6 0 1 MB
SPEKTROFLUOROMETRI KRISNA KHARISMA P., M.Sc., Apt. ANALISIS SEDIAAN FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
Prinsip :
Molekul yang mempunyai kromofor dan struktur yang rigid dapat dieksitasi oleh REM uv-vis, dan akan mengemisikan REM yang diabsorpsi pada λ yang lebih panjang. Radiasi yang diemisikan ini yang diukur intensitasnya
Penggunaan :
- Penentuan kadar zat yang dapat berfluoresensi dalam pembawa/matrik yang tidak berfluoresensi - Uji batas impurities yang dapat berfluoresensi - Mempelajari ikatan senyawa dalam reaksi yang rumit/kompleks - Mempelajari drug-protein binding (bioanalisis)
Laju dissolusi digoxin tablet (0,25 mg/tablet) : digoxin diderivatisasi Uji batas : Al sebagai garam dengan 8 hidroksi quinoline dalam air untuk hemodialisis
Gambar 2. Bagan fluorometer
Bioluminesensi
Kemiluminesensi Luminol
Larutan Oksigen
Forensik : luminol + Fe dalam hemoglobin
Luminol +
2 H2O2
O2 + 2 H2O
Fe sebagai katalis Luminol teroksidasi + hv
Fotoluminesensi
JENIS FOTOLUMINESENSI
Radiasi/fluoresensi resonansi
Fluoresensi
Fosforesensi
Pergeseran Stokes
TERJADINYA LUMINESENSI PADA ANTRASEN S0 +
UV 255 nm
S0
UV 325 - 375 nm
+
S2
(1) S2
(1)
Keduanya berfluoresensi pd 380, 402 dan 425 nm, berfosforesensi pada 680 nm
DEAKTIVASI 1. Konversi internal - relaksasi vibrasional 2. Emisi fluoresensi 3. Intersystem crossing 4. Kuensing tumbukan 5. Emisi fosforesensi
=h =
E VR
S2
h
IC VR
S1
Transisi S0 → S2
ISC
T1
VR
Transisi S0 → S1
F
O2 - Q
So
FF IC
255
350
Keduanya berfluoresensi pd 380, 402 dan 425 nm, berfofosresensi pada 680 nm Gambar 1 Diagram transisi energi molekul antrasen
F = kf Po(1-e-bc)
kf Po(2,3 bc) foton terukur
k= foton emisi f = efisiensi kuantum dari fluoresensi emisi foton /detik f = foton terserap/detik Po = kekuatan radian dari radiasi eksitan , = serapan molekuler, tergantung pada jenis analit b = tebal kuvet c = kadar analit
Variable yang berpengaruh pada luminesensi k karena emisi kesemua arah yang masuk dtektor satu arah
Detektor photomultiplier
EFISIENSI KUANTUM
f
Jenis transisi oleh gugus fungsi, n, * atau , * efisiensi kuantum , * > n, * Intensitas fluoresensi relatif Jenis transisi gugus fungsi Benzena
10
-
Anilina
20
, *
Asam benzoat
3
n, *
Kekakuan struktur
Fluorena
>
Bifenil
Gambar 3. Sumber eksitasi Po A lampu Hg, Lampu Hg + P, Lampu Xenon
Pengaruh Suhu dan pelarut Peningkatan suhu, Penurunan kekentalan larutan, solv ent atau solut yang mengandung atom berat, (CCl4, etil-iodida menurunkan efisiensi kuantum,
( karena meningkatkan frekuensi tumbukan → memudahkan konv ersi eksternal)
Pengaruh pH terutama untuk senyawa berfluoresensi yang mempunyai gugus asam atau basa, karena intensitas dan panjang gelombang emisi bentuk ion berbeda dengan bentuk non-ion. Misalnya asam 1-naftil-4-sulfonat hanya terlihat dengan mata kalau dalam bentuk ion setelah penambahan basa
Oksigen terlarut,
menyebabkan peredupan fluoresensi
( IC dan konversi kepada triplet state)
Kadar senyawa, bila kadar senyawa besar (A>0,05), kurva
baku tidak linier lagi
Logam berat menyebabkan peredupan fluoresensi
Franck and Condon state, akibat eksitasi terlalu kuat sehingga mengantarkan pada kedudukan di atas S2. Pada lev el ini tidak akan terjadi fluoresensi, karena tidak terjadi relaksasi yang mengantarkan ke kedudukan singlet tereksitasi
KOMPONEN INSTRUMEN FLUORESENSI DAN FOSFORESENSI – SUMBER EKSITASI Lampu pijar merkuri Lampu xenon
Lampu Hg + P
Lampu D2
– MONOKROMATOR Filter Grating
→ FLUOROMETER → SPEKTROFLUOROMETER
– SEL SAMPEL Kuvet fluorometer Kuvet putar + labu Dewar
– DETEKTOR fotomultipler
→ FOSFORIMETER fotodioda
FILTER PLASTIK 7-54
Gambar 4. Daerah tapis filter
Gambar 5 Sel wadah fosforimeter
PENGGUNAAN FLUOROMETER Analisis kuantitatif senyawa berpendar Analisis kuantitatif senyawa berpendar pasca derivatisasi Teknik analisis campuran A menyerap UV, B tidak menyerap A dan B menyerap UV, tetapi serapan B efisiensi B