SKRIPSI Nilai Tambah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KOPI BUBUK KECAMATAN LATAMBAGA KABUPATEN KOLAKA (STUDI KASUS UD. ROBUSTA KELURAHAN SEA)



SKRIPSI



Oleh: SITTI NURHALIZA NIM. D1A1 15 206



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KOPI BUBUK KECAMATAN LATAMBAGA KABUPATEN KOLAKA (STUDI KASUS UD. ROBUSTA KELURAHAN SEA)



Skripsi diajukan kepada Fakultas Pertanian untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan/Program Studi Agribisnis



Oleh: SITTI NURHALIZA NIM. D1A1 15 206



JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



ii



PERNYATAAN



DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR DIAJUKAN PERGURUAN



HASIL



SEBAGAI TINGGI



KARYA



SENDIRI



SKRIPSI



ATAU



ATAU



DAN KARYA



LEMBAGA



BELUM



PERNAH



ILMIAH



MANAPUN.



PADA



APABILA



DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.



Kendari,



Oktober 2019



SITTI NURHALIZA D1A1 15 206



iii



iv



v



UCAPAN TERIMAKASIH



Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, pemberi kehidupan serta petunjuk bagi umatnya yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabiyullah Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam, Nabi yang menjadi Uswatun Khasanah bagi umat manusia. Seiring dengan selesainya skripsi ini, tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Idrus Salam, M.si. selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Ilma Sarimustaqiyma Rianse, S.P., M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah bersedia dengan ikhlas menjadi pembimbing penulis, menghabiskan waktunya untuk memberikan pengetahuan, pengarahan dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini. Rasa syukur, bangga dan terimakasih yang tidak henti-hentinya dan tidak terhingga tercurahkan kepada Orangtua tercinta, Ayahanda Almarhum Anwar serta Ibunda Hadrah. Terima kasih atas segala bentuk kasih sayangnya, merawat dan membesarkan serta pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah membalas segala ketulusan yang telah diberikan. Amin. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan kepada:



vi



1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. 2. Penasehat Akademik, Bapak Dr. Ir. Surni, M.S. Dosen di lingkup Jurusan Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. 3. Dosen pembimbing dan penguji yang telah memberikan saran pada saat pelaksanaan seminar. 4. Seluruh staf jurusan, staf fakultas, Staf laboratorium dan perpustakaan atas segala bantuan dan kelancaran urusan administrasi yang mendukung penulis selama masa pendidikan. 5. Bapak H. Rusli selaku pemilik Usaha UD. Robusta dan semua karyawan UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka yang telah membantu penulis dalam penelitian. 6. Saudara-saudariku: Arif Nastain dan Tuti Alawiyah yang telah merawat, menjaga dan memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan dan motivasinya selama ini. 7.



Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Agribisnis angkatan 2015 yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan, semangat, motivasi, dan



kebersamaan yang berkesan selama menempuh



pendidikan semoga kebersamaan kita berlanjut sampai kapanpun. 8. Terima kasih juga kepada teman-teman kuliah sekaligus teman seperjuangan, Hari Purnomo Aji, Asdar, Juhardiman, Alpiantika Sari, Wahyu Wibowo, Wahyuningsi, Dwi Permatasari, Evi Ratna Sari, Hasmita dll. 9. Sahabat-sahabat terbaikku Hasrianti S.P, Rosnaeni S.P, Eka Wahyuningsi S, Silviana S.P, Nafsinta S.P, Siti Nur Anjani, Laila Risaida, Ariyanti S.P, Ria Nurkhazanah, yang selama ini menemani dalam suka dan duka. 10. Teman-teman seperjuangan KKN Reguler 2018 di Desa Pabbiring, Kecamatan Poleangang Utara (Ary Putra, Muh. Syarif, Rendy, Wa Ode Novianti, Rezky, Mayang) dan juga dosen pembimbing lapangan.



vii



11. Senior-senior dan alumni dari jurusan Agribisnis Muhammad Syawal, S.E,. M.M dan Wandi Patriawan S.P, yang selalu membantu, memberikan motivasi dan informasi selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Kendari,



Oktober 2019



Penulis



viii



RIWAYAT HIDUP



SITTI NURHALIZA dilahirkan pada Tanggal 28 Juni 1997 di Kabupaten Kolaka. Penulis adalah anak pertama dari dua orang bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Anwar dan Ibu Hadrah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis masuk di SDN 1 Woimendaa Kabupaten Kolaka dan tamat pada Tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MTs Al-ikhlas Woimendaa Kabupaten Kolaka, dan tamat pada Tahun 2013. Selanjutnya, pada Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Masamba Kabupaten Luwu Utara Jurusan IPA, dan tamat pada Tahun 2015. Kemudian pada Tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan pada Perguruan Tinggi Universitas Halu Oleo Kendari, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).



ix



ABSTRAK Sitti Nurhaliza (D1A1 15 206). Analisis Keuntunga dan Kelayakan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk Di Kelurahan Sea Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka (Studi Kasus UD. Robusta Kelurahan Sea). Dibawah bimbingan Idrus Salam sebagai pembimbing I dan Ilma Sarimustaqiyma Rianse sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan yaitu untuk “pertama” Mengetahui bagaimana proses pembuatan kopi bubuk pada usaha UD. Robusta, “kedua” apa saja saranaprasarana yang digunakan dalam pembuatan kopi bibik dan ketiga mengetahui kelayakan usaha pembuatan kopi bubuk di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka (studi kasus UD. Robusta Kelurahan Sea). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usaha yang terdiri dari π= TR-TC dan Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP) dan Analisis Sensitivitas. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa proses pembuatan kopi bubuk pada UD. Robusta masih sederhana meskipun pada proses pengolahan telah menggunakan mesin penyangraian, penggilingan, mesin penggorengan dan penghalus, tetapi dalam proses lainnya masih dikerjakan oleh manusia. Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam pembuatan kopi bubuk seperti, mesin penyangraian, mesin penggilingan, tempat pengemasan semua dalam kondisi baik. Sedangkan dari segi kelayakan usaha UD. Robusta layak untuk diusahakan. Karena pada discount factor (df) 3%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 724.385.790, NBCR sebesar 9,71, IRR sebesar 172,93%. dan PBP 0,56 tahun atau 6 bulan 21 hari dengan umur usaha 11 tahun sedangkan analisis kelayakan sensitivitas dimana apabila kondisi meningkatnya biaya operasional sebesar 6,57% pada discount factor (df) 9.1%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 56.068.996, NBCR sebesar 9,06, IRR sebesar 156,97%, dan PBP sebesar 0,81 tahun atau 9 bulan 7 hari sedangkan kondisi apabila harga jual menurun sebesar sebesar 5,1% pada discount factor (df) 3%, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 728.192.150, NBCR sebesar 9,16, IRR sebesar 147,87% dan PBP sebesar 0,88 tahun atau 10 bulan 4 hari. Dalam keadaan-keadaan tersebut UD. Robusta masih layak diusahakan. Kata Kunci: Kopi, Keuntungan, Kelayakan Usaha, Usaha Pembuatan Kopi Bubuk



x



ABSTRACT Sitti Nurhaliza (D1A1 15 206). Analysis of profit and feasibility of coffee powder manufacturing in Kolaka Regency (case study of UD. Robusta Kelurahan Sea) supervised by Idrus Salam as first supervisor and Ilma Sarimustaqiyma Rianse as second supervisor. The objectives of this research are. First to fird cut how the process of coffee powder in UD. Robusta, second, what are facilitias used in making coffee powder bussines in sea village, latambaga, subdistrict, kolaka Regency (UD. Robusta Kelurahan Sea case study). The analysis used in the research is Business profit and feasibility, Analysis which consist of π= TR-TC and Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP) and sensitivity Analysis. The result of this research indicate that the process making coffee powder in UD. Robusta is simple yet, although in manufacture process has used roasting, grinding, frying and refining machines. But in other process it is still done by human. The facilities and insfratructue is used in making coffee powder. Such as roasting machines. Milling machines, packaging facilitias are of all in good condition. While in terms of business feasibility, UD. Robusta is feasible to beramed business because in factor discount (df) 3%, an NPV value of Rp. 724.385.790. an NBCR of 9,71, an IRR of 172.93%. and PBP 0,56 years of 6 months 21 days cuith business aye of 11years while fesibility sensitivity of analysis where if the condition 15 increased opefairing coats by 6,57% ot a discount factor (df) 9,1% and NPV value of Rp. 56.068.996, NBCR of 9,06, IRR of 156,97%, and PBP of 0,81 years or 9 monts 7 days. While conitions if the relling price decreased by 5,1% at a discount factor (df) of 3% , an NPV value of Rp. 728.192.150, NBCR of 9,16, IRR of 147.87% and PBP of 0,88 years or 10 monts 4 days. In these case circomstances of UD. Robusta is still feasible to became business. Key words : Bussiness Feasibility, Coffee, Coffee Powder Manufactring, Profit.



xi



DAFTAR ISI



Halaman Halaman Sampul ...........................................................................................



i



Halaman Judul ..............................................................................................



ii



Halaman Pernyataan ....................................................................................



iii



Halaman Pengesahan .....................................................................................



iv



Halaman Persetujuan Panitia Ujian.............................................................



v



Ucapan Terimakasih .....................................................................................



iv



Riwayat Hidup................................................................................................



ix



Abstrak ...........................................................................................................



x



Abstract ...........................................................................................................



xi



Daftar Isi ........................................................................................................



xii



Daftar Tabel ...................................................................................................



xv



Daftar Gambar ...............................................................................................



xvi



Daftar Lampiran ........................................................................................... xvii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ................................................................................



7



1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................



7



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori ....................................................................................



8



2.1.1 Agroindustri ...................................................................................



8



2.1.2 Industri Kecil ..................................................................................



10



2.1.3 Kopi ................................................................................................



11



2.1.4 Konsep Biaya .................................................................................



16



2.1.5 Konsep Produksi ............................................................................



20



2.1.6 Biaya Produksi ...............................................................................



21



2.1.7 Konsep Harga .................................................................................



24



2.1.8 Penerimaan .....................................................................................



24



2.1.9 Keuntungan ....................................................................................



26



2.1.10 Kelayakan Usaha ...........................................................................



27



2.1.11 Net Present Value (NPV)...............................................................



28



xii



2.1.12 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ....................................................



29



2.1.13 Internal Rate of Return (IRR) ........................................................



30



2.1.14 Payback Period (PBP) ..................................................................



31



2.1.15 Analisis Sensitivitas ......................................................................



31



2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................



32



2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................................



35



III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................



37



3.2 Subjek Penelitian ..................................................................................



37



3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................



38



3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................



38



3.5 Variabel Penelitian ...............................................................................



39



3.6 Konsep Operasional ............................................................................



39



3.7 Analisis Data ........................................................................................



41



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Industri UD. Robusta ................................................................



46



4.1.1 Sejarah Usaha UD. Robusta ...........................................................



46



4.1.2 Struktur Organisasi UD. Robusta ....................................................



47



4.1.3 Keadaan Tenaga Kerja ...................................................................



49



4.1.4 Proses Produksi UD. Robusta ........................................................



50



4.2 Saluran Pemasaran ..............................................................................



55



4.3 Biaya Produksi ....................................................................................



57



4.3.1 Biaya Tetap .....................................................................................



57



4.3.2 Biaya Variabel .................................................................................



58



4.4 Produksi ...............................................................................................



60



4.5 Penerimaan ..........................................................................................



61



4.6 Pendapatan ..........................................................................................



62



4.7 Kelayakan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD. Robusta ....................



62



4.7.1 Net Present Value (NPV) ...............................................................



63



4.7.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) .....................................................



64



4.7.3 Internal Rate of Return (IRR) .........................................................



64



4.7.4 Payback Period (PBP) ....................................................................



65



4.7.5 Analisis Sensitivitas .......................................................................



66



xiii



V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................



69



5.1 Kesimpulan...........................................................................................



69



5.2 Saran .....................................................................................................



69



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



70



LAMPIRAN ...................................................................................................



74



xiv



DAFTAR TABEL Tabel



Halaman



1.1 Produksi Kopi Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara ..............



4



4.1 Teladaan Tenaga Kerja UD. Robusta Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan.................................................................................................



49



4.2. Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kopi UD. Robusta ...................................



58



4.3. Biaya Variabel yang digunakan Industri UD.Robusta ..............................



59



4.4 Rincian produksi Usaha Pembuatan Kopi UD.Robusta ............................



60



4.5 Rincian Penerimaan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta ............



61



4.6 Rincian Pendapatan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta.............



62



4.7 Perhitungan Nilai NPV Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta .......



63



xv



DAFTAR GAMBAR Gambar



Halaman



1. Kerangka Pikir .............................................................................................



36



2. Struktur Organisasi UD. Robusta .................................................................



47



3. Tahapan proses pengolahaan biji kopi menjadi kopi bubuk .......................



55



xvi



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



Halaman



1. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................



75



2. Kuesioner Penelitian ....................................................................................



76



3. Biya Investasi ..............................................................................................



79



4. Biaya Operasional Tahun Ke-1 Sampai Tahun Ke-5 (2014-2018) .............



80



5. Rincian Penerimaan (benefit) ......................................................................



82



6. Rincian Pendapatan .....................................................................................



83



7. Perhitungan Kelayakan Finansial UD. Robusta ..........................................



84



8. Analisis Sensitivitas Apabila Biaya Produksi Meningkat Sebesar 5,1% .....



85



9. Analisis Sensitivitas Apabila Harga Jual Menurun Sebesar 5,1% ...............



86



10. Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP ..................................................



