Skripsi Sunarti Arsad [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



HUBUNGAN KEKUATAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA REMAJA DI KELURAHAN BAILANG LINGKUNGAN V KECEMATAN BUNAKEN KOTA MANADO



Disusun Oleh Dan Diajukan : SUNARTI ARSAD 1701049



Kepada



PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO 2021



SKRIPSI



HUBUNGAN KEKUATAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA REMAJA DI KELURAHAN BAILANG LINGKUNGAN V KECEMATAN BUNAKEN KOTA MANADO Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Muhammadiyah Manado Diajukan Oleh : SUNARTI ARSAD 1701049



Kepada PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO 2021



PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii



Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Sunarti Arsad NIM : 1701049 Program Studi : S1 Keperawatan Judul Skripsi : Hubungaan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungn V Kecematan Bunaken Kota Manado. Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana baik di STIKES Muhammadiyah Manado maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan. Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado dan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan gelar Sarjana yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Manado, Yang Menyatakan (Materai, 6000)



iii



PERTSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN KEKUATAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA REMAJA DI KELURAHAN BAILANG LINGKUNGAN V KECEMATAN BUNAKEN KOTA MANADO



Diajukan Oleh :



SUNARTI ARSAD 1701049



Telah Disetujui Oleh :



Pembimbing I



Ns.Bayu Dwiseryo, S.Kep, M.Kep NIDN : 09 240491 04



Pembibmbing II



Ns. Nurlela Hi.Baco. S.Kep, M,Kep NIDN :



PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv



Skripsi ini diajukan oleh : Nama



: Sunarti Arsad



Nirm



: 1701049



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul Skripsi



: Hubungan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V.Kecematan Bunaken Kota Manado.



Telah berhasil dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2021 dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan pada program studi Ners STIKES Muhammadiyah Manado.



PANITIA PENGUJI Penguji I : Ns. Sri Wahyuni, S.Kep.,M.Kes Penguji II : Agus A.Laya, SKM.,M.Kes Penguji III : Ns. Nurlela Hi.Baco, S.Kep Mengetahui, Ketua



Ketua Program Studi Ners



STIKES Muhammadiyah Manado



STIKES Muhammadiyah Manado



Agust A. Laya, SKM., M.Kes NIP. 199650805 199403 1 010



Ns. Hj. Silvia Dewi M. Riu, S.Kep., M.Kep NIDN. 0905098601



v



CURICULUM VITAE



Foto 3x4



A. Identitas Pribadi Nama



: Sunarti Arsad



Nirm



: 1701049



TTL



: Tidore, 10 Oktober 1998



Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Anak



: Ke-3 (Tiga Bersaudara)



Alamat



: Gamtufkange, Kec.Tidore,Provinsi Maluku Utara



No. Telepon



: 082191490466



Email



: [email protected]



B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 1 Topo 2010 2. SMP Negeri 6 Tidore 2013 3. SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan 2016 4. STIKES Muhammadiyah Manado 2017 - 2021



vi



KATA PENGANTAR



‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬ ‫س‬ ْ ِ‫ب‬ ِ Puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, anugrah dan Rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Di Kelurahan Bilang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pihak lain yang menaruh minat terhadap masalah ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1.



Agust A. Laya., SKM., M.Kes selaku ketua STIKES Muhammadiyah Manado dan Selaku Penguji II saya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, masukan, dalam menyelesaikan skripsi ini.



2. Ns. Hi. Suwandi I. Luneto, S.kep., M.Kes., CWCCA selaku Wakil Ketua I Bagian Akademik Kurikulum yang telah banyak memberikan arahan dan masukan. 3.



Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes selaku Wakil Ketua II Bagian Aset dan keuangan, yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang membangun selama menyelesaikan skripsi ini..



vii



4.



I Made Rantiasa, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Ketua III Bagian Administrasi dan Sumber Daya Manusia yang telah banyak memberikan arahan serta masukan.



5. Rizal Arsyad, S.Ag., M.Ag selaku Wakil ketua IV Kemahasiswaan dan kerjasama yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta motivasi. 6.



Ns. Hj. Silvia Dewi M. Riu, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, telah banyak membantu dan memberikan banyak masukan serta saran yang membangun selama menyelesaikan skripsi ini. Ns. Sri Wahyuni, S.Kep., M.kes selaku Sekretaris saya yang banyak membantu dan memberikan masukan dan saran serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.



7. Ns. Bayu Dwisetyo, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing I saya yang telah banyak memberikan saran, masukan, arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini 8. Ns. Nurlela Hi. Baco S.Kep selaku Pembimbing II sekaligus moderator saya yang telah banyak memberikan saran, masukan, arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 9.



Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado, yang selalu memotivasi dan memberi semangat selama mengikuti pendidikan di STIKES Muhammadiyah Manado.



10. Yang teristimewa untuk kedua orang tua saya yaitu (Papa & Mama) yang selalu memberikan dorongan. Semangat, membantu saya dalam material, memberi nasehat untuk saya, serta mendoakan saya dalam kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup saya, terima kasih untuk segala perhatian dan kasih sayangnya.



viii



11. Teman-teman seangkatan, seperjuangan dan sepenanggungan terimakasih atas kebersamaan dan kebaikan kalian, yang telah memberi warna dan cerita selama perkuliahan, sukses untuk kita semua angkatan 2017. 12. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Fisgan Djuba dan senior saya Husnul Kemhay S.Kep., CBWC, Safrin Ruslan, Nasrul Tahane, Hamja Umaternate. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan hal ini disebabkan karna keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, pegalaman yang dimiliki penulis.Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Akhirnya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini tetap penulis harapkan.



