Skripsi Putri Syafa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG BERSALIN RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado



OLEH : PUTRI SYAFA’A MURSIDA 1201152



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO 2019



SKRIPSI HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG BERSALIN RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO



OLEH : PUTRI SYAFA’A MURSIDA 1201152



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO 2019



PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI



Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama



: Putri Syafa’a Mursida



Nirm



: 1201152



Program Studi



: Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado



Judul Skripsi



: Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Gmim Pancaran Kasih Manado



Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana baik STIKES Muhammadiyah Manado maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan. Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelolah Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado dan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan gelar Sarjana yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Manado,30 Agustus 2019 Yang Menyatakan Materai 6000



Putri Syafa’a Mursida



PERSETUJUAN PEMBIMBING



HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG BERSALIN RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Diajukan Oleh : Putri Syafa’a Mursida 1201152



Telah Disetujui Oleh : Pembimbing I



Marry Rinneke Rimporok,B.Sc.,S.Pd., M.Kes NIDN 13021251040



Pembimbing II



Faradilla Miftah Suranata,S.Kep., M.Kep NIDN 0926028903



PENETAPAN PANITIA PENG Skripsi ini diajukan oleh Nama



: Putri Syafa’a Mursida



NIRM



: 1201152



Program Studi



: Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah



Judul Skripsi



:



Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Ruang Bersalin RSU GMIM Pancaran Kas



Telah berhasil dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal persyaratan yang dilakukan untuk memperoleh gelar sarjana keperaw Muhammadiyah Manado.



PANITIA PENGU



Penguji I: Ns Rahmat Hidayat Djalil S.Kep.,M.Kep



Penguji II: Ns Sri Wahyuni S.kep.,M.kes



Penguji III: Merry H. Rimporok B.Sc., Spd,. M.kes



MENGETAHUI Ketua



Ke



STIKES Muhammadiyah Manado



STIK



Agust A. Laya, SKM., M.Kes NIP. 199650805 199403 1 010



Ns. Hj. Silv



CURRICULUM VITAE



A. Identitas Pribadi Nama Nirm TTL Jenis Kelamin Agama Anak keAlamat No Telepon Email



: Putri Syafa’a Mursida : 1201152 : Minahasa, 06 April 1995 : Perempuan : Islam : 2 dari 2 Bersaudara : Pakowa Lingkungan 1 Kecamatan Wanea : 081228577672 : [email protected]



B. Riwayat Pendidikan 1. 2. 3. 4.



SD SMP SMA Perguruan Tinggi



: SDN 1 Sukosari Lulus tahun 2006 : SMPN 2 Trenggalek Lulus tahun 2009 : SMAN 2 Manado Lulus tahun 2012 : Stikes Muhammadiyah Manado masuk Tahun 2012 - sekarang



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan pimpinan Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Di Ruang Bersalin RSU GMIM Pancaran Kasih Manado” guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk mendapatkan gelar sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Agust A Laya, SKM., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado yang telah membantu langsung maupun tidak langsung kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan. 2. Ns. Hi Suwandi I. Luneto, S.Kep., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik yang telah banyak membantu peneliti selama menempuh proses pendidikan 3. Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes selaku Wakil Ketua II Bidang Sumber Daya Aset dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan



(STIKES) Muhammadiyah Manado yang telah banyak memberikan saran dan masukan selama berada di STIKES Muhammadiyah Manado. 4. I Made Rantiasa S,Kep., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Administrasi dan SDM Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan kepada peneliti 5. Rizal Arsyad S.Ag.,MA selaku Wakil Ketua IV Bidang Ke,ahasiswaan dan Kemuhammaadiyahan dan Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado. 6. Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (STIKES) Muhammadiya Manado yang telah membantu dan memberikan arahan pada peneliti selama menempuh proses pendidikan. 7. Ns Sri Wahyuni S.Kep., M.Kes



Sekretaris Program Studi Ilmu



Keperawatan (STIKES) Muhammadiyah selaku penguji II yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan skripsi 8. Merry H. Rimporok B.Sc., Spd., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan saran sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Ns Faradilah Miftah Suranata S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan, bantuan, sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 10. Ns Rahmat Hidayat Djalil S.Kep., M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan banyak masukan terutama dalam penyusunan Skripsi ini



11. Seluruh dosen beserta beserta staff STIKES Muhammadiyah Manado yang telah memberikan ilmu serta kemudahan dan motivasi selama peneliti mengikuti pendidikan. 12. Kepada pimpinan RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, beserta pegawaipegawai yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 13. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 14. Kepada keluarga besar “Thaib Squad” terutama ayah dan ibu tersayang yang telah memberi dukungan, semangat



serta moril kepada peneliti



selama perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. 15. Kepada sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuangan angkatan 2012 terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini. Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangankekurangan dalam penyusunan skripsi ini kiranya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun semua pihak.



Manado,



April 2020



Peneliti



Putri Syafa’a Mursida



Putri Syafaa.(2019) “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado”.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado. Dosen Pembimbing (1) Marry Rimporok (2) Faradila Miftah Suranata ABSTRAK



Inisiasi menyusu dini atau sering disingkat dengan IMD dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh si bayi terhadap penyakit-penyakit beresiko kematian tinggi serta mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik yang bersifat cross sectional. Sampel diambil berdasarkan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan menggunakan Total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner dan observasi. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0 untuk di analisa dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Hasil penelitian menunjukkan umur terbanyak yaitu 26-30 tahun 14 responden (46,7%), pendidikan terbanyak yaitu SMA 24 responden (80,0%), pekerjaan terbanyak yaitu IRT 26 responden (86,7%). Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Hasil penelitian menjadi gambaran bagi responden sejauh mana ketepatan responden dalam melakukan inisiasi menyusui dini sehingga jika memiliki anak kembali dapat melakukan inisiasi menyusui dini lebih tepat lagi.



Kata Kunci : IMD, ASI



Putri Syafa’a Mursida. (2019) "The Relationship of Early Breastfeeding Initiation and the Smooth Production of Breast Milk in Post Partum Mothers in the Nursing Room of RSU Pancaran Kasih GMIM Manado" .Scription. Nursing Science Study Program STIKES Muhammadiyah Manado. Supervisor (1) Marry R imporok (2) Faradila Mifta Suranata ABSTRACT          Early breastfeeding initiation or often abbreviated as IMD is believed to help increase the baby's immune system against diseases at high risk of death and reduce mortality rates among malnourished children. The purpose of this study was to determine the Relationship of Early Breastfeeding Initiation and the Smooth Production of ASI in Post Partum Mothers in the maternity ward of RSU Pancaran Kasih GMIM Manado.          The study was conducted using descriptive analytic research method that is cross sectional. Samples were taken based on the number of respondents as many as 30 people using total sampling. Data collection is done by questionnaire and observation. Furthermore, the data collected was processed using the SPSS version 16.0 computer program for analysis with Chi Square statistical tests with a significance level (α) of 0.05.          The results showed the most age is 26-30 years 14 respondents (46.7%), the most education is SMA 24 respondents (80.0%), the most jobs are IRT 26 respondents (86.7%).          The conclusion of this study is that there is a relationship between Early Breastfeeding Initiation and the Smooth Production of ASI in Post Partum Mothers in the maternity ward of RSU Pancaran Kasih GMIM Manado . The results of the study illustrate for respondents the extent of the accuracy of respondents in initiating breastfeeding early so that if you have children again can initiate breastfeeding more precisely. Keywords: IMD, ASI



DAFTAR ISI



halaman SAMPUL DALAM……………………………………………….……….



i



SURAT PERNYATAAN……….…………………………………….....



ii



LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..



iii



LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………….……



iv



CURICULUM VITAE………………………………………….………..



v



KATA PENGANTAR…………………………………….……………..



vi



ABSTRAK…………………………………………....………………….



ix



ABSTRACT……………………………………………………………..



x



DAFTAR ISI……………………………………………...…………….



xi



DAFTAR TABEL…………………...…………………………………



xiii



DAFTAR LAMPIRAN……………..…………………………….……



xiv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. ....1 B. Rumusan Masalah ............................................................................



....9



C. Tujuan Penelitian .............................................................................



..10



D. Manfaat Penelitian ...........................................................................



..10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Inisiasi Menyusui Dini .................................................



13



B. Konsep Dasar Kelancaran Pengeluaran ASI ........................................



18



C. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum ...........................................................................



37



D. Penelitian Terkait .................................................................................



39



BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep .................................................................................



