Skripsi Pasca Sidang - Marisatul Khasanah - Final [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI ANTISEPTIK PUTING TERHADAP LAMA WAKTU REDUKTASE DAN POTENSIAL HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA MASTITIS SUBKLINIS



SKRIPSI



Oleh : MARISATUL KHASANAH



PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2020 i



EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI ANTISEPTIK PUTING TERHADAP LAMA WAKTU REDUKTASE DAN POTENSIAL HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA MASTITIS SUBKLINIS



Oleh : MARISATUL KHASANAH NIM : 23010116140136



Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi S1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro



PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2020



ii



SURAT PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Marisatul Khasanah NIM : 23010116140136 Program Studi : S1 Peternakan dengan ini menyatakan sebagai berikut : 1. Skripsi yang berjudul: Efektivitas Gel Jinten Hitam (Nigella Sativa) sebagai Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu Reduktase dan Potensial Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis dan penelitian yang terkait dengan karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. 2. Setiap ide atau kutipan dari orang lain berupa publikasi atau bentuk lainnya dalam karya ilmiah ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur disiplin ilmu. 3. Saya juga mengakui karya ilmiah ini dapat dihasilkan berkat bimbingan dan dukungan penuh pembimbing saya, yaitu : Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M. dan drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D. Apabila di kemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang menunjukkan telah dilakukannya kecurangan akademik, maka penulis bersedia gelar sarjana yang telah penulis dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari Program Studi S1 Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Semarang, Penulis,



Juli 2020



Marisatul Khasanah Mengetahui :



Pembimbing Utama



Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M.



Pembimbing Anggota



drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D..



iii



Judul Skripsi



: EFEKTIVITAS GEL JINTEN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI ANTISEPTIK PUTING TERHADAP LAMA WAKTU REDUKTASE DAN POTENSIAL HIDROGEN (pH) SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA MASTITIS SUBKLINIS



Nama Mahasiswa



: MARISATUL KHASANAH



Nomor Induk Mahasiswa



: 23010116140136



Program Studi / Departemen



: S1 PETERNAKAN



Fakultas



: PETERNAKAN DAN PERTANIAN



Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal....................



Pembimbing Utama



Pembimbing Anggota



Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M.



drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D.



Ketua Program Studi



Ketua Panitia Ujian Akhir Program



Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc.



Dr.Ir. Marry Christiyanto, M.P., I.P.M.



Dekan



Ketua Departemen



Dr. Ir. Bambang W.H.E.P., M.S., M.Agr., I.P.U. Dr. Ir. Sri Sumarsih, S.Pt., M.P., I.P.M. iv



RINGKASAN MARISATUL KHASANAH. 23010116140136. 2020. Efektivitas Gel Jinten Hitam (Nigella Sativa) sebagai Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu Reduktase dan Potensial Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis (Pembimbing: RUDY HARTANTO dan DIAN WAHYU HARJANTI). Penelitian bertujuan mengkaji efektivitas penggunaan gel puting jinten hitam (Nigella sativa) terhadap lama waktu reduktase dan potensial hidrogen (pH) susu pada kambing Peranakan Ettawa (PE). Penelitian dilakukan pada 21 Agustus 2019 – 27 Januari 2020 di Peternakan Kelompok Tani Ternak (KTT) Kambing Perah Kuncen Farm, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Materi yang digunakan yaitu 16 ekor Kambing PE laktasi yang terindikasi mastitis subklinis yang dikonfirmasi positif pada uji California Mastitis Test (CMT) dan dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan produksi susu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) split plot in time dengan main plot berupa antiseptik puting gel jinten hitam berbagai konsentrasi yaitu 1% (T1), 2% (T2) dan 3% (T3) serta tanpa perlakuan sebagai kontrol (T0), sedangkan sub plot adalah lama penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam yaitu 0 (H0), 10 hari (H10), 20 hari (H20) dan 30 hari (H30). Parameter yang diamati adalah lama waktu reduktase dan pH susu. Data yang telah diperoleh akan diuji Anova, jika ditemukan pengaruh nyata maka akan dilanjutkan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh gel puting jinten hitam dan tidak ada pengaruh dari lama pemberian (P>0,05) terhadap lama waktu reduktase. Penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam selama 30 hari penggunaan belum mampu menurunkan bakteri secara signifikan, akan tetapi mampu mempertahankan kualitas susu. Hal ini diketahui dari angka reduktase pada hari ke-30 pada taraf 1%, 2% dan 3% adalah 9 jam, sedangkan pada kontrol 8,56 jam. Hasil pengujian analisis tidak adanya pengaruh penggunaan gel puting jinten hitam dan tidak adanya pengaruh dari lama penggunaan (P>0,05) terhadap pH susu. Nilai pH setelah pemberian gel puting jinten hitam selama 30 hari yaitu pada T0 (6,41), T1 (6,42), T2 (6,42) dan T3 (6,50). Semua data lama waktu reduktase dan pH susu masih sesuai dengan standar SNI (lama waktu reduktase 25 jam, dan pH 6,3-6,8). Simpulan penelitian ini adalah pemberian antiseptik puting gel Jinten hitam sebagai antiseptik puting pada kambing PE mastitis subklinis mampu mempertahankan susu berdasarkan angka reduktase dan tidak mempengaruhi nilai pH susu yang terlihat pada setiap kelompok menunjukkan kualitas susu hari ke hari semakin membaik.



v



KATA PENGANTAR



Peternakan kambing perah memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan sebagai peningkatan pendapatan maupun pemenuhan gizi masyarakat. Kambing perah yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kambing Peranakan Ettawa (PE) karena memiliki kelebihan produk utama berupa susu yang berkualitas maupun dari segi pemeliharaannya yang mudah. Kambing PE juga termasuk ternak dwiguna yaitu penghasil susu dengan kualitas gizi yang baik serta penghasil daging, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan bagi para peternak kambing perah. Kambing perah juga memiliki kelemahan bagi peternak seperti ditemukannya permasalahan penyakit mastitis yang merupakan penyakit utama pada kambing perah. Mastitis yang dibiarkan akan menyebabkan menurunnya produksi susu dan kualitas susu. Antiseptik puting berbahan dasar herbal dari jinten hitam (Nigella sativa) terdapat aktivitas senyawa yaitu antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan sehingga diharapkan mampu mencegah mastitis karena dapat melindungi puting dari masuknya bakteri. Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Gel Jinten Hitam (Nigella Sativa) sebagai Antiseptik Puting terhadap Lama Waktu Reduktase dan Potensial Hidrogen (pH) Susu pada Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan



vi



penghargaan setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada Ir. Rudy Hartanto, S.Pt., M.P., Ph.D., I.P.M. selaku dosen pembimbing utama dan Koordinator Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah serta drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D. selaku dosen pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran, motivasi dan dukungan sejak penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr., I.P.U. selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi, Dr. Ir. Sri Sumarsih S.Pt., M.P.,I.P.M. selaku Ketua Departemen Peternakan, Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Peternakan, serta Prof. Dr. Ir. Sunarso, M.S. selaku Dosen Wali atas motivasi, doa, bimbingan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pak Yedi selaku Ketua Kelompok Tani Kuncen Farm, Pak Yuli dan Pak Rois selaku pemilik kandang dan anggota lainnya yang telah memberikan informasi dan ijin untuk melakukan penelitian di KTT Kambing Perah Kuncen Farm, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga yaitu Bapak Surana (Alm), Ibu Warsinah, Mas Rian, Mbak Iva dan Adik Kaivan yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, motivasi serta materi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar Bani Subut yang telah memberikan semangat, doa dan kasih sayang luar biasa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman dekat Evy, Sita, Chania dan Thia



vii



yang selalu memberikan semangat dan doa dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis ucapkan terimaksih kepada teman seperjuangan tim penelitian yang turut andil dalam penelitian; serta keluarga besar kelas Peternakan D 2016 yang selalu mendukung dan memotivasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman Tim II KKN Undip Desa Lodan Wetan 2019 dan keluarga Himpunan S1 Peternakan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Penulis mengucapkan terimaksih kepada Ibu Kos dan teman kos yang selalu mendoakan dan memberikan semangat; serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini kurang sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun dapat menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang peternakan.



Semarang, Juli 2020 Penulis



viii



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................



vi



DAFTAR TABEL ....................................................................................



xi



DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................



xii



BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................



1



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................



5



2.1. Kambing Peranakan Ettawa...............................................



5



2.2. Mastitis .............................................................................



6



2.3. Jinten Hitam (Nigella sativa) .............................................



8



2.4. Lama Reduktase terhadap Jumlah Bakteri .........................



10



2.5. Pengaruh Mastitis terhadap pH Susu .................................



11



BAB III. MATERI DAN METODE .........................................................



14



3.1. Materi Penelitian ...............................................................



14



3.2. Metode Penelitian .............................................................



14



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................



19



4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Waktu Reduktase.......



20



4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap pH Susu ..............................



25



BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................



30



4.1. Simpulan ...........................................................................



30



4.2. Saran .................................................................................



30



DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................



31



LAMPIRAN .............................................................................................



38



ix



RIWAYAT HIDUP ..................................................................................



52



x



DAFTAR TABEL



Nomor



Halaman



1. Kualitas Susu Berdasarkan Waktu Reduksi dan Jumlah Bakteri ..



11



2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Jinten Hitam (Nigella sativa) ...........



16



3. Kandungan Bahan Aktif 1 gram Gel Puting setiap Perlakuan ......



16



4. Rata-rata Angka Reduktase .........................................................



20



5. Rata-rata pH Susu .......................................................................



25



xi



DAFTAR LAMPIRAN



Nomor



Halaman



1. Data Kelompok Ternak ...............................................................



38



2. Data Rataan Uji Lama Waktu Reduktase.....................................



38



3. Data Rata-rata Uji pH Susu .........................................................



40



4. Perhitungan ANOVA pada Data Uji Lama Waktu Reduktase ......



41



5. Perhitungan ANOVA pada Data Uji pH Susu .............................



46



6. Data Pendukung dari Tim Penelitian ...........................................



51



xi



1



BAB I



PENDAHULUAN



Kambing PE adalah kambing tipe dwiguna yang populer dikembangkan oleh masyarakat, karena selain sebagai penghasil daging juga berpotensi untuk menghasilkan susu (Riyadhi et al., 2017). Kambing PE mampu memproduksi susu sekitar 1 – 1,5 L/hari dengan kadar lemak 6,5 – 7,3% (Ramadhan et al., 2013; Adriani et al., 2014). Kualitas susu kambing tidak hanya ditentukan oleh kandungan zat gizinya saja, namun juga jumlah cemaran bakteri. Lama waktu reduktase memiliki hubungan erat dengan total bakteri dalam susu, apabila semakin lama waktu reduktase menandakan jumlah bakteri dalam susu semakin sedikit (Nababan et al., 2014). Syarat mutu susu segar berdasarkan uji reduktase sebesar 2 – 5 jam (Badan Standarisasi Nasional, 2011), dengan perkiraan jumlah bakteri per ml sebesar 5×105 – 40×105 CFU/ml (Legowo et al., 2009). Uji reduktase dalam industri pengolahan susu digunakan untuk mengetahui kualitas mikrobiologi susu dengan cepat. Total bakteri dalam susu memiliki pengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan dan mempengaruhi nilai jual susu. Susu yang sudah terkontaminasi oleh bakteri akan terjadi perubahan nilai pH pada susu. Nilai pH susu segar pada ternak normal berkisar 6,3 – 6,8 (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Ternak pada umumnya memiliki pH susu segar yaitu 6,3 – 6,75 sedangkan ternak yang terkena mastitis subklinis memiliki nilai pH yaitu diatas 6,75 (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008).



