Skripsi Lengkap Wawan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • sal
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS NILAI TAMBAH ANEKA OLAHAN PRODUK JAMBU METE DI DESA MAABHODO KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta)



SKRIPSI Oleh: WAWAN NIM. D1A1 16 185



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020



ANALISIS NILAI TAMBAH ANEKA OLAHAN PRODUK JAMBU METE DI DESA MAABHODO KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta)



Skripsi diajukan kepada Fakultas Pertanian Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi pada Jurusan/ Program Studi Agribisnis



Oleh :



WAWAN NIM. D1A1 16 185



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020



ii



HALAMAN PENGESAHAN



Judul



: Analisis Nilai Tambah Aneka Olahan Produk Jambu Mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta)



Nama



: Wawan



NIM



: D1A1 16 185



Jurusan/Program Studi



: Agribisnis



Menyetujui;



Pembimbing I



Pembimbing II



Dr. Ir. Lukman Yunus, M. Si. NIP. 19660924 199203 1 002



Munirwan Zani, SP., M.Si. NIP. 19720401 200312 1 002



Mengetahui; Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis



Dr. Ilma Sarimustaqiyma Rianse, S.P., M.Sc NIP.19890705 201404 2 001



Tanggal Disetujui:



2020



iii



PERNYATAAN



DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU



LEMBAGA



MANA



PUN.



APABILA



DIKEMUDIAN



HARI



TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL PLAGIAT,



MAKA



SAYA



BERSEDIA



MENERIMA



SANKSI



SESUAI



PERATURAN YANG BERLAKU.



Kendari,



Juli 2020



WAWAN D1A1 16 185



iv



UCAPAN TERIMA KASIH



Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Di dalam penyusunan skripsi ini penulis sering menemui hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terkhusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak dapat terukur basarnya kepada Ayahanda Basri dan Ibunda Wa Imi yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan segala bentuk perhatian, pengorbanan, kasih sayang dan doa serta dukungan moral maupun material sehingga dapat menyelesaikan pendidikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Lukman Yunus., M.Si selaku Pembimbing I dan Munirwan Zani, SP., M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, serta teliti dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun Farihu, S.Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Halu Oleo 2. Prof. Dr. Ir. R. Marsuki Iswandi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian 3. Dr. Yusna Indarsyih, S.P., M.P selaku Penasehat Akademik



v



4. Dr. Ilma Sarimustaqiyma Rianse, S.P., M.Sc selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis, atas segala dukungan, arahan motivasi, serta kemudahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi. 5. Sekretaris Jurusan serta dosen pengajar dan Staf Administrasi Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. 6. Kepada bapak Huslamin selaku pemilik usaha Pengolah Jambu Mete yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dengan memberikan informasi dan wawasan baru selama peneliti melakukan penelitian dilokasi. 7. Kepada Saudaraku tersayang Junas, Ernia, dan Windi Arsila yang selalu mendukung, dan mendoakan dalam menyelesaikan studi. 8. Kepada Kakak Ipar yang saya cintai Wa Ode Fida dan Rizal yang selalu mendukung, dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 9. Pihak keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, saya ucapkan banyak terima kasih yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan bagi peneliti selama melakukan studi. 10. Sahabat seperjuangan Pratiwi, S.S, Vindra, Inang, La Ode Muhammad Sukardin, Nono Satria La Sandi, Roni, Daeng Nasa, Ola Prajab Aso, Alfat, Musyafar Malik. B, Rony, Rajab, Asma Inah, Herni Sularsi, La Ode Zulhijah Arsyi Fadillah Mbota, La Angga, Asra Wati, Wa Ode Fince, S.Pd, Wa Ode Andriani, Sawal, Arif Wijaya, Gustina, dan Nurlindah yang telah memberikan motivasi dan dorongan baik kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.



vi



11. Keluarga Cemara yang selalu membantu Asdar, Risna Randah, Syahrir. B, Werni Maripadang, Rosmayanti, Wa Ode Salmin, Riski Ika Aksari, Fatma, Yusfina Monica, Ruslan dan Baharudin yang sudah membantu penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 12. Teman sekaligus keluarga KKN Desa Pelandi Dahniar, Irwan, Abindarda, Mytha Rangga Allo Maola, Illa Safira, Nur Hastia, Hasrani, Sitti Abriani Putri, dan Fahru yang sudah banyak membantu, dan selalu memberi semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi. 13. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Program Studi Agribisnis angkatan 2016 yang tidak bisa disebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan dan diskusi-diskusi kecil yang bisa kita lakukan selama ini. Kepada pihak-pihak lain yang belum sempat disebutkan namanya, penulis hanya mampu berdoa sebesar biji zarrah dan kebaikan yang telah kalian sumbangkan, malaikat Allah tidak luput untuk mencatatnya. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam hal isi maupun teknik penyusunannya, yang disebabkan keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan, tenaga, maupun materi. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk kesempurnaan hasil penelitian ini, penulis berterima kasih akhirnya terukir harapan semoga tulisan ini bermanfaat. Kendari,



Juli 2020



Penulis



vii



RIWAYAT HIDUP



Penulis bernama Wawan lahir di Desa Kontunaga Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tanggal 10 April 1998. Penulis merupakan anak ke 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Basri dan Ibu Wa Imi. Penulis besar dan bersekolah di Desa Kontunaga Kabupaten Muna. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 02 Kontunaga lulus tahun 2010, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada SMPN 04 Kusambi dan lulus pada tahun 2013, kemudian pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendisikan di SMAN 01 Kontunaga dan tamat pada tahun 2016. Penulis melanjutkan pendidikan



ke



Universitas



Halu



Oleo



(UHO)



Fakultas



Pertanian



Pada



Jurusan/Program Studi Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).



viii



ABSTRAK



Wawan (D1A116185). Analisis Nilai Tambah Aneka Olahan Produk Jambu Mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta). Dibawah Bimbingan Lukman Yunus sebagai Pembimbing I dan Munirwan Zani sebagai pembibing II. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jambu mete. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2020. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa CV. Husakasari Semesta adalah satu-satunya usaha pengolah jambu mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna yang berproduksi 10 tahun dan telah menghasilkan lima jenis produk. Penelitian ini menggunakan metode perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu mete pada CV. Husakasari Semesta menciptakan nilai tambah a) rasa pedas manis sebesar Rp19.687/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 52,63% b) rasa gula merah sebesar Rp20.956/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 56,03% c) rasa manis sebesar Rp20.715/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 55,38% d) rasa asin sebesar Rp15.957/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 50,65% dan e) rasa panggang sebesar Rp12.927/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah 42,24%. Kata kunci: Nilai Tambah, pengolahan, Jambu Mete



ix



Abstract



Wawan (D1A116185). Analysis of value various processed cashew products in Maabhodo Village Kontunaga District of Muna (case study CV. Husakasari Semesta). Under the guidance of Lukman Yunus as mentor I and Munirwan Zani as a mentor II. The research aims to determine the added value resulting from cashew treatment. The study was conducted in January to February 2020. Determining the location of the research in purposive sampling with the consideration that CV. Husakasari Semesta is the only business cashew processing effort in the village Maabhodo Kontunaga District, Muna district which is producing 10 years and has produced five types of products. The research uses method of value-added calculation using the Hayami method, a second data analysis using break even point analysis. Based on the results of the study showed that Cashew processing business on CV. Husakasari Semesta Create a value added a) sweet spicy taste of Rp 19.687/kg of raw materials with a ratio of value added 52.63% b) brown sugar of Rp 20.956/kg of raw materials with a value added ratio 56.03% c) sweet taste of Rp 20.715/kg of raw material with a ratio of added value 55,38% d) salty taste of Rp 15.957/kg of raw material with a value added ratio of 50.65% and e) of roasted taste of Rp 12.927/kg of raw material with a ratio of added value of 42.24%. Keywords: Value added, processing, cashew



x



DAFTAR ISI



Halaman Halaman Sampul.............................................................................................. Halaman Judul ................................................................................................ Halaman Pengesahan ...................................................................................... Halaman Pernyataan ....................................................................................... Ucapan Terima Kasih...................................................................................... Riwayat Hidup ................................................................................................. Abstrak.............................................................................................................. Abstract.............................................................................................................. Daftar isi .......................................................................................................... Daftar Tabel .................................................................................................... Daftar Gambar ................................................................................................ Daftar Lampiran .............................................................................................



i ii iii iv v viii ix x xi xiii xv xvi



I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 1.3. Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................



1 6 7



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori...................................................................................... 2.1.1. Jambu mete ................................................................................ 2.1.2. Produk ........................................................................................ 2.1.3. Produksi...................................................................................... 2.1.4. Klasifikasi Biaya ........................................................................ 2.1.5. Nilai Tambah .............................................................................. 2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 2.3. Kerangka Pikir Penelitian .....................................................................



8 8 9 10 12 14 17 20



III.METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 3.2. Objek dan Informan Penelitian ............................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 3.4. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 3.5. Variabel Penelitian................................................................................ 3.6. Konsep Operasional .............................................................................. 3.7. Analisis Data.........................................................................................



23 23 23 24 24 24 26



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 4.1.1. Letak Geografi dan Luas Wilayah............................................



xi



28 28



4.1.2. Keadaan Iklim .......................................................................... 4.1.3. Keadaan Demografi.................................................................. 4.1.3.1. Jumlah Penduduk ................................................................. 4.1.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur .................................. 4.1.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian............... 4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tinggkat Pendidikan .......... 4.2. Hasil Penelitian ..................................................................................... 4.2.1. Profil Usaha ............................................................................... 4.2.2. Gambaran Umum Informan....................................................... 4.2.2.1. Umur Informan..................................................................... 4.2.2.2. Tingkat Pendidikan............................................................... 4.2.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga.............................................. 4.2.2.4. Pengalaman Berusaha........................................................... 4.3. Pembahasan........................................................................................... 4.3.1. Karakteristik Usaha.................................................................... 4.3.1.1. Penyediaan dan Biaya Bahan Baku...................................... 4.3.1.2. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja ........................................... 4.3.1.3. Sumbangan Input Lain ......................................................... 4.3.1.3.1. Biaya Bahan Penolong atau Penunjang ......................... 4.3.1.3.2. Biaya Penyusutan Peralatan........................................... 4.3.1.3.3. Biaya Perlengkapan ....................................................... 4.3.1.4. Produksi................................................................................ 4.3.1.5. Harga Jual Produk Olahan Jambu Mete ............................... 4.3.1.6. Pemasaran............................................................................. 4.3.1.7. Nilai Tambah ........................................................................



28 29 29 29 31 32 33 33 34 34 35 35 36 37 37 37 39 41 41 42 43 44 45 46 46



V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 5.2. Saran .....................................................................................................



53 53



DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................



55



DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................



57



xii



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



1. Jumlah Industri kecil Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten Pada Tahun 2015-2017 ...................................................................................................



4



2. Harga Produk Olahan Jambu Mete pada Industri Rumah Tangga CV. Husakasari Semesta, Pada Tahun 2016 – 2019 ..........................................



6



3. Format Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jambu Mete ...........................



27



4. Jumlah Penduduk di Desa Maabhodo Berdasarkan kelompok umur, Tahun 2020 ................................................................................................



30



5. Jumlah Penduduk Desa Maabhodo Berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun 2020 .................................................................................................



31



6. Penduduk Desa Maabhodo Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2020.............................................................................................................



33



7. Rata-Rata Bahan Baku Berdasarkan Produk Yang Diproduksi Dalam 6 kali Produksi Pada Pengolahan Jambu Mete di CV. Husakasari Semesta Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ........................



38



8. Rata-Rata Pengunaan Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja Dalam Satu Bulan Pengolahan Jambu Mete pada usaha CV. Husakasari Semesta .......................................................................................................



40



9. Jumlah Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ......................................................................



42



10. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usaha Industri Rumah Tangga CV. Husakasari Semesta dalam Satu Bulan di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Tahun 2020 ..............................



43



11. Biaya Perlengkapan yang digunakan Pada Usaha Pengolahan Jambu Mete di CV. Husakasari Semesta ............................................................... 12. Hasil Produksi Jambu Mete Aneka Rasa Selama Satu Bulan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Tahun 2020 ..................................................



xiii



44



45



13. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Pedas Manis Metode Hayami, et al (1987) ..........................................................



xiv



47



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.



Halaman Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................



xv



22



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



Halaman



1. Peta Wilayah Penelitian ........................................................................



58



2. Identitas Responden Penelitian .............................................................



60



3. Kuesioner penelitian .............................................................................



61



4. Bahan Baku yang digunakan Berdasarkan Jenis Produk Yang diproduksi Per Proses Produksi Pada Pengolahan Jambu Mete Pada Uusaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ................................................................



68



5. Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan Pengolah Jambu Mete Pada Usaha Cv. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ................................................................



69



6. Jumlah Jam dan Hari Kerja Pengkacip Jambu Mete Gelondongan di Desa Maabhodo ....................................................................................



69



7. Jumlah Jam dan Hari Kerja Pembersih Jambu Mete Kulit Ari di Desa Maabhodo ....................................................................................



69



8. Jumlah Jam dan Hari Kerja Penggoreng Jambu Mete di Desa Maabhodo .............................................................................................



