Skripsi Mas Ani PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“KYAI KHASAN BESARI : BIOGRAFI DAN PERANANYA BAGI PONDOK PESANTREN GEBANG TINATAR TEGALSARI PONOROGO (1797-1867 M)”



SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora



Oleh : Muhammad Sam’ani 216-13-017



JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017



ii



iii



iv



MOTTO “Kebahagiaan, Kesempurnaan, dan Keselamatan adalah cita-cita dan tujuan hidup. Meskipun berat dan terjal jalan yang harus diusahakan dengan penuh kesadaran. Senang, gembira rasa hati, hidup sepanjang masa dialam keabadian yang abadi.”



Serat Wedho Rogo (R. Ng. Ronggowarsito)



v



PERSEMBAHAN Karya tulis ini kami persembahkan untuk keluarga besar Bani Bonari dan Bani Boyaman serta, Keluarga Besar IAIN Salatiga, sebagai syarat tugas akhir perkuliahan di IAIN Salatiga serta sebagai salah satu sumbangan pengetahuan bagi para mahasiswa.



vi



ABSTRAK Penelitian ini berusaha membahas tentang biografi Kyai Ageng Khasan Besari tahun 1797-1867 M. Penelitian ini juga berusaha mengangkat tentang pengaruh Kyai Khasan Besari dan peranannya bagi masyarakat Tegalsari dan terhadap Keraton Surakarta Adiningrat. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Gebang Tinatar dan kondisinya sebelum dan sesudah Kyai Khasan Besari. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan menggunakan empat tahapan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan metode tersebut penulis mengambil sebuah Kesimpulan bahwa (1) Kyai Khasan Besari adalah putra dari Kyai Muhammad Ilyas Besari dan merupakan Pengageng yang membawa Pondok Pesantren Gebang Tinatar kepada puncak kejayaan. (2) Kyai Khasan Besari berperan aktif dalam mengasuh pondok dan memberikan pendidikan terhadap masyarakat Tegalsari. (3) Kyai Khasan Besari selain berpengaruh kepada masyarakat Tegalsari juga mempunyai pengaruh terhadap Kasunanan Surakarta Adiningrat dan berhasil menikahi Putri Pakubuwono III yaitu Bra. Murtosiyah. Keyword : Kyai Khasan Besari, Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo, Sejarah.



vii



ABSTRACT



This research tries to discuss about Kyai Ageng Khasan Besari biography from 1797-1867 M. This research also try to raise about the influence of Kyai Khasan Besari and its role for Tegalsari community and to Surakarta Adiningrat Palace. In this research will also explain how the history of Pondok Pesantren Gebang Tinatar and its condition before and after Kyai Khasan Besari. This study is analytical descriptive and uses four stages of historical method of heuristics, verification, interpretation and historiography. Based on the method the author took a Conclusion that (1) Kyai Khasan Besari is the son of Kyai Muhammad Ilyas Besari and is Pengageng who brought Pondok Pesantren Gebang Tinatar to the top of glory. (2) Kyai Khasan Besari plays an active role in raising cottages and providing education to Tegalsari people. (3) Kyai Khasan Besari in addition to the influence to the public Tegalsari also have influence on Surakarta Adiningrat Sunanate and managed to marry Princess Pakubuwono III is Bra. Murtosiyah. Keyword: Kyai Khasan Besari, Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo, History.



viii



PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN



Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab ‫ا‬



Nama



Huruf Latin



Nama



Alif



Tidak dilambangkan



Tidak dilambangkan



‫ة‬



ba‟



b



be



‫ت‬



ta‟



t



te



‫ث‬



sa‟



ׁs



es (dengan titik di atas)



‫ج‬



jim



j



je



‫ح‬



h



ha (dengan titik di bawah)



‫خ‬



kha



kh



ka dan ha



‫د‬



dal



d



de



‫ذ‬



żal



z|



zet (dengan titik di atas)



‫ز‬



ra‟



r



er



‫ش‬



zai



z



zet



‫س‬



sin



s



es



‫ش‬



syin



sy



es dan ye



‫ص‬



s ad



s



es (dengan titik di bawah)



‫ض‬



d ad



d



de (dengan titik di bawah)



‫ط‬



t



te (dengan titik di bawah)



‫ظ‬



z



zet (dengan titik di bawah)



ix



‫ع‬



„ain







koma terbalik



‫غ‬



gain



g



ge



‫ف‬



fa



f



ef



‫ق‬



qaf



q



qi



‫ك‬



kaf



k



ka



‫ل‬



lam



l



„el



‫و‬



mim



m



„em



ٌ



nun



n



„en



‫و‬



waw



w



w



ِ



ha‟



h



ha



‫ء‬



hamzah



'



apostrof



‫ي‬



ya



Y



ye



B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap ‫يتعددة‬ ‫عدّة‬



ditulis



Muta'addidah



ditulis



„iddah



C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h ‫حكًة‬



ditulis



‫عهة‬



ditulis



'illah



‫كساية األونيبء‬



ditulis



Karāmah al-auliyā'



‫شكبة انفطس‬



ditulis



Zakāh al-



D. Vokal Pendek __َ___ ‫فعم‬



fathah



ditulis



A



ditulis



fa'ala



x



_____



kasrah



ditulis



i



‫ذكس‬



ditulis



żukira



___ُ__



ditulis



u



‫يرهت‬



ditulis



yażhabu



َ



E. Vokal Panjang Ditulis



A



ditulis



jāhiliyyah



ditulis



ā



‫تنسي‬



ditulis



tansā



Kasrah + ya‟ mati



ditulis



i



‫كرين‬



ditulis



karim



ditulis



ū



‫جاىلية‬



‫فروض‬



ditulis



F. Vokal Rangkap



‫بينكن‬



‫قول‬



ditulis



Ai



ditulis



bainakum



ditulis



au



ditulis



qaul



G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof ‫ااَتى‬



ditulis



a‟antum



xi



‫اعدّت‬



ditulis



u‟iddat



‫نئٍ شكستى‬



ditulis



la‟in syakartum



H. Kata Sandang Alif + Lam Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf "al". ditulis al-Qur‟ān ٌ‫انقسا‬ ‫انقيبس‬



ditulis



al-Qiyās



‫انسًبء‬



ditulis



al-Samā‟



‫انشًس‬



ditulis



al-Syam



I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat



‫ذوى انفسوض‬ ‫اهم انسُة‬



Ditulis menurut penulisannya. ditulis ditulis



żawi alahl al-sunnah



xii



KATA PENGANTAR



‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬



‫محمد‬ ّ ‫صل على سيدنا‬ ّ ّ ‫اللهم‬ Alhamdulillahi robbil „alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Alloh SWT atas segala ni‟mat dan rahmat-NYA yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tiada suatu halangan apapun. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti. Sekripsi ini berjudul: “KYAI KHASAN BESARI : BIOGRAFI, PERAN, DAN PENGARUHNYA BAGI PONDOK PESANTREN GEBANG TINATAR TEGALSARI PONOROGO (17971867 M)” Penulisan penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Benni Ridwan, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Usuluddin Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.



xiii



3. Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga. Serta yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. 4. Bapak Adif Fahrizal, MA. selaku pendengar setia segala keluh kesah penulis selama menyusun skripsi ini dan membantu memberikan banyak masukan yang sangat berguna bagi penulis. 5. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penutis. 6. Seluruh Keluarga Besar Bani Bonari dan Bani Boyaman yang memberikan bantuan do‟a untuk kesuksesan skripsi ini. 7. Kepada Adinda Siti Fitriatul Laila yang selalu memberikan semangat dan doanya untuk penyelesaian skripsi ini. 8. Untuk segenap teman-teman Sejarah Peradaban Islam yang memberikan do‟a dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu semoga semua amal bantuan dalam bentuk apapun mendapat balasan yang sebaik-baiknya di sisi Alloh SWT. Kami menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, make penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Salatiga, 27 Juni 2017 Penusun



Muhammad Sam‟ani xiv



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………..i HALAMAN NOTA DINAS …………………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii HALAMAN MOTTO …………………………………………………………iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… v ABSTRAK ………………………………………………………………….... vi PEDOMAN TRANSLITERASI ……………………………………………... x KATA PENGANTAR ………………………………………………………. xii DAFTAR ISI …………………………………………………………...…. xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xvi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….…… 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………………….…. 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………………………………………….... 5 D. Kajian Pustaka …………………………………………………………….... 5 E. Kerangka Teori …………………………………………………….……..… 7 F. Metode Penelitian …………………………………………………..…….… 9 G. Sistematika Penulisan ………………………………………………..….…. 17 BAB II : BIOGRAFI KHASAN BESARI A. Riwayat Hidup Khasan Besari ……………………………………….... 19 B. Jenjang Pendidikan Khasan Besari ……………………………………. 23 C. Pemikiran Khasan Besari …………………………………………..….. 27 BAB III: PERAN KHASAN BESARI A. Bidang Sosial …………………………………………………….… 31 B. Bidang Keagamaan ………………………………………………… 34 C. Bidang Politik ……………………………………………………… 37 BAB IV : KONDISI PONDOK PESANTREN GEBANG TINATAR SEBELUM DAN SESUDAH KHASAN BESARI A. Masuknya Islam di Ponorogo ………………………………………. 41 B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Gebang Tinatar …………..… 45



xv



C. Sejarah Pondok Pesantren Gebang Tinatar Sebelum Kyai Khasan Besari ……………………………………………………………….. 48 D. Perkembangan Pondok Pesantren Gebang Tinatar Sesudah Khasan Besari ……………………………………………………………...... 53 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………… 58 B. Saran ………………………………………………………………... 60 DAFTAR PUSAKA …………………………………………………………... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP



xvi



DAFTAR LAMPIRAN



NO



Lampiran



Foto



1



LAMPIRAN 1



Makam Batoro Katong Setono Jenangan Ponorogo



2



LAMPIRAN 2



3



LAMPIRAN 3



4



LAMPIRAN 4



5



LAMPIRAN 5



6



LAMPIRAN 6



Masjid Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo



7



LAMPIRAN 7



Makam Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo



8



LAMPIRAN 8



Lukisan Kyai Ageng Muhammad Besari



9



LAMPIRAN 9



Serat Babad Surakarta



10



LAMPIRAN 10



Serat Ronggowarsito



Makam Kyai Ageng Muhammad Besari Tegalsari Jetis Ponorogo Makam Kyai Ageng Khasan Besari Tegalsari Jetis Ponorogo Ndalem Agung Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo Tempat Tidur Kyai Khasan Besari Tegalsari Jetis Ponorogo



xvii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah



Sejarah mencatat bahwa kepustakaan santri sudah dikenal sejak zaman ke XVI. Kitab-kitab berbahasa arab serta terjemahannya yang menjadi dasar dari kitab kuning telah ada pada masa itu. Hal ini terbukti dari naskah-naskah paling awal yang masih ada hingga sekarang yang dibawa ke Eropa sekitar tahun 1600. Karya-karya tersebut beredar ketika islam mempunyai kekuatan yang sangat besar di Pulau Jawa.1 Dari kepustakaan dan karya-karya yang di bawa ke Eropa itu, banyak yang berpendapat bahwa peradaban santri pada saat itu sangat dominan, mengingat pada proses selanjutnya kepustakaan santri akan sangat mempengaruhi kepustakaan – kepustakaan di Keraton. Yang berarti sebuah legitimasi sebuah kekuasaan pada saat itu, harus berasal dari penguasa keagamaan yang dalam hal ini berarti Kyai ataupun Pesantren2. Menurut R. Strohtman yang dikutip oleh Enjang Muhaemin3, disamping merupakan sistem agama, yaitu sistem politik, sebagai contoh Nabi Muhammad SAW disamping Rasul juga menjadi seorang pemimpin sebuah 1



Abdullah,taufik. & Lapian A.B. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah Dan Kedatangan Peradaban Islam. (Jakarta : PT . Ichtiar Baru van hoeve), hal. 181-182 2 Ibid. hal. 183 3



Enjang Muhaemin, 1994. “Potret Ulama dalam Bingkai Politik,”Pelita, No. 6373, Th. XXI (Jum‟at, 15 Juli), hlm. 4.