2



Susu kambing dapat dikonsumsi oleh masyarakat harus memiliki kualitas yang baik. Nilai pH susu dan lama waktu reduktase dapat dijadikan indikator untuk menentukan baik buruknya kualitas susu. Peradangan ambing yang disebabkan mastitis akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan yaitu terjadi kenaikan nilai pH susu dikarenakan adanya sel leukosit dalam kelenjar susu (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008).



Nilai pH memiliki hubungan erat



dengan total bakteri karena semakin banyak pengasaman oleh bakteri dalam susu maka nilai pH akan menurun (Swadayana et al., 2012). pH susu yang menurun dapat berpengaruh terhadap lama waktu reduktase yang cepat yang menandakan kualitas susu jelek. Ternak yang mengalami mastitis akan ditemukan jumlah bakteri dan sel somatik yang tinggi. Sel somatis merupakan sumber endogenous protein seperti enzim, salah satu enzim yang mampu menjaga stabilitas susu dan daya simpan yaitu enzim lipoprotein lipase. Enzim tersebut tidak dapat dihambat sehingga menurunkan kualitas organoleptik susu dan mempengaruhi nilai pH (Harjanti et al., 2020). Sanitasi puting pada kegiatan pasca pemerahan yang perlu dilakukan yaitu dipping atau pencelupan puting dengan antiseptik atau desinfektan yang bertujuan untuk menutup permukaan lubang puting (teat meatus) dari cemaran bakteri yang masuk ke dalam puting (Putri et al., 2015). Saluran susu pada puting yang terbuka setelah pemerahan memudahkan masuknya bakteri ke dalam ambing sehingga dapat mengakibatkan peradangan (Prasetyanti et al., 2016). Pertahanan terlemah ambing yaitu setelah pemerahan karena spinchter terbuka selama 2–3 jam, sehingga diperlukan pencegahan berupa antiseptik puting untuk menghambat



3



masuknya bakteri ke dalam ambing yang menyebabkan mastitis (Nurhayati dan Martindah, 2015) Peradangan ambing atau disebut mastitis yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi dua yaitu mastitis klinis dan subklinis. Ternak yang terkena mastitis klinis terdapat perubahan pada ambing menjadi bengkak, berwarna merah dan terasa panas saat diraba (Mahpudin et al., 2017). Mastitis subklinis memiliki ciri-ciri yaitu ambing tidak mengalami kebengkakan, tidak sakit, susu tidak menggumpal dan tidak terdapat perubahan warna susu, namun mastitis subklinis ini dapat merugikan peternak karena mengalami penurunan produksi susu (Udin et al., 2020). Masititis mengakibatkan terjadinya penurunan produksi susu dan kualitas susu (Sasongko et al ., 2012).



Bakteri penyebab utama peradangan



ambing (mastitis) pada ternak yaitu bakteri gram positif seperti Streptococus uberis, Streptococus sanguinis, Streptococus dysgalactiae, Streptococus mitis, Streptococus agalactiae, Staphylococus simulans, dan Staphylococus chromogens (Harjanti et al., 2018; Priono et al., 2016). Perbaikan kualitas susu pada ternak mastitis dapat dilakukan dengan memberikan antiseptik puting setelah pemerahan untuk mencegah bakteri masuk kedalam ambing sehingga terjadi penurunan jumlah bakteri dalam ambing dan mengurangi infeksi (Pisestyani et al., 2017). Larutan antiseptik yang sering digunakan adalah bahan povidone iodine, yang diketahui dapat menyebabkan nyeri, gatal, kemerahan (Aprilia et al., 2016). Sanitasi puting dalam bentuk larutan yang banyak digunakan peternak dapat mengakibatkan bahan aktif yang ada didalamnya cepat menguap atau bahkan hilang. Oleh karena itu, terdapat



4



inovasi dalam bentuk gel yang diharapkan lebih tahan lama melindungi puting dari lingkungan luar sehingga dapat meminimalisir bakteri masuk. Gel adalah salah satu sediaan farmasi dengan bentuk semipadat. Gel digemari masyarakat karena penggunaannya yang mudah, penyebaran pada kulit yang baik dan memberikan efek rasa dingin pada kulit (Ulfah, 2018). Salah satu alternatif pembuatan gel puting yaitu dengan menggunakan bahan herbal berupa jinten hitam (Nigella sativa). Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman yang mengandung bahan aktif seperti saponin, alkaloid, tanin, thymoquinone dan flavonoid yang berperan sebagai antibakteri, antioksidan dan antiinflamasi (Kooti et al., 2016). Kandungan minyak atsiri dan volatil pada ekstrak Jinten hitam efektif melawan bakteri seperti Escherichia coli serta dapat menghambat bakteri S. Aureus (Hidayat et al., 2014). Penelitian dengan memanfaatkan ekstrak jinten hitam (Nigella sativa) dibidang peternakan masih belum banyak dilakukan, khususnya untuk antiseptik gel puting pada kambing Peranakan Ettawa mastitis subklinis. Tujuan penelitian adalah mengkaji efektivitas gel puting jinten hitam sebagai antiseptik teat dipping terhadap cemaran bakteri pada kambing PE yang terkena mastitis subklinis. Manfaat yang dapat diperoleh yaitu memberikan informasi efektivitas penggunaan gel puting jinten hitam sebagai antiseptik teat dipping terhadap pH susu dan lama waktu reduktase. Hipotesa penelitian adalah penggunaan gel puting jinten hitam (Nigella sativa) sebagai antiseptik puting mampu memperbaiki pH susu dan lama waktu reduktase pada Kambing PE mastitis subklinis.



5



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



2.1.



Kambing Peranakan Ettawa



Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan kambing persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Etawa, kambing ini sudah beradaptasi dengan kondisi di Indonesia dan hidup tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa (Mustakim et al., 2010). Persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa bertujuan untuk memperbaiki performans kambing agar memiliki produksi karkas dan susu yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dengan kelebihan daya tahan ternak terhadap lingkungan yang baik serta mampu memanfaatkan pakan yang kurang baik (Prajoga, 2007). Kambing PE merupakan kambing dwiguna penghasil daging dan susu, kambing PE memiliki ciri-ciri ternak yaitu bentuk tubuh tinggi, bentuk hidung agak melengkung, telinga menggantung ke bawah dan kambing PE jantan memiliki bobot hidup sekitar 40 – 45 kg dan kambing PE betina sekitar 35 kg (Fitriyanto et al., 2013). Kambing PE mampu memproduksi susu sekitar 1 – 1,5 L/hari dengan kadar lemak 6,5 – 7,3% (Ramadhan et al., 2013; Adriani et al., 2014). Kambing PE betina memiliki bentuk ambing besar, panjang dan berjumbai memiliki produksi susu yang tinggi (Habib et al., 2014). Kambing PE memiliki panjang masa laktasi yaitu 170 hari (Mulyati et al., 2007) dengan puncak produksi susu yaitu terjadi pada minggu ke 3 – 4 masa laktasi (Christi dan Rohayati, 2017).



6



Induk kambing PE memiliki sifat prolifik atau potensi kemampuan beranak banyak (Hamdani, 2015).



2.2.



Mastitis



Mastitis atau peradangan ambing adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme patogen di dalam kelenjar susu yang menimbulkan infeksi (Prasetyo et al., 2013). Mastitis terbagi menjadi 2 macam yaitu mastitis klinis yang memiliki ciri-ciri yaitu susu menggumpal atau cair serta terdapat darah atau nanah dan mastitis subklinis yang tidak dapat dilihat secara langsung dan diperlukan pengujian (Suryowardojo, 2012). Gejala ternak yang mengalami mastitis klinis yaitu adanya pembengkakan ambing, timbulnya rasa sakit, meningkatnya suhu tubuh dan frekuensi nafas, serta menurunnya nafsu makan sedangkan mastitis subklinis hanya bisa terlihat melalui pemeriksaan laboratoris dengan adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel somatik pada susu (Suwito et al., 2013). Mastitis atau peradangan ambing disebabkan oleh mikroorganisme, zat kimia, dan luka. Kebersihan tempat, kebersihan alat pemerah dan kebersihan ternak sebelum pemerahan yang kurang diperhatikan juga dapat menimbulkan ternak terkena mastitis serta ambing dan puting ternak setelah pemerahan yang tidak dibersihkan dan tidak diberikan pencelupan antiseptik akan memudahkan bakteri untuk masuk ke dalam ambing (Suryowardjojo, 2012). Bakteri penyebab utama peradangan ambing (mastitis) pada ternak yaitu bakteri gram positif Staphylococcus sp. dan Streptococus sp. dan bakteri tersebut meliputi



7



Streptococus



uberis,



Streptococus



sanguinis,



Streptococus



dysgalactiae,



Streptococus mitis, Streptococus agalactiae, Staphylococus simulans, dan Staphylococus chromogens (Harjanti et al., 2018). Bakteri patogen yang dapat menyebabkan mastitis yaitu Streptococcus agalactie, Mycoplasma bovis, Staphylococcus aureus dan beberapa bakteri yang berada dilingkungan seperti Escherichia coli dan Klesbsilla sp. (Purwantiningsih et al., 2014). Bakteri sering masuk ke dalam ambing setelah pemerahan dikarenakan lubang puting yang terbuka memudahkan untuk bakteri masuk ke dalam ambing (Giantara et al., 2019). Pencegahan mastitis dapat dilakukan dengan cara pencelupan puting (teat dipping)



menggunakan



antiseptik



setelah



pemerahan,



pembersihan



alat



pemerahan, dan melakukan desinfeksi kandang (Nurhayati dan Martindah, 2015). Sanitasi puting dengan cara dipping merupakan suatu perlakuan setelah pemerahan dengan cara mencelupkan larutan antiseptik pada puting untuk mencegah masuknya bakteri pada puting dan saluran – saluran susu (Sasongko et al., 2012).



Pemberian dipping bertujuan menghambat pertumbuhan bakteri



dengan merusak dinding sel bakteri sehingga larutan antiseptik dapat menembus sitoplasma, akibatnya bakteri tidak dapat berkembangbiak atau bahkan mati (Mahardhika et al., 2012). Bakteri dari lingkungan luar yang masuk kedalam ambing yang tidak dapat terhambat dapat berpengaruh pada nilai pH susu dan mengakibatkan susu dapat terkontaminasi oleh cemaran bakteri sehingga berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan (Sasongko et al., 2012).



