Sosiologi Tahayul Dan Mistik Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK TENTANG MENDEFINISIKAN TAHAYUL ATAU MISTIS YANG MEMPENGEARHUI PERILAKU KONSUMSI MAKANAN



Disusun oleh kelompok III Halima Putri Sabbu



201904044



Halita Yabi



201904045



Nurfaiqa



201904052



Ummu Rizkiyanti



201904064



Wulan Purnama



201904067



PROGRAM STUDI GIZI STIKES WIDYA NUSANTARA PALU 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah tentang



“MENDEFINISIKAN



TAHAYUL



ATAU



MISTIS



YANG



MEMPENGARUHI KONSUMSI MAKANAN” ini bisa selesai pada waktunya. Terimah kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi



Palu, 19 November 2019



Penulis



DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian tahayul dan mistik 2.2 Kajian Kepercayaan dan Kebudayaan makan 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan berhubungan dengan tahayul atau mistik 2.4 Contoh kebiasaan makan yang berhubungan dengan tahayul atau mistik pada makanan Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahayul atau mistik telah berkembang di masyarakat yang masih terbelakang maupun yang sudah maju. Semakin terbelakang tingkat pendidikan suatu kaum, semakin banyak mistik yang berkembang di sana. Ada korelasi antara kualitas pendidikan dengan perkembangan tahayul. Meskipun demikian bukan berarti tahayul atau mistik itu mati jika suatu bangsa atau kaum telah maju tingkat pendidikannya. Di negara paling maju sekalipun ternyata mistik itu masih bisa hidup dan berkembang. Bahkan orang-orang modern telah mampu mengemas mistik dengan bungkus ilmiah. Tidak heran jika kemudian di jaman modern ini masih ditemukan orang-orang yg percaya pada ramalan-ramalan yg didasarkan pada tahyul-tahyul tertentu. Secara umum kebudayaan banyak diartikan sebagai hasil karya manusia yang lahir dari cipta, rasa dan karsa. Seluruh penggambaran, apersepsi, persepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur pengetahuan yang secara sengaja dimiliki seorang individu. Namun semua it bias hilang dari akalnya yang sadar disebabkan oleh berbagai hal yang sampai saat ini masih dipelajari oleh psikologi. Sejak dahulu para ahli biologi yang mempelajari perilaku dan membuat pelukisan tentang system organisme dari suatu spesies mulai dari perilaku mencari makan, menghindari ancaman bahaya, menyerang musuh, beristirahat, mencari pasangan, kawin dan lain-lain. Tahayul atau mistik adalah cerita proses rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Tahayul atau mistik dapat diartikan sebagai mitologi yaitu cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, dan adat istiadat.



Mengapa tahayul atau mistik dipercaya? Sebab masyarakat beranggapan bahwa tahayul atau mistik sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental pada budaya kedaerahannya. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari tahayul atau mistik 2. Untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi tahayul atau mistik 3. Untuk mengetahui Jenis Tahayul atau mistik pada makanan 1.3 Manfaat 2. Dapat memiliki dan menambah wawasan serta pengetahuan lebih mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi budaya makan yang berhubungan dengan tahayul atau mistik 3. Sebagai bahan atau persyaratan yang akan membantu dalam pemenuhan nilai yang harus dicapai oleh mahasiswa 4. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada masyarakat



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian tahayul atau mistik Tahayul adalah istilah yang berasal dari kata tahayalat yang artinya hayalan. Tahayul hanya cerita hayalan manusia belaka yang merupakan sesuatu yang tidak nyata yang mana cerita-cerita ini tidak jelas asalusulnya. Takhayul Secara bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang mengenai kepercayaan suatu hal yang kisanya benar-banar tidak masuk akal. Jadi tahayul adalah kepercayaan yang muncul karena suatu hayalan seperti menganggap sesuatu hal mempunyai kekuatan gaib. Mistis adalah pengetahuan yang tidak rasional, yaitu pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui latihan meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan indera atau rasio. 2.2 Kajian Kepercayan dan Kebudayaan Makan Menurut Foster (2013) makanan adalah yang tumbuh di ladangladang, yang berasal dari laut, yang dijual dipasar tradisional maupun (supermarket) dan yang muncul dimeja pada waktu makan. Makanan merupakan suatu pranata sosial yang memenuhi banyak fungsi dan hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya yang menyeluruh, maka dari itu kebudayaan ikut berperan dalam menentukan sebuah makanan, artinya layak dan tidaknya untuk dimakan. Pada kenyataannya masyarakat masih banyak yang menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan ideologi. Seperti budaya makan, priorotas makan, pola konsumsi dan distribusi, tahayul atau mistik yang ada pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam memilih dan menentukan makanan masyarakat masih dipengaruhi oleh kebudayaan dan ideologi yang ada secara turun temurun. Pada hasil penelitin Trisna Kumala Satya Dewi (2011) menjelaskan bahwa masyarakat di Jawa memiliki beberapa makanan yang erat