Manado,



2021 Penulis



Sunarti Arsad



ix



Surati Arsad (2021). Hubungan Kekuatan Keluarg dengan Perilku Seksual Beresiko Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. Dibimbing Oleh Skripsi. Program Studi Ners STIKES Muhammadiyah Manado. Dibimbing oleh Pembimbing (1) Ns.Bayu Dwiseryo, S.Kep, M.Kep (2) Ns. Nurlela Hi.Baco. S.Kep, M,Kep



ABSTRAK Remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun dan belum menikah. Perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh pengetahuan dan perilaku remaja terhadap kesehatan kurang kepedulian orang tua terhadap kesehatan remaja.. Kekuatan keluarga merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mencegh terjadinya perilaku seksual pada remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. Penelitian ini dilakukan pada remaja awal kelurahan Bailang Lingungan V Kecematan Bunaken Kota Manado, Populasi 130 responden dengan jumlah sampel 33 resonden. Penelian ini dilakukan pada bulan Agustus. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan Metode deskriptif analitik yang bersifat cross sectional. Teknik pengembilan sampel menggunakan purposive.Pemgumpulan data menggunakan kusioner selanjutnya data terkumpul dan dianalisa menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α) ≤ 0,05. Hasil uji statistic Chi-Square didapatkan nilai p= (a< 0,002). Artinya ada hubungan yang signifikan antara hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja kelurahan bailang lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. Saran hasil penelitian ini sebagai pengetahuan dasar bagi mahasiswa dan untuk perkembangan di bidang keperawatan selanjutnya. Kata Kunci : Kekuatan Keluarga,Perilaku Seksual



x



Surati Arsad (2021). The Relationship of Outg Strength with Sexual Perilku Is At Risk In The Youth Of Bailang Neighborhood V. Guided by thesis. Ners STIKES Muhammadiyah Manado Study Program. Guided by Guide (1) Ns.Bayu Dwiseryo, S.Kep, M.Kep (2) Ns. Nurlela Hi.Baco. S.Kep, M,Kep.   ABSTRACT Adolescents are residents aged 10-18 years, while according to the Population and Family Planning Family strength is one of the most important things in preventing the occurrence of risky sexual in adolescents. The purpose of this study is to find out the relationship of family strength to sexual behavior at risk in adolescents of environmental bailang village v. This study was conducted in the early teens of bailang lingungan v village, Population of 130 respondents with a sample number of 33 resonden. This was done in August. This type of research is research using descriptive analytical methods that are cross sectional. The sampling technique uses purposive sampling. Data collection using the processor then collected data and analyzed using the Chi-Square test with a α level (≤ 0.05. Chi-Square statistical test results obtained a value of p = (a< 0.002). This means that there is a significant relationship between family strength relationships and risky sexual behavior in adolescents in the neighborhood. The conclusion of this study is that there is a family strength relationship with sexual behavior at risk in adolescents in the neighborhood. Advice the results of this study for developments in the field of nursing in the future. Keywords : Fmily Strength, Seksual Behavior.



xi



DAFTAR ISI SAMPUL LUAR..................................................................................................................i SAMPUL DALAM...............................................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................................iii PERSETUJUAN PEMBIMBIMG ....................................................................................iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRISPI..................................................................v CURIULUM VIATE.............................................................................................................vi KATA PENGANTAR..........................................................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................................x ABSTRACT...........................................................................................................................xi DAFTAR ISI.........................................................................................................................xii DAFTAR TABEL................................................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................................4 C. Tujuan Peneltian........................................................................................................4 D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Remaja..........................................................................................................6 B. Perilaku Seksual Beesiko Remaja..............................................................................16 C. Konsep Kekuatan Keluarga.......................................................................................18 D. Penelitian Terkait.......................................................................................................26 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Penelitian......................................................................................28 B. Hipotesa Penelitian....................................................................................................28 C. Variable Penelitian.....................................................................................................29 D. Definisi Operasional..................................................................................................30



BAB IV METODE PENEITIAN A. Desain Penelitian.......................................................................................................31 B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................31 C. Populasi dan Sampel..................................................................................................31 D. Instrument Penelitian.................................................................................................33 E. Pengelolahan Data.....................................................................................................34 F. Analisa Data...............................................................................................................35 G. Etika Penelitian..........................................................................................................35 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................................................47 B. Saran..........................................................................................................................47 xii



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................48 LAMPIRAN-LAMPIRAN



DAFTAR TABEL xiii



Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur................................................ Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin.................................. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kekuatan Keluarga.......................... Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Seksual………………. Tabel 5.5 Hasil Analisa Hubungan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual



DAFTAR LAMPIRAN xiv



Lampiran 1: Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 2 : Surat Survey Awal Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Lampiran 4 : Surat Penelitian Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian Lampiran 6 : Master Tabel Lampuran 7 : Statistik / Hasil Uji dengan Menggunakan SPSS Lampiran 8 : Lembar Konsultasi Lampiran 9 : Dokumentasi Kegiatan.



xv



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari aseksual (masa anak-anak) menjadi seksual aktif (masa dewasa), dengan fase-fase perkembangan seksual, remaja memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap seksualitas (Soetjiningsih, 2015). World Health Organization (dalam Infodatin, 2016),



menyebutkan bahwa sekitar 21 juta remaja perempuan



yang berumur 15–19 tahun di negara berkembang, mengalami kehamilan setiap tahun dan hampir setengah kehamilan tersebut (49%) merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya seks yang dilakukan sebelum pernikahan. Remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 63 juta pemuda atau 26% dari total populasi 238 juta,. Bonus demografi telah di gadang-gadang oleh beberapa negara di kawasan Asia Tenggara



akan terjadi pada tahun 2020-2030,



termasuk Indonesia, dimana penduduk dengan usia produktif akan mencapai 70% lebih besar dibandingkan dengan penduduk lanjut usia. Menurut Riskedas 2018, kelompok usia 15-24 tahun semakin meningkat dengan persentase (12,2%) dibandingkan dengan tahun 2013 (11,7%) hal ini menyebabkan 1% anak laki-laki dan 4% anak perempuan di seluruh Indonesia telah melakukan hubungan seksual. Sementara data dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia, saat ini generasi muda atau remaja di seluruh dunia dengan rentang usia 10-24 tahun mencapai 1,8 milyar orang dan telah menjadi populasi terbesar dalam sejarah,



berdasarkan data di atas maka perlu ada upaya-upaya dalam mencegah dan mengatasi masalah yang terjadi pada remaja salah satunya intervensi yang berbasis pada keluarga dan sekolah (World Bank 2017). Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 (SP2020). Masyarakat Sulawesi Utara saat ini didominasi oleh generasi remaja, atau istilah sekarang yakni generasi milenial yang lahir pada tahun 1995 hingga 2010. Struktur penduduk menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Pusat Statistik Sulawesi Utara mencatat bahwa mayoritas penduduk sulut di paling bayak di dominasi oleh remaja dengan proporsi sebanyak 27,50 persen dari total populasi . Sementara generasi milenial sebanyak 24,32 persen dari total populasi sulut sekitar 2,62 juta jiwa. Generasi milenial ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat percepatan