70



9. Total HOK (Pengkacip Gelondongan, Pembersih Kulit Ari dan Penggoreng) dalam Proses Pengolahan Jambu Mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ...........................



70



10. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja dalam Satu Bulan Pada Pengolahan Jambu Mete...........................................................................................



71



11. Bahan Penunjang yang digunakan Industri Rumah Tangga CV. Husakasari Semesta Selama 6 Kali Produksi......................................



73



12. Penyusutan Peralatan dengan Metode Garis Lurus dalam Pengolahan Jambu Mete Pada CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna ........................... 13. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Pedas Manis Metode Hayami, et al (1987)..........................................



xvi



75 76



14. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Gula Merah Metode Hayami, et al (1987).....................................................



77



15. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Manis Metode Hayami, et al (1987) .....................................................



78



16. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Asin Metode Hayami, et al (1987) ................................................................



79



17. Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Panggang Metode Hayami, et al (1987) ...............................................



80



18. Dokumentasi Penelitian Dan Kegiatan Teknik Pengolahan Jambu Mete ......................................................................................................



81



xvii



1



I. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Jambu mete (Annacardium occidentale. L) merupakan tanaman yang serba guna. Disamping sebagai sumber pendapatan masyarakat, juga sangat cocok digunakan dalam konservasi lahan kritis dan gersang, sehingga tanaman jambu mete ini banyak didapatkan di daerah kering dan di kawasan bekas tambang.Tanaman ini sudah cukup lama dikenal di Indonesia, tetapi tanaman ini belum di budidayakan secara intensif. Padahal hasil utama tanaman ini, yaitu kacang mete yang merupakan salah satu jenis makanan ringan yang banyak digemari serta merupakan penyedap rasa dari beberapa produk, seperti es krim dan coklat batangan (Muslimin, 2018). Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan cukup penting di Indonesia. Secara ekonomi mete menjadi penghasil defisa negara, sumber pendapatan petani, bahan baku industri serta sebagai tanaman penghijauan untuk konservasi lahan. Saat ini jambu mete menjadi andalan bagi perekonomian masyarakat Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara dan Jawa Timur (Listyati dan Sudjarmoko, 2011). Produksi gelondong mete dunia saat ini sekitar 2.400.000 ton, lebih dari setengahnya dihasilkan oleh dua negara produsen utama, yaitu Vietnam (35%) dan India (20%). Sedangkan produksi gelondong mete Indonesia saat ini berkisar 156.000 ton per tahun. Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10% diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% untuk konsumsi dalam negeri. Kacang mete dari Indonesia sudah diekspor ke berbagai



2



negara di dunia, antara lain ke Amerika, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Hong Kong, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang, India, Libanon, Malaysia, Italia, Kanada, Korea Selatan dan Swiss (Listyati dan Sudjarmoko, 2011). Ekspor mete berupa gelondong selama ini telah mengurangi nilai tambah yang bisa dinikmati oleh petani mete. Disamping harga kacang mete lebih tinggi, kulit biji mete masih memberikan banyak potensi lainnya. Dari kulit biji mete akan dihasilkan minyak mete (CNSL) yang menjadi bahan untuk keperluan industri kimia (cat, vernis, tinta, perekat), dan otomotif (kanvas rem, minyak rem, pelumas). Produk mete ini pasarnya cukup terbuka dan memilikinilai ekonomi tinggi. Berdasarkan peluang tersebut, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pengekspor gelondong mete saja, tetapi harus berusaha untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan mete. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan industri pengolahan skala kecil menengah, maupun besar (Listyati dan Sudjarmoko, 2011). Sektor pembangunan industri secara nasional diarahkan untuk menopang dan mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi.Fokus perhatian sektor pembangunan ekonomi dirasa perlu diberikan pada sub-sektor usaha kecil yang memiliki potensi dan peranan penting di daerahnya. Keberadaan usaha didaerah pedesaan tentunya memberikan sumbangan bagi daerahnya sendiri. Agribisnis bersama agroindustri merupakan pendekatan yang ditempuh untuk pengembangan pertanian industri pada masa yang akan datang. Disamping karena pengolahan industri hasil pertanian (agroindustri) yang ditangani secara utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran



3



dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (agribisnis). Aktivitasaktivitas tersebut bukan saja mampu menyerap banyak tenaga kerja tapi mampu meningkatkan tenaga kerja (Soekartawi, 1991). Tingkat perkembangan industri di Indonesia masih relatif rendah. Namun disadari bahwa pengembangan industri kecil bukan saja penting bagi suatu jalur kearah pemerataan hasil-hasil pembangunan, tetapi juga sebagai suatu unsur pokok dari seluruh sektor industri di Indonesia. Peranan yang cukup penting dan strategi dari industri kecil ini dalam perekonomian sangat erat kaitannya sifat-sifat dasar dari industri kecil itu sendiri. Pertama, industri kecil umumnya bersifat sangat local labourintensive, artinya bahwa industri kecil itu sangat mengandalkan pada penggunaan tenaga kerja yang berasal dari sekitarnya (tenaga kerja lokal). Kedua, industri kecil sangat intensif dalam pemakaian sumber-sumber alam lokal. Ketiga, industri kecil banyak dijumpai di daerah pedesaan. Keempat, sebagian besar industri kecil sangat erat hubungannya dengan sektor pertanian. Kelima, sebagian besar industri kecil membuat barang-barang konsumsi dan industri untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dengan tingkat harga yang terjangkau terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah (Tambunan,1999). Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki industri pengolahan skala rumah tangga maupun skala industri kecil.Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan jumlah dan nilai produksi yang ada di beberapa Kabupaten di Sulawesi Tenggara. Terhitung jumlah industri kecilpun meningkat dari 11.882 pada tahun 2015 menjadi 12.356 pada tahun 2016 dan 12.987 unit industri kecil pada tahun 2017. Sementara di Kabupaten Muna industri kecil



4



mengalami penurunan ditahun 2017 dengan jumlah industri 1.117 unit dibanding di tahun 2016 sebanyak 1.544 unit industri kecil (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2018). Tabel 1. Jumlah Industri Kecil Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten Pada Tahun 2015-2017 No Tahun Sulawesi Tenggara 1 2015 11.882 2 2016 12.356 3 2017 12.987 Sumber : Dinas perindustrian dan perdagangan, 2018



Kabupaten Muna 1.544 1.117



Berdasarkan Tabel 1 bahwa salah satu sektor produksi industri kecil tersebut berada di Kabupaten Muna, khususnya yang berada di Kecamatan Kontunaga. Diantaranya bergerak dibidang pengolahan makanan, seperti pada pengolahan aneka rasa jambu mete pada CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo. Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk industri unggulan ekspor, dimana produk yang dihasilkan telah dipasarkan luar pulau Muna yaitu Kendari, Kolaka, dan Buton Utara dengan cara sistim titip ditoko dan swalayan dengan berbagai varian rasa. CV. Husakasari Semesta merupakan UKM yang bergerak di bidang pengolahan jambu mete yangtelah memulai usaha ini dari Tahun 2010 dan masih bertahan hingga saat ini. Prospek pengusahaan jambu mete cukup baik dimasa mendatang.Upaya perbaikan pengolahan dan penggunaan input produksi yang bermutu merupakan faktor yang penting demi peningkatan kualitas produk. Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Pengolahan hasil pertanian penting



5



karena pertimbangan diantaranya: (1) dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses; (2) meningkatkan kualitas hasil; (3) meningkatkan penyerapan tenaga kerja; (4) meningkatkan keterampilan produsen; dan (5) meningkatkan pendapatan produsen. Selanjutnya, konsekuensi logis dari hasil olahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Usaha pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo merupakan salah satu agroindustri yang secara langsung memiliki peran penting dalam perekonomian, antara lain meningkatkan pendapatan para pelaku usaha dan membuka lapangan pekerjaan baru. Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang dibersangkutan (Hayami, 1987). Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh besarnya harga input, biaya produksi, teknik produksi, dan harga output. Besarnya nilai tambah yang tergantung dari teknologi digunakan dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu pengolahan yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga produk olahan akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh. Adanya pengolahan jambu mete menjadi makanan jadi yang memberikan nilai tambah bagi jambu mete itu sendiri. CV. Husakasari Semesta merupakan industri yang mengolah biji jambu mete menjadi olahan jambu mete yang beraneka rasa. Meskipun usaha ini masih tergolong usaha tingkat rumah tangga tetapi dari segi harga mengalami penurunan dan peningkatan tiap tahunnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Harga Produk Olahan Jambu Mete Pada Industri CV. Husakasari Semesta, Pada Tahun 2016 – 2019



6



No



Jenis Produk



2016 1 Pedas Manis 160.000 2 Gula Merah 160.000 3 Manis 160.000 4 Asin 165.000 5 Panggang 160.000 Sumber: Pemilik usaha 2020



Tahun (Rp/Kg) 2017 2018 180.000 170.000 180.000 170.000 180.000 170.000 185.000 175.000 180.000 170.000



2019 170.000 170.000 170.000 175.000 170.000



Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada tahun 2017 harga olahan jambu mete mengalami kenaikan harga yang diakibatkan biaya bahan baku naik yaitu sebesar Rp18.000/kg dari harga sebelumnya sebesar Rp15.000/kg bahan baku. Melihat dari kondisi tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengolahan jambu mete, khususnya nilai tambahnya. Berdasarkan gambaran situasi tersebut, maka peneliti perlu menindaklanjutinya dalam sebuah penelitian dengan judul: “Analisis Nilai Tambah Aneka Olahan Produk Jambu Mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta)”. 1.2. Rumusan Masalah Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan aneka produk jambu mete di CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna.



1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengenalisis nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan aneka produk jambu mete di CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna.



7



Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pengolah, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai usaha pengolahan jambu mete. 2. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan tambahan informasi dan menjadi bahan acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan informasi dalam rangka mengadakan penelitian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan komoditi jambu mete.



8



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Deskripsi Teori Deskripsi



teori



adalah



rangkaian



penjelasan



atau



teori



yang



mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep, gagasan, pandangan atau cara-cara yang sejalan dengan penelitian. 2.1.1. Jambu Mete Jambu mete atau jambu monyet (Anacardium occidentale L.) termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau disebut juga dikotil. Jambu monyet mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna kuning kemerah-merahan adalah buah semu. Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu monyet yang sebenarnya biasa disebut mede (mete), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua tersebut oleh kulit yang mengandung getah. Kandungan nutrisi buah semu jambu mete per 100 gram; 1) Vitamin A 2.689 SI, 2) Vitamin C 65 gram, 3) Kalori 73 gram, 4) Protein 4,6 gram, 5) Lemak 0,5 gram, 6) Hidrat arang 16,3 gram,7) Kalsium 33 miligram, 8) Fosfor 64 miligram, 9) Besi 8,9 miligram, dan 10) Air 78 gram (Muslimin, 2018).



9



2.1.2. Produk Menurut Kotler dan Keller (2007), memberikan definisi tentang produk sebagai berikut, “produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan/ semua kebutuhan“.Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, property, organisasi dan gagasan. Saat merencanakan tawaran pasarnya, pemasar perlu memikirkan secara mendalam lima tingkat produk. Masing-masing tingkat menambahkan lebih banyak nilai pelanggan dan kelimanya membentuk hierarki nilai pelanggan (customer value hierarchy). Menurut Kotler dan Keller (2007) ada lima tingkat produk antara lain : 1. Manfaat inti (Core Benefit) Adalah layanan atau manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan. 2. Produk dasar (Basic Product) Tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar. 3. Produk yang diharapkan (Expected Product) Yaitu beberapa atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembelli ketika mereka membeli produk. 4. Produk yang ditingkatkan (Augmented Product) Pada tingkat ini produk melampaui harapan pelanggan. 5. Calon produk (Potential Product) Yang meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa mendatang.



10



2.1.3. Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu (Sugiarto, et al.2007). Menurut Pindyck dan Rubinfeld (2009) Keputusan produksi yang diambil oleh perusahaan pada dasarnya sama dengan keputusan membeli oleh para konsumen, dan oleh karenanya dapat dilihat dari 3 tahap: 1. Teknologi Produksi, Untuk menjelaskan bagaimana input (seperti tenaga kerja, modal, dan bahan baku) dapat diubah menjadi outputmobil, televisi dst). Sebagaimana halnya seorang konsumen dapat mencapai suatu tungkat kepuasan dengan membeli berbagai kombinasi barang, sebuah perusahaan dapat memproduksi suatu tingkat output dengan menggunakan kombinasi input. 2. Keterbatasan Biaya, Perusahaan harus memperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja, modal dan input lainnya. Sebagaimana konsumen memiliki keterbatasan anggaran, perusahaan memiliki keterbatasan biaya produksi. 3. Pilihan Input, dengan melihat teknologi produksi dan harga-harga komponen input seperti tenaga kerja, modal dan input lainnya, sebuah perusahaan harus memutuskan beberapa banyak masing-masing input harus digunakan untuk memproduksi



sejumlah



output



tertentu.