1



negara. Dari itu, tidak dapat dipungkiri bahwa ulama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka telah memerankan peran ganda tersebut. Peran ini setidaknya dilakukan para ulama hingga dekade 80-an dengan adanya depolitisasi dan deideologisasi rezim Orde Baru. Selain itu, berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) turut mereduksi makna dan peran ulama dalam konteks keagamaan di Indonesia. Karena itu, jika dewasa ini disebut istilah “ulama” dikalangan Sunni, maka yang muncul dalam benak kita adalah sosok seorang ahli fikih yang pemahamannya sudah terlepas dari persoalan-persoalan sosial, politik, dan ekonomi4. Dalam kontek ini yang dinamakan Ulama‟ yaitu seorang kyai, Pada zaman dahulu orang jika mau belajar mengucap syahadat dan dapat belajar tentang agama islam harus pergi ke pengajian-pengajian dan rumah para guru atau kyai.5 Kyai berkedudukan sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan masyarakat dan pesantren, sekaligus sebagai pemimpin pesantren. Sebagai tokoh sentral, maka nilai kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian Kyai sebagai suri teladan dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak dalam tata nilai pesantren. Dalam hal ini peran kyai sangat besar sekali dalam bidang penanganan iman, bimbingan amaliyah, penyebaran dan pewarisan ilmu, pembinaan akhlak, pendidikan beramal, dan memimpin serta menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh santri dan 4



Afif Muhammad. 1997 “Ulama dan Umara,”Pikiran Rakyat, No. 138, Th. XXXII (Kamis, 14 Agustus), hlm. 13 5 Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Para Kyai. Jakarta;LP3ES.hal.18



2



masyarakat.6 Dan dalam hal pemikiran kyai lebih banyak berupa terbentuknya pola berpikir, sikap, jiwa, serta orientasi tertentu untuk memimpin sesuai dengan latar belakang kepribadian kyai. Dari uraian diatas Nampak nya peneliti merasa tertari untuk meneliti tentang sosok Kyai yang termasyhur dan memiliki peranan sentral dan mampu membuat perubahan-perubahan bagi sosial kemasyarakatan di lingkunganya. Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sosok Kyai Khasan Besari dari Pondok Pesantren Gebang Tinatar di Tegalsari Jetis Ponorogo. Salah satu sebab peneliti tertarik untuk meneliti Kyai Khasan Besari karena peneliti sendiri merupakan salah seorang dari putra daerah tersebut secara tidak langsung peneliti merasa terpanggil untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah lokal yang berkaitan dengan sosok kharismatik Kyai Khasan Besari tersebut. Kuntowijoyo mengatakan bahwa salah satu alasan pemilihan topik karena kedekatan Emosional yang artinya peneliti berasal dari daerah yang sama dengan tempat atau tokoh yang akan diteliti dalam rangka berbakti pada tempat kelahiran.7 Selain itu, menurut Ir. Soekarno dalam pidatonya pada HUT RI 17 Agustus 1966 mengatakan bahwa“bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” dan salah satu cara untuk menghargai jasa pahlawan adalah dengan mengetahui kesejarahan dan sepak 6



M Habib Chirzin, Pondok Pesantren : Sebagai Bentuk Masyarakat Belajar. Yogyakarta:Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa. Hal. 94. 7



Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal. 70



3



terjangnya. Imam Ghozali, juga mengatakan “Man „arofa Nafsahu Faqod „arofa Robbahu” dan menurut pemahaman peneliti, yang dimaksud „arofa nafsahu bukan hanya sebatas mengetahui dirinya, akan tetapi juga mengetahui kesejarahannya serta mengetahui sejarah leluhurnya, karena dengan mengetahui itu semua, maka manusia akan menghargai dan menghormati diri sendiri sebagai manusia dan sebagai makhluk yang paling sempurna8. Selain itu, menurut peneliti dengan mengetahui sejarah para leluhur, merupakan sebuah batu loncatan sekaligus cermin masa lalu di mana kesejarahan yang jelek jangan sampai terulang di masa sekarang maupun mendatang, dan yang baik harapanya bisa mengulangnya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Alasan berikutnya yang membuat Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap Kyai Khasan Besari ini yaitu adanya hubungan erat dengan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dan salah seorang istri Kyai Khasan Besari merupakan Putri dari Pakubuwono III. Hubungan itulah yang ingin peneliti ungkap lebih mendalam, dengan menggunakan metode ilmiah dan kajian sejarah, sehingga dapat menjadi suatu pengetahuan yang baru dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.



8



Afandi. Safuan, Ihya Ulumuddin Imam Al Gozali (terj.).(Solo: sendang ilmu).hal. 15-16



4



B.



Batasan dan Rumusan Masalah Untuk membatasi penelitian ini kami membatasinya pada Biografi, peranan, serta



kondisi sebelum dan sesudah kepemimpinan Kyai Khasan Besari pada tahun 1797-1867 M. untuk rumusan Masalah sebagai Berikut : 1. Bagaimana biografi Khasan Besari? 2. Bagaimana peran Khasan Besari ? 3. Bagaimana kondisi pondok pesantren sebelum dan sesudah kepemimpinan Khasan Besari?



C. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini yaitu :



1. Untuk mengetahui biografi



Khasan Besari.



2. Untuk mengungkap peran Khasan Besari. 3. Untuk mengetahui kondisi pondok pesantren sebelum dan sesudah kepemimpinan Khasan Besari.



D.



Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini kami akan menghadirkan beberapa pustaka yang telah lebih dahulu pernah ditulis oleh seseorang dalam beberapa tulisannya, yang pertama yaitu buku H.J de Graaf, dalam bukunya Kemelut di Kartasura Abad XVI, yang diterjemahkan oleh Temprint Jakarta, buku ini menjelaskan tentang keadaan keraton saat Geger Pecinan dan



5



pelarian Pakubuwono II ke Tegalsari yang tidak lain adalah ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Dalam buku Babad Solo karangan RM Sajid, juga melakukan hal yang sama hanya sedikit menyinggung tentang Tegalsari. Dalam buku karya Harucokro, Khalifah Rosululloh di Jawa 1778-1855 yang diterbitkan Radya Pustaka Surakarta juga hanya memberikan gambaran pelarian Pakubuwono II ke Tegalsari secara singkat. Dalam buku Raden Ngabehi Ronggowarsito karangan Any Andjar yang diterbitkan Aneka Ilmu Semarang pada tahun 1980, juga menjelaskan sedikit tentang belajarnya Raden Mas Bagus Burhan ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar, tetapi juga tidak khusus membahas tentang sejarahnya. Yosodipuro I, Babad Geger Pecinan, radya pustaka (1729-1802)9. Menjelaskan tentang Proses Runtuhnya Keraton Kartasura dan Pelarian Pakubuwono II dan Berguru Kepada Kyai Khasan Besari. Pustaka berikutnya dari Skripsi saudara As‟ari dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang Pemikiran Kh. Badri Mashduqi. Skripsi ini menjelaskan tentang pemikiran dan juga biografi Kh. Badri Masduqi. Namun pemikiran dalam bidang politik yang dimaksud yaitu dalam kehidupan partai di Indonesia. Skripsi dari Tri Sundari berjudul Peran Politik Kyai Di Pedesaan (Studi Kasus Di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas), merupakan Mahasiswi dari UNNES Semarang. Skripsinya juga mengulas tentang bagaimana



peran-peran kyai



dalam masyarakat.



Berikutnya juga Skripsi dari UIN Sunan Kalijaga milik Alina Nihaya 9



Yosodipuro I, Babad Geger Pecinan, Radya Pustaka (1729-1802).



6



Marzuqoh tentang (Peran Sosial Kiai Kampung Di Desa Salamrejo Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung) hampir keseluruhan skripsi itu sama, membahas tentang peranan Kyai. Sedangkan penelitian ini lebih menekankan kepada peran dalam kehidupan pondok pesantren dan keraton Surakarta di Daerah Ponorogo.



E.



Kerangka Teoritis



Sebelum tahun 1960-an pusat-pusat pendidikan pesantren di Jawa dan Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Menurut Zamakhsyari Dhofier 10, istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri, pondok atau tempat tinggal yang terbuat dari bambo berasal dari kata bahasa Arab fundug yang berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns berpendapat, bahwa istilah santri dari bahasa Tamil, yang berarti guru ngaji 11, sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari shastri yang dalam bahasa India berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama suci, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.12



10 11



Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Para Kyai. hal.18 Ibid. hal.18



12



C.C Berg. 1932. “Indonesia” dalam H.A.R.Gibb (ed), Wither Islam? A Survey of modern movement in the moslem world, London, hal 257



7



Dalam pesantren tidak bisa terlepas dari elemen-elemen khusus yaitu Pondok, masjid, santri dan kyai. Pondok atau asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negara – negara lain. Bahkan sistem asrama ini pula yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan surau di daerah Minangkabau.13 Masjid harus ada dikarenakan dalam tradisi Islam, masjid merupakan tempat ibadah umat Islam dan wajib adanya di dalam pesantren, karena seorang muslim tidak terlepas dari peribadahan yang harus dilakukan oleh umat muslim.



Yang paling pokok dalam peranan pesantren yaitu tentang pemimpin di masyarakat atau pemimpin sebenarnya. Dan kyai mempunyai peranan itu. Seorang kyai memiliki kewibawaan politik serta peranan politik yang dibutuhkan masyarakat, mungkin bisa bersifat patrimonial, rasional, maupun kharismatik. Karena pemimpin seperti itulah akan membawa kemakmuran bukan malah menimbulkan malapetaka14.



Dalam



perkembangan



metodologi



sejarah,



peneliti



harus



mampu



menganalisis pristiwa yang akan diteliti dengan berbagai cabang ilmu. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan konsep-konsep tentang peran pesantren dan juga Kyai dalam masyarakat yang dipandang relevan



13



Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Para Kyai. hal.45



14



Amrulloh Achmad. 1983.Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta : Prima Duta. Hal. 87-88.



8



untuk membantu mengungkap sejarah tentang peran Kyai Khasan Besari dan biografinya. Dalam tulisan ini, peneliti akan mencoba menghadirkan beberapa temuan baru yang akan di interpretasikan setelah memandang dari beberapa sisi seperti, dari segi sejarah, politik dan juga pendekatan budaya. Sedangkan untuk mengetahui Kondisi Pondok Pesantren Gebang Tinatar dari masa ke masa peneliti akan menggunakan teorinya A. Mujib Dan Subhan M. dalam bukunya Intelektualisme Pesantren15dan juga disana menjelaskan peranan Para Kyai. Peneliti sengaja menggunakan buku tentang pesantren ini, mengingat Kyai dan Pesantren itu bagaikan Dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Untuk selanjutnya peneliti akan menganalisisnya dengan teori politik Kyai yang digunakan Zamakhsari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren.



F.



Metode Penelitian Metode penelitian secara terminologi terdiri dari dua kata metode dan penelitian. Kata metode pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan menuju, sedangkan penelitian yaitu suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis guna untuk memperoleh suatu informasi untuk tujuan tertentu. Metode penelitian menurut Sugiyono16 adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan



15



Mujib A. M Subhan. 2004. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka)



16



Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, R&D (Bandung: alfabeta)hal. 6



9



dibuktikan menjadi suatu pengetahuan tertentu sehingga dalam gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Menurut Gilbert J. Garragan, S.J. 17, metode penelitian sejarah yaitu seperangkat asa dan aturan yang sistematik yang di desain guna membantu secara efektif untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesis hasil-hasil yang dicapainya, yang pada umumnya dalam bentuk tertulis. Metode penelitian itu terdiri dari empat tahap utama yang pertama, yaitu : pengumpulan data (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi), analisa (Interpretasi), dan penulisan (Historiografi). 1. Pengumpulan Data Tahap pertama adalah heuristik atau pengumpulan sumber. Menurut Carrard, Heruristik adalah sebuah kegiatan mencari sumbersumber atau mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.18 Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau, baik berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan-perpustakan, dari internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu. Dalam



17



Gilbert J. Garragan, S.J. 1957. A Guide to Historical Method. (New York.Fordham Univercity Press). Hal 33. 18



Philippe carrard, 1992. Poetics The New History. Frenchhistorical Discourse From Braudel To Chartier, (London : the johns Hopkins university Press, Baltimore). Hal. 2-4



10



penelitian ini, peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan internet. Menurut Lucey19, sebuah sumber sejarah dapat berupa suatu produk dari kegiatan-kegiatan manusia yang memuat informasi tentang kehidupan manusia, meskipun produk ini awalnya tidak dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada generasi kemudian, serta dapat juga sumber itu direncanakan untuk memberikan informasi kepada generasi selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni:



a)



Penelitian Kepustakaan Yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil



penelitian,



baik



yang



telah



maupun



yang



belum



dipublikasikan. Dalam kajian kepustakaan ini, peneliti akan mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasiinformasi serta data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut. Melalui penelitian kepustakaan ini, sumber-sumber buku dapat dijadikan sebagai referensi dalam Penelitian ini. sumber 19



William Lucey, 1984. History : Method And Interpretation, Garland Publishing,Inc, (new York and London:). Hal.27-43.



