Skripsi Jelita Luciana Panjaitan PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN



Oleh : JELITA JULIANA PANJAITAN 190204072



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2021



SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN



Skripsi ini diaujukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia



Oleh : JELITA JULIANA PANJAITAN 190204072



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2021



PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah dibimbing dan diperiksa oleh kedua pembimbing dan layak untuk dipresentasikan di dalam seminar proposal



Medan, 25 Januari 2021



Pembimbing I



(Ns. Marthalena Simamora, M.Kep)



Disetujui Oleh Program Studi Ners Fakultas Farmasi & Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Ketua



(Ns. Rinco Siregar, S. Kep, MNS)



PERNYATAAN



HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.



Medan, Januari 2021 Peneliti



(Jelita Juliana Panjaitan)



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul : “ Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan”. Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2019.



Dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu : 1. Parlindungan Purba, S.H. MM, selaku Pembina Yayasan Sari Mutiara Medan 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Medan 3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan sekaligus Dosen Penguji I yang bersedia meluangkan waktu serta pikiran untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis untuk kelengkapan proposal ini. 5. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang bersedia meluangkan waktu serta fikiran untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam penyelesaian proposal ini 6. Ns. Ranikawati Damanik, M. Kep selaku Dosen Penguji II yang bersedia meluangkan waktu serta fikiran untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini 7. Para dosen dan staf Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan



8. Terkhusus untuk kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik secara material, doa dan semangat 9. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung



Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.



Medan, Januari 2020 Peneliti



(Jelita Juliana Panjaitan)



DAFTAR ISI



Halaman PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. DAFTAR SKEMA ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB 1



BAB 2



BAB 3



i v vii ix x xi



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan Peneltian ......................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 1.4.1 Bagi Ibu ............................................................................. 1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................. 1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan ..................................................... 1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan ...................................................



1 4 4 4 5 5 5 5 5 5



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Stunting .......................................................................... 2.1.1 Defenisi Stunting ............................................................... 2.1.2 Penyebab Stunting ............................................................. 2.1.3 Dampak Stunting ............................................................... 2.1.4 Pencegahan Stunting ......................................................... 2.1.5 Penilaian Stunting ............................................................. 2.3. Kerangka Teori ........................................................................... 2.4. Hipotesa ......................................................................................



6 6 7 9 10 11 30 30



METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ........................................................................ 3.2. Populasi dan Sampel ................................................................... 3.2.1 Populasi ............................................................................. 3.2.2 Sampel ............................................................................... 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.3.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 3.3.2 Waktu Penelitian ............................................................... 3.4. Defenisi Operasional .................................................................. 3.5. Aspek Pengukuran ...................................................................... 3.5.1 Pemberian Asi Ekslusif ....................................................



31 31 31 31 32 32 32 33 33 33



3.5.2 Alat Ukur Stunting ............................................................ 3.6. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 3.6.1 Alat atau Instrumen ........................................................... 3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 3.7. Etika Penelitian ........................................................................... 3.8. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 3.9. Analisa Data ...............................................................................



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



33 34 34 34 35 36 37



DAFTAR TABEL



Halaman Tabel 2.1 Indeks Antropometri...................................................................



13



Tabel 3.1 Defenisi Opersional penelitian ...................................................



33



DAFTAR SKEMA Halaman Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .........................................................



30



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1



Surat Izin Survei Awal Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia



Lampiran 2



Surat Balasan Izin Melakukan Survey Awal Dari Puskesmas Paranginan



Lampiran 3



Lembar persetujuan Responden



Lampiran 4



Kuesioner Penelitian



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Stunting merupakan ukuran adanya kekurangan gizi yang kronis dinyatakan dalam panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U). Stunting pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) bersifat irreversible dan berkaitan erat dengan kegagalan fungsional yang berdampak pada angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak, mengingkatnya kerentanan terhadap penyakit serta terganggunya perkembangan kognitif dan psikomotor. Dampak jangka panjang yang dapat timbul akibat stunting adalah berkurangnya prestasi belajar dan kapasitas kerja serta menimbulkan kerugian yang tinggi (De Onis & Branca, 2016)



Stunting masih menjadi masalah yang signifikan untuk sebagian besar negara di dunia, data World Health Organization (WHO) menyebutkan jika pada tahun 2017 yaitu 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita yang mengalami stunting. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia sebanyak 55% sedangkan lebih dari sepertiganya sebanyak 39% tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak yaitu berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%), (Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan , 2013).



Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 baduta dengan status gizi sangat pendek dan pendek di Indonesia masih sangat tinggi meskipun kecenderungannya menurun dari tahun 2013 sebesar 29,9% menjadi 28% pada tahun 2018 (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Di Tolikara, prevalensi stunting pada tahun 2017 sebesar 41,0% dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti underweight (20,1%), wasting (10,9%) dan overweight (12,2%), sehingga stunting masih menjadi masalah gizi utama di masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di Sumatera Utara diperoleh bahwa prevalensi kependekan



secara provinsi tahun 2017 adalah 28,4% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 4% dari keadaan tahun 2016 (24,4%), (Pemantauan Status Gizi, 2017). Melihat angka prevalensi stunting yang sangat tinggi, stunting menjadi salah satu program prioritas utama pemerintah di bidang pembangunan kesehatan periode 2019-2024.



Tingginya prevalensi stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut World Health Organization (WHO, 2014) penyebab stunting pada anak diantaranya status gizi ibu, pemberian ASI eksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan).



Ibu memegang peran penting 2 dalam mengatasi permasalahan gizi (Anindita, 2012). Karakteristik ibu atau keadaan ibu yang meliputi tinggi badan merupakan faktor genetika yang menyebabkan stunting. Orangtua yang memiliki tinggi badan yang pendek karena gen pembawa kromosom pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek tersebut terhadap anaknya. Hal ini dikarenakan adanya kondisi patologis yaitu defisiensi hormon pertumbuhan yang dimiliki oleh gen pembawa kromosom tersebut, apabila tidak didukung dengan asupan yang adekuat untuk menyokong pertumbuhan, pada generasi berikutnya akan berdampak terhadap kegagalan pertumbuhan atau stunting (Kuku dan Nuryanto, 2013).



Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tinggi badan ibu < 150 cm menjadi faktor resiko stunting anak usia 0-23 bulan dengan prevalensi anak balita stunting dari ibu yang memiliki tinggi badan 150 cm 34,8% dengan nilai p = 0,004 ( Nadiyah et al., 2014). Penelitian lain menunjukkan bahwa tinggi badan ibu berhubungan dengan kejadian stunting ditandai dengan nilai p< 0,05 dengan prevalensi 30,89% anak stunting memiliki ibu dengan tinggi



badan < 150 cm sedangkan ibu dengan tinggi badan > 150 cm memiliki prevalensi 13,61% anak stunting(Zottarelli et al., 2007). Menurut beberapa penelitan tersebut, dapat diasumsikan bahwa ibu yang memiliki tinggi badan < 150 cm mempunyai peluang lebih besar memiliki anak stunting daripada ibu dengan tinggi badan > 150 cm.



Keadaan ibu yang mempengaruhi kejadian stunting selain tinggi badan ibu adalah keadaan lingkar lengan atas ibu saat hamil. Lingkar lengan atas ibu yang terlalu kecil < 23,5 cm atau mengalami KEK selama masa 3 kehamilan akan mengakibatkan terjadinya stunting, hal ini disebabkan ibu yang mengalami KEK pada masa kehamilan memiliki asupan makanan yang tidak seimbang dan tidak adekuat, sehingga akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah tersebut mengakibatkan bayi mudah terserang penyakit infeksi sehingga pertumbuhan balita tersebut terhambat yang mengakibatkan terjadinya stunting (Nasikhah, 2012; Nadiyah et al., 2014). Penelitian di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dengan kejadian stunting usia 6-24 bulan dengan nilai p=0,042 ; OR= 1,74 (95%CI ;1,01-2,977) dan menunjukkan bahwa Kekurangan Energi Kronis meningkatkan faktor resiko kejadian stunting (Sartono, 2013).