8



2.3. Jinten Hitam (Nigella sativa)



Jinten hitam (Nigella sativa) adalah tanaman herbal yang banyak digunakan sebagai pengobatan komplementer dan sering dikenal sebagai black seed. Jinten hitam memiliki manfaat salah satunya sebagai antibakteri dan antiinflamasi yaitu menghambat pertumbuhan bakteri atau mikroba, dapat mempercepat inflamasi sehingga mempercepat penyembuhan luka (Yulistiani dan Purwito, 2016). Jinten hitam terdapat kandungan minyak atsiri sebanyak 0,4-0,45% yang mengandung thymoquinone serta terdapat senyawa lain yaitu flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin (Mahfur, 2018; Nurhakim, 2010). Ekstrak jinten hitam memiliki kandungan bahan aktif yang menonjol yaitu thymoquinone yang memiliki efek antiinflamasi, antioksidan, analgesik dan antihistamin (Sriwahyuni et al., 2010). Minyak atsiri pada jinten hitam mengandung banyak asam lemak tak jenuh dan asam linoleat yang berperan sebagai imunomodulator. Sel kekebalan terutama limfosit mengandung banyak asam lemak jenuh pada fosfolipid membran sel dan asam lemak jenuh yang tinggi dapat mempengaruhi sistem imum yaitu terjadi perubahan pada fluiditas membran sel, aktivitas beberapa enzim pada membran sel, dan pembentukan senyawa penting lainnya yang berperan dalam regulasi sistem imun (Sulistiawati dan Radji, 2014). Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan tanaman yang mengandung bahan aktif



seperti



saponin,



thymohydroquinone



yang



alkaloid,



tanin,



flavonoid,



berperan sebagai



thymoquinone,



antibakteri,



dan



antioksidan dan



antiinflamasi (Kooti et al., 2016). Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri



9



lisis (Zahro dan Agustini, 2013). Amalia et al.



(2014) menyatakan bahwa



mekanisme kerja alkaloid yaitu melalui penghambatan sintesis dinding sel yang menyebabkan lisis pada sel sehingga sel akan mati. Tanin mampu mengkerutkan dinding sel, akibatnya permeabilitas sel dapat terganggu dan tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau bahkan mati (Giantara et al., 2019). Jinten hitam juga terdapat senyawa flavonoid yang berperan sebagai antibakteri, flavonoid akan bekerja dengan mengikat protein membran sel bakteri sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan bakteri tidak mampu menghasilkan energi untuk aktivitas sel dan akhirnya bakteri akan mati (Supriyana et al., 2019). Kandungan



lain



pada



jinten



hitam



yaitu



thymoquinone



dan



thymohydroquinone yang bekerja dengan membentuk kompleks yang irreversible dengan asam amino nukleofilik pada protein bakteri sehingga menyebabkan inaktivasi, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri (Putra, 2015). Thymol adalah fenol yang diperoleh dari minyak Nigella sativa sebagai zat antimikroba yang bekerja dengan cara meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba (Rahmawati et al., 2012). Kandungan fenol pada bahan herbal juga berperan sebagai antioksidan yaitu melawan peroksidasi lipid pada lapisan fosfolipid yang menyebabkan kerusakan sel (Tasia dan Widyaningsih, 2014). Antioksidan juga dapat ditemukan pada jinten hitam yang di dalamnya mengandung zat aktif thymoquinone yang dapat menangkal radikal bebas (Marwan et al., 2005). Antioksidan berperan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi elektron pada radikal bebas dan



10



menghambat ikatan berantai pada radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Anggorowati et al., 2016). Jinten Hitam (Nigella sativa) adalah bahan herbal yang berfungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi yang dapat digunakan sebagai antiseptik (Yuniarti, 2018). Antiseptik puting konvensional yang sering digunakan peternak untuk mengatasi mastitis mengandung bahan povidone iodine merupakan antiseptik kimia yang dapat menyebabkan nyeri, gatal, kemerahan dan bahkan meninggalkan residu (Aprilia et al., 2016). Penggunaan antiseptik puting dengan bahan herbal dapat menggantikan penggunaan antiseptik konvensional sebagai zat antibakteri untuk mencegah terjadinya penyakit mastitis (Trisnuwati dan Setyowati, 2017). Bentuk sanitasi puting yang biasa digunakan oleh peternak dengan menggunakan antiseptik berupa larutan. Penggunaan antiseptik dalam bentuk larutan dirasa kurang efektif sehingga diperlukan inovasi yaitu antiseptik puting berbahan dasar herbal jinten hitam dalam bentuk gel yang diharpakan mampu melindung puting dari masuknya bakteri. Gel adalah sediaan farmasi yang mudah digunakan dikarenakan penyebarannya dan penyerapan obatnya pada kulit baik (Aponno et al., 2017).



2.4. Lama Reduktase terhadap Jumlah Bakteri



Uji reduktase adalah salah satu pengujian untuk mengestimasi jumlah bakteri dalam susu dengan memiliki prinsip bahwa apabila terjadi perubahan warna methylene blue pada susu dari warna biru menjadi putih dengan waktu yang lama maka menandakan jumlah bakteri dalam susu semakin sedikit (Puspitarini



11



dan Kentjonowaty, 2015). Syarat mutu susu segar yang dapat dikonsumsi berdasarkan uji reduktase sebesar 2 – 5 jam (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Hubungan antara kualitas susu dengan perkiraan jumlah bakteri dalam uji reduktase ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas Susu berdasarkan Waktu Reduksi dan Jumlah Bakteri Kualitas Susu



Waktu Reduktase



Perkiraan Jumlah Bakteri



------------------------(104 CFU/ml)--------------------Sangat Baik >5 jam 500.000 Baik >2 – 5 jam 4.000.000 Sedang 2 jam – 20 menit 4 – 20 juta Jelek 20 juta Sumber : Van den Berg (1998). Uji reduktase didasarkan pada kemampuan bakteri untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi-reduksi



dari



campuran tersebut,



akibatnya



biru



metilen



yang



ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen (Arjadi et al., 2017). Uji reduktase yaitu adanya enzim reduktase yang dihasilkan oleh bakteri yang ada didalam susu, semakin banyak bakteri yang ada dalam susu maka semakin banyak pula enzim yang dihasilkan senyawa pereduksi (Amrulloh et al., 2018).



2.5. Pengaruh Mastitis terhadap pH Susu Mastitis dapat disebabkan karena adanya cemaran bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Klebsiella spp, Escherichia coli, dan Corynebacterium bovis yang masuk melalui saluran susu (sphincter) yang terbuka sehingga mengakibatkan peradangan pada ambing (kelenjar mamae) (Aziz et al.,



12



2013). Faktor penting penyebaran mastitis dapat terjadi karena adanya cemaran bakteri patogen dalam kuartir (puting susu) yang terinfeksi (Sudarman et al., 2017). Mastitis mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri dalam susu dan jumlah bakteri dalam susu dapat dihitung dengan uji Total Plate Count (TPC) (Giantara et al., 2019). Peradangan jaringan internal ambing (mastitis) ini disertai dengan adanya perubahan fisik, kimia, mikrobiologi, adanya kenaikan jumlah sel radang (jumlah sel somatik/Somatic Cell Count) terutama leukosit dalam susu dan disertai dengan perubahan patologi jaringan ambing (Purwatiningsih, 2016). Ambing yang meradangnya diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme dalam kelenjar ambing mengakibatkan tubuh akan memobilisasi sel leukosit. Hal tersebut menyababkan terjadi perubahan susu di dalam kelenjar ambing sehingga kelenjar ambing yang telah rusak akan merangsang timbulnya reaksi jaringan dalam bentuk peningkatan sel di dalam kelenjar susu (Suryowardojo, 2012). Peningkatan jumlah sel somatik dan rusaknya sel sekretori ambing akibat ternak terkena mastitis dapat mengakibatkan terganggunya proses biosintesis susu sehingga akan berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan (Fatonah et al., 2020). Peradangan ambing berpengaruh pada kualitas susu yang dihasilkan yaitu terjadi kenaikan nilai pH susu dikarenakan adanya sel leukosit dalam kelenjar susu (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008). Penurunan nilai pH susu diakibatkan karena susu terkontaminasi bakteri melalui puting susu, lingkungan, sanitasi, pemerahan dan penyakit yang diakibatkan bakteri susu sehingga terjadi perubahan laktosa menjadi asam laktat dan asam organik (Sasongko et al., 2012).



13



Susu segar memiliki nilai pH susu 6,3 – 6,8 (SNI, 2011). Nilai pH susu segar ternak pada umumnya berkisar 6,3 – 6,75 sedangkan ternak mastitis subklinis memiliki nilai pH diatas 6,75 (Sudarwanto dan Sudarnika, 2008). Perubahan nilai pH susu dapat dikarenakan adanya permeabilitas sel epithel mammary sehingga terjadi perpindahan komponen darah ke susu dan terjadi abnormalitas nilai pH (Puspitarini dan Mubarakati, 2018). Kenaikan nilai pH susu pada ternak mastitis dikarenakan terdapat pertambahan sel leukosit dan NaCl, dan apabila terjadi penurunan nilai pH susu dapat dikarenakan jumlah bakteri patogen dan tingkat peradangan menurun serta adanya perbaikan permeabilitas jaringan sehingga NaCl dan sel somatis yang dimobilisasi kedalam lumen alveoli berkurang (Mahpudin et al., 2017). Nilai pH memiliki hubungan erat dengan total bakteri karena semakin banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri dalam susu maka nilai pH akan cenderung menurun atau menjadi asam (Swadayana et al., 2012).



14



BAB III



MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tangal 21 Agustus 2019 – 27 Januari 2020 di Peternakan Kelompok Tani Ternak (KTT) Kambing Perah Kuncen Farm, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pembuatan gel puting ekstrak Jinten hitam (Nigella sativa) dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah serta Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro.



3.1. Materi Penelitian



Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor kambing perah PE fase laktasi yang terindikasi mastitis subklinis yang dikonfirmasi positif pada uji California Mastitis Test (CMT). Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter dengan merek pH-01 (Pen-type pH Meter) untuk mengukur pH susu, tabung reaksi untuk meletakkan sampel susu untuk pengujian, incubator untuk menginkubasi sampel, Jinten Hitam (Nigella sativa), ethanol 96%, serbuk kalibrasi pH dan methylen blue.



3.2. Metode Penelitian



Metode penelitian yang dilakukan meliputi empat tahap antara lain rancangan penelitian, tahap pra-penelitian, tahap pelakuan dan pengambilan data serta tahap analisis data.