87



11. Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP Jika Biaya Operasional Meningkat Sebesar 5.1% ............................................................................................



88



12. Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP Jika Harga Jual Menurun Sebesar 5.1% .........................................................................................................



89



13. Dokumentasi Penelitian di UD. Robusta ..................................................



90



xvii



I.



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Ada sekitar 67 % total produksi kopi diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Persaingan bisnis telah mendorong menuju ketingkatan yang baru karena adanya perpaduan antara perkembangan teknologi dengan tingkat kepuasan pelanggan. Banyaknya industri berlomba - lomba untuk menarik minat pelanggan dengan menjual produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau dan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Apabila industri dapat beroperasi dengan seefektif mungkin maka aktivitas berproduksi dapat mendatangkan kemungkinan penurunan biaya produksi yang pada akhirnya harga jual dari produk yang dihasilkan oleh industri tersebut mampu bersaing dan juga mampu memenuhi permintaan pelanggan tepat pada waktunya (Alicia, 2011). Indonesia menjadi salah satu Negara penghasil kopi terbesar di dunia dengan total produksi kopi pada tahun 2013 sebesar 675.881 ton dan meningk at hingga 685.089 ton pada tahun 2014 (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014). Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki oleh minuman lainnya. Keberadaan kopi sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan sehari-hari baik di Indonesia dan mancanegara. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang memiliki peran



2



penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain sebagai sumber perolehan devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi maupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan maupun dalam mata rantai pemasaran. Kopi adalah komoditas agroindustri yang hanya bisa dikonsumsi oleh manusia setelah melalui proses pengolahan. Salah satunya yaitu kopi bubuk. Kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana. Dimana biji kopi yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas, pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pedagang pengecer, industri kecil dan pabrik. Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan secara tradisional dan alat-alat sederhana. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap penyangraian dan tahap penggilingan, maka dari pembuatan proposal penelitian ini ditujukan agar pembuatan kopi bubuk dapat lebih modern dan lebih baik. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Berbinis olahan kopi merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan karena tidak terlepas dari kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi kopi karena kopi memiliki rasa, aroma yang khas, dan mempunyai manfaat tersendiri bagi penikmatnya. Keberhasilan bisnis kopi membutuhkan berbagai inovasi dalam pembuatan produk untuk meningkatkan nilai tambah seperti diolah menjadi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji matang (roasted coffee), kopi mix, kopi celup, aneka



3



minuman kopi dalam kemasan, dan aneka produk turunan lainnya agar dapat bersaing di pasar produk-produk yang di hasilkan. Kopi Robusta di Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penghasilan pertanian disektor perkebunan yang menghasilkan kelapa, cengkeh, kakao, mete, kopi, lada, dan lain-lain. Ada beberapa jenis kopi yang telah dibudidayakan di Sulawesi Tenggara yaitu kopi arabika, robusta dan liberika. Tanaman ini dapat tumbuh sesuai dengan kecocokan Ph tanah dan iklim. Petani mayoritas menanam kopi jenis robusta karena jenis kopi ini memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi dibandingkan jenis kopi arabika dan liberika. Sebagian besar penduduk di Sulawesi Tenggara merupakan penikmat kopi sehingga para petani harus mampu bekerjasama untuk mengembangkan usahatani kopi untuk peningkatan devisa dan sumber pendapatan bagi petani dan pelaku usaha serta memudahkan pelaku usaha industri dalam memperoleh bahan baku. Agroindustri kopi memiliki peluang yang cukup tinggi untuk dikembangkan di Indonesia karena memiliki prospek besar di pasar domestik dan internasional namun permasalahan yang dialami saat ini yaitu kualitas bahan baku kopi yang kurang terjamin, teknik budidaya yang masih sederhana, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana agroindustri, jaringan pemasaran kopi yang belum terkelola dengan baik dan kualitas SDM yang kurang memadai. Data mengenai produksi kopi di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Tabel 1.1



4



Tabel 1.1 Produksi Kopi Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara (Ton), 2017 No.



Kabupaten/Kota



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17



Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kolaka Timur Konawe Kepulauan Muna Barat Buton Tengah Buton Selatan Kendari Bau-Bau Jumlah Sumber Data : BPS Sultra Tahun 2017



Kopi (ton) 215 34 244 207 310 5.196 10 106 7 271 298 4 30 3 13 18 3 6.968



Dari tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Kolaka salah satu penyumbang produksi kopi sebesar 207 ton. Kecamatan Latambaga merupakan salah satu daerah yang mengolah hasil-hasil pertanian khususnya tanaman perkebunan yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hali ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Keberadaan kopi sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan sehari-hari baik di Indonesia dan mancanegara. Kelurahan Sea merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Latambaga yang memproduksi kopi bubuk. Salah satu industri yang telah berproduksi dan berkembang hingga kini yaitu UD. Robusta.



Industri kopi bubuk tersebut



5



merupakan satu-satunya industri yang ada di Kecamatan Latambaga dan telah berproduksi selama ±15 tahun. Proses produksi hanya berlangsung dalam seminggu sekali, disebabkan sebagian bahan baku diambil langsung di petani Kolaka, dan juga berasal dari luar kota seperti dari Sulawesi Selatan. Pengolahan kopi menjadi kopi bubuk yang layak jual merupakan ide relatif baru bagi pemilik usaha. Sebagian besar dari total produksi dipasarkan dalam bentuk kopi bubuk yang diperoleh dari petani sangat terbatas, pada proses pengolahan kopi bubuk dapat pula dilakukan pencampuran antara kopi arabika dan robusta yang digunakan agar mendapatkan aroma dan rasa yang sesuai dengan keinginan konsumen, dengan menjadikan Kabupaten Kolaka terdapat banyak usaha-usaha yang bergerak dibidang pengolahan kopi seperti kedai-kedai kopi. Pembuatan kopi bubuk tentunya pabrik kopi tersebut membutuhkan biaya, bahan baku dan tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya produksi, biaya upah tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan dan biaya umum. Biaya yang dikeluarkan akan mempengaruhi proses pendapatan yang diperoleh pengusaha bubuk kopi tersebut. Setiap usaha dalam menjalankan usahanya selalu ingin memperoleh keuntungan yang besar, dimana keuntungan tersebut diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi. Analisis keuntungan penting dilakukan, karena analisis ini merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) umtuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha. Pengkajian aspek ekonomi dan keuangan dapat memperhitungkan berapa jumlah



6



dana yang dibutuhkan untuk membangun kemudian mengoperasikan usaha (Sutojo, 1993) Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, UD. Robusta merupakan indsutri yang bergerak di bidang pengolahan kopi dan masih berjalan hingga kini. Pengolahan kopi bubuk diharapkan memberikan keuntungan bagi pemilik usaha. Untuk mencapai keuntungan yang diharapkan pemilik usaha harus mampu memenuhi permintaan pasar dengan cara meningkatkan produksi penjualannya. Sehingga, sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu usaha industri dapat dilihat dari besaran keuntungan yang diterima industri tersebut, dari pembagian antara penerimaan total dibagi biaya total dan dapat dilihat efisiensi biaya apakah menguntungkan atau merugikan secara ekonomi. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini agar pemilik usaha dapat mengetahui kelayakan usahanya serta untuk mengetahui nilai investasi yang ditanamkan pada usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dan apabila usaha tersebut layak untuk dijalankan maka akan memberikan keuntungan atau tidak, Sehingga dapat menghindari atau meminimalkan resiko kerugian dimasa yang akan datang karena perlu juga di ingat bahwa setiap usaha tidak bisa terhindar dari yang namanya resiko. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka”.



7



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana keuntungan usaha pembuatan kopi bubuk pada industri UD. Robusta? 2. Bagaimana kelayakan usaha pembuatan kopi bubuk pada industri UD.Robusta?



1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1.



Untuk mengetahui keuntungan usaha pembuatan kopi bubuk pada industri UD. Robusta.



2.



Untuk menganalisis kelayakan usaha pembuatan kopi bubuk pada industri UD. Robusta . Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :



1. Bagi pengolah kopi bubuk, penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai pendapatan yang di peroleh dari usaha yang dijalankan. 2. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan hasil penelitian ini.



II.



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Deskripsi Teori Deskripsi teori adalah rangkaian penjelasan atau teori yang mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep, gagasan, pendapatan, atau cara-cara yang sejalan dengan penelitian. Beberapa rangkaian teori dalam penelitian ini antara lain:



2.1.1 Agroindustri Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian (Arifin, 2018).



Definisi agroindustri dapat



dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1992) yaitu suatu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan,



9



pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri. Menurut UU No. 20 tahun 2008, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kusnandar (2010), mengemukakan bahwa agroindustri berasal dari dua kata, yaitu



agricultural dan



industry



yang



berarti



suatu



industri yang



menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri sebagai pengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk akhir (final product) maupun produk antara (intermediate product). Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam hal meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Industri pengolahan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan yang mengubah suatu bahan dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi



10



barang jadi atau setengah jadi. Usaha industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produk. (BPS Sulawesi Tenggara, 2014).



2.1.2 Industri Kecil Irianto (2004), menyatakan bahwa dalam perekonomian nasional, industri kecil merupakan suatu basis yang cukup besar dalam menunjang ekspor non migas, dan memperkuat struktur industri transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup kuat untuk mendorong restrukturisasi pedesaan kearah yang lebih berkembang, melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyebaran industri dalam rangka mengantisipasi ketimpangan antara perekonomian di perkotaan dan pedesaan. Industri kecil dibedakan menjadi dua, yaitu industri rumah tangga dan pabrik kecil. Adapun ciri-ciri industri rumah tangga yaitu: 1.



Sebagian



besar



pekerjanya



adalah



anggota



keluarga



sendiri



dari



pemilik/pengusaha yang pada umumnya tidak dibayar. 2.



Proses produksinya masih manual dan dilakukan di rumah.



3.



Produksinya bersifat musiman mengikuti kegiatan di sektor pertanian yang bersifat musiman.



4.



Jenis produksinya sederhana untuk konsumsi sederhana juga. Sedangkan ciri-ciri dari pabrik kecil yang menggunakan tenaga kerja antara 5



sampai 19 orang, yaitu:



11



1.



Produksinya lebih teratur dan sudah punya tempat khusus, biasaya berada didekat rumah pemilik/pengusaha.



2.



Sebagaian besar pekerja sudah di gaji.



2.1.3 Kopi Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012). Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo, (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom Sub kingdom Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Genus Spesies a.



: Plantae : Tracheobionita : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Astridae : Rubiaceace : Coffea : Coffearobusta



Jenis-jenis kopi Di seluruh dunia, ada puluhan jenis kopi yang tersebar. Jumlahnya sekitar 90



jenis. Dari semua jenis kopi yang ditemukan, ada 25 yang buahnya paling komersial, dan ada 4 jenis yang paling terkenal dalam perdagangan biji kopi.



12



Keempat jenis kopi itu adalah kopi arabika, robusta, liberika, dan ekselsa (Nurhakim, Rahayu, 2014). 1. Kopi Arabika Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yaitu memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 –1750 meter dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat. 2. Kopi Liberika Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah. 3. Kopi Canephora (Robusta) Kopi Canephora juga disebut kopi robusta. Nama robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi arabika dan liberika.



13



4. Kopi Hibrida Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan. b.



Pengolahan kopi bubuk Pengolahan adalah sebuah proses mengusahakan atau mengerjakan sesuatu



(barang dsb) supaya menjadi lebih sempurna. Proses pengolahan kopi bubuk terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu sebagai berikut : 1. Penyangraian Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraiann. Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.



Waktu



sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai.



Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat



tua kehitaman (Mulato, 2002). Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan produk pirolisis volatile lainnya.



14



Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan citarasa kopi.



Kehilangan



berat kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu ligh roast suhu yang digunakan 193 C° sampai 199 C°, medium roast suhu yang digunakan 204 C° dan dark roast suhu yang digunakan 213 C ° sampai 221 C °. Light roast menghilangkan 3-5% kadar air, medium roast menghilangkan 5-8% dan dark roast



menghilangkan 8-14%



kadar air



(Varnam and



Sutherland, 2000). 2. Pendingin Biji Sangrai Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai sangat perlu dilakukan. Ini untuk mencengah agar tidak terjadi pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna, flavor, volume atau tingkat kematangan biji yang diinginkan. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain pemberian kipas, ataupun dengan menaruhnya kebidang datar (Pangabean, 2012). Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan di dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong (over roasted). Selama pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai (Mulato, 2002). 3. Penghalusan/Penggilingan Biji Kopi Sangrai Biji



kopi



sangrai



dihaluskan



dengan



mesin



diperoleh butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu.



penghalus



sampai



Butiran kopi bubuk



15



mempunyai luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut dalam air seduhan (Mulato, 2002). Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam fomat, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas di dalam seduhan makin berkurang secara signifikan. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk cita rasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selama



penyangraian



beberapa



senyawa



gula



akan



terkaramelisasi



menimbulkan aroma khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat (Mulato, 2002). 4. Kadar Air Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah kadar air. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga menghambat perkembangan organisme pembusuk. Kadar air suatu bahan berpengaruh terhadap banyaknya air yang diuapkan dan lamanya proses pengeringan (Taib et al., 1988). Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan yang dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau dalam



16



persen basis kering (dry basis).