pertumbuhan ekonomi. Mereka yang termasuk milenial



berada pada rentang usia 24- 39 tahun. Masalah perilaku seksual merupakan suatu permasalahan yang serius yang dialami remaja hingga dewasa awal di Indonesia . Hal ini diperkuat dengan data dari Depkes 2016,



sekitar 1 juta rmaja pria dan 200 ribu remaja wanita mengaku bahwa



mereka telah melakukan hubungan seksual. Hal ini di perkuat dengan beberapa penelitian yang di lakukan di oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu 1993-2012 jumlah ini pasting meningkat setiap tahun. Menurut Soetjiningsih (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi adalah hubungan antara keluarga dengan remaja, tekanan teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah perilaku seksual pranikah remaja dalam penelitian lain dijelaskan bahwa kualitas hubungan keluarga memiliki implikasi bagi 2



kesehatan remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik keluarga berhubungan dengan perilaku seks berisiko dan rendahnya tingkat kepatuhan pada remaja. Sedangkan komunikasi yang baik dalam keluarga berhubungan dengan penundaan aktivitas seksual pada remaja (Aspy, 2016). Menurut Sarwono (2017) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis, bentuk-bentuk perilaku seksual remaja bisa bermacam- macam, mulai dari aktivitas berpacaran (dating) sampai tingkah laku berkencan, bercumbu (necking atau petting), dan bersenggama, objek seksualnya juga bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun diri sendiri. Akibatnya, dapat menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki dan akhirnya melakukan tindakan aborsi yang tidak aman dikarenakan pasangan remaja tersebut belum siap membangun keluarga (Pramita D, 2016).



Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 72 % sudah berpacaran, sekitar 92 % sudah sudah pernah berciuman, Sekitar 62 % sudah pernah meraba-raba pasangan, sekitar 20% hingga 30% remaja mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks, akibatnya ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum tampaknya berkembang semakin serius, kelompok remaja yang masuk pada penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) (Gunawan, 2017). Adapun dampak perilaku seksual berisiko pada remaja terhadap kesehatan reproduksi, antara lain: pertama, kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Kehamilan yang tidak diinginkan membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugur- kannya. Hamil dan melahirkan dalam usia muda merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa 3



kematian ibu. Menurut Wibowo (2016) terjadinya perdarahan pada trisemester pertama dan ketiga, anemi dan persalinan kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan anak muda. Selain itu kehamilan di usia muda juga berdampak pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari ibu usia muda. Dampak lain dari perilaku seksual berisiko pada remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Remaja seringkali melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja se- makin rentan untuk tertular penyakit menular seksual seperti sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada menunjukkan bahwa diantara penderita atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 1529 tahun. Ketiga, adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan anak muda perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja perempuan yang hamil merupakan aib keluarga yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus terso- sialisasi dalam dirinya. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami pelajar setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pa- sangan, dan kepada nasib yang membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi anak muda tidak terpenuhi. Dengan adanya komunikasi yang baik antara keluarga dengan remaja maka akan membuat kedekatan hubungan keluarga semakin baik, para remaja akan merasa lebih nyaman ketika menceritakan kepada orang tua terkait kehidupan sehari-harinya serta 4



masalah-masalah yang mereka hadapi, dengan begitu remaja akan mendapatkan saran, bimbingan, serta pendidikan langsung dari orangtua sehingga diharapkan agar para remaja dapat mengontrol perilaku seksualnya dengan baik (Fauzy, 2017). Permasalahan kesehatan yang berisiko mengancam kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, depresi atau risiko bunuh diri, emosi masalah fisik, problem sekolah dan perilaku seksual (Sthanhope dan Lancaster 2017). Perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh pengetahuan dan keterampilan sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatan kurang kepedulian orang tua dan masyarakat terhadap kesehatan dan kesejahteraan remaja serta belum optimalnya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan remaja (Depkes, 2017). Kekuatan keluarga merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku seksual berisiko, kekuatan keluarga merupakan kemampuan anggota keluarga untuk mengubah perilaku anggota keluarga yang lain (Olson dan Cromwell 2016), focus kekuatan keluarga dengan rmaja adalah pengambilan keputusan yang diarahkan pada pencapaian persetujuan dan komitmen dari anggota keluarga untuk melaksanakan serangkaian tindakan atau mempertahankan status quo. Keluarga merupakan faktor yang terutama dan utama mempengaruhi perkembangan remaja walaupun dalam pertumbuhan dan perkembanganya dipengaruhi oleh teman sebaya, teman sekolah dan masyarakat, salah satu bentuk keterlibatan keluarga adalah dalam bentuk monitoring parental. Beberapa studi sebelumnya mengatakan bahwa aspek monitoring parental paling efektif dalam menunda remaja melakukan aktifitas seksual dini. Program intervensi monitoring parental yang di desian secara efektif menurutnya dapat mempengaruhi perilaku seksual berisiko pada remaja dikarenakan semua aktifitas remaja di kontrol oleh orang tua atau keluarga (Linda, 2019) Selain itu puskesmas dan tenaga kesehatan di berbagai daerah diharapkan dapat 5



membantu dalam mengatasi persoalan perilaku seksual yang terjadi di wilayah kerjanya masing-masing, melakukan penyuluhan kesehatan terutama berkaitan dengan maslah kesehatan reproduksi pada remaja. Berdasarkan survey yang di lakukan di kelurahan bailang lingkungan V, didapatkan jumlah remaja sebanyak 190 orang, terdiri dari remaja awal usia 11-15 tahun sebanyak 130, remaja akhir



usia 16-20 tahun sebanyak 60 orang, setelah



dilakukan wawancara kepada 30 orang remaja mereka mengaku sudah berpacaran, dan 7 orang di antaranya mengaku sudah pernah berpegangan tangan dengan lawan jenisnya, 3 orang cium kening cium basah, sementara 3 orang mengatakan sudah pernah melakukan oral sex bahkan melakukan hubungan seksual dengan cara penis berada didalam vagina. Sementara 10 orang lainya mengaku hanya sebatas melakukan kontak pada bagian sensetif seperti payudara, 4 orang remaja mengatakan ia sering bermesraan dengan kekasihnya ketika mengendarai motor dijalan raya 3 orang pernah melakukan mulut dengan lawan jenisnya, dan sering keluar bepergian bersama kekasihnya, mereka juaga mengatakan bahwa pacaran di usia muda merupakan suatu hal yang wajar, sementara sebagian keluarga tidak mengetahui status hubungan asmara anak-anak mereka, dikarenakan mereka sering keluar rumah untuk bekerja, hal ini menyebabkan remaja dengan leluasa melakukan aktifitas diluar rumah yang mengarah kepada perilaku seksual beresiko. hal ini perlu adanya perhatian khusus bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi atau sosialisasi menganai perilaku seksual beresiko pada remaja. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah ada pengaruh sosial ekonomi dan peran keluarga terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Bailang Kecematan Bunaken lingkunan V.