15



3.2.1. Rancangan percobaan



Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) Split plot in time dengan perlakuan gel puting ekstrak Jintem hitam sebagai main plot dan lama pemberian sebagai sub plot. Unit percobaan yang digunakan adalah 16 ekor kambing PE laktasi terkena mastitis subklinis yang terbagi dalam 4 kelompok berdasarkan produksi susu yaitu kelompok I (498- 452 liter), kelompok II (532-534 liter), kelompok III (575-539 liter) dan kelompok IV (586-640 liter). Main plot dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : T0 : Tanpa Perlakuan T1 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 1% T2 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 2% T3 : Perlakuan antiseptik puting dengan gel Jinten hitam 3% Sedangkan sub plot dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : H0



: Hari ke-0



H10



: Hari ke-10



H20



: Hari ke-20



H30



: Hari ke-30



3.2.2. Tahap pra penelitian



Tahap persiapan dimulai dengan melakukan ekstraksi Jinten hitam (Nigella sativa). Tahapan ekstraksi diawali dengan proses maserasi sesuai dengan metode Harjanti et al. (2019) yaitu biji jinten hitam yang telah kering, kemudian



16



dihomogenkan selama 1 jam dengan ethanol 96% lalu dimaserasi selama 24 jam. Cairan kemudian disaring menggunakan kapas. Maserasi diulang untuk mendapatkan hasil filtrat yang bagus. Residu dan hasil filtrat maserasi dipisahkan. Filtrat yang telah didapat kemudian dilakukan evaporasi di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro untuk memperoleh hasil ekstrak jinten hitam. Gel puting dibuat dengan mencampurkan carbopol, TEA, nipagin, aquades dan ekstrak jinten hitam pada masing-masing perlakuan yaitu 1%, 2% dan 3%. Hasil ekstraksi yang akan digunakan untuk pembuatan gel akan diuji fitokimia untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam jinten hitam di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gajah Mada. Hasil analisis fitokimia dengan metode Spektrofotometri UV-vis yang terdapat didalam ekstrak jinten hitam dan kandungan antiseptik gel disajikan pada Tabel 2 dan 3.



Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Jinten Hitam (Nigella sativa) Nama Senyawa



Hasil



Satuan



Saponin



2.304,47



mg/kg



Alkaloid



4.573,33



mg/kg



Tanin



4,18



% (b/b)



Flavonoid



2.915,85



µg/g



Tabel 3. Kandungan Bahan Aktif 1 gram Gel Puting setiap Perlakuan Nama Senyawa Saponin (mg/Kg)



T0 0



T1 0,023



T2 0,046



T3 0,069



Alkaloid (mg/Kg)



0



0,046



0,091



0,137



Tanin (% (b/b))



0



0,042



0,084



0,125



Flavonoid (µg/g)



0



2,915



5,830



8,745



17



Data yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian yaitu produksi susu pada semua Kambing PE yang ada di peternakan KTT Kuncem Farm. Pengambilan data produksi susu ini untuk menentukan kelompok.



3.2.3. Perlakuan dan pengambilan data



Perlakuan dilakukan selama 30 hari dan tahap pengambilan data dilakukan dengan cara pengumpulan sampel susu yang diambil secara aseptis pada pemerahan pagi hari sebanyak 100 ml untuk pengujian pH susu dan lama reduktase pada hari ke 0, 10, 20, 30. Pengukuran pH susu dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan merek pH-01 (Pen-type pH Meter) pada sampel susu sebanyak 50 ml. Katoda indikator pH meter dicelupkan pada aquades untuk kalibrasi dan dibersihkan menggunakan tisu, kemudian katoda indikator dicelupkan pada susu sampai angka yang tertera pada pH meter berhenti dan siap dibaca (Puspita, 2016). Pengukuran uji reduktase dilakukan dengan susu dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah disterilkan sebanyak 20 ml, kemudian tambahkan larutan methylene blue sebanyak 0,5 ml. Tabung reaksi tersebut ditutup dan digoyanggoyangkan hingga homogen, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 oC, diamati perubahan warna yang terjadi setiap 30 menit, sampai warna biru berubah menjadi putih (Muzammilhuda et al., 2013).



18



3.2.4. Analisis data



Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA atau analysis of variance) dengan taraf 5%. Model linier disusun menggunakan model matematis berdasarkan rancangan acak kelompok split plot in time sebagai berikut: Yijk



=  +ρk + αi + γik + βj + (αβ)ij + ijk



Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i (perlakuan antiseptik puting gel jintem hitam dan kontrol positif) dan periode percobaan ke-j (hari ke 10, 20 dan 30) serta ternak kambing mastitis ke-k = Nilai tengah umum (rata-rata populasi)  ρk = Pengaruh aditif dari kelompok ke – k αi = Pengaruh aditif taraf ke i dari faktor antiseptik puting gel jintem hitam βj = Pengaruh aditif taraf ke j dari faktok lama perlakuan (αβ)ij = Pengaruh aditif taraf ke i dari faktor antiseptik puting gel jintem hitam dan taraf ke j dari faktor lama perlakuan γik = Pengaruh acak dari petak utama, yang muncul pada taraf ke i dari faktor antiseptik puting gel jintem hitam dalam kelompok ke k = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke k yang memperoleh ijk kombinasi perlakuan ij Hipotesis penelitian ini sebagai berikut : a.



Hipotesis pengaruh interaksi faktor antiseptik puting gel jintem hitam dengan faktor lama perlakuan



H0 : (αβ)ij = 0 atau tidak ada pengaruh interaksi antara antiseptik puting gel jintem hitam dengan lama perlakuan terhadap lama waktu reduktase dan pH susu. H1 : minimal ada satu (αβ)ij ≠ 0, berarti minimal ada satu pengaruh interaksi antara gel puting jintem hitam dengan lama perlakuan terhadap lama waktu reduktase dan pH susu.



19



b.



Hipotesis pengaruh faktor antiseptik puting gel jintem hitam



H0 : α i = 0 atau tidak ada pengaruh perlakuan (antiseptik puting gel jintem hitam) terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu). H1 : minimal ada satu α



i



≠ 0, berarti minimal ada satu perlakuan (antiseptik



puting gel jintem hitam) yang berpengaruh terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu). c.



Hipotesis pengaruh faktor lama perlakuan



H0 : βj = 0 atau tidak ada pengaruh lama perlakuan terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu). H1 : minimal ada satu βj ≠ 0, berarti minimal ada satu lama perlakuan yang berpengaruh terhadap respon yang diamati (lama waktu reduktase dan pH susu). Kriteria penarikan kesimpulannya adalah : Jika F Hitung < F tabel dengan α = 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jika F Hitung ≥ F tabel dengan α = 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika ditemukan pengaruh yang nyata pada uji ANOVA maka dilakukan uji Duncan untuk menguji perbedaan antar perlakuan.



20



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Lama Waktu Reduktase



Hasil analisis rata-rata angka reduktase akibat pemberian teat dipping dengan menggunakan antiseptik puting gel jinten hitam yang berbeda terhadap lama perlakuan selama 30 hari tertera pada Tabel 4.



Tabel 4. Rata-rata Lama Waktu Reduktase Perlakuan



T0 T1 T2 T3 Rata-rata



Lama Pemberian H0 H10 H20 H30 ------------------------(Jam)---------------------9 9 9 8,51 8 9 9 9 8,56 9 9 9 9 9 9 9 8,64 9 9 8,88



Rata-rata



8,88 8,75 8,89 9



Hasil analisis ragam yang dihasilkan pada Tabel 4 dan lampiran 4. diketahui bahwa tidak adanya interaksi antara perlakuan antiseptik puting gel jinten hitam dengan lama penggunaan gel dan pada analisis ragam juga tidak ada pengaruh nyata (P>0,05) terhadap perlakuan antiseptik puting gel dan lama penggunan serta tidak ada pengaruh nyata terhadap angka reduktase. Hal tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan antiseptik puting gel jinten hitam dengan taraf ekstrak jinten hitam 1 – 3% (T1, T2, T3) memberikan hasil yang sama dengan kontrol (tanpa perlakuan), akan tetapi memiliki kecenderungan bahwa angka



21



reduktase akan membaik setelah diberikan gel puting selama 30 hari namun perubahan tersebut tidak signifikan. Hal ini diketahui dari angka reduktase pada hari ke-0 sebelum penelitian pada kelompok T1 (8), T2 (8,56) dan T3 (9), menjadi T1 (8,51), T2 (9) dan T3 (9) pada hari ke-30, sedangkan pada kelompok kontrol angka reduktase cenderung menurun yakni pada hari ke-0 sebesar 9 dan pada hari ke-30 sebesar 8,51. Hal ini diduga disebabkan tidak adanya pelindung putting sehingga memudahkan bakteri untuk masuk. Angka reduktase yang mengalami sedikit perubahan akibat perlakuan gel puting jinten hitam yang menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam jinten hitam sebagai antibakteri dan antiinflamasi dapat bekerja menurunkan jumlah bakteri dalam susu dan menurunkan tingkat peradangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kooti et al. (2016) bahwa tanaman jinten hitam (Nigella sativa) mengandung



bahan



aktif



seperti



saponin,



alkaloid,



tanin,



flavonoid,



thymoquinone, dan thymohydroquinone yang berperan sebagai antibakteri, antioksidan dan anti inflamasi. Jumlah cemaran bakteri yang menurun dapat disebabkan oleh senyawa tanin yang berperan mengkerutkan dinding sel yang dapat mengganggu permeabilitas sel dan mengakibatan sel bakteri mati. Arlofa (2015) bahwa terganggunya permeabilitas sel yang mengakibatkan sel tidak dapat melakukan aktivitas dikarenakan adanya senyawa tanin yang bekerja dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel bakteri yang berakibat terhambatnya pertumbuhan bakteri. Total bakteri yang menurun dalam susu tidak terlepas dari senyawa pada jinten hitam yang juga berperan sebagai zat antibakteri yaitu saponin dan alkaloid



22



yang bekerja dengan menganggu tegangan permukaan sel serta menghambat pembentukan lapisan sel sehingga sel tidak utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwicahyani et al. (2018) bahwa saponin yang berperan sebagai antibakteri pada bahan herbal bekerja dengan menganggu tegangan permukaan sel yang mengakibatkan dinding sel lisis sehingga zat antibakteri dapat masuk kedalam sel dan akan mengganggu metabolisme dan akibatnya sel bakteri akan mati, sedangkan mekanisme kerja alkaloid dengan menghambat pembentukan peptidoglikan yang mengakibatkan pembentukan lapisan dinding sel tidak berbentuk utuh sehingga pembetukan sel tidak sempurna dan akibatnya akan terjadi kematian sel. Permeabilitas sel yang terganggu juga dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bakteri sehingga cemaran baktei dalam susu dapat menurun. Kurniawan dan Aryana (2015) bahwa senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri salah satunya flavonoid yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, sedangkan flavonoid sebagai antiinflamasi bekerja dengan pelepasan histamin pada radang. Bekerjanya senyawa aktif yang terkandung pada jinten hitam mampu menghambat pembetukan bakteri sehingga terjadi penurunan jumlah bakteri dalam susu, hal tersebut dapat diindikasikan dari perbaikan lama waktu reduktase kearah lebih baik walaupun menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Uji reduktase digunakan untuk mendeteksi kualitas mikrobiologi dalam susu dengan mengetahui estimasi berupa kisaran jumlah bakteri yang terdapat dalam susu yang dapat dilihat dari nilai reduktase. Hal ini didukung oleh pendapat