11



perpustakaan yang akan dikaji adalah perpustakaan Daerah Ponorogo, Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta, Perpustakaan Mangkunegaran Surakarta (Rekso Pustoko), Perpustakaan Keraton Surakarta (Sasono Pustoko).



b)



Penelitian Lapangan Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan peneliti dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada dua teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu: -



Pengamatan (observasi)



Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan oleh Kyai Khasan Besari.



-



Tradisi lisan / Wawancara



Wawancara adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk



12



membantu mengungkap bukti-bukti sejarah untuk di kemudian dijadikan fakta-fakta dalam rangka penyusunan penelitian ini, misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan sejarah Kyai Khasan Besari.



2. Kritik sumber / Verifikasi Penulisan sejarah dikenal dua macam sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanis. Sumber skunder adalah merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan saksi mata, yakni dari orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketetapan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua yaitu kritik ekstern untuk menguji otentitas suatu sumber dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber. Di dalam penelitian ini kritik sumber digunakan untuk menguji otentitas sumber-sumber dan sejauh mana tingkst kredibilitas sumbersumber yang berkaitan tentang Kyai Khasan Besari dan juga Pondok Pesantren Gebang Tinatar di Ponorogo Jawa Timur.



13



-



Kritik eksternal



Menurut Helius Sjamsuddin20 kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut, misalnya untuk menetapkan umum dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan bahasa, dan lain-lain. Sejauh ini, yang peneliti gunakan untuk kritik eksternal ini meliputi kualitas suatu sumber dan bentuk serta kondisi suatu sumber secara kasat mata. Dan ada beberapa sumber yang peneliti kritik dengan mencocokkan dengan data-data arkeologis yang ada.



-



Kritik Internal



Setelah memperoleh suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Menurut Daliman, kritik internal adalah uji kebenaran informasi suatu dokumen21. Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar, Bagaimana mengenai penulis dan penciptanya, apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti di atas. Sejarawan harus benarbenar yakin bahwa datanya otentik dan akurat, jika datanya otentik 20



Helius Sjamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : ombak ). Hal. 104



21



A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta : ombak).. Hal. 73.



14



dan akurat, maka sejarawan bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah secara serius. Untuk kritik internal suatu dokumen ini, peneliti mengujinya dengan mempertimbangkan aspek isi dari semua sumber yang diperoleh dari lapangan tentang Kyai Khasan Besari dan Pondok Pesantren Gebang Tinatar.



3. Interpretasi Tahap ketiga adalah interpretasi atau penafsiran sejarah. Menurut Daliman, interpretasi adalah menafsirkan atau memberi makna terhadap fakta-fakta ataupun bukti-bukti sejarah untuk kemudian dilanjutkan ke proses historiografi22. Dalam tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh, yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penulisan yang utuh, atau disebut dengan historiografi. Setelah penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya, maka disebut tulisan atau karya sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta yang ada, kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan, sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, selanjutnya untuk menghindari suatu penafsiran yang semenamena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis,



22



Ibid. Hal. 81.



15



interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan dan berusaha menganalisis peristiwa tersebut. Agar menjadi sebuah penelitian yang menarik, peneliti harus menyajikannya dengan penelitian berbasis deskriptif analitis. Setelah peneliti mendapatkan sumber dan melakukan kritik, semua sumber yang dianggap relevan dengan penelitian tentang Kyai Khasan Besari ini, peneliti melakukan interpretasi dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan prosedur. Sebagai contoh setelah memperoleh babad ronggowarsito peneliti melakukan kritik baik internal maupun eksternal setelah itu melakukan penafsiran dengan berdasarkan prosedur yang berlaku.



4. Historiografi Setelah melakukan proses interpretasi dan analisis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan



sistematis



dalam



bentuk narasi kronologis.



Menulis



sejarah



merupakan suatu kegiatan intelektual dan ini suatu cara yang utama untuk memahami sejarah23.



23



Paul Veyne, Writing History. 1984. Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina moorerinvolucri, Middletown,connect,( Wesleyan Univercity Press). Hal. 121.



16



Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dengan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu. perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan. Proses terakhir yang peneliti lakukan yaitu menuliskan dari semua fakta-fakta tentang Khasan Besari dan menyusunnya supaya menjadi suatu karya ilmiah yang runtut dan mudah dipahami.



G.



Sistematika Penulisan Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau outline. Dalam Bab I, peneliti akan menceritakan dan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Itu semua merupakan proposal yang berisi gambaran dan penjabaran secara singkat tentang penelitian yang akan peneliti lakukan. Dalam BAB II kami akan menjelaskan bagaimana Biografi Kyai Khasan Besari, yang meliputi Riwayat Hidup Jenjang Pendidikan, dan juga Pemikiran-pemikirannya.



17



Dalam Bab III kami akan memaparkan Tentang Peranan Kyai Khasan Besari dalam Bidang Politik, Bidang Keagamaan, dan Bidang Sosial. Pada Bab IV berisi tentang Kondisi Sebelum dan Sesudah Kyai Khasan Besari. Yang meliputi sekilas Sejarah Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Kondisi Sebelum Kyai Khasan Besari, dan Juga Perkembangan Setelah Kyai Khasan Besari. Pada Bab V berisi penutup yang memuat Kesimpulan dan Saran.



18



BAB II BIOGRAFI KHASAN BESARI D. Riwayat Hidup Khasan Besari Kyai Khasan Besari adalah seorang tokoh ulama terkemuka di abad ke 19 M. beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Gebang Tinatar Kabupaten Ponorogo. Kyai Khasan Besari merupakan Putra dari Kyai Muhammad Ilyas Besari yang merupakan putra dari Kyai Ageng Muhammad Besari. Kyai Ageng Muhammad Besari bersama Nyai Ageng Mantup mempunyai sembilan orang putra yaitu Ny. Ag. Abdurrahman Tegalsari, Kyai Ag. Jakub, Kyai Ismangil, Ny. Buchori, Kyai Ageng Haji Iskhaq, Kyai Muhammad Iskhaq, Kyai Kholifah, Kyai Muhammad Ilyas, (yang nanti akan berputrakan Kyai Khasan Besari), Ny. Banjarsari, dan Kh. Zaenal Abidin yang menjadi Sutan/ Raja di Slangor Malaysia.24 Kyai Khasan Besari Lahir pada tahun 1729 M. beliau merupakan putra kedua dari Kyai Muhammad Ilyas dari istri pertamanya. Khasan Besari memiliki nama lengkap Kanjeng Kyai Bagus Khasan Besari. Khasan Besari hidup dan dibesarkan di lingkungan pondok pesantren, sehingga membuatnya menjadi pribadi yang alim, sosok penyabar, pandai, juga seorang ahli tirakat 25. Khasan Besari Juga seorang yang gagah punya wajah yang menarik dan postur tubuh yang tegap, sehingga putri dari Pakubuwono III yaitu Bra. Murtosyah tertarik dan meminta ayahandanya untuk melamarkan untuknya. Pernikahan itu ketika Khasan Besari berumur 36 tahun. Karena permintaan putri yang disayanginya, akhirnya pada tahun 1765 M Khasan Besari dan Bra. Murtosyah menikah dan dikaruniai 6 orang



24 25



Poernomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Besari. Hal. 27 Haris, Daryono. 2006. Dari Majaopahit Menuju Pondok Pesantren. Hal 33.



19



putra. R.M. Martopoero, R.A. Saribanon, R.A. Martorejo, R.M. Cokronegoro, R.M. Bawadi, R.A. Andawiyah.26 Dalam tradisi masyarakat Jawa ulama‟ atau kyai mempunyai posisi yang sangat tinggi dalam strata sosial masyarakat. Karena dalam masa pemerintahan kolonial para pemimpin kekuasaan seperti sultan dan raja lebih menaruh perhatiannya dalam politik, dan urusan agama diserahkan kepada para kyai. Sedangkan, urusan agama ini bukan hanya soal hukum saja tapi juga termasuk yang mengatur masalahmasalah sosial, sehingga kebanyakan kyai memiliki pengaruh yang sangat luas dipemerintahan dan masyarakat. 27 Begitu Juga Kyai Khasan Besari sangat besar pengaruhnya pada masyarakat khususnya Tegalsari umumnya masyarakat Ponorogo dan Kasunanan Surakarta. Sampai saat ini pun namanya juga masih sangat dikenal akrab khususnya di masyarakat Ponorogo. Makamnya sampai kini masih sering dikunjungi peziarah baik dari daerah Ponorogo sendiri maupun dari luar Ponorogo. Sejak usia muda, Khasan Besari adalah trah langsung Kyai maksudnya, Khasan Besari adalah putra Kyai Ilyas dan Kyai Ilyas adalah Putra dari Kyai Ageng Muhammad Besari, berarti Khasan Besari merupakan cucu dari pendiri pondok pesantren Gebang Tinatar yaitu Kyai Ageng Muhammad Besari. Tegalsari merupakan daerah yang sangat subur dan makmur, aman, sentosa, sehingga menjadi kiblat oleh desa-desa sekitarnya, rakyatnya rukun dan ta‟dzim kepada Khasan Besari28.



26



Poernomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Besari.hal. 32 Zamakhsari. 1982. Tradisi Pesantren. hal.57. 28 Poernomo. 1985.Sejarah Kyai Ageng Muhammad Besari. hal. 32. 27



20



Sebagai pemuka agama secara tradisional berasal dari keluarga yang berpengaruh, Ulama dan Kyai merupakan faktor pemersatu dalam tatanan sosial pedesaan29. Hirokosi Hiroko mengatakan: “Bahkan dewasa inipun, para penduduk desa mengatakan bahwa desa-desa tanpa ulama mungkin runtuh sendiri. Karena kesulitan untuk mempersatukan komunitas-komunitas yang berbeda. Beberapa ulama‟ menerima tawaran keluarga-keluarga



kaya



untuk



pindah



ke



desa-desa



mereka



guna



mengembangkan dan mempraktikkan ilmu agamanya disana”30.



Nampaknya alasan inilah yang menyebabkan Sunan Pakubuwono IV dari Surakarta saat itu menetapkan Khasan Besari menjadi lurah yang mengatur tampu kepemimpinan di desa Tegalsari.31 Khasan Besari memiliki 9 istri dan mempunyai 16 Putra, di antaranya: Dari istri pertama yaitu Putri Kyai Ageng Tuban, yaitu: a) Kyai Ag. Ilham Tegalsari b) Ny. Ag. Sarabi



Dari Istri Ke dua yaitu Putri Tumenggung Raden Bei Prawiropuro Ngelorok, yaitu: a) R. Bei Imam Besari b) R. Bei Nada Besari



Dari Istri ke tiga yaitu Nyai Mas Ayu Pacitan Putri Demang, yaitu: a) Ny. Ag. Khasanpuro Gontor Mlarak 29



Manfred. Ziemek. Pesantren dalam perubahan sosial. (P3M;Jakarta)1986. Hal.136 Hiroko. Horikosi. 1976. A Tradisional Leader in a time of change.hal. 223-224. 31 Haris, Daryono. 2006. Dari Majaopahit Menuju Pondok Pesantren. Hal.232. 30



21



Dari istri ke empat yaitu Nyai Rasinah Tegalsari, yaitu: a. Kyai Ag. Tirto Besari Ngrukem



Dari istri ke lima yaitu RA. Murthosiyah/Cokrowinotonegoro Putri Sunan Paku Buwono III, yaitu: a. R. Martopuro b. R. Ayu Kasan Rifangi c. R. Ayu Martoredjo d. RM. Adipati Cokronegoro e. RM. Bawadi f.