Selain itu karakteristik ibu yang perlu untuk dipertimbangkan adalah usia ibu. Kondisi usia ibu terlalu muda atau terlalu tua pada saat hamil dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak, hal ini dikarenakan pengaruh faktor psikologis pada seorang ibu. Ibu yang memiliki usia terlalu muda biasanya belum siap dan tidak tahu bagaimana menjaga dan merawat anak, sedangkan untuk ibu yang berusia terlalu tua biasanya semangat dan staminanya dalam menjaga dan merawat kehamilan maupun anak sudah menurun (Candra, 2010). Selain itu, usia juga berpengaruh dalam kondisi fisiologi dan patologis seseorang, pada saat usia ibu hamil terlalu tua akan



terjadi penurunan daya se rap zat gizi sehingga akan mengakibatkan intake makanan yang tidak seimbang dan dapat mengakibatkan malabsorbi yang bisa mempengaruhi produksi ASI. Berkurangnya produksi ASI pada seorang ibu berdampak pada kurangnya pemenuhan gizi atau asupan anak, yang dapat mengakibatkan mudah terserangnya penyakit infeksi bakteri sehingga menyebabkan pertumbuhan anak terhambat dan berakibat terjadinya stunting (Aritonang, 2011).



Penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi stunting pada kelompok ibu yang melahirkan dengan usia < 19 tahun sebesar 19,53%, usia 19-24 tahun sebesar 18,96, usia 25-34 tahun sebesar 17,74% dan usia > 35 tahun sebanyak 21,35%. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa usia 25-34 tahun pada ibu merupakan usia yang paling baik untuk mengurangi prevalensi balita stunting. Hal ini menandakan bahwa usia saat melahirkan maupun usia saat mempunyai anak berhubungan dengan terjadinya stunting (Zottarelli et al., 2007).



Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Paranginan tentang stunting, diperoleh data jumlah balita (usia 0-59 bulan) stunting dengan kategori sangat pendek pada tahun 2017 sebanyak, 48 orang, tahun 2018 meningkat menjadi 60 orang. Tahun 2019 jumlah ini mengalami penurunan sebanyak53 orang dan tahun 2020 meningkat menjadi 123 orang. Sedangkan jumlah balita (usia 0-59 bulan) kategori pendek di wilayah kerja Puskesmas Saitnihuta pada tahun 2017 sebanyak 41 orang, tahun 2018 sebanyak 81 orang, tahun 2019 sebanyak 88 orang dan tahun 2020 sebanyak 164 orang. Berdasarkan data diatas dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan kejadian stunting setiap tahunnya di Wilayah kerja Puskesmas Paranginan. Kejadian



Stunting dapat terus meningkat jika karakteristik ibu tidak perhatikan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021”



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021?



1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan karakteristik ibu dengan kejadian stunting pada balita di Di Wilayah Kerja Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021.



1.3.2



Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi Karakteristik Ibu yang memiliki Balita di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021. 2. Mengidentifikasi kejadian stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021. 3. Mengidentifikasi hubungan karakteristik usia ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021. 4. Mengidentifikasi hubungan karakteristik Tinggi Badan Ibu dengan kejadian stunting pada balita di Di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021.



5. Mengidentifikasi hubungan karakteristik Pendidikan Ibu dengan kejadian stunting pada balita di Di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021. 6. Mengidentifikasi hubungan karakteristik Pekerjaan Ibu dengan kejadian stunting pada balita di Di Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1



Bagi Ibu Sebagai informasi bagi ibu untuk menambah wawasan ibu tentang karakteritisk ibu dengan kejadian stunting pada anak.



1.4.2



Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan terkhusus untuk perawat agar memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan faktor apa saja dari ibu yang dapat mempengaruhi kejadian stunting. .



1.4.3



Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan tambahan atau masukan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Karakteritik Ibu dengan kejadian stunting pada balita.



1.4.4



Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain ataupun penelitian lanjutan.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting 2.1.1 Definisi Stunting Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak, (Buletin Jendela Data dan informasi Kesehatan, 2013).