Sebagaimana



konsumen



11



memperhitungkan harga-harga barang sebelum memutuskan untuk membeli masing-masing barang tersebut, perusahaan juga harus memperhitungkan masing-masing harga komponen input sebelum memutuskan berapa banyak masing-masing input tersebut akan digunakan. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). (Doll dan Orazem, 1998) Secara matematik fungsi produksi dapat diformulasikan sebagai berikut: Dimana : Y = f (X1, X2,X3,…., Xn)



Y



= output yang dihasilkan



X1, ...., Xn



= faktor-faktor produksi



Sehingga yang dimaksud fungsi produksi adalah hubungan teknis yang antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Secara matematis hubungan teknis itu dapat ditulis Output = f (TK, M, T, S). Hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan faktor produksi yang dimaksud.Bila faktor produksi tidak ada maka tidak ada juga produksi. Produksi yang dihasilkan tanpa penggunaan teknologi, modal dan manusia disebut produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan oleh proses alam, sedangkan produksi yang dilakukan dengan menggunakan modal, teknologi dan manusia disebut produksi rekayasa. Contoh produksi alami adalah ikan di lautan, rotan dan damar di hutan, dan minyak serta gas di perut bumi.Sedangkan produksi



12



rekayasa adalah produksi yang bersifat internal, dalam arti dapat dikontrol oleh pemakai (Putong, 2015). 2.1.4. Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya.Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. (Hansen dan Mowen (2006) dalam Muslimin 2018), biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama, antara lain : 1. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut : a. Bahan baku langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. b. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.



13



c. Overhead, Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya overhead. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlukan untuk membuat produk. Bahan langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan dari produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran menjadi lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari peningkatan keakuratan. 2. Biaya nonproduksi (nonmanufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua kategori biaya nonproduksi yang lazim, antara lain : a. Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan untuk memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa. b. Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi.



14



2.1.5. Nilai Tambah Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu produk atau komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja.Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami dkk, 1987). Kegiatan agroindustri yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian dalam operasionalnya membutuhkan biaya pengolahan. Salah satu konsep yang sering digunakan untuk membahas biaya pengolahan hasil pertanian adalah nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja (Sudiyono, 2004). Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnyanilai tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui



15



besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran (Suprapto, 2006). Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari 40% maka nilai tambah dikatakan tinggi dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh kurang dari 40% maka nilai tambah dikatakan rendah (Sudiyono, 2004). Industri modern yang berada dalam pasar global yang amat sangat kompetitif, aktivitas berproduksi bukan sekedar dipandang sebagai aktivitas mentransformasikan input menjadi output, tetapi dipandang sebagai aktivitas penciptaan nilai tambah (value added). Pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar dalam setiap aktivitas berproduksi selalu menghindari pemborosan (waste) (Gaspersz, 1996). Proses menghasilkan nilai tambah merupakan proses kompleks yang berjalan terus menerus dan hanya dapat dikatakan berhasil jika berlakunya pemanfaatan mesin, kemahiran manusia, dan bahan mentah sepenuhnya dapat disepadukan oleh teknologi sehingga menghasilkan produk yang bernilai lebih tinggi daripada nilai bahan mentah yang asal (Nain dan Rasli, 2005). Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam



16



suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012). Menurut Gilbert Metcalf dalam Lubis (2010), Nilai Tambah adalah perbedaan antara harga jual dan harga barang atau jasa yang dibeli atau: Nilai Tambah (NT) = Nilai Outputn-Nilai Input. Menurut I. Alan Tait, Nilai Tambah adalah nilai yang dihasilkan yang ditambahkan terhadap bahan baku atau pembelian sebelum barang baru dijual atau jasa dihasilkan atau Nilai Tambah (NT) adalah Biaya konversi (upah+laba), dan kedua, dengan mengurangkan nilai beli barang dan jasa terhadap nilai jual barangatau jasa yang komponennya berasal dari barang dan jasa yang dibeli tersebut (Lubis, 2010). Dua jenis Nilai Tambah menurut BPS yaitu Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Nilai Tambah Neto (NTN). NTB dari suatu unit produksi dihitung dari nilai output bruto atas harga jual produsen dikurangi nilai input-antara atas dasar harga pasar. Karena itu, NTB disebut juga sebagai nilai tambah atas harga pasar. Sementara NTN adalah NTB dikurangi pajak tak langsung dan penyusutan. Namun, karena data pajak tak-langsung dan penyusutan pada umumnya terbatas, maka konsep nilai tambah yang digunakan pada umumnya adalah NTB. Didalam



17



penghitungan produk domestik bruto (PDB), NTB juga digunakan sebagai dasar (Hadi, 2015). Pengolahan sumber daya akan semakin efisien manakala ditopang dengan penguasaan dan pemanfaatan teknologi yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan. Pemanfaatan teknologi dalam proses pembangunan dapat menyebabkan sebuah proses penciptaan nilai tambah dalam perekonomian. Penciptaan nilai tambah inilah yang merupakan faktor penting dalam kaitannya dengan barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian (Fris diantara dan Mukhklis, 2016). Berdasarkan pengertian tersebut, perubahan nilai bahan baku yang telah mengalami perlakuan pengolahan besar nilainya dapat diperkirakan. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh, marjin dapat dihitung dan selanjutnya imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui. Nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian tentunya dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang besar tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat yang akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012). 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama dengan judul ”Analisis Pendapatan UKM Olahan Jambu Mete (Studi Kasus UKM Ridho Bedungun Tanjung Redeb Berau)” yang dilakukan oleh Muslimin (2018). Pada penelitian ini menunjukan bahwa pendapatan yang diterima dari usaha pengolahan jambu mente dan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang kegiatan usaha ini dan menggambarkan



18



keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode derkriptif dengan pendekatan kasus. Dengan metode ini data diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui kondisi yang dialami pelaku usaha saat ini dalam melakukan pengolahan jambu mete sebagai produk utama. Analisis kuantitatif yang dipilih adalah analisis pendapatan UKM Ridho, dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio). Untuk menghitung pendapatan UKM Ridho secara monokultur, dilakukan tabulasi sederhana dengan menghitung pendapatan UKM Ridho atas biaya tunai dan pendapatan UKM Ridho atas biaya total. Hasil penelitian pada usaha pengolahan jambu mete UKM Ridho di Tanjung Redeb Berau menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dengan hal ini dapat dilihat dari perbandingan total pendapatan dengan total biaya yang lebih besar dari satu, yaitu memiliki angka 1,46 >1. Dengan kata lain nilai R/C sebesar 1,46 bermakna, untuk setiap Rp100,- biaya yang dikeluarkan, maka pelaku usaha pengolahanjambu mente UKM Ridho memperoleh pendapatan sebesar Rp14,6-. Penelitian kedua dengan judul ”Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Ikan Teri (Kasus : Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)” yang dilakulan oleh Nasution (2018). Penelitian ini menguraikan pendapatan yang diperoleh pada usaha pengolahan ikan teri di atas UMK (Upah Minimum Kabupaten) Asahan yaitu sebesar Rp616.191,13,- untuk sekali produksi. Nilai tambah yang diperoleh pengolah ikan teri tergolong rendah. Nilai R/C ratio usaha



19



pengolahan ikan teri lebih besar dari 1 yang menunjukkan usaha layak untuk dikembangkan. Penelitian ketiga dengan judul ”Analisis Nilai Tambah pada Industri Pengolahan Ikan Asin (Studi Kasus: Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat)” yang dilakukan oleh Simanjuntak (2017). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari beberapa jenis pengolahan ikan (gulama, kasai dan tawar) menjadi ikan asin adalah tinggi dan rendah. Adapun kendala yang sering dihadapi adalah cuaca hujan atau mendung yang membuat pengeringan tertunda dan jumlah bahan baku yang sangat tergantung pada hasil tangkapan nelayan serta tenaga kerja yang sulit didaptakan. Upaya yang dilakukan adalah membawa siring tersebut ke tempat yang kering dan agak terbuka agar angin bisa masuk, memesan dan mengambil ikan dari daerah lain dan mencari tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar Kecamatan Sei Lepan. Penelitian keempat dengan judul ”Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Kembung Rebus di Kota Medan” yang dilakukan oleh Siregar (2017). Penelitian ini menghasilkan proses pengolahan ikan kembung rebus di Kota Medan masih tergolong sederhana, pendapatan pengolahan ikan kembung menjadi ikan kembung rebus per bulan di Kota Medan tergolong besar dan menguntungkan yaitu pendapatan ikan kembung rebus aso sebesar Rp5.627.368,61 dan nilai tambah pengolahan ikan kembung rebus di daerah penelitian masih tergolong rendah yaitu ikan kembung rebus aso sebesar 14,21% dan ikan kembung rebus kuring sebesar 25,86% lebih kecil dari 40%.



20



Penelitian kelima dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Pemasaran Sagu di Sulawesi Tenggara, Indonesia” yang dilakukan oleh Surni, et. al (2019). Bahwa Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran sagu di Provinsi Sulawesi Tenggara , Indonesia. Penelitian dilakukan di Kabupaten Konawe, yang merupakan kabupaten penghasil sagu utama di provinsi ini. Semua 26 kelompok pengolah sagu yang beroperasi di daerah tersebut diambil sebagai responden. Data dan informasi dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara berbasis kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Jumlah pedagang dan ukuran populasi berpengaruh signifikan terhadap efisiensi pemasaran. Total produksi, persentase produk yang dipasarkan, jarak pasar dan frekuensi penjualan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi pemasaran. Peningkatan harga pati sagu untuk peningkatan petani dan prosesor pendapatan ' dapat dilakukan lebih lanjut dengan meningkatkan kualitas pati sagu, kemasan menarik, dan memperkenalkan standar pasar sebagai dasar untuk menyortir dan menilai. 2.3.Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan proses yang harus dilakukan dengan mengikuti susunan yang berkaitan dengan proses kegiatan usaha tani serta menggunakan data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk dan mengetahui besar nilai tambah yang diperoleh pada usaha pengolahan jambu mete.



21



Agroindustri merupakan suatu proses yang memberikan nilai tambah yang dilakukan pada produk hasil pertanian yang prinsipnya menggunakan perlakuanperlakuan melalui pengolahan hasil pertanian, penyediaan bahan baku dan bahan penunjang lainnya. Agroindustri memiliki hubungan yang erat dalam mengolah hasil pertanian primer petani. Melalui agroindustri, produk primer petani dapat diolah lebih lanjut dengan pembuatan teknologi sehingga nantinya akan diperoleh produk dengan nilai yang tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengolahan lebih lanjut dari hasil pertanian yaitu merubah biji jambu mete menjadi salah satu olahan makanan ringan seperti jambu mete rasa pedas manis, gula merah, manis, asin dan panggang. Jambu mete merupakan salah satu jenis makanan ringan yang sudah banyak beredar dimasyarakat. Salah satu industri yang mengolah jambu mete menjadi olahan beraneka rasa yaitu usaha industri CV. Husakasari Semesta yang ada di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna. Bahan baku utama dalam proses pembuatan produk yang dilakukan industri CV. Husakasari Semesta yaitu menggunakan jambu mete gelondongan. Usaha pengolahan jambu mete menjadi makanan ringan yang beraneka rasa pada industri CV. Husakasari Semesta, tentunya selain membutuhkan bahan baku yaitu biji jambu mete dan tenaga kerja, juga perlu adanya sumbangan input lain yang dapat menunjang kelancaran proses produksi serta dapat meningkatkan efisiensi pada produk. Sumbangan input lainnya tersebut meliputi gula merah, gula pasir, minyak dan lain sebagainya. Dari proses pengolahan biji jambu mete akan menghasilkan produk yang kemudian akan dihitung untuk mengetahui



22



seberapa besar nilai tambah dan titik impas yang diperoleh dari harga jual produk dengan harga bahan baku (jambu mete) serata bagaimana distribusi nilai tambah yang tercipta. Gambaran mengenai kerangka pikir penelitian dalam analisis nilai tambah aneka olahan produk jambu mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna (studi kasus CV. Husakasari Semesta) disajikan melalui skema pada Gambar 1.



Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)



Usaha Pengolahan jambu mete Biaya-Biaya : 1. Biaya Bahan Baku 2. Biaya Penunjang 3. BOP (Overhead Pablik)



Penerimaan : 1. Produksi 2. Harga



Nilai Tambah



Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian



23



III.



