, dapat mengakibatkan terjadiya dilusi. Hal tersebut dikarenakan material burend rokc yang ada pada lokasi penambangan tercampur dengan material ore yang telah ditumpuk karena jarak antra material ore yang ada pada tumpukan tidak memiliki batas yang jelas sehingga material



40



burend rock tercampur dengan material ore. Untuk menghindari terjadinya dilusi pada kondisi ini, maka terlebih dahulu material burend rock atau material tanah penutup harus dipindahkan ke tempat yang telah di sediakan.. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada Gambar. V.6



Sumber : Dokumentasi Lapangangan Mei, 2018 Gambar. V.5. Dilusi Internal pada Lokasi Penelitian



Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.6. Penumpukan Material Ore Pada Front



41



V.3.2.



Proses Selective Mining (Ore Getting) Pada kegiatan selective mining (Ore Geeting) yang dilakukan, exavator



yang digunakan adalah exavator yang sama yang telah digunakan dalam proses pemindahan material tanah penutup maupun material waste . hal tersebut memberikan dampak yang dapat mengakibatkan terjadinya dilusi akibat dari kegiatan yang dilakukan. Untuk meminimalisir terjadinya dilusi maka pemindahan tanah penutup harus dilakukan menggunakan dozer agar lokasi yang akan dilakukan selektif mining terlebih dahulu telah material burend rock yang dapat terkontaminasi dengan material ore yang akan di gali karena materila burend rock atau material waste yang melekat pada bucket exavator.. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada gambar. V.7



Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.7. Proses Ore Geeting



42



V.3.3. Proses Loading Ore Proses Loading ore untuk diangkut menuju ke stockyard dilakukan setelah material ditumpuk berdasarkan hasil selective mining pada lokasi front. Indikasi terjadinya dilusi sangat kecil sebab material yang dimuat menggunakan metode buttom loading apabila dianalisis berdasarkan metoe loading ore yang digunakan. Sebab alat muat (Exavator) tidak menjadikan material ore sebagai tumpuan untuk melakukan loading ore V.3.4. Dilusi Pada Stockyard Stockyard adalah lokasi penumpukan ore yang telah siap untuk dikapalkan berdasrkan range kadar yang telah diketahui dari hasil analisa sampel pada laboratorium, yang diambil pada front penambangan dengan menggunakan metode grap sampling. Berdasarkan kondisi dari lokasi stockyard dan pola perawatan biji yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya dilusi akibat material yang bukan ore tercampur dengan materian ore yang didumping pada lokasi penumpukan. Karena material yang bukan ore tidak terlbih dahulu dilakuan penanganan, sehingga material yang bukan ore terakumulas dengan material ore yang akan di tumpuk.



43



Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar : V.8. Tumpukan Ore Pada Stockyard V.4. Pengolahan Data Realiasasi Produksi Data realisasi Produksi adalah data hasil penambangan dalam interval waktu satu bulan yang dijabarkan berdasarkan hasil produksi perminggu. Dimana data realisasi produksi ini menjabarkan secara menyeluruh hasil dari kegiatan penambangan yang dilakukan dengan menampilkan data kadar rata-rata dan total tonase yang terealisasi. Adapun data kadar dan data tonase yang ada dijabarkan berdasarkan kualifikasi tipe material baik saprolit, limonit, maupun waste. Dimana data kadar dan data tonase seperti pada Tabel V.1 V.5. Perhitungan Dilusi Penambangan Dilusi adalah hasil pencampuran dari material lain bukan biji (Waste) ke dalam material biji dalam rangka kegiatan pertambangan yang akan menaikan Tonase dan menurunkan secara relatif rata-rata kadar. Adapun untuk mengetahui seberapa besar dilusi yang terjadi maka dilakukan perhitungan dilusi



44



menggunakan data realisasi produksi yang didapatkan berdasarkan hasil penambangan. Seperti pada tabel V.1 Realisasi produksi adalah data yang menyabarkan tentang hasil kegiatan penambangan yang dilakukan dalam range waktu selama satu bulan. Adapun data realisasi yang digunakan adalah data yang telah diolah untuk mendapatkan total tonase dan kadar-rata yang diperoleh dari hasil penambangan. Pada penelitian ini penulis menganalisa diusi yang terjadi berdasarkan data realisasi yang di dapatkan dalam oprasi produksi denga range waktu selama satu minggu untuk satu kali analisa dalam perhitungan dilusi yang terjadi pada kegiatan penabangan . Adapun untuk menghitung seberapa besar peresentase dilusi yangterjadi pada kegiatan penambangan digunakan persamaan berikut: (



........................................(V.1)



)



Dari hasil perhitungan dilusi dengan menggunakan persamaan di atas maka dilusi yang terjadi pada proses penambangan yaitu sebesar. V.6.