23



Amrulloh et al. (2018) bahwa uji reduktase merupakan salah satu uji kualitas susu dengan mengetahui secara kasar jumlah bakteri dalam susu. Tabel 4. menunjukkan bahwa susu yang dianalisis memiliki rata-rata lama waktu reduktase lebih tinggi dari SNI yaitu lebih dari 5 jam yang diduga memiliki kisaran jumlah bakteri sebesar 500.000 CFU/ml. Badan Standarisasi Nasional (2011) menyatakan bahwa syarat mutu segar berdasarkan uji reduktase yaitu 2 – 5 jam. Hal ini didukung oleh pendapat Legowo et al. (2009) bahwa susu dengan kualitas sangat baik yaitu memiliki waktu reduksi >5 jam dengan perkiraan jumlah bakteri 500.000 CFU/ml. Puspitarini dan Kentjonowaty (2015) menyatakan bahwa lamanya waktu perubahan methylene blue dari biru menjadi putih ditentukan dari sedikit banyaknya jumlah bakteri yang ada didalam susu yang mampu mereduksi susu. Pemberian antiseptik berupa gel jinten hitam menunjukkan tidak adanya pengaruh pada setiap perlakuan diduga karena senyawa yang terkandung dalam jinten hitam hanya efektif mencegah masuknya bakteri dan membunuh bakteri disekitar bagian luar ambing dan puting, sehingga belum efektif untuk mengurangi peradangan secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendar et al. (2017) menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh penggunaan antiseptik puting terhadap peradangan ambing dapat dikarenakan antiseptik puting dengan menggunakan antibakteri hanya berfungsi sebagai melapisi puting dan mencegah bakteri tidak masuk dalam puting serta zat aktif pada antiseptik tidak dapat masuk menjangkau peradangan dalam ambing. Penggunaan antiseptik puting merupakan treatment dari luar tubuh untuk mencegah masuknya bakteri



24



kedalam ambing agar tidak bertambahnya bakteri dalam ambing pada ternak yang terkena mastitis dan terdapat treatment dari dalam tubuh untuk megurangi tingkat peradangan dengan peningkatan imunitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina et al. (2019) bahwa pemberian teat dipping digunakan sebagai pencegahan mastitis dari luar tubuh sedangkan pencegahan dari dalam dengan pemberian suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tingkat peradangan menurun. Tabel 4. terlihat bahwa baik H0 maupun H10, H20 dan H30 menunjukkan lama waktu reduktase yang tidak berbeda signifikan (P>0,05). Hal ini berarti selama 30 hari pemakaian belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap lama waktu reduktase, namun semuanya >8 jam yang artinya semua susu dalam keadaan baik dan diduga cemaran bakteri sangat rendah. Krisharianti (2020) bahwa berdasarkan hasil uji TPC dengan perlakuan gel puting jinten hitam pada hari ke-30 sebesar 1,5×104 CFU/ml (T1); 0,2×104 CFU/ml (T2), dan 0,6×104 CFU/ml (T3). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai tersebut berada dibawah SNI yaitu 1×106 CFU/ml (Badan Standarisasi Nasional, 2011). Hal tersebut berarti bahwa lama waktu reduktase dan total bakteri pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dalam penentuan kualitas susu berdasarkan uji secara mikrobiologis yaitu susu memiliki cemaran bakteri yang aman untuk dikonsumsi.



25



4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap pH Susu



Tabel 5. menunjukkan bahwa hasil analisis rata-rata pH susu akibat pemberian antiseptik puting dengan menggunakan antiseptik puting gel jinten hitam yang berbeda terhadap lama perlakuan selama 30 hari.



Tabel 5. Rata-rata pH Susu Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata



H0 6,45 6,46 6,46 6,47 6,46



Lama Pemberian (Hari) H10 H20 6,41 6,45 6,47 6,43 6,49 6,52 6,47 6,47 6,46 6,47



H30 6,41 6,42 6,42 6,50 6,44



Rata-rata 6,43 6,45 6,47 6,47



Hasil analisis ragam yang dihasilkan pada Tabel 5 dan lampiran 5. diketahui bahwa tidak adanya interaksi antara perlakuan gel puting jinten hitam dengan lama penggunaan gel dan pada analisis ragam juga tidak ada pengaruh nyata (P>0,05) terhadap perlakuan gel puting dan lama penggunan serta tidak ada pengaruh nyata terhadap nilai pH susu. Perlakuan antiseptik gel puting Jinten hitam (T0, T1, T2 dan T3) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH susu dengan rata-rata secara berturut-turut yaitu 6,43 (T0), 6,45 (T1), 6,47 (T2) dan 6,47 (T3). Nilai rataan hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa pH susu berada dalam kisaran yang normal. Badan Standarisasi Nasional (2011) menyatakan bahwa susu segar memiliki nilai pH susu 6,3 – 6,8. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa nilai pH susu pada ternak normal berkisar 6,3 – 6,75 sedangkan ternak yang terkena mastitis subklinis diatas 6,75. Mirdhayati et al. (2008) menyatakan bahwa pH susu yang



26



normal disebabkan oleh adanya kandungan dalam susu seperti kasein, buffer, fosfat dan sitrat secara terbatas karena adanya globulin, albumin dan CO 2. Antiseptik puting berupa gel puting jinten hitam terhadap nilai pH susu ini sejalan dengan hasil uji angka reduktase yang tidak signifikan. Bakteri dalam ambing yang mengakibatkan peradangan ambing (mastitis) maka akan terjadi peningkatan sel somatik dan hal tersebut akan mengakibatkan pH susu cenderung kearah basa. Pratiwi et al. (2018) bahwa bakteri yang masuk kedalam puting akan terjadi multiplikasi sehingga terjadi peningkatan jumlah bakteri dan semakin tinggi peningkatan jumlah bakteri akan mengakibatkan peradangan dalam ambing sehingga untuk melawan infeksi bakteri maka tubuh akan memproduksi sel leukosit lebih banyak dan akan terjadi pelepasan sel somatik dalam susu. Riyanto et al. (2016) bahwa terdapat hubungan antara kenaikan nilai pH terhadap kenaikan derajat mastitis dan adanya perubahan nilai pH atau terjadinya keabnormalitasan nilai pH diakibatkan adanya peningkatan permeabilitas pada bahan sel epithel mammary yang mengakibatkan perpindahan komponen darah ke susu meliputi sitrat dan bikarbonat. Tabel 5. terlihat bahwa lama pemberian baik H0 maupun H10, H20 dan H30 menunjukkan pH susu yang tidak berbeda signifikan (P>0,05). Hal ini berarti selama 30 hari pemakaian belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap pH susu, namun semuanya masih sesuai SNI (H0 = 6,46, H10= 6,46, H20= 6,47 dan H30 = 6,44). Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh pemberian antiseptik puting jinten hitam terhadap semua perlakuan dapat dikarenakan hanya untuk melindungi puting bagian luar dari masuknya bakteri kedalam ambing dan



27



penggunaan antiseptik puting selama 30 hari hanya posisi mempertahankan kondisi tersebut maka nilai pH susu masih stabil. Giantara et al. (2019) bahwa tujuan penggunaan pencelupan puting (teat dipping) dengan antiseptik hanya untuk mencegah masuknya bakteri yang dapat menyebabkan mastitis atau peradangan ambing. Puting yang tidak diberikan antiseptik puting maka akan memudahkan bakteri untuk masuk kedalam ambing akibatnya bakteri dalam ambing akan bertambah sehingga ternak akan bergerak kearah mastitis klinis. Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa kondisi ternak yang mengalami peradangan ambing dengan jumlah bakteri yang banyak maka pH susu akan bergerak kearah basa. Pada penelitian ini karena tidak ada perubahan nilai pH susu yang signifikan karena puting ternak sudah terlindungi. Tabel 5. terlihat bahwa baik H0 maupun H10, H20 dan H30 menunjukkan nilai pH susu yang tidak berbeda signifikan (P>0,05), namun semuanya pada kisaran pH normal yaitu 6,3 – 6,75 yang artinya susu dalam keadaan baik dan diduga cemaran bakteri sangat rendah. Destira (2020) bahwa jumlah sel somatik dengan perlakuan gel puting jinten hitam pada hari ke-30 sebesar 1,22 x 106 sel/ml (T0), 1,15×106 sel/ml (T1); 1,85×106 sel/ml (T2), dan 2,10×106 sel/ml (T3), dengan hasil yang tidak berbeda nyata. Peningkatan jumlah sel somatik memiliki hubungan terhadap meningkatnya nilai pH susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahpudin et al. (2017) bahwa meningkatnya nilai pH susu dapat dikarenakan adanya peningkatan kadar NaCl dan sel somatis yang dimobilisasi kedalam lumen alveoli.



28



Ternak yang terkena mastitis akan mengalami kerusakan pada kelenjar ambing sehingga menimbulkan peningkatan jumlah sel somatik. Suryowardojo (2012)



bahwa



bakteri



yang



masuk



kedalam



kelenjar



mammae



akan



mengakibatkan kerusakan pada kelenjar mammae dan akan merangsang timbulnya reaksi jaringan dalam bentuk peningkatan sel somatik di dalam kelenjar susu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Agustina et al. (2019) tingkat keparahan peradangan ambing dapat dilihat dari jumlah sel somatik yang semakin tinggi karena didalam susu terdapat sel leukosit dan sel epitel yang dieksresikan keluar bersama. Jumlah sel leukosit berhubungan dengan penanggulangan pembentukan koloni kuman yang masuk ke dalam ambing pada saat peradangan ambing. Purwatiningsih (2016) jumlah sel leukosit mencerminkan terhadap beratnya proses radang kelenjar susu, apabila ujung puting susu (streak canal) terinfeksi kuman maka pertahanan seluler berupa sel darah putih (leukosit) akan melakukan fagositosis dan proses fagositosis yang tidak berhasil untuk menghentikan infeksi kuman maka akan terjadi radang yang diikuti mobilisasi sel darah putih ke dalam lumen. Proses peradangan memiliki hubungan terhadap pH susu, apabila terjadi peningkatan peradangan pada ambing maka pH susu akan meningkat atau cenderung basa. Penelitian ini tidak ada penambahan nilai pH karena antiseptik yang digunakan berupa gel puting jinten hitam mampu melindungi puting dari masuknya bakteri kedalam ambing sehingga nilai pH susu yang dihasilkan cenderung stabil. Asror et al. (2018) menyatakan bahwa peningkatan nilai pH dapat disebabkan adanya pertambahan jumlah bakteri sehingga terjadinya peningkatan peradangan dan kenaikan kadar NaCl dan sel



29



leukosit dan apabila kadar NaCl dan sel leukosit berkurang dalam lumen maka nilai pH akan menurun. Nilai pH susu yang menyimpang dari angka normal juga dapat disebabkan adanya aktivitas bakteri didalam susu. Hal ini didukung oleh pendapat Mudharyati et al. (2008) adanya kenaikan dan penurunan pH susu dapat disebabkan oleh hasil konversi laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme dan aktivitas enzimatik. Sasongko et al. (2012) menyatakan bahwa menurunnya kualitas susu dapat diakibatkan adanyan cemaran bakteri setelah pemerahan yang banyak masuk kedalam susu sehingga terjadi aktivitas bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat sehingga terjadinya penurunan pH susu atau pH susu cenderung asam. Dalam penelitian ini, data pH susu pada hari ke-30 pada kelompok perlakuan menggunakan gel puting sejalan dengan hasil uji reduktase dan data hasil uji TPC yaitu susu memiliki nilai pH yang stabil dengan jumlah bakteri yang rendah dan sesuai dengan standar normal susu.