METODE PENELITIAN



3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di CV. Husakasari Semesta, di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa CV. Husakasari Semesta adalah satu-satunya usaha pengolah jambu mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna yang berproduksi kurang lebih 10 tahun dan telah menghasilkan berbagai olahan produk jambu mete. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2020 sampai dengan bulan Februari 2020. 3.2. Objek dan Informan Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha kecil yang mengolah jambu mete menjadi aneka produk yaitu di “CV. Husakasari Semesta” yang berada di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna. 3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan pengolah jambu mete dan pihak-pihak yang terkait,



dengan



mengunakan



pedoman



kuisioner



yang



dipersiapkan



sebelumnya. 2. Data sekunder, merupakan data baku pelengkap yang diperoleh dari instansi pemerintahdan lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.Data



24



tersebut diambil dari data perpustakaan, Badan



Pusat Statistik Sulawesi



Tenggaradan Internet (jurnal). 3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden. Media yang digunakan peneliti dalam mengambil data primer ini adalah kuisioner (daftar pertanyaan). 2. Pencatatan, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi atau lembaga yang terkait dalam penelitian ini. 3.5. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Identitas pemilik usaha, meliputi: umur, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman berusaha. b. Karakteristik usaha, meliputi: biaya bahan baku dan bahan penunjang, jumlah dan upah tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan, produksi dan harga penjualan, break even point (BEP) dan nilai tambah. 3.6. Konsep Operasional Konsep operasioanal adalah pengertian, batasan, dan ruang lingkup penelitian guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini digunakan



25



beberapa istilah yang bertujuan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian diantaranya: 1. Umur yaitu usia informan yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan (tahun). 2. Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti atau dilalui responden (SD, SMP, SMA, Diploma, dan PT). 3. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua keluarga yang terdiri dari istri, anak dan orang lain yang menjadi tanngungan dalam keluarga baik yang tinggal dirumah maupun yang tinggal diluar rumah, diukur dengan jiwa (jiwa). 4. Informan penelitian adalah pelaku usaha yang memproduksi jambu mete menjadi olahan makanan ringan. 5. Pengalaman mengolah usaha adalah lama responden melakukan kegiatan usahanya (tahun). 6. Produksi adalah jumlah yang diperoleh dari hasil pengolahan jambu mete (kg). 7. Harga bahan baku adalah harga pembelian jambu mete (Rp/kg). 8. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku berupa biji jambu mete (Rp). 9. Bahan baku adalah bahan utama dalam pengolahan aneka olahan jambu mete(Kg). 10. Tenaga kerja adalah jumlah dari semua tenaga kerja yang dicurahkan pada pengolahan jambu mete (orang).



26



11. Imbalan tenaga kerja adalah hasil kali antara koefisien tenaga kerja dan upah tenaga kerja (Rp/kg). 12. Upah rata-rata tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja dengan hari kerja (Rp/kg). 13. Nilai produksi adalah nilai perkalian antara faktor konversi dengan harga produk rata-rata (Rp/kg). 14. Sumbangan input lain adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan dalam produksi (Rp/kg). 15. Nilai tambah (value added) adalah selisih antara nilai output jambu mete dengan harga bahan baku jambu mete dan sumbangan input lain dengan satuan Rp/Kg. 16. Overhead pablik adalah Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung 3.7. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi kemudian diolah, lalu dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami. Metode ini digunakan agar dapat mengetahui nilai tambah usaha pengolahan jambu mete di CV. Husakasari Semesta yang berada di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna.



27



Tabel 3. Format Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jambu Mete No 1 2 3 4 5 6 7



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku (Kg) Tenaga Kerja (HOK) Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 9 Harga Input Lain (Rp/Kg) 10 Nilai Output (Rp/Kg) 11 a. Nilai Tambah (Rp.Kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja (%) 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan (%) Sumber : Hayami et. all (1987)



Nilai (1) (2) (3) (4) = (1)/(2) (5) = (3)/(2) (6) (7) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) – (8) – (6) (11b) = {(11a)/10)} x 100 (12a) = (5) * (7) (12b) = {(12a)/(11a)} x 100 (13a) = (11a) – (12a) (13b) = {(13a)/(10)} x 100



Setelah melakukan perhitungan nilai tambah, maka dapat dilakukan pengujian nilai tambah menurut kriteria pengujian Hubeis dalam Maulidah dan Kuswardin (2011) sebagai berikut: 1. Rasio nilai tambah rendah apabila memiliki presentase < 15 persen, 2. Rasio nilai tambah sedang apabila memiliki presentase 15 persen – 40 persen, 3. Rasio nilai tambah tinggi apabila memiliki presentase > 40 persen.



28



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum daerah penelitian yang diuraikan dalam penelitian mencakup: letak geografis dan luas wilayah, keadaan iklim, dan keadaan demografi. 4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah Desa Maabhodo sebagai bagian dari wilayah Kecamatan Kontunaga yang mempunyai luas wilayah 11,23 km². berjarak kurang lebih 2 Km dari ibukota kecamatan dan 09 Km dari ibukota Kabupaten Muna dengan batas sebagai berikut: − Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bungi − Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Batu − Sebelah timur berbatasan dengan Desa Masalili − Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kontunag 4.1.2 Keadaan Iklim Seperti pada umumnya Desa Maabhodo memiliki iklim yang sama dengan daerah-daerah lain di Kecamatan Kontunaga. Seperti pada umumnya iklim diwilayah Indonesia merupakan iklim tropis dengan dua musim yakni musim kemarau dan musin penghujan.Musim kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.Sebaliknya musim hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang tertiup dari Benua



29



Asia dan Samudra Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Pada halnya di Kecamatan Kontunaga angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan iklim ini dikenal sebagai musim pancaroba. 4.1.3 Keadaan Demografi Keadaan kependudukan (demografi) merupakan salah satu aspek yang yang ditelaah dalam penelitian ini. Keadaan demografi mencakup kondisi keadaan penduduk, mata pencaharian dan pendidikan. 4.1.3.1. Jumlah Penduduk Penduduk merupakan salah satu modal pembangunan bangsa, apabila suatu penduduk tersebut dibina dan dikearahkan sebagai tenaga kerja produktif yang berkualitas yang merupakan modal pembangunan yang handal dan dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha pembangunan bangsa.Potensi yang dimaksud adalah sumberdaya manusia (SDM). Dukungan sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan. Terlebih adanya dukungan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya yang sangat potensial maka pembangunan akan terlaksana dengan baik. Penduduk yang berada di Desa Maabhodo pada tahun 2020 berjumlah 2.328 jiwa yang terdiri atas laki-laki 1.152 Jiwa dan perempuan 1.176 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 634 KK. 4.1.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Maabhodo, komposisi penduduk berdasarkan umur terbagi pada beberapa klasifikasi umur yakni nol sampai empat belas tahun, lima belas sampai



30



enam puluh empat tahun, dan enam puluh lima tahun keatas. Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Maabhodo dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Jumlah Penduduk di Desa Maabhodo berdasarkan kelompok umur, Tahun 2020 No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0 – 14 280 12,03 2 15 – 64 1.637 70,32 3 65 keatas 411 17,65 Jumlah 2.328 100 Sumber : Data Monografi Desa Maabhodo, Tahun 2020 Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk yang berada pada kelompok umur produktif yakni 15−64 tahun sebanyak 1,637 jiwa dengan presentase 70%, sedangkan sudah lanjut usia yakni 65 tahun keatas sebanyak 411 jiwa dengan tingkat persentase 18%, dan umur non produktif yaitu 1−14 tahun yang berjumlah 280 jiwa dengan persentase 12%. Umur produktif sangat penting karena dapat membantu dalam melakukan kegiatan usahatani sementara non produktif merupakan penduduk yang belum bisa bekerja dan menghasilkan barang ataupun jasa karena kondisi usia yang berada pada umur 65 tahun yang sudah mencapai usia lanjut sehingga tidak memiliki banyak tenaga dalam melakukan kegiatan pengolahan jambu mete. Umur produktif secara ekonomi dibagi menjadi 3 yaitu kelompok umur 0−14 tahun merupakan usia belum produktif, kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif dan kelompok usia diatas 64 tahun merupakan kelompok usia tidak lagi produktif. Usia produktif merupakan usia ideal untuk bekerja dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan



31



produktivitas kerja serta memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap informasi dan teknologi yang inovatif di bidang pertanian (Mantra, 2004). 4.1.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan bagi seseorang untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, jenis mata pencaharian masyarakat sangatlah beragam hal ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sekaligus berkontribusi untuk kesejahteraan, karena dengan sumber pendapatan yang besar sehingga mempengaruhi gaya hidup seseorang, semakin besar pendapatan yang diterima dari sumber mata pencaharian maka hidupnya juga akan semakin mewah dan berkecukupan. Pada dasarnya masyarakat di Desa Maabhodo hidup dari sektor pertanian. Penduduknya mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda seperti: petani, pedagang, pengusaha, penjahit, PNS/POLRI kesemuanya itu merupakan sarana untuk memperoleh pendapatan berdasarkan mata pencaharian guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Maabhodo. Untuk lebih jelas mengenai keadaan penduduk Desa Maabhodo berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Maabhodo Berdasarkan Mata Pencaharian, Tahun 2020 No. 1 2 3 4 5



Jenis Mata Pencaharian Petani Pedagang Pegawai Swasta PNS/POLRI Lainnya Jumlah Sumber : Data Desa Maabhodo, Tahun 2020



Jumlah (Jiwa) 406 33 26 85 217 767



Persentase (%) 52,93 4,30 3,39 11,08 28,29 100



32



Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Maabhodo sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 406 jiwa dengan persentase 52,93%. Hal ini didukung dengan kondisi geografis Desa Maabhodo adalah daerah pegunungan yang sangat potensial untuk dikembangkannya tanaman perkebunan, sedangkan yang lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai Swasta, PNS/POLRI, dan lain-lain. Mata pencaharian merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan setiap orang, karena untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, masyarakat melakukan berbagai hal yang menghasilkan mulai dari bekerja sebagai Petani, Pedagang, Pegawai Negeri Sipil, dan lain-lain. 4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan indikasi kemajuan suatu daerah, karena tingginya tingkat pendidikan maka perkembangan dari masyarakat akan semakin pesat, dengan pendidikan yang tinggi juga dapat berpengaruh pada pola sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga dapat lebih mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan masyarkat. Untuk itu pendidikan sangatlah perlu karena hal ini sangat berperanpenting dalam pengembangan sumber daya manusia hal itu dapat dilihat dari cara seseorang individu menerima segala informasi dan inovasi terutama yang berkaitan dengan pengembangan usaha ataupun perekonomian. Menurut Kim yang diacu oleh Rianty (2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang berperan dalam meningkatkan keberhasilan



33



dalam usaha.Maka dari itu pendidikan memiliki tingkat urgensi yang cukup tinggi untuk menjalankan suatu usaha khususnya untuk UMKM. Secara keseluruhan, penduduk Desa Maabhodo mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda.Untuk lebih jelasnya mengenai keaadan penduduk Desa Maabhodo berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penduduk Desa Maabhodo Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2020 No. 1 2 3 4 5



Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Belum Sekolah 75 Tamat SD / Sederajat 150 Tamat SLTP / Sederajat 200 Tamat SLTA / Sederajat 125 DIPLOMA / SARJANA 57 Jumlah 607 Sumber : Data Desa Maabhodo, Tahun 2020



Persentase (%) 12,36 24,71 32,95 20,59 9,39 100



Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa penduduk Desa Maabhodo sebagian besar hanya menamatkan pendidikan SLTP sebanyak 200 jiwa (32,95%), belum sekolah 75 jiwa (12,36%), menamatkan SD 150 jiwa (24,71%), menamatkan pendidikan SLTA sebanyak 125 jiwa (20,59%), dan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi



sebanyak 57 Jiwa (9,39%) dari total penduduk. Hal ini



menunjukan sebagian besar penduduk Desa Maabhodo telah menempuh pendidikan formal, sehingga dapat memudahkan untuk menyampaikan dan menerima informasi dalam usaha pengembangan dan peningkatan usahanya. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Profil Usaha Usaha CV. Husakasari Semesta merupakan usaha yang mengolah jambu mete aneka rasa yang bertempat di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna yang dikelolah oleh Bapak Huslamin, S.Pd dengan tenaga kerja



34



yang berjumlah 12 orang. Usaha industri rumah tangga ini didirikan pada tahun 2010 dengan nama UD. Husakasari Semesta namun pada tahun 2017 nama usaha ini berganti menjadi CV. Husakasari Semesta. 4.2.2. Gambaran Umum Informan Gambaran umur informan adalah kumpulan data diri tentang orang yang memiliki atau melakukan kegiatan usaha pengolahan jambu mete menjadi produk aneka rasa. Informan dalam penelitian ini yaitu pemilik usaha CV. Husakasari Semesta. Gambaran umum informan usaha meliputi beberapa hal yaitu: nama, umur, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, dan pengalaman berusaha. Untuk lebih jelasnya identitas informan pemilik usaha dapat dilihat pada tabel 7 berikut. 4.2.2.1. Umur Informan Pada umumnya orang yang relatif lebih muda lebih dinamis dalam bertindak, mampunyai kemampuan fisik yang kuat dan mempunyai keberanian dalam mengambil suatu keputusan serta berani mengambil resiko terhadap kegagalan dalam melaksanakan usaha didalam keluarganya. Sedangkan orang yang berusia lebih tua mempunyai cara berusaha yang lebih matang dan berpengalaman serta lebih berhati-hati dalam bertindak. Pengelompokan umur dalam penelitian berdasarkan klasifikasi Soeharjo dan Patong (1984), yakni penduduk usia belum produktif (0−14 tahun), usia produktif (15−54 tahun), dan usia tidak produktif (lebih dari 55 tahun). Hasil penelitian menunjukan umur informan pemilik usaha “CV. Husakasari Semesta” berumur 35 tahun. Kondisi tersebut menunjukan bahwa responden penelitian termasuk kategori penduduk usia kerja dalam melakukan usaha pengolahan jambu