Kadar air basis basah mempunyai batas



maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering lebih 100%. Kadar air basis basah (Mwb) adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat total bahan. Struktur bahan secara umum dapat didasarkan pada kadar air yang biasanya ditunjukkan dalam persentase kadar air basis basah atau basis kering. 5. Kadar Keasaman (pH) pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman



atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan



sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan



pada



perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia



bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi keasaman yang berbeda (Volk,1993).



2.1.4 Konsep Biaya Biaya adalah harga pokok yang telah memberi manfaat dan telah habis dimanfaatkan. Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang dapat ditukar dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya



17



merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan harga pokok produksi dan harga jual produksi. Supriyanto (2000), mengemukakan bahwa biaya adalah harga perolehan yang digunakan dalam memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Menurut Simamora (2000), biaya adalah kas atau nilai kas yang digunakan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Husen dan Mowen (2009), mengemukakan bahwa biaya adalah aset kas atau non kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan keuntungannya bagi perusahaan pada masa sekarang atau masa yang akan datang. Mulyadi (2009), mengemukakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dapat digolongkan menjadi 5 golongan besar yaitu: 1. Biaya menurut objek pengeluaran. Menurut cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluarannya adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar 2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran serta fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:



18



a. Biaya produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan proses produksi. Yang termaksud dalam biaya produksi yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Yang termaksud dalam kegiatan pemasaran adalah biaya iklan dan biaya promosi. c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Yang termaksud kedalam biaya ini adalah biaya gaji karyawan. 3.



Biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai. Sesuai yang dapat dibiayai dapat berupa produk atau pendapatan. dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu:



a. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung dapat dengan mudah diidentifikasi dengan suatu yang dibiayai. Biaya produk langsung terdiri dari biaya baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung (indirect cost)



19



Biaya tidak langsung biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4.



Biaya menurut perlakuan dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas.



a. Variabel Cost Biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku, tenaga kerja langsung. b. Fixed Cost Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. c. Total Cost Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh: gaji direktur produksi. 5. Biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya jika dilihat menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi: a. Pengeluaran modal (capital expenditures) Biaya ini mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh pembelian aktiva tetap. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)



20



Biaya ini hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadi pengeluaran tersebut. Contoh biaya telepon, biaya iklan. Sugianto dkk (2006), mengemukakan bahwa biaya produksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat. Menurut Riwayadi (2006), biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi, dimana fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang



jadi.



Biaya



produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang berkaitan dengan perolehan atau pembuatan suatu produk. Secara matematis total biaya dapat dituliskan sebagai berikut : TC =VC + FC Ket: TC VC FC



= Biaya Total (Total Cost). (Rp/Tahun) = Biaya Variabel (Variable Cost). (Rp/Tahun) = Biaya Tetap (Fixed Cost). (Rp/Tahun)



2.1.5



Konsep Produksi



Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi meliputi semua aktifitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi. Produksi merupakan usaha meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk, memindahkan tempat, dan menyimpan (Soeharno, 2007).



21



Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) atau kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi, setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponenkompoenen penunjang. (Halim, 2015). Teori produksi terdiri dari dari beberapa analisa mengenai bagaimana seharusnya pengusaha (wiraswastawan) dalam tingkat teknologi tertentu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Agung (2000), mengemukakan bahwa produksi adalah hasil-hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa hasil akhir dari suatu proses berupa produk atau output dapat bervariasi disebabkan karena perbedaan kualitas dan kuantitas dari input faktor yang digunakan.



2.1.6 Biaya Produksi Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah suatu proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatannya adalah proses perdagangan, dana yang digunakan disebut biaya pemasaran. Kedua jenis biaya ini memiliki sifat yang relatif berbeda antara satu dengan lainnya dalam kaitan dengan jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang diperdagangkan (Padangaran, 2013). Sedangkan Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya adalah kebutuhan masukan yang dipergunakan dalam proses produksi. Biaya didalam proses produksi dapat dibagi



22



dalam dua jenis, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari penyusutan modal, biaya makan, tenaga kerja keluarga, dan lain-lain. Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang diterima (Harahap, 2011). Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara menghubungkan faktor-faktor produksi, tenaga kerja, teknologi dan managerial skill. Menurut Mulyadi (2004) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi juga di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variable tingkat produksi. Umumnya faktor-faktor utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, teknologi dan manajemen.’ Biaya produksi menurut sifatanya dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tunai (cash cost) dan biaya yang diperhitungkan (non cash cost). Biaya tunai adalah



23



semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran faktor produksi dan upah tenaga kerja. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dipergunakan untuk pembayaran input. Hal ini disebabkan besarnya pendapatan yang diterima petani tidak saja ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dihasilkan. Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya investasi, biaya variabelsemi variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya investasi adalah sejumlah modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha, Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi, Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas produksi (Ardana, 2008). Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah suatu proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatannya adalah proses perdagangan, dana yang digunakan disebut biaya pemasaran. Kedua jenis biaya ini memiliki sifat yang relatif berbeda antara satu dengan lainnya dalam kaitan dengan jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang diperdagangkan (Padangaran, 2013). Sedangkan Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa biaya adalah kebutuhan masukan yang dipergunakan dalam proses produksi. Biaya didalam proses produksi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi sedangkan biaya



24



tidak langsung terdiri dari penyusutan modal, biaya makan, tenaga kerja keluarga, dan lain-lain.



2.1.7 Konsep Harga Anoraga (2000) menyatakan harga adalah variabel yang dapat dikendalikan dan dapat menentukan diterima tidaknya suatu produk oleh konsumen. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relative sifatnya. Selanjutnya Fuad dkk (2006), harga yaitu sejumlah konpensasi baik yang berupa uang maupun barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah dikeluarkan, jika harga ditetapkan terlalu tinggi, maka kurang menguntungkan karena pembeli dan volume penjualan berkurang.Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan pedagang.Untuk mencapai laba yang diinginkan oleh pedagang, maka pedagang akan melakukan daya tarik konsumen dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan



harga



tersebut



dapat



memberikan



kepuasan



kepada



konsumen



(Supriyono,2007).



2.1.8 Penerimaan Penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau hasil



25



penaksiran kembali. Pendapatan kotor = jumlah produksi (y) x harga persatuan (Py) (Suratiyah, 2015). Besarnya penerimaan hasil usaha tergantung dari jumlah barang yang dapat dihasilkan dan harga jual yang diperoleh. Tinggi rendahnya harga di pasaran tidaklah selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh pengusaha itu sendiri, akan tetapi biaya produksi sedikit banyak dapat diatur sendiri. Hal ini dapat dimengerti bahwa produk yang dihasilkan olah suatu usaha tidak semuanya dapat laku dijual yang di karena misalnya rusak atau cacat produksi. Tuwo (2011) mengemukakan bahwa penerimaan usahatani dapat berwujud tiga hal yaitu; pertama, hasil penjualan tanaman, ikan, atau produk yang dijual. Kedua, produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan produksi. Ketiga, kenaikan nilai investasi nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani, berubah-ubah nilai pada awal tahun dengan nilai akhir tahun perhitungan. Jika terjadi kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani maka selisih tersebut merupakan penerimaan usahatani. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa yang dimaksud penerimaan adalah seluruh perolehan yang diterima perusahaan dari total produksi dikalikan harga jual produk. Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan barang yang terjual dikalikan dengan harga penjual produk atau dirumuskan sebagai berikut : TR = P x Q Keterangan: TR P Q



= Total Revenue (total penerimaan) = Price (harga) = Quantity (jumlah produksi)



26



2.1.9 Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya (cost). Biaya ini dalam banyak kenyataan, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap seperti sewa tanah, pembelian alat pertanian dan biaya tidak tetap seperti biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, pembayaran tenaga kerja (Soekartawi, 2002). Keuntungan merupakan kegiatan pedagang yang mengurangkan beberapa biaya yang dikeluarkan dengan hasil penjualan yang diperoleh. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya positif maka diperoleh keuntungan (laba), (Sukirno, 2005). Kasmir (2017) menyatakan keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bentuk keuntungan diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah di tetapkan sesuai dengan target yang diinginkan sesuai dengan batas waktunya. Bidang usaha yang digeluti dapat beragam, mulai dari perdangan, industri, pariwisata, agrobisnis, atau jasa-jasa lainnya Mulyono (2000), menyatakan keuntungan margin adalah keuntungan yang bersifat kotor. Dari segi bisnis keuntungan ini bersifat semu karena ada unsurunsur biaya yang tidak diperhitungkan, yaitu biaya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bentuk keuntungan diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah di tetapkan sesuai dengan target yang diinginkan sesuai dengan batas waktunya. Bidang usaha yang digeluti dapat beragam, mulai dari perdangan, industri, pariwisata, agrobisnis, atau jasa-jasa



27



lainnya. Sehingga besarnya keuntungan margin sama dengan selisih total output dengan biaya operasional. Penerimaan marjinal adalah penerimaan tambahan yang diterima perusahaan ketika perusahaan meningkatkan output sebanyak satu unit tambahan.Dalam menentukan keuntungan secara ekonomi memerlukan sebuah fungsi, sehingga setiap pemecahan masalah ekonomi dapat dijabarkan dengan sistematis. Rumus sederhana diatas merupakan pengertiaan dari Total Revenue (penerimaan total) – Total Cost (biaya total). Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan dengan semua biaya. Kenutngan maksimun dapat ditingkatkan dengan cara meminimunkan biaya untuk penerimaan yang tepat atau meningkatkan penerimaan pada biaya yang tepat. Dengan kata lain, keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya, Soekartawi (2003), yaitu: π = TR - TC Keterangan: π TR TC



= Keuntungan (Rp/ Tahun) = Total Penerimaan (Rp/Tahun) = Total Biaya (Rp/ Tahun)



2.1.10 Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha atau yang disebut juga Feasibility Study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bahwa dalam usaha tersebut memberikan keuntungan atau tidak.



28



Analisis kelayakan usaha merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. (Harahap, 2011). 2.1.11 Net Present Value (NPV) Suatu usaha dapat dinyatakan layak atau tidak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan maanfaat bersih atau Net Present Value (NPV). Menurut Pudjosumarto (2002) Net Present Value (NPV) adalah merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dan cost (pengeluaran) yang telah di present valuekan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0. Dengan demikian, jika suatu proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak akan dipilih atau tidak layak untuk di jalankan. Menurut Gray et al., (2002), formalitas dari NPV adalah:







Keterangan: NPV Bt Ct n t i



= Net Present Value = Penerimaan total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Biaya total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Umur ekonomis proyek = Tahun investasi (tahun) = Suku bunga discount factor (%)



dengan kriteria sebagai berikut:



29



a. Apabila NPV bernilai positif (+), Maka usaha menggunakan dan layak untuk diusahakan. b. Apabila NPV bernilai negative (-), Maka usaha tidak menguntungkan dan tidak layak untuk diusahakan.



2.1.12 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Net B/C ratio merupakan rasio antara maanfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, maanfaat bersih yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari usaha tersebut (Husnan dan Suwarsono, 2000). NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV negative yang diformulasikan oleh Gray et al (2002): ∑ ∑ Atau NBCR adalah:



Keterangan: Net B/C Bt Ct n t i



= Nilai Net Benefit Cost Ratio = Penerimaan (Benefit) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Biaya (Cost) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Jumlah tahun = Tahun investasi (tahun) = Discount rate = Nilai NPV yang bernilai positif (Rp) = Nilai NPV yang bernilai Negatif (Rp)



dengan kriteria sebagai berikut:



30



a. b. c.



Net B/C ratio > 1 : Usaha layak untuk diusahakan. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan. Net B/C ratio = 1 : Usaha tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan



2.1.13 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2005). Internal Rate of Return (IRR) dihitung dengan rumus: (Gray et al., 2002).



Keterangan: IRR



= Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal). = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati ….nol. = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati ….nol. = Nilai NPV positif mendekati nol. = Nilai NPV negatif mendekati nol.



dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha pengolahan kopi robusta tersebut mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat keuntungan. b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha pengolahan kopi robusta tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat kerugian.



31



c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha pengolahan kopi robusta tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.



2.1.14 Payback Period (PBP) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2005). Rumus dari Payback Period (PBP) adalah sebagai berikut:



Keterangan: n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi a = Jumlah investasi b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 dengan kriteria sebagai berikut: Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum payback period-nya maka usulan investasi dapat diterima.