42



B. Hipotesis ..............................................................................................



42



C. Variabel Penelitian ...............................................................................



43



D. Definisi Operasional ............................................................................



44



BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................



45



B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................



45



C. Populasi dan Sampel ............................................................................



45



D. Instrumen Penelitian ............................................................................



47



E. Pengumpulan Data ...............................................................................



49



F. Pengolahan Data ..................................................................................



52



G. Teknik Analisa Data ............................................................................



54



H. Etika Penelitian ....................................................................................



55



BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………………………………………………………



58



B. Pembahasan ………………………………………………………….



62



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………… 64 B. Saran ……………………………………………………………….....



66



DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 67 LAMPIRAN



DAFTAR TABEL



Halaman



Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………………….44 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………………………….59 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan…………………….59 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ………………….......60 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Inisiasi Menyusui Dini ………..60 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran Produksi ASI ..........61 Tabel 5.6 Tabulasi Silang Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi …………………………………………..61



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 : Surat Survey Awal Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 4 : Lembar Observasi Lampiran 5 : Formulir Permohonan Menjadi Responden Lampiran 6 : Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 7 : Lembar Kuesioner Lampiran 8 : Master Tabel Lampiran 9 : Hasil Uji Statistik Lampiran 10 : Dokumentasi Lampiran 11 : Lembar Konsul



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Postpartum merupakan fase penting dalam kehidupan untuk ibu setelah melahirkan dan bayi baru lahir. Masa postpartum menjadi fase penting karena ada berbagai masalah pada ibu postpartum diantaranya inkontinensia urin, ruptur uterus, kesakitan dan disfungsi fungsi seksual (Norhayati dan Yacob, 2017). Menurut WHO Tahun 2017 kontak antara kulit ibu dan kulit bayi segera setelah lahir pada saat IMD akan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif selama satu sampai enam bulan kehidupan. Hal ini sama dengan penelitian Selvia Putri Sari mengenai hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan faktor lain yang mempengaruhi di wilayah kerja Puskesmas Alai Kota Padang tahun 2017 menyatakan bahwa pelaksanaan IMD akan berpeluang 22,3 kali lipat untuk memberikan ASI eksklusif. Menurut Kemenkes (2014), kenyataannya cakupan IMD pada bayi secara nasional masih rendah, hal ini dapat dilihat dari data RISKESDAS Tahun 2010 yang hanya sebesar 24,3% untuk IMD. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 34,5 % pemberian ASI pada kurun waktu kurang dari satu jam. Pada daerah Jawa Timur, cakupan IMD masih dibawah angka cakupan nasional yaitu32,5%. Terkait dengan pentingnya pemberian ASI, World Health Organization (WHO) melalui United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Global



Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002 menetapkan standar emas makanan bayi. Standar emas makanan bayi dimulai dari Inisiasi



Menyusui Dini (IMD) dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan, dan meneruskanpemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih. Hal ini sejalan dengan kebijakan di Indonesia yang mengupayakan pemberian ASI eksklusif dapat diterapkan. Upaya tersebut terlihat dari Keputusan



Menteri



Kesehatan



Republik



Indonesia



Nomor



450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur enam bulan dan dianjurkan sampai anak berusia dua tahun(Kemenkes, 2014). ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi dan tidak menerima makanan tambahan lainnya selama enam bulan pertama kelahiran dan dilanjutkan sampai usia dua tahun. ASI eksklusif yang diberikan pada 6 bulan pertama dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada bayi (Ojong, 2015).Air Susu ibu yang merupakan makanan yang terbaik bagi bayi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otaknya, akan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, mengingat pentingnya ASI bagi bayi maka ibu wajib untuk menyusui bayinya. Bayi harus memperoleh nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sejak lahir. Oleh karena itu, setiap bayi berhak mendapat ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan



dan



dilanjutkan



bersamaan



dengan



pemberian



makanan



pendamping ASI (MP-ASI) sampai usia dua tahun atau lebih (Depkes RI, 2014).



Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal, menurunkan risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi, sumber energi dan nutrisi bagi anak usia 6 sampai 23 bulan, serta mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Sedangkan manfaat pemberian ASI bagi ibu yaitu mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, membantu kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat badan lebih dengan cepat setelah kehamilan (WHO, 2016).Manfaat



pemberian ASI eksklusif juga dirasakan oleh ibu yang



menyusui bayinya, yaitu dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum, anemia dan karsinoma mammae (Nugroho, 2011). Penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu dapat menunda kehamilan dan mengecilkan rahim (Haryono, 2014). Kebijakan Pemerintah tentang ASI eksklusif ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai 80% sesuai target yang diharapkan. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif sebesar 32% dan menunjukkan peningkatan menjadi 42% pada tahun 2012 (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia sebesar 55,7%, dari standar yang diharapkan yaitu 80%. Dengan presentasi pemberian ASI tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar



86,9% dan terendah di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 26,3%, sementara provinsi Sulawesi Tenggara angka cakupan ASI Ekslusif sebesar 54,1% (Kemenkes RI, 2015).



Tidak tercapainya ASI eksklusif dapat dikarenakan berbagai hal, misalnya pengetahuan ibu, kesehatan ibu, pekerjaan ibu, kesehatan bayi, budaya, dan iklan susu formula. Banyak ibu yang mempunyai kebiasaan malu-malu menyusui bayinya karena mereka menganggap menyusui tidak sopan. ASI yang lancar akan mencukupi kebutuhan makanan bayi sehingga tercapainya ASI eksklusif. Kesehatan ibu yang menyebabkan ASI eksklusif tidak tuntas adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferus karena tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga manyulitkan bagi bayi untuk menyusu, serta mastitis (Nugroho,2011).



Luka atau lecet pada puting ibu terjadi karena respon bayi saat pengeluaran ASI tidak lancar sehingga bayi memperkuat hisapannya sebagai usaha untuk mendapatkan ASI yang cukup. Mekanisme lain dapat terjadi akibat teknik menyusui yang salah dimana bayi hanya disusukan pada puting susu. Lecet pada puting ibu menyebabkan bertambahnya stress pada ibu. Apabila hal ini berlanjut maka proses menyusui akan berhenti dan bayi tidak mendapatkan ASI sebagai nutrisi terbaiknya. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Suprijati (2013), didapatkan bahwa awal mulanya ibu memberikan ASI setelah kelahiran bayinya namun akhirnya memberikan susu formula



dikarenakan tidak mau repot saat bayi rewel dan adanya kendala ASI tidaklancar. Menurut data Riskesdas (2013), susu formula merupakan jenis makanan prelakteal yang paling banyak diberikan pada bayi baru lahir sebesar 79,8%. Susu formula ini tidak sesuai dengan kebutuhan bayi karena intervalnya tiap 6 bulan usia bayi. Makanan prelakteal ini berbahaya karena dapat menggantikan kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal. Bayi mungkin terkena diare dan menderita intoleransi terhadap protein di dalam susu formulatersebut. Pemberian makanan prelakteal sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi sehingga malas menyusui (Kemenkes RI, 2014).



Bayi yang malas menyusu akan membuat payudara ibu



tidak dapat dikosongkan secara sempurna sehingga produksi ASI menjadi tidak lancar. ASI tidak lancar merupakan kondisi yang sering ditemukan pada ibu menyusui. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2010) menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang menjadi respondennya (66,7%) mengalami ASI tidak lancar dikarenakan ibu mengalami kecemasan. Stress pada ibu akan menghambat kerja hormon oksitosin sehingga mempengaruhi kelancaran ASI. Air susu yang tidak dikeluarkan akibat refleks let down yang buruk akan menyebabkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terhambatnya proses menyusui. Hal ini dapat menyebabkan bayi yang haus menjadi tidak puas. Ketidakpuasan ini akan menambah stress padaibu.



Ibu



yang



mengalami



ketidaklancaran



pengeluaran



ASI



akan



berpengaruh terhadap pemberian ASI pada bayi yang kurang maksimal. Hal ini akanmempengaruhi cakupan ASI eksklusif menjadi rendah. Salah satunya di Puskesmas Patrang merupakan daerah dengan angka ibu menyusui tertinggi, namun cakupan ASI esklusifnya rendah sebesar 50,36% (Dinkes Kabupaten Jember, 2016).



Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi pemberian ASI, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat bayi lahir, usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, IMD, keberadaan perokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi, dan status gizi. Ketersediaan ASI yang lancar pada ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai rekomendasi dari WHO (Ferial, 2013). Menurut Sitepoe (2013), IMD dapat memperlancar produksi ASI karena keluarnya ASI dimulai saat pasca kelahiran yang dirangsang dengan kecupan mulut bayi pada puting susu ibu. Selain IMD, payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Konsumsi rokok juga dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI baik perokok aktif maupun pasif. Penggunaan alat kontrasepsi kombinasi hormon estrogen dan progestin juga akan menurunkan volume produksi ASI (Haryono dan Setianingsih, 2014).



IMD (Inisiasi menyusu dini) dapat mencegah terjadinya perdarahan karena dengan IMD dapat menghasilkan hormon oksitosin yang dapat berkontraksi pada uterus sehingga plasenta lahir lebih cepat dan dapat mencegah terjadinya retensio plasenta dan perdarahan. Inisiasi menyusu dini atau sering disingkat dengan IMD merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Proses ini dilakukan paling kurang 60 menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir (Yunarsih, 2016). Manfaat inisiasi menyusu dini untuk bayi antara lain menghangatkan bayi dengan cepat yaitu selama bayi merangkak mencari payudara dan akan menurunkan angka kematian karena kedinginan (hipotermi) sedangkan manfaat bagi ibu setelah melakukan inisiasi menyusu dini kontraksi uterus lebih baik dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan inisiasi menyusu dini, pada saat dilakukan IMD sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu, ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat merangsang kontraksi uterus sehingga meningkatkan kecepatan pengeluaran plasenta (Yunarsih, 2016). Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu ibu, emutan dan jilatan bayi pada putting ibu dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu setelah melahirkan (Roesli, 2012)



Hasil studi pendahuluan peniliti di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado didapatkan kriteria pasien yang dilakukan IMD adalah proses persalinan normal tidak ada penyulit, hamil cukup bulan, perdarahan normal setelah persalinan (≤ 250 cc), dan kondisi bayi baik (tidak asfiksia). Gambaran pelaksanaan IMD diRuang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado yaitu setelah bayi lahir, bayi dikeringkan seluruh tubuh kecuali kedua tangannya dan tidak membersihkan vernix. IMD dilakukan setelah tali pusat bayi dipotong. Bayi ditengkurapkan di dada ibu tanpa dibedong dengan posisi kepala dimiringkan dan posisi badan seperti menunggang kuda. Ibu memegangi bayi, kemudian diberi selimut di atas bayi. Bayi dibiarkan melekat pada kulit ibu dan mencari puting susu ibu secara aktif selama 1 jam. Apabila bayi belum mencapai puting susu ibu setelah 1 jam, mulut bayi didekatkan ke puting susu ibu untuk menyusui awal. Bayi jarang dapat mencapai puting susu ibu secara mandiri untuk menyusui sebanyak 13 bayi dari 16 bayi yang dilakukan IMD. Pelaksaan IMD dilakukan dengan didampingi oleh suami atau keluarga agar ibu merasatenang. Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2019 27 ibu, Bulan Juni 2019 30 ibu dan Bulan Juli 2019 36 ibupostpartumselama 3 bulan terakhir di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado didapatkan bahwa 27 orang ibu yang melakukan IMD dan diantaranya ASInya merembes, frekuensi menyusui 8-10 kali dalam sehari, dan bayi tenang selama 23 jam setelah disusui. Dari 30 orang tersebut mengatakan bahwa ibu merasa senang dan terharu saat bayi ditengkurapkan di dada ibu pada



pelaksanaan IMD.Sedangkan 30lainnya tidak melakukan IMD karena terjadi perdarahan melebihi 250 cc setelah persalinan, bayi lahir prematur, dan kemasukan air ketuban. Sebayak 6ibu yang tidak melakukan IMD mengalami payudara bengkak dan tidak ada ASI sehingga bayi diberi susu formula dan merasa sedih karena tidak dapat melakukan kontak kulit dini segera setelah lahir dengan bayinya. Bayi juga tetap rewel setelah disusui yang menandakan bayi belum puas untuk menyusui. Solusi yang dilakukan Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado untuk mengatasi rendahnya pelaksanaan IMD adalah melakukan konseling dan penyuluhan. Namun RSU Pancaran Kasih GMIM Manado belum melakukan follow up terkait pelaksanaan IMD. Hal ini juga dilakukan perawat/bidan untuk melakukan penyuluhan pada ibu yang akan melahirkan pada program kelas ibu hamil. Penyuluhan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang manfaat-manfaat dilakukannya IMD. Namun pada kenyataannya, program ini belum berjalan optimal karena belum semua Posyandu yang melakukan. Petugas kesehatan di Puskesmas Patrang juga melakukan pembinaan standarisasi pada bidan daerah dalam hal manajemen bayi baru lahir normal setiap 3 bulan sekali. IMD seharusnya tetap dilakukan sebagai salah satu metode untuk menstimulasi kelancaran pengeluaran ASI dan sebagai langkah awal tercapainya ASI Eksklusif. Semakin segera bayi yang mendapatkan program IMD maka dapat memberikan rangsangan pada puting payudara dan bonding sehingga meningkatkan peluang suksesnya proses menyusui sejak dini.



B. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti merumuskan masalah “Apakah ada Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. 2.



Tujuan Khusus a.



Diidentifikasi Inisiasi Menyusui Dini Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado



b.



Diiidentifikasi Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado.



c.



Dianalisa Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado.



D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai hubungan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI.



2. Mafaat Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi peneliti dan dapat menambah pengetahuan peneliti yang akhirnya dapat disampaikan ke ibu hamil untuk mempersiapkan IMD agar dapat memperlancar pengeluaran ASI. b. Bagi Keilmuan Keperawatan Hasil studi ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan evidence based research keperawatan khususnya di bidang keperawatan maternitas dan dapat menambah informasi untuk memperkaya bahan pustaka tentang Inisiasi Menyusui Dini terhadap Kelancaran Pengeluaran ASI. c. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi petugas kesehatan terutama bidan sebagai penolong utama ibu bersalin untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam melakukan inisiasi menyusu dini. d. Bagi responden Hasil penelitian ini dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi responden dan menambah ilmu pengetahuan terutama dampak pada ibu dan keluarga agar dapat memotivasi ibu dalam melakukan IMD. ASI yang lancar juga dapat mengurangi beban ekonomi dalam keluarga karena tidak harus membeli susu formula.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Inisiasi Menyusui Dini 1.



Definisi Menurut Kementerian Kesehatan (2017) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu yang dilakukan sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir. Inisiasi menyusui dini akan menimbulkan dampak psikologis pada ibu dan juga bayi lebih erat, setelah ada sentuhan fisik (skin to skin) antara ibu dan bayi segera setelah melahirkan. Tidak semua ibu dapat melakukan inisiasi menyusui dini. Bayi dan ibu yang dapat melakukan inisiasi menyusui dini harus memenuhi syarat/kriteria sebagai berikut : a.



Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.



b.



Bila



lahir



dengan



tindakan,



maka



inisiasi



menyusui



dini



dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflex menghisap baik. c.



Bayi yang lahir dengan section cesarean dengan anastesia umum, inisiasi menyusui dini dilakukan segera setelah kondisi ibu dan bayi stabil.



d.



Bayi tidak asfiksia setalah lima menit pertama (lahir apgar minimal 7)



e.



Umur 37 minggu atau lebih.



f.



Berat lahir 2000 – 2500 gram atau lebih.



g.



Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.



h.



Bayi dan ibu sehat.



Jika tidak memenuhi kriteria diatas, maka Inisiasi Menyusui Dini tidak bisa dilakukan misalnya pada : a.



Bayi yang sangat premature.



b.



Bayi yang bertanya kurang dari 2000-2500 gram.



c.



Bayi dengan sepsis.



d.



Bayi dengan gangguan nafas.



e.



Bayi



dengan



cacat



bawaan



berat,



misalnya:



hidrosefalus,



meningokel, anensefali, atresiaani, labio, amfolokel. f. 2.



Ibu dengan infeksi berat, misalnya: KP terbuka, sepsis.



Manfaat Inisiasi Menyusui Dini Adapun manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini secara umum menurut dr.Utami Roesly adalah sebagai berikut : a.



Bagi Bayi 1)



Dada ibu berfungsi sebagai thermoregulator yang dapat mencegah resiko hipotermia dan mengahngatkanbayi.