35



mete dan masih tergolong memiliki usia lebih dinamis dalam bertindak, mempunyai kemampuan fisik yang kuat dan keberanian dalam mengambil suatu keputusan serta berani dalam mengambil resiko terhadap kegagalan dalam melakukan usaha. 4.2.2.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan seseorang lebih cenderung dinamis yang tercermin melalui cara kerja, pola pikir dan mudah tidaknya dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu aspek yang menentukan kemampuan dan cara berfikir petani dan pedagang dalam mengelola usahanya. Semakin tinggi pendidikan formal informan, maka pengetahuan dan wawasannya semakin luas serta cara berfikirnya akan semakin formal. Dengan demikian akan mempercepat proses adopsi inovasi dan informasi dalam upaya mengembangkan usaha yang dikelolanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilik usaha memiliki tingkat pendidikan Sarjana (S1). Pendidikan formal diharapkan dapat mendukung dalam menyerap berbagai informasi tentang kegiatan yang terkait dengan nilai tambah maupun bidang usaha. 4.2.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Tohir dalam Rosnaeni (2019) apabila terdapat tiga orang jumlah tanggungan keluarga dikatakan keluarga kecil, empat sampai enam orang dikatakan keluarga sedang dan keluarga besar lebih dari enam orang. Jumlah tanggungan keluarga yang produktif tentunya akan menyediakan jumlah tenaga



36



kerja keluarga yang besar pula dalam berusaha sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Tetapi jika jumlah anggota keluarga yang besar dan belum berusia produktif, maka akan menjadi beban tanggungan kelurga dalam penyediaan pangan, sandang, kesehatan dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga informan berjumlah tujuh orang. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa informan termasuk keluarga besar dan masuk kategori produktif sehingga bisa membantu berjalannya kegiatan usaha tersebut serta memenuhi kebutuhan keluarga baik untuk konsumsi maupun kepentingan lain seperti pendidikan, kesehatan dan lainlain. 4.2.2.4. Pengalaman Berusaha Menurut Soeharjo dan Patong (1984) ada tiga kriteria pengalaman dalam menjalankan suatu usaha, yaitu cukup berpengalaman 5−10 tahun, berpengalaman lebih dari 10 tahun dan kurang dari 5 tahun kurang berpengalaman. Semakin lama seorang pengolah aktif dalam kegiatan usaha maka semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh sehingga pengolah tersebut lebih dapat mengatasi masalah secara logis dan rasional dibandingkan pengolah yang belum atau kurang berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan cukup berpengalaman terkait nilai tambah dalam bidang usaha dikarenakan lama mengusahakan pengolahan jambu mete dimulai pada tahun 2010 sehingga terhitung 10 tahun.



37



4.3. Pembahasan 4.3.1 Karakteristik Usaha Karakteristik usaha yang meliputi: biaya bahan baku dan bahan penunjang, jumlah dan upah tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan, produksi dan harga penjualan dan nilai tambah. 4.3.1.1. Penyediaan dan Biaya Bahan Baku Penyediaan bahan baku dalam suatu agroindustri, ketersediaan bahan baku secara cukup dan berkelanjutan akan menjamin suatu perusahaan untuk bisa berproduksi secara berkelanjutan. Pada umumnya produk pertanian hanya dapat dihasilkan pada musim-musim tertentu saja, dan para petani tidak dapat berbuat banyak terhadap iklim dan kondisi tanah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, bahan baku utama yang digunakan dalam usaha ini adalah jambu mete dalam bentuk gelondongan yang kemudian dilakukan proses tahap pengkacipan untuk menghasilkan kacang mete mentah yang siap untuk diolah sebagai aneka produk olahan jambu mete. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dari usah CV. Husakasari Semesta, bahan baku diperoleh dari petani atau pedagang pengumpul yang ada di pasar setempat dan daerah sekitaran Kecamatan Kontunga Kabupaten Muna. Biaya bahan baku umumnya menempati urutan tertinggi pada usaha pengolahan jambu di CV. Husakasari semesta. Biaya bahan baku dalam penelitian ini merupakan keseluruhan nilai yang dikeluarkan dalam memperoleh bahan baku yang berupa jambu mete gelondongan dari petani atau pedagang pengumpul, kemudian dilakukan dua proses tahapan sebelum menghasilakan kacang mete



38



mentah yang siap diolah menjadi produk aneka rasa yaitu dengan cara pemisahan kulit luar dan kulit dalam (kulit ari). Dari hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh usaha CV. Husakasari Semesta adalah sebesar Rp15.000/kg bahan baku. Kegiatan proses produksi dilakukan sebanyak 6 kali proses produksi dalam satu bulan dan jumlah bahan baku gelondongan yang diguankan adalah sebesar 7.500 kg dengan rata-rata 1.250 kg/produksi. Dari bahan baku gelondongan diolah (pengkacipan) dengan dua tahapan, sehingga bahan baku dalam bentuk gelondongan berubah bentuk menjadi kacang mete mentah atau kacang mete tanpa kulit maka dari jumlah bahan baku 7.500 kg menghasilakan biji kacang mete mentah sebesar 1.500 kg dengan rata-rata 250 kg/produksi. Besarnya biaya bahan baku yang dikeluarkan tergantung dari jumlah bahan baku yang digunakan. Biaya yang dikeluarkan oleh pengolah untuk biaya bahan baku selama produksi sebesar Rp112.500.000 dengan rata-rata yaitu Rp18.750.000/proses produksi. Kebutuhan bahan baku berdasarkan produk yang diproduksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-Rata Bahan Baku Berdasarkan Produk yang Diproduksi Dalam 6 Kali Produksi Pada Pengolahan Jambu Mete di CV. Husakasari Semesta Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna No



Jenis Produk



1 2 3 4 5



Pedas Manis Gula Merah Manis Asin Panggang Jumlah



Bahan Baku Per Bulan Gelondongan Kulit Ari Kacang Mete (Kg) (Kg) Mentah (Kg) 900 225 180 2.100 525 420 1.200 300 240 3.000 675 600 300 75 60 7.500 1.800 1.500



39



Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah bahan baku jambu mete gelondongan yang digunakan selama berproduksi adalah sebesar 7.500 kg atau setara dengan 1.500 kg kacang mete, karena 4 kg jambu mete gelondongan menghasilkan 1 kg jambu mete kulit ari. 4.3.1.2. Jumlah dan Upah Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja bidang lain yang bukan pertanian. Menurut Tohir (1983) salah satu karakteristik tenag kerja adalah penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas.Tenaga kerja keluarga biasanya terdiri atas petani beserta keluarga dan tenaga luar yang keseluruhannya berperan dalam pengolahn jambu mete. Karakteristik tenaga kerja dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo terbagi atas dua jenis tenaga kerja pengkacip dan tenaga kerja penggoreng. Banyaknya sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda, tergantung jenis tanaman yang diusahakan (Suratiyah, 2015). Setiap usaha



yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja



(Soekartawi, 1993) penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curah tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang dilakukan yaitu upah. Upah merupakan harga untuk jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, sesuai kesepakatan antara orang itu sebagai pemberi jasa dengan orang lain sebagai penerima jasa.



40



Menurut Dewan Penelitian Perusahaan Nasional upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau yang akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau nilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan undang-undang dan peraturan dibayarkan atas suatu perjanjian kerja pemberi kerja dan penerima kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu mete pada usaha CV. Husakasari Semesta mempunyai tenaga kerja sebanyak 12 orang, dimana tenaga kerja dalam usaha ini terbagi dua yaitu pengkacip gelondongan dan pengkacip kulit ari dengan tenaga kerja yang sama sebanyak 10 orang dan tenaga kerja penggoreng sebanyak 2 orang. Para pekerja ini tidak setiap hari melakukan proses produksi, dalam kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh usaha pengolahan jambu mete dilakukan sebanyak 6 kali produksi selama satu bulan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-Rata Pengunaan Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja Dalam Satu Bulan Pengolahan Jambu Mete pada usaha CV. Husakasari Semesta Total Upah Pekerja (Rp) No Jenis Produk Tenaga kerja Pengkacip Pengkacip Penggoreng (Hok) Gelondongan Kulit Ari (Rp) (Rp) (Rp)



Total Upah Pekerja/ Jenis Produk (Rp)



1 Pedas Manis



14,24



1.350.000



900.000



120.000



2.370.000



2 Gula Merah



14,56



3.150.000



2.100.000



120.000



5.370.000



3 Manis



14,32



1.800.000



1.200.000



120.000



3.120.000



14,8



4.500.000



2.700.000



120.000



7.320.000



14,08



450.000



300.000



120.000



870.000



11.250.000



7.200.000



600.000



19.050.000



4 Asin 5 Panggang Total



41



Hasil Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai tenaga kerja dalam produksi satu bulan untuk pekerja pengkacip gelondongan sebesar Rp11.250.000 dengan ratarata Rp1.125.000/orang, sedangkan nilai tenaga kerja pengkacip kulit ari sebesar Rp7.200.000 dengan rata-rata Rp720.000/orang dan untuk nilai tenaga kerja penggoreng sebesar Rp600.000 dengan rata-rata Rp300.000/orang. Sehingga untuk total nilai tenaga kerja pengolahan jambu mete pada usaha CV. Husakasari Semesta dalam 6 kali produksi selama sebulan adalah sebesar Rp19.050.000 dengan rata-rata sebesar Rp3.175.000/roses produksi. 4.3.1.3. Sumbangan Input Lain Sumbangan input lain merupakan biaya yang dikeluarkan yang bukan termaksud biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku karena biaya input lain hanyalah bahan penunjang dalam pengolahan jambu mete. Menurut Soekartawi (1995) menyatakan bahwa biaya variabel merupakan biaya yang digunakan untuk faktor-faktor produksi. 4.3.1.3.1. Biaya Bahan Penolong atau Penunjang Menurut pendapat Velentine (2009) bahan penunjang merupakan faktor produksi lain yang diperlukan pada setiap proses produksi. Bahan penunjang yang dimaksud adalah bahan-bahan yang turut membentuk produk olahan jambu mete. Lebih jelasnya besar biaya bahan penunjang dari ke-lima produk olahan jambu mete disajikan pada Tabel 9 (Data selengkapnya pada lampiran 11).



42



Tabel 9. Jumlah Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna No 1 2 3 4 5



Jenis Produk Pedas Manis Gula Merah Manis Asin Panggang Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2020



Jumlah Biaya Penunjang (Rp) 1.916.000 2.508.000 1.496.000 1.105.000 276.000 7.301.000



Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya bahan penunjang yang digunakan pada usaha pengolahan jambu mete untuk produk jambu mete rasa pedas manis sebesar Rp1.916.000, rasa gula merah sebesar Rp2.508.000, rasa manis sebesar Rp1.496.000, rasa asin Rp1.105.000 dan untuk produk jambu mete rasa panggang sebesar Rp276.000 sehingga biaya yang dikeluarkan dari kelima jenis produk dalam satu bulan adalah Rp7.301.000. 4.3.1.3.2. Biaya Penyusutan Peralatan Perencanaan pengadaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien dapat menjadikan kegiatan produksi berjalan lancer serta dapat meningkatkan hasil dan keuntungan bagi usaha pengolahan jambu mete aneka rasa. Rincian biaya penggunaan peralatan pada usaha CV. Husakasari semesta di Desa Maabhodo dapat dilihat pada Tabel 10.



