SOP Gout Artritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAYANAN KLINIS GOUT ARTRITIS No. Dokumen : No. Revisi



SOP



Tanggal Terbit Halaman



1. Pengertian



: : :



Kondisi kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl pada pria dan pada wanita 6 mg/dl. Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya pembuangan asam urat, atau kombinasi dari keduanya. Gout adalah radang sendi yang diakibatkan deposisi kristal monosodium urat pada jaringan sekitar sendi.



2. Tujuan



Mengobati pasien dengan Gout Artritis yang datang berobat ke Puskesmas



3. Kebijakan 4. Prosedur



1. Petugas mempersiapkan alat pemeriksaan berupa tensimeter, stetoskop, dan laboratorium Sederhana 2. Menanyakan keluhan pasien. Keluhan yang sering ditemui adalah bengkak dan nyeri sendi yang mendadak, biasanya timbul pada malam hari. Bengkak disertai rasa panas dan kemerahan. Keluhan juga dapat disertai demam, menggigil, dan nyeri badan. Apabila serangan pertama, 90% kejadian hanya pada 1 sendi dan keluhan dapat menghilang dalam 310 hari walau tanpa pengobatan. 3. Mencari faktor resiko yang berupa : a) Usia & Jenis kelamin b) Obesitas c) Alkohol d) Hipertensi e) Gangguan Fungsi Ginjal f) Penyakit-penyakit metabolik g) Pola diet h) Obat : Aspirin dosis rendah, Diuretik, obat-obat TBC 4. Mencari faktor pencetus timbulnya serangan nyeri sendi trauma lokal, diet



tinggi purin, minum alkohol, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, penggunaan diuretik, penggunaan obat yang dapat meningkatkan kadar asam urat. 5. Melakukan pemeriksaan fisik dasar. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan Keadaan umum: Tampak sehat atau kesakitan akibat nyeri



sendi. Arthritis monoartikuler dapat ditemukan, biasanya melibatkan sendi MTP-1 atau sendi tarsal lainnya. Sendi yang mengalami inflamasi tampak kemerahan dan bengkak. 6. Melakukan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan pembengkakan asimetris pada sendi dan kista subkortikal tanpa erosi pada pemeriksaan radiologis. Kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl. 7. Menegakkan diagnosis klinis yang berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan untuk diagnosis definitifGout arthritis adalah ditemukannya kristal urat (MSU) di cairan sendi atau tofus. 8. Menemukan gambaran klinis hiperurisemia, yang berupa : a) Hiperurisemia asimptomatis. Keadaan hiperurisemia tanpa manifestasi klinis berarti. Serangan arthritis biasanya muncul setelah 20 tahun fase ini. b) Gout arthritis, terdiri dari 3 stadium, yaitu: i.



Stadium akut



ii.



Stadium interkritikal



iii.



Stadium kronis



c) Penyakit Ginjal 9. Menentukan diagnosis banding yang berupa : sepsis arthritis dan rheumatoid arthritis. 10. Menentukan komplikasi hiperurisemia, yaitu bisa menimbulkan terbentuknya batu ginjal dan keadaan terminal berupa gagal ginjal. 11. Memberikan tatalaksana berupa : a) Mengatasi serangan akut segera. Bisa dengan menggunakan : i.



Kolkisin (Efektif pada 24 jam pertama setelah serangan nyeri sendi timbul. Dosis oral 0.5-0.6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg.



ii.



Kortikosteroid sistemik (bila NSAID dan Colchicine tidak berespon baik) seperti prednison 2-3x5 mg/hari selama 3 hari



iii.



NSAID seperti Natrium Diklofenak 25-50 mg selama 3-5 hari



b) Program pengobatan unutk mencegah serangan berulang dengan obat : analgesik dan kolkisin dosis rendah c) Mengelola hiperurisemia (menurunkan kadar asam urat) & mencegah komplikasi lain i.



Agen penurun asam urat (tidak digunakan selama serangan akut).Pemberian Allupurinol dimulai dari dosis terendah, 100mg, kemudian bertahap dinaikkan bila diperlukan, dengan dosis maksimal 800mg/hari. Target terapi adalah kadar asam urat < 6mg/dl.



ii.



Modifikasi gaya hidup, dengan minum cukup (8-10 gelas/hari), mengelola obesitas dan menjaga berat badan ideal, mengurangi



konsumsi alkohol, dan pola diet sehat (rendah purin) 12. Mempertimbangkan rujukan Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit komorbid, perlu dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. 5. Referensi



KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA



6. Unit Terkait



Poli Umum, Laboratorium, Radiologi



7. Rekaman Historis



No.



Halaman



8. Bagan



Yang Diubah



Perubahan



Diberlakukan Tgl