R. ayu Andawiyah (Salamah)



Dari istri ke enam Nyai Ageng Ajeng Demang mempunyai putra : a. Kyai Kasan Kholifah b. Kyai Wongsodipuro c. Kyai Mertosari



Dari istri ke tujuh dan delapan yaitu jandanya Tumenggung Jogo Karyo dan Putri dari Yogyakarta tidak mempunyai putra. Dan dari istri kesembilan Yang berasl dari Nganjuk berputrakan. a. Kyai Ageng Khasan Punijo.32



Keseluruh putra Kyai Khasan Besarimenjadi orang-orang berpengaruh didaerahnya masing-masing dan khusus kepada Raden Mas Cokronegoro 32



Purnomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Besari. hal.8



22



merupakan Bupati Ponorogo tahun 1856-1882 M. Dan Ia pernah mendapat gelar Gouvernement Goud SterOrde Van Orange Nasau Koninklyke Nederlandche Leger dari Kraton Payung Emas Belanda33. Dimasa tuanya Kyai Khasan Besari ditunggui oleh putra-putrinya dan di tangan beliaulah Pondok Pesantren Gebang Tinatar mencapai puncak kejayaannya dan mempunyai santri mencapai 16000 orang, dari berbagai wilayah di pulau Jawa. Khasan Besari menutup usianya pada tahun 1867 M dalam usia 138 tahun.



E. Jenjang Pendidikan Khasan Besari Salah satu komponen terpenting dalam dunia pesantren adalah Kyai, kyai mempunyai peranan penting dalam dunia pesantren maupun masyarakat karena seorang kyai adalah public figurebagi golongan tersebut, hampir semua perkataannya dianggap sebagai sabda yang harus ditaati dan dipercaya sepenuh hati. Kyai adalah seorang pemimpin pondok dan seorang muslim yang “alim”, berpendidikan maju, yang mampu membaca, menafsirkan, serta mengajarkan Al- Qur‟an dan juga memberikan ulasan-ulasan terpenting dari bahasa arab.34 Untuk menjadi seorang Kyai, seorang pemula harus maju melangkah melalui berbagai tingkatan. Pertama-tama biasanya merupakan kerabat dekat dari seorang kyai. Setelah merampungkan studinya di berbagai pesantren, kyai yang lebih tua melatihnya untuk membangun pesantrennya sendiri. 35 Hal ini sama dengan Kyai Khasan Besari pada awalnya Khasan Besari sebagai pengganti ayahnya yaitu Kyai 33



Purwowijoyo. 1985. Babad Ponorogo Jilid IV,dinas pariwisata dan seni budaya;Ponorogo. Hal. 29. 34 Binder, I. 1960. Islamic “Tradition And Politics The Kyaji And The Alim”.Comperative Studies In Society And History. January. Hal. 250. 35 Zamakhsari. 1982. Tradisi Pesantren. Hal. 72.



23



Khasan Ilyas, karena dianggap oleh Pakubuwono IV Kyai Khasan Ilyas hanya menyuruh santri-santrinya memperkaya Sang Kyai, dan para santri tidak mendapatkan pendidikan tentang Agama Islam. Akhirnya Kyai Khasan Ilyas dipecat oleh Pakubuwono IV dan digantikan oleh Kyai Khasan Besari. 36 Dalam serat Ronggowarsito diceritakan ketika Ronggowarsito bersama Ki Tanujoyo datang ke Tegalsari dan menyampaikan surat dari Kakeknya yaitu Mas Bagus Banjar atau sering disebut Raden Yosodipuro I. memang ketika Kanjeng Sinuwun Pakubuwono II lari ke Ponorogo, tak lama setelah itu ada beberapa orang ingin mengabdikan dirinya kepada Raja, dan menyusul ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar.namun yang diterima hanya Raden Yosodipuro I, yaitu kakek dari R. Ng. Ronggowarsito. Dari situ penulis mengambil kesimpulan bahwa Kyai Khasan Besari dulu juga belajar Ilmu dari Kakeknya yaitu tentang agama, maupun tentang sastra dan juga kejawen. Sebagai seorang Putra Kyai, Khasan Besari rupanya menyadari bahwa secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan tradisi keluarga Kyai, yang berarti harus mempersiapkan diri melanjutkan estafet kepemimpinan. Sebagai seorang yang terlahir dari Keluarga Santri37, Khasan Besari telah terbiasa dengan kehidupan Pesantren yang serba sederhana bahkan bisa dibilang kurang. Tradisi yang lain dari sebuah pesantren yaitu tentang pendidikan sufisme. Dengan melakukan praktik-praktik ibadah seperti sholat-sholat sunah, dzikir, wirid



dan rotib38. Juga dengan cara tirakat, puasa-puasa sunah dan lain-lain. Pendidikan yang seperti itu nampaknya sangat memberikan kesan mendalam 36



Fokkens,F. 1877. De Priesterschool te Tegalsari, Batavia‟s Hage: Bruining. Hal.384



37



Santri adalah seseorang yang belajar kepada seorang kyai, menurut Noer Kholis Majid berasal dari kata Cantrik yang berarti seorang yang selalu mengikuti guru dengan maksud belajar. - Norcholis. M. Bilik-bilik Pesantren, Paradigma : Jakarta. 1997. 38 Bruinessen M. 1995. Kitab Kuning,Pesantren dan Tarekat.Mizan ; Bandung. hal.20.



24



bagi Khasan Besari. Dikemudian hari pendidikan tersebut akan ditularkan kepada santri-santrinya salah satunya R. Ng. Ronggowarsito. Selain belajar di pondok, proses selanjutnya seorang santri adalah menjadi pengurus pondok dalam Buku Pesantren Dalam Perubahan Sosial Dr. Manfred Ziemek39. “Dalam suatu Proses pendidikan Simultan yang hampir organis, siswa pesantren tingkat Lanjutan setelah beberapa tahun pendidikan dasar terus mengambil alih tugas mengajar santri yang lebih muda. Tahap karir yang khas dari Pesantren yaitu mengambil alih tugas administrasi sebagai Lurah Pondok. Menjadi ustadz Kyai Muda (dalam masyarakat lebih dikenal sebagai Gus), Badal Kyai, dan Seterusnya.” Dalam tradisi orang-orang pesantren, naik haji merupakan hal penting dari sebuah pendidikan, selain sebagai syariat islam naik haji juga sebagai legalitas seorang santri untuk menyempurnakan ilmunya. Selain menunaikan ibadah, pergi ke mekkah juga dimanfaatkan oleh para ulama‟-ulama‟ jawa untuk belajar tentang berbagai ilmu agama, karena mekkah dianggap sebagai pusat peradaban intelektualisme islam. Pendidikan Kyai Khasan Besari lebih banyak dipelajari dari kakeknya dan para guru di pesantrennya. Dari guru-gurunya Khasan Besari banyak belajar tentang ilmu Fiqih, alat, tafsir, hadist, dan juga sastra. Sebagai seorang guru dari R. Ng. Ronggowarsito, tentunya Khasan Besari dalam bidang sastra mempunyai pengetahuan yang sangat mumpuni. Khususnya dalam sastra



39



Manfred, Z. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. 133-134



25



Jawa. Mengingat R. Ng. Ronggowarsito adalah Pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat yang sangat terkenal.



F. Pemikiran Kyai Khasan Besari Dari serat Ronggowarsito karangan tim ronggowarsito tahun 1935 diceritakan bahwa: “sareng sampun dumugi ing Ponorogo, Mas Ngabehi Ronggowarsito lajeng sowan kanjeng Kyahi Imam Besari, ngaturaken seratipun ingkang Romo Raden Tumenggung Sastronagoro, sasampunipun serat dipun tampi, lajeng sami dipun paringi pasugoto sawontenipun” yang artinya setelah sampai di Ponorogo, mas Ngabehi Ronggowarsito menghadap dan memberikan surat dari ayahandanya Raden Tumenggung Sastronegoro, setelah surat diterima, lalu diberikan sambutan seadanya. Berdasarkan kalimat diatas penulis mengambil sebuah pendapat bahwa titik pertama yang ditekankan Khasan Besari yaitu tentang bagaimana menjamu tamu. Ketika seorang tamu berkunjung ke Pondok Pesantren Gebang Tinatar, tamu tersebut disambut dengan jamuan seadanya. Hal tersebut masih terjaga sampai saat ini, umumnya di tengah masyarakat Ponorogo khususnya yang tinggal di Desa Tegalsari Ponorogo. Pemikiran tentang menjamu tamu ini, sesuai dengan hadist Rosululloh SAW. )‫هن يؤهن باهلل واليوم اآلخر فليكرم ضيفو (رواه البخارى والوسلن‬



26



“Dan Barang Siapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir hendaknya memuliakan Tamunya. (H.R. Bukhori dan Muslim)”40 Tidak dapat dipungkiri bahwa Khasan Besari selain juga sebagai seorang yang ahli dalam mengajarkan Al-qur‟an juga seorang ahli dalam Hadist di masanya. Sehingga tingkah laku yang diajarkan oleh Khasan Besari terhadap santri-santrinya selalu disandarkan dengan Al-Qur‟an dan As-sunah. Pemikiran selanjutnya yaitu setiap santri baru maka dikenalkanlah kepada semua santri-santrinya yang lama. Berikut adalah cuplikan dari Serat Ronggowarsito yang menceritakan tentang serat tersebut. “adat ingkang sampun kalampahan saben kanjeng kyahi Imam Busyari anampeni



murid



enggal



sedoyo



muridipun



lami



sami



dipun



kelempaaken, perlu ditepangaken dhateng murid enggal ingkang nembe dateng wau sarto dipun semerepaken akrapaning babasan, dados tanduking babasanipun poro murid dhateng kancanipun, naming kantun anglampahi dhateng dawuhipun kanjeng kyahi Imam Busyari kemawon sarto lajeng sami keparingan nedha sasarengan wonten ngarsanipun kanjeng kyahi, sabibaring nedha lajeng sami kedawuhan maos kitab utawi qur‟an miturut punopo kesagedanipun piyambak-piyambak.” Dari data di atas dapat diketahui bahwa, Kyai Khasan Besari menanamkan suatu kebersamaan yang luar biasa dengan cara mengenalkan Santri baru kepada santri lama, dengan dilanjutkan makan bersama yang disaksikan langsung oleh Kyai Khasan Besari. Selain sebagai pengenalan,



40



Aminah A.D. Hadist Arba‟in Nawawiyah(Bandung: PT. ALMA‟ARIF) HAL.39



27



makan bersama ini juga akan membuat santri mudah akrab satu dengan yang lain baik yang lama, maupun santri baru. Bahkan tradisi ini masih sering digunakan di pondok-pondok pesantren di masa dewasa ini, maupun di Tegalsari sendiri. Acara makan bersama ini biasanya dilakukan saat bulan Robi‟ul Awwal yaitu dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Ketika ada acara-acara untuk memperingati hari besar Islam yang lain. Namun sedikit berbeda, jika dahulu dilakukan oleh para santri, namun saat ini dilakukan oleh para penduduk, karena pondok yang dulu pernah berjaya di tahun 1800 an itu kini tinggal namanya saja. Yang tertinggal hanya bangunan Masjid yang masih kokoh berdiri batu bancik, dalem agung, dan beberapa situs lain. Serta sekarang ada yayasan MTs dan MA Ronggowarsito yang didirikan sekitar awal tahun 1990 an. Pemikiran yang lain yaitu Kyai Khasan Besari menerapkan Hukum Islam di Desa Tegalsari, sehingga pada akhirnya hal ini membuat iri Desadesa di sekitar Tegalsari dan banyak yang menirunya. Hal inilah yang membuat Sunan dari Surakarta menganggap bahwa ini adalah sebuah penyelewengan dan akhirnya Khasan Besari ditangkap dan dibawa ke Surakarta. Selanjutnya, setelah sampai di Surakarta Kyai Khasan Besari ditempatkan di Masjid Agung Surakarta. Setelah beberapa saat, para santri Khasan Besari banyak berdatangan untuk menengok Kyainya, sesampainya di Surakarta para santri diajak untuk mengadakan Sholawatan, dengan suara



28



Indahnya Khasan Besari mampu memikat Putri Mustosiyah yang merupakan Putri dari Pakubuwono IV, dan terjadi pernikahan antara Khasan Besari dan Putri Murtosiyah yang menurunkan beberapa putra salah satunya Raden Cokronegoro yang menjadi Bupati Ponorogo, dan nanti menurunkan R. H.O.S. Cokroaminoto.41



41



Purwowijoyo. Babad Ponorogo Jilid IV (Ponorogo : Dinas Pariwisata dan Seni Budaya, 1985) hal. 29.