Perhitungan Kadar Rata-Rata Perhitungan kadar rata-rata merupakan perhitungan kadar secara relatif



kadar hasil realisasi produksi berdasarkan hasil penambangan. Yang kemudian dirata-ratakan berdasarkan data kadar front dan data Kadar stockyard dalam jangka waktu kerja satu bulan. Adapun kadar rata-rata dihitung menggunakan persamaan V.2 :







(



)



(



)



(



)



45



(



)



(



)



Dimana :







= Kadar Rata-Rata



k



= Kadar



t



= Tonase



Sehingga hasil yang di dapatkan berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas dihitung berdasr type material dimana material HGSO, MGSO, dan LGSO yaitu : Ni = 1,77, Fe = 15,62. Sedangkan kadar rata-rata semua type material adalah :Ni = 1,72 dan Fe = 15,94. Tabel. V.1 Data Realisasi Produksi HGSO Tonase Ni 2244 2,02 2594 2,08 3056 1,94 430 1,97 4586 2,00 3636 1,88 429 1,80 1260 1,80 1340 1,83



19575



Fe 16,07 16,84 17,00 14,50 17,64 16,70 15,47 14,68 17,06



1,92 16,22



MGSO Tonase Ni 3693 1,75 1210 1,74 285 1,71 2796 1,79 2142 1,79 2280 1,74 649 1,79



Fe 14,03 15,07 17,85 16,61 16,79 14,50 16,91



13055



15,97



1,76



Sumber : Pengolahan data Lapangan, Mei, 2018



46



LGSO Tonase Ni 2928 1,66 2364 1,60 1948 1,68 418 1,63



7658



WASTE Fe Tonase Ni Fe 14,18 3680 1,58 14,08 13,71 3288 1,58 14,96 14,30 738 1,47 9,64 16,47



1,64 14,67



7706



1,54



12,89



Tabel. V.2. Hasil Perhitungan Dilusi Penambangan TONASE ORE



TONASE WASTE



DILUSI (%)



40288



7706



16,06



Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei 2018 V.7. Pengambilan Sampel Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap awal dari suatu analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja tetapi representatif. Pengambilan contoh merupakan pekerjaan pengambilan sebagian kecil dari material, sedemikian rupa sehingga contoh mewakili sifat seluruh material tersebut. Pengambilan contoh yang dilakukan pada lokasi penelitian menggunakan metode pengambilan Grap Sampling dengan dimensi yang sedikit pada beberapa tempat yang berbeda untuk pengambilan satu contoh dalam satukai pengambilan contoh. V.7.1. Sampel Front Pengambian sampel pada front dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan grap sampling, dimana sampel yang diambil adalah pada tumpukan material yang telah dilakukan penumpukan dengan menggunakan exavator. Dalam satu increamen diambil pada tumpukan material dengan volume tumpukan sebanyak 12 bucket exavator. Pengambilan sampel untuk satu increament dilakukan secara terpisah untuk memenuhi satu increament. Dengan berat sampel ± 18Kg.



47



V.7.2. Sampel Stockyard Pengambilan sampel selanjutnya yang dilakukan pada lokasi stockyard dengan metode pengambilan yang sama dengan metode pengambilan sampel pada front, namun pada lokasi stockyard sampel yang diambil untuk satu increament ditentukan berdasarkan hasil dumping ore. Untuk satu increament diambil berdasarkan satu kali dumping ore. Dengan berat sampel ± 18 Kg.