hubungannya dengan upacara ritual. Dalam hal ini makanan mempunyai arti simbolik yang berkaitan dengan fungsi sosial dan keagamaan (religi). Masyarakat Jawa mempercayai bahwa lingkugan hidup itu perlu dilestarikan dengan cara-cara ritual keagamaan yang mengandung nilai kearifan lokal (Purwadi dalam Trisna Kumala Satya Dewi, 2011). Upacaa ritual masyarakat yang masih banyak dilaksanakan misalnya seperti bersih desa (merti desa), sedekah bumi,ruwah Rosul,saparan, sadranan dan sebagainya, yang dilaksanakan secara kolektif. Dalam upacara ritual tersebut biasanya disediakan makanan khusus sebagai sajian seperti tumpeng, ambeng, nasi gurih, sekul punar (nasi kuning), jenang abangputih (dodol merah putih), jajanan pasar dan sebagainya. 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan berhubungan dengan tahayul atau mistik. 1. Budaya. Budaya mempunyai peran penting terhadap kebiasaan makan terhadap masyarakat setempat. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada kebiasaan makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks karena menyangkut tentang cara memasak, suka atau tidak suka serta adanya berbagai kepercayaan dan persepsi mistis atau takhayul yang berkaitan dengan kategori makan, produksi, persiapan dan konsumsi makanan (Foster dan Anderson, 1986), Hal ini terlihat pada masyarakat Desa Bongkot yang masih sangat mempercayai takhayul tentang kebiasaan makan Ibu hamil dan pasca melahirkan. Para informan mengaku bahwa jika mereka tidak melakukan pantangan makan, maka akan mendapatkan musibah pada Ibu dan bayinya. Masyarakat setempat mem-percayai bila seorang bayi yang lahir dengan kondisi yang tidak normal berarti sewaktu ibunya mengandung tidak mau menjalankan budaya tarak. Tidak hanya sewaktu hamil saja untuk menjalankan



pantangan makan, tetapi pada saat pasca melahirkan Ibu juga diharuskan untuk berpantang makan yang dapat ber-pengaruh pada ASI. 2. Pola pikir masyarakat Pola pikir masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang diterima dan lingkungan sekitarnya. Pendidikan pada zaman dulu umumnya kurang memadai, sehingga mereka banyak mempercayai tahayul atau mistik. 3. Tingkat pendidikan Pendidikan sebagai faktor penyebab munculnya perbedaan pandangan narasumber terhadap tahayul atau mistik diungkapkan oleh narasumber A, B, C, D, F, dan G. Di bawah ini adalah tabel pendidikan narasumber dan tingkat kepercayaan terhadap tahayul atau mistik. Narasumber



Item Pendidikan Terakhir Tingkat



E



H



C



G



F



A



D



B



SMA



SMA



S1



S1



S1



S2



S2



S3



Tidak



Tidak



percay



percay



a



a



Perca



kepercayaan



ya



Percaya Percaya Percaya



Tidak percaya



Tidak percaya



Dari data di atas dapat dilihat bahwa narasumber yang mempercayai tahayul atau mistik adalah mereka yang menempuh pendidikan hingga jenjang SMA dan S1, sedangkan narasumber yang telah menempuh S2 dan S3 tidak mempercayai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa narasumber yang mempercayai tahayul atau mistik memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena narasumber yang telah menempuh pendidikan lebih tinggi akan terbiasa untuk berpikir secara ilmiah, sehingga sulit untuk mempercayai hal yang dianggap tahayul atau mistis dan kurang ilmiah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan mencakup tingkat pendidikan seseorang, kebiasaan seseorang berpikir secara ilmiah, dan jenis pendidikan yang diambil seseorang.