6



B.



Rumusan Masalah Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut “Ada hubungan kekuatan keluarga terhadap perilaku seksual beresiko pada remaja di Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota ,Manado.



C.



Tujuan Penelitian 1.



Tujuan Umum Dikethui hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado.



2.



Tujuan Khusus Diketahui kekuatam seksual beresiko pada remaja di Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado.



3.



Diketahui hubungan pereilaku seksual beresiko pada remaja kelurahan bailang lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado.



4.



Dianalisa hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja kelurahan bailang lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado.



D.



Manfaat Penelitian 1.



Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya di harapkan dapat memberi masukan untuk memperkaya pengetahuan di bidang kesehatan khususnya menyangkut masalah yang muncul pada remaja yang berkaitan dengan upaya pencegahan seks pada remaja.



2.



Manfaat Praktis a.



Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang perilaku seksual di kalangan remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan 7



Bunaken Kota Manado. b.



Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak atau instansi yang terkait dalam memberi solusi atas fenomena seks pranikah di kalangan remaja.



c.



Bagi orang tua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku seksual.



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.



Konsep Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan baik fisik maupun sosial psikologisnya.juga merupakan periode antara pubertas dengan kedewasaan (Hurlock, 2017). Pandangan ini juga diungkap oleh Piaget (dalam Hurlock, 2017) dengan mengatakan, secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya dalam masalah hak. Batasan remaja yang digunakan untuk masyarakat Indonesia, yaitu mereka yang berusia 11-24 tahun dan belum menikah. Bagi mereka yang berusia 11-24 tahun namun sudah menikah, mereka tidak disebut remaja. Sementara mereka yang berusia 24 tahun keatas namun belum menikah dan masih menggantungkan hidupnya kepada orang tua, masih disebut remaja. Remaja adalah suatu periode perkembangan dari transisi antara anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2017). Menurut Feldamn dkk, 2018 menyatakan remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai usia antara 12 atau 13 tahun dan terakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan



10



2. Ciri-Ciri Masa Remaja Masa remaja sebagai periode yang penting meskipun semua periode adalah penting, tetapi kadar kepentingan usia remaja cukup tinggi mengingat dalam periode ini begitu besar pengaruh fisik dan psikis membentuk kepribadian manusia. Periode ini membentuk pengaruh paling besar terhadap fisik dan psikis manusia sepanjang hayatnya kelak. Menurut Hurlock (2017) masa remaja memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan Peralihan bukan berarti terputusnya suatu rangkaian sebelumnya dengan rangkaian berikutnya. Peralihan lebih menuju pada arti sebuah jembatan pergantian atau tahapan antara dua titik. Titik ini juga bisa disebut titik rawan periode manusia, di mana dalam titik ini terbuka peluang untuk selamat atau tidaknya pola pikir dan pola sikap manusia sebagai pelaku peralihan itu sendiri. Peralihan ini dari masa kanakkanak menuju dewasa. Tidak dikatakan masa kanak-kanak yang penuh masa- masa bermain-main, tetapi juga tidak masa dewasa, yang penuh kematangan dalam pemikiran dan tingkah laku. b. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan Tingkat perubahan tingkah laku remaja sama dengan perubahan fisiknya perubahan yang bersifat universal Meningginya emosi, Perubahan tubuh Perubahan minat dan peran dalam pergaulan sosial Perubahan pola nilai-nilai yang dianutnya Perubahan yang ambivalen,



11



di mana masa remaja biasanya menginginkan perubahan, tetapi secara mental belum ada kesadaran tanggung jawab atas keinginannya sendiri. c. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah Masa remaja memiliki masalah yang sulit di atasi, disebabkan adanya kebiasaan penyelesaian masalah dalam masa sebelumnya yaitu masa kanak-kanak oleh orang tua dan guru sehingga remaja kurang memiliki pengalaman dalam menyelesaikan setiap masalahnya. Oleh karena dalam penyelesaian masalahnya remaja kurang siap, maka kadangkala tidak mencapai keberhasilan yang memuaskan, sehingga kegagalan tersebut bisa berakibat tragis. d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas Salah satu cara untuk menampilkan identitas diri agar diakui oleh teman sebayanya atau lingkungan pergaulannya, biasanya menggunakan simbol status dalam bentuk kemewahan atau kebanggan lainnya yang bisa mendapatkan dirinya diperhatikan atau tampil berbeda dan individualis di depan umum. e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan Sebagaimana disampaikan oleh Majeres, 2017 disebutkan bahwa “banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak yang bersifat negatif”. Ini gambaran bahwa usia remaja merupakan usia yang membawa kekhawatiran dan ketakutan para orang tua. Stereotip ini memberikan dampak pada



12



pendalaman pribadi dan sikap remaja terahadap dirinya sendiri. f. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Tidak Realistik Berbagai harapan dan imajinasi yang tidak masuk di akal seringkali menghias pemikiran dan cita-cita kaum remaja. Ambisi melintasi logika tersebut tidak dapat dikendalikan dan selalu ada dalam pengalaman hidup perkembangan psikologi remaja. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang dicita-citakan dan diinginkan, bukan sebagaimana adanya di alam nyata. g. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa Kebiasaanya di masa kanak-kanak, ternyata masih juga kadang terbawa di usia remaja ini, dan teramat sukar untuk menghapusnya. Sementara



usianya yang menjelang dewasa menuntut



untuk



meninggalkan kebiasaan yang melekat di usia kanak-kanak tersebut. Menyikapi kondisi ini, kadangkala untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah dewasa dan sudah siap menjadi dewasa, mereka bertingkahlaku yang



meniru-niru



sebagaimana



orang



dewasa



di



sekitarnya



bertingkahlaku, bisa tingkahlaku positif dan bisa negatif. 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Seiring perkembangannya, remaja mempunyai tugas perkembangan, yaitu Menurut Hurlock, 2017 ada delapan tugas perkembangan pada masa remaja yaitu sebagai berikut : a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita.



