Spo Pab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMASANGAN LINEN STERIL DI DAERAH OPERASI (DRAPPING) NO. DOKUMEN : NO. REVISI HALAMAN



TANGGAL TERBIT :



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian



Tujuan



Kebijakan Prosedur



Unit Terkait



Adalah suatu tindakan untuk pemasangan linen steril di daerah operasi yang dilakukan oleh tim bedah setelah pasien di preparasi sebelum penyayatan dimulai 1. Sebagai acuan tindakan untuk pemasangan linen steril di daerah operasi yang dilakukan oleh tim bedah setelah pasien di preparasi sebelum penyayatan dimulai 2. Sebagainpembatas area steril lapangan operasi Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor : 1. Set jas operasi dan linen steril dibuka 2. Operator, asisten dan instrument yang sudah memakai jas operasi dan sarung tangan steril. 3. Operator dan asisten berdiri di posisi sesuai dengan tindakan operasi yang akan dilakukan 4. Instrumenter memberikan linen steril kepada asisten atau operator lalu dibentangkan di bagian bawah tubuh/kaki lapangan operasi 5. Membentangkan linen steril di bagian atas tubuh dari lapangan operasi 6. Selanjutnya duk sisi dibentangkan di samping kiri dan kanan daerah operasi 7. Masing-masing sudut dari lapangan operasi yang terbentuk dari pertemuan linen steril di klem dengan doek klem 10.Memasang doek bolong besar steril Kamar operasi



CUCI TANGAN STERIL NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian



Tujuan Kebijakan Prosedur



Suatu prosedur menghilangkan kotoran, kuman yang menempel ditangan yang wajib dilakukan oleh petugas yang akan melakukan tindakan pembedahan Tingkat kebersihan tindakan pembedahan terjamin Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor : Persiapan alat ; 1. Sabun anti mikroba 2. Handuk steril 3. Kikir pembersih kuku 4. Tempat handuk kotor 5. Sikat 6. Tempat sampah Langkah-langkah kerja : 1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang ditarik ke atas. 2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka 3. Berdiri di depan wastafel jaga agr tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel 4. Seragam yang digunakan harus tetap kering 5. Tuangkan sabun 2-5 cc ke tangan, sabuni tangan dan lengan hingga 5 cm diatas siku 6. Bersihkan kuku bila kotor dengan kikir 7. Basahi sikat dan beri sabun kembali 8. Jumlah gerakan 20 gerakan untuk tangan, 30 gerakan untuk kuku, sikat dipegang tegak lurus terhadap kuku. 9. Sikat jari-jari termasuk sela jari, sikat telapak tangan, punggung tangan. 10. Basahi sikat dan beri sabun kembali 11. Bagi tangan menjadi tiga bagian 1/3 pergelangan tangan bawah dengan arah memutar, lanjutkan 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian atas. Tangan dalam posisi fleksi dengan jari-jari menghadap ke atas selama prosedur 12. Ulangi langkah no.11 pada tangan yang satunya



Unit Terkait



13. Dengan tangan posisi fleksi bilas dengan seksama ujung jari ke siku tangan kiri dan ulangi pada tangan kanan 14. Matikan keran dengan siku 15. Ambil handuk steril yang ada di atas kemasan pastikan tidak ada apapun atau benda dekat dari jangkauan 16. Buka handuk steril secara maksimal pegang satu bagian putar dari jari ke siku 17. Dengan hati-hati pindahkan handuk ke lengan satunya 18. Buang handuk ke tempat yang sudah disediakan Kamar operasi



ASISTEN BEDAH NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian



Adalah



suatu



tindakan



membantu



pelaksanaan



tindakan



pembedahan di kamar bedah secara langsung agar dapat berjalan dengan baik dan lancer Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam membantu tindakan pembedahan secara langsung untuk memperlancar pelayanan pembedahan



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Asisten bedah membantu langsung operator dalam tindakan pembedahan 2. Asisten bedah harus bisa dapat mempermudah jalannya tindakan pembedahan 3. Asisten bedah bertanggung jawab terhadap instrument bersama sama dalam penghitungan kasa dan instrument 4. Setelah pembedahan selesai asisten bertanggung jawab bersama instrument dalam kelengkapan semua peralatan. 5. Setelah melakukan tindakan asistensi nama aasisten dicantumkan dalam rekam medic pasien