Pertumbuhan stunting menggambarkan suatu kegagalan pertumbuhan linear potensial yang seharusnya dapat dicapai, dan merupakan dampak dari buruknya kesehatan serta kondisi gizi seseorang. Pada tingkat populasi, tingginya angka kejadian stunting berhubungan dengan kondisi status sosialekonomi yang rendah dan peningkatan risiko terhadap paparan kondisi merugikan, seperti penyakit juga praktik pemberian makanan yang tidak adekuat.



Sebaliknya,



penurunan



angka



kejadian



stunting



nasional



mengindikasikan peningkatan kondisi sosial-ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Pravelensi stunting di dunia bervariasi antara 5% sampai dengan 65% di negara-negara yang kurang berkembang, (Fikawati dkk, 2017).



Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi Stunting bisa dilihat setelah kondisi bayi berumur 2 tahun, (TNP2K, 2017).



Stunting adalah ukuran yang tepat untuk mengindikasikan terjadinya kurang gizi jangka panjang pada anak-anak, (Fikawati dkk, 2017).



2.1.2



Penyebab Stunting Ada beberapa penyebab kejadian stunting pada balita menurut WHO (2014), antara lain : 1. Faktor keluarga dan rumah tangga a. Faktor maternal 1) Nutrisi yang buruk pada masa pra-konsepsi, kehamilan, dan laktasi. 2) Tinggi badan ibu pendek 3) Infeksi 4) Kehamilan usia remaja 5) Kesehatan mental 6) Jarak lahir singkat 7) Hipertensi



b. Lingkungan Rumah 1) Stimulasi dan aktivitas anak yang tidak adekuat 2) Buruknya praktik pengasuhan ibu 3) Persediaan air bersih dan sanitasi yang buruk 4) Ketidaktahanan pangan Menurut Aini (2018) sebagian besar anak balita yang mengalami gangguan pertumbuhan memiliki status ekonomi yang rendah. Apabila ditinjau dari karakteristik pendapatan keluarga bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai masalah gizi lainnya salah satunya disebabkan dan berasal dari krisis ekonomi. Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek. Selain itu, pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan



berkurangnya



daya



beli



keluarga



terhadap



makanan yang mengandung zat gizi yang baik sehingga



menyebabkan kekurangan gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. 5) Alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak tepat 6) Rendahnya pendidikan ibu 2. Pemberian makanan tambahan yang tidak adekuat a. Buruknya kualitas makanan 1) Buruknya kualitas zat gizi mikro 2) Rendahnya keberagaman makanan dan asupan hewani 3) Rendahnya kandungan energi dalam makanan pendamping



b. Praktik yang tidak adekuat 1) Pemberian makanan yang tidak adekuat 2) Pemberian makanan yang tidak adekuat dan setelah sakit 3) Konsistensi makanan encer 4) Pemberian makanan dalam kuantitas yang kurang cukup 5) Pemberian makanan yang tidak responsif



c. Keamanan pangan dan air 1) Air dan pangan yang tidak terkontaminasi 2) Buruknya hygiene 3) Penyimpanan dan pengolahan pangan yang tidak aman



3. Pemberian ASI a. Praktik yang kurang tepat 1) Inisiasi menyusu dini yang terlambat 2) Asi tidak eksklusif 3) Penghentian pemberian Asi lebih awal



4. Infeksi a. Infeksi klinis dan subklinis 1) Infeksi enteric: diare, enteropati lingkungan, cacing 2) Infeksi saluran pernapasan 3) Malaria 4) Berkurangnya nafsu makan karena infeksi 5) Inflamasi



2.1.3



Dampak Stunting Keadaan stunting menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan kerugian jangka panjang terkhusus bagi ekonomi Indonesia. Hal ini menimbulkan gangguan



perkembangan



fisik



anak



yang



irreversible,



sehingga



menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja. Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal, (Eko, 2018).



Pada penelitian yang dilakukan oleh Eko (2018), balita dengan stunting dapat menghambat perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Studi terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting berkaitan dengan prestasi di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin. Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif.