13



b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya yang menggunakan tubuhnya secara aktif. d. Mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karir ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Tugas perkembangan pada umumnya bisa dilakukan dengan lancar bila tidak ada rintangan dari lingkungan maupun dari dalam diri remaja itu sendiri. Kesulitan yang menghambat kelancaran pelaksanaan tugas perkembangan adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi penyesuaian dengan perkembangan inteligensi, perkembangan peran sosial, perkembangan peran seksual, dan perkembangan moral dan religi (Ali dan Asrori, 2015). Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Setiap individu



dalam



berbagai



tingkatan



usia



pasti



memiliki



tugas



perkembangan yang harus diselesaikan untuk melanjutkan tugas perkembangan selanjutnya. Begitu pula dengan tahapan usia remaja memiliki tugas perkembangan. Yusuf (2016) mengatakan bahwa aspekaspek perkembangan remaja antara lain meliputi :



14



a. Perkembangan Biologis Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono 2016). b. Perkembangan Kognitif Menurut Santrock, 2017 pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan



dengan



gagasan



lain.



Mereka



bukan



hanya



mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Santrock, 2017 secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat



15



menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. c. Perkembangan Sosial Menurut Potter dkk, 2015 perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat. Menurut Santrock, 2019 pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial- emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (Santrock 2017) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.



16



d. Tahap Perkembangan Remaja Menurut Depkes RI, 2019 masa remaja merupakan masa suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan dan merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa muda. Dari segi remaja dapat dibahagi menjadi : 1) Masa Remaja Awal (12-16 tahun) Pada masa ini, individu berusaha mengembangkan diri dan mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak. Remaja mulai dapat berkembang pikirannya, mampu mengarahkan dirinya sendiri meskipun pengaruh dari teman sebaya masih cukup kuat. Disamping itu, pada masa ini hubungan dan rasa suka terhadap lawan jenis mulai muncul. 2) Masa Remaja Akhir (17-25 tahun) Remaja mulai mempersiapkan dirinya untuk masuk dalam tahap perkembangan berikutnya, yaitu memasuki peran-peran untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok dewasa. 4. Perkembangan Fisik Remaja Menurut Kemenkes, 2017 bahwa pada remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, organ reproduksi mencapai kematangan ditandai dengan tanda seksual primer dan tanda seksual sekunder.



17



a.



Tanda Seksual Primer 1)



Pada Laki-Laki Pada remaja laki-laki adalah ketika sistem reproduksinya mulai berfungsi yaitu ketika sudah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun (Sekarrini, 2019).



2)



Pada Perempuan Tanda seksual primer yang dialami pada remaja perempuan adalah menstruasi (menarche) (Dewi, 2018). Menstruasi menurut Stright dalam Mesarini (2016) adalah peluruhan lapisan spons endometrium dengan pendarahan yang berasal dari pembuluh darah yang robek. Akan terjadi peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan akibat peluruhan lapisan dinding rahim yang banyak mengandung darah.



b.



Tanda Seksual Sekunder 1)



Pada Laki-Laki Pada laki-laki tanda seksual sekunder yang terjadi yaitu perubahan suara, tumbuhnya jakun, testis membesar, terjadi ejakulasi (keluarnya air mani), tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Sarwono,



2016).



Selanjutnya Muss dalam Sarwono (2016) juga



mengatakan bahwa hormon gonadotropic mulai ada dalam air seni, hormon ini bertanggung jawab sebagian pada pertumbuhan tandatanda seksual dan bertanggung jawab penuh dalam produksi sel



18



telur dan spermatozoa. 2)



Pada Perempuan Pada perempuan tanda seksual sekunder yang terjadi adalah pelebaran pinggul, pertumbuhan payudara, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, terjadi menstruasi pertama kali (menarche), serta pertumbuhan rahim dan vagina (Sarwono, 2016).



B.



Konsep Perilaku Seksual Beresiko Remaja 1.



Pengertian Perilaku Seksual Remaja Perilaku seksual adalah segala bentuk tingkah laku yang dipengaruhi oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya. Perilaku seksual ini bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama dengan objek bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2016). Masa remaja merupakan suatu fase saat anak sudah mengalami pubertas, karena pubertas inilah akan muncul berbagai masalah yang dapat membahayakan



keselamatan jiwa dan tubuhnya. Remaja



menganggap dirinya sudah dewasa dan karena pengaruh kedewasaannya itulah mendorong nafsu mereka dan timbul rasa ingin mencoba-coba untuk melakukan perilaku seksual berisiko (Winarno, 2019).



Menurut Ririn, dkk (2018) remaja melakukan berbagai macam



19



perilaku seksual berisiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu, dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama



(sexual



intercourse).



Petting



adalah



upaya



untuk



membangkitkan dorongan seksual antara jenis kelamin tanpa melakukan tindakan intercourse. Oral sex merupakan aktivitas menikmati organ seksual melalui mulut, dan senggama merupakan tindakan berhubungan seksual dengan posisi penis berada di dalam vagina (Chronika, 2018). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri. 2.



Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja saat ini. Menurut Soetjiningsih (2018), faktorfaktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja, yaitu : a.



Pengaruh Pubertas Masa pubertas ini adalah suatu fase pertumbuhan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual remaja yang sangat pesat (Sekarrini, 2018).



Remaja mulai mengerti tentang daya tarik seksual, terjadi



peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon seksual, sehingga mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual karena merasa sudah matang secara fisik (Dewi, 2017). Saat ini mereka tidak memahami tentang apa yang akan dialaminya.



20



Pubertas mempengaruhi gairah seksual remaja yang pada fase ini berada pada puncaknya, sehingga remaja mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan kesempatan untuk melakukan perilaku seksual tanpa memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkan, hal inilah yang memicu remaja melakukan perilaku seksual berisiko (Soetjiningsih, 2016). b.



Frekuensi Pertemuan Dengan Pacar Frekuensi pertemuan dengan pacar merupakan lamanya waktu yang dihabiskan berdua untuk bertemu dan berpacaran. Waktu pertemuan ini dihabiskan tidak hanya dengan mengobrol saja karena merasa ingin meningkatkan kualitas pertemuan menjadi sangat berarti maka muncul keinginan untuk melakukan perilaku seksual (Sekarrini, 2017).