Unit Terkait



Kamar operasi



MARKING SIDE NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : STANDAR PROSEDUR



TANGGAL TERBIT :



OPERASIONAL



Pengertian



Suatu tindakan penandaan daerah yang akan dioperasi yang harus



dulakukan



kepada



pasien



yang



akan



menjalani



pembedahan Tujuan



1. Sebagai acuan dalam mengatur tata tertib kerja dalam pelaksanaan tindakan 2. Mencegah terjadinya kesalahan pembedahan



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Pasien yang sudah dilakukan serah terima dari perawat ruangan dengan perawat bedah dilakukan marking side (penandaan) 2. Pasien dicocokan dengan rekam medis 3. Tanyakan kembali kepada pasien bagian mana yanga akan di lakukan pembedahan 4. Perawat atau operator memberi tanda (X) pada daerah yang akan di bedah 5. Tanda menggunakan spidol yang jelas dan tidak bisa dihapus. 6. Dokumentasikan di formulir serah terima pasien tindakan yang sudah dilakukan



Unit Terkait



Kamar bedah



PENYAMPAIAN INFORMED CONSENT TINDAKAN ANASTESI NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



PENGERTIAN



TUJUAN



KEBIJAKAN



PROSEDUR



TANGGAL TERBIT :



Penyampaian informed consent tindakan anestesi adalah : proses untuk menjelaskan mengenai suatu tindakan pembiusan kepada pasien seperti mengenai tujuan, proses tindakan, akibat/efek samping 1. Pasien atau keluarga mendapat penjelasan dan mengerti tentang tindakan anestesi yang akan dilakukan serta mengetahui efek sampingnya 2. Memberi rasa aman dan mencegah timbulnya efek emosional pasien 3. Memberi perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan medis yang tidak diperlukan 4. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap sesuatu kegagalan yang bersifat negatif Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor : 1. Pada pasien rencana operasi elektif informed consent



dilakukan di poliklinik oleh dokter oleh dokter anatesi yang praktek atau pada saat pasien mendaftarkan untuk penjadwalan operasi di instalasi kamar operasi. 2. Pada pasien rencana operasi cito, informed consent



dilakukan di ruang persiapan oleh dokter anestesi 3. Penjelasan berupa lisan dan tertulis



berisikan jenis pembiusan, tujuan, proses dan efek samping dari tindakan tersebut.



4. Setelah mendapat penjelasan dan mengerti maka pasien/



keluarga mengisi dan menandatangani lembar persetujuan Surat Ijin Tindakan Anestesi. 5. Lembar



persetujuan yang telah ditandatangani oleh pasien/keluarga kemudian ditangani oleh dokter dan



menjelaskan serta 2 (dua) orang saksi yaitu perawat dan keluarga pasien UNIT TERKAIT



1. Instalasi bedah 2. Instalasi rawat inap 3. Instalasi rawat jalan



PEMAKAIAN JAS OPERASI/GOWN NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT :



HALAMAN



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian



Adalah suatu langkah kegiatan memakai jas operasi steril yang dipakai oleh tim bedah steril (Dokter bedah, asisten dokter bedah, perawat instrument)



Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemakaian jas operasi untuk mendukung pelaksanaan tindakan bedah



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Onloop membuka lipatan packing linen steril di kamar tindakan 2. Operator bedah,asisten operator dan scrub nurse mengambil jas operasi yang masih dilipat dengan cara mengangkat ke atas secara vertical. Pada waktu memakai jas operasi selalu menjauhi alat, orang dan daerah yang steril dan baju kamar operasi tidak boleh menyentuh meja steril tempat jas operasi disimpan 3. Mencari pita leher jas operasi bagian depan kemudian sejajarkan jas operasi setinggi bahu 4. Dengan cara memegang bagian dalam jas, jas bagian dalam tepat pada garis bahu dengan kedua tangan, biarkan jas operasi membuka sendiri bagian dalam jas operasi harus menghadap ke tubuh dan bagian bawahnya tidak boleh menyentuh lantai 5. Dengan tangan sejajar, memasukan lengan ke bawah lubang lengan jas operasi secara bersamaan