Menurut Shekar dkk (2016) menyatakan jika dampak stunting terbagi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Yang dikatakan dampak stunting jangka pendek yaitu stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Sedangkan untuk dampak stunting jangka panjang yaitu dapat menyebabkan menurunya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa.



2.1.4 Pencegahan Stunting Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan masalah stunting ini mengingat tingginya prevalensi stunting di Indonesia. Upaya penurunan stunting menurut Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan (2013), antara lain: 1. Ibu Hamil dan Bersalin a. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan b. Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM) e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular) f. Pemberantasan kecacingan g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Ekslusif



i. Penyuluhan dan pelayanan KB



2. Balita a. Pemantauan pertumbuhan balita b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal



3. Anak Usia Sekolah a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba



4. Remaja a. Meningkatkan penuyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba b. Pendidikan kesehatan reproduksi



5. Dewasa muda a. Penyuluhan dan pelayanan Keluarga Berencana (KB) b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular) c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba



2.1.5 Penilaian Stunting Kejadian stunting mulai dapat terlihat sejak usia balita 12 hingga 59 bulan. Pada umumnya tidak disadari oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan berdampak pada kemampuan kognitif dan produktivitas jangka panjang, bahkan bisa berdampak pada kematian, (Oktarina & Sudiarti, 2014). Untuk itu diperlukan pengukuran dalam penilaian stunting pada bayi yang baru lahir agar terhindar dari dampak-dampak yang berujung pada kematian, antara lain: 1. Antropometri Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos dan mentros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Secara umum antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri terdiri dari berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).



Untuk mengetahui balita stunting atau tidak, indeks yang digunakan adalah indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan tulang. Tinggi badan menurut umur adalah ukuran dari pertumbuhan linier yang dicapai, dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau kesehatan masa lampau. Rendahnya tinggi badan menurut umur didefinisikan sebagai “kependekan” dan mencerminkan baik variasi normal atau proses patologis yang mempengaruhi kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan linier. Hasil dari proses yang terakhir ini disebut stunting, (Annisa, 2012).



Pengukuran dengan antropometri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain, yaitu cara kerjanya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Selain itu dalam pengukurannya relatif tidak membutuhkan tenaga khusus, tetapi cukup tenaga terlatih. Alat-alat antropometri yang digunakan harganya terjangkau, mudah dibawa. Antropometri dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu, dapat mengevaluasi perubahan status gizi, pada waktu tertentu atau antar generasi, serta dapat digunakan pada suatu golongan yang



berisiko



malnutrisi.



Pada



umumnya



antropometri



dapat



mengidentifikasikan status gizi berdasarkan cut off yang telah ada.



Kekurangan antropometri antara lain tidak sensitif. Maksudnya antropometri tidak dapat melihat status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi mikro. Penurunan spesifikasi dan sensitivitas metode ini dapat dipengaruhi oleh faktor selain gizi seperti penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi. Pada



pengukuran



antropometri



dapat



terjadi



kesalahan



yang



mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran. Sedangkan sumber kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan pada pengukuran, (Annisa, 2012).



Tabel 2.1 Indeks Antropometri Indeks



Kategori Status Gizi



Ambang Batas (Zscore)



Berat Badan



Gizi Buruk



< -3 SD



menurut Umur



Gizi Kurang



-3 SD sampai -2SD



(BB/U)



Gizi Baik



-2 SD sampai 2 SD



Gizi Lebih



> 2 SD



Anak Umur 0-60 Bulan



Tinggi Badan



Sangat Pendek



< -3 SD



menurut Umur



Pendek



-3 SD sampai -2 SD



(TB/U)



Normal



-2 SD sampai 2 SD



Tinggi



> 2 SD



Berat Badan



Sangat Kurus



< -3 SD



menurut Tinggi



Kurus



-3 SD sampai -2 SD



Badan (BB/TB)



Normal



-2 SD sampai 2 SD



Gemuk



> 2 SD



Anak Umur 0-60 Bulan



Anak Umur 0-60 Bulan



Sumber : Sandjaja, 2009



Pada stunting indeks antropometri yang digunakan atau indikator nya yaitu Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Untuk mengukur tinggi badan pada balita dapat menggunakan microtoise. Menurut Snell (2006) yang dikutip oleh Carissa (2015), tinggi badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang tubuh yang membentuk poros tubuh (The body axist), yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel.