Sumber : Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.9. Pengambilang Sampel Pada Front (Grap sampling)



Sumber: Dokumentasi Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.10. Pengambilan Sampel Pada Stockyard (Grap Sampling)



48



V.8. Perhitungan beda kadar Nilai beda kadar diperoleh dari mengurangkan data eksplorasi dengan data realisasi produksi yang dihasilkan dari analisis laboratorium. Nilai beda kadar digunakan untuk menganalisis besarnya perbedaan kadar relatif tiap parameter antara hasil eksplorasi dan realisasi produksinya. Nilai beda kadar diperoleh dengan membandingkan kadar eksplorasi dan produksi dari tiap titik bor. Parameter unsur atau senyawa yang dibandingkan dan kemudian dihitung beda nilainya adalah kadar Ni, Fe,. Nilai beda kadar dihitung berdasarkan persamaan Berikut : Beda kadar = Kadar Front – Kadar Kadar Stockyard ........................... (V.2) Selisih (+)



kadar front > dari kadar stockyard



Selisih (-)



kadar front < dari kadar stockyard



Selisih (+) Menyatakan bahwa kadar rata-rata hasil front lebih besar dari kadar rata-rata hasil Stockyard, sedangkan selisih (-) menyatakan bahwa kadar hasil eksplorasi lebih kecil dari kadar rata-rata hasil penambangan. Pada perhitungan beda kadar dalam penelitian ini penulis menggunakan beda kadar hasil analisa kadar pada front penambangan dengan analisa kadar pada stockyard. Hal ini dikarenakan pada perusahan tempat dilakukannya penelitian tidak ada data kemajuan tambang berdasarkah data eksplorasi. V.9. Perhitungan Presentase Kadar Selain menghitung perbedaan kadar dengan menggunakan persamaan kadar rata-rata front dikurangi kadar rata-rata stockyard, perbedaan kadar juga dapat dihitung menggunkana presentase perbedaan kadar. Persamaan yang digunaka



49



dalam perhitungan presentase perbedaan kadar yaitu pada persamaan V.3. Dimana presentase perbedaan kadar yang dihitung adalah perbedaan kadar Ni dan Fe. Q=



q1  q 2



x 100 %............................................................(V.3)



q1



Tabel. V.3. Hasil Perhitungan Beda Kadar Rata-Rata Kadar



Front



Stockyard



Ni Fe



1,81 15,92



1,72 15.94



Beda Kadar 0,09 -0,02



Keterangan Front > Stockyard Front < Stockyard



Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan, Mei 2018 Tabel. V.4. Hasil Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Rata-Rata Jenis Unsur



Kadar Rata-rata Unsur Front



Stockyard



Perbedaan Kadar (%)



Ni



1,81



1,72



4,97



Fe



15,92



15,94



-0,12



Sumber : Hasil Analisa Data Lapangan, Mei 2018 Dari hasil perhitungan beda kadar dan presentase beda kadar seperti yang di jabarkan pada tabel V.3 dan V.4 diatas, maka dapat didefenisikan bahwa perbandingan kadar antara hasil analisa sampel pada front dan stockyard diakibatkan oleh terjadinya dilusi pada saat kegiatan penambangan. Dimana dilusi yang terjadi sebesar 16,06 berdampak pada perubahan kadar berdasarkan hasil perhitungan beda kadar tersebut. V.10. Deskripsi Grafik Perbandingan Kadar Deskripsi perbandingan kadar secara garavimetri bertujuan untuk mendeskripsikan secara garafik range kadar terendah antara kadar hasil analisa



50



sampel pada front dan kadar hasil analisa sampel pada stockyard dan juga range kadar tertinggi hasil analisa sampel pada front dan analisa sampel pada stockyar sesuai dengan jumlah data. Sehingga perbandingan kadar terendah dan tertinggi dapat di lihat secara analisa gravimetri baik kadar Ni secara relatif maupun kadar Fe secara relatif. V.10.1 Grafik Perbandingan Kadar Ni Front dan Stockyard Berdasarkan hasil analisis data menggunakan gravimetri perbandingan kadar Ni antara kadar hasil analisa sampel hasil penumpukan pada front dan pada stockyard grafik kadar terendah setalah analisis kadar pada front adalah 1,51% sedangkan garfik kadar terendah pada stockyar yaitu 1,37%, sedangakan garafik kadar tertinggi pada front yaitu 2,08% dan grafik kadar tertinggi pada stockyar yaitu 2,22%. Adapun garafik perbandingan kadar dapat dilihat seperti pada gambar grafik V.11



Grafik Perbadingan Kadar Ni 2,5



% Ni



2 1,5 1 Ni Front 0,5 Ni Stockyard 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223 Sebaran Data



Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.11. Grafik Perbandingan Kadar Ni Front dan Ni Stockyard