6. Onloop membantu mengikat pita leher dan tali yang diikat dibagian belakang untuk tali yang diikat ke arah depan, onloop menyerahkan ujung tali ke pemakai jas dengan menggunakan korentang dan tali tersebut diikat oleh pemakai jas operasi setelah memakai sarung tangan Unit Terkait



Kamar operasi



MEMBERSIHKAN RUANGAN DI KAMAR BEDAH NO. DOKUMEN :



STANDAR PROSEDUR



TANGGAL TERBIT :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : .



OPERASIONAL



Pengertian



Adalah



suatu



kegiatan



pembersihan



ruangan



secara



menyeluruh yang dilakukan oleh staf kamar bedah rutin setiap 1 minggu 2 kali Tujuan



1. Sebagai acuan langkah pemakaian alat 2. Untuk melindungi dan mencegah terjadinya infeksi silang



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Persiapan alat  Sapu  Sikat lantai  Kain pel  Kain lap  Larutan klorin 0,5 %  Ember  Sapu panjang untuk melawa-lawa  Detergen  Sarung tangan 2. Pelaksanaan  Petugas memakai sarung tangan  Membersihkan ruangan dilaksanakan setiap minggu pada hari sabtu  Lantai disikat dengan air yang memakai detergen lalu dibersihkan denga air bersih dan dikeringkan dengan lap kering



 Kaca dibersihkan memakai detergen pembersih kaca  Dinding ruangan disikat lalu dibersihkan dengan air bersih  Bak cuci tangan disikat dan dibersihkan dengan air bersih  Langit-langit ruangan dilawa-lawa Unit Terkait



1. Petugas kamar bedah 2. Cleaning service



PEMINDAHAN PASIEN DARI MEJA OPERASI KE KERETA DORONG NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT :



HALAMAN



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



PENGERTIAN



TUJUAN



Pemindahan pasien dari meja operasi ke kereta dorong adalah proses untuk memindahkan pasien setelah selesai melaksanakan tindakan operasi dari meja operasi ke kereta dorong menuju ruang pulih sadar (recovery room) 5. Memberikan keamanan dan kenyamanan pasien 6. Memberikan pelayanan terbaik kepada pasien



KEBIJAKAN



PROSEDUR



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor : 1. Beritahu pasien bahwa akan dipindahkan oleh perawat 2. Siapkan kereta dorong 3. Periksa apsien agar dapat segera dipindahkan sesuai dengan anjuran dokter anestesi oleh perawat 4. Dekatkan kereta dorong dengan meja operasi dan sejajarkan dengan meja operasi dan kunci kereta dorong tersebut 5. Perhatikan alat yang terpasang pada pasien bersangkutan agar jangan sampai terlepas, seperti: infus, DC, NGT dan Drain 6. Angkat/geser pasien secara bersama-sama minimal 3 (tiga) orang, satu orang pada bagian kepala dan bahu, satu orang pada bagian pinggang dan panggul dan satu orang pada bagian tungkai 7. Pasang selimut pasien dan segera pindahkan/ bawa ke ruang pulih sadar 8. Perhatikan posisi kepala pasien agar ditahan keatas (ekstensi) atau miring ke salah satu sisi 9. Beritahu keluarga pasien, bahwa pasien sudah diruang



pulih sadar UNIT TERKAIT



Instalasi bedah



SPO PENGELOLAAN PEMBUANGAN SAMPAH DI RUANG OPERASI NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



0 Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Suatu cara atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemisahan jenis sampah yang dihasilkan di ruang operasi



Tujuan



mencegah timbulnya infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh pembuangan sampah yang tidak teratur.