Waktu pertemuan yang terlalu sedikit ataupun terlalu lama



keduanya memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jika terlalu singkat maka waktu pertemuan itu akan dimanfaatkan seefektif mungkin untuk saling melepas rindu, sedangkan jika terlalu lama akan memberikan kesempatan untuk berusaha mencoba-coba hal baru agar pacarannya tidak membosankan (Nursal, 2018). c.



Kontrol Sosial Yang Kurang Tepat Menurut Hanifah (2016) kontrol sosial merupakan segala proses baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan, bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa individu agar mematuhi kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Kontrol sosial orang tua pada anak sangat penting bagi remaja dalam mengarahkan, memberikan nasihat,



21



memberikan pujian atau hukuman atas perilaku remaja itu sendiri. Remaja



membutuhkan



kontrol



sosial



dari



orang



tua



untuk



mengarahkan perilaku mereka. Tujuannya agar remaja dapat melewati masa transisi sesuai dengan harapan dan norma yang berlaku. Kontrol sosial dari orang tua akan berfungsi sebagai sistem hukum dalam keluarga yang bertujuan sebagai pengendalian aktivitas dan perilaku remaja (Hanifah, 2018). Saat ini orang tua cenderung terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kontrol dari orang tua pada anak remajanya



menjadi



berkurang.



Sehingga



anak



tidak



mampu



menentukan hal mana yang memang pantas dilakukan dan yang harus dihindari. Jika kontrol sosial orang tua pada remaja tidak tepat, maka hal ini memicu remaja bisa melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tuanya, salah satunya adalah perilaku seksual berisiko (Soetjiningsih, 2017). d.



Interaksi Orang Tua Dengan Anak Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan remaja. keluarga sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi intekrasi diantara anggota sehingga terjadi proses sosialisasi. Proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga remaja akan mempelajari kebiasaan, sikap, nilai-nilai, norma-norma serta peran dan tingkah laku keluarga, remaja akan bertingkah laku sesuai dengan nilai- nilai yang diperoleh dalam keluarga. Remaja pertama kali memperoleh pendidikan di lingkungan



22



keluarga, remaja belajar, hal-hal yang baik dan yang buruk (Yanita 2016). e.



Pola Asuh Orang Tua Menurut Soetjiningsih (2018) pola asuh orang tua adalah suatu model atau cara orang tua mendidik anak yang merupakan kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi dan karakter anak yang sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat pada umumnya. Melaksanakan tugas membimbing, memelihara, dan mendidik remaja tidaklah sama dengan mengasuh anak ketika masih kecil karena remaja pada masa ini merasa dirinya sudah dewasa. Pengaruh teman sebaya. Berdasarkan teori perkembangan psikologi remaja dinyatakan dalam proses pendewasaan pengaruh keluarga telah bergeser menjadi teman sebaya. Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh negatif secara langsung dari teman sebaya terhadap perilaku berisiko salah satunya perilaku seksual pada remaja (Suwarni, 2019). Peran teman sebaya dalam pergaulan memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaannya dalam kelompok. Remaja akan memperoleh berbagai pengalaman dari pergaulannya tersebut, salah satunya adalah pengalaman berhubungan dengan lawan jenis maupun hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Mereka merasa bahwa membahas soal seks dan perilaku seksual bersama teman-teman sebayanya akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan harus bercerita dengan orang tua



23



(Zulhaini, 2017).



Jika pengaruh negatif dari teman sangat kuat dan



benteng perlawanan dalam diri remaja tidak kuat maka mereka akan terpengaruh karena remaja ingin diterima oleh kelompoknya walaupun hal itu bertentangan dengan ajaran orang tuanya (Nursal, 2018). f.



Penggunaan Obat-Obatan Terlarang Dan Alcohol Remaja memiliki ciri-ciri ingin tahu, ingin mencoba, dan cenderung melawan otoritas dalam cari identitas diri merupakan penyebab remaja menggunakan obat-obatan terlarang (Tambunan, 2018). Menurut Tambunan, 2018 juga menambahkan bahwa pada masa ini remaja akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, contohnya merokok, penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta perilaku seksual. Secara sosial penggunaan obat-obatan dan alkohol ini dapat menyebabkan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga, sehingga muncul konflik dengan orang tua. Saat konflik dengan orang tua maka situasinya menjadi tidak kondusif hubungan antara anak dan orang tua tidak dapat terjalin dengan baik. Remaja yang menggunakan obat-obatan terlarang cenderung akan menikmati dunianya sendiri di bawah pengaruh obat-obatan dan alkohol tersebut, sehingga remaja tidak sadar diri dan kontrol dirinya menjadi kurang sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif. Dalam pengaruh obat-obatan dan alkohol remaja tidak mampu menahan hawa nafsunya sehingga



24



akan memicu terjadinya perilaku seksual yang berisiko (Widodo, 2017). g.



Penyebaran Informasi Melalui Media Massa Media massa merupakan sahabat bagi remaja di zaman globalisasi ini, mereka dapat memperoleh informasi apapun dari media massa. Namun remaja belum mampu memilah aktivitas dan informasi yang bermanfaat yang diperoleh dari media massa. Mereka cenderung



mudah



terpengaruh



oleh



lingkungan



sosial



tanpa



mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan ditimbulkan (Budhyati, 2017). Maraknya media massa seperti internet, video porno, dan bukubuku yang berisi cerita porno yang memberikan akses untuk mempermudah masyarakat khususnya remaja memperoleh informasi tentang perilaku seksual sehingga mendorong para remaja untuk melakukan perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2016). Menurut Sarwono (2015) perilaku seks bebas pada remaja timbul karena faktor-faktor berikut : 1)



Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.



2)



Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah, maupun



25



karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan. 3)



Sementara usia menikah ditunda, norma agama tetap berlaku di mana seorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar larangan- larangan tersebut.



4)



Kecenderungan pelanggaran semakin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa khususnya remaja yang belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih menganggap tabu pembicaraan mengenai seks. Di pihak lain, adanya kecenderungan pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita yang semakin sejajar dengan pria.



3.



Perilaku Seksual Remaja Menurut Tjiptanigrum, 2016 mengatakan bahwa perilaku seksual



26



ringan mencakup : a.



Menaksir



b.



Pergi berkencan



c.



Mengkhayal



d.