2)



Hisapan bayi pada puting ibu sewaktu IMD merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membuat ibu lebih tenang (Kemenkes, 2014). Bayi pun akan merasa lebih tenang sehingga pernafasan dan detak jantung bayi menjadi lebihstabil.



3)



Saat bayi menjilati puting ibu, bakteri non patogen akan



ikuttertelan.Bakteri ini akan berkembangbiak dan selanjutnya akan membangun sistem kekebalan bayi terhadap berbagai penyakit. 4)



Kontak kulit bayi dengan kulit ibu meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (Kemenkes, 2014). Kontak kulit dalam 1-2 jam pertama ini sangat penting, karena setelah itu bayi akantertidur.



5) Bayi dapat langsung menghisap kolostrum yang mengandung protein dan imuno globulin yang akan membantu tubuh bayi membentuk daya tahan tubuh terhadap infeksi sekaligus penting untuk pertumbuhan usus dengan membuat lapisan yang melindungi dan mematangkan dinding usus bayi. 6)



Bayi yang mendapatkan ASI melalui IMD sejak awal kelahirannya dapat megurangi resikoalergi.



7)



Produksi ASI menjadi lancar dan banyak, dan memudahkan bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tetap menyusu sampai berusia 2 tahun (Kemenkes,2014).



b.



Bagi Ibu 1)



Proses IMD akan membantu kontraksi rahim, pengeluaran plasenta, dan mengurangi perdarahan pascapersalinan.



2)



Proses IMD merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membuat ibu merasa tenang dan bahagia. Oksitosin juga menyebabkan refleks pengeluaran ASI dan kontraksi rahim



yang mengurangi perdarahan pasca persalinan (Kemenkes,2014). 3.



Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini a.



Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.



b.



Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.



c.



Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan Lemak putih(vernik caseosanya) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.



d.



Tali pusat dipoting lalu diikat



e.



Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut dan mata bayi setinggi puting ibu (Maryunani, 2012). Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti bersama-sama. Jika perlu gunakan topi bayi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.



f.



Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati putting susu.



g.



Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu sendiri, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.



h.



Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, bantu ibu dengan mendekat kan bayi ke putting susu ibu (Maryunani,2012).



i.



Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam walaupun proses menyusu awal sudah terjadi atau sampai selesai menyusu awal.



j.



Tunda menimbang, mengukur, suntikan vitamin K, dan memberikan tetes mata bayi sampai proses menusu awal selesai.



k.



Ibu bersalin dengan tindakan operasi, tetap berikan kesempatan kontak kulit.



l.



Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Rawat Gabung; ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.



m. Bila inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin; bayi tetap diletakkan di dada ibu waktu dipindakan ke kamar perawatan dan usaha menyusu dini dilanjutkan didalam kamar perawatan. 4.



Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi a.



Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi Mengoptimalkan



keadaan



hormonal



ibu



dan



bayi.



Kontak



memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan: menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperature tubuh bayi, memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat baik (naik ke berat lahirnya



dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya. b.



Keuntungan menyusu dini untuk bayi : Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi. Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinaskan hisap, telan dan napas. Meningkatkan jalinan kasih saying ibu-bayi. Mencegah kehilangan panas. Merangsang kolostrum segera keluar.



c.



Keuntungan menyusui dini untuk ibu Merangkan



produksi



oksitosin



dan prolaktin.



Meningkatkan



keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih saying ibubayi. Memulai menyusui dini akan mengurangi 22% kematian bayi berusui 28 hari ke bawah. Meningkatkan keberhasilan menyusu secara eksklusif dan meningkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi susu. Memperkuat lefleks menghisap bayi. Refleks



menghisap awal bayi pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. B. Konsep Dasar Kelancaran Pengeluaran ASI 1.



Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam- garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Jannah, 2013).



Pengeluaran ASI adalah suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. ASI pada ibu terkadang mengalir lambat tetapi keadaan ini tidak berarti bahwa proses laktasi tidak dapat terjadi. Pasokan ASI bergantung pada kebutuhan bayi maka untuk mendapatkan air susu yang memadai adalah dengan menyusu lebih sering (Wulandari,2011). 2.



ASI Menurut Stadium Laktasi ASI menurut stadium laktasi adalah kolostrum, air susu transisi atau peralihan, dan air susu matur (Nugroho, 2011) : a.



Kolostrum Kolostrum dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna kuning yang mengandung sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin



yang digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir (Nugrooho, 2011). Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai ketiga atau keempat post partum. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Pada hari pertama dalam kondisi normal produksi kolostrum sekitar 10-100cc dan akan meningkat hingga 150-300 ml per 24 jam (Astutik, 2014). b. Air Susu Peralihan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matur, yaitu mulai hari ke-4 hingga hari ke-10. Selama 2 minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya (Nugroho, 2011). Volume ASI makin meningkat dari ke hari sehingga pada waktu bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kurang lebih 800 ml per 24 jam. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi (Astutik, 2014). c.



Air Susu Matur ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Astutik, 2014).



Pada ASI matur terdapat dua jenis ASI yaitu: 1) Forensik



Foremilk adalah ASI encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa, mineral, air, tetapi rendah lemak (Depkes RI, 2007). Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal menyusui lima menit pertama (Nugroho, 2011). ASI ini dihasilkan sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi (Astutik, 2014). 2) Hindmilk Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang memberikan zat tenaga atau energi dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui (Depkes RI, 2007). Hindmilk keluar setelah foremilk habis saat menyusui hamper selesai, sehingga dianalogikan hidangan utama setelah hidangan pembuka (Astutik, 2014).



3.



Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.



Fisiologi Laktasi Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobules, yang dipengaruhi oleh hormon- hormon plasenta dan korpus luteum. Prolaktin dari hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum pada usia kehamilan tiga bulan. Pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat dan hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.



Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu : 4.



Refleks Prolaktin Saat menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk merangsang pengeluaran kolostrum dan air susu, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi (Nugroho, 2011). Setelah lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka sekresi hormon estrogen dan progesteron akan berkurang,



sehingga



kerja



prolaktin



dalam



merangsang



proses



pengeluaran kolostrum dan air susu tidak lagi di hambat. Ini berarti kadar prolaktin meningkat. Adanya hisapan bayi yang merangsang puting susu dan areola payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik dalam proses pengeluaran air susu. Hipotalamus akan menekan pengeluaran estrogen dan progesteron yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran prolaktin dan oksitosin sebagai pemacu sekresi air susu (Nugroho, 2011).



Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang



berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan



prolaktin walaupun ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. 5.



Refleks let down Refleks let down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin



yang



sampai



pada



alveoli



akan



mempengaruhi



sel



mioepitelium. Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi Reflek let down tidak akan terjadi apabila ibu dalam kondisi stress, cemas, dan tegang (Widuri, 2013). Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat men-capai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi seorang ibu sehingga stres akanbertambah.



Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas. Ketidak puasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stres-nya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui (Nugroho, 2011).



Gambar 2.2 Skema Fisiologi Laktasi



6.



Refleks dalam Hisapan Bayi Bayi yang sehat mempunyai tiga refleks intrinsik yang dibutuhkan agar bisa menyusu dengan baik dan ASI bisa terisap dengan maksimal



(Astutik, 2014).



a.



Refleks tersebut adalah:



Refleks mencari (rooting reflex) Bayi akan menoleh apabila pipinya tersentuh, refleks ini timbul saat bayi baru lahir (Astutik, 2014). Rangsangan yang dapat menimbulkan refleks ini adalah dengan cara menempelkan payudara ibu pada pipi atau daerah sekeliling mulut bayi. Kepala bayi akan mencari menuju puting susu yang menempel diikuti dengan membuka mulut. Setelah itu bayi akan berusaha menangkap dan menarik puting susu ibu ke dalam mulutnya (Nugroho,2011).



b. Refleks menghisap (sucking reflex) Refleks ini terjadi saat langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Puting susu yang sudah dalam mulut bayi akan ditarik lebih jauh dengan bantuan lidah dan rahang akan menekan areola yang sudah terletak pada langit-langit (Astutik, 2014). Tekanan bibir dan gerakan rahang bayi secara berirama akan



menyebabkan gusi



menjepit areola dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu. Air susu akan keluar dari puting saat bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit. Bayi hanya mendapat menghisap air susu sedikit dan puting susu ibu akan lecet apabila rahang bayi hanya menekan puting susu saja (Nugroho,2011). c.