Kebijakan



1. Meningkatkan mutu pelayanan 2. Sampah dibagi menjadi sampah medis dan non medis



Prosedur



6. Tempat sampah yang ada di ruang operasi terdiri dari dua macam warna kantong plastic sampah 7. Kantong plastic yang berwarna kuning untuk menampung sampah medis basah,infeksi berupa: kasa basah, kasa yang suhak dipakai pembedahan, darah, cairan tubuh, jaringan, 8. Kantong plastic yang berwarna hitam untuk menampung sampah kering, non infeksius berupa : plastic, kertas sisa makanan 9. Apabila sampah sudah penuh kantong plastic diikat dan siap untuk dibuang ke penampungan sampah / limbah Rumah sakit. 10. Tempat sampah untk benda-benda tajam dan pecah ditampng dalam wadah khusus seperti box pembuangan alat tajam (sanitax)



Unit Terkait



Kamar operasi



PERHITUNGAN KASSA DAN ALAT DI KAMAR OPERASI NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



0 Ditetapkan : STANDAR PROSEDUR



TANGGAL TERBIT :



OPERASIONAL



Pengertian



Adalah suatu cara penghitungan kassa dan alat pada waktu menyiapkan di meja instrument dan pada saat melakukan pembedahan sebelum menutup luka operasi



Tujuan



1. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penghitungan kassa 2. Mencegah tertinggalnya kassa di dalam tubuh pasien



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Perawat



circulating,asisten



bedah



dan



perawat



scrub



bersama-sama menghitung jumlah kassa,alat dan jarum sebelum operasi dimulai di buku catatan 2. Perawat circulating dan perawat scrub menghitung kembali jumlah pemakaian kassa,jarum dan instrumen sebelum daerah operasi ditutup dan harus sesuai dengan jumlah sebelum operasi 3. Perawat instrument melaporkan kepada asisten dan operator bahwa kassa dan instrument sudah lengkap 4. Perawat circulating dan perawat scrub mempersilahkan dokter bedah untuk memeriksa daerah operasi jika jumlah kassa tidak sesuai 5. Dokter bedah boleh menutup luka operasi bilamana jumlah kassa sesuai dengan perhitungan awal Unit Terkait



Kamar operasi



PERHITUNGAN KASSA DAN ALAT DI KAMAR OPERASI NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT :



HALAMAN



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



PENGERTIAN



TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR



Pengelolaan pra anestesia adalah meliputi persiapan yang dilakukan oleh dokter anestesi sebelum melakukan tindakan anestesi 1. Membuat rencana pengelolaan anestesia yang tepat 2. Patient safety Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor : 1. Mempelajari rekam medis pasien 2. Anamnesis pasien untuk mendiskusikan riwayat medis,



termasuk pengalaman anestetik dan terapi obat serta kebiasaan habituasi 3. Melakukan pemeriksaan untuk menilai aspek-aspek kondisi



fisik yang dapat mempengaruhi keputusan berkenaan dengan resiko operasi dan penatalaksanaan perioperatif 4. Meminta pemeriksaan lain dan memberi premedikasi serta



terapi lain yang essensial bagi tindakan anestesi bila diperlukan 5. Meminta konsultasi bila diperlukan 6. Mencatat hasil evaluasi praanetesia dan rencana anestesi/



UNIT TERKAIT



analgesia pada rekam medis pasien Instalasi bedah



PREPARASI DAERAH OPERASI NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



0 TANGGAL TERBIT :



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Adalah suatu cara untuk mensuci hama daerah operasi dengan menggunakan desinfektan dan antiseptic agar terbebas dari kuman pathogen dan aphatogen



Tujuan



1. MembeIr batasan area atau lapang pembedahan 2. Mencegah terjadinya infeksi



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Persiapan a. Persiapan alat  Spong holding  Kassa minimal 3 lembar  Bethadin solution 10%  Alcohol 70% b. Persiapan pasien Pasien diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Pelaksanaan a. Satu lembar kassa dijepit dengan menggunakan spong holding b. Kassa yang sudah dijepit lalu dicelupkan kedalam bethadin solution 10% kemudian dipreparasikan ke area yang akan dioperasi secara memutar searah jarum jam mengarah ke luar c. Preparasi bethadin dilakukan sebanyak dua kali dan sekali pakai kassa langsung dibuang ke tempat penampungan



kassa yang nantinya akan dihitung d. Kemudian kassa ke tiga dijepit dengan spong holding kemudian dicelupkan ke dalam alcohol 70% dan di preparasikan ke area yang akan dioperasi lalu kasa dibuang e. Apabila preparasi menggunakan tiga kassa, area operasi masih kotor maka preparasi dapat diulang Unit Terkait