51



V.10.1.2. Grafik Perbandingan Kadar Fe Front dan Fe Stockyard Hasil Analisa perbandingan kadar Fe pada front dan sotckyard secara gravimetri menunjukan bahwa grafik kadar terendaha pada front yaitu 9,64 sedangkan pada stockyard yaitu 10,03 dengan grafik kadar Fe tertinggi pada front yaitu 17,85 sedangkan pada stockyar yaitu 18,05. Adapun garafik perbandingan kadar dapat dilihat seperti pada gambar grafik V.12



% Fe



Grafik Perbandingan Kadar Fe 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0



Fe Front Fe Stockyard 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223 Sebaran Data



Sumber : Pengolahan Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.12. Garafik Perbandingan Kadar Fe Pada Front Dan Stockyard V.11. Deskripsi Statistik Dan Histogaram Data Kadar Ni Dan Fe Statistik



bertujuan



untuk



mengetahui



parameter-parameter



atau



karakteristik populasi endapan dari sampel yang diambil sedangkan Histogram adalah grafik yang menampilkan frekuensi variabel dalam interval nilai tertentu. (Diktat, TE, 3231. Metode Perhitungan Cadangan).



52



V.11.1. Deskripsi Statistik Dan Histogram Kadar Ni Pada Front Hasil analisa data menggunakan statistik dan histogram secara keseluruhan untuk kadar Ni pada front diketahui bahwa jumlah data Count yaitu sebanyak 23, Mean 1.78, dengan data Minimum 1,47 dan data Maximum 2,08, sedangkan Standar Deviation 0,16 dan Sample Variance yaitu 0,02. Adapun data penjabaran secara statistik dapat dilihat pada tabel V.4 dan histogram dapat dilihat pada gambar grafiik V.13.



Histogram Data Ni % dari Sampel Front Frequency



8 Frequency



6 4 2



More



1,93



1,78



1,62



1,47



0 % Ni Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar V.13. Grafik Histogram Data % Ni pada Front Tabel. V.5. Deskripsi statistik % Ni pada Front Statistik Data Ni % Front Count Mean Standard Deviation Sample Variance Minimum Maximum



23 1,78 0,16 0,02 1,47 2,08



Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 53



V.11.2. Deskripsi Staristik dan histogram % Ni pada Stockyard Hasil analisis data mengunakan statistik dan histogram secara keseluruhan dari data kadar Ni pada stockyard menunjukan jumlah Count sebanyak 23, Mean 1,76, dengan data minimum yaitu 1,37 dan data maximum yaitu 2,22 sedangankan untuk standard deviation 0,25 dengan sample variance 0,06. Adapun data penyebaran secara statistik dapat dilihata pada tabel V.5 dan data secara histogram dapat dilihan pada gambar grafik V.5. Histogram Data Ni % Stockyard 6



Frequency



4



More



2,01



1,80



0



1,58



2



1,37



Frequency



8



Ni % Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar V.14. Grafik Histogram Data % Ni pada stockyard Tabel.V.6. Deskripsi Statistik % Ni Pada Stokyard Statistik Data Ni Stockyard 23 1,76 0,25 0,06 1,37 2,22



Count Mean Standard Deviation Sample Variance Minimum Maximum



Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018



54



V.11.3. Deskripsi Statistik dan Histogram Kadar Fe Pada Front Hasil analisis data mengunakan statistik dan histogram dari data % Fe pada front menunjukan bahwa jumlah count yaitu 23 dengan data mean yaitu 15,53, minimum yaitu 9,64 sedangkan data maximum yaitu 17,85 untuk standard deviation 1,82 dengan sample variance yaitu 3,31. Adapun deskripsi data secara statistik dapat diliahat pada tabel V.7 dan deskripsi histogram dapat dilihat pada gambar V.15.



14 12 10 8 6 4 2 0 More



15,80



13,75



11,69



Frequency



9,64



Frequency



Histogram Data Fe % Front



Fe % Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.15. Histogram Data % Fe Pada Front Tabel. V.7. deskripsi Statistik data % Fe Pada Front Statistik Data Fe % Front Count Mean Standard Deviation Sample Variance Minimum Maximum



23 15,53 1,82 3,31 9,64 17,85



Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018



55



V.11.4 Deskripsi Statistik dan Histogram Data % Fe Pada Stockyard Hasil analisa secara statistik dan histogram menunjukan bahwa Count data yaitu 23, dengan Mean 13,74 untuk Standard Deviation 1,63 dan Sample Variance yaitu 2,65 dengan Minimum data 10,03 dan Maximum data yaitu 18,05. Adapun deskripsi statistik dapat dilihat pada tabel V.8 sedangkan Deskripsi historgam dapat dilihat pada gambar V.16.