Refleks menelan (swallowing reflex) Refleks ini terjadi saat mulut bayi terisi oleh ASI. Gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi terjadi setelah air



susu keluar dari puting susu, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan masuk ke lambung dengan mekanisme menelan (Astutik, 2014). Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol, dimana rahang mempunyai peranan sedikit saat menelan karena air susu mengalir dengan mudah dari lubang dot. Bayi-bayi yang baru lahir akan mengalami bingung puting ( nipple



confusion) apabila bayi dicoba menyusu bergantian dengan menggunakan susu dalam botol. Keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu. Bayi yang terpaksa tidak bisa disusui langsung oleh ibu sebaiknya diberi minum air susu melalui sendok (Nugroho, 2011).



7.



Tanda-Tanda Kelancaran ASI Menurut Mansyur (2014), untuk mengetahui banyaknya produksi ASI terdapat beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI lancar atau tidak adalah: a.



ASI yang banyak dapat merembes keluar melaluiputing;



b.



Sebelum disusukan payudara terasategang;



c.



Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kalimenyusui;



d.



Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24jam;



e.



Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui;



f.



Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan



g.



Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur : 1) 1-3 bulan (kenaikan berat badan 700gr) 2) 4-6 bulan (kenaikan berat badan 600gr)



3) 7-9 bulan (kenaikan berat badan 400gr) 4) 10-12 bulan (kenaikan berat badan 300gr) h.



Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4jam.Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas (Wulandari, 2011). Secara alamiah ASI diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhanbayi;



8.



i.



Bayi sekurang-kurangnya buang air kecil 6-8 kali dalamsehari;



j.



Bayi mengeluarkan urine berwarna kuning pucat, sepertijerami;



k.



Bayi BAB satu kali dalam 24 jam. Tinja bayi lunak berwarnakuning.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengeluaran ASI Menurut Nugroho (2011), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI yaitu: a.



Hisapan Bayi Hisapan mulut bayi pada payudara ibu akan menstimulus hipofisis anterior dan posterior sehingga mengeluarkan hormon prolaktin (sebagai produksi ASI) dan hormon oksitosin (sebagai pengeluaran ASI). Hisapan bayi tidak sempurna akan membuat hormon prolaktin dan oksitosin terus menurun dan ASI akan terhenti. Proses menyusui lebih dini akan menyebabkan rangsangan puting susu yang kemudian membentuk prolaktin oleh hipofisis sehingga pengeluaran ASI makin lancar (Perinasia, 2009). Ibu yang melakukan IMD akan mendapatkan rangsangan pada puting ibu oleh hisapan bayi. Penelitian oleh Tantina (2015) didapatkan hasil bahwa semakin cepat ada rangsangan hisapan



dari puting ibu, maka proses pengeluaran ASI akan cepat. Hal ini selaras dengan adanya program IMD yang memanfaatkan refleks yang dimiliki bayi baru lahir yaitu reflek mencari, reflek menghisap dan reflek menelan. Hisapan pada puting ibu saat IMD merangsang pengeluaran prolaktin dan oksitosin untuk memproduksi ASI. Pelaksanaan IMD yang mencapai puting dapat memberikan stimulus awal untuk keberhasilan menyusui. Bayi akan mulai menghisap puting ibunya yang bertujuan untuk merangsang ASI segera berproduksi dan bisa keluar (Widuri, 2013).



b. Kontak Langsung Ibu dan bayi Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi oleh berbagai rangsangan, seperti sentuhan kulit dan mencium bau yang khas antara ibu dan bayi. Kontak langsung ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan bagi ibu dan juga bayi. Bayi merasa aman dan puas karena dia mendapatkan kehangatan dari dekapan ibunya. Ibu yang merasa rileks dan nyaman maka pengeluaran ASI akan berlangsung baik (Wulandari, 2011). Kontak kulit ini saat IMD bermanfaat untuk melindungi bayi dari kehilangan panas tubuhnya dan menimbulkan perasaan emosional antaraibu dan bayi. Ibu yang dilakukan IMD saat bayi diletakkan di atas perut, ibu akan memegang, membelai dan memeluk bayinya. Perilaku seperti ini mempengaruhi psikis ibu yang juga mempengaruhi pengeluaran hormon produksi ASI (Tantina, 2015).



c.



Frekuensi Penyusunan Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan



stimulasi hormon dan kelenjar payudara. Studi yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 kali dalam sehari selama dua minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup d. Psikologis ibu Ibu yang cemas dan stress menggangu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Ibu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Keberhasilan proses menyusui sangat tergantung pada adanya rasa percaya diri ibu bahwa ia mampu menyusui atau memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya (Sulistyoningsih, 2011).



Semua hal itu dapat dihindari dengan cara ibu



cukup istirahat dan menghindari rasa khawatir berlebihan. e.



Umur kehamilan saatmelahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsiorgan.



f.



Berat Lahir Bayi



Hubungan berat bayi lahir dengan volume ASI berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan lebih besar. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI lebih rendah dibanding bayi dengan berat lahir normal (>2500 gr). Kemampuan mengisap pada BBLR yang rendah akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. g.



Kualitas dan kuantitas makananibu Ibu-ibu dengan asupan makanan sehari-hari yang kurang, terutama sejak masa kehamilan dapat menyebabkan produksi ASI akan berkurang atau bahkan tidak keluar sehingga keadaan ini akan berpengaruh



terhadap



bayinya.



Agar



ASI



yang



diproduksi



mencukupi kebutuhan bayi, perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas makanan ibu. Makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup (Wulandari, 2011). h. Pil Kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepso hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI (Wulandari, 2011).Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI. Alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) misalnya spiralatau IUD, karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung



dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin (Siregar, 2014). i.



Konsumsi Alkohol Meskipun minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat ibu merasa rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin



j.



Konsumsi Rokok Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi



pelepasan



adrenalin



dimana



adrenalin



akan



menghambat pelepasan oksitosin B. Kerangka Konsep Post Partum 1.



Definisi Post Partum atau masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran



bayi,



plasenta,



serta



selaput



yang



diperlukan



untuk



mwmulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti 2014). 2.



AdaptasiFisik Perubahan-perubahan fisik pada ibu post partumadalah: a. SistemReproduksi 1) Involusio Uterus Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat



kontraksi otot-otot polos uterus. Akibat involusi uteri lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluarbesama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai



reaksi basa/alkalis



yang membuat



organisme



berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba(Nugroho et al. 2014) 2) Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternumlebih besar, tetap ada retak-retak dan



robekan-robekan



pada



pinggirnya,



terutama



pada



pinggir



sampingnya (Nugroho et al. 2014) 3) Vulva, vagina dan perineum Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan



keadaan



saat



sebelum



persalinan



pertama.



Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu (Nugroho et al. 2014). 4) Payudara Menurut Nugroho (2011), secara vertikal payudara terletak antara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Sepasang kelenjar payudara beratnya kurang lebih 200 gram, sedangkan saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit, jaringan



erektil, dan berwarna tua (Astutik, 2014).Pada payudara terdapat tiga bagian utama : a)



Korpus (Badan) Korpus adalah bagian yang membesar. Korpus alveolus adalah unit terkecil yang memproduksi susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut acini. Lobulus adalah kumpulan dari alveolus dan lobus adalah kumpulan beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus tiap payudara. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang terkadang disebut sel keranjang (basket cell) atau sell aba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktiferus (Astutik, 2014). Duktus laktiferus merupakan saluran sentral sebagai muara beberapa tubuluslaktiferus.



b) Areola Areola adalah daerah lingkaran pada bagian yang kehitaman di tengah payudara yang teridir dari kulit longgar dan mengalami pigmentasi (Astutik, 2014). Areol sinus laktiferus adalah saluran di bawah areola yang besar melebar dan akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang apabila berkontraksi dapat memompa ASIkeluar.



c)



Papilla atauputting Puting adalah bagian yang menonjol di puncak areola payudara dengan panjang ± 6 mm. Terdapat empat macam bentuk puting yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar, panjang, dan terbenam/terbalik (Nugroho, 2011).