Kamar operasi



MEMAKAI SARUNG TANGAN STERIL NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT :



HALAMAN



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Adalah suatu langkah pemakaian sarung tangan yang steril untuk melakukan tindakan pembedahan



Tujuan



3. Sebagai acuan langkah pemakaian alat 4. Untuk melindungi dan mencegah terjadinya infeksi silang



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



Metode tertutup 1. Dengan menggunakan tangan kiri yang terbungkus oleh cuff yang berada pada ujung lengan jas operasi, ambilah sarung tangan sebelah kanan dengan cara memegang cuff-nya yang terlipat. 2. Ekstensikan (ulurkan) tangankanan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas (supin). Letakan telapak sarung tangan pada telapak tangan kanan secara berlawanan arah ( bagian njari-jari sarung tangan menghadap kea rah tubuh dan ibu jari sarung tangan berada di sebelah kanan) dengan memegang ujung atas cuff pada tangan kanan di atas telapak tangan. 3. Pegang punggung cuff sarung tangan oleh tangan kiri dan tarik ke arah tubuh sehingga menutupi ujung lengan jas sebelah kanan. Sekarang cuff sarung tangan sudah berada di atas dan menutupi di dalam lengan jas. 4. Pegang bagian atas sarung tangan kanan dan bagian lengan jas yang berada dibawahnya dengan menggunakan tangan



kiri yang tertutup oleh lengan jas operasi sebelah kiri. Tarik bagian sarung tangan yang berada di atas jari-jari kanan yang diekstensikan sampai semuanya menutupi cuff jas operasi. 5. Pasang sarung tangan kiri dengan cara yang sama pada lengan sebelah kiri (sebelahnya). Pergunakan tangan kanan yang sudah memakai sarung tangan kiri. Metode terbuka 1. Pegang bagian dalam lipatan cuff sarung tangan sebelah kanan oleh tangan kiri, kemudian angkat secara vertical. 2. Masukan tangan kanan ke dalam sarung tangan tadi, dan tarik sampai semua jari tangan masuk, cuff tetap terlipat seperti semula. 3. Ambil sarung tangan kiri dengan cara memasukan jari-jari tangan kanan yang sudah terbungkus sarung tangan tadi ke bagian cuff nya. 4. Dengan jari-jari tangan kanan, tarik cuff sarung tangan sebelah kiri sampai menutupi lengan jas operasi sebelah kiri. 5. Ulangi langkah no 4 untuk cuff sebelah kanan. Unit Terkait



Kamar operasi



PENERIMAAN PASIEN NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT :



HALAMAN



Ditetapkan :



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Suatu prosedur yang harus dilakukan dalam menerima pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan



Tujuan



Memberikan komunikasi pelayanan yang diberikan sebelumnya kepada pasien agar pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



1. Pasien diantar oleh perawat ruangan ke ruang operasi (ruang pre operasi) 2. Perawat ruang operasi menerima pasien dengan melakukan serah terima berupa menanyakan nama kepada pasien medical record yang lengkap dan dicocokan dengan gelang pasien, data penunjang (X-ray, hasil Laboratorium) 3. Perawat melakukan pengecekan serah terima pasien sesuai dengan formulir pre dan post operasi. 4. Perawat yang melakukan serah terima menandatangani formulir pre dan post operasi



Unit Terkait



Kamar operasi Poliklinik Rawat inap



MONITORING UMUM SELAMA ANESTESI / PEMBEDAHAN NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas anestesi selama pemberian anestesyang harus dicatat dan didokumentasikan.



Tujuan



Mendeteksi peerubahan klinis yang terjadi pada pasien yang sedang menjalani pembiusan, sehingga dapat diberikan intervensi dengan cepat bila diperlukan.