2.1.15 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas mencoba melihat kembali realitas analisis suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau rencana suatu proyek sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi. Di bidang



32



pertanian, ada 4 macam analisis sensitivitas yang perlu diperhatikan, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, biaya yang terlalu besar, dan hasil (Dodo, 2007). Gittinger (2000) mengemukakan bahwa analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Tujuan analisis sensitivitas adalah memperbaiki cara pelaksanaan proyek/bisnis yang sedang dilaksanakan, dapat mengurangi resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kusuma (2012) bahwa analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu analisa agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-keadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi. Data diolah dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara matematis dengan merujuk pada aspek-aspek perhitungan analisis kelayakan finansial, yaitu Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Incremental Rate of Return (IRR), dan Payback Period. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Lasena dkk. (2013), yang berjudul Analisis Keuntungan pengrajin Tahu (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga). Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keuntungan usaha



33



tahu di Kecamatan Telaga, dan untuk mengetahui usaha tahu layak dikembangkan di Kecamatan Telaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga menguntungkan dengan rata-rata keuntungan pengrajin sebesar Rp 1.151.275. serta rata-rata nilai R/C rasio yang diperoleh pengrajin tahu di Kecamatan Telaga 1,016 sehingga usaha tahu yang ada di Kecamatan Telaga layak untuk di kembangkan. Reswita (2016) “Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Kopi Bubuk Robusta di Kabupaten Lebong (Studi Kasus Pada Usaha Kopi Bubuk Cap Padi)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan dan nilai tambah yang diperoleh dalam usaha kopi bubuk robusta di Kabupaten Lebong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan usaha pengolahan beras kopi menjadi kopi bubuk pada usaha kopi Cap Padi sebesar Rp. 4.266.080,18 dalam satu kali proses produksi. Nilai tambah yang dihasilkan usaha pengolahan beras kopi menjadi kopi bubuk sebesar Rp. 10.346,67/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 32,08% dalam satu kali proses produksi. Penelitian yang dilakukan oleh Umikalsum, (2014), yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan Tempe Kedelai Skala Rumah Tangga di Kelurahan Bukit Sangkat Kecamatan Kalindo Kota Palembang. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, dan tingkat rentabilitas usaha industri tempe kedelai di Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha tempe sebesar Rp. 19.835.904. Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap pengusaha adalah Rp 37.080.000 dan



34



pendapatan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp. 17.244.096



per



bulan.



Rentabilitas dari usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga tersebut adalah sebesar 86,9% hal ini berarti usaha industri tempe ini telah optimal dalam mendapatkan laba. Penelitian yang dilakukan oleh, Verani Restia Wijaya (2014), yang berjudul



Pengaruh Peningkatan Harga Kedelai terhadap Keuntungan dan Nilai



Tambah Industri Tahu di Desa Leuweung Kolot Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap struktur biaya, keuntungan, dan nilai tambah pada industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Analisis yang digunakan terdiri dari analisis keuntungan,



analisis



penerimaan



dan



R/C



rasio,



dan



analisis



nilai



tambah mnggunakan metode Hayami. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai mempengaruhi struktur biaya dan keuntungan industri tahu. Peningkatan pada keuntungan yang diterima didasarkan pada strategi yang dilakukan oleh industri tahu dengan meningkatkan harga jual tahu dan memperkecil ukuran tahu. Begitupun dengan analisis nilai tambah yang menunjukkan bahwa kenaikan harga kedelai juga mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan oleh industri tahu di Desa Leuweung Kolot. Penelitian yang dilakukan oleh Nwike dan Ugwumba (2015) di Anambra Negara Nigeria yang berjudul “Profitability of Rice Production in Aguata Agricultural Zone of Anambra State Nigeria: A Profit Function Approach”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keuntungan produksi beras di Zona Pertanian Aguata



Anambra



Negara



Nigeria, memastikan



faktor-faktor



35



penentu laba maksimum, dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat produksi padi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa produksi padi di Anambra adalah menguntungkan dengan pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah sebesar N42.872,40 atau setara dengan Rp3.001.068,-. Tingginya biaya tenaga kerja dan kurangnya modal petani merupakan kendala yang paling serius. Oleh karena itu, diharapkan akses fasilitas kredit yang mudah untuk petani, menyediakan teknologi produksi padi modern dan penyuluhan sehingga dapat mengurangi masalah dan meningkatkan produksi dan pendapatan petani.



2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana keuntungan dan kelayakan usaha pengolahan kopi bubuk. Dimana pada usaha pembuatan kopi bubuk ini dimulai dari pengolahan biji kopi hingga menghasilkan kopi bubuk hingga pada proses produksinya menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual, pemasukan input yang dalam analisis kelayakan usaha terdiri atas biaya-biaya yakni biaya tetap dan biaya variabel, dalam usaha ini akan menghasilkan keluaran (output) berupa produk kopi bubuk. Selanjutnya dari hasil produksi akan dikalikan dengan harga sehingga menjadi penerimaan bagi usaha. Dari hasil ini kemudian dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga diperoleh keuntungan bersih. Selanjutnya akan dilakukan suatu analisis kelayakan secara finansial untuk mengetahui apakah diantara kedua usaha tersebut secara keuangan dapat dikatakan layak dari data biaya dan keuntungan maka dilakukan beberapa pengukuran kriteria penilaian kelayaka4n yaitu Net Present Value (NPV), Net



36



Benefit Cost Ratio (NBCR), dan Internal Rate of Return (IRR), Payback period (PBP) dan Analisis Sensitivitas. Setelah mendapatkan hasil tentang analisis kelayakan usaha pada kedua usaha tersebut maka dapat di simpulkan apakah kedua usaha tersebut layak atau diantara kedua jenis usaha itu ada yang tidak layak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha tersebut dapat terus beroperasi dan memungkinkan untuk usaha melakukan pengembangan usaha untuk masa depan seperti memproduksi produk baru yang berasal dari kopi bubuk, sedangkan apabila usaha tersebut dikatakan tidak layak maka usaha tersebut harus mengadakan evaluasi dalam usaha tersebut agar usaha tersebut dapat terus berkembang atau beroperasi. Industri UD.Robusta



Kopi Bubuk Produksi Biaya : 1. Biaya tetap 2. Biaya variabel



Jumlah Produksi



Harga Penerimaan



Keuntungan



    



Kelayakan Usaha: Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Internal Ratio Of Return (IRR) Payback Period (PBP) Analisis Sensitivitas



Rekomendasi Gambar 1. Kerangka Pikir



37



III.



METODE PENELITIAN



3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Industri UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut: (1)



dilokasi



ini



terdapat industri pembuatan kopi bubuk, (2) lokasi dapat dijangkau dengan jarak dekat dan biaya murah. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Bulan September 2019.



3.2 Subjek Penelitian Penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus, meliputi tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta pembahasan. Informan ini yaitu pimpinan industri dan 5 orang karyawan Industri UD. Robusta. Pertimbangannya adalah pimpinan berperan sebagai bagian administrasi dan keuangan serta lima orang karyawan yang aktif dalam kegiatan produksi dan pemasaran, yang akan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.



38



3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer diperoleh dari wirausaha bubuk kopi dengan menggunakan metode wawancara langsung terhadap pemilik usaha dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. b. Data Sekunder Data skunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas perindustrian perdagangan seperti majalah dan skripsi yaitu sebagai data pendukung dalam penelitian ini.



3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan tanya jawab menggunakan kuesioner pada responden. 2. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya 3. Observasi yaitu data dikumpulkan melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian



39



4. Kepustakaan



yaitu



teknik



pengumpulan



data



dengan



menggunakan



literatur- literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.



3.5 Variabel Penelitian Variabel yang di amati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Karakterstik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, profil usaha, struktur organisasi, pengalaman berusaha, dan tanggungan keluarga 2. usaha meliputi proses pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk, biaya produksi (bahan baku, harga produk dan sumbangan inpu lain), nilai jual produksi, nilai produk, tenaga kerja, (upah bagian Karateristik tenaga kerja) struktur organisasi, lokasi dan tempat usaha penerimaan, keuntungan, dan efesiensi biaya.



3.6 Konsep Operasional Konsep operasional adalah pengertian-pengertian atau batasan-batasan yang digunakan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam mendefinisikan beberapa variabel pengamatan. Beberapa konsep operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.



Informan adalah pimpinan industri dan 5 orang karyawan bagian produksi industri UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka (orang).



2.



Produksi adalah banyaknya kopi bubuk yang dihasilkan oleh industri selama satu periode (tahun).



40



3.



TC (total cost), adalah jumlah keseluruan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (Rp/proses produksi).



4.



Penerimaan adalah nilai produksi yang diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga (Rp/tahun).



5.



Keuntungan adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya, dinyatakan dalam rupiah (Rp/tahun).



6. Analisis kelayakan usaha adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usaha pengloahan kopi bubuk yaitu NPV, NBCR, IRR, PBP, Sensitivitas. 7. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dari sejumlah uang yang diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan datang berdasarkan besarnya persen discount factor. 8. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatif. 9. Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan bahwa NPV sama dengan seluruh biaya investasi proyek yang dinyatakan dalam persen (%). 10. Payback Period (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (cash flow). 11. Analisis Sensitivitas adalah pengujian untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha pengolahan kopi robusta mampu bertahan atau layak terhadap perubahan-perubahan naik turunnya biaya maupun harga jual produk.



41



3.7 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif sebagai berikut. Secara matematis besarnya keuntungan yang diperoleh Industri UD. Robusta, rumus yang digunakan sebagai berikut: π = TR - TC Ket : π TR TC



= Keuntungan Industri UD. Robusta (Rp / tahun) = Total penerimaan (Rp / tahun) = Total biaya (Rp / tahun) Untuk mengetahui apakah Industri UD. Robusta dalam melakukan proses



produksi mengalami keuntungan, impas dan rugi digunakan metode kelayakan usaha: 1. Net Present Value (NPV) NPV adalah layak atau tidaknya usaha jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Menurut Gray et al (2002), formalitas dari NPV adalah:







Keterangan: NPV Bt Ct n t i



= Net Present Value = Penerimaan (Benefit) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Biaya (Cost) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Umur ekonomis proyek = Tahun investasi (tahun) = Suku bunga discount factor (%)



dengan kriteria rumus diatas sebagai berikut:



42



a. Apabila NPV bernilai positif (+), Maka usaha menguntungkan dan layak untuk diusahakan. b. Apabila NPV bernilai negative (-), Maka usaha tidak menguntungkan dan tidak layak untuk diusahakan. 2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Net B/C ratio merupakan rasio antara maanfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Dengan kata lain NBCR adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV negatif, yang diformulasikan oleh Gray et al (2002): ∑ ∑ Atau NBCR adalah:



Keterangan: Net B/C Bt Ct n t i



= Nilai Net Benefit Cost Ratio = Penerimaan (Benefit) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Biaya (Cost) total pada tahun sekarang (Rp/tahun) = Jumlah tahun = Tahun investasi (tahun) = discount rate = Nilai NPV yang bernilai positif (Rp) = Nilai NPV yang bernilai Negatif (Rp)



dengan kriteria rumus diatas sebagai berikut: a. Net B/C ratio > 1 : Usaha layak untuk diusahakan. b. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan. c. Net B/C ratio = 1 : Usaha tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah nilai tingkat diskonto yang membuat NPV proyek sama dengan nol. IRR dihitung dengan rumus: (Gray et al., 2002).



43



Keterangan: IRR



= Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal). = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV1 positif mendekati nol. = Tingkat diskonto untuk menghasilkan NPV2 negatif mendekati nol. = Nilai NPV positif mendekati nol. = Nilai NPV negatif mendekati nol.



dengan kriteria rumus sebagai berikut: a. Jika IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha pembuatan kopi bubuk tersebut mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat keuntungan. b. Jika IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha usaha pembuatan kopi bubuk tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat kerugian. c. Jika IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha pembuatan kopi bubuk tersebut tidak mampu mengembalikan imbalan jasa dari sejumlah modal yang diinvestasikan namun tidak mendapat keuntungan.



44



4. Payback Period (PBP) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (cash flow), dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2005). Rumus dari Payback Period (PBP) adalah sebagai berikut:



Keterangan: n a b c



= Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi = Jumlah investasi = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1



dengan kriteria rumus diatas sebagai berikut: Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum payback periodnya maka usulan investasi dapat diterima. 5.



Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk meneliti kembali suatu analisa



agar dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-keadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek didasarkan atas proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kusuma 2012).



45



Variabel yang diteliti adalah perubahan menurunnya harga jual produk kopi bubuk dan meningkatnya biaya operasional sementara yang lain tetap, yang dikondisikan sebagai berikut: 1. Biaya operasional meningkat 5,1%. 2. Harga jual produk kopi bubuk menurun 5,1%. Penentuan persentase sensitivitas ditentukan berdasarkan Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) 5 tahun terakhir yang telah dirata-ratakan dari Juli 2014 - Juli 2018.



46



IV.



HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Profil Industri UD. Robusta UD. Robusta merupakan salah satu usaha pengolahan hasil pertanian yang mengolah biji kopi menjadi bubuk, yaitu kopi robusta sebagai produk utama. Usaha ini merupakan usaha perseorangan oleh karena itu nama UD. Robusta digunakan berdasarkan jenis yang dimiliki, yaitu menggunakan modal sendiri. Usaha ini dikategorikan sebagai industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki masih sediikit.



4.1.1 Sejarah Usaha UD. Robusta UD. Robusta adalah salah satu usaha yang mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk dengan merek “Kopi Robusta” di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka. Usaha ini didirikan pada tahun 2004 yang dikelola oleh bapak H.Rusli (60 Tahun). Proses pengolahan kopi robusta menggunakan 5 orang tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.