Pemasangan dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoise adalah alat ukur tinggi badan yang digunakan untuk balita yang sudah mampu berdiri tegak dengan tujuan untuk mengetahui tinggi badan dimana tinggi badan dapat menentukan status gizinya.



2.2 Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan studi terdahulu maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:



Variabel Independen



Variabel Dependen



Karakteristik Ibu 1. Usia Kejadian Stunting pada balita



2. Tinggi Badan 3. Pendidikan 4. Pekerjaan



Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.3 Hipotesa Ha1



: Ada hubungan Karakteristik usia ibu saat hasil dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Tahun 2021.



Ha2



: Ada hubungan Karakteristik Tinggi Badan ibu dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Tahun 2021.



Ha3



: Ada hubungan Karakteristik



Pendidikan ibu dengan kejadian



stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Tahun 2021. Ha4



: Ada hubungan Karakteristik



Pekerjaan ibu dengan kejadian



stunting pada balita di Puskesmas Paranginan Tahun 2021.



BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain analisis korelasi dengan pendekatan case control study yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan analitik observasional dengan desain penelitian retrospektif dimana tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan karakteristik ibu dengan kejadian stunting pada balita di Di Wilayah Kerja Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2021.



3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1



Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan yang berjumlah 460 balita.



3.2.2



Sampel Sampel adalah kelompok kecil yang merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimilki sampel. Penelitian ini menggunakan rumus Issac dan Michael (Sugiyono, 2013).



Dengan rumus :



 2 N .P.Q s 2 d ( N  1)   2 .P.Q



12.460.0,5.0,05 s 0,05 2 (460  1)  12.0,5.0,05



S=



52,9



Keterangan: 2



: harga tabel chi-kuadrat untuk  tertentu =1



P=Q



: proporsi dalam populasi = 0,5



d



: ketelitian (eror) = 5% = 0,05



s



: jumlah sampel



N



: jumlah populasi



Dari hasil rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 53 balita. Metode pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan salah satu teknik dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus atau dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti.



Dengan kriteria inklusi: 1. Ibu yang memiliki anak balita usia 2-5 tahun 2. Anak balita tidak cacat fisik dan mental 3. Anak balita yang diasuh oleh ibu nya sendiri Dengan kriteria ekslusi: 1. Anak balita yang memiliki tinggi badan dibawah rata-rata yang disebabkan oleh faktor genetik 2. Anak balita tidak sedang sakit infeksi/kronis



3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1



Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.



3.3.2



Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 sampai dengan Februari 2021.



3.4 Definisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Penelitian NO



Variabel



Defenisi Operasional Usia ibu saat hamil anaknya



Alat Ukur Kuesio ner



Hasil Ukur



1



Usia Ibu



< 20 Tahun ≥ 20 Tahun



2



Tinggi Badan Ibu



3



Pendidikan



4



Pekerjaan



Pekerjaan ibu saat ini



Kuesio ner



5



Kejadian Stunting



Kondisi balita dengan tinggi badan menurut umur (TB/U) dibawah minus dua standar deviasi



Microto Z Score -2 SD ise s.d +1 SD



Ukuran Panjang Microto < 150 cm Badan Ibu yang ise ≥ 150 cm diperoleh dari hasil pengukuran Tingkat Pendidikan Kuesio SD terakhir Ibu ner SMP SLTA S1 Bekerja Tidak Bekerja



Z Score -3 SD s.d < -2 SD



Skala Ukur Interval



Ratio



Ordinal



Ordinal



Ratio



3.5 Aspek Pengukuran 3.5.1



Alat Ukur Karakteristik Ibu Untuk mengukur karaktertik ibu digunakan lembar kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang karakteritik ibu saat ibu hamil . Data karakteritik ibu yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa usia, tinggi badan, pendidikan terakhir dan pekerjaan.



