8 0 371 KB
ROSADE LAMPUNG 2020 3rd Regional Obgyn Sumbagsel Update Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Cabang Lampung Sekretariat : Bagian Obstetri dan Ginekologi Indonesia RSUD dr. H. Abdul Moeloek Jl. dr. Rivai No.6 Bandar Lampung 35112 Telp/WA (+62) 852-7918-6665, email : [email protected]
Soal Pretest Workshop CTG
1. Pada ibu antepartum, pemantauan denyut jantung janin merupakan hal yang penting untuk melihat proses metabolik yang terjadi intrauterin. (B/S) 2. Denyut jantung janin dipengaruhi oleh stress hipoksik saja. (B/S) 3. Faktor iatrogenik yang mempengaruhi DJJ adalah posisi ibu miring dan stimulasi uterus ringan. (B/S) 4. Janin dapat bertahan hidup dengan maksimum pO2 di bawah tekanan vena uterina (sekitar 35 mmHg), tetapi orang dewasa tidak mampu bertahan dengan keadaan ini. (B/S) 5. Cairan amniotik bersifat protektif sehingga penekanan tali pusat pada antepartum tidak pernah terjadi saat jumlah cairan amnion mencukupi. (B/S) 6. Pada pemasangan alat, transduser dipasang di abdomen, di atas punggung janin atau di bawah umbilikus bila presentasi kepala atau di atas umbilikus jika presentasi bokong. (B/S) 7. Pada kala I fase laten, pemantauan DJJ secara intermiten dilakukan setiap 4 jam. (B/S) 8. Ibu yang memerlukan pemeriksaan kardiotokografi antara lain dengan perdarahan antepartum dan preeklampsia berat. (B/S) 9. Hipoksia lama dapat disebabkan oleh kompresi tali pusat berulang. (B/S) 10. Komponen penilaian pada biofisik profile adalah pergerakan badan fetus, tonus, pergerakan pernafasan, AFI, dan CTG. (B/S) 11. Skor biofisik yang rendah menggambarkan kondisi asidosis (pH rendah). (B/S) 12. Pemantauan dinyatakan nonreassuring bila didapatkan keempat variabel (baseline heart rate, variabilitas, akselerasi, deselerasi) baik, dan ada dua akselerasi selama jangka waktu 20 menit. (B/S) 13. Adanya kontraksi 5 kali atau lebih, dengan lama dan intensitas yang normal menggambarkan hiperstimulasi uterus. (B/S) 14. Adanya kontraksi 5 kali atau lebih dengan lama lebih dari 2 menit dan Intensitas setelah kontraksi > 20 mmHg menggambarkan kondisi hipotonus uteri. (B/S) 15. CTG hanya merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kondisi janin, sehingga arameter klinis lainnya juga perlu dipertimbangkan dalam rangka mendapatkan gambaran kondisi janin yang baik. (B/S)