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



Monitoring dilakukan dengan cara terus menerus selama pemberian anestesi.harus dilakukan evaluasi terhadap: 1. Oksigenasi : a. Pemantauan



oksigenasi



jaringan



dilakukan



secara



kontinyu dengan pengamatan visual dengan menilai warna dengan pencahayaan pasien yang adekuat. b. Pemantauan oksigen secara kuantitatif dengan pulse oksimetri dengan target SpO2≥94% dengan udara ruangan. 2. Ventilasi Pemantauan jalan napas dan ventilasi dilakukan secara kontinyu a. Tanda-tanda klinis kecukupan ventilasi, antara lain: pengembangan dada yang adekuat, pergerakan kembang kempis kantung pernapasan, dan auskultasi bunyi napas (precordial stetoscop pada pediatric).



b. Secara kuantitatif : kebutuhan volume tidal (8cc/kgBB), laju respiraasi 12-14x/menit untuk mencapai volume semenit 100cc/kgBB. 3. Sirkulasi a. Pemantauan fungsi peredaran darah yang kontinyu terhadap laju jantung dan irama jantung dengan palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung (stetoscop percordial pada pediatric), pulse oksimetri. b. Pemantauan EKG secara kontinyu sejak awal hingga anestesi berakhir.evaluasi EKG dilakukan terhadap: Ritme, laju jantung, ST segmen, ada tidaknya gelombang P, perubahan bentuk gelombang P,QRS,T c. Perfusi jaringan dipantau secara kontinyu dengan meraba suhu perifer, capillary refill, pulse oksimetri, dieresis. d. Evaluasi tekanan darah dan laju jantung paling tidak setiap lima menit: pertahankan setiap variasi perubahan tekanan darah ±20% dari base line Prosedur untuk mempertahankan variasi tekanan darah tersebut dilakukan sesuai dengan penyebab, seperti: pemberian cairan,pengaturan kedalaman anestesi obat inotropik / vaso aktif, obat anti hypertensi.



4. Suhu tubuh Pemantauan suhu tubuh ini dilakukan secara kontinyu dengan thermometer. 5. Pencatatan dan dokumentasi hasil monitoring



Unit Terkait



Instalasi bedah



PEMBERIAN ANASTESI MODERAT DAN DALAM (INTUBASI) NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas anestesi selama pemberian anestesi yang harus dicatat dan didokumentasikan.



Tujuan



Mendeteksi perubahan klinis yang terjadi pada pasien yang sedang menjalani pembiusan, sehingga dapat diberikan intervensi dengan cepat bila diperlukan.



Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor :



Prosedur



Persiapan alat: Pastikan seluruh alat yang diperlukan berfungsi dengan baik a. Sumber oksigen dan ambu bag (UGD, Ruangan ,ICU) mesin anestesi yang sudah dipastikan berfungsi dengan baik ( kamar operasi) b. Face mask atau sungkup wajah c. Langingoskop d. Pipa endotrakeal 3 buah (1 lebih besar dan 1 lebih kecil dari ukuran standard). e. Stylet (mandren) f. Oropharyngeal airway 3 buah (1 lebih besar dan 1 lebih kecil dari ukuran standard) g. Spuit h. Plester i. Bantal dengan tebal 10 cm j. Suction yang sudah siap pakai



k. Stetoskop Gunakan sarung tangan Persiapan pasien: Yang terpenting untuk melakukan intubasi adalah memeriksa kemungkinan kesulitan intubasi dan resiko aspirasi dan regurgitasi. 



Bisa membuka mulut







Pemeriksaan mallampati







Kemampuan ekstensi leher







Jarak antara tyromental kurang dari 4 cm.







Dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri (tidak ada kekakuan sendi leher)







Leher pendek, panjang, kaku







Adanya sikatrik di daerah leher,







Gigi ompong







Gigi yang hanya tinggal beberapa saja







Tanyakan kecukupan puasanya (terutama pasien emergensi)







Wanita hamil selalu dianggap lambung penuh



Penatalaksanaan: 1. Pastikan bahwa meja operasi sudah terkunci dan tidak bergerak. 2. Posisikan pasien terlentang dengan posisi head up. 3. Tinggi kepala pasien setinggi kartilago xyphoid operator. 4. Letakkan kepala penderita dengan bagian oksipital diletakkan di atas bantal dengan tebal 10 cm. 5. Posisi kepala dalam satu garis antara telinga dengan sternum (sniff position) 6. Berikan pasien oksigen 100% selama kurang lebih 3-5 menit dengan menggunakan sungkup wajah. 7. Berikan pasien anastetika hipnotik sedatif intravena, dan opioid. 8. Pastikan pasien tertidur dengan mengecek reflek bulu mata negatif.