3.5.2



Alat ukur stunting Untuk mengukur kejadian stunting di gunakan alat pengukuran tinggi badan anak yaitu microtoise dan selanjutnya diinterpretasi ke nilai Zscore. Jika nilai hasil pengukuran -3SD s.d ≤ -2SD dikatakan stunting, -2SD s.d 1 SD dikatakan tidak stunting.



Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U).



1. Tidak stunting



: Zscore -2 SD s.d +1 SD



2. Stunting)



: Zscore -3 SD s.d < -2SD



3.6 Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 3.6.1



Alat atau Instrumen Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Microtoise Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan balita dengan ketelitian 0,1 cm dan kapasitas panjang 200 cm. Setelah itu di interprestasikan ke nilai Z-score. Jika nilai hasil pengukuran ≤2SD dikatakan stunting, >-2SD dikatakan tidak stunting.



2. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan lembar hasil pengukuran Panjang badan Anak yang selanjutnya akan di konversi kedalam tabel Indeks Antropometri (Z-Score) untuk menentukan kejadian stunting pada anak. 3.6.2



Prosedur Pengumpulan Data Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Prosedur pengumpulan data akan dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi izin berupa surat keterangan untuk melakukan survey awal dari institusi Program Studi Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan 2. Setelah itu, meminta izin untuk pengumpulan data ke Puskesmas Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan 3. Kemudian setelah mendapatkan izin dari Puseksmas Saitnihuta berupa surat balasan, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian 4. Peneliti mengambil sampel dengan teknik purposive sampling 5. Peneliti menemui calon responden lalu memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan manfaat dari prosedur penelitian. 6. Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon responden di minta menandatangani informed consent sebagai kesediaan menjadi responden peneliti. 7. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dengan menggunakan lembar observasi.



3.7 Etika Penelitian Etika penelitian untuk melindungi hak-hak responden, menjamin kerahasiaan responden, dan peneliti dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat



sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses penelitian bila dikehendaki. Menurut Hidayat (2007) etika penelitian yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti antara lain: 1. Lembar persetujuan (Informed Consent) Sebelum penelitian dilakukan, responden diberi lembar Informed consent atau lembar persetujuan apakah bersedia atau tidak menjadi responden dalam penelitian ini. 2. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu dilaporkan sebagai hasil penelitian dan tidak diberitahukan kepada siapa pun 3. Kebaikan (Benefience) Penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada responden dengan tujuan berbuat baik dan peneliti berusaha untuk memberikan manfaat bagi responden. 4. Tidak Merugikan (NonMalefience) Penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada responden dengan tidak menimbulkan bahaya bagi responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti meyakinkan responden bahwa ini tidak merugikan responden dan peneliti 3.8 Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan tahapan-tahapan berikut: 1. Editing (Pengecekan Data) Dilakukan pengecekan data yang dikumpulkan. Pada proses editing ini peneliti memeriksa kelengkapan jawaban responden pada lembar observasi untuk memastikan bahwa semua pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden sudah terisi dengan benar.



2. Coding (Mengode Data) Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan kode pada variabel penelitian yang terdapat pada lembar Tanya jawab.



3. Entry Data (Memasukkan Data) Setelah data terkumpul dan lengkap kemudian data dimasukkan ke komputer dan dilakukan pengkodean pada pemberian Asi Eksklusif dan kejadian stunting. Kemudian disimpan untuk selanjutnya diolah kedalam analisa data.



4. Tabulating (Tabel) Hasil semua jawaban responden dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah pengolahan data dan analisa data.



3.9 Analisa Data 3.9.1



Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian yang berbentuk data kategori seperti umur, pendidikan, umur balita, jenis kelamin balita dan tinggi badan balita. Analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel yang diteliti.



3.9.2



Analisis Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat Hubungan Karakteristik ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji spearman-rank dengan tingkat kepercayaan 95%. Hubungan dua variabel dikatakan ada hubungan apabila nilai α