Proses



pengolahan kopi robusta awalnya dilakukan di rumah sendiri selama satu tahun dengan modal awal sebesar Rp 120.000.000 (Seratus dua puluh juta rupiah) untuk membeli bahan baku dan peralatan. Seiring berjalannya waktu keuntungan yang diperoleh digunakan untuk melengkapi peralatan seperti mesin pengolah kering atau huller, mesin pembubuk kopi atau coffeee grinder, press dan peralatan lainnya untuk memperlancar usaha tersebut. Usaha ini dijalankan untuk memenuhi kuota peminum kopi yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara bahkan



47



sampai di luar daerah. Awalnya beliau berpikir untuk melakukan bisnis usaha kopi karena melihat banyaknya masyarakat penikmat kopi namun kopi yang diseduh bukan dari daerah sendiri melainkan berasal dari berbagai daerah sehingga tertarik untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan melakukan pengolahan dan memperkenalkan produk kopi robusta. UD. Robusta memproduksi bahan baku kopi rata-rata sebanyak 4000 kg/tahun. Luas bangunan 30 x 20 m2 untuk tempat penyimpanan bahan baku, penyangraian, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan produk kopi robusta yang siap dipasarkan. Industri ini sudah memiliki surat izin usaha perdagangan yang dikeluarkan oleh Kantor Perdagangan Kabupaten Kolaka. Pemasaran produk kopi robusta sudah ditawarkan ke pedagang-pedagang sembako, syawalan, mini market, dan bahkan sampai di luar daerah.



4.1.2 Struktur Organisasi UD. Robusta Struktur organisasi pada UD. Robusta tidak dibuat secara tertulis. Dalam hal ini, UD. Robusta melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab serta jenis pekerjaan secara lisan terkait dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing kegiatan. Adapun bentuk dan struktur organisasi UD. Robusta berdasarkan hasil pengamatan disetiap kegiatan yaitu, secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Pimpinan Industri Bendahara



Pemasaran



Karyawan



1 Orang



5 Orang Gambar 2. Struktur Organisasi UD. Robusta



48



Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa usaha UD. Robusta menganut sistem organisasi line organizing. Sistem seperti ini sangat efektif diterapkan utuk industri kecil dan menengah. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing kegiatan sebagai berikut : a.



Pimpinan Pimpinan yaitu pemilik UD. Robusta yang bertanggung jawab atas segala



kegiatan industri. Rincian tugas sebagai berikut : 1.



Bertanggung jawab penuh terhadap semua aktivitas industri mengenai keuangan, produksi dan pemasaran.



2.



Bertugas membuat perencanaan, pengorganisasian, melaksanakan dan mengontrol semua kegiatan produksi.



3.



Menetapkan kebijakan industri dan memberi perintah kepada karyawan.



4.



Memberi



motivasi



kepada



karyawan



agar



dapat



bekerjasama



dan



berdayaguna. b.



Bendahara Bendahara pada usaha UD. Robusta merupakan istri dari pimpinan industri



dengan tugas utama yaitu : 1.



Membayar upah kepada karyawan setiap bulannya.



2.



Bertanggung jawab atas biaya operasional yang dikeluarkan setiap bulan, demi kelancaran produksi industri.



c.



Produksi Tugas utamanya adalah bertanggung jawab terhadap jalannya produksi,



empat orang karyawan yang terlibat secara langsung dalam melakukan proses



49



produksi. Bagian ini berperan mulai dari awal pembuatan sampai pada tahap produk siap dipasarkan. d.



Pemasaran Tugas utama bagian pemasaran yaitu mengatur kegiatan penjualan hasil



produksi kepada konsumen dengan melakukan penjualan ke pasar serta pedagang keliling. Pemasaran dilakukan oleh pihak pimpinan dengan maksud untuk mengontrol penjualan produk secara langsung.



4.1.3 Keadaan Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja UD. Robusta yang terlibat dalam proses produksi yaitu lima orang. Tenaga kerja berasal dari dalam dan luar keluarga yang berstatus sebagai karyawan tetap. Tenaga kerja dalam yang terlibat yaitu kemenakan dari pimpinan dan tetap menggunakan sistem upah. Pembayaran upah dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK) yaitu delapan jam dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp) per bulan. Uraian tenaga kerja yang dipergunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Teladaan Tenaga Kerja UD. Robusta Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan No.



Nama



1 2 3 4 5



Cambang Iwan Hasriati Andre Marlina



Umur (Tahun) 40 30 30 23 28



Sumber: Data Primer diolah, 2019



Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan



Pendidikan SMP SMA SMP SMA



50



Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tenaga kerja UD. Robusta berada pada klasifikasi umur produktif. Produktif artinya adalah saat dimana seseorang masih mampu bekerja secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kisaran umur 15-55 tahun dikategorikan usia produktif sedangkan umur 0-14 tahun dan 55 tahun keatas dikategorikan umur non produktif (Merizua et al., 2015).



4.1.4 Proses Produksi UD. Robusta Proses produksi bubuk kopi UD. Robusta dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja selama 4 hari kerja dalam 1 minggu untuk memproduksi 14 – 16 penyangraian biji kopi. Kegiatan yang dilakukan dalam produksi bubuk kopi tersebut yaitu sebagai berikut ( Gusyolanda N, 2018). 1. Persiapan alat dan bahan Kegiatan persiapan alat dan bahan yang dilakukan oleh UD. Robusta yaitu mempersiapkan



alat-alat yang dibutuhkan dalam proses produksi mulai dari



mesin sangrai, mesin penggilingan dan peralatan lainnya. Persiapan bahan yang dilakukan UD. Robusta yaitu menyiapkan bahan baku yaitu biji kopi sesuai dengan kebutuhan, kebutuhan bahan baku biji kopi rata-rata 300 kg per 4 x seminggu. 2. Penyangraian (Roasting) Penyangraian bahan



yang dilakukan UD. Robusta menggunakan mesin



sangrai yang dibuat dari drum minyak berukuran besar dengan tungku yang terbuat



dari



batu



dan



semen.



Drum tersebut dijalankan menggunakan



dinamo dan menggunakan bantuan angin yang diisi kedalam tabung gas



51



untuk menjaga api tetap menyala dan merata. Drum penyangrai tersebut mampu menampung bahan yang akan disangrai sebanyak 100



kg



kopi.



Lama



penyangraian bahan tersebut juga berbeda – beda yaitu penyangraian biji kopi 3 jam. 100 kg biji kopi kering rata – rata menghasilkan 90 kg biji kopi sangrai. selesai disangrai maka dilakukan pendinginan terlebih dahulu dengan cara menyebarkan bahan pada lantai yang terdapat di ruangan khusus untuk mendinginkan bahan siap disangrai. Penyangraian dilakukan 4 kali dalam 1 minggu untuk biji kopi. Lama penyangraian diasumsikan dilakukan selama 3 jam per hari yaitu 30 menit untuk 1 kali penyangraian. Hal tersebut diasumsikan karena proses penyangraian bisa dilakukan pada saat melakukan kegiatan lainnya seperti pencampuran bahan dan penggilingan, jadi yang hanya dihitung adalah kegiatan pengisian, pengangkatan bahan yang disangrai sampai kegiatan pendinginan. Menurut Ridwansyah (2003), berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu: ligh roast suhu yang digunakan 193C0-199C0, medium roast suhu yang digunakan 204C0 dan dark roast suhu yang digunakan 213 C-221 C. Penyangraian biji kopi robusta merupakan penyangraian dengan jenis dark roast karena biji kopi sangria yang dihasilkan berwarna hitam. 3. Pencampuran bahan Kegiatan



pencampuran



bahan



yang dilakukan oleh UD. Robusta yaitu



dengan cara mencampurkan semua bahan yang digunakan pencampur bahan yang terbuat dari kayu berukuran



3



x



di dalam bak 1



Meter



yang



52



mampu



menampung 64 kg biji kopi sangrai. Pencampuran bahan dilakukan



menggunakan tangan agar bahan tercampur rata yang dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Lama pencampuran bahan diasumsikan selama 1 jam per hari karena sebelum bahan dicampur di dalam bak pencampur terlebih dahulu biji kopi yang telah didinginkan dilakukan pengayakan untuk memisahkan biji kopi dengan kulit ari yang tersisa setelah dilakukan penyangraian. 4.



Penggilingan Penggilingan bahan-bahan yang dilakukan UD. Robusta dalam memproduksi



bubuk kopi bubuk yaitu dilakukannya dua kali proses penggilangan dan menggunakan mesin yang berbeda yaitu penggilingan kasar untuk menghancurkan bahan dan mempermudah penghalusan dan penggilingan halus untuk mnghasilkan bubuk kopi yang halus dan lembut. Penggilingan kasar dilakukan menggunakan mesin penggiling kasar dengan cara mengisi mesin tersebut dengan bahan – bahan yang sudah dicampur sebanyak 10 kg yang ditakar dengan 1 ember besar. Lama penggilingan kasar dilakukan selama 2 jam per hari untuk 4 perendangan biji kopi. Sehingga untuk 1 minggu lama penggilingan kasar adalah selama 8 jam. Hasil penggilingan kasar ditempatkan di dalam ember besar yang ukurannya sama dengan ember pengisian bahan kedalam mesin penggiling tersebut. Setelah ember penampung tersebut penuh maka dilanjutkan dengan penggilangan menggunakan mesin penggiling halus dan hasilnya ditempatkan di dalam bak penampung bubuk kopi yang ditutupi dengan terpal dan diberi pemberat berupa kayu agar tidak diterbangkan angin yang disebabkan oleh mesin yang sangat kencang. Lama penggilingan halus untuk 4 penyangraian biji kopi yaitu



53



selama 3 jam per hari oleh 2 orang tenaga kerja. Bubuk kopi yang berada di dalam bak penampung kemudian dipindahkan ke dalam talam kopi menggunakan ember besar berwarna putih yang mampu menampung bubuk kopi sebanyak 80 kg, sedangkan talam kopi mampu menampung 240 kg bubuk kopi. Penampilan bubuk kopi yang menarik akan meningkatkan permintaan di pasaran. Hasil penggilingan biji kopi dibedakan menjadi : coarse (bubuk kasar), medium (bubuk sedang), fine (bubuk halus), very fine (bubuk amat halus) (Ridwansyah, 2003). Berdasarkan bubuk kopi yang dihasilkan UD. Robusta, bubuk kopinya merupakan bubuk halus karena didalam penyeduhan bubuk kopi cepat tercampur dengan air dan tidak mengalami pengapungan bubuk dipermukaan air. 5.



Pengemasan bubuk kopi Robusta Kemasan adalah suatu bentuk kegiatan yang melibatkan desain serta produk,



sehingga kemasan dapat berfungsi agar produk didalamnya terlindungi. Pengemasan merupakan suatu teknik perindustrian dan pemasaran untuk membungkus,melindungi, menghantarkan, dan memfasilitasi distribusi dan penjualan produk pertanian dari produsen ke konsumen (Kotler,2000). Kegiatan pengemasan bubuk



kopi



UD. Robusta dilakukan oleh 5 orang tenaga kerja.



Masing – masing tenaga kerja tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda yaitu bagian pengisian bubuk kopi ke dalam kemasan, bagian penimbangan, bagian pengeleman dan bagian pengepakan. Pengemasan bubuk kopi robusta dilakukan selama 10,5 jam per hari yang dikerjakan selama 5 hari kerja oleh 5 orang karyawan yang bertanggung jawab mengerjakan masing – masing kegiatan dalam proses pengemasan. Untuk 1 jam kerja karyawan mampu



54



menyelesaikan 19 kg bubuk kopi. Langkah kegiatan pengemasan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pengisian ke dalam kemasan Bagian pengisian bubuk kopi kedalam kemasan 500 g. Hal tersebut karena kemasan bubuk kopi robusta guna untuk memenuhi permintaan dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh UD. Robusta, Pengisian bubuk kopi ke dalam kemasan dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja wanita b. Penimbangan Kegiatan penimbangan yang dilakukan yaitu berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu menggunakan timbangan digital dengan berat bersih masing – masing kemasan telah ditentukan yaitu 500 g . Penimbangan dilakukan satu per satu untuk mendapatkan hasil yang pasti dan benar. Jika pengisian yang dilakukan lebih dari berat yang seharusnya maka dikurangkan dan jika pengisian yang dilakukan kurang maka dilakukan penambahan menggunakan sendok makan. Penimbangan dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja wanita. c. Pensileran Kegiatan pensileran kemasan bubuk kopi dilakukan menggunakan mesin sealer continuous. Mesin sealer continuous digunakan untuk kemasan 500 g, Pensileran dilakukan per masing – masing kemasan karena tingkat panas dari mesin sealer continuous harus sesuai dengan ketebalan masing – masing kemasan. Pensileran dilakukan oleh 1 orang tenaga kerja wanita. d. Pengepakan



55



Kegiatan pengepakan bubuk kopi dilakukan setelah pensileran kemasan selesai dilakukan. Bubuk



kopi kemasan 500 g pengepakannya menggunakan



kertas kemasan khusus untuk kopi bubuk dengan cara masing – masing.Setelah pengepakan masing - masing kemasan selesai dilakukan maka kegiatan dilanjutkan dengan pembalan yaitu pengepekan bubuk kopi kedalam plastik yang lebih besar dimana 1 bal berisikan 10 pak 500 g. Pembalan kemasan bubuk kopi hanya dilakukan untuk bubuk kopi yang akan dikirim sesuai dengan permintaan sales, dan agen–agen yang ada di Sulawesi Tenggara. Bubuk kopi UD. Robusta yang akan dipasarkan di daeah-daerah lainya tidak dilakukan pembalan karena penjualan masing – masing ukuran langsung dalam bentuk pak dan eceran. Pengepakan dan pembalan dilakukan oleh 1 orang tenga kerja pria. e.