43



Tabel 10. Jumlah Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usaha Industri Rumah Tangga CV. Husakasari Semesta dalam Satu Bulan di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Tahun 2020 No



Jenis Alat



Jumlah (Unit)



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



Parang 10 Mesin penggoreng 1 Mesin Peneris Minyak 1 Mesin Panggang 1 Pemotong Kertas 1 Mesin Print 1 Blender 1 Timbangan Digital 2 Mesin Pres 1 Keranjang Tiris 6 Loyang 8 Tabung gas 1 Sendok Wajan 2 Wajan 2 Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2020



Harga (Rp) 90.000 3.000.000 1.895.000 1.200.000 120.000 1.200.000 700.000 110.000 158.000 35.000 120.000 350.000 10.000 200.000 9.188.000



Harga Umur Nilai Akhir Ekonomis Penyusutan (Rp) (Bulan) (Rp/bulan) 45.000 120 3.750 1.500.000 48 31.250 947.500 48 19.740 600.000 24 25.000 60.000 48 1.250 600.000 120 5.000 350.000 48 7.292 55.000 120 916 79.000 48 1.646 17.500 120 876 60.000 120 4.000 175.000 48 3.646 5.000 120 84 100.000 120 1.666 4.594.000 1.152 106.116



Berdasarkan Tabel 10 Menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pengolah jambu mete aneka rasa untuk biaya penyusutan peralatan adalah sebesar Rp 106.166,- per bulan dengan penggunaan bahan baku sebesar 7.500 kilogram per bulan sehingga biaya yang dikeluarkan oleh pongolah untuk biaya penyusutan peralatan per kilogram bahan baku adalah sebesar Rp 14,148-. Biaya penyusutan peralatan pada pengolahan jambu mete aneka rasa yang terbesar adalah penyusutan mesing penggoreng yaitu sebesar Rp 31.250,- dan biaya penyusutan peralatan yang terendah adalah penyusutan sendok wajan yaitu sebesar Rp 84,-. 4.3.1.3.3. Biaya Perlengkapan Biaya perlengkapan dalam penelitian ini yaitu beben operasi yang menggambarkan biaya yang ada kaitannya dengan usaha pengolahan jambu mete



44



menjadi jambu mete olahan beraneka rasa pada usaha CV. Husakasari semesta. Biaya perlengkapan yang terdapat dalam penelitian ini mencakup biaya-biaya seperti biaya transportasi pengiriman dan biaya tagihan listrik, seperti disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya Perlengkapan yang digunakan Pada Usaha Pengolahan Jambu Mete di CV. Husakasari Semesta No 1 2



Jenis Perlengkapan Biaya Transportasi Biaya Tagihan Listrik Jumlah Sumber: Data primer diolah 2020



Jumlah (Rp/bulan) 300.000 120.000 420.000



Tabel 11 Menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam usaha industri rumah tangga CV. Husakasari Semesta untuk biaya transportasi yang dikelurkan selama pengiriman adalah sebesar Rp300.000 ditiga daerah yaitu Kendari, Kolaka dan Buton Utara (Ereke). Biaya penerangan (listrik) pemilik usaha mengelurkan biaya sebesar Rp120.000 dalam masa 6 kali produksi selama satu bulan. Jadi total biaya perlengkapan yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan jambu mete menjadi produk jadi aneka rasa pada usaha CV. Husakasari Semesta adalah Rp420.000/bulan. 4.3.1.4. Produksi Produk dalam usaha CV. Husakasari Semesta yang dihasilkan dalam usaha pongolahan jambu mete adalah jambu mete yang siap saji yaitu jambu mete rasa pedas manis, gula merah, manis, asin dan panggang dan produksi dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memenuhi permintaan, dalam satu bulan usaha CV. Husakasari Semesta



45



melakukan kegiatan produksi sebanyak 6 kali produksi. Adapun keadaan produksi pada usaha pengolahan jambu mete aneka rasa di Desa Maabhodo dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Produksi Jambu Mete Aneka Rasa Selama Satu Bulan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Tahun 2020 No



Jenis Produk Bahan Baku yang digunakan (Kg) Gelondongan Kacang Mete 1 Pedas Manis 900 180 2 Gula Merah 2.100 420 3 Manis 1.200 240 4 Asin 3.000 600 5 Panggang 300 60 Jumlah 7.500 1.500 Sumber: Data primer diolah 2020



Produksi (Kg)



180 420 240 600 60 1.500



Hasil Produksi Per Bulan (Kg) 198 462 264 540 54 1.518



Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah hasil produksi yang paling tinggi diproduksi dalam satu bulan adalah produk jambu mete rasa asin sebesar 540 kg dengan penggunaan bahan baku gelondongan sebesar 3.000 kg, sedangkan untuk hasil produksi yang paling rendah adalah produk jambu mete rasa panggang sebesar 54 kg dengan bahan baku gelondongan sebesar 300 kg. 4.3.1.5. Harga Jual Produk Jambu Mete Harga merupakan jumlah nilai yang ditukarkan oleh pedagang atas suatu produk. Dalam usaha pengolahan jambu mete pada usaha CV. Husakasari Semesta, harga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, karena harga memegang peranan penting dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga produk dari usaha industri CV. Husakasari Semesta yang berupa jambu mete aneka rasa yaitu



46



Rp170.000/kg untuk produk rasa pedas manis, gula merah, manis, dan panggang sedangkan untuk rasa asin sebesar Rp175.000/kg. 4.3.1.6. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu akhir dari pengolahan jambu mete menjadi aneka olahan produk jambu mete aneka rasa, dimana jambu mete yang sudah olah siap untuk ditrasportasikan ke lokasi penjualan untuk dipasarkan. Sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Kotler dan Amstrong (2008) bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai dengan pihak lain. Dari hasil penelitian bahwa yang menjadi daerah destinasi pemasaran produk olahan jambu mete CV. Husakasari semesta yaitu Kendari, Kolaka, dan Buton Utara (Ereke) dengan sistem titip di tokoh atau swalayan. 4.3.1.7. Nilai Tambah Analisis nilai tambah diperlukan untuk mengetahui berapa besar pertambahan nilai dari bahan baku yang mengalami suatu proses pengolahan. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengolahan jambu mete menjadi jambu mete aneka olahan produk aneka rasa yang memberikan keuntungan tambahan bagi usaha pengolahan jambu mete tersebut. Analisis nilai tambah dilakukan menggunakan metode Hayami. Komponen utama dalam perhitungan nilai tambah adalah bahan baku, output/produk yang dihasilkan, input tenaga kerja dan juga sumbangan input lain. Perhitungan nilai tambah dari pengolahan jambu mete dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.



47



Tabel 13. Hasil Analisis Nilai Tambah Aneka Olahan Produk Jambu Mete Metode Hayami, et. al (1987) No



Variabel (Output, Input dan Harga)



Jenis Produk (Nilai) Pedas Manis



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Gula Merah



Manis



Asin



Pangga ng



Output (Kg/Bulan) 198 462 264 540 54 Bahan Baku 900 2.100 1.200 3.000 300 Tenaga Kerja (Hok) 14,24 14,56 14,32 14,8 14,08 Faktor Konversi = (1/2) 0,22 0,22 0,22 0,18 0,18 Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) 0,015 0,006 0,011 0,004 0,046 Harga Output (Rp/Kg) 170.000 170.000 170.000 175.000 170.000 Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/Hok) 27.739 61.470 36.313 82.432 10.298 Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) 2.713 1.444 1.685 543 2.673 Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) 37.400 37.400 37.400 31.500 30.600 a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) 19.687 20.956 20.715 15.957 12.927 b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) 52,63 56,03 55,38 50,65 42,24 a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) 416 369 399 330 474 b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) 2,11 1,75 1,92 2,06 3,66 a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) 19.271 20.587 20.316 15.672 12.453 b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%) 98 98 98 98 96 Sumber : Data Primer diolah, 2020 Berdasarkan Tabel 13 bahwa rata-rata produksi jambu mete yang dihasilkan per produksi untuk masing-masing rasa adalah sebesar 198 kg untuk rasa pedas manis, 462 kg rasa gula merah, 264 kg rasa manis, 540 kg rasa asin dan rasa panggang 54 kg. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan jambu mete adalah sebesar a) rasa pedas manis 900 kg, b) rasa gula merah 2.100 kg, c) rasa manis 1.200, d) rasa asin 540 dan e) rasa panggang 54 kg jambu mete gelondongan. Adanya faktor konversi yang merupakan hasil perbandingan antara nilai output dengan nilai input sebesar 0,22 kg dan 0,18 kg yang memiliki arti bahwa setiap 1 kilogram jambu mete yang diolah akan



48



menghasilkan 0,22 kg dan 0,18 kg produk olahan jambu mete. Koefisien tenaga kerja diperoleh dari perbandingan antara tenaga kerja dengan nilai input bahan baku yakni sebesar (rasa pedas manis 0,015, rasa gula merah 0,006, rasa manis 0,011, rasa asin 0,004 dan rasa panggang 0,046). Harga rata-rata produk olahan jambu mete dalam pemasarannya adalah Rp170.000/kg dan Rp175.000/kg untuk produk jambu mete rasa asin, dengan upah rata-rata tenaga kerja yang dikeluarkan usaha CV. Husakasari Semesta dalam mengolah jambu mete menjadi olahan produk jambu mete untuk perprosesnya adalah sebesar a) rasa pedas manis Rp27.739, b) rasa gula merah Rp61.470, c) rasa manis Rp36.313, d) rasa asin Rp82.432 dan e) rasa panggang Rp10.298 per tenaga kerja (HOK). Bahan baku yang diolah oleh usaha CV. Husakasari Semesta diperoleh dari petani jambu mete dan pedagang pengumpul yang ada dipasar setempat dan daerah sekitaran Kecamatan Kontunaga, dengan harga rata-rata bahan baku sebesar Rp15.000/kg. Sumbangan input lain merupakan perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan. Komponen yang dihitung dalam perhitungan sumbangan input lain dalam usaha pengolahan jambu mete meliputi biaya bahan penolong, penyusutan peralatan, penerangan, dan transportasi kecuali bahan baku dan tenaga kerja. Total untuk keseluruhan biaya sumbangan input lain adalah sebesar Rp2.442.116 dengan input bahan baku 900 kg (rasa pedas manis), Rp3.034.116 dengan input bahan baku 2.100 kg (rasa gula merah), Rp2.022.116 dengan input bahan baku 1.200 kg (rasa manis), Rp1.631.116 dengan input bahan baku 3.000 kg (rasa asin) dan



49



Rp802.116 dengan input bahan baku 300 kg (rasa panggang) dalam kurun waktu satu bulan. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut, diperoleh nilai untuk sumbangan input lain sebesar a) rasa pedas manis Rp2.713/kg, b) rasa gula merah Rp1.444/kg, c) rasa manis Rp1.685/kg, d) rasa asin Rp543/kg dan e) rasa panggang Rp2.673/kg. Nilai output merupakan perkalian antar faktor konversi dengan harga produk, hasil perkalian tersebut akan menghasilkan nilai output sebesar Rp37.400/kg bahan baku untuk produk rasa pedas manis, rasa gula merah dan rasa manis, sedangkan produk jambu mete rasa asin sebesar Rp31.500/kg bahan baku dan untuk produk rasa panggang sebesar Rp30.600/kg bahan baku. Nilai output dipengaruhi oleh besarnya nilai faktor konversi. Nilai tambah yang diperoleh merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolah. Nilai tambah produk olahan jambu mete pada usaha CV. Husakasari Semesta sebesar (rasa pedas manis Rp19.687/kg, rasa gula merah Rp20.956/kg, rasa manis Rp20.715/kg, rasa asin Rp15.957/kg dan untuk rasa panggang Rp12.927/kg produk jambu mete. Hal ini diperoleh dari hasil pengurangan antara nilai output dikurangi harga bahan baku dan dikurangi sumbangan input lain. Rasio nilai tambah yang dihasilkan pada pengolahan jambu mete adalah sebesar a) rasa pedas manis 52,63%, b) rasa gula merah 56,03%, c) 55,38%, d) rasa asin 50,65% dan rasa panggang 42,24% yang diperoleh dari pembagian antara nilai tambah dengan nilai output kemudian dikali 100. Hal ini menunjukan bahwa setiap Rp100 nilai output olahan jambu mete akan memperoleh nilai tambah yang telah dijelaskan diatas. Imbalan tenaga kerja langsung merupakan



50



nilai dari koefisien tenaga kerja dikali dengan nilai upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp416/kg rasa pedas manis, Rp369/kg rasa gula merah, Rp399/kg rasa manis, Rp330/kg rasa asin dan untuk rasa panggang sebesar Rp474/kg produk jambu mete. a) olahan produk jambu mete rasa pedas manis, bagian tenaga kerja langsung merupakan nilai persentase dari nilai pendapatan tenaga kerja langsung dibagi dengan nilai tambah sebesar 2,11%. Dari hasil perhitungan nilai tambah diperoleh keuntungan dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo sebesar Rp19.271/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 98%, b) olahan produk jambu mete rasa gula merah, bagian tenaga kerja langsung merupakan nilai persentase dari nilai pendapatan tenaga kerja langsung dibagi dengan nilai tambah sebesar 1,75%. Dari hasil perhitungan nilai tambah diperoleh keuntungan dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo sebesar Rp20.587/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 98%, c) olahan produk jambu mete rasa manis, bagian tenaga kerja langsung merupakan nilai persentase dari nilai pendapatan tenaga kerja langsung dibagi dengan nilai tambah sebesar 1,92%. Dari hasil perhitungan nilai tambah diperoleh keuntungan dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo sebesar Rp20.316/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 98%, d) olahan produk jambu mete rasa asin, bagian tenaga kerja langsung merupakan nilai persentase dari nilai pendapatan tenaga kerja langsung dibagi dengan nilai tambah sebesar 2,06%. Dari hasil perhitungan nilai tambah diperoleh keuntungan dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo sebesar Rp15.672/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 98% dan e) olahan produk jambu mete rasa panggang, bagian tenaga kerja langsung merupakan nilai persentase dari nilai pendapatan tenaga



51



kerja langsung dibagi dengan nilai tambah sebesar 3,66%. Dari hasil perhitungan nilai tambah diperoleh keuntungan dalam pengolahan jambu mete di Desa Maabhodo sebesar Rp12.453/kg dengan tingkat keuntungan sebesar 96%. Berdasarkan kriteria pengujian, nilai tambah pengolahan jambu mete menjadi olahan produk jambu mete pada usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna mempunyai nilai tambah yang tinggi karena rasio nilai tambah yang diperoleh diatas 40%. Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada pengolahan jambu mete memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada melakukan penjualan jambu mete dalam bentuk gelondongan karena dari segi penerimaan petani pengolahan jambu mete dengan petani yang menjual jambu mete dalam bentuk gelondongan sangatlah jauh berbeda. Adapun penerimaan yang diperoleh petani yang mengolah jambu mete menjadi jambu mete aneka olahan produk dengan lima jenis rasa adalah sebesar Rp 170.000/kg dan Rp 175.000/kg untuk harga produk jambu mete rasa asin, sedangkan total penerimaan petani yang menjual jambu mete dalam bentuk gelondongan adalah Rp 15.000/kg, hal ini menunjukan bahwa pengolahan jambu mete menjadi aneka olahan produk lebih menguntungkan dibandingkan menjual jambu mete dalam bentuk gelondongan. Berdasarkan semua hasil yang diperoleh dilapangan bahwa usaha pengolahan jambu mete di CV. Husakasari Semesta memiliki tingkat rasio nilai tambah yang tinggi, karena memiliki nilai persentase lebih dari 40%. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2015) melakukan penelitian tentang



52



analisis nilai tambah pengolahan ikan kembung rebus di Kota Medan bahwa rasio nilai tambah yang diperoleh masih tergolong rendah yaitu lebih kecil dari 40%.