29



BAB III PERAN KYAI KHASAN BESARI



A. Bidang Sosial Para Kyai khususnya di daerah Jawa merupakan sektor kepemimpinan Islam yang dianggap paling dominan dan selama berabad-abad telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultur, dan politik. Berkat pengaruhnya yang besar sekali di masyarakat, seorang Kyai mampu membawa masyarakatnya kemana ia kehendaki dengan demikian seorang Kyai mampu mengendalikan keadaan sosial masyarakat yang penuh dengan perkembangan dan perubahan itu. Seperti yang dikatakan oleh Horikosi42, bahwa “Kyai berperan kreatif dalam perubahan sosial. Bukan karena sang Kyai meredam akibat perubahan yang terjadi melainkan justru karena mempelopori perubahan sosial dengan cara sendiri. Kyai yang terkenal dengan memimpin yang tradisional ini ternyata mampu mengendalikan masyarakat akibat dari perubahan yang terjadi dengan memberikan solusi yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran Islam. Ilmu-ilmu agama Islam digunakan secara kreatif untuk melakukan antisipasi terhadap kebutuhan akan perubahan, di samping sebagai alat penentu mana bagian yang esensi dari kehidupan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dan harus dipertahankan.”



42



Hiroko. Horikosyi. 1976. A. Traditional Leader in a Time of Change : The Kijaji and Ulamah in West Java. Hal. 223-225.



30



Peranan Kyai dalam masyarakat seperti uraian diatas merupakan suatu hal pokok yang sangat mempengaruhi penyebaran Islam di daerah tersebut. Yang di maksud sosial di sini yaitu pergaulan serta hubungan manusia dan kelompok manusia, terutama kehidupan dalam masyarakat yang teratur. Istilah islam yang mengandung demikian ialah muamalat.43 Bahkan dewasa ini pun, para penduduk desa mengatakan bahwa desadesa tanpa ulama mungkin runtuh sendiri. Karena kesulitan untuk mempersatukan komunitas-komunitas yang berbeda. Beberapa ulama‟ menerima tawaran keluarga-keluarga kaya untuk pindah ke desa-desa mereka guna mengembangkan dan mempraktikkan ilmu agamanya disana.44 Berarti yang menjadi titik berat di sini yaitu peranan Kyai Khasan Besari dalam bidang sosial, yang berkaitan dengan hubungan Kyai dan masyarakat serta hubungan kyai dengan lingkungan kehidupannya,



unit



terkecil dari sebuah masyarakat yaitu keluarga. Masyarakat sesungguhnya terdiri atas keluarga-keluarga. Peranan keluarga dalam masyarakat sangat besar karena bagaimana kondisi keluarga pada saat itu maka begitu pulalah kondisi masyarakat pada saat itu. Hampir senada dengan Arifin Noor yang mengatakan bahwa masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk, sedangkan penduduk merupakan sekumpulan manusia yang duduk dan menempati pada wilayah tertentu. Masyarakat mengendalikan kondisi sosial di lingkungannya.45



43



Sidi Ghazalba. Islam Dan Perubahan Sosio Budaya. Jakarta:alhusna.1983. hal.63. Horikosyi. 1976. A. Traditional Leader in a Time of Change. Hal. 224. 45 Arifin Noor. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 45. 44



31



Semasa kehidupan Kyai Khasan Besari beliau sangat memperhatikan hubungan sosialnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan catatan yang ditulis F. Fokken yang menceritakan bagaimana santri itu banyak yang berasal dari penduduk desa baik dari desa Tegalsari maupun Desa-desa di sekitaran Tegalsari. Di Tegalsari merupakan Desa yang tertata rapi karena rumah-rumah penduduk telah tertata dan para penduduk memagari rumahnya dengan dinding-dinding dari batu bata dan batu46. Dari ceritanya peneliti menganalisa bahwa peranan Kyai Khasan Besari dalam masyarakat sangat besar. Karena dengan nyantrinya para penduduk ke Gebang Tinatar, maka sikap para penduduk mulai dari kesopanan, tingkah laku, dan sistem keilmuannya pastilah akan dibimbing oleh kyainya, yang dalam hal ini adalah Kyai Khasan Besari. Hal



tersebut



dapat



pula



dilihat



dari



keterangan



dari



serat



Ronggowarsito: “sareng sampun dumugi ing Ponorogo, Mas Ngabehi Ronggowarsito lajeng sowan kanjeng Kyahi Imam Besari, ngaturaken seratipun ingkang Romo Raden Tumenggung Sastronagoro, sasampunipun serat dipun tampi, lajeng sami dipun paringi pasugoto sawontenipun”47 yang artinya setelah sampai di Ponorogo, mas Ngabehi Ronggowarsito menghadap dan memberikan surat dari ayahandanya Raden Tumenggung Sastronegoro. Setelah surat diterima, lalu diberikan sambutan seadanya. Dari



46 47



Fokken.1887. De Priesterscool Te Tegalsari. Hal.334 Serat R. Ng. Ronggowarsito koleksi Museom Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta.



32



uraian di atas kita dapat mengetahui tentang kesopanan yang diterapkan dan diajarkan oleh Khasan Besari yaitu tentang bagaimana memuliakan tamunya.



B. Bidang Keagamaan Dalam bidang keagamaan sudah barang tentu pondok pesantren menjadi sentra ilmu agama Islam baik dimasa lalu maupun dimasa sekarang, karena pondok pesantren merupakan sebuah lembaga untuk memperdalam ilmu keagamaan. Dalam dunia Islam peranan seorang kyai terhadap masyarakat dalam bidang keagamaan ini lebih dikenal dengan nama dakwah Islam. Kegiatan dakwah Islam ini merupakan proses yang dilakukan oleh seorang kyai dan masyarakat. Antara masyarakat dan kyai harus ada hubungan timbal balik yang seimbang mengingat suatu proses interaksi sosial dilakukan oleh dua orang atau lebih dan terjadi kesinambungan serta hubungan timbal balik.48 Dari interaksi sosial itu, maka akan didapatkan sebuah analisa bahwa interaksi dalam masyarakat akan menimbulkan sebuah aksi baru atau bahkan pengetahuan baru. Dalam hal ini sebagai sumber ilmu biasanya seorang kyai seringkali dipahami sebagai seorang yang selalu memahami keagungan dari kekuasaan Tuhan sehingga tidak jarang mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau dimata masyarakat umum. Dari hal itu dapat diketahui bahwa tugas Kyai tidak hanya mengajar di pesantren tetapi juga menanamkan nilai-nilai agama di masyarakat. Hal ini selaras dengan pendapat Abdur 48



Amrulloh .1983. Dakwah Islam dan Perubahan sosial. Hal. 122-125



33



Rahman Wahid “Kyai pengasuh utama pesantren tidak hanya menjadi bapak dalam pesantren, tetapi bapak dalam masyarakat lingkungannya. 49 Dari penjabaran di atas ini sesuai apa yang dilakukan oleh para Pengageng Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo khususnya Kyai Khasan Besari, beliau selain menjadi pengasuh atau lebih dikenal dengan Pengageng Pondok akan tetapi juga menjadi tokoh masyarakat yang dituakan di Desa Tegalsari dan sekitarnya. Hal ini dijelaskan oleh Purnomo, 50 bahwa Kyai Khasan Besari menerapkan hukum Islam di Tegalsari yang membuat desa tersebut menjadi aman dan tentram, sehingga membuat iri desa-desa sekitarnya dan akhirnya membuat hukum yang sama dan diterapkan di desadesa mereka. Ketika para sesepuh Desa-Desa sekitar Tegalsari menemui kesulitan dalam menentukan hokum baik hokum islam maupun hokum adat mereka berbondong-bondong ke Tegalsari dan mengadukan permasalahannya kepada Kyai Khasan Besari. Salah satu peninggalan yang sampai saat ini masih di lakukan di Tegalsari yaitu pembacaan sholawat Zamzanen. Sholawat ini merupakan sholawat yang dibaca ketika Kyai Khasan Besari berada di Keraton Surakarta dan dengan merdunya suara dari Kyai Khasan Besari mampu menarik hati dari Bra.Murtosiyah yang kemudian dinikahi dan di boyong ke Tegalsari.51 Namun sayang, sholawat ini merupakan ijazah qouli yang artinya sebuah sholawat yang boleh dihafalkan tapi tidak boleh ditulis. Sehingga, sampai saat ini tidak ada teks tertulis tentang sholawat Zamzanen ini. 49



Zamakhsari.Dlofir.1982. Tradisi Pesantren. Hal 55-56 Poernomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Mohammad Besari. Hal. 23. 51 Haris. D. 2006. Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren. Hal. 232. 50



34



Menurut bapak Iman Widodo, salah satu pemerhati Sejarah di Ponorogo, sholawat zamzanen ini merupakan cikal bakal sholawat yang selalu dibacakan saat Grebeg Maulud di Keraton Surakarta Adiningrat. Mengingat bahwa berdirinya Kasunanan Surakarta merupakan bantuan dari Pondok Pesantren Gebang Tinatar dan bahkan salah satu pusaka kerajaan juga berasal dari Ponorogo yaitu Keris Kyai Slamet dan juga Kebo Bule yang sekarang disebut Kebo Kyai Slamet.52 Pemikiran Kyai Khasan Besari lebih banyak dipengaruhi oleh madhab Syafi‟iyah, karena dalam lingkungan Pondok Tegalsari lebih dominan mempelajari kitab-kitab dari madzhab Syafi‟iyah. Dan pembelajaran ini secara tidak langsung mempengaruhi pemikiran tingkah dan pola hidup lingkungan pesantren. Begitu juga termasuk Kyai Khasan Besari. Sempat dituturkan oleh salah satu juru kunci makam tegalsari Mbah Sujak53, bahwa pembelajaran di Pesantren Tegalsari meliputi kitab-kitab Fiqih dan Hadist yang bermadzhab Syafi‟iyyah.



C. Bidang Politik Berwibawa tidaknya sebuah pondok pesantren tergantung pada sosok kyainya, hal ini merupakan sebuah asumsi yang umum di kalangan pesantren. Semakin berpengaruhnya sosok kyai dalam masyarakat maka semakin besar



52



Wawancara dengan Bapak Iman Widodo (Budayawan dan Pemerhati Sejarah Ponorogo), Klaten.03 Oktober 2014.08.30 WIB dan 25 November 2014. 14.30 WIB



53



Wawancara dengan Mbah Sujak pada 7 November 2015. Di kediaman Mbah Sujak.



35



pula pesantren tersebut. Sebagai salah satu contohnya Pondok Modern Gontor. Sebagai salah satu masyarakat Ponorogo yang kebetulan bertempat tinggal tidak jauh dari Pondok Modern Gontor, penulis sering mengamati tentang peranan dan kiprah Kyai dari Pondok Modern Gontor. Nampaknya, pimpinan Pondok Modern Gontor sangat berperan aktif dalam dunia pendidikan di Indonesia bahkan di dunia. Bahkan sering pimpinan Pondok Modern Gontor melakukan perjalanan ke luar negeri untuk menjalin hubungan dengan pihak asing seperti Al-azhar dan Universitas-universitas lainnya. Tak bisa dipungkiri jika peran kyai sangatlah penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren karena dengan peranan para kyai dalam bidang politiknya seolah mampu membius masyarakat dan memaksa masyarakat untuk tunduk kepada sang kyai. Tak jarang masyarakat menganggap sosok kyai merupakan sosok suci yang setiap perkataannya merupakan petuah yang jika di langgar akan menimbulkan suatu petaka.54 Yang paling mudah melihat peranan politik para kyai ini dapat dilihat dari bagaimana memimpin pesantrennya. Karena banyak dari kyai menganggap bahwa pesantren miliknya maupun pesantren yang mereka pimpin merupakan sebuah kerajaan kecil yang pusat penentuan hukumnya harus berasal dan bersumber darinya. Dan tidak ada seorangpun yang boleh dan mampu menghalangi semua keinginannya. Dan siapapun yang berkunjung atau berada di lingkungan pesantrennya harus mengikuti semua kebijakannya.