9. Berikan oksigen dengan gas anastetika inhalasi 3 MAC melalui sungkup wajah. 10. Lakukan ventilasi dengan menggunakan bagging dengan tekanan tidak melebihi 30 cm H2O. 11. Bila dada dapat menggembang dan pada saat melakukan ventilasi tidak ada hambatan atau tahanan, berikan pelumpuh otot. 12. Lakukan ventilasi hingga seluruh obat anestesi mencapai onsetnya. 13. Pegang handle laringoskop dengan tangan sebelah kiri, tangan sebelah kanan dapat memegang kepala pasien untuk extensi atau membuka mulut dengan cara cross finger. 14. Masukan blade dari ujung kanan bibir, dorong hingga ke oropharyng sambil menyisihkan lidah dari kanan ke kiri. 15. Telusuri terus hingga ujung blade menyentuh vallecula 16. Pastikan gigi dan bibir bebas 17. Kemudian angkat handle menjauh dari pasien sehingga terlihat pita suara (vocal cord) 18. Persiapkan pipa endotrakheal di tangan kanan 19. Masukan pipa endotakheal ke arah pita suara 20. Setelah pipa endotrakheal terpasang kembangkan balon dengan menggunakan spuit, pastikan pipa endotrakheal tidak begeser. 21. Setelah balon mengembang pastikan paru kanan dan kiri mengembang



sama



besar



dengan



menggunakan



stetoskop. 22. Setelah memastikan letak pipa endotracheal benar, plester pipa.



Unit Terkait



Instalasi bedah



PEMBERIAN ANASTESI MODERAT DAN DALAM (INTUBASI) NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas anestesi kepada pasien yang dilakukan setelah pemberian anestesi dan akan dipindahkan ke ruang pemulihan.



Tujuan



Memberikan acuan yang benar dalam penatalaksanaan pasca anestesi pasien-pasien yang menjalani pembedahan.



Kebijakan



Memberikan pelayanan pasca anestesi pada pasien yang menjalani pembedahan,sampai pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat,ruang ICU atau pasien dipulangkan pada pasien ODS.



Prosedur



1. Pasien tidak boleh dipindahkan dari kamar operasi kecuali jalan napsnya sudag dijamin paten dan stabil, dengan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat,serta hemodinamik yang stabil. 2. Pemindahan pasien ke ruang pemulihan harus didampingi oleh dokter anestesi yang memahami kondisi pasien. 3. Selama pemindahan dokter anestesi bertanggungjawab terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi dan diberikan bantuan sesuai kondisi pasien. 4. Oksigen suplemen harus diberikan saat memindahkan pasien dengan resiko hipoksemia 5. Pasien yang tidak stabil harus tetap terintubasi dan bila akan dipindahkan ke RR harus tatap termonitor dengan monitor portable dan harus tersedia obat-obatan emergensi 6. Pasien dengan resiko aspirasi atau perdarahan saluran napas



atas harus dipindahkan dengan posisi lateral. 7. Setelah tiba di ruang pemulihan, segera lakukan pemeriksaan patensi jalan napas, tanda vital, dan oksigenasi. 8. Posisikan posisi pasien head up (bila tidak ada kontra indikasi). 9. Lakukan serah terima pasien kepada perawat yang bertugas di ruang RR dengan informasi yang berkenaan engan kondisi pra bedah dan jalannya pembedahan (jenis anestesi, tindakan pembedahan, perdarahan, jumlah dan jenis cairan yang diberikan, komplikasi operasi,) kemungkinan masalah pasca operasi serta intruksi pasca bedah. 10. Petugas ruang pemulihan melakukan pemeriksaan ulang kondisi pasien bersama-sama dengan pemberi anestesi. 11. Kondisi pasien setelah tiba dikamar operasi harus dicatat 12. Dokter