30



BAB V



SIMPULAN DAN SARAN



5.1. Simpulan



Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemberian gel puting Jinten hitam sebagai antiseptik puting pada kambing Peranakan Ettawa (PE) mastitis subklinis mampu mempertahankan susu berdasarkan angka reduktase dan tidak mempengaruhi nilai pH susu yang terlihat pada setiap kelompok menunjukkan kualitas susu hari ke hari semakin membaik.



5.2. Saran



Saran yang diberikan yaitu bahwa peternak bisa menggunakan gel puting Jinten hitam dengan penambahan bahan herbal lainnya yang memiliki peran antibakteri untuk mendapatkan hasil yang maksimal.



31



DAFTAR PUSTAKA



Adriani, A. Latif, S. Fachri dan I. Sulaksana. 2014. Peningkatan produksi dan kualitas susu Kambing Peranakan Etawah sebagai respon perbaikan kualitas pakan. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 17 (1): 15 – 21. Agustina, D., P. Sambodho dan D. W. Harjanti. 2019. Jumlah sel somatik dan komposisi susu sapi perah mastitis subklinis yang mendapat treatment suplemen dan teat dipping temulawak. Buletin Sintesis. 23 (3): 31 – 36. Arlofa, N. 2015. Uji kandungan senyawa fitokimia kulit durian sebagai bahn aktif pembuatan sabun. J. Chemtech. 1 (1): 18 – 22. Amalia, S., S. Wahdaningsih dan E. K. Untari. 2014. Uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan kulit buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. J. Fitofarmaka Indonesia. 1 (2): 61 – 64. Amrulloh, M. F. R., P. Surjowardojo dan E. Setyowati. 2018. Produksi dan kualitas susu sapi peranakan Friesian Holstein pada pemerahan pagi dan sore. J. Ilmu Peternakan. 3 (2): 69 – 74. Anggorowati, D. A., G. Priandini dan Thufail. 2016. Pengaruh daun alpukat (Persea americana miller) sebagai minuman teh herbal yang kaya antioksidan. J. Industi Inovatif. 6 (1): 1 – 7. Aponno, J. V., P. V. Y. Yamlean dan H. S. Supriati. 2014. Uji efektivitas sediaan gel ekstrak etanol daun Jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap penyembuhan luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus pada kelinci (Orytolagus cuniculus). J. Ilmiah Farmasi. 3 (3): 279 – 286. Aprilia, P. R., S. A. B. Santoso dan D. W. Harjanti. 2016. Jumlah Staphylococcus aureus dan kandungan nutrien susu akibat dipping puting menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoabilimbi Linn) pada sapi perah penderita mastitis subklinis. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 26 (1): 43 – 51. Arjadi, L., Nurwantoro, D. W. Harjanti. 2017. Evaluasi cemaran bakteri susu yang ditinjau melalui rantai distribusi susu dari peternak hingga KUD di Kabupaten Boyolali. J. Ilmu – Ilmu Pertanian. 13 (1): 1 – 10. Asror, M. Z., E. Wulandari, T. Susilowati, D. A. Solehah, dan D. W. Harjanti. 2018. Efektivitas ekstrak daun ubi jalar merah sebagai antiseptik teat dipping untuk sapi perah mastitis subklinis. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peterakan VI : Pengembangan Sumber Daya Genetik Ternak



32



Lokal Menuju Swasembada Pangan Hewani ASUH, Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Hal : 341 – 346. Aziz, A. S., P. Surjowardojo dan Sarwiyono. 2013. Hubungan bahan dan tingkat kebersihan lantai kandang terhadap kejadian mastitis melalui uji California Mastitis Test (CMT) di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. J. Ternak Tropika. 14 (2): 72 – 81. Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 01-3141-2011. Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 01-6366-2000. Batas Maksimum Cemaran Bakteri dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Destita, F. 2020. Produksi Susu dan Jumlah Sel Somatik Susu Kambing Peranakan Etawa Mastitis Subklinis yang Mendapat Sanitasi Puting Dengan Gel Antiseptik Jintan Hitam. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. (Skripsi). Dwicahyani, T., Sumardianto dan L. Rianingsih. 2018. Uji bioaktivitas ekstrak Teripang Keling Holuthuria atra sebagai antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. J. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 7 (1): 15 – 24. Kurniawan, B. Dan W. F. Aryana. 2015. Binahong (Cassia Alata L.) as inhibitor of Escherichia Colli growth. J. Majority. 4 (4): 100 – 104. Krisharianti, E. 2020. Total Bakteri dan Skor California Mastitis Test pada Kambing Peranakan Ettawa Mastitis Subklinis yang Menggunakan Antiseptik Puting Gel Jinten Hitam (Nigella sativa). Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. (Skripsi). Christi, R. F. dan T. Rohayati. 2017. Kadar Protein, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak susu Kambing Peranakan Ettawa yang diberi konsentrat terfermentasi. J. Ilmu Peternakan. 1 (2): 19 - 27. Fatonah, A., D.W. Harjanti dan F. Wahyono. 2020. Evaluasi produksi dan kualitas susu pada sapi mastitis. J. Agripet. 20 (1): 22 – 31. Fitriyanto, T. Y. Astuti dan S. Utami. 2013. Kajian viskositas dan berat jenis susu Kambing Peranakan Etawa (PE) pada awal punck dan akhir laktasi. J. Ilmiah Peternakan. 1 (1): 299 – 306. Giantara, E., T. Akhdiat, H. Permana dan N. Widjaja. 2019. Penggunaan dekok daun Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai teat dipping terhadap



33



persentase penurunan California Mastitis Test dan Total Plate Count air susu. J. Sains Peternakan. 17 (2): 1 – 4. Habib, I., T. H. Suprayogi dan P. Sambodho. 2014. Hubungan volme ambing, lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu kambing Peranakan Ettawa. J. Animal Agriculture. 3 (1): 8 – 16. Hamdani, M. D. I. 2015. Perbandingan berat lahir, persentase jenis kelamin anak dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Etawah pada paritas pertama dan kedua di Kota Metro. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (4): 245 – 250. Harjanti, D. W., D. Wulandari, R. Hartanto dan A. Muktiani. 2020. Tingkat peradanagan mammary dan stabilitas susu sapi mastitis subklinis yang mendapat suplemen herbal dan Zn-Se proteinat. J. Livestock and Animal Reasearch. 18 (2): 115 – 125. Harjanti, D. W., R. Ciptaningtyas, F. Wahyono dan E. T. Setianti. 2018. Isolation and identification of bacterial phatogen from mastitis milk in Central Java Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Enviromental Science. 102. 1 -6. Hidayat, R., E. Harpeni, dan Wardiyanto. 2014. Profil hematologi kakap putih (Lates calcallifer) yang distimulasi dengan Jinten hitam (Nigela sativa) dan efektifitasnya terhadap infeksi Vibrio alginolyticus. J. Rekayasa dan Teknologi Perairan. 3 (1): 327 – 334. Kooti, W., Z. Hasanzadeh-Noohi, N. Sharafi-Ahvazi, M. Asadi-Samani, dan D. Ashtary-Larky. 2016. Phytochemistry, pharmacology, and therapeutic uses of black seed (Nigella sativa). Chinese Journal of Natural Medicines. 14 (10): 732  745. Legowo, A. M., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan Penerbit Undip, Semarang. Mahardika, O., Sudjatmogo, dan T. H. Suprayogi. 2012. Tampilan total bakteri dan pH pada susu kambing perah akibat dipping desinfektan yang berbeda. J. Animal Agriculture. 1 (1): 819 – 828. Mahfur, 2018. Profil metabolit sekunder senyawa aktif senyawa aktif minyak atsiri Jinten hitam (Nigella sativa L.) dari Habasyah dan India. J. Farmasi Indonesia. 15 (1): 90 – 97. Mahpudin, F. Wahyono dan dan D. W. Harjanti. 2017. Efektivitas ekstrak daun babadotan sebagai green antiseptic untuk pencelup puting sapi perah. J. Agripet 17 (1): 15 – 23.



34



Marwan, E. Widjajanto dan S. Karyono. 2005. Pengaruh pemberian ekstrak biji Jinten Hitam (Nigella sativa) terhadap GSH, MDA, jumlah serta fungsi sel makrofag alveolar paru Tikus Wistar yang dipapar asap roko kronis. J. Kedokteran Brawijaya. 21 (3): 111 – 121. Midharyati, I., J. Handoko dan K. U. Putra. 2008. Mutu susu segar di UPT Ruminansia Besar Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. J. Peternakan. 5 (1): 14 – 21. Mulyati, J. Achmadi, dan A. Purnomoadi. 2007. Produksi dan komponen lemak susu kambing Peranakan Ettawah akibat penghembusan udara sejuk. J. Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32 (2): 91 – 99. Mustakim, Aris SW, dan A. P. Kurniawan. 2010. Perbedaan kualitas kulit kambing Peranakan Etawa (PE) dan Peranakan Boor (PB) yang disamak krom. J. Ternak Tropika. 11 (1): 38 – 50. Muzammilhuda, Razali dan A. Novita. 2013. Derajat keasaman dan angka reduktase susu kambing pasteurisasi dengan lama penyimpanan yang berbeda. J. Ilmiah Peternakan. 1 (2): 70 – 77. Nababan, L. A., I. K. Suada dan I. B. N. Swacita. 2014. Ketahanan susu segar pada penyimpanan suhu ruang ditinjau dari uji tingkat keasaman, uji didih, dan waktu reduktase. J. Indicus Medicus Veterinus. 3 (4): 274 – 282. Nurhakim, A. S. 2010. Evaluasi Pengaruh Gelling Agent terhadap Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. (Skripsi). Nurhayati, I. S. Dan E. Martindah. 2015. Pengendalin mastitis subklinis melalui pemberian antibiotik saat periode kering pada sapi perah. J. Wartazoa. 25 (2): 65 – 74. Pisestyani, H., M. Sudarwanto, R. Wulansari, dan A. Atabany. 2017. Data dasar perancangan alat celup puting sesuai dengan bentuk puting sapi perah di Jawa Barat. J. Acta Veterinaria Indonesiana. 5 (2): 89 – 97. Prajoga, S. B. K. 2007. Pengaruh silang dalam pada estimasi respon seleksi sapih kambing Peranakan Etawa (PE), dalam populasi terbatas. J. Ilmu Ternak. 7 (2): 170 – 178. Prasetyanti, D. R., C. Budiarti dan D. W. Harjanti. 2016. Efektivitas daun kersen (Mutinga calabura L.) dalam menurunkan jumlah bakteri dalam susu dan peradangan pada ambing sapi perah. J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 19 (1): 10 – 16.