Bentuk puting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi karena bayi menyusu pada payudara ibu bukan pada puting, yang terpenting dalam proses laktasi adalah puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi (Astutik, 2014). b. Sistem Endokrin 1) Hormon Plasenta Selama periode post partum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta (Wulandari, 2011). Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun pada masa postpartum. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) juga



akan menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. 2) Hormon hipofisis dan fungsiovarium



Kadar prolaktin yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Prolaktin akanmenghambat pengeluaran hormon penting ovulasi, yaitu follicle stimulating hormone (FSH). Hormon ini yang bertanggungjawab merangsang pembesaran telur dalam ovarium. Jika seorang wanita sedang dalam masa menyusui atau memang memproduksi prolaktin secara berlebihan, maka ia akan mengalami kesulitan untuk hamil. Bagi ibu menyusui, fungsi prolaktin yang menghambat ovulasi iniberguna untuk memastikan ia tidak hamil sebelum anak yang lebih dulu lahir, selesai disusui 3) Hormonoksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar hipofisis posterior yang bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian oksitosin bekerja pada otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan (Astutik, 2014). Pada ibu yang menyusui bayinya, hisapan bayi akan merangsang keluarnya oksitosin dan membantu uterus kembali ke bentuk normal dan berdampak pada pengeluaran ASI juga.



3.



Adaptasi Psikologi Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran, maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seseorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik di alami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. Menurut Nugroho (2014) fase yang akan di alami oleh ibu pada masa nifas antara lain: a.



Fase Taking In Fase taking in merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. ibu terfokus pada



dirinya



sendiri,



sehingga



cenderung



pasif



terhadap



lingkungannya. Hal yang perlu di perhatikan pada fase ini adalah istrahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. b.



Fase Taking Hold Fase taking hold adalah adalah pergerakkan dari tergantung menuju tingkah laku mandiri. Fase ini terjadi pada hari 2-4 hari setelah persalinan. Pada fase ini tingkat energi ibu bertambah dan akanmerasa lebih nyaman serta mampu lebih berfokus dan bertanggung jawab untuk merawat bayi yang baru dilahirkannya dibandingkan pada dirinya sendiri (Mansyur, 2014). Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting dalam fase ini,



karena postpartum blues bisa terjadi. Ibu menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. c.



Fase Letting Go Fase ini dialami pada akhir minggu pertama post partum. Ibu sudah mampu merawat diri sendiri, ibu mulai sibuk dengan tanggung jawabnya, dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu (Mansyur, 2014). Ibu terkadang bingung dengan perasaan kecemburuan karena setiap orang hanya menanyakan tentang keadaan bayi hari ini dan bukan tentang diri ibu



C. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kelancaran Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum Pada umumnya bayi baru lahir normal mempunyai kemampuan menghisap yang tinggi tetapi beberapa jam kemudian kemampuan menghisap menurun, maka sebaiknyaa bayi disusui segera setelah lahir (Djitowiyono, 2010). IMD yang diterapkan akan menyebabkan kulit bayi menempel pada perut ibu (skin to skin) sehingga mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat. Menurut Tantina (2015), ibu yang mau melakukan inisiasi menyusu dini tentunya mendapatkan rangsangan hisapan aktif dan psikologis lebih cepat untuk mengeluarkan hormon-hormon laktasi (oksitosin dan prolaktin). Pelaksanaan IMD memanfaaatkan keadaan bayi dalam keadaan terjaga (periode reaktivitas pertama) dan merangsang produksi oksitosin yang



membantu kontraksi uterus sehingga dapat membantu pengeluaran plasenta dan menghindari pendarahan post partum. Oksitosin juga dapat meningkatkan reflek let down sehingga bayi yang mendapatkan program IMD dapat secara dini belajar untuk memberikan rangsangan pada puting payudara sehingga meningkatkan peluang suksesnya proses menyusui sejak dini. Kontak emosi ibu dan bayi menjadi lebih lekat dengan dilakukaknnya IMD. Hormon oksitosin yang dihasilkan oleh tubuh ibu kala melihat bayinya yang sudah dinanti-nanti selama 9 bulan akan memunculkan perasaan kasih yang amat besar. Sementara bayi sendiri mendapat kesempatan untuk mengenal ibunya lebih cepat lewat sentuhan kulit, aroma tubuh, dan suara ibu. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan duktus alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut sehingga ASI menjadi lancar. Walaupun prolaktin bertanggung jawab dalam memulai produksi air susu, penyampaian air susu ke bayi dan pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi mekanis pada puting susu oleh hisapan bayi. Menyusu dini yang efesien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum, sehingga kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu. Dan apabila ibu memilih untuk tidak menyusui, sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita melahirkan. Apabila bayi belum juga melakukan



stimulasi (menghisap), laktasi akan berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu. D. Penelitian Terkait 1.



Mayaningtyas Esya Utami (2017) meneliti mengenai “Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Faktor Sosiodemografi Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 6-11 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo”. Jenis Penelitian ini adalah observasional dengan pendekata cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-11 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sebanyak 95 orang, diambil dengan



teknik



proportional



random



sampling.



Analisis



data



menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel pelaksanaan IMD (p=0,321) dengab pemberian ASI Eksklusif pada Faktor Sosiodemografi Ibu, variabel umur (p=0,088), pendidikan (p=0,925), dan paritas (p=0,920) menunjukkan tidak ada hubungan, sedangkan variabel status bekerja (p=0,049) menunjukkan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-11 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 2.



Alisa Miradia Puspitasari (2016), meneliti mengenai “Hubungan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum di Puskesmas Patrang Kabupaten Jember”. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan metode pendekatan prospective. Sampel 26 ibu post partum. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental



sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi inisiasi menyusu dini dan kuesioner kelancaran pengeluaran ASI. Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui bahwa secara statistik terdapat hubungan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI Tingkat kepercayaan yang digunakan ialah 95% dengan p value (0,028) < α (0,05) dan nilai odds ratio (OR) = 11,333. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah usia rata-rata ibu adalah 24,27 tahun, paritas terbanyak ialah multipara, sebagian besar responden beragama Islam, tingkat pendidikan terbanyak ialah SMA, pekerjaan sebagian besar ialah ibu rumah tangga, pendapatan keluarga sebagian besar lebih dari upah minimum regional, dan rata-rata berat badan lahir bayi ialah 3200 gram. Inisiasi menyusu dini dilakukan responden sebagian besar berada dalam kategori tepat. Sebagian besar kelancaran pengeluaran ASI berada dalam kategori lancar. Terdapat hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI di Puskesmas Patrang Kabupaten Jember berdasarkan hasil p value yang lebih kecil dari nilaiα. 3.



Umy Naziroh (2017), meneliti mengenai “Pengaruh pijat oksitosin terhadap kelancaran ASI pada ibu primipara di Desa Segodobancang Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo”. Desain penelitian ini adalah one group pre testpost test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primipara yangmengalami ketidak lancaran pengeluaran ASI di Desa Segodobancang Kecamatan Tarik, KabupatenSidoarjo sejumlah 27 ibu. Sampelnya berjumlah 25 ibu dengan teknik simplerandom



sampling. Variabel independent yaitu pijat oksitosin variable dependent yaitu



kelancaran



ASI



pada



ibu



primipara.



Pengumpulan



data



menggunakan lembar observsi dan kuesioner. Teknik pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating serta uji statistiknya menggunakan uji statistik Wilcoxon signed rank test.Hasil penelitian ini didapatkan dari 25 responden, sebelum dilakukan pijat oksitosin sebagian besar responden pengeluaran ASI nya lancar sejumlah 0 (0%), cukup lancar sejumlah 8 ibu (32%), kurang lancar sejumlah 17 ibu (68%), sesudah dilakukan pijat oksitosin sebagian besar responden pengeluaran ASI nya lancar sejumlah 25 ibu (100%). Uji menunjukkan



bahwa



nilaip



=



0,000
32,5 Kategori Kurang Lancar dengan skor ≤ 32,5 E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data primer pada penelitian ini adalah data hasil observasi menggunakan checklist mengenai pelaksanaan IMD dan data hasil kuisioner mengenai kelancaran pengeluaran ASI.



2. Data Sekunder Menurut Saryono dan Mekar



Dwi Anggraeni (2013:178) , data



sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Data yang diperoleh dari RSU Pancaran Kasih GMIM Manado, dan data geografis wilayah kerja dan jumlah Ibu Yang Melahirkan di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Menurut Sugiyono (2016) teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuisioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Adapun penjelasan dari masing-masing teknil pengumpulan data, sebagai berikut: 1.



Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.



2.



Kuisioner (Angket) Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.



3.



Observasi



Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.



Tahap Penelitian Langkah pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu : a.



Tahap Awal 1.



Peneliti mula–mula meminta suratizin untuk survey awal dari Kampus STIKES Muhammadiyah Manado.