53



V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tambah yang diberikan dari aneka olahan produk jambu mete adalah rasa pedas manis sebesar Rp19.687/kg bahan baku dengan besar rasio nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp52,63%, rasa gula merah sebesar Rp20.956/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar Rp56,03%, rasa manis sebesar Rp20.715/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar Rp55,38%, rasa asin sebesar Rp 15.957/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar Rp 50,65% dan rasa panggang sebesar Rp 12.927/kg bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar Rp 42,24%. Dari kelima produk olahan tersebut yang memberikan nilai tambah yang paling besar adalah produk jambu mete rasa gula merah. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: 1. Usaha pengolah jambu mete, yang dilakukan oleh CV. Husakasari Semesta perlu terus dikembangkan dengan meningkatkan jumlah bahan baku yang diolah, karena terbukti usaha tersebut mampu memberikan nilai tambah yang besar utamanya produk jambu mete rasa gula merah. 2. Kepada pemerintah diharapkan agar selalu memperhatiakan para pengusaha kecil



khususnya



dalam



peningkatan kualitas usaha.



hal



pembinaan



keterampilan



pendampingan



54



55



DAFTAR PUSTAKA



Ahyari, Agus. 1986. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2018. Doll dan Orazem. 1998. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Bandung: CV. Alfabeta. Frisdiantara, C dan Mukhklis, I. 2016. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang. Malang. Gaspersz, V. 1996. Ekonomi Manajerial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hadi, P, U. 2015. Reformasi Kebijakan Penciptaan Nilai Tambah Produk Pertanian Indonesia. Penilitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Hayami, et. all. 1987. Agricultural marketing and processing in upland Java A perspective from a Sunda village. Bogor: CGPRT Centre. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2012. Kajian Nilai Tambah Produk Pertanian. Jakarta. Kotler, P dan Keller, L. K. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua Belas, Jilid 2, dialih bahasa Oleh Benjamin. Jakarta: PT. Indeks. Listyati, D dan Sudjarmoko, B. 2011. prospek-usaha-jambe-mete-di Indonesia. Sukabumi 43357. Lubis, I. 2010. Mengenali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum. Kompas Gramedia. Jakarta. Muslimin. 2018. Analisis Pendapatan UKM Olahan Jambu Mente (Studi Kasus UKM Ridho Bedungun Tanjung Redeb Berau. STIE Muhammadiyah Tanjung Radeb-Berau: Kalimantan Timur. Nain, A, S, M dan Rasli, A, M. 2005. Pengurusan Teknologi. Universitas Teknologi Malaysia. Johor Darul Ta’zim. Nasution, Rizka Yulianti. 2018. Jurnal Skripsi Analisis Nilai Tambah Usaha Pengolahan Ikan Teri (Kasus : Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan). Medan: Universitas Sumatera Utara.



56



Pindyck, R, S and Rubinfeld. 2009. Microeconomics. Edisi ke enam. Diterjemahkan oleh PT Indeks. Jakarta. Putong, I. 2015. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra Wacana Media : Jakarta. Rianty. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta : Grasndo. Rosnaeni. 2019. Analisis Nilai Tambah Pengelolaan Nilam Menjadi Minyak di Desa Andowengga Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo.Kendari. Simanjuntak, Alfredo Pahala. 2017. Jurnal Skripsi Analisis Nilai Tambah Pada Industri Pengolahan Ikan Asin (Studi Kasus: Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat).Medan: Universitas Sumatera Utara. Siregar, Rizki Yulia. 2017. Jurnal Skripsi Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ikan Kembung Rebus di Kota Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Soeharjo A, Patong D. 1984.Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani.Hasanuddin. Ujung Pandang. Soekartawi. 1991. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta. Sudiyono, A. 2004.Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press. Sugiarto, dkk. 2007. Ekonomi Mikro.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suprapto, 2006.Proses Pengolahan dan Nilai Tambah. Jakarta: Penebar Swadaya. Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Surni, et. All. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pemasaran Sagu di Sulawesi Tenggara, Indonesia. Jurnal IOSR Pertanian dan Ilmu Kedokteran Hewan (IOSR-JAVS) 2372. Volume 12, Edisi 3 Ser. III



e-ISSN:



2319-2380,



p-ISSN:



2319-



Tambunan. 1999. Perekonomian Industri Skala Kecil di Indonesia. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Tohir dalam Suratiyah, K. 2015.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.



57



58



Lampiran 1 Peta Wilayah Penelitian



Lokasi Penelitian



Sumber : id.m.wikipedia.org



59



Lanjutan lampiran 1 Peta Wilayah Penelitian



Tempat Penelitian



Sumber :www.pa-raha.go.id



60



Lampiran 2 Identitas Responden Penelitian IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN A. Identitas Responden/Pemilik Usaha a. Nama



: Huslamin, S.Pd



b. Umur



: 35 Tahun



c. Jenis Kelamin



: Laki-laki



d. Tingkat Pendidikan



: Sarjana (S1)



e. Jumlah Anggota Keluarga



: 7 Orang



f. Pengalaman Berusaha



: 10 Tahun



B. Profil Usaha a. Nama Usaha



: CV. Husakasari Semesta



b. Tahun Berdiri



: 2010



c. Jumlah Tenaga Kerja : 12 Orang d. Jenis Usaha



: Pengolahan Jambu Mete



61



Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ANALISIS NILAI TAMBAH DAN BREAK EVEN POINT ANEKA OLAHAN PRODUK JAMBU METE DI DESA MAABHODO KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA (Studi Kasus CV. Husakasari Semesta)



Tanggal Wawancara



:



Nama Usaha



:



Lokasi Usaha



:



A. Identitas Responden 1. Nama



:



2. Umur



:



3. Alamat



:



RT/ RW



:



Desa/ Kelurahan



:



Provinsi



:



4. Agama



:



5. Suku



:



6. Pendidikan Terakhir



:



7. Pekerjaan



:



8. Jumlah Anggota Keluarga



:



Orang



9. Tahun Berdiri usaha



:



Tahun



10. Pengalaman berusaha



:



Tahun



62



11. Sejarah singkat usaha yang dijalankan ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ B. Kebutuhan bahan baku per bulan 1. Jambu mete gelondong



: a. b.



Kg Rp/kg



C. Biaya 1. Biaya Tetap No.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Jenis Peralatan



Jumlah (Satuan)



Harga Per Satuan (Rp)



Total Biaya (Rp/bulan)



63



2. Biaya Variabel a. Produk Pedas Manis No



Bahan Baku



Jumlah (Kg)



Harga Per Satuan (Rp/ Kg)



Total Biaya (Rp/bulan)



Jumlah (Kg)



Harga Per Satuan (Rp/ Kg)



Total Biaya (Rp/bulan)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



b. Produk Gula Merah No.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Bahan Baku



64



c. Produk Manis No.



Bahan Baku



Jumlah (Kg)



Harga Per Satuan (Rp/ Kg)



Total Biaya (Rp/bulan)



Jumlah (Kg)



Harga Per Satuan (Rp/ Kg)



Total Biaya (Rp/bulan)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. d. Produk Asin No.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Bahan Baku



65



e. Produk Pedas Panggang No.



Bahan Baku



Jumlah (Kg)



Harga Per Satuan (Rp/ Kg)



Total Biaya (Rp/bulan)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



3. Biaya Tenaga Kerjadan Upah Tenaga Kerja Pengolahan Jambu Mete No



Produksi (Kg)



Harga (Rp/ Kg)



Tenaga Kerja (Rp)



Upah Tenaga Kerja ( Rp)



1. 2. 3. 4. 5.



D. Pemasaran dan Penerimaan 1. Bagaimana proses pemasaran ? (melalui perdagangan pengumpul, koperasi atau perusahaan) 2. Apakah ada hambatan dalam hal pemasaran ?Sebutkan !



Upah RataRata (Rp)



66



___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 3. Penerimaan Per Bulan No.



Jenis Produk



1.



Pedas Manis



2.



Gula Merah



3.



Manis



4.



Asin



5.



Panggang



Jumlah Produksi (Kg/ bulan)



Harga Produksi (Rp)



Penerimaan (Rp/ bulan)



68



Lampiran 4. Bahan Baku yang digunakan Berdasarkan Jenis Produk Yang diproduksi Per Proses Produksi Pada Pengolahan Jambu Mete Pada Uusaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Bahan Baku yang digunakan Pedas Manis



No 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata²



Proses Produksi 1 1 1 1 1 1 6 1



Gelondongan (Kg) 150 150 150 150 150 150 900 150



Kulit Ari Kacang (Kg) Mete (Kg) 37.5 30 37.5 30 37.5 30 37.5 30 37.5 30 37.5 30 225 180 37.5 30



Produksi 30 30 30 30 30 30 180 30



Hasil Produksi (Kg) 33 33 33 33 33 33 198 33



Gelondongan (Kg) 350 350 350 350 350 350 2100 350



Gula Merah Kacang Kulit Ari Mete (Kg) (Kg) 87.5 70 87.5 70 87.5 70 87.5 70 87.5 70 87.5 70 525 420 87.5 70



Produksi 70 70 70 70 70 70 420 70



Hasil Produksi (Kg) 77 77 77 77 77 77 462 77



Lanjutan Lampiran 4. Bahan Baku yang digunakan Berdasarkan Jenis Produk Yang diproduksi Per Proses Produksi Pada Pengolahan Jambu Mete Pada Uusaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna



Gelondongan (Kg) 200 200 200 200 200 200 1200



Kulit Ari (Kg) 50 50 50 50 50 50 300



Manis Kacang Mete (Kg) 40 40 40 40 40 40 240



Produksi 40 40 40 40 40 40 240



Hasil Produksi (Kg) 44 44 44 44 44 44 264



Gelondongan (Kg) 500 500 500 500 500 500 3000



Kulit Ari (Kg) 112.5 112.5 112.5 112.5 112.5 112.5 675



Asin Kacang Mete (Kg) 100 100 100 100 100 100 600



Panggang



Produksi 100 100 100 100 100 100 600



Hasil Produksi (Kg) 90 90 90 90 90 90 540



Gelondongan (Kg) 50 50 50 50 50 50 300



Kulit Ari (Kg) 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 12.5 75



Kacang Mete (Kg) 10 10 10 10 10 10 60



Produksi 10 10 10 10 10 10 60



Hasil Produksi (Kg) 9 9 9 9 9 9 54



69 200



50



40



40



44



500



112.5



100



100



90



50



12.5



10



10



9



70



Lampiran 5 Biaya Bahan Baku yang dikeluarkan Pengolah Jambu Mete Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna



No 1 1 2 3 4 5 Jumlah



Jenis Produk 2 pedas manis gula merah manis asin panggang



Bahan Baku yang digunakan (Kg)



Harga Bahan Baku Per Kg (Rp)



3 900 2.100 1.200 3.000 300 7.500



4 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000



Jumlah Biaya Bahan Baku yang digunakan (Rp) 5=3x4 13.500.000 31.500.000 18.000.000 45.000.000 4.500.000 112.500.000



Lampiran 6. Jumlah Jam dan Hari Kerja Pengkacip Jambu Mete Gelondongan di Desa Maabhodo No 1 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata²



Proses Jam Kerja Produksi (Jam) 2 3 1 8 1 8 1 8 1 8 1 8 1 8 6 48 1 8



Tenaga Kerja 4 10 10 10 10 10 10 60 10



Total Jam Kerja (Jam) 5=3x4 80 80 80 80 80 80 480 80



Hari Kerja (Hok) 6=5/8 10 10 10 10 10 10 60 10



Lampiran 7. Jumlah Jam dan Hari Kerja Pembersih Jambu Mete Kulit Ari di Desa Maabhodo No. 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata²



Proses Produksi 1 1 1 1 1 1 6 1



Jam Kerja 3 3 3 3 3 3 18 3



Tenaga Kerja 10 10 10 10 10 10 60 10



Total Jam Kerja (Jam) 30 30 30 30 30 30 180 40



Hari Kerja (Hok) 4 4 4 4 4 4 24 4



71



Lampiran 8. Jumlah Jam dan Hari Kerja Penggoreng Jambu Mete di Desa Maabhodo No. 1 2 3 4 5



Jenis Produk pedas manis gula merah manis asin panggang Jumlah



Jumlah Produksi 30 70 40 100 10 250



Tenaga Kerja 2 2 2 2 2 10



Hari Kerja (Hok) 0,24 0,56 0,32 0,8 0,08 2



Lampiran 9. Total HOK (Pengkacip Gelondongan, Pembersih Kulit Ari dan Penggoreng) dalam Proses Pengolahan Jambu Mete di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna No.