54



Zamakhsari. D. 1982. Tradisi Pesantren. Hal. 56



36



Dan sering pada masa lampau seorang pemimpin pesantren juga sebagai pemimpin daerahnya. Misalnya: desa, kademangan, maupun kadipaten55. Di Tegalsari pun juga berlaku demikian Kyai Khasan Besari selain sebagai pengageng Pondok Pesantren Gebang Tinatar juga sebagai Lurah di Desa Tegalsari. Dan dari data yang terdapat di Ndalem Agung Tegalsari, Kyai Khasan Besari menerapkan hukum yang sesuai dengan hukum Islam. Sebuah keberhasilan Kyai Khasan Besari menerapkan hukum Islam di Desa Tegalsari membuat Desa Tegalsari menjadi kiblat desa-desa di sekitar Tegalsari. Sampai akhirnya kabar tentang pengaruh Kyai Khasan Besari terdengar oleh telinga penguasa di Kasunan Surakarta. Merasa khawatir dengan kabar tersebut Kyai Khasan Besari ditangkap dan dibawa ke Surakarta.56 Setelah beberapa saat di Surakarta nampaknya Kyai Khasan Besari dapat menarik hati salah satu putri dari Pakubuwono IV dengan indah suaranya. Dan akhirnya dinikahkanlah Kyai Khasan Besari dengan RA. Murtosiah pada tahun 1939 M. Dengan menikahnya Kyai Khasan Besari dengan RA. Murtosiah maka hukuman yang di jalani Kyai Khasan Besari telah usai. Hal ini,57 sering dilakukan oleh para kyai untuk mendapatkan sebuah legitimasi kekuasaan dengan menikahi para putri dari sebuah pusat kekuasaan, seperti putri lurah, demang, kepala daerah tersebut bahkan juga seorang raja.



55



Ibid. Hal. 56 Purnomo, 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Besari. Hal. 32 57 Haris D. 2006. Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren. Hal 232-240 56



37



Dengan menikahnya Kyai Khasan Besari dengan Putri Pakubuwono IV. Maka pengaruh serta perkembangan Pondok Pesantren Gebang Tinatar semakin terkenal banyak masyarakat dan para punggawa kerajaan yang memondokkan putranya ke Tegalsari. Sebagai contoh yaitu R. Ng. Ronggowarsito merupakan salah satu putra dari pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menuntut Ilmu di Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Dan terbukti dapat mengubah sosok Raden Bagus Burhan (nama kecil Ronggowarsito) yang bandel dan suka beradu ayam menjadi seorang pemuda yang tangguh dan pandai, baik dalam ilmu agama maupun ilmu sastra.58 Salah satu karangannya yang disandarkan pada Kyai Khasan Besari yaitu Kitab Musarror yang menukil dari Serat Jongko Joyoboyo.



58



Babad Ronggowarsito. Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran.



38



BAB IV KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KHASAN BESARI A. Sejarah Masuknya Islam di Ponorogo Islam mulai masuk ke Indonesia dan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Jawa pada masa pertumbuhan dan perluasan Kerajaan Majapahit. Yang paling menonjol yaitu hubungan antara orang-orang Majapahit dengan para pedagang dari dataran Asia Kecil (India) dalam bidang perdagangan sangat kuat sehingga pengaruh islampun juga dapat menyebar luas dengan sangat pesat. Bisa diartikan bahwa semakin kuat kerajaan Majapahit maka semakin luas pula Islam masuk dan berkembang59. Asal mula nama ponorogo berasal dari dua kata yaitu Pramono dan Rogo. Pramono yang berarti tahu dan Rogo artinya badan, jadi Ponorogo adalah orang-orang yang tahu akan kerahasiaan dalam dirinya 60. Dari filosofi nama inilah nampaknya sangat mempengaruhi terhadap kehidupan masyarakat Ponorogo. Menurut pengamatan penulis masyarakat Ponorogo pada umumnya lebih senang belajar olah kebatinan dalam rangka untuk memperoleh sebuah tujuan dan melakukan tapa brata untuk mengetahui rahasia-rahasia dalam dirinya. Kesejarahan Ponorogo dimulai hilangnya kewibawaan Kerajaan Majapahit sebagai penguasa Pulau Jawa dan sekitarnya. Yaitu pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V. Sang Prabu yang memperistri Putri dari



59 60



Zamakhsari.D.1982. Tradisi Pesantren.hal. 8. Purwowijoyo,1985. Babad Ponorogo Jilid I. hal. 63-65



39



Campa mendapat kritikan dari berbagai kalangan karena telah memperistri seorang muslim, yang notabenenya merupakan hal yang tabu pada masa pemerintahan saat itu. Sehingga banyak kerajaan-kerajaan kecil bawahan Majapahit yang memisahkan diri.61 Salah satunya adalah kademangan Kutu yang sekarang berada di desa Kutu Ponorogo Selatan. Disana ada seorang Demang yang merupakan salah satu Pujangga Majapahit yang sangat tangguh ia bernama Ki Demang Suryangalam. Pada saat itu ia merasa sakit hati karena pendapat-pendapat dan nasehat-nasehat yang dia ungkapkan sudah tidak didengar lagi oleh sang Prabu.62 Setelah itu ki demang Suryangalam ini tak mau lagi tunduk kepada Kerajaan, karena ia menganggap Majapahit sekarang hanya di kendalikan oleh seorang perempuan. Prabu Brawijaya V sudah beberapa kali memanggil Ki Demang akan tetapi ia tak mau menghadap. Akhirnya Prabu menyadari bahwa Ki Demang Suryangalam ini mulai membelot, dan tak mau lagi mengkiblatkan diri kepada Majapahit.63 Saat Demak Bintoro berdiri, maka Raden Patah mengutus Joko Piturun atau sering disebut Bathoro Katong untuk menyelidiki dan menyebarkan Islam di Tanah Wengker. Wengker yang berasal dari kata “Wewengkon Angker” yang artinya tempat yang angker. Piturun adalah putra dari Prabu Brawijaya V dari Putri Bagelen, tepatnya berarti adik dari Raden Patah, Pada saat Joko



61



Wawancara dengan Iman Widodo pemerhati sejarah Ponorogo 10 Maret 2014 Iman Widodo, 10 Maret 2014 63 Purwowijoyo. 1985. Babad Ponorogo Jilid I. Hal. 63-65. 62



40



Piturun atau Raden Katong bisa memasukkan Islam di Ponorogo Raden Katong mendirikan Kadipaten yang diberi nama Ponorogo. Selanjutnya keturunan Raden Katong yang mengganti menjadi Adipati di Ponorogo sebelum tahun 1800 an yang akhirnya nanti pemilihan Bupati Ponorogo diambil alih oleh Belanda64. Menurut Penulis, penugasan Batoro Katong ke Ponorogo juga merupakan taktik dari Raden Patah untuk mengamankan posisinya sebagai Penguasa di Demak Bintoro. Mengingat, bahwa Raden Batoro Katong adalah Putra Mahkota dari Kerajaan Majapahit yang diharapkan oleh Prabu Brawijaya V untuk menggantikannya di Majapahit. Hal ini, dapat dilihat dari ungkapan Purwowijoyo dalam Babad Ponorogo yang menyatakan bahwa Batoro Katong adalah putra mahkota dari Prabu Brawijaya V. 65 Berdirinya Kabupaten Ponorogo bisa dilihat dari gambar yang terpahat pada gapura III masuk makam Bathoro Katong atau lebih dikenal dengan Condro Sengkolomemet, dari gapura itu terdapat gambar : 1. Orang sedang duduk bersila (Bersemedi) 2. Gambar Pohon Beringin 3. Burung mirip Burung Garuda 4. Gajah



64 65



Ibid. Hal. 33-40. Purwowijoyo. 1985. Babad Ponorogo Jilid I. Hal. 34



41



Dari gambar-gambar diatas bisa diartikan menunjukkan angka tahun yaitu 1408 tahun Saka, jika dibuat angka masehi berarti ditambah 78. Dan hasilnya adalah 1486 M. Itulah berdirinya Kabupaten Ponorogo 66. Setelah Islam mampu berkuasa di suatu daerah dan membangun sebuah Institusi Pemerintahan maka perkembangan islam akan semakin cepat dan mudah. Menurut Haris Daryono67: “Pola atau model pengembangan Agama Islam di Nusantara ini melalui tiga strategi : 1. Melalui pendirian Kesultanan, contoh Kesultanan Demak Bintoro. 2. Melalui syiar pengembaraan (mengembara), sebagaimana yang dilakukan oleh para Aulia atau Wali. Pengembang islam yang tidak punya tahta kerajaan atau kesultanan. Tidak memiliki atau mewariskan bangunan pondok pesantren. 3. Melalui Pondok Pesantren yaitu tempat atau wahana belajar atau kompleks diklat pembelajaran agama Islam. Dari ketiga pola di atas Islam mampu masuk dan berkembang dengan pesat di Nusantara ini khususnya daerah Jawa. Khusus untuk pesantren merupakan pola yang menarik dan terstruktur mengenai pendidikannya.



66 67



Ibid. Hal. 65. Haris daryono.2006.Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren.hal. 170-171



42



B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Secara geografis Tegalsari berada di sebelah ujung utara wilayah kecamatan jetis dengan batas-batas wilayah : § Utara



: Desa Jabung dan Desa Gandu Kec. Mlarak



§ Selatan



: Desa Jetis dan Wonoketro kec. Jetis



§ Barat



: Desa Wnoketro Kec. Jetis



§ Timur



: Desa Mojorejo dan Karanggebang kec. Jetis.



Adapun luas desa tegalsari adalah 203 Ha dengan perincian 360 Ha sebagai lahan pemukiman umum, 140 Ha untuk sawah irigasi dan 11,46 Ha untuk ladang / tegalan. Sedangkan sisanya dipergunakan untuk bangunan seperti sekolahan, perkantoran, pasar, jalan dan pemakaman. Ketinggian tanah dari permukaan air laut 105 m, curah hujan 500 mm/th dan suhu udara ratarata : 23 C68. Dalam serat-serat maupun Babad yang menerangkan tentang runtuhnya Kasunanan Kartasura dan Berdirinya Kasunanan Surakarta Adiningrat diceritakan bahwa setelah Geger Pecinan pada tahun 1740 yang didalangi oleh Raden Mas Garendi menyerbu keraton Kartasura dan berhasil menjarah dan menghancurkan Keraton Kartasura. Bukti penghancuran ini dapat dilihat dari Tembok Benteng Srimanganti69 yang merupakan tembok dalam keraton di sebelah utara. Peninggalan ini berada di dekat kampus IAIN



68



http://desategalsarijetispo.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-desa.html. Benteng Srimanganti adalah sebuah benteng yang mengitari kompleks kedaton, sedang diluar benteng Srimanganti ada sebuah benteng lagi yang dinamakan Benteng Baluarti. 69



43



Kartasura. Tepatnya di desa Krapyak, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Akibat dari penyerbuan tersebut, terpaksa Susuhunan Pakubuwono II harus mengungsi ke Ponorogo dan tinggal beberapa saat di Pondok Pesantren Gebang Tinatar, disamping sebagai pelarian Pakubuwono juga memperdalam Ilmu agama dan juga Ilmu kanuragannya 70.Cerita ini dapat ditemui dalam Babad Giyanti, Babad Pakepung, Babad Tanah Jawi, Maupun Babad Kartasura. Dari catatan diatas peneliti dapat mengambil sebuah analisa ketika pada tahun 1742 seorang pembesar dari Kartasura telah menetap disana. Maka dari itu Pondok Pesantren Gebang Tinatar dapat dipastikan berdiri sebelum tahun 1742. Karena mustahil sebuah pondok pesantren akan muncul tiba-tiba tanpa ada proses pendiriannya. Menurut buku Sejarah Kyai Ageng Mohammad Besari, Pondok Pesantren Gebang Tinatar Berdiri pada tahun 1700 M71. Pada awal berdirinya sebuah pesantren biasanya dimulai dari adanya seseorang yang dianggap mempunyai pengetahuan lebih tentang agama Islam, lalu warga sekitar berbondong-bondong mendatanginya dan belajar kepadanya tentang agama Islam. Biasanya orang yang dianggap mempunyai pengetahuan



70 71



Yasadipuro.Babad Giyanti. (TERJ).Surakarta: N.V. Boedi Oetama. 1820 M. Poernomo.1985. Babad Kyai Ageng Muhammad Besari.hal. 21.



