SOP 13 Prosedur Dermatitis Atopik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSEDUR KLINIS DERMATITIS ATOPIK



SOP



PUSKESMAS KECAMATAN



No. Dokumen



: SOP-013/UKP-MTBS/PANCORAN



No. Revisi



: 00



Tanggal terbit



: 24Juni 2016



Halaman



: 1/5 drg. Melvin Sijabat



KEPALA PUSKESMAS :



NIP :196408141998031004



PANCORAN



1. Pengertian



1. Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Sinonim dari penyakit ini adalah eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier 2. Faktor Risiko 2.1. Wanita (rasio 1,3 : 1) 2.2. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dll). 2.3. Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan antibiotik. 2.4. Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya. 2.5. Faktor pemicu : 2.5.1 Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah. 2.5.2 Tungau debu rumah 2.5.3 Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus) 3. Diagnosis 3.1. Anamnesis Keluhan utama : pruritus (gatal), dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. 3.2. Pemeriksaan fisik : 3.2.1.Tanda Patognomonis 3.2.1.1 Perabaan Kering, 3.2.1.2 Pucat/redup, 3.2.1.3 Jari tangan teraba dingin. 3.2.1.4 Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi predileksi. 3.2.2.Predileksi 3.2.2.1 Tipe bayi (infantil): dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut (pada anak yang mulai merangkak), lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta. 3.2.2.2 Tipe anak lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di wajah. Lesi berupa papul, sedikit



eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi. Kadang-kadang disertai pustul. 3.2.2.3 Tipe remaja dan dewasa Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin puting susu, atau kulit kepala. Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi. 3.2.3.Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi: 3.2.3.1. DA ringan: apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit 3.2.3.2. DA sedang: apabila mengenai kurang dari 10-50% luas permukaan kulit. 3.2.3.3. DA berat: apabila mengenai kurang dari > 50% luas permukaan kulit. Tanpa penyulit (umumnya tidak diikuti oleh infeksi sekunder). Dengan penyulit (disertai infeksi sekunder atau meluas dan menjadi relekalsitran (tidak membaik dengan pengobatan standar). 4. Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan Pemeriksaan Fisik harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994) di bawah ini: 4.1 Kriteria Mayor: 4.1.1.Pruritus 4.1.2.Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak 4.1.3.Dermatitis di fleksura pada dewasa 4.1.4.Dermatitis kronis atau berulang 4.1.5.Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya



4.2 Kriteria minor: 4.2.1. 4.2.2. 4.2.3. 4.2.4. 4.2.5. 4.2.6. 4.2.7. 4.2.8. 4.2.9. 4.2.10. 4.2.11. 4.2.12. 4.2.13. 4.2.14. 4.2.15. 4.2.16. 4.2.17. 4.2.18. 4.2.19. 4.2.20.



Xerosis Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks) Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris. Pitriasis alba. Dermatitis di papilla mamae. White dermogrhapism dan delayed blanch response. Kelilitis. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan. Konjunctivitis berulang. Keratokonus Katarak subskapsular anterior. Orbita menjadi gelap. Muka pucat atau eritem. Gatal bila berkeringat. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak. Aksentuasi perifolikular. Hipersensitif terhadap makanan. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh factor lingkungan dan atau emosi. Tes kulit alergi tipe dadakan positif. Kadar IgE dalam serum meningkat. 2/5



Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran



4.2.21. Mulai muncul pada usia dini. 4.3 Pada bayi, kriteria Diagnosis dimodifikasi menjadi 3 kriteria mayor: 4.3.1 Riwayat atopi pada keluarga 4.3.2 Dermatitis pada muka dan ekstensor 4.3.3 Pruritus. 4.4 Ditambah 3 kriteria minor: 4.4.1.Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular 4.4.2.Fisura di belakang telinga 4.4.3.Skuama di scalp kronis. 4.5 Diagnosis Banding 4.5.1.Dermatitis seboroik (terutama pada bayi) 4.5.2.Dermatitis kontak, 4.5.3.Dermatitis numularis, 4.5.4.Skabies, 4.5.5.Iktiosis, 4.5.6.Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar), 4.5.7.Sindrom Sezary 4.5.8.Dermatitis herpetiformis. 4.5.9.Pada bayi, Diagnosis banding, yaitu:Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich),Sindrom hiper IgE. 5. Komplikasi 5.1 Infeksi sekunder 5.2 Perluasan penyakit (eritroderma) 6. Penatalaksanaan 6.1 Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu: 6.1.1. Menemukan faktor risiko 6.1.2. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian sepert wol atau bahan sintetik 6.1.3. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab 6.1.4. Menjaga kebersihan bahan pakaian 6.1.5. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan 6.1.6. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu lama 6.1.7. Menghindari stress psikis 6.1.8. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor 6.1.9. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil 6.1.10. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi resistensi 6.2 Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan Topikal (2x sehari): 6.2.1 Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim 0.025%) selama maksimal 2 minggu. 6.2.2 Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1% 3/5



Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran



6.2.3



2. Tujuan 3. Kebijakan



4. Referensi



5. Langkah-langkah



Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas. 6.3 Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan oral sistemik: 6.3.1 Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu, atau 6.3.2 Loratadine 1x10 mg/ hari atau antihistamin non sedatif lainnya selama maksimal 2 minggu 6.4 Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan) Pemeriksaan untuk menegakkan atopi, misalnya skin prick test/tes uji tusuk pada kasus dewasa. 6.5 Konseling dan Edukasi 6.4.1 Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari faktor risiko dan melakukan perawatan kulit secara benar. 6.4.2 Memberikan informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan adalah menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga hidrasi kulit. 6.4.3 Menekankan kepada seluruh anggota keluarga bahwa modifikasi gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan. 7. Kriteria Rujukan: 7.1 Dermatitis atopik luas, dan berat 7.2 Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid 7.3 Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk 7.4 Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu 7.5 Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma Prosedurinisebagaiacuandalampenatalaksanaan Dermatitis Atopik di Puskesmas Kecamatan Pancoran. 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 347 Tahun 2016 Tentang Penyusunan Rencana Layanan Medis 2. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 262 Tahun 2016 Tentang Hak dan Kewajiban Pengguna 3. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 365 Tahun 2016 Tentang Layanan Klinis yang menjamin Kesinambungan Layanan 4. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 180 Tahun 2016 Tentang Jenis-Jenis Pelayanan Yang Tersedia di Puskesmas 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014TentangPuskesmas 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2015 TentangPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer 1. Dokter melakukan anamnesa terarah, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain terhadap pasien yang sesuai guna mendiagnosis dermatitis atopik . 2. Dokter mendiagnosis dermatitis atopik. 3. Dokter memberikan tata laksana sesuai dengan diagnosis yang dibuat. 4.1 Topikal : Hidrocortison atau Betametason valerat krim 0.1% 4.2 Antihistamin sedatif yaitu: CTM 3 x sehari maksimal 2 minggu, atau 4.3 Loratadine 1x sehari atau antihistamin non sedatif lainnya selama maksimal 2 minggu 4/5



Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran



6. Unit Terkait



4. Dokter memberikan edukasi mengenai penyakit dermatitis atopik dan menjelaskan tentang rencana pengobatan. 5. Dokter melakukan rujukan jika pasien sesuai dengan kriteria rujukan. 6. Petugas melakukan dokumentasi kegiatan yang dilakukan. Poli Umum, poli BPJS lansia, laboratorium, apotek



5/5



Dilarang Mengcopy Naskah Ini Tanpa Seijin WMM Puskesmas Kecamatan Pancoran