Jenis Produk



1 2 3 4 5



Pedas Manis Gula Merah Manis Asin Panggang



HOK (Pengkacip Gelondongan) 10 10 10 10 10



HOK (Pembersih Kulit Ari) 4 4 4 4 4



HOK (Penggoreng)



Total HOK



0,24 0,56 0,32 0,8 0,08



14,24 14,56 14,32 14,8 14,08



72



Lampiran 10 Jumlah dan Upah Tenaga Kerja Dalam Satu Bulan Pengkacip Gelondongan Jambu Mete Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunga Kabupaten Muna No



Pros Tenaga Upah es Kerja (Rp/Kg) Pedas Manis Prod (Hok) Jambu Total Upah uksi Gelondon Upah Rata-Rata gan Pekerja (Rp/Tk) (Kg) (Rp) 1 1 10 1.500 150 225.000 22.500 2 1 10 1.500 150 225.000 22.500 3 1 10 1.500 150 225.000 22.500 4 1 10 1.500 150 225.000 22.500 5 1 10 1.500 150 225.000 22.500 6 1 10 1.500 150 225.000 22.500 ∑ 6 60 9.000 900 1.350.000 135.000 Rata² 1 10 1.500 150 225.000 22.500



Jenis Produk Gula Merah Manis Asin Panggang Jambu Total Upah Rata- Jambu Total Upah Jambu Total Upah Jambu Total Upah Gelond Upah Rata Gelond Upah Rata- Gelondo Upah Rata-Rata Gelond Upah Rata-Rata ongan Pekerja (Rp/Tk) ongan Pekerja Rata ngan Pekerja (Rp/Tk) ongan Pekerja (Rp/Tk) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Rp/Tk) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500 2.100 3.150.000 315.000 1.200 1.800.000 180.000 3.000 4.500.000 450.000 300 450.000 45.000 350 525.000 52.500 200 300.000 30.000 500 750.000 75.000 50 75.000 7.500



Lanjutan lampiran 10 Jumlah dan Upah Tenaga Kerja dalam Satu Bulan Pembersih Jambu Mete Kulit Ari Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunga Kabupaten Muna No



1 2 3 4 5 6



Proses Tenaga Upah Pedas Manis Produksi Kerja (Rp/ Jambu Total Upah Jambu (Hok) Kg) Kulit Upah RataKulit Ari Pekerja Rata Ari (Kg) (Rp) (Rp/Tk) (Kg) 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5 1 4 4.000 37.5 150.000 15.000 87.5



Gula Merah Total Upah Pekerja (Rp) 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000



Upah RataRata (Rp/Tk) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000



Jenis Produk Manis Asin Panggang Jambu Total Upah Jambu Total Upah Jambu Total Upah Kulit Upah Rata- Kulit Upah RataKulit Upah Rata-Rata Ari Pekerja Rata Ari Pekerja Rata Ari Pekerja (Rp/Tk) (Kg) (Rp) (Rp/Tk) (Kg) (Rp) (Rp/Tk) (Kg) (Rp) 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000 50 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000 12.5 50.000 5.000



73 ∑ Rata²



6 1



24 4



4.000 4.000



225 900.000 90.000 37.5 150.000 15.000



525 87.5



2.100.000 350.000



210.000 35.000



300 50



1.200.000 120.000 675 2.700.000 270.000 200.000 20.000 112.5 450.000 45.000



75 12.5



300.000 50.000



30.000 5.000



Lanjutan lampiran 10 Jumlahdan Upah Tenaga Kerja dalam Satu Bulan Penggoreng Jambu Mete Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunga Kabupaten Muna No



1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata-Rata



Proses Produksi



Tenaga Kerja (Hok)



Upah/TK (Rp)



Pedas Manis



1 1 1 1 1 1 6 1



2 2 2 2 2 2 12 2



10..000 10..000 10..000 10..000 10..000 10..000 60.000 10.000



20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 120.000 20.000



Upah Tenaga Kerja Per Produksi (Rp) Gula Merah Manis Asin 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 120.000 20.000



20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 120.000 20.000



20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 120.000 20.000



Panggang



Total Upah Pekerja (Rp)



20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 120.000 20.000



100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 600.000 100.000



Lanjutan lampiran 10 Total Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Produk Pada Usaha CV. Husakasari Semesta Per Proses Produksi No



1 2 3 4 5



Jenis Produk



Pedas Manis Gula Merah Manis Asin Panggang



Upah Tenaga Kerja Per Proses (Rp) Pengkacip Pengkacip Kulit Ari Penggoreng Gelondongan 225.000 150.000 20.000 525.000 350.000 20.000 300.000 200.000 20.000 750.000 450.000 20.000 75.000 50.000 20.000



Total Upah Tenaga Kerja (Rp) 395.000 895.000 520.000 1.220.000 145.000



Tota Upah Tenaga Kerja (Rp/Hok) 27.739 61.470 36.313 82.432 10.298



73



Lampiran 11 Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Industri Rumah Tangga CV. Husakasari Semesta Selama 6 Kali Produksi Jenis Produk Rasa Pedas Manis Bahan Jumlah Harga Penunjang (Satuan) (Rp) Nilai (Rp) Gula Merah Gula Pasir 24 Kg 15.000 360.000 Minyak Goreng 30 Liter 10.000 300.000 Tepung Terigu 48 Kg 7.000 336.000 Cabe 12 Liter 40.000 480.000 Bawang Merah 2 Kg 30.000 60.000 Bawang Putih 1 Kg 60.000 60.000 Kaldu Ayam 60 Bungkus 500 30.000 Garam 2 Bungkus 7.000 14.000 Jumlah 1.640.000



Rasa Gula Merah Jumlah Harga (Satuan) (Rp) Nilai (Rp) 102 Kg 16.000 1.632.000 60 Liter 10.000 600.000 - 2.232.000



Rasa Manis Rasa Asin Jumlah Harga Jumlah Harga (Satuan) (Rp) Nilia (Rp) (Satuan) (Rp) 30 Kg 15.000 450.000 30 Liter 10.000 300.000 60 Liter 10.000 48 Kg 7.000 336.000 2 Kg 30.000 60.000 1 Kg 60.000 60.000 3 Kg 60.000 2 Bungkus 7.000 14.000 7 Bungkus 7.000 - 1.220.000 -



Nilai (Rp) 600.000 180.000 49.000 829.000



Lanjutan lampiran 11 Biaya Bahan Penunjang Lainnya yang digunakan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta Selama Satu Bulan dalam 6 Kali Produksi No. 1 2 3 4



Bahan Penunjang Plastik Kemasan Kertas A4 Tinta Print Gas Elpiji 5,5



Satuan Pak Rim Botol Kg



Jumlah 10 2 4 2



Harga Per Satuan (Rp) 100.000 45.000 20.000 105.000



Biaya Total (Rp) 1.000.000 90.000 80.000 210.000 1.380.000 276.000



74



Lanjutan lampiran 11. Jumlah Biaya Bahan Penunjang yang digunakan Selama Satu Bulan Pada Usaha CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna No. 1 2 3 4 5



Jenis Produk Pedas Manis Gula Merah Manis Asin Panggang Jumlah



Jumlah Biaya Penunjang (R) 1.916.000 2.508.000 1.496.000 1.105.000 276.000 7.301.000



75



Lampiran 12 Penyusutan Peralatan dengan Metode Garis Lurus dalam Pengolahan Jambu Mete Pada CV. Husakasari Semesta di Desa Maabhodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



Komponen Alat Parang Mesin Penggoreng Mesin Peneris Minyak Mesin Panggang Pemotong Kertas Mesin Print Blender Timbangan Digital Mesin Pres Keranjang Tiris Loyang Tabung Gas Sendok Wajan Wajan Jumlah



Harga Awal (Rp) 90.000 3.000.000 1.895.000 1.200.000 120.000 1.200.000 700.000 110.000 158.000 35.000 120.000 350.000 10.000 200.000 9.188.000



Harga Akhir (Rp) 45.000 1.500.000 947.500 600.000 60.000 600.000 350.000 55.000 79.000 17.500 60.000 175.000 5.000 100.000 4.594.000



Umur Ekonomi (Bulan) 120 48 48 24 48 120 48 120 48 120 120 48 120 120 1.152



Biaya Penyusutan (Rp) 375 31.250 19.740 25.000 1.250 5.000 7.292 458 1.646 146 500 3.646 42 833 97.178



Nilai Penyusutan (Rp) 3.750 31.250 19.740 25.000 1.250 5.000 7.292 916 1.646 876 4.000 3.646 84 1.666 106.116



76



Lampiran 13 Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Pedas Manis Metode Hayami, et al (1987) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku Tenaga Kerja (Hok) Faktor Konversi = (1/2) Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%)



Menentukan nilai sumbangan input lain Biaya bahan penolong : Rp 1.916.000 Biaya penyusutan peralatan : Rp 106.116 Biaya perlengkapan : Rp 420.000 + Jumlah



: Rp 2.442.116



Sumbangan input lain



Rp 2.442.116 =



Bahan baku



= 2.713 900 kg



Nilai 198 900 14.24 0,22 0,015 170.000 27.739 15.000 2.713 37.400 19.687 52.63 416 2,11 19.271 98



77



Lampiran 14 Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Gula Merah Metode Hayami, et al (1987) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku Tenaga Kerja (Hok) Faktor Konversi = (1/2) Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/Hok) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%)



Menentukan nilai sumbangan input lain Biaya bahan penolong : Rp 2.508.000 Biaya penyusutan peralatan : Rp 106.116 Biaya perlengkapan : Rp 420.000 + Jumlah



: Rp 3.034.116



Sumbangan input lain



Rp 3.034.116 =



Bahan baku



= 1.444 2.100 kg



Nilai 462 2.100 14.56 0,22 0,006 170.000 61.470 15.000 1.444 37.400 20.956 56,03 369 1,75 20.587 98



78



Lampiran 15 Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Manis Metode Hayami, et al (1987) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku Tenaga Kerja (Hok) Faktor Konversi = (1/2) Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/Hok) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%)



Menentukan nilai sumbangan input lain Biaya bahan penolong : Rp 1.496.000 Biaya penyusutan peralatan : Rp 106.116 Biaya perlengkapan : Rp 420.000 + Jumlah



: Rp 2.022.116



Sumbangan input lain



Rp 2.022.116 =



Bahan baku



= 1.685 1.200 kg



Nilai 264 1.200 14,32 0,22 0,011 170.000 36.313 15.000 1.685 37.400 20.715 55,38 399 1,92 20.316 98



79



Lampiran 16 Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Asin Metode Hayami, et al (1987) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku Tenaga Kerja (Hok) Faktor Konversi = (1/2) Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/Hok) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%)



Menentukan nilai sumbangan input lain Biaya bahan penolong : Rp 1.105.000 Biaya penyusutan peralatan : Rp 106.116 Biaya perlengkapan : Rp 420.000 + Jumlah



: Rp 1.631.116



Sumbangan input lain



Rp 1.631.116 =



Bahan baku



= 543 3.000 kg



Nilai 540 3.000 14,8 0,18 0,004 175.000 82.432 15.000 543 31.500 15.957 50,65 330 2,06 15.627 98



80



Lampiran 17 Hasil Analisis Nilai Tambah Olahan Produk Jambu Mete Rasa Panggang Metode Hayami, et al (1987) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Variabel (Output, Input dan Harga) Output (Kg/Bulan) Bahan Baku Tenaga Kerja (Hok) Faktor Konversi = (1/2) Koefisien Tenaga Kerja = (3/2) Harga Output (Rp/Kg) Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/Hok) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) Sumbangan Input Lain (Rp/Kg Bahan Baku) Nilai Output = (4 X 6) (Rp/Kg) a. Nilai Tambah = (10 − 9 − 8) (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah = ((11a/10) X 100%) a. Imbalan Tenaga Kerja = (5 X 7) (Rp/Kg) b. Bagian Tenaga Kerja = ((12a/11a) X 100%) a. Keuntungan = (11a − 12a) (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan = ((13a/11a) X 100%)



Menentukan nilai sumbangan input lain Biaya bahan penolong : Rp 276.000 Biaya penyusutan peralatan : Rp 106.116 Biaya perlengkapan : Rp 420.000 + Jumlah



: Rp 802.116



Sumbangan input lain



Rp 802.116 =



Bahan baku



= 2.673 300 kG



Nilai 54 300 14,08 0,18 0,05 170.000 9.615 15.000 2.673 30.600 12.927 42,24 474 3,66 12.453 96



81



Lampiran 18 DOKUMENTASI PENELITIAN DAN KEGIATAN TEKNIK PENGOLAHAN JAMBU METE



Proses Wawancara



Proses Pengkacipan Gelondongan Dan Pembersihan Kulit Ari



82



Proses penyampuran bahan penunjang, penggorengan dan penirisan minyak



83



Jambu mete yang selesai diolah



84



Proses Pengemasan



85



Jambu mete rasa pedas manis



Jambu mete rasa gula merah



86



Jambu mete rasa manis



Jambu mete rasa asin



Jambu mete rasa panggang