2.



Setelah itu peneliti memasukkan surat izin tersebut ke tempat yang akan dilakukan penelitian.



3.



Peneliti yang telah mendapatkan izin untuk penelitian, melakukan koordinasi di bagian TUUD/Diklit RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. Peneliti melakukan observasi langsung danwawancara terhadap ibu post partumtentang IMD dengan Kelancaran Produksi ASI di ruang bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM. Selanjutnya peneliti memilih sampelpenelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan.



4.



Koordinasi dengan Kepala Ruangan Bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan meminta data sekunder meliputi profil Rumah Sakit, data wilayah kerja, indikator pelayanan ruang bersalin, jumlah kunjungan ibu post partum di ruang bersalin RSU Pancaran Kasih GMIM Manado



b. Tahap Pelaksanaan 1.



Koordinasi dengan Kepala Ruangan tentang rencana pelaksanaan pengambilan data di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dapat berjalan lancar



2.



Peneliti memberikan informed concent kepada responden untuk mendapat persetujuan dari responden yang telah dipilih bahwa responden bersedia menjadi responden penelitian dan mengikuti penelitian yang dilakukan hingga akhir.



3.



Peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden mengenai IMD untuk diisi.



c.



Tahap Akhir Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dan telah terisi, untuk kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu : 1.



Pencatatan dan pengoreksian ulang hasil pengambilan data.



2.



Melakukan pengolahan dan analisis data



F. Teknik Pengolahan Data Setelah lembaran observasi diisi oleh peneliti, akan dilihat kelengkapan pengisiannya yang meliputi : a. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Codingmerupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat penting



bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 1) Variabel Inisiasi Menyusui Dini a)



Kurang Tepat



b) Tepat



= Kode 1 = Kode 2



2) Variabel Kelancaran Pengeluaran ASI a)



Tidak Lancar



b) Lancar



= Kode 1 = Kode 2



3) Variabel Pendidikan Terakhir a)



Tidak Sekolah



= Kode 1



b) SD



= Kode 2



c)



SMP



= Kode 3



d) SMA



= Kode 4



e)



S1



= Kode 5



f)



S2



= Kode 6



4) Variabel Pekerjaan a)



IRT



= Kode 1



b) PNS



= Kode 2



c)



= Kode 3



Swasta



d) Lain-Lain 5) Variabel Status Paritas



= Kode 4



a)



Primipara



= Kode 1



b) Multipara



= Kode 2



c. Entri Data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. d. Tabulasi Data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka yang diperoleh, sehingga dapat dihitung distribusi dan prosentasenya, serta dapat dianalisis secara inferensial. e. Cleaning Data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf yang kurang jelas. G. Analisa Data Agar lebih bermakna data yang telah di beri skore di analisa dengan uji statistik. Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1.



Analisa Univariat ditujukan untuk mendeskripsikan serta menjelaskan karakteristik dari semua responden atau dari variabel penelitian. Analisa univariat menyajikan data yang disertai dengan table distribusi frekuensi dan grafik dari beberapa variabel (Susila, 2015).Penelitian tersebut terdiri dari karakteristik umum dan khusus. Karakteristik umum dari penelitian ini yang merupakan karakteristik responden terdiri dari inisial nama, usia, pendidikan, pekerjaan, status paritas, dan BB bayi lahir. Karakteristik khusus dari penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen adalah IMD dan variabel dependen adalah kelancaran pengeluaran ASI. Ringkasan data jenis numerik akan



dibuat menjadi ukuran tengah yaitu mean, nilai minimum, dan nilai maksimum. Ringkasan data jenis kategorik menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase (Hastono, 2007). Usia dan berat badan bayi lahir termasuk



data



numerik, sedangkan



agama,



pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status paritas, observasi IMD, dan kelancaran pengeluaran ASI termasuk data kategorik. 2.



Analisa Bivariat adalah analisis dua variabel. Uji statistik penelitian ini menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel, dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05, jika nilai signifikan (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil penelitian diterima, dan jika nilai signifikan (p) lebih besar dari α maka dikatakan hasil penelitian ditolak. Teknik statistik ini akan dibantu dengan menggunakan SPSS versi 16 Windows.



H. Etika Penelitian Etika penelitian merupakan perilaku peneliti yang harus di penggang secara teguh pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian yang kita lakukan tidak merugikan responden tetapi etika penelitian harus tetap dilakukan. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut (Hidayat A, 2014): 1.



Informed Consent. Merupakan adalah salah satu bentuk persetujuan yang telah diterima subjek penelitian setelah mendapatkan keterangan yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang timbul pada penelitian yang akan dilakukan.



Informed consent ini diberikan kepada responden sebelum dilakukan penelitian supaya responden mengetahui maksud dan tujuan serta memahami dampak dari penelitian tersebut. Saat responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar informed consent tersebut. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus menghormati keputusan dan hak responden (Hidayat A, 2014). 2.



Anonimity (tanpa nama). Masalah etika responden yang memberikan jaminan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden atau memakai nama inisial pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan dilaksanakan.(HidayatA, 2014).



3.



Confidentiality (Kerahasiaan) Hasil Masalah etika responden pada setiap penelitian di berikan jaminan untuk menjaga kerahasiaan hasil penelitian, baik secara informasi tertulis maupun tidak tertulis ataupun masalah lain yang terjadi saat penelitian berlangsung. Semua informasi yang didapatkan dari responden yang telah dikumpulkan pada peneliti akan dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil perhitungan data. (Hidayat A,2014)



4.



Justic and Inklusieness ( Keadilan dan Keterbukaan ) Permasalahan etika responden yang memberikan jaminan keadilan untuk setiap responden untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa membedakan gender, agama dan etnis. Sedangkan untuk keterbukaan



peneliti memberikan jaminan untuk lingkungan peneliti supaya dikondisikan agar peneliti dapat menjelaskan prosedur penelitian secara terbuka kepada responden. (HidayatA, 2014).



BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian RSU Pancaran Kasih GMIM Manado adalah RSU milik GMIM dibawah nuangan Yayasan Medika, awalnya adalah BKIA yang dibangun tahun 1951 dan mulai dipergunakan tahun 1955. Seiring berjalannya waktu pada 12 Agustus 2009 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia memutuskan RSU Pancaran Kasih GMIM Manado menjadi RSU swasta dengan klasifikasi Madya setara kelas C berdasarkan SK nomor 637/Menkes/SK/VIII/2009. Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado terletak di jalan Samratulangi XIII, kota Manado, Profinsi Sulawesi utara. Rumah 11.390 m² dengan luas bangunan 9.418 m² dan kapasitas tempat tidur sebanyak 224 jumlah sumber daya manusi di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado adalah 400 orang, dan ada 10 Poli. Visi RSU Pancaran Kasih Manado yaitu profesional dalam pelayanan untuk menjadi rumah sakit pilihan dikota manado tahun 2020, sedangkan Misi-nya yaitu memberikan pelayanan kesahatan yang paripurna, bermutu tinggi dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, mengembangkan pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi unggulan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan manajeman yang kreatif, inofatif dan produktif. Dengan motto melayani dengan kasih.



Penelitian dilakukan di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado pada bulan Agustus 2019 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. 1. Karakteristik Responden a.



Distribusi



Responden



Berdasarkan Umur Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n=30) Umur 16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun Total



Banyaknya Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 5 16,7 10 33,3 14 46,7 1 3,3 30 100



Sumber Data WHO



Berdasarkan Tabel 5.1 didaparkan hasil responden dengan umur terbanyak yaitu 26-30 Tahun dengan 14 responden (46,7 %), dan umur terkecil yaitu 31-35 Tahun dengan 1 responden (3,3 %). b.



Distribusi



Responden



Berdasarkan Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n=30) Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total Sumber Data Primer 2019



Banyaknya Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 1 3,3 1 3,3 24 80,0 4 13,3 30 100



Berdasarkan Tabel 5.2 didaparkan hasil responden dengan pendidikan terbanyak yaitu SMA dengan 24 responden (80,0 %), dan pendidikan terkecil yaitu SD dan SMP dengan 1 responden (3,3 %). c.



Distribusi



Responden



Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n=30)



Pekerjaan IRT PNS Swasta Total



Banyaknya Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 26 86,7 1 3,3 3 10,0 30 100



Sumber Data Primer 2019



Berdasarkan Tabel 5.3 didaparkan hasil responden dengan pekerjaan terbanyak yaitu IRT dengan 26 responden (86,7%), dan pekerjaan terkecil yaitu PNS dengan 1 responden (3,3%). 2. Analisa Univariat a.