anestesi



yang



melakukan



pembiusan



dapat



meninggalkan ruang pemulihan setelah melakukan serah terima pasien dengan petugas ruang pemulihan. 13. Pemantauan kesadaran, tekanan darah, nadi, napas, suhu, SPO2 diruang pemulihan dilakukan secara rutin setiap 5 menit pada 15 menit pertama atau smpai stabil, kemudian setelah itu tiap 15 menit. 14. Pantau adanya nyeri pascaoperasi, mual muntah, inputoutput, cairan, drain, perdarahan. Kemudian lakukan tindakan/tatalaksana yang sesuai. 15. Pada pasien yang mendapatkan tindakan regional harus dilakukan pemeriksaan motorik dan sensorik secara periodic dengan pamantauan hehodinamik yang lebih kuat. 16. Ktiteria



pengeluaran



pasien



dari



ruang



pemulihan



menggunakan criteria Aldrete Score dengan scor ≥9 17. Dibuat laporan tertulis yang akurat tentang pemantauan kondisi pasien di ruang pemulihan. Unit Terkait



1. Instalasi bedah 2. Instalasi rawat inap



PERAWAT INSTRUMENT NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



Pengertian



Adalah suatu tindakan membantu pelaksanaan tindakan pembedahan di kamar bedah secara langsung yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan kelengkapan instrument.



Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam membantu tindakan



pembedahan



secara



langsung



untuk



memperlancar



pelayanan pembedahan Kebijakan



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah No



Prosedur



1. Perawat



instrument



menyiapkan



kebutuhan



alat



dan



instrument untuk pembedahan 2. Perawat instrument menata alat-alat di meja mayo sesuai dengan kebutuhan pembedahan 3. Perawat instrument dan asisten bedah bersama-sama menghitung jumlah instrument,kasa, jarum yang akan dipakai dan dicatat di catatan dokumentasi 4. Setelah pembedahan selesai perawat instrument melakukan penghitungan alat dan kasa, jarum dan asisten bertanggung jawab bersama instrument dalam kelengkapan semua peralatan. 5. Semua alat, kasa, jarum yang dipakai jumlahnya harus sesuai dengan jumlah awal 6. Setelah melakukan tindakan nama perawat dicantumkan dalam rekam medic pasien



instumrn



Unit Terkait



Kamar operasi



PEMBERIAN INFORMED CONSENT NO. DOKUMEN :



NO. REVISI



HALAMAN



Ditetapkan : TANGGAL TERBIT : STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



PENGERTIAN



TUJUAN



Penyampaian informed consent kepada pasien preoperasi adalah : proses untuk menjelaskan mengenai suatu tindakan kepada pasien suatu tindakan kepada pasien sebelum menjalankannya, baik mengenai proses tindakan, akibat/efek samping, prognosa dan lain sebagainya. 7. Pasien atau keluarga mendapat penjelasan dan mengerti tentang jenis tindakan, proses, akibat/efek samping dan prognosa tindakan yang akan dilakukan. 8. Memberi rasa aman dan mencegah timbulnya efek emosional pada pasien. 9. Menberi perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan medis yang tidak diperlukan. 10. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan yang bersifat negatif.



KEBIJAKAN



Surat keputusan Direktur tentang penyelanggaraan pelayanan anestesi dan bedah Nomor



PROSEDUR



6. Pada pasien yang direncanakan operasi elektif informed



consent dilakukan di poliklinik oleh dokter operator. Pada pasien rencana operasi cito informed consent dilakukan di ruang persiapan oleh dokter operator mengenai jenis operasi yang akan dilakukan serta resiko yang akan dihadapi pasien. 7. Setelah mendapat penjelasan dan mengerti dengan penjelasan tersebut, maka pasien/keluarga mengisi dan menandatangani lembar persetujuan Surat Ijin Operasi/Surat Ijin Tindakan Medis. 8. Lembar Persetujuan yang telah ditandatangani oleh pasien/keluarga kemudian ditangani oleh dokter yang menjelaskan serta 2 (dua) orang saksi yaitu perawat dan keluarga pasien.



UNIT TERKAIT



Instalasi kamar bedah