More



16,05



14,04



12,04



Frequency 10,03



Frequency



Histogram Data Fe % Stockyard 12 10 8 6 4 2 0



Fe % Sumber : Penglahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.16. Deskripsi Histogram Data % Fe Stockyard Tabel V.8. Deskripsi Data % Fe Pada Stockyard Statistik Data Fe % Stockyard Count Mean Standard Deviation Sample Variance Minimum Maximum



23 13,74 1,63 2,65 10,03 18,05



Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018



56



V.12. Analisis Scatter Plot Kadar Ni dan Fe pada Front dan Stockyard V.12.1 Analisis Scatter Plot Kadar Ni Pada Front dan Stockyard. Berdasarkan hasil analisa menggunakan scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Ni pada front dan stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,90. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar antar kadar front dan kadar stockyard. Adapun grafik scatter plot data Ni dapat dilihat seperti pada gambar V.17.



Diagram Pencar 2,5



Ni Stock Yard



2



1,5



1



0,5



R = 0,90 Ni Front dan Ni Stockyard



0 0



0,5



1



1,5



2



2,5



Ni Front Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar V.17. Analisis Scatter Plot Data Ni Pada Front dan Stockyard



57



V.12.2. Analisis Scatter Plot kadar Fe pada Front Dan Stockyard Berdasarkan hasil analisa menggunakan scatter plot, dapat dilihat bahwa nilai kadar Fe pada Front dan Stockyard tidak memiliki korelasi yang erat hal tersebut dinyatakan dengan nilai R= 0,81. Dimana apabila nilai R= 0 maka tidak terdapat korelasi antara variabel x dan variabel y. Dan dapat didefenisikan bahwa adanya dilusi pada saat kegiatan penambangan mengakibatkan terjadinya perbedaan kadar antar kadar Front dan kadar Stockyard. Adapun grafik scatter plot Fe dapat dilihat seperti pada gambar V.18.



DIAGRAM PENCAR 20,00 18,00



Fe Stockyar



16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00



R = 0,81 Fe Front dan Fe Stockyard



2,00 0,00 0



5



10



15



20



Fe Front Sumber : Pengolahan Data Lapangan, Mei 2018 Gambar. V.18. Grafik Scatter Plot Fe Front dan Stockyard



58



BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Dalam penelitian yang dilakukan pada PT. Adhita Nikel Indonesia dengan studi minimalisasi terjadinya dilusi pada kegiatan penambangan, hasil analisa menunjukan bahwa dilusi yang terjadi pada kegiatan penambangan yaitu sebesar 16,06 % dengan beda adalah : 0,09 dan presentase perbedaan kadar adalah : 4,97 %. VI.2. Saran Adapun untuk meminimalisir terjadinya dilusi pada kegiatan penambangan perlu dilakukan beberapa metode sehingga presentase dilusi dapat dikurangi. (1) Seharusnya pada kegiatan persiapan penambangan material OB sudah seharus dipindahkan pada satu lokasi yang sebagai inpitdump sehingga material OB yang ada tidak terkontaminasi dengan material ore yang akan di tambang. (2) Penumpukan ore sertelah dilakukan selective mining seharusnya ditumpuk pada tempat penumpukan sementara (transit ore) yang telah disediakan agar pada saat dilalulkan penambangan material yang bukan ore tidak terkontaminasi dengan material ore yang telah ditumpuk. (3) Lokasi penumpukan ore pada stockyar harus ditata dengan baik agar material buren rock yang dapat lokasi Stockyard tidak terkontaminasi dengan material ore pada saat dilakukan penumpukan marterial ore pada stockyard setelah dilakukan dumping ore yang diangku dari front.