Berpegangan tangan



e.



Berciuman ringan (kening, pipi)



f.



Saling memeluk



Sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : a.



Berciuman bibir/mulut dan lidah



b.



Meraba dan mencium bagian bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin



4.



c.



Menempelkan alat kelamin



d.



Oral seks



e.



Berhubungan seksual (senggama)



Dampak Perilaku Seksual Remaja Menurut Sarwono (2018) perilaku seksual pranikah dapat



27



menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut : a. Dampak Psikologis Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. b. Dampak Fisiologis Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. c. Dampak Sosial Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. d. Dampak Fisik Dampak fisik lainnya adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita infeksi menular seksual (IMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkankemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena IMS dan HIV/AIDS. Ada juga pendapat lain yang dikemukakan oleh Achjar dalam



28



Wedani (2019), dampak



aktifitas dan perilaku seksual remaja, yaitu :



a. Aktifitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak yang ditimbulkan yaitu jantung menjadi lebih berdebar- debar, dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat yang membangkitkan dorongan seksual hingga tidak terkendali. b. Berpegangan tangan Aktivitas seksual ini memang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan seksual dapat dicapai). Berpegangan tangan juga merupakan bentuk perasaan sayang berupa sentuhan. Aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi, pipi dengan bibir Dampak yang ditimbulkan adalah imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang, menimbulkan perasaan sayang jika diberikan pada waktu tertentu dan bersifat sekilas, dan menimbulkan keinginan untuk melanjutkan bentuk aktivitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati. C.



Konsep Kekuatan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk



29



mencapai tujuan bersama (Friedman, 2015).



Keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 2016). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Setyowati, 2016).



Dari pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum.



2. Tipe Keluarga Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta



30



keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (2017) Tipe keluarga ada 2 yaitu : a. Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat) 2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi. 3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak. 4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah). b. Tipe keluarga non tradisional 1) The unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri. 3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,



31



sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak bersama. 4) The non marital heterosexual cohibitang family Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. 5) Gay and lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners). 6) Cohibitng couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 7) Group-marrige family Beberapa orang dewasa menggunakan alatalat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya. 8) Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya. 9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. 10)



Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak



mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal



32



yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. 11)



Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-



orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya. 3. Struktur Keluarga Menurut Friedman (2017) struktur keluarga terdiri atas : a. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi



kebutuhan



anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.



b. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu



untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah



33



perilaku orang lain kearah positif. c. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. 4. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (2016) menyebutkan bahwa fungsi keluarga diantaranya yaitu fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna



untuk



pemenuhan



kebutuhan



psikososial.



Keberhasilan



melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Menurut (Murwani, 2017) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk



34



memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat. b. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi. 1) Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga



35



belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 2) Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan 3) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 4) Fungsi Perawatan atau Pemeliharaan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat



36



melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. 5. Tugas Kesehatan Keluarga Menurut Friedman, 2016 tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat e. Mempertahankan hubungan dengan ( menggunakan ) f. Fasilitas kesehatan masyarakat. 6. Tugas Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan Menurut Friedman,2013 adalah : a. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru yang intim. b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan . c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika



37



anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun. d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anakanak untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Sarwono (2018)



mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah



tingkah laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenisnya. Bentuk-bentuk tingkah laku yang dimunculkan bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Nugraha (2016)



mengungkapkan bahwa seksualitas adalah



38



bagaimana individu merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciriciri seksual yang khusus, seperti berciuman, berpelukan, meraba payudara ataupun meraba alat kelamin, hingga berhubungan badan. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual



adalah



mengekspresikan



suatu



bentuk



perasaannya



tingkah berupa



laku



individu



dalam



sentuhan-sentuhan



seperti



berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, meraba payudara, meraba alat kelamin, dan berhubungan seks kepada lawan jenis mereka. D.



Jurnal Terkait Sejalan dengn penelitian yang dilakukan oleh Nur Rayyid Jalaludin Rummy Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan judul penelitian Hubungan Interaksi Orang Tua Dengan Perilaku Seks Bebas Dan Perilaku Agresif Pada Remaja.



Menggunakan Metode Penelitian ini berdesain korelasi



dengan pendekatan cross sectional. Sampel 744 remaja umur 12-19 yang dipilih dengan teknik simple random sampling. variabel independent adalah interaksi orang tua, sedangkan variabel dependent adalah perilaku seks bebas dan agresif. Pengumpulan data menggunakan tiga kuesioner yaitu kuesioner PACHIQ-R, kuesioner perilaku seks bebas dan kuesioner perilaku agresif. Data kemudian dianalisis menggunakan uji analisa Chi-Square (a 15 dan dikatakan kurang baik bila skor < 15. Perhitungan skor menggunakan rumus median.



47



Rumus median : Median = (∑ jumlah pertanyaan×skor tertinggi) + (∑ jumlah pertanyaan × skor terendah) 2 Median



= (10 × 2) + (10 × 1) 2



Median



= 15



2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen yaitu lembar kuisioner perilaku seksual dengan jumlah pertanyaan 10 pertanyaan. Menggunakan skala gutman dengan pilihan ya dan tidak, ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 2. Perilaku seksual dikatakan baik bila skor > 15 dan dikatakan kurang baik bila skor < 15. Perhitungan skor menggunakan rumus median. Rumus median Median = (∑ jumlah pertanyaan×skor tertinggi) + (∑ jumlah pertanyaan × skor terendah) 2 Median



= (10 × 2) + (10 × 1) 2



Median



= 15



48



F.



Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang akan diberikan pada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bailang Manado. Data yang di peroleh terdiri dari : 1. Data primer Menurut Riwidikdo (2012) Data primer diperoleh secara langsung dari objek penelitian oleh peneliti, sehingga diperoleh jawaban atas pernyataan yang didapatkan melalui lembar kuesioner. Peneliti mendapatkan data primer dari hasil kuesioner yang diberikan pada remaja di kelurahan bailing lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang tidak di dapat secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2012).



G.



Analisa Data Agar lebih bermakna data yang telah di beri skor di analisa dengan uji statistic. Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu : 1. Analisa Univariat adalah analisa data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk distribusi frekuensi dari data demografi responden masingmasing variabel independen dan variabel dependen kemudian di



49



interprestasikan. Rumus distribusi frekuensi : Keterangan : F P = P= Presentasi x 100 N f = Frekuensi n = Jumlah sampel 2. Analisa Bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan 2 variabel, dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05, jika nilai signifikan (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil penelitian diterima,



dan jika nilai



signifikan (p) lebih besar dari α maka dikatakan hasil penelitian ditolak. Setelah itu data di input dan diolah dengan software komputer SPSS versi 16.0 H.