Penyimpanan atau Penggudangan Bubuk kopi yang telah selesai di pak dan di bal selanjutnya disimpan di dalam



gudang penyimpanan barang jadi sebelum di bawa ke toko UD. Robusta.



Persiapan alat dan bahan



Pengemasan



Penyangraian



Pengglingan halus



Pendinginan



Pencampuran Bahan



Gambar 3. Tahapan proses pengolahaan biji kopi menjadi kopi bubuk “Industri UD. Robusta” 4.2 Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau serangkaian



56



organisasi yang saling terlibat dalam proses penyaluran suatu produk atau jasa siap untuk dikonsumsi (Basu, 2010). Saluran pemasaran kopi Robusta di Kecamatan Latambaga melalui beberapa lembaga diantaranya produsen, pengecer (Swalayan, Minimarket dan toko kecil lainnya). Produk kopi Robusta dipasarkan tergantung dari ukuran kemasan dalam satuan Rp/gram. Untuk memperluas dan memperlancar pemasaran kopi Robusta sangat dibutuhkan peran lembaga pemasaran untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Saluran distribusi pemasaran industri UD. Robusta menerapkan dua pola, yaitu: (a) pola I dan (b) pola II. a.



Pola saluran distribusi I atau langsung (Produsen – Konsumen) Bentuk pola saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan



sederhana, dimana produsen dengan secara langsung memasarkan produknya kepada konsumen tanpa melalui perantara, sehingga saluran distribusi ini sering disebut distribusi langsung. Konsumen datang langsung ke lokasi Industri UD. Robusta. Pola saluran distribusi langsung, harga yang diperoleh konsumen lebih murah dan membeli produk dalam jumlah besar. Produsen merupakan industri yang mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk yang diberi merek “Kopi Robusta”. b.



Pola saluran distribusi II atau tidak langsung (Produsen– Pengecer – Konsumen) Pengecer merupakan penyalur produk yang telah mempunyai kerja sama



dengan produsen dalam menyalurkan produk kopi Robusta ke tangan konsumen. Saluran pemasaran ini dilakukan oleh pengecer yang datang langsung ke lokasi untuk mengambil produk dan mengantarkan minimarket ataupun toko oleh-



57



oleh Kolaka. Harga yang diperoleh pengecer sama dengan harga yang ditetapkan produsen tetapi pengecer akan memperoleh laba dari hasil pembelian konsumen. Pengecer dalam penelitian ini yaitu Indomaret dan toko sembako yang ada Kendari.



4.3 Biaya Produksi Biaya (cost) adalah hasil dari semua input ekonomi yang diperlukan dan dapat diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk atau nilai yang dinyatakan dengan uang dalam satuan rupiah (Rp). Biaya yang diperlukan merupakan suatu pengorbanan yang perlu dan dapat diperkirakan, dimana biaya yang digunakan dapat dipastikan pada saat pelaksanaannya, dan dapat diukur serta harus dapat dihitung jumlahnya dan dinyatakan dalam bentuk uang pada waktu penghitungan.



4.3.1



Biaya Tetap



Biaya tetap yaitu secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau atau menurun. Masuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya penyusutan (bangunan, mesin dan aktiva lainnya), gaji dan upah yang dibayar secara tetap, biaya sewa, biaya asuransi, pajak, dan biaya lainnya yang besarnya tidak terpengaruh oleh volume penjualan. Biaya tetap (FC) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang tidak habis dalam satu kali proses produksi, tetapi hanya mengalami penyusutan atau yang disebut sebagai biaya investasi seperti pengadaan peralatan. Untuk menunjang keberlangsungan industri UD. Robusta. Data mengenai biaya tetap UD. Robusta dapat dilihat pada Tabel 4.2.



58



Harga Total Biaya (Rp) (Rp/Unit) a b c d e 1 Mesin Sangrai 1 45.000.000,00 45.000.000,00 2 Mesin Penggiling 2 10.000.000,00 20.000.000,00 3 Rak Kayu 1 3.000.000,00 3.000.000,00 4 Rak Aluminium 1 1.000.000,00 1.000.000,00 5 Mesin Press 4 3.000.000,00 12.000.000,00 6 Timbangan Digital 1 3.000.000,00 3.000.000,00 7 Timbangan Duduk 1 800.000,00 800.000,00 8 Ember 3 20.000,00 60.000,00 9 Baskom Besar 5 20.000,00 100.000,00 10 Panci Besar 1 190.000,00 190.000,00 11 Ayakan 5 10.000,00 50.000,00 12 Sendok Plastik 1 5.000,00 5.000,00 13 Gunting 1 5.000,00 5.000,00 14 Staples 3 330.000,00 990.000,00 15 Meja Kerja 2 5.000.000,00 10.000.000,00 16 Terpal 4 360.000,00 1.440.000,00 17 Timbangan Mekanik 1 5.000.000,00 5.000.000,00 Jumlah 76.740.000,00 102.640.000,00 Tabel 4.2. Biaya Tetap Usaha Pembuatan Kopi UD. Robusta No



Komponen Biaya



Jumlah



Dari tabel rincian biaya tetap diatas menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh usaha pembuatan kopi UD. Robusta adalah sebesar Rp 102.640.000,- dengan mesin sangrai sebagai biaya investasi terbesar yaitu sebesar Rp 45.000.000,-. Mesin penggiling merupakan peralatan dengan biaya terbesar kedua yaitu Rp 20.000.000,- sedangkan sendok plastik dan gunting merupakan biaya investasi yang paling terendah yaitu sebesar Rp 5.000,-.



4.3.2



Biaya Variabel



Biaya variabel (variable cost) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang habis terpakai dalam satu kali siklus produksi pada Industri UD.



59



Robusta. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya



variabel per unit konstan tetapi



semakin besar volume kegiatan semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya. Biaya variabel (vc) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Selanjutnya penggunaan biaya variabel pada Industri UD. Robusta, dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Biaya Variabel yang digunakan Industri UD.Robusta No.



Komponen Biaya



Jumlah



1 2 3 4 5 6 7 8



Kopi Lokal 2.000 Kopi Luar Daerah 2.500 Gas 5 Upah Tenaga Kerja 5 Sewa Listrik 1 Biaya Pemasaran Kemasan 1 Sms/Telpon Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2019



Satuan Kg Kg Unit Orang



Ball



Harga Satuan (Rp) 28.000 30.000 25.000 2.000.000 400.000 16.000 1.000.000 12.000



Total Biaya (Rp) 56.000.000 75.000.000 125.000 10.000.000 400.000 16.000 1.000.000 12.000 142.553.000



Proses produksi untuk menghasilkan output tidak terlepas dari biaya. Biaya usaha Industri UD. Robusta merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Industri dalam melakukan kegiatan usahanya atau biaya yang dikeluarkan Industri selama melakukan proses produksi. Sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan Industri UD. Dari data Tabel diatas menunjukkan bahwa yang tertinggi dari pembuatan Kopi bubuk



yang



dilakukan



Industri UD. Robusta selama satu



bulan sebesar Rp. 75.000.000,-/bulan. Untuk pembelian bahan baku impor



60



sedangkan biaya terendah adalah pada biaya sms/telfon yang berkisar hanya sekitar



Rp 12.000,-. Dapat disimpulkan Biaya Variabel yang dikeluarkan



oleh Industri UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka Rp. 142.553.000,-/bulan.



4.4 Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) atau kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi, setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponenkompoenen penunjang, (Halim, 2015). Dalam artian usaha pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk yang dijual dengan harga Rp 38.000,-/kg. Rincian produksi Usaha UD. Robusta dapat dilihat dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rincian produksi Usaha Pembuatan Kopi UD.Robusta Tahun ke0 (2004) 1 (2014) 2 (2015) 3 (2016) 4 (2017) 5 (2018) Sumber : Data primer diolah, 2019



Jumlah Produksi (Kg/tahun) 36.000 42.000 48.000 54.000 54.000



Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah produksi kopi tertinggi adalah berada di Tahun ke- 4 dan 5 yaitu tahun 2017 dan 2018 yaitu sebanyak 54.000 kg dan produksi kopi terendah adalah Tahun ke-1 (2014) yaitu 36.000 kg. Jumlah biji



61



kopi yang diproduksi oleh UD. Robusta berbeda-beda tiap tahunnya hal ini dipengaruhi oleh besarnya permintaan konsumen terhadap kopi bubuk.



4.5 Penerimaan Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha selama satu periode yang dihitung dari hasil penjualan. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah jumlah produksi kopi bubuk akan dikalikan dengan harga penjualan kopi bubuk per kg dan hasilnya merupakan penerimaan yang akan didapatkan oleh usaha pengolahan biji kopi UD.Robusta. Rincian penerimaan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rincian Penerimaan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta Jumlah Produksi Harga Produksi Tahun ke(kg/tahun) (Rp/kg) 0 (2004) 1 (2014) 36.000 38.000 2 (2015) 42.000 38.000 3 (2016) 48.000 38.000 4 (2017) 54.000 38.000 5 (2018) 54.000 38.000 Sumber : Data primer diolah , 2019



Penerimaan (Benefit) (Rp/Tahun) 1.368.000.000 1.596.000.000 1.824.000.000 2.052.000.000 2.052.000.000



Tabel 4.5 menunjukan bahwa penerimaan tertinggi yang diperoleh UD. Robusta adalah pada tahun ke-4 dan 5 (2017 dan 2018) yaitu sebanyak Rp 2.052.000.000,- dengn jumlah produksi sebanyak 54.000 kg dengan harga Rp 38.000,- per kg. Sedangkan penerimaan terendah adalah ditahun ke-1(2014) yaitu Rp 1.368.000.000,- dengan jumlah produksi 36.000 kg yang dijual dengan harga Rp 38.000,- per kg. Penerimaan yang diperoleh oleh UD. Robusta tiap tahunnya berbeda dikarenakan jumlah produksi ditiap tahunnya yang berbeda menjadi salah satu pendorong perbedaan penerimaan ditiap tahunnya.



62



4.6 Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang diterima oleh UD. Robusta dikurang dengan semua biaya yang telah dikeluarkan usaha berupa biaya operasional. Rincian pendapatan Usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Rincian Pendapatan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta Biaya Tahun Peneriman Biaya Biaya Total Ke(Benefit) Investasi Operasional Biaya 0 0 76.740.000 0 76.740.000 1(2014) 1.368.000.000 1.182.360.000 1.182.360.000 2(2015) 1.596.000.000 1.362.012.000 1.362.012.000 3(2016) 1.824.000.000 1.531.560.000 1.531.560.000 4(2017) 2.052.000.000 1.711.560.000 1.711.560.000 5(2018) 2.052.000.000 1.710.636.000 1.710.636.000 Sumber : Data primer diolah, 2019



Pendapatan (Net Benefit) 76.740.000 185.640.000 233.988.000 292.440.000 340.440.000 341.364.000



Tabel 4.6 menunjukan bahwa pendapatan tertinggi yang diperoleh usaha pengolahan biji kopi UD. Robusta adalah di tahun ke-5 (2018) yaitu sebesar Rp.341.364.000,-, sedangkan pendapatan terendah yang diperoleh oleh usaha ini yaitu ditahun ke-1 (2014) dengan perolehan sebesar Rp. 185.640.000,-. pendapatan UD. Robusta adalah hasil pengurangan antara nilai penerimaan dikurangi dengan nilai biaya opersional, dapat dilihat pada lampiran 6.



4.7 Kelayakan Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD. Robusta Analisis yang digunakan dalam menilai kelayakan dari usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Hasil analisis



63



ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bahwa dalam usaha tersebut memberikan keuntungan atau tidak.



4.7.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara manfaat dan biaya yang disebut dengan manfaat bersih, suatu usaha dapat dinyatakan layak atau tidak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Analisis NPV juga digunakan untuk mengetahui penerimaan bersih sekarang yang di peroleh dari suatu kegiatan investasi. Perhitungan nilai NPV pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Perhitungan Nilai NPV Usaha Pembuatan Kopi Bubuk UD.Robusta Tahun Ke0 1 2 3 4 5



Benefit



Cost NB (P-C) -102.640.000 -102.640.000 1.182.360.000 185.640.000 1.362.012.000 233.988.000 1.531.560.000 292.440.000 1.711.560.000 340.440.000 1.710.636.000 341.364.000



0 1.368.000.000 1.596.000.000 1.824.000.000 2.052.000.000 2.052.000.000 NPV : Sumber : Data primer diolah , 2019



DF 3% 1 0,9708 0,9425 0,9151 0,7967 0,8626



NPV 3% -102.640.000 180.219.312 220.553.690 267.611.844 271.228.548 294494722,8 1.131.468.117



Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Present Value (NPV) maka diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.131.468.117,- pada discount factor (df) 3%. Penentuan discount factor (df) 3% yaitu berasal dari tingkat suku bunga deposito Bank Persero (Bank Pemerintah) sebesar 3% yang dirata-ratakan dari bulan Juli 2018 sampai dengan Juli 2019. Hasil tersebut menunjukan bahwa berdasarkan kriteria penilaian NPV, maka hasil tersebut menunjukan bahwa, secara finansial



64



usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta layak untuk diusahakan. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha menguntungkan dan layak untuk diusahakan.