44



lebih ini disebut Kyai. Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu pesantren. Pertumbuhan suatu pesantren terletak pada kemampuan kyai nya 72. Untuk para santri yang dari jauh biasanya membuat tempat tinggal non permanen disekitar rumah kyai maupun masjid tempat para santri belajar. Begitu juga dengan Pondok Pesantren Gebang Tinatar, sebagai pondok pertama di Indonesia Gebang Tinatar Juga mempunyai pola yang sama dengan pola di atas. Hal ini pernah diungkapkan oleh Martin Van Bruinessen. Pesantren Tegalsari, pesantren tertua yang masih berfungsi sampai beberapa tahun lalu. Tegalsari waktu itu memiliki sistem yang paling baik. Artinya sebuah pondok pesantren yang memiliki Masjid, Rumah Kyai, dan juga sistem pendidikan yang jelas73. Kyai Ageng Muhammad Besari adalah Pendiri sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Gebang Tinatar yang pertama. Kyai Ageng Muhammad Besari merupakan putra dari kiyai Ageng Abu Amil Anom Besari putra dari kiyai Ageng Abdul Mursad putra dari Demang II Ngadi Luwih putra dari Demang I Ngadi Luwih putra dari Demang Irawan Kediri yang merupakan putra dari Bra. Retno Manik yang merupakan putri dari putri Prabu Brawijaya IV Majapahit. Kyai Ageng Muhammad Besari meninggal pada tahun 1747 M. setelah wafatnya Kyai Ag. Muhammad Besari maka kepemimpinan Putranya



72 73



Zamakhsari. D. 1982. Tradisi Pesantren.hal. 55. Bruinessen.MV.1995. Kitab Kuning.hal. 17



45



dilanjutkan oleh putra kyai Ag. Muh.Besari yaitu Kyai Khasan Ilyas yang memimpin dari 1747-1758 M74. C. Pondok Pesantren Gebang Tinatar Sebelum Kyai Khasan Besari Telah diketahui sebelumnya bahwa menurut kyai Purnomo salah satu keturunan dari Kyai Ageng Muhammad Besari. Bahwa berdirinya Pondok Pesantren Gebang Tinatar sekitar tahun 1700 M. dalam suatu pristiwa pendirian suatu Institusi di masa lalu seringkali tidak ada sebuah pendokumentasian secara tertulis maupun tercatat. Memang pada zaman dahulu pesantren merupakan suatu kekuasaan kecil dalam masyarakat dan mempunyai kedudukan tersendiri dalam hati masyarakat. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Zamakhsari Dlofir dalam bukunya Tradisi Pesantren.75 “ Kebanyakan Kyai di Jawa beranggapan bahwa suatu pesantren dapat di ibaratkan suatu kerajaan kecil dimana Kyai merupakan sumber mutlak, dari kekuasaan dan kewenangan (power and authority) dalam kehidupan dan lingkungan pesantren.” Dari sistem di atas dapat mempengaruhi sampai sistem pergantian pemimpin pondok pesantrenpun juga berdasarkan garis keturunan keturunan (Nasab). Para kyai-kyai selalu memberikan perhatian khusus terhadap putraputranya untuk di kemudian hari diharapkan dapat menggantikannya di



74 75



Haris .D. 2006.Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren.Hal.228. Zamakhsari. D. 1982. Tradisi Pesantren. Hal. 55.



46



kemudian hari.76 Di pondok pesantren Gebang Tinatarpun juga berlaku sistem yang sama. Setelah Kyai Muhammad Besari meninggal maka putranya yang bernama Kyai Khasan Ilyas lah yang menggantikannya sebagai Pemimpin pondok. Dalam kepemimpinannya hanya tinggal meneruskan apa yang telah dirintis oleh ayahandanya. Kyai Khasan Ilyas yang menjadi pengasuh pondok pesantren dan lurah perdikan tegalsari pada tahun 1747. Berdasarkan data yang ada, Kyai Ageng Ilyas dianggap kurang cakap dalam mengatasi pondok pesantren tegalsari. Selain itu, masa kepemimpinannya juga tidak panjang hanya sekitar sebelas tahun ia menjadi pengageng dan lurah Tegalsari. Kasan Ilyas hanya sibuk dengan pekerjaannya dan melakukan pembangunan terhadap masjid dan pondok, tetapi melalaikan pendidikan agama para santri dan anak-anaknya. Tepatnya pada hari rabu legi tanggal 27 Dzulqo‟dah tahun 1170 hijriyah/ 1750 Masehi77. Kyai khasan iliyas memiliki tiga istri dengan sebelas putra dan putrid, di antaranya: a. Dari Istri Pertama Mempunyai Lima Orang Anak 1. Kyai Khasan Yahya 2. Kyai Bagus Khasan Besari 3. Kyai Shoheb 4. Nyai Askiram 76



Ibid. hal. 62 77 Seti Pramoedyo.1940. Silsilah Kyai Ageng Muhammad Besari.(Madiun:Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari)



47



5. Nyai Zaenal Arif



b. Dari istri kedua memiliki lima orang anak 1. Kyai Mangat 2. Kyai Shihab Budin 3. Nyai Mukhibak 4. Nyai Khatinul Khasan Tangkeb 5. Kyai Sastroatmojo



c. Dari istri ketiga mempunyai seorang putri 1. Nyai Imam Sebaweh78 Setelah meninggalnya Kyai Khasan Ilyas maka putra yang paling berhak menggantinya adalah putra tertua dari istri pertama yaitu Kyai Kasan Yahya. Sama halnya dengan Kyai Kasan Ilyas, Kyai Kasan Yahya juga tidak memberikan hal yang membuat Pondok Tegalsari maju walaupun memimpin pada 40 tahun memimpin Pondok. Catatan F. Fokken dalam bukunya De Priesterschool Te Tegalsari79, menjelaskan tentang kepemimpinan dua kyai tersebut. Dan kyai Kasan Ilyaslah yang banyak melakukan pembangunan terhadap masjid dan pondok sehingga lupa mempersiapkan anaknya untuk menjadi penggantinya kelak. Fokken juga menjelaskan bahwa selama kepemimpinan Kyai Kasan Ilyas



78



79



Poernomo.1985. Babad Kyai Ageng Muhammad Besari.Hal. 2 Fokkens,F.1877. De Priesterschool te Tegalsari, Batavia‟s Hage: Bruining.Hal. 334.



48



Tegalsari diambang kemunduran. Karena pendidikan para santri tidak mendapat pendidikan agama lagi, dan hanya disibukkan memotong padi, menanam kedelai dan memperkaya kyainya. Sehingga pristiwa itu diketahui oleh Penguasa dari Soloyaitu Pakubuwono IV dan akhirnya turun surat pemecatan terhadap Kyai Kasan Yahya. Untuk kemudian kekuasaan diserahkan kepada adiknya yaitu Kyai Ageng Khasan Besari. Lebih mendalam pemecatan ini karena pada sebelum tahun 1963 Pengageng Pondok juga menjabat sebagai Lurah Tegalsari. Kyai Khasan Yahya sendiri mempunyai dua Istri dan 13 Putra dan Putri. Dari Istri pertama memilik 9 orang anak, yaitu: 1. Kyai Modjo Tegalsari 2. Kyai Setrodiwidjo 3. Nyai Imam Tabri 4. Kyai Kasan Rifangi 5. Kyai Ngabdulloh 6. Kyai Abdul Rohman 7. Kyai Kasan Redjo 8. Kyai Aspari 9. Kyai Askandar



Dan dari Istri keduanya mempunyai 4 orang anak : 1. Kyai Kunakijat



49



2. Nyai Makijo 3. Nyai Saidin 4. Nyai Tirto Muhammad. Ada sebuah data arkeologis berupa tulisan (data epigrafi) berwujud dua baris kalimat dengan huruf arab pegon dan berbahasa jawa karma. Pernah dibaca Drs. Kuntoro Wiryomartono dan dibantu oleh Drs. Humam seorang dosen fakultas Ilmu Budaya dari UGM Yogyakarta. Yang menunjukkan angka 1188 H atau 1774 M. Sementara kalimat kedua berisi “Ingkang Yasa Kyai Ageng”. Yang itu dinisbatkan kepada Kyai Kasan Ilyas mengingat pada saat itu masa kepemimpinan Kyai Kasan Ilyas.



D. Perkembangan Pondok Pesantren Gebang Tinatar Sesudah Khasan Besari Setelah meninggalnya Kyai Khasan Besari nampaknya Pondok Pesantren Tegalsari kehilangan karismanya. Meskipun pondok masih tetap berdiri tetapi lambat namun pasti pondok ini mulai berkurang santrinya sedikit demi sedikit. Tercatat dalam buku De Priesterschool te Tegalsari80 bahwa setelah kyai Khasan Besari meninggal maka penggantinya tidak ada yang menyamainya dalam ilmu tentang keislaman maupun dalam ilmu tentang kanuragan.



80



F. Fokken.1877. De Priesterschool te Tegalsari, hal. 335.



50



Fenomena tentang seorang kyai yang dipandang mempunyai ilmu tinggi baik dalam ilmu nyata maupun ilmu kanuragan ini dibenarkan oleh Martin Van Bruinessen dalam bukunya Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Martin mengatakan bahwa : “Kharisma



Kyai



didasarkan



kepada



kemampuan



spiritual



dan



kemampuan memberi berkah karena hubungannya dengan alam ghoib. Kuburannya pun dapat dipercayai memberikan berkah” Bahkan senada dengan Martin, Zamakhsari Dlofir pun juga mengungkapkan hal yang sama, bahwa kharisma seorang kyai tidak terlepas dari pengetahuannya tentang hal yang tidak nyata atau gaib.



Dengan



pengetahuaanya yang serba bisa menjawab semua tantangan ini maka Kyai akan dianggap telah memenuhi syarat sebagai wakil dari Tuhan untuk menentukan sebuah hokum. Selain itu Dhofir juga memaparkan bahwa ketakdziman masyarakat terutama pedesaan kepada kyai nya merupakan ketakdziman mutlaq, artinya ketakdziman ini bukan hanya kepada sosok sang kyai saja melainkan juga kepada para keluarga dan kerabat-kerabat yang masih mempunyai hubungan dengan kyai. 81 Mungkin hal diataslah yang dirasakan para pengganti dari kyai Khasan Besari, suatu kenikmatan yang diberikan kepada keluarga dan para kerabat Kyai Khasan Besari membuat mereka lalai dan terbuai dalam keterlenaan. Sehingga, untuk melanjutkan sebuah pendidikan dan melakukan tirakat dengan jalan puasa dan lain sebagainya merasa tiak tertarik. Karena 81



Zamakhsari.D.1982. Tradisi Pesantren. hal 55-60



51



menganggap tanpa harus dengan begitu para kerabat kyai akan mendapat kehormatan yang cukup dari berbagai lapisan masyarakat. Ada beberapa orang kyai yang menggantikan Kyai Khasan Besari setelah meninggal, yang dicatat Fokken dan diceritakan ada dua orang yang menarik yaitu Kyai Khasan Rifangi yang merupakan putra dari Kasan Besari dari Istri ke V dan Kyai Kasan cholifah yang merupakan putra dari Kasan Besari dari Istri ke VI. Sedikit penjelasan dari Fokken tentang pemberian tanah kepada Kyai Khasan Rifangi di desa Karanggebang tepatnya disebelah timur Desa Tegalsari.Dan juga pemberian tanah Pohlimo yang masuk desa Karanggebang namun posisinya sedikit jauh yaitu di sebelah tenggara Desa Tegalsari kira-kira 7-10 KM dari Desa Tegalsari82. Pondok Pesantren Gebang Tinatar surut dan akhirnya mengalami keruntuhan diperkirakan sekitar tahun 1963. Perkiraan ini dibuktikan dengan penghapusan tanah perdikan berdasarkan “PP NO. 13 Tahun 1946” yang berisi tentang : Pasal 1 Yang dianggap sebagai desa perdikan, ialah semua desa-desa yang dalam tata negara Belanda dinamakan "Vrije Desa" (Gouv.Besl.no. 25, tanggal 20-12-1912; Bijbl.No. 7847). Pasal 2



82



F. Fokken. 1877. De Priesterschool te Tegalsari. Hal. 334.



52



Menteri Dalam Negeri menyelenggarakan usaha penghapusan desa-desa perdikan, dengan mengingat kepada keadaan masing-masing daerah dan mengingat kepentingan mereka yang langsung bersangkutan.”



