Stakeholder Engagement [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STAKEHOLDER (Pemangku Kepentingan)



1. Definisi & Dasar Pemikiran 1.1. Definisi Stakeholder Pengertian Stakeholder adalah semua pihak di dalam masyarakat, baik itu individu, komunitas atau kelompok masyarakat, yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap sebuah organisasi/ perusahaan dan isu/ permasalahan yang sedang diangkat. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, arti stakeholder adalah pemangku kepentingan atau pihak yang berkepentingan. Stakeholder adalah bagian penting dari sebuah organisasi yang memiliki peran secara aktif maupun pasif untuk mengembangkan tujuannya. Stakeholder dapat dijumpai dimanapun, terutama dalam kegiatan bisnis sehingga setiap perusahaan tidak lepas dari keberadaan tokoh penting tersebut. Stakeholder dalam bisnis atau perusahaan meliputi pemegang saham, karyawan, staff, pegawai, suplier, distributor maupun konsumen. Bahkan, saingan perusahaan juga dapat disebut sebagai stakeholder karena akan mempengaruhi kestabilan perusahaan. 1.2. Definisi Stakeholder Menurut Para Ahli 1) Freeman Menurut Freeman, pengertian Stakeholders adalah suatu kelompok masyarakat ataupun individu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pencapaian tujuan tertentu dari organisasi .



2) Biset Menurut Biset, pengertian stakeholder adalah orang/ individu atau kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan atau perhatian pada permasalahan tertentu. 3) Wibisono Menurut Wibisono, pengertian stakeholder adalah seseorang maupun kelompok yang punya kepentingan secara langsung/ tidak langsung bisa mempengaruhi atau dipengaruhi atas aktivitas dan eksistensi perusahaan. 4) ISO 26000 SR Menurut ISO 26000 SR, pengertian stakeholder adalah individu atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap keputusan serta aktivitas organisasi 5) AA1000 SES Menurut definisi stakeholder adalah kelompok yang dapat mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan, serta kinerja suatu organisasi. 1.3. Teori Stakeholder Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya



dengan mengakomodasi keinginan dan



kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Munculnya teori stakeholders sebagai paradigma dominan semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung jawab tidak hanya



kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku kepentingan atau stakeholder (Maulida dan Adam, 2012). Dalam mengembangkan stakeholder theory, Freeman (1983) dalam Susanto dan Tarigan (2013) memperkenalkan konsep stakeholder dalam dua model yaitu: (1) model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada model pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan strategis perusahaan dengan kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder theory berfokus pada caracara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model kedua, perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok-kelompok yang berlawanan ini termasuk badan regulator (government) dengan kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial. Sustainability



report



merupakan



laporan



yang



digunakan



untuk



menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders 2. Pengelolaan stakeholder Merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperoleh pengakuan dan mempertahankan komunikasi diantara stakeholder yang mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan pengelolaan stakeholderdapat dilakukan secara sistematis melalui tahapan sebagai berikut: (1) identifikasi isu dan stakeholder (2) strategi pengelolaan stakeholder (3) pengelolaan stakeholder berkelanjutan



2.1. Identifikasi Stakeholder Identifikasi stakeholder mencakup dua langkah utama yang harus dilakukan, yaitu: 1) Pemahaman terhadap isu-isu yang dihadapi perusahaan 2) pemahaman atas jenis, tipe dan karakteristik stakeholder Langkah Pertama, perusahaan di dalam memahami isu-isu sosial yang berkembang mengacu kepada beberapa isu utama yang dihadapi oleh perusahaan. Isu-isu sosial yang dihadapi oleh perusahaan meliputi : 1) keterlibatan masyarakat; 2) pendidikan dan budaya; 3) penciptaan pekerjaan dan pengembangan keterampilan; 4) pengembangan teknologi dan akses masyarakat; 5) kesejahteraan dan penciptaan pendapatan; 6) kesehatan; 7) lingkungan Langkah Kedua, perusahaan memami jenis stakeholder, tipe stakeholder dan karateristik stakeholder. Dilihat dari jenisnya stakeholder dapat dibagi menjadi stakeholder internal dan stakeholder eksternal. Dari tipenya, stakeholder dapat dibagi menjadi stakeholder kunci, stakeholder utama, stakeholder pendukung,



stakeholder pelengkap. Dari karakteristiknya, stakeholder dapat dibagi menjadi stakeholder yang tidak terorganisir, stakeholder yang setengah teroganisir dan stakeholder yang terorganisir.