4.7.2 Net Benefit Cost Ratio (NBCR) Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah rasio perbandingan antara nilai NPV positif dengan NPV negatif. Analisis NBCR digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat sekarang pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 3%. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) maka didapatkan nilai NBCR sebesar 13,58 yang berarti apabila setiap pengeluaran usaha sebesar Rp 1 maka akan memberikan manfaat sebesar Rp 13,58,-. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta secara finansial layak untuk diusahakan, karena berdasarkan kriteria penilaian NBCR yaitu apabila Net B/C ratio > 1 maka Usaha layak untuk diusahakan. Rincian perhitungan nilai NBCR pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Lampiran 10.



4.7.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah jumlah nilai yang diperoleh oleh usaha dalam melakukan investasi dan digunakan untuk mengetahui sampai dimana keuntungan yang dikembalikan dari investasi yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan hasil analisis Internal Rate of return (IRR) maka diperoleh nilai IRR sebesar 218,35%.



65



Hasil tersebut menunjukan bahawa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta layak untuk diusahakan karena nilai IRR yang dihasilkan lebih dari tingkat diskonto yang berlaku yaitu 3% sedangkan nilai IRR UD. Robusta yaitu 218,35% dan sebagaimana kriteria penilaian IRR yaitu apabila IRR lebih dari suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut mampu mengembalikan sejumlah modal yang diinvestasikan dan mendapat keuntungan, maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Rincian perhitungan nilai IRR pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Lampiran 10.



4.7.4 Payback Period (PBP) Payback Period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Berdasarkan hasil analisis Payback Period diperoleh PBP yaitu 0,55 tahun atau 6 bulan 6 hari dengan umur usaha 5 tahun, yang berarti jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi dari usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta hanya 6 bulan 6 hari. Dari hasil tersbut menunjukan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi sangat pandek dari umur usaha yang mencapai 5 tahun dengan kriteria PBP bahwa Jika payback period lebih pendek waktunya dari umur proyek maka akan semakin baik dan usulan investasi dapat diterima. Rincian perhitungan nilai payback period pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada Lampiran 10.



66



4.7.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan-keadaan yang berubah karena didalam suatu proyek mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, jadi hal ini sangat perlu untuk dilakukan. Kondisi yang diteliti dalam analisis sensitivitas yaitu: 1. Apabila meningkatnya biaya operasional sebesar 5,1% 2. Apabila menurunnya harga jual produk kopi menurun sebesar 5,1% Nilai 5,1%merupakan nilai yang berasal dari Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) yang berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, 5 tahun terakhir yang telah dirata-ratakan dari Juli 2014 sampai dengan Juli 2018. Analisis sensivitas ini digunakan untuk melihat sampai dimana UD. Robusta mampu bertahan dari setiap perubahan-perubahan yang terjadi dimasa yang akan datang. Kondisi analisisi sensitivitas dengan biaya operasional meningkat sebesar 5,1% dengan discount factor 3%, maka di peroleh nilai NPV sebesar Rp 724.385.790,-. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta secara finansial layak untuk dijalankan karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh dari kondisi ini adalah sebesar 9,06. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha ini layak secara finansial untuk dijalankan karena nilai NBCR > 1 yang berarti usaha ini menguntungka. Nilai IRR yang diperoleh dari perhitungan ini adalah sebesar 156,97%, hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD.



67



Robusta layak secara finansial karena nilai IRR yang dihasilkan melebih tingkat suku bunga yang berlaku, yang berarti pengembalian modal lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan PBP pada kondisi naiknya biaya operational sebesar 5,1% adalah 0,81 tahun atau 9 bulan 7 hari jangka waktu pengembalian biaya investasi pada usaha ini. Rincian perhitungan analisis sensitivitas dengan meningkatnya biaya operasioal sebesar 5,1% pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada lampiran 11. Kondisi analisis sensitivitas dengan harga jual menurun sebesar 5,1% dengan discount factor 3%, maka di peroleh nilai NPV sebesar Rp 728.192.150,-. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta secara financial layak untuk dijalankan karena nilai NPV yang diperoleh adalah positif (+). Nilai NBCR yang diperoleh dari kondisi ini adalah sebesar 9,16.



Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha ini layak secara



finansial untuk dijalankan karena nilai NBCR > 1 yang berarti usaha ini menguntungkan. Nilai IRR yang diperoleh dari perhitugnan ini adalah sebesar 147,87%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta layak secara finansial karena nilai IRR yang dihasilkan melebih tingkat suku bunga yang berlaku, yang berarti pengembalian modal lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Sedangkan PBP pada kondisi menurunnya harga jual sebesar 5,1% adalah 0,88 tahun atau 10 bulan 4 hari jangka pengembalian biaya investasi pada usaha ini. Rincian perhitungan analisis sensitivitas dengan



68



menurunnya harga jual sebesar 5,1% pada usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta dapat dilihat pada lampiran 9. Apabila dilihat dari analisis sensitivitas dari dua kondisi kemungkinan yang ada maka usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta layak untuk dijalankan dengan nilai NPV, NBCR, IRR dan PBP yang semuanya dinyatakan layak dalam kriteria perhitungan financial. Maka dapat diprediksi bahwa usaha ini masih bisa bertahan lama dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang ada.



69



V.



KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.



Keuntungan Usaha Pembuatan Kopi bubuk pada Industri UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka pada tahun terakhir yaitu 2018 sebesar Rp. 341.364.000,-.



2.



Berdasarkan hasil analisis kayakan usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta di Kelurahan Sea Kecamatan Latambaga Kabupaten Kolaka maka dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan kopi bubuk UD. Robusta secara finansial layak untuk diusahakan karena dapat memberi keuntungan pada usaha.



5.2 Saran Dari hasil penelitian, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1.



Kepada Industri K o p i U D . R o b u s t a d iharapkan tetap mempertahankan keuntungan yang di peroleh dengan cara lebih memperhartikan persediaan bahan baku agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.



2.



Kepada pemerintah diharapkan agar lebih memperhatikan industri kecil khususnya industri kopi.



70



DAFTAR PUSTAKA



Alicia. 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku. http://koleksiskripsi.blogspot.com/2011/04/pengendalia-persediaan-bahan-baku.html. Di Akses 14 Mei 2019 Anoraga, P. & J. Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Rineka Cipta. Jakarta Agung. 2000. “Optimalisasi Tarif Cukai Tembakau Suatu Analisis dengan Kurva Laffer”, Jurnal Keuangan dan Moneter, vol.2 No.1, Desember. Ardana. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, 2014. Kecamatan Latambaga Dalam Angka 2015 Kolaka Badan Pusat Statistik, Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Latambaga, 2017. Utama. Badan Pusat Statistik, Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kabupaten/kota dan jenis Tanaman di Provinsi Sulawesi Tenggara, 2017. Basu, S. 2010. Manajemen Pemasaran: analisa dan perilaku konsumen. Yogyakarta. BPFE.UGM. Dodo, 2007. Analisis Laporan Keuangan,Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga, PT.Bumi Aksara: Jakarta. Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta Gregory, M. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Gittinger, J.P. 2000. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terjemahan. Edisi Kedua. UI-Press dan John Hopkins. Jakarta. Gray, C., P, Simanjuntak, K.L. Sabur dan Maspaitella, P.F.L. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Gusyolanda N, Sari R. 2018. Analisis Keuntungan Pengolahan bubuk kopi kinino kenagarian tabek patah kabupaten tanah datar. Jurnal Agrimart, 8 (1), 1-5. Harahap, Mubaraq Alfian. 2011. Analisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos (studi kasus kelompok Tania hurip, desa cikarawang, kecamatan dramaga, kabupaten bogor, jawa barat). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.



71



Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi kelayakan proyek. Unit penerbit dan pencatakan AMP YPKN, Yogyakarta. Hansen & Mowen. 2009. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat Halim. 2015. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Kurnia Global Diagnostika. Irianto, Agus. 2004. Statistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan pengembangannya. Jakarta: Prenada Media. Kotler, P dan Amstrong, G. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi 11. Prentice-Hall Inc. Jakarta. Kusnandar, F., 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Kasmir, Jakfar. 2017. Studi Klayakan Bisnis. Depok: Kencana. Lasena, R. K., Amir. H, dan Murtisari, A. 2013 Analisis Keuntungan Pengrajin Tahu (Studi kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Fakultas pertanian.Universitas Negeri Gorontalo. Mulyadi, 2009. Akutansi Biaya. Edisi ke-5 Cetak Kesembilan. Penerbit UPPSTIM YKPN. Yogyakarta. Mulyono. 2000. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika Edsi Pertama. Yogyakarta : BPFE Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia – Dalam Perspektif Pembangunan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulato, Sri. 2002. Pelarutan Kafein Biji Robusta Dengan Kolom Tetap Menggunakan Pelarut Air. Jakarta: Pelita Perkebunan. Nurhakim Y, Rahayu S. 2014. Perkebunan Kopi Skala Kecil Cepat Panen. Sukmajaya Depok: Infra Pustaka. Pudjosumarto, M.S.U. 2002. Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal – Jawab. Liberty. Yogyakarta. Pangabean, Mutiara Sibarani. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.



72



Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Universitas Sumatera Utara. Kota Medan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/776/1/tekperridwansy ah4.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2017. Riwayadi, 2006. Akuntansi Biaya Andalas Universitas Press, Padang. Simamora, 2000. Akuntansi : Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid Satu. Salemba Empat. Jakrta Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta Soekartawi 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok-Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta. Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. 1996. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada Jakarta. Soekartawi. 1996. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil. Rajawali Press. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sugianto, dkk. 2000. Akutansi Mikro. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono.2016. Metode penelitian kombinasi. Depok: Kencana Supriyono, R.A, 2000. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE.Yogyakarta Supriyono, R.A. 2007. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE. Yogyakarta. Suratiyah, 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani.Jakarta: Penebar Swadaya. Supriyanto, (2000). Manajemen Purchasing, Strategi Pengadaan dan Pengelolaan Material untuk Perusahaan Manufakturing. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen, Metode dan Kasus. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta



73



Umikalsum, R. A. 2014 Analisis Usaha Pembuatan Tempe Kedelai Skala Rumahtangga di Kelurahan Bukit Sangkat Kecamatan Kalidoni Kota Palembang. Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi Maret Tahun 2014 Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1993. Mikrobiologi Dasar.Erlangga. Jakarta. Varnam, H.A. and Sutherland, J. P. 2000. Beverages (Technology, Chemestry nd Microbilogy). Chapman and Hall,London.



74



LAMPIRAN



75



Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian



Kecamatan : Latambaga Kabupaten : Kolaka Provinsi



: Sulawesi Tenggara



76



Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian



ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KOPI BUBUK DI KELURAHAN SEA KECAMATAN LATAMBAGA KABUPATEN KOLAKA (Studi Kasus Pada Industri UD Kopi Robusta) Nama



:



Usaha



:



Lokasi Usaha : A. IDENTITAS PEMILIK USAHA 1.



Profil pemilik usaha



a. Umur



:



Tahun



b. Nama



:



c. Jenis kelamin



: Laki-laki / Perempuan



d. Pendidikan



: SD/SMP/SMA/AKADEMI/SARJANA/LAINNYA



e. Umur saat memutuskan untuk berbisnis: f. Alasan berbisnis



:



g. Jumlah anggota keluarga : h. Jumlah tanggungan keluarga 2.



Orang :



Orang



Profil Bisnis



a. Lama usaha



:



Tahun



b. Banyaknya modal : c. Jumlah karyawan



:



d. Jenis barang/jasa yang diperdagangkan : B. IDENTITAS USAHA 1.



Apakah bapak memiliki modal sendiri untuk menjalankan usaha? a. Ya b. Tidak



2.



Jika ya berapa modal yang digunakan?



77



3.



Apakah bapak menggunakan modal pinjaman? .................................................



4.



Jika ya, dari manakah sumbernya dan berapa jumlahnya? ...............................



5.



Berapa lama jangka waktu pembayarannya/ pelunasannya? .............................



6.



Peralatan yang digunakan dalam menjalankan usaha No



Jenis Peralatan



Jumlah (unit)



Harga Beli (Rp)



Lama Pemakaian (bulan)



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7.



Bahan baku dan bahan penunjang yang digunakan dalam melakukan proses produksi UD. Robusta



No



Uraian



Jumlah



Satuan



Harga (Rp)



1 2 3 4 5 8.



Di mana lokasi membeli bahan baku dan bahan penunjang? ..................



9.



Berapa biaya transportasi yang dikeluarkan dalam pembelian bahan baku dan bahan penunjang tersebut ? ................................................................