59



DAFTAR PUSTAKA Alam, Arfandi Iskandar, 2007 : Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari Kegiatan Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan. (PT.Gane Permai Sentosa) Balfas, Muhammad Dahlan, 2014: Geologi Untuk Pertambangan Umum. Ebrahimi, Anoush, 2013 : Pentingnya Cairan Faktor Untuk Buka Pit Mining Projects Kisman dan Ernomo, 2007 : Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten Halmahera Timur dan Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara. Masinai, Muhammad Altin, 2015 : Geomorfologi Tektonik Notosiswoyo, Sudartao, 2005: Diktat Metode Perhitungan Cadangan, Institut Teknologi Bandung. Soyer, Nihat, 2006: An Approach On Dilution And Ore Recovery/ Loss Calculations In Mineral Reserve Estimations At The Cayeli Mine, Turkey,



Soda, Egenius, 2107. Majalah Tambanga Online. Sundari, Woro, 2012: Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi Cadangan Dan Perancangan Pit Pada Pt. Timah Eksplomin Di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Supardi, 2003: Kajian Teknis Pemanfatan lahan kawasan Bekas tambang. PT.adhita Nikel Indonesia. Zulkifli, Arif, 2014: Pengolahan Tambang Berkelanjutan Henning G. John, 2007. Mine Planning for Ore Dilution, Goldcorp Canada Ltd., Porcupine Joint Venture 60



Lampiran I Data Realisasi Produksi NO



KODE TUMPUKAN



KADAR STOCKYARD Ni Fe 1,51 12,00 1,37 11,42 1,81 13,69 2,22 12,37 1,37 12,50 1,55 13,15 1,85 15,72 1,83 14,30 1,63 13,86 1,97 15,04 2,18 14,42 1,82 14,04 2,17 14,30 1,73 14,50 1,56 12,17 1,64 14,02 1,73 13,67 2,03 14,06 1,72 13,06 1,95 18,05 1,83 15,48 1,49 14,24 1,47 10,03



KADAR FRONT Ni 1,66 1,58 1,75 2,02 1,58 1,60 1,83 1,74 1,79 2,00 2,08 1,88 1,94 1,79 1,68 1,74 1,80 1,97 1,79 1,71 1,80 1,63 1,47



1 D0ME 63 2 DOME 64 3 DOME 65 4 DOME 66 5 DOME 67 6 DOME 68 7 DOME 69 8 DOME 70 9 DOME 71 10 DOME 72 11 DOME 73 12 DOME 74 13 DOME 75 14 DOME 76 15 DOME 77 16 DOME 78 17 DOME 79 18 DOME 80 19 DOME 81 20 DOME 82 21 DOME 83 22 DOME 84 23 DOME 85 Total Tonase Ore Total Tonase Waste Total Tonase Ore + Waste



Fe 14,18 14,08 14,03 16,07 14,96 13,71 17,06 15,07 16,84 17,64 16,85 16,78 17,00 16,39 14,30 16,78 15,47 14,50 14,68 17,85 16,91 16,47 9,64



61



ix



TONASE 2928 3680 3693 2244 3288 2364 1340 1210 2142 4586 2594 3636 3056 2796 1948 2280 1260 430 649 285 429 418 737 40288 7706 47994



Lampiran II 1.



Perhitungan Dilusi Penambangan TONASE ORE 40288



TONASE WASTE 7706



( (



(



2.



) )



)



Perhitungan Beda Kadar Ni dan Fe Beda kadar = Kadar Eksplorasi – Kadar Produksi Selisih (+)



kadar eksplorasi > dari kadar produksi



Selisih (-)



kadar eksplorasi < dari kadar produksi



Ni : 1,81 -1,72 = 0,09 artinya kadar rata-rata front lebih besar dari kadar rata-rata Stockyard Fe : 15,92 – 15,94 = -0,02 Artinya kadar rata-rata Front lebih kecil dari kadar rata-rata Stockyard 3. Perhitungan Presentase Perbedaan Kadar Ni dan Fe Kadar



Front



Stockyard



Ni Fe



1,81 15,92



1,72 15.94



62



x



Ket:



Q = Presentase Perbedaan kadar q1 = Kadar Eksplorasi q2 = Kadar produksi



Kadar Ni



:



Kadar Fe :



%



Q = - 0,12



63



xi



Lampiran III  Dokumentasi lapanagn Faktor-Faktor Terjadinya Dilusi 1.



Dilusi Internal Pada Front Penambangan



Spot Limonit pada Zona Saprolit (1)



(3)



(2)



2.



Dilusi Eksternal Pada Front Penambangan (Human Eror)



Perlipatan OB



Pengupasan OB



Ore Geeting



64



xii



Penupukan Ore



3.



Analisis Dilusi Pada Stockyard



Kondisi Stocyard Ketika Hujan



Dumping Ore Pada Stockyard



Penumpukan Ore



65



xiii