Etika Penelitian 1. Informed Consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden[ CITATION AHi14 \l 1033 ]. 2. Anonimity (Tanpa Nama)



50



Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembaran alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran persetujuan pengumpulan data atau hasil yang disajikan [ CITATION AHi14 \l 1033 ]. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Hasil penelitian yang didapatkan harus memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya [ CITATION AHi14 \l 1033 ].



51



BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kecematan Bunaken adalah salah satu kecematan yang berada di Sulawesi uatara yang beralamat di Jl.Bunaken Lingkungan 2, bailang merupakan kecematan dengan jumlah penduduk kurang lebih 6.167 jiwa, dengan Luas wilayah 157,27 km, diamana 70 (%) adalah penduduk beragama Kristen Protestan, sedangkan 30 (%) adalah beragama Islam,. Bunaken merupakan kecematan dengan berbagai macam suku dan agama di dalamnya, di antaranya suku Minahasa, Gorontalo, Bugis, Jawa dll, namun yang paling mendominasi adalah masyarakat dengan suku Minahasa, setiap warga masyarakat hidup saling berdampingan baik dalam kehidupan social maupun agama, hal ini dapat dilihat dengan adanya interaksi anatara masyarakat satu dengan yang lain dalam berbagai macam aktifitas baim social maupun aktifitas ke agamaan. Bailang merupakan salah satu satu kelurahan yang terdapat didalam Kecematan Bunakan di bagian Utara Kota Manado Sulawesi Utara, dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas umum seperti masjid, gereja, sekolah dasar (SD) sekolah menengah pertama / (MTS) dan sekolah menengah atas SMK Assalam, hal ini menunjukkan sebagian besar masyarakat kelurahan bailang memeiliki tingkat pendidikan yang cukup baik dari berbagai macam segi. 52



b.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Umur Remaja Lingkungan V Kelurahan Bailang Kecematan Bunaken Kota Manado. (n=33).



Umur



Banyaknya Responden Frequency (f) Percent (%) 16 48.5% 17 58.1



11-15 16-20 Total



60



100



Sumber : Data Primer 2021.



Dari tabel di atas, diperoleh hasil tertinggi yaitu responden yang berumur 16-20 sebanyak 17 orang dengan nilai persentase (58,1%) serta responden paling sedikit ialah yang berumur 11-15 tahun sebanyak 16 orang dengan nilai persentase (48,5%) dari 33 responden. c.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Jenis Kelamin Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado. (n=33).



Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Su Total mbe r : Data Primer 2021.



17



Banyaknya Responden Frequency (f) Percent (%) 27 81.8% 6 18.2% 33



100



53



Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil tertinggi yaitu responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang dengan nilai persentase (81,8%) sedangkan yang terendah adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang dengan persentase (18,2%) dari 33 responden. B.Analisa Univariat d.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kekuatan Keluarga Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kekuatan Keluarga Di kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado (n=33). Kekuatan Keluarga



Baik Kurang Baik Total



S umber : Data Primer 2021.



Banyaknya Responden Frequency (f) Percent (%) 42,4% 14 19 57,6% 33 100



Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil dari kekuatan keluarga kelurahan bailang lingkungan v dengan kategori baik sebanyak 14 orang dengan nilai persentase (42,4%) sedangkan kategori kurang baik sebanyak 19 orang dengan nilai persentase (57,6%) dari 33 responden. e.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdarkan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado (n=33). Perilaku Seksual



S



Baik Kurang Baik Total



Banyaknya Responden Frequency (f) Percent (%) 15 18 33



45,5 54,5 100



umber : Data Primer 2021.



54



Berdasarkan table di atas, diperoleh hasil dari perilaku seksual remaja kelurahan baialang lingkungan v dengan kategori baik sebanyak 15 orang dengan nilai persentase (45,5%) sedangkan kategori kurang baik sebanyak 18 orang dengan nilai persentase (54,5%) dari 33 responden. C. Analisa Bivariat Tabel 5.5 Hasil Analisa Hubungan Kekuatan Keluarga Dengan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado (n=33).



Kekuatan Keluarga Baik Kurang Baik Total



Baik F 17 6 15



% 51,5 18,2 45,5



Perilaku Seksual Kurang Baik F % 1 3,0 9 27,3 18 54,5



Total F % 18 54,5 15 45,5 33 100



OR



p value



25,500



0,001



Suber : Data Primer 2021.



Berdasarkan tabel dari hasil uji statistic 5.5 dari hasil tabulasi silang hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di kelurahan bailang lingkungan V kecematan Bunaken Kota Manado yang dilakukan pada 33 responden didapatkan hasil dari kekuatan keluarga dengan perilaku seksual baik 17 responden (51,5%) dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual kurang baik 1 responden (3,0%) dan kekuatan keluarga baik 6 responden (18,2%) dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual kurang baik sebanyak 9 responden (27,2%) Selanjutnya hasil uji chi-squere didapatkan hasil bahwa nilai p value tersebut lebih kecil dari nilai taraf signifikan sebesar (0,001 < 0,05), dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan ada hubungan kekuatan keluarga dengan perilaku 55



seksual beresiko pada remaja di kelurahan bailang lingkungan V kecamatan bunaken kota manado. Ssedangkan nilai odd ratio = 25,500 yang berarti remaja dengan kekuatan keluarga baik berpeluang 25,5 kali memilki perilaku seksual kurang baik. D.



Pembahasan Penelitian ini berjudul “ Hubungan Kekuatan Keluarga Dengan perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Kelurahan Bailang Lingkungan V kecematan Bunaken Kota Manado.Penelitian ini telah di laksanakan pada tanggal 11 – 16 agustus 2021 dengan responden sebanyak 33 orang. Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain peneliti cross sectional dengan pendekatan kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelurahan bailang lingkungan V Kecematan Bunaken Kota Manado yang berjumlah 33 orang, Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki oleh peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.



Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Laksmiwati (2014). Hasil analisa dalam penelitian ini meyimpulkan bahwa kualitas komunikasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku seks bebas, hal ini ditunjukan oleh nilai signifikan sebesar 0,000 (p