Dengan terbitnya UU tersebut maka istilah Pengageng Tegalsari menjadi dihapuskan tercatat Desa Tegalsari menjadi sebuah tanah perdikan dari tahun 1742 sampai 1946 sekitar 204 tahun. Menurut Haris Daryono Pondok Pesantren Gebang Tinatar runtuh tahun 1963 M.83 Berikut adalah para Pengageng Tegalsari menurut Drs. Haris Daryono, S.H., M.M. : 1. Kyai Ageng Mochammad Besari (1674-1747 M ) 2. Kyai Kasan Ilyas (1747- 1758 M ) 3. Kyai Kasan Yahya (1758-1797 M ) 4. Kyai Ageng Bagus Khasan Besari (1797-1867 M) 5. Kyai Kasan Anom I (1867-1877 M ) 6. Kyai Kasan Cholifah (1877-1902M) 7. Kyai Kasan Anom II (1902-1943M) 8. Kyai Kasan Anom III (1943-1945M) 9. Kyai Kasan Ismangil (1945-1949 M) 10. Kyai Iksan Halim (1949-1954 M) 11. Kyai Ahmad Amin Adi Kusumo (1954- 1960 M) 12. Kyai Al-Yunani (1960-1962M)



83



Haris .D. 2006.Dari Majapahit Menuju Pondok Pesantren.hal. 258



53



Walaupun telah runtuh namun keharuman nama Tegalsari Ponorogo masih bisa dirasakan sampai penelitian ini disusun. Walaupun kini pondok sudah tidak berdiri lagi, Masjid dan Dalem Agung Kyai Kasan Besari masih berdiri kokoh. Dan beberapa situs makam dan peninggalan masih terawat. Dan kini Tegalsari menjadi salah satu tujuan wisata religi di Kab. Ponorogo Jawa Timur. Dan setiap malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Romadhon, Tegalsari selalu ramai dikunjungi ribuan peziarah dan ribuan jamaah.guna berziarah ke makam tegalsari dan melakukan sholat sunnah untuk mencari berkah malam lailatul qodar.



54



BAB V PENUTUP



A. KESIMPULAN Kyai Khasan Besari dilahirkan di Tegalsari pada tahun 1729 M. Merupakan putra kedua dari Kyai Khasan Ilyas dengan istri pertamanya. Ketika muda Kyai Khasan Besari bernama Bujang Lancur. Diusianya ke 36 tahun Kyai Khasan Besari menikah dengan Putri dari Pakubuwono III yaitu Bra.Murtosiyah. Kyai Khasan Besari ahli dalam bidang keagamaan dan sastra, hal ini, dapat dilihat dari karangan-karangan R. Ng. Ronggowarsito yang merupakan bimbingan dari Kyai Khasan Besari.Kyai Khasan Besari mendapat pendidikan dari kakeknya yaitu Kyai Ageng Muhammad Besari. Kyai Khasan Besari merupakan penganut Madzhab Syafi‟iyah. Peninggalan budaya dari Kyai Khasan Besari, yaitu: 1. Adab sopan santun yang diajarkan Kyai Khasan Besari kepada para santri dan masyarakat Tegalsari yaitu bagaimana menyambut dan menerima tamu. 2. Budaya menyapa, ramah sopan santun kepada orang yang lebih tua. 3. Memberikan hidangan kepada tamu yang datang dari jauh.



55



Peninggalan tradisi keagamaan dari kyai Khasan Besari yaitu: 1. Sholat sunah berjamaah di malam ganjil sepuluh terakhir bulan romadhon. 2. Sholawat maulud. 3. Selamatan di masjid setelah sholat ied, baik idul fitri maupun iedul adha. Sejarah Pondok Pesantren Gebang Tinatar sendiri, berdiri pada tahun 1700 M. Dengan pendiri Kyai Ageng Muhammad Besari. Kyai Ageng Muhammad Besari merupakan murid dari Kyai Donopuro Setono yang diberi hadiah tanah perdikan di timur sungai setono sekarang sungai Tegalsari dan mendirikan pesantren disana yang diberi nama Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Pakubuwono II menjadi murid dari Kyai Ageng Muhammad Besari dan memberikan tanah perdikan karena berhasil menyelamatkan Pakubuwono dari serbuan pasukan cina saat Geger Pecinan. Setelah wafat Kyai Ageng Muhammad Besari digantikan oleh Kyai Khasan Ilyas dan seterusnya digantikan oleh Kyai Khasan Yahya dan setelah tahun 1797 Kyai Khasan Yahya turun dan digantikan oleh Kyai Ageng Khasan Besari. Kyai Ageng Khasan Besari menjadi Pengageng Pondok Pesantren Gebang tinatar selama kurang lebih 70 tahun. Kyai Khasan Besari wafat pada tahun 1867 Masehi dan meninggalkan 7 istri dan 16 orang putra. Pondok Pesantren Gebang Tinatar Benar-benar runtuh sebagai pondok yang mandiri dan bebas pajak pada tahun 1963 dengan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1946 tentang penghapusan tanah perdikan.Dengan penghapusannya Tegalsari menjadi tanah perdikan maka



56



kekuasaan Tegalsari dan Pondok Pesantren Gebang Tinatar juga pelan-pelan menghilang dari peradaban.



B. SARAN Setelah Penulis melakukan survey di lapangan, akhirnya Penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan yang dikarenakan kurangnya perhatian terhadap



peninggalan-peninggalan



Sejarah



dari



Kyai



Ageng



Hasan



Besari.Sebagai saran untuk yayasan dan juga keluarga Ndalem Agung, untuk lebih memperhatikan kesejarahan-kesejarahan tentang para leluhurnya.Karena menurut Imam Ghazali Man „arofa nafsahu faqod „arofa Rabbahu, yang berarti “Barang siapa yang mengetahui tentang dirinya serta tentang sejarah Leluhurnya atau lebih dikenal dengan Nasabnya, maka dia akan khusyu‟ dalam beribadah sampai dengan tingkatan tertinggi, yaitu mengetahui Tuhannya.” Untuk membuka jalan Penulis sedikit menyinggung tentang beberapa penelitian tentang Kyai Ageng Hasan Besari yaitu tentang Kyai Doropuro, tentang peran serta Kyai Noer Shodiq serta tentang Kyai Mu‟min.



57



DAFTAR PUSTAKA



Amrulloh. Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta. 1983. Hal. 87-88. A.Daliman. Metode Penelitian Sejarah,Yogyakarta: Ombak. 2012. Hal. 73, 81. Afandi. Safuan, Ihya Ulumuddin Imam Al Gozali (terj.), Solo: sendang ilmu.hal.15-16 Babad R. Ng. Ronggowarsito ,Team Ronggowarsitan, 1900. Berg, C.C.“Indonesia” dalam H.A.R.Gibb (ed), Wither Islam? A Survey of modern movement in the moslem world, London, 1932, hal 257 Carrard Philippe, Poetics The New History. Frenchhistorical discourse from braudel to chartier, Baltimore and London: the johns Hopkins university Press, 1992, Hal. 2-4. Fokkens,F.,De Priesterschool te Tegalsari, Batavia‟s Hage: Bruining, 1877. Gilbert J. Garragan, S.J, A Guide to Historical Method, New York:Fordham Univercity Press, 1957 Hal 33. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2013. Hal. 70 Lucey, William, history, method and interpretation, New York and London: garland publishing,inc, 1984, Hal.27-43 Mujib A. M Subhan, Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka.2004 M. Dawam. Rahardjo,. Pergulatan Dunia Pesantren. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1985, Hal 6-10. M Habib Chirzin, Pondok Pesantren : Sebagai Bentuk Masyarakat Belajar. Yogyakarta:Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa. Hal. 94. Sartono. Kartodirdjo, The Peasant‟s Revolt in Banten in 1888, Singapore Institute of Southeast Asian Studies: Oxford University Prees, 1932.



58



Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak , 2012, Hal. 104 Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, R&D Bandung: alfabeta, 2009, hal. 6 Veyne, Paul, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina moore-rinvolucri, Middletown,connect, Wesleyan Univercity Press, 1984, Hal. 121. Yosodipuro I, Babad Geger Pecinan, radya pustaka (1729-1802). Yosodipuro I,Babad Surakarta, radya pustaka (1729-1802). Zamakhsyari, Tradisi pesantren studi tentang pandangan hidup para kyai, Jakarta: LP3ES, 1982, hal.18,45. Sumber Media Lain Enjang Muhaemin, “Potret Ulama dalam Bingkai Politik,”Pelita, No. 6373, Th. XXI (Jum‟at, 15 Juli 1994), hlm. 4. Dr. H. Afif Muhammad, MA., “Ulama dan Umara,”Pikiran Rakyat, No. 138, Th. XXXII (Kamis, 14 Agustus 1997), hlm. 13. Wawancara. Bapak Iman Widodo (Budayawan dan Pemerhati Sejarah Ponorogo), Klaten. 03 Oktober 2014. 08.30 WIB dan 25 November 2014. 14.30 WIB Mbah Sujak (Juru Kunci Makam Tegalsari), Tegalsari Jetis Ponorogo.



07



November 2015. 11.30 WIB. Agus Setyo Wacono (Keturunan Kyai Khasan Ilyas). Tegalsari Jetis Ponorogo. 08 November 2015. 14.43 WIB.



59



Skripsi Skripsi dari As‟ari dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang Pemikiran Kh. Badri Mashduqi. Skripsi dari Tri Sundari berjudul Peran Politik Kyai Di Pedesaan (Studi Kasus Di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas), merupakan Mahasiswi dari UNS Semarang. Skripsi dari UIN Sunan Kalijaga milik Alina Nihaya Marzuqoh tentang (Peran Sosial Kiai Kampung Di Desa Salamrejo Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung).



60



Lampiran-lampiran Lampiran 1



Makam Batoro Katong Setono Jenangan Ponorogo



Lampiran 2



Makam Kyai Ageng Muhammad Besari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 3



Makam Kyai Ageng Khasan Besari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 4



Ndalem Agung Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 5



Tempat Tidur Kyai Khasan Besari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 6



Masjid Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 7



Makam Tegalsari Tegalsari Jetis Ponorogo



Lampiran 8



Lukisan Kyai Ageng Muhammad Besari



Lampiran 9



Serat Babad Surakarta



DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae I. Data Pribadi 1. Nama



:



Muhammad Sam‟ani



2. Tempat dan Tanggal Lahir



:



Ponorogo, 29 Juli 1994



3. Jenis Kelamin



:



Laki-Laki



4. Agama



:



Islam



5. Status Pernikahan



:



Belum Kawin



6. Warga Negara



:



Indonesia



7. Alamat KTP



:



RT: 02/RW: 02 Joresan II Mlarak Ponorogo



8. Alamat Sekarang



:



Jl. Arwana. RT. 02/RW. 07 Grogol Blotongan Sidorejo Salatiga



9. Nomor Telepon / HP



:



085736551459



10. E-mail



:



[email protected] [email protected]



11. Kode Pos



:



II. Pendidikan Formal



:



Periode



Sekolah / Institusi



63472 Alamat



Jenjang



(Tahun)



Pendidikan



1999



- 2001



RA Muslimat NU



Joresan Mlarak Ponorogo



TK



2001



- 2007



SD Joresan



Joresan Mlarak Ponorogo



SD



2007



- 2010



Mts. Al-Islam



Joresan Mlarak Ponorogo



SMP



2010



- 2013



MA Al-Islam



Joresan Mlarak Ponorogo



SMA



Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.



Salatiga,10 Agustus 2017



Muhammad Sam‟ani