Distribusi Responden Berdasarkan Inisiasi Menyusui Dini Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Inisiasi Menyusui Dini di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n=30) Inisiasi Menyusui Dini Tepat Kurang Tepat Total



Banyaknya Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 25 83,3 5 16,7 30 100



Sumber Data Primer 2019



Berdasarkan Tabel 5.4 didaparkan hasil responden dengan inisiasi menyusui dini terbanyak yaitu tepat dengan 25 responden (83,3%).



b. Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran Produksi ASI Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran Produksi ASI di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado (n=30) Kelancaran Produksi ASI Lancar Kurang Lancar Total



Banyaknya Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 23 76,7 7 23,3 30 100



Sumber Data Primer 2019



Berdasarkan Tabel 5.6 didaparkan hasil responden dengan kelancaran produksi ASI terbanyak yaitu lancar dengan 23 responden (76,7%).



3. Analisa Bivariat Tabel 5.6 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran Produksi ASI di RSU GMIM Pancaran kasih Manado (n=30) Kelancaran Produksi ASI Inisiasi Menyusui Dini Tepat Kurang Tepat Total



Lancar f 22 1 23



% 73,3% 3,3 % 76,7%



Kurang Lancar f % 3 10,0 % 4 13,3 % 7 23,3 %



Total F 25 5 30



% 83,3 % 16,7 % 100.0 %



P



OR



0,006



29,333



Sumber Data Primer 2019



Tabel 5.6 dari 30 responden inisiasi menyusui dini yang tepat dengan kelancaran produksi ASI yang lancar sebanyak 22 responden (73,3%), inisiasi menyusui dini yang tepat dengan produksi ASI yang kurang lancar sebanyak 3 responden (10,0%), sedangkan inisiasi menyusui dini yang kurang tepat dengaan produksi ASI yang lancar sebanyak 1 responden (3,3%), inisiasi menyusui dini dengan produksi ASI yang kurang lancar 4



responden (13,3%) dari 30 responden penelitian. Selanjutnya hasil uji ChiSquare Ho ditolak jika nilai p value < 0,05. Hasil analisa dengan ChiSquare diperoleh nilai p = 0,006 < 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak Ha diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara inisiasi menyusui dini dengan kelancaran produksi ASI di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Nilai ods ratio (OR) sebesar 29,333 yang artinya responden yang dengan segera setelah lahir dilakukan inisiasi menyusui dini yang tepat akan memberikan peluang 29,333 kali untuk produksi ASI lancar



dibandingkan responden yang pemberian



inisiasi menyusui dini yang kurang tepat B. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada RSU GMIM Pancaran Kasih Manado pada bulan Juli–Agustus 2019 diperoleh 30 responden. Hasil penelitian didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara inisiasi menyusui dini dengan kelancaran produksi ASI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2018) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Produksi ASI Selama 6 Bulan pertama dengan hasil ada hubungan inisiasi menyusui dini dengan produksi ASI, penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2017) dengan judul hubungan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran asi pada ibu nifas di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan hasil ada hubungan antara penatalaksanaan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu nifas di



RSU Dewi sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Dan RSUD Banjasari Surakarta dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan inisiasi menyusu dini dengan kelancaran produksi ASI dilihat dari faktor bayi dan juga faktor ibu. Hasil penelitian didapatkan walaupun teknik inisiasi menyusui dini sudah tepat tetapi produksi ASI masih kurang lancar hal ini disebabkan bayi yang malas menyusu akan membuat payudara ibu tidak dapat dikosongkan secara sempurna



sehingga



produksi ASI menjadi tidak lancar. Ibu yang



memberikan ASI secara dini lebih sedikit akan mengalami masalah dengan menyusui (Wiknjosastro, 2012). Hasil penelitian juga didapatkan responden dengan inisiasi menyusui dini kurang tepat tetapi



produksi



ASI lancar



disebabkan oleh hisapan bayi tidak sempurna akan membuat hormon prolaktin dan oksitosin terus menurun dan ASI akan terhenti (Purwanti, 2014). Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon. Rangsangan mekanik terjadi saat bayi menyusu. Gerakan menyedot dan memeras areola dari mulut bayi ini membuat ASI keluar. Bayi baru lahir memiliki refleks mencari puting susu penghisapan yang sangat kuat dibawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan payudara menghisap menghasilkan hormon laktasi. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae



melalui duktus ke sinus lactiferus. Hisapan juga merangsang produksi hormon prolaktin, hormon oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior (Sulistyawati, 2009).



Responden yang dilakukan inisisasi menyusu dini akan mendapatkan rangsangan pada puting ibu oleh hisapan bayi. Semakin cepat ada rangsangan hisapan dari puting ibu, maka proses pengeluaran ASI akan cepat. Karena dalam pelaksanaan IMD terjadi hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi ke putting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Roesli, 2008). Pendapat Puspitasari (2016) keluarnya hormon-hormon yang merangsang keberhasilan menyusui. Menurut peneliti ibu yang melakukan IMD, bayi disusui segara setelah lahir, ini merupakan titik awal yang penting untuk menentukan produksi ASI. Pada penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMD dengan kelancaran produksi ASI yang dapat di buktikan pada tabel bivariat (tabel 5.6) yaitu inisiasi menyusui dini yang tepat dengan kelancaran produksi ASI yang lancar sebanyak 22 responden (73,3%), inisiasi menyusui dini yang tepat dengan produksi ASI yang kurang lancar sebanyak 3 responden (10,0%), sedangkan inisiasi menyusui dini yang kurang tepat dengaan produksi ASI yang lancar sebanyak 1 responden (3,3%), inisiasi menyusui dini dengan produksi ASI yang kurang lancar 4 responden (13,3%) dan ditunjang dengan nilai ods ratio sebesar 29,333 yang artinya inisiasi menyusui dini yang tepat memiliki peluang 29,333 kali untuk produksi ASI lancar.



BAB VI PENUTUP



A. Kesimpulan 1. Inisiasi menyusui dini di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berada pada kategori tepat. 2. Kelancaran produksi ASI di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado berada pada kategori lancar. 3. Ada hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan kelancaran produksi ASI di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. B. Saran 1.



Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan instrumen penelitian yang lebih akurat.



2.



Bagi Keilmuan Keperawatan Hasil penelitian ini menjadi evidence based research keperawatan khususnya di bidang keperawatan maternitas sehingga perawat dapat meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini.



3.



Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan pelayanan untuk menginisiasi menyusui dini bagi ibu pasca melahirkan.



4.



Bagi responden Hasil penelitian menjadi gambaran bagi responden sejauh mana ketepatan responden dalam melakukan inisiasi menyusui dini sehingga jika memiliki anak kembali dapat melakukan inisiasi menyusui dini lebih tepat lagi.



DAFTAR PUSTAKA Astutik, R. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. Departemen Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika Ferial, E.W. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Volume 2 Nomor 5 Tahun 2013 asi.pdf (diakses pada tanggal 20 Juli 2019 Pukul 10:00 WITA). Haryono R, Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen Publising Edisi 1. Hal: 17-30. Kemenkes, RI. (2014). Situasi Dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Infodatin. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf (diakses pada tanggal 19 Juli 2019 Pukul 14:30 WITA). Lisnawati (2017). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Sulawesi Tenggara. SKRIPSI, Poltekes Kemenkes Kendari Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Norhayati, M. N., and Yacob, M. A. (2017). Long-Term Postpartum Effect of Severe Maternal Morbidity on Sexual Function. The International Journal of Psychiatry in Medicine. Puspitasari, Alisa Miradia. (2016). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum di Puskesmas Patrang Kabupaten jember. SKRIPSI, Universitas Negeri Jember Roesli, U. (2012). Inisiasi Menyusui Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Setyowati, Anis. (2018). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Produksi ASI Selama 6 Bulan Pertama. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo. 4. 30. 10.29241/jmk.v4i1.99. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta



Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Susila & Suyanto. (2015). Metodelogi Penelitian Cross Sectional.Bossscript. Klaten WHO. (2016). Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016. (diakses pada tanggal 20 Juli 2019 Pukul 13:20 WITA). Wiknjosastro. (2012). llmu kebidanan IV., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



Zakia, Z. I., (2011). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Dan RSUD Banjasari Surakarta. UNS. F. Kedokteran-G0008223-2011