7 0 495 KB
Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk Atau yang beresiko Gizi Buruk No.Dokumen : SOP
No.Revisi
:
Tanggal Terbit : Halaman
:
UPTD PUSKESMAS
Kepala Puskesmas
TTD
NIP………………..
…………….. 1 Pengertian
Salah satu bagian dari pelaksanaan mobilisasi masyarakat
.
yang dilaksanakan secara optimal, cepat dan tepat untuk pencegahan dan penanganan kasus gizi buruk sehingga kondisi mereka tidak menjadi lebih buruk. Agar deteksi dini dan rujukan kasus dapat optimal diperlukan kegiatan penemuan dini aktif dan pasif yang melibatkan semua komponen
masyarakat,
khususnya
orang
tua,
tokoh
masyarakat, kader dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya. 2.
Tujuan
1. Tenaga
kesehatan
mampu
memfasilitasi
proses
persiapan, pelaksanaan dan pemantauan deteksi dini dan rujukan kasus mulai dari tingkat masyarakat. 2. Deteksi dini dan rujukan kasus yang optimal dapat
dilaksanakan
dengan
melibatkan
semua
anggota
masyarakat. 3. Balita gizi buruk atau yang berisiko gizi buruk dapat
dideteksi
dini
dan
dirujuk
ke
fasilitas
pelayanan
kesehatan (fasyankes) untuk mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat. 3.
Kebijakan
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. PMK No. 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi 3. PMK No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
4.
Referensi
Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021.
5.
Prosedur.
A. Persiapan Kegiatan Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk Atau yang beresiko Gizi Buruk. 1. SDM (Tim Asuhan Gizi) didukung dengan penetapan SK Tim oleh Kepala Puskesmas. 2. Kebutuhan dan Sumber Pembiayaan (BOK/Sumber Biaya Lainnya). 3. Tempat Agama,
Kegiatan Bulan
:
Posyandu
Vitamin
A,
PAUD, Kegiatan
Sekolah Sosial
Kemasyarakatan lainnya. 4. Logistik yang dibutuhkan (Alat Antopometri dan Pita LILA) B. Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Deteksi dini kasus: 1. Secara aktif, dilakukan oleh: a. Anggota
masyarakat,
khususnya
anggota
masyarakat yang terlatih di setiap waktu dan setiap kesempatan. b. Kader
didampingi
oleh
petugas
Kesehatan,
melakukan sweeping dan kunjungan rumah untuk balita yang tidak hadir pada hari Posyandu. Deteksi dini kasus ini dapat dilakukan dengan: Menimbang berat badan balita Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna. Mengidentifikasi balita yang terlihat sangat kurus Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral. Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu Balita yang perlu dirujuk: 1. Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan. 2. Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm - < 12,5 cm) atau warna merah (< 11,5 cm). 3. Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus 4. Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral . Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu 2. Secara
pasif,
pertumbuhan
saat di
kegiatan
pemantauan
Posyandu
atau
titik
pemantauan lain (contoh kelas PAUD) dan saat balita berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Deteksi dini kasus dengan: 1. Mengidentifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan pertumbuhan
atau
berisiko
menggunakan
hambatan grafik
pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA. 2. Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna untuk semua balita yang datang ke Posyandu. 3. Pemeriksaan pitting edema bilateral . 4. Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu Balita yang perlu dirujuk: 1. Balita
terindikasi
pertumbuhan
mengalami
hambatan
berdasarkan
grafik
pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA: - Garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score - Garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam. - Garis pertumbuhan anak terus mendatar, misalnya tidak ada kenaikan berat badan 2. Balita 6–59 bulan dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm). 3. Balita 6–59 bulan dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus. 4. Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral. 5. Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu. Kader dan anggota masyarakat terlatih lain dibekali cara
melakukan
(terlampir).
rujukan,
contoh
slip
rujukan
6.
Diagram Alir
7.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Akurasi alat antropometri yang digunakan dengan kalibrasi alat. 2. Tata laksana Pengukuran Antopometri yang dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, sesuai dengan usia bayi dan balita. 3. Pencatatan dan pelaporan dengan kaidah By Name By Address.
10.
Monitoring
Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya:
dan Evaluasi
1. Cakupan Posyandu
Kinerja
2. Jumlah balita yang diskrining dengan menggunakan pita LiLA 3. Jumlah balita dengan hambatan pertumbuhan 4. Jumlah balita yang dirujuk oleh anggota masyarakat terlatih melalui deteksi kasus aktif 5. Jumlah balita yang dirujuk dengan hambatan
pertumbuhan.