35



Prasetyo, B. W., Sarwiyono, dan P. Sujowardojo. 2013. Hubungan antara diameter lubang puting terhadap tingkat kejadian mastitis. J. Ternak Tropika. 14 (1): 15 – 20. Pratiwi, M. S., D. W. Harjanti dan P. Sambodho. 2018. Jumlah sel somatik pada sapi perah penderita mastitis subklinis akibat suplementasi kombinasi herbal dan mineral proteinat. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro, Semarang. Hal : 25 – 36. Priono, D., E. Kusumanti dan D. W. Harjanti. 2016. Jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan skor California Mastitis Test (CMT) pada susu kambing Peranakan Etawa akibat dipping ekstrak daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.). J. Ilmu – Ilmu Peternakan. 26 (1): 52 – 57. Purwatiningsih, T. I. 2016. Pengaruh celup puting menggunakan ekstrak buah mengkudu matang terhadap jumlah sel somatik sapi perah mastitis subklinis. Journal of Animal Scince. 1 (3): 32 – 33. Puspita, H. J. 2016. Jumlah bakteri dan pH susu sapi peranakan Friesian Holstein yang dipelihara dalam kandang beralas karpet dan tidak beralas karpet. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi). Puspitarini, O. R. Dan I. Kentjonowaty. 2015. Pengaruh lama simpan dan refrigerator terhadap kualitas susu kambing pasteurisasi. J. Dinamika Rekasatwa. 3 (1): 41 – 44. Puspitarini, O. R. dan N. J. Mubarakati. 2019. Identifikasi total mikroba, cemaran Escherichia coli dan nilai pH susu pasteurisasi yang beredar di Kota Malang. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 7 (1): 201 – 205. Putra, N. 2015. Effect antimicrobacterial Nigella sativa for inhibits growt of bacteria. J. Majority. 4 (4): 70 – 73. Putri, P., Sudjatmogo, dan T.H. Suprayogi. Pengaruh lama waktu dipping menggunakan larutan kaporit terhadap tampilan total bakteri dan derajat keasamaan susu sapi perah. J. Animal Agriculture. 4 (1): 132 – 136. Rahmawati, A., N. Al-Anwary, dan R. Sasongkowati. 2012. Pengaruh pemberian infusa Jinten hitam (Nigella sativa linn) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. J. Analis Kesehatan Sains. 1 (1): 16 – 20. Ramadhan, B. G., T. H. Suprayogi dan A. Sustiyah. 2013. Tampilan produksi susu dan kadar lemak susu kambing Peranakan Etawa akibat pemberian



36



pakan dengan imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda. J. Animal Agriculture. 2 (1): 353 – 361. Riyadhi, M., M. Ridan dan A. Wahdi. 2017. Diseminasi teknologi inseminasi buatan menggunakan semen kambing Peranakan Etawa (PE) dengan pengencer air kelapa muda dan kuning telur di Kecamatan Bati Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. J. Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (2): 125 – 130. Riyanto, J., Sunarto, B. S. Hertanto, M. Cahyadi, R. Hidayah, dan W. Sejati. 2016. Produksi dan kualitas susu sapi perah penderita mastitis yang mendapat pengobatan antibiotik. J. Sains Peternakan. 14 (2): 30 – 41. Sasongko, D. A., T. H. Suprayogi, dan S. M. Sayuthi. 2012. Pengaruh berbagai konsentrasi larutan kaporit (CaHOCl) untuk dipping puting susu kambing perah terhadap total bakteri dan pH susu. J. Animal Agriculture. 1 (2): 93 – 99. Sriwahyuni, E., Y. Risza dan A. Yuni. 2010. Ekstrak jinten hitam memperbaiki penyempitan jalan nafas pada model mencit asthma. J. Kedokteran Brawijaya. 26 (1): 37 – 42. Sudarman, A., D. Supriadin dan A. Jayanegara. 2017. Pemberian tepung daun sirih (Piper betle L.) dalam waktu lama untuk mengobati mastitis subklinis pada sapi perah laktasi pasca puncak produksi. Buletin Peternakan. 41 (1): 8 – 14. Sudarwanto, M. dan Sudarnika, E. 2008. Hubungan antara pH susu dengan jumlah sel somatik sebagai parameter mastitis subklinik. Media Peternakan. 31 (2): 107 - 113. Suhendar, G. E., P. Sambodho dan D. W. Harjanti. 2017. Pengaruh ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) sebagai bahan dipping terhadap jumlah coliform dan pH susu. J. Sain Peternakan. 12 (2): 265 – 276. Sulistiawati F. dan M. Radji. 2014. Potensi pemanfaatan Nigella sativa L. Sebagai imunomodulator dan antiinflamasi. J. Farmasi Sains dan Terapan. 1 (2): 65 – 77. Supriyana, E. Aryati, Sadimin, dan W. J. D. Utami. 2019. Kemampuan obat kumur ekstrak Jinten hitam sediaan kantong celup terhadap monosit dan neutrofil pada adhesi Streptococcus mutan. J. LINK. 15 (2): 37 – 41. Suryowardojo, P. 2012. Penampilan kandungan protein dan kadar lemak susu pada sapi perah mastitis Fridisn Holstein. J. Experimental Life Science. 2 (1): 42 – 48.



37



Suwito, W., A. E. T. H., Wahyuni, W. S. Nugroho, dan Bambang Sumiarto. 2013. Isolasi dan identifikasi bakteria mastitis klinis pada kambing Peranakan Ettawah. J. Sain Veteriner. 31 (1): 49 – 54. Swadayana, A., P. Sambodo, dan C. Budiarti. 2012. Total bakteri dan pH susu akibat lama waktu diping puting kambing peranakan ettawa laktasi. J. Animal Agriculture. 1 (1): 12 – 21. Tasia, W. R. dan T. D. Widyaningsih. Potensi cincau itam (Mesona palustris BI.), daun pandan (Pandanus amaryllifolius) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai bahan baku minuman herbal fungsional. J. Pangan dan Agroindustri. 2 (4): 128 – 136. Trisunuwati, P. Dan E. Setyowati. 2017. Potensi perasan Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai antibakterial pada kultur media bakteri Staphylococcus aureus dan Esherichia coli penyebab mastitis klinis penyebab mastitis Sapi Perah. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 27 (1): 18 – 27. Udin, Z., N. Humaidah dan I. Kentjonowaty. 2020. Pengaruh jus daun kemangi (Ocimum basilicum l) sebagai teat dipping terhadap penurunan skor mastitis subklinis dan produksi susu pada sapi peranakan Frisian Holstein (PFH). J. Rekasatwa peternakan. 3 (1): 95 – 100. Ulfah, N. R. 2018. Pengaruh Karbopol dan Gliserin Pada Sediaan Gel Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C) Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitasnya pada Staphylococcus aureus. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. (Skripsi). Van Der Berg., J.C.T. 1988. Dairy Technology in the Tropics and Subtropics. PUDOC, Wageningen. Yuliastini, M. dan D. Purwito. 2016. Efektifitas minyak jinten hitam (Nigella sativa) dan jelly gamat emas (Golden Stichopus Variegatus) pada perawatan luka kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Jawa Tengah. J. Ilmiah Ilmu – Ilmu Kesehatan. 14 (3): 56 – 64. Yuniarti. 2018. Efektivitas salep Jinten Hitam (Nigella sativa) pada proses penyembuhan luka Perineum Rupture ibu nifas. J. Kesehatan Manarung. 4 (2): 64 – 68. Zahro, L. dan R. Agustini. 2013. Uji efektivitas antibakteri ekstrak kasar saponin jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. J. Chemistry. 2 (3): 120 – 129.



38



Lampiran 1. Data Kelompok Ternak



Kelompok



I



II



III



IV



Rata-rata



Nomor Rata-rata Periode Produksi Ternak Skor CMT Laktasi Susu --------------------------------(ml)------------------------------T0 28 1,5 III 498,75 T1 18 2 III 426,25 T2 12 1 III 506,25 T3 8 1 IV 451,25 T0 34 1 I 532,05 T1 5 1 I 537,05 T2 32 1 II 517,05 T3 20 1 III 533,75 T0 20 0,5 III 575,00 T1 7 0,5 IV 553,75 T2 16 0,5 III 555,00 T3 29 1 IV 538,75 T0 1 1 III 586,25 T1 15 1,5 III 645,00 T2 10 1 III 635,00 T3 27 1,5 III 640,00



Perlakuan



= = = 545,70



Standar Deviasi



= 61,97



CV Data



= =



× 100% × 100%



= 11,36%



39



Lampiran 2. Data Rataan Uji Lama Waktu Reduktase



Lama Penggunaan H0 H10 H20 ----------------------(jam) ---------------------9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7,225 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9



Perlakuan T0K1 T0K2 T0K3 T0K4 T1K1 T1K2 T1K3 T1K4 T2K1 T2K2 T2K3 T2K4 T3K1 T3K2 T3K3 T3K4



H0



Rata-rata



9 7,025 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9



Rata-rata



Perlakuan



T0 T1 T2 T3



H30



9 8 8,56 9



H10 H20 ----------------------(jam) ---------------------9 9 9 9 9 9 9 9



= =



Standar Deviasi



= 0,59



CV Data



= =



= 8,88



× 100% × 100%



= 6,67%



H30 8,51 9 9 9



40



Lampiran 3. Data Rata-rata Uji pH Susu



Perlakuan



H0 6,47 6,46 6,43 6,44 6,38 6,46 6,55 6,40 6,45 6,38 6,63 6,47 6,40 6,45 6,38 6,63



T0K1 T0K2 T0K3 T0K4 T1K1 T1K2 T1K3 T1K4 T2K1 T2K2 T2K3 T2K4 T3K1 T3K2 T3K3 T3K4 Perlakuan T0 T1 T2 T3 Rata-rata



Lama Penggunaan H10 H20 6,33 6,42 6,46 6,40 6,44 6,50 6,40 6,50 6,30 6,42 6,52 6,34 6,53 6,57 6,50 6,46 6,45 6,59 6,46 6,45 6,56 6,60 6,55 6,39 6,50 6,46 6,45 6,59 6,46 6,45 6,56 6,60