10. Berapa pajak usaha yang dibayar per tahun? ........................................... 11. Berapa biaya listrik yang dibayar untuk keperluan pengolahan kopi bubuk UD. Robusta? ..................................................................................................... 12. Berapa orang tenaga kerja yang dipekerjakan? ........................................ 13. Berapa jumlah bahan baku (kopi) yang dihabiskan selama sehari? ........ 14. Berapa upah tenaga kerja? .......................................................................



78



15. Jumlah produksi dan harga kopi UD. Robusta dalam satu minggu/bulan? No



Jenis Produk yang Dijual



Jumlah (unit)



Harga (Rp)



1 2 3 4 5 C. CURAHAN WAKTU 1.



Apakah setiap hari melakukan proses produksi kopi UD. Robusta?



a. Ya



b. Tidak



2.



Jika tidak, berapa kali dalam seminggu........................................................



3.



Karyawan mulai bekerja dari jam berapa .................................................



D. LAIN - LAIN 1.



Apa bapak mempunyai pembukuan keuangan dalam menjalankan usaha ini? a. Ya



2.



b. Tidak



Jika ya, apakah bapak tahu cara membuat pembukuan keuangan usaha yang dijalankan? .........................................................................................................



3.



Jika tidak, mengapa.............................................................................................



4.



Berapa keuntungan dalam sekali produksi?........................................................



5.



Jenis kopi apa yang digunakan dalam proses pengolahan?................................



6.



Mengapa menggunakan jenis kopi tersebut?.....................................................



79



Lampiran 3. Biaya Ivestasi (Tahun ke-0)



No Komponen Biaya a



b



Jumlah



Harga (Rp/Unit)



Jumlah Biaya (Rp)



c



d



e



1



Mesin Sangrai



1



45.000.000,00



45.000.000,00



2



Mesin Penggiling



2



10.000.000,00



20.000.000,00



3



Rak Kayu



1



3.000.000,00



3.000.000,00



4



Rak Aluminium



1



1.000.000,00



1.000.000,00



5



Mesin Press



4



3.000.000,00



12.000.000,00



6



Timbangan Digital



1



3.000.000,00



3.000.000,00



7



Timbangan Duduk



1



800.000,00



800.000,00



8



Ember



3



20.000,00



60.000,00



9



Baskom Besar



5



20.000,00



100.000,00



10



Panci Besar



1



190.000,00



190.000,00



11



Ayakan



5



10.000,00



50.000,00



12



Sendok Plastik



1



5.000,00



5.000,00



13



Gunting



1



5.000,00



5.000,00



14



Staples



3



330.000,00



990.000,00



15



Meja Kerja



2



5.000.000,00



10.000.000,00



16



Terpal



4



360.000,00



1.440.000,00



17



Timbangan Mekanik



1



5.000.000,00



5.000.000,00



76.740.000,00



102.640.000,00



Jumlah



80



Lampiran 4. Biaya Operasional Tahun Ke-1 Sampai Tahun Ke-5 (2014-2018) 2014 No. Komponen Biaya 1 Kopi Lokal 2 Kopi Luar Daerah 3 Gas Upah Tenaga 4 Kerja 5 Sewa Listrik 6 Biaya Pemasaran 7 Kemasan 8 Sms/Telpon Jumlah



Jumlah 1.000 2.000 4



Satuan Kg Kg Unit



Harga Satuan (Rp) 27.000 30.000 20.000



Total Biaya (Rp) 324.000.000 720.000.000 960.000



5 Orang 1



2.000.000 400.000 20.000 1.000.000 30.000



120.000.000 4.800.000 240.000 12.000.000 360.000 1.182.360.000



Satuan Kg Kg Unit



Harga Satuan (Rp) 28.000 30.000 17.000



Total Biaya (Rp) 504.000.000 720.000.000 612.000



5 Orang 1



2.000.000 400.000 20.000 1.000.000 30.000



120.000.000 4.800.000 240.000 12.000.000 360.000 1.362.012.000



Satuan Kg Kg Unit



Harga Satuan (Rp) 28.000 30.000 25.000



Total Biaya (Rp) 672.000.000 720.000.000 900.000



5 Orang 1



2.000.000 500.000 25.000 1.000.000 30.000



120.000.000 6.000.000 300.000 12.000.000 360.000 1.531.560.000



1



2015 No. Komponen Biaya 1 Kopi Lokal 2 Kopi Luar Daerah 3 Gas Upah Tenaga 4 Kerja 5 Sewa Listrik 6 Biaya Pemasaran 7 Kemasan 8 Sms/Telpon Jumlah 2016



Jumlah 1.500 2.000 3



No. Komponen Biaya 1 Kopi Lokal 2 Kopi Luar Daerah 3 Gas Upah Tenaga 4 Kerja 5 Sewa Listrik 6 Biaya Pemasaran 7 Kemasan 8 Sms/Telpon Jumlah



Jumlah 2.000 2.000 3



1



1



81



Lanjut Lampiran 4. Biaya Operasional Tahun Ke-1 Sampai Tahun Ke-5 (2014-2018) 2017 No. 1 2 3 4 5 6 7 8



Komponen Biaya Kopi Lokal Kopi Luar Daerah Gas Upah Tenaga Kerja Sewa Listrik Biaya Pemasaran Kemasan Sms/Telpon Jumlah



Jumlah 2.000 2.500 3 5 1



Satuan Kg Kg Unit Orang



1



Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 28.000 672.000.000 30.000 900.000.000 25.000 900.000 2.000.000 120.000.000 500.000 6.000.000 25.000 300.000 1.000.000 12.000.000 30.000 360.000 1.711.560.000



2018 No. 1 2 3 4 5 6 7 8



Komponen Biaya Kopi Lokal Kopi Luar Daerah Gas Upah Tenaga Kerja Sewa Listrik Biaya Pemasaran Kemasan Sms/Telpon Jumlah



Jumlah 2.000 2.500 5 5 1



Satuan Kg Kg Unit Orang



1 Ball



Harga Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 28.000 672.000.000 30.000 900.000.000 25.000 1.500.000 2.000.000 120.000.000 400.000 4.800.000 16.000 192.000 1.000.000 12.000.000 12.000 144.000 1.710.636.000



82



Lampiran 5. Rincian Penerimaan (Benefit) Jumlah Produksi



Harga Produksi



Penerimaan (Benefit)



(Kg/tahun)



(Rp/tahun)



(Rp/Tahun)



2018



54.000



38.000



2.052.000.000



2017



54.000



38.000



2.052.000.000



2016



48.000



38.000



1.824.000.000



2015



42.000



38.000



1.596.000.000



2014



36.000



38.000



1.368.000.000



Tahun ke-



83



Lampiran 6. Rincian Pendapatan



Tahun Ke-



0



Total Biaya



Biaya



Peneriman (Benefit)



0



Biaya



Biaya



Investasi



Operasional



75.740.000,00



Pendapatan (Net Benefit)



0



75.740.000,00



75.740.000



1(2014) 1.368.000.000



1.182.360.000



1.182.360.000



185.640.000



2(2015) 1.596.000.000



1.362.012.000



1.362.012.000



233.988.000



3(2016) 1.824.000.000



1.531.560.000



1.531.560.000



292.440.000



4(2017) 2.052.000.000



1.711.560.000



1.711.560.000



340.440.000



5(2018) 2.052.000.000



1.710.636.000



1.710.636.000



341.364.000



84



Lampiran 7. Perhitungan Kelayakan Finansial UD Robusta Tahun



DF Benefit



Cost



Df



NB (P-C)



Ke-



NPV 3%



Df 7%



3% 0



0



-102.640.000 -102.640.000



Df



NPV 7%



NPV 220% 220%



1



-102.640.000



1



-102.640.000



1



NPV 220% 222%



-102.640.000



1 -102.640.000



1 1.368.000.000 1.182.360.000



185.640.000 0,9708



180.219.312 0,9346



173.499.144 0,3125



58.012.500 0,3105



5.787.720



2 1.596.000.000 1.362.012.000



233.988.000 0,9425



220.553.690 0,8734



204.365.119 0,0977



22.860.628 0,0964



22.556.443



3 1.824.000.000 1.531.560.000



292.440.000 0,9151



267.611.844 0,8163



238.718.772 0,0305



8.919.420 0.0299



8.743.956



4 2.052.000.000 1.711.560.000



340.440.000 0,7967



271.228.548 0,7628



259.687.632 0,0095



3.234.180 0,0093



3.166.092



5 2.052.000.000 1.710.636.000



341.364.000 0,8626



294494722,8 0,7129



243.358.396 0,0029



989.956 0,0029



989.956



1.131.468.117



NPV NBCR IRR PBP



1.131.468.117 13,58 218,35% 0,55



1.016.989.063



-8.623.317



-61.395.833



85



Lampiran 8. Analisis Sensitivitas Apabila Biaya Produksi Meningkat Sebesar 5,1% Tahun Ke0



Benefit 0



Cost



NB (P-C)



-102.640.000



-102.640.000



DF



NPV 3%



3% 1



-102.640.000



Df 15%



NPV 15%



Df 160%



1 -102.640.000



NPV 160 % -102.640.000



Df 170%



NPV 170%



1



-102.640.000



1



1.368.000.000 1.242.660.360



125.339.640 0,9708



121.679.723 0,8696



108.995.351 0,3846



48.205.626 0,3703



46.413.269



2



1.596.000.000 1.448.984.650



147.015.350 0,9425



138.561.967 0,7561



111.158.306 0,1479



21.743.570 0,1371



20.155.804



3



1.824.000.000 1.609.669.560



214.330.440 0,9151



196.133.786 0,6575



140.922.264 0,0568



12.173.969 0,0508



10.887.986



4



2.052.000.000 1.861.909.560



190.090.440 0,7967



151.445.054 0,5718



108.693.714 0,0218



4.143.972 0,0188



3.573.700



5



2.052.000.000 1.797.878.436



254.121.564 0,8626



219.205.261 0,4972



126.349.242 0,0084



2.134.621 0,0069



1.753.439



724.385.790



493.478.876



NPV NBCR IRR PBP



724.385.790 9,06 156,97% 0,81



-14.238.243



-19.855.801



86



Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Apabila Harga Jual Menurun 5,1% Tahun Ke0



Benefit 0



Cost



NB (P-C)



-102.640.000



-102.640.000



DF



NPV 3%



3% 1



-102.640.000



Df 20%



NPV 20%



Df 150%



1



-102.640.000



1



NPV 150% -102.640.000



DF 155%



NPV 155%



1



-102.640.000



1



1.298.232.000 1.182.360.000



115.872.000 0,9708



112.488.538 0,8333



96556137,6



0,4



46.348.800 0,3921



45.433.411



2



1.514.604.000 1.362.012.000



152.592.000 0,9425



143.817.960 0,6944



105959884,8



0,16



24.414.720 0,1537



23.453.390



3



1.730.976.000 1.531.560.000



199.416.000 0,9151



182.485.582 0,5787



115402039,2



0,064



12.762.624 0,0603



12.024.785



4



1.947.348.000 1.711.560.000



235.788.000 0,7967



187.852.300 0,4823



113720552,4 0,0256



6.036.173 0,0236



5.564.597



5



1.947.348.000 1.710.636.000



236.712.000 0,8626



204.187.771 0,4019



95134552,8 0,0102



2.414.462 0,0092



2.177.750



940.380.000



728.192.150



424.133.167



NPV NBCR IRR PBP



728.192.150 9,16 147,87% 0,88



-10.663.221



-13.986.066



87 Lampiran 10 Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP



1. Net Present Value (NPV) NPV



= Σ (NB x df3 %) = Rp 1.131.468.117



2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR



= = = 13,58



3. Internal Rate of Return (IRR) IRR



= = 3% = 218,35%



4. Payback Period (PBP) PBP



= = = 0,55 Tahun



88 Lampiran 11. Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP Jika Biaya Operasional Meningkat Sebesar 5,1% 1. Net Present Value (NPV) NPV



= Σ (NB x df 3%) = Rp 724.385.790



2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR



= = = 9,06



3. Internal Rate of Return (IRR) IRR



= = 3% = 156,97%



4. Payback Period (PBP) PBP



= = = 0,81 Tahun



89 Lampiran 12. Perhitungan NPV, NBCR, IRR dan PBP Jika Harga Jual Menurun Sebesar 5,1% 1. Net Present Value (NPV) NPV



= Σ (NB x df 3%) = Rp 728.192.150



2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR



= = = 9,16



3. Internal Rate of Return (IRR) IRR



= = 3% = 97.9%



4. Payback Period (PBP) PBP



= = =



0,88



Tahun



90 Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian UD. Robusta



Foto bersama pemilik industri UD. Robusta, H. Rusli (60tahun)



91 a. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi UD. Robusta



1. Mesin Pendingin



3. Mesin Penghalus Biji Kopi



2. Mesin Sangrai



4. Timbangan



92



5. Tabung Gas



7. Baskom



6. Mesin Press Produk



8. Stiker Kemasan



93 b. Proses Pengolahan Biji Kopi menjadi Kopi Bubuk



1. Persiapan Bahan Baku



2. Penyangraian Biji Kopi



3. Pendinginan Biji Kopi



4. Pencampuran



94



5. Penghalusan Biji Kopi



7. Pengemasan Produk



6. Penggudangan



8. Penyimpanan Produk