2.4 Contoh kebiasaan makan yang berhubungan dengan tahayul atau mistik pada makanan Percaya atau tidak ada beberapa tahayul atau mistik yang masih dipercayai oleh sebagian orang termasuk dalam hal makanan dan budaya dibeberapa wilayah. Diantaranya yaitu: 1. Memotong mie artinya memotong usia Tahayul ini adalah sebuah kepercayaan masyarakat china kuno. Bahwa mie berukuran panjang itu artinya umur akan lebih lama dari rata-rata umur manusia. Mie berukuran panjang pada masyarakat china kuno melambangkan keabadian, sehingga jika memotong mie sama saja memotong usia. 2. Ada yang jatuh cinta jika gula tidak larut di teh Di tengah masyarakat inggris yang modern pun dulunya teh juga memiliki kisah tahayul. Ada sebuah mistik, jika gula ditemukan tidak larut di dalam teh, artinya menandakan jika ada seseorang pengagum rahasia yang mengharapkan cinta dari si peminum teh. 3. Cegah kedatangan penyihir dengan hancurkan kulit telur Biasanya jika kita ingin memasak telur, kita akan memecahkan cangkangnya menjadi dua bagian, kemudia langsung di buang ke tempat sampah. Lain halnya pada era 1500-an bagi seorang pelaut, mereka meyakini cangkang telurmenjadi senjata bagi mereka untuk melawan penyihir agar bias berlayar menuju kapal-kapal di tengah laut. Dan untuk menangkal penyihir, mereka akan menghancurkan cangkang telur menjadi kepingan-kepingan kecil. 4. Petaka memberi cabai rawit kepada teman Di masyarakat amerika abad ke-19, jika memberikan cabai rawit secara langsung kepada teman akan menyebabkan hancurnya hubungan persahabatan yang telah terjalin. Oleh karena itu, orangorang kala itu memilih menaruhnya di atas meja untuk di ambil oleh temannya sendiri. 5. Mengunyah permen karet dimalam hari sama dengan menyantap daging bangkai



Di turki ada sebuah kepercayaan yang masih di yakini oleh sebagian orang sampai saat ini. Jika mengunyah permen karet pada malam hari sama dengan mengunyah daging bangkai. Meski terdengar agak sedikit aneh, namun hal tersebut biasanya disampaikan kepada anak-anak untuk membuang permen karet dan beranjak menyikat gigi sebelum tidur. 6.



Buah anggur, Amerika Selatan Beberapa negara di Amerika Selatan mempercayai takhayul yang berhubungan dengan buah anggur. Saat perayaan Tahun Baru, mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi dua belas buah anggur menjelang tengah malam. Tiap anggur tersebut melambangkan jumlah bulan dalam setiap tahun. Bila buah anggur tersebut memiliki cita rasa manis, maka bulan berikutnya dipercaya akan menjadi bulan penuh keberuntungan. Sebaliknya, bila buah anggur yang dimakan terasa masam, nasib buruk dipercaya akan menghantui selama sebulan penuh.



7.



Roti Rusia Orang Rusia selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghabiskan roti yang mereka buat atau beli. Bukan hanya untuk merawat lingkungan saja, namun hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan mereka akan takhayul kematian. Dalam takhayul tersebut, dijelaskan bahwa sisa roti yang tidak habis termakan akan dihitung saat kita sudah meninggal dan menjadi pertimbangan untuk masuk surga.



8.



Wanita hamil mengidam makanan harus di penuhi Di Indonesia, jika wanita hamil yang mengidam makanan tertentu kemudia tidak terpenuhi maka kelak anak yang dia lahirkan nantinya akan suka “ences” (banyak meneteskan air ludah).



9. Memanggil nama lampu mati



saat kita masih sementara makan dan tiba-tiba



Di Indonesia, tahayul seperti ini masih ada sebagian orang yang percaya pada hal seperti itu. Katanya saat kita sementara makan dan tiba-tiba lampu mati kita harus memanggil nama orang yang makan bersama kita. Karena kepercayaan dari mereka jika kita tidak memanggilnya makan orang tersebut jodohnya akan lambat datang.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan



Daftar Pustaka 1. Angraini D. Pantangan makan ibu hamil dan pasca Biokultur. 2013 Jul 23; 2(2): 175-176



melahirkan.