H30 6,44 6,42 6,43 6,34 6,28 6,44 6,58 6,38 6,47 6,45 6,38 6,39 6,38 6,47 6,45 6,38



Rata-rata H0 6,45 6,46 6,46 6,47



H1 6,41 6,47 6,49 6,47



= = = 6,45



Standar Deviasi



= 0,09



CV Data



= =



× 100% × 100%



= 1,33%



H2 6,45 6,43 6,52 6,47



H3 6,41 6,42 6,42 6,50



41



Lampiran 4. Perhitungan ANOVA pada Data Uji Lama Waktu Reduktase



Main Plot Sub Plot (A) (B) T0



Jumlah T1



Jumlah T2



Jumlah T3



H0 H10 H20 H30 H0 H10 H20 H30 H0 H10 H20 H30 H0 H10 H20 H30



Jumlah Total



Kelompok K1 K2 K3 K4 ----------------------(jam) ---------------------9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 7,03 9 9 36,00 34,03 36,00 36,00 9 5 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 36,00 32,00 36,00 36,00 7,23 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 34,23 36,00 36,00 36,00 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 36,00 36,00 36,00 36,00 142,23 13803 144,00 144,00



Perhitungan : r



=4



a



=4



b



=4



db Total



= (rab) – 1 = (4 x 4 x 4) – 1 = 63



db R



= (r – 1) = (4 – 1) =3



Jumlah 36,00 36,00 36,00 34,03 142,03 32,00 36,00 36,00 36,00 140,00 34,23 36,00 36,00 36,00 142,23 36,00 36,00 36,00 36,00 144,00 568,26



42



Lampiran 4. (Lanjutan)



db A



= (a – 1) = (4 – 1) =3



db Galat (a)



= (r – 1)(a – 1) = (4 – 1)(4 – 1) =9



db B



= (b – 1) = (4 – 1) =3



db AB



= (a – 1 )(b – 1) = (4 – 1)(4 – 1) =9



db Galat (b)



= a (r – 1)(b – 1) = 4(4 – 1)(4 – 1) = 36



FK



=



= = 5045,6161 JK (X)



= ∑X2 – FK = {(9)2 + (9)2 + … + (9)2 }  5045,6161 = 22,0777



JK (R)



=



- FK



= = 1,4873



 5045,6161



43



Lampiran 4. (Lanjutan)



JK (A)



=



– FK  5045,6161



= = 0,5023 JK Galat A



=



– FK – JK (R) – JK (A)  5045,6161  1,4873 



= 0,5023 = 2,8278 JK B



=



– FK  5045,6161



= = 1,3873 JK AB



=



– FK – JK (A) – JK (B)  5045,6161 0,5023 –



= 1,3873 = 2,9278 JK Galat (b)



= JK (Total) – (JK (R) + JK (A) + JK Galat (a) + JK B + JK (AB)) = 22,0777 – (1,4873 + 0,5023 + 2,8278 + 1,3873 + 2,9278) = 12,9453



KT (R)



=



=



44



Lampiran 4. (Lanjutan)



= 0,4958 KT (A)



=



= = 0,1674 KT Galat (a) =



= = 0,3142 KT (B)



=



= = 0,4624 KT (AB)



=



= = 0,3253 KT Galat (b) =



= = 0,3596 F hit A



= =



45



Lampiran 4. (Lanjutan)



= 0,5329 F hit B



= =



F hit AB



= 1,2860



=



= Sumber Keragaman



= 0,9047 F Tabel Db



JK



KT



Kelompok 3 1,4873 0,4958 Faktor (A) 3 0,5023 0,1674 Galat (a) 9 2,8278 0,3142 Faktor (B) 3 1,3873 0,4624 A×B 9 2,9278 0,3253 Galat (b) 36 12,9453 0,3596 Total 63 22,0777 Keterangan : ns = Tidak Berbeda Nyata



F Hitung



5%



1%



0,5329 ns



3,86



6,99



1,2860 ns 0,9047 ns



2,87 2,15



4,38 2,95



Nilai signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh perlakuan dan lama penggunaan terhadap lama waktu reduktase. CV (a)



=



=



× 100%



× 100%



= 6,3130 CV (b)



=



=



× 100%



× 100% = 6,7536



46



Lampiran 5. Perhitungan ANOVA pada Data Uji pH Susu



Main Plot Sub Plot (A) (B) T0 H0 H10 H20 H30 Jumlah T1 H0 H10 H20 H30 Jumlah T2 H0 H10 H20 H30 Jumlah T3 H0 H10 H20 H30 Jumlah Total



K1 6,47 6,33 6,42 6,44 25,65 6,38 6,30 6,42 6,28 25,36 6,40 6,50 6,46 6,38 25,74 6,48 6,46 6,44 6,54 25,92 102,67



Perhitungan : r



=4



a



=4



b



=4



db Total



= (rab) – 1 = (4 x 4 x 4) – 1 = 63



db R



= (r – 1) = (4 – 1) =3



Kelompok K2 K3 6,46 6,43 6,46 6,44 6,40 6,50 6,42 6,43 25,73 25,80 6,46 6,55 6,52 6,53 6,34 6,57 6,44 6,58 25,76 26,22 6,45 6,38 6,45 6,46 6,59 6,45 6,47 6,45 25,95 25,73 6,64 6,45 6,63 6,48 6,60 6,50 6,54 6,54 26,40 25,97 103,83 103,70



K4 6,44 6,40 6,50 6,34 25,67 6,47 6,55 6,39 6,39 25,79 6,63 6,56 6,60 6,38 26,16 6,32 6,30 6,34 6,36 25,32 102,93



Jumlah 25,79 25,62 25,81 25,63 102,84 25,85 25,89 25,71 25,68 103,12 25,85 25,96 26,09 25,68 103,57 25,88 25,86 25,88 25,98 103,59 413,12



47



Lampiran 5. (Lanjutan)



db A



= (a – 1) = (4 – 1) =3



db Galat (a)



= (r – 1)(a – 1) = (4 – 1)(4 – 1) =9



db B



= (b – 1) = (4 – 1) =3



db AB



= (a – 1 )(b – 1) = (4 – 1)(4 – 1) =9



db Galat (b)



= a (r – 1)(b – 1) = 4(4 – 1)(4 – 1) = 36



FK



=



= = 2666,6251 JK (X)



= ∑X2 – FK = {(6,47)2 + (6,46)2 + … + (6,36)2 }  2666,6251 = 0,4624



JK (R)



=



- FK



= = 0,0611



 2666,6251



48



Lampiran 5. (Lanjutan)



JK (A)



=



– FK  2666,6251



= = 0,0252 JK Galat A



=



– FK – JK (R) – JK (A)  2666,6251  0,0611 



= 0,0252 = 0,2158 JK B



=



– FK  2666,6251



= = 0,0095 JK AB



=



– FK – JK (A) – JK (B)  2666,6251  0,0252 –



= 0,0095 = 0,0311 JK Galat (b)



= JK (Total) – (JK (R) + JK (A) + JK Galat (a) + JK B + JK (AB)) = 0,4624 – (0,0611 + 0,0252 + 0,2158 + 0,0095 + 0,0311) = 0,1197



KT (R)



=



=



49



Lampiran 5. (Lanjutan)



= 0,0204 KT (A)



=



=



= 0,0084



KT Galat (a) =



= KT (B)



=



= KT (AB)



= 0,0240



= 0,0032



=



=



= 0,0035



KT Galat (b) =



= F hit A



=



= F hit B



= 0,0033



=



= = 0,9509



= 0,3509



50



Lampiran 5. (Lanjutan)



F hit AB



=



= = 1,0378 Sumber Db JK KT Keragaman Kelompok 3 0,0611 0,0204 Faktor (A) 3 0,0252 0,0084 Galat (a) 9 0,2158 0,0240 Faktor (B) 3 0,0095 0,0032 A×B 9 0,0311 0,0035 Galat (b) 36 0,1197 0,0033 Total 63 0,4624 Keterangan : ns = Tidak Berbeda Nyata



F Hitung



F Tabel 5%



1%



0,3509 ns



3,86



6,99



0,9509 ns 1,0378 ns



2,87 2,15



4,38 2,95



Nilai signifikasi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh perlakuan dan lama penggunaan terhadap pH susu. CV (a)



=



=



× 100%



× 100%



= 2,3988 CV (b)



=



= = 0,8933



× 100%



× 100%



51



Lampiran 6. Data Pendukung dari Tim Penelitian



Data total bakteri susu berdasarkan uji TPC Lama Perlakuan H0



Perlakuan T0 T1 T2 T3 4 ------------------------(10 CFU/ml)--------------------0,9def 4,3a 3,6abc 3,0abcd



Rata rata 2,95a



H10



1,2bcde



3,4ab



1,3cde



0,6def



1,62ab



H20



1,5abcde



2,4abc



0,4fg



0,8efg



1,25bc



H30



2,4bcde



1,5abcde



0,2g



0,6fg



1,18c



2,9a



1,38b



1,25b



Rata rata 1,5ab Sumber : Krisharianti (2020)



Data total bakteri susu berdasarkan uji jumlah sel somatik Lama Perlakuan H0 H10 H20 H30 6 --------------------- (10 sel/ml) -------------------T0 2,01 3,03 1,99 1,22 T1 3,80 2,05 1,44 1,15 T2 2,92 2,66 2,07 1,85 T3 8,61 4,62 2,38 2,10 a b b Rata rata 4,33 3,09 1,97 1,58c Sumber : Destira (2020) Perlakuan



Rata rata 2,06 2,11 2,38 4,43



52



RIWAYAT HIDUP



Penulis bernama dilahirkan di



Desa



lengkap Marisatul Khasanah,



Kedungringin



Sedan,



Kabupaten



Rembang, Provinsi Jawa Tengah tepatnya pada tanggal 20 Mei 1999. Anak ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Surana (Alm) dengan Ibu Warsinah. Penulis menempuh pendidikannya dimulai dari SD Negeri Kedungringin lulus pada tahun 2010, penulis melanjutkan sekolah menengah pertamanya di SMP Negeri 1 Sedan lulus pada tahun 2013 dan melanjutkan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Rembang lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 pula penulis menempuh pendidikannya di Universitas Diponegoro, Semarang pada Program Studi S1 Peternakan. Penulis juga aktif selain dalam kegiatan perkuliahan diantaranya tahun 2016 – 2017 menjadi Staff Muda bidang Komunikasi UKM Indonesia Marketing Association, selanjutnya pada tahun 2017 – 2018 penulis menjadi Staff Ahli bidang Komunikasi UKM Indonesia Marketing Association dan menjadi Ketua Bidang KOMINFO di Himpunan Mahasiswa S1 Peternakan. Pada tahun 2018 – 2020 penulis aktif sebagai Asisten Laboratorium Produksi Ternak Unggas. Penulis telah mengikuti Praktik Kerja Lapangan selama 1 bulan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit 3 lebak, Banten. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) TIM II di Desa Lodan Wetan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada tahun 2019.