 Mitchell et al. (1997, p. 854) Mengusulkan model identifikasi stakeholder berdasarkan 3 dimensi : 



Power : Directly in Organozation (Kekuatan pemangku kepentingan untuk pengaruhi perusahaan) = Kekuasaan Menurut Mintzberg (1983), kekuasaan adalah kapasitas untuk membuat seseorang melakukan apa yang dia lakukan tidak akan melakukannya.







Legitimacy : Lead Other Stakeholder (Legitimasi hubungan pemangku kepentingan untuk mempengaruhi perusahaan) = Mitchell dkk. (1997) berpendapat bahwa urgensi memiliki banyak arti, tetapi dalam hal stakeholder manajemen itu dapat dilihat sebagai



hasil dari sensitivitas waktu dan kekritisan. Dengan kata lain, seorang pemangku kepentingan dikatakan memiliki urgensi dalam situasi di mana tuntutannya harus ditangani dalam waktu singkat jika tidak, organisasi akan berada dalam masalah serius. 



Urgency : Related or Critical issues (Urgrnsi pemangku kepentingan klaim pada perusahaan) = Mitchell dkk. (1997) berpendapat bahwa urgensi memiliki banyak arti, tetapi dalam hal stakeholder manajemen itu dapat dilihat sebagai hasil dari sensitivitas waktu dan kekritisan. Dengan kata lain, seorang pemangku kepentingan dikatakan memiliki urgensi dalam situasi di mana tuntutannya harus ditangani dalam waktu singkat jika tidak, organisasi akan berada dalam masalah serius.



 Identifikasi menurut AA1000 



Dependency (Ketergantungan) Kelompok atau individu yang secara langsung atau tidak langsung bergantung pada organisasi, atau kepada siapa organisasi bergantung untuk beroperasi







Responsibility (Tanggung Jawab) kelompok atau individu yang memiliki organisasi, atau di masa depan mungkin memiliki, tanggung jawab hukum, komersial, operasional atau etika / moral







Tension (Tekanan) kelompok atau individu yang membutuhkan perhatian segera dari organisasi terkait dengan masalah keuangan, ekonomi, sosial atau lingkungan yang lebih luas







Influence (Pengaruh) kelompok atau individu yang dapat berdampak pada pengambilan keputusan strategis atau operasional organisasi atau pemangku kepentingan







Diverse Perspective (Perspektif yang beragam) kelompok atau individu yang berbeda pandangan dapat mengarah pada pemahaman baru tentang situasi dan identifikasi peluang untuk tindakan yang mungkin tidak terjadi



2.2. Strategi pengelolaan stakeholder Perusahaan dalam melakukan pengelolaan stakeholder terdapat tiga strategi yang dapat dilaksanakan untuk memudahkan membangun komunikasi stakeholder dengan baik, yaitu: (1) Pemetaan stakeholder; (2) Analisa stakeholder; (3) Komunikasi stakeholder.



2.2.1. Pemetaan Stakeholder



Pemetaan terhadap fungsi, peranan dan kontribusi stakeholder sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan. Pemetaan stakeholder ini mengacu kepada kategorisasi berdasarkan internal dan eksternal. Pertama, stakeholder yang termasuk ke dalam kategori internal adalah (1) pekerja; (2) pemegang saham; (3) investor perusahaan. Kedua, stakeholder yang termasuk ke dalam dalam kategori eksternal, yaitu:  pemerintah;  masyarakat; (4) media; (5) NGO/LSM; (6) supplier; (7) pelanggan/customer; (8) asosiasi/organisasi professional.



2.2.2. Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah analisis pengaruh fungsi, peranan dan kontribusi stakeholder terhadap kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Di dalam melakukan analisasi stakeholder dikategorikan dalam pengaruhnya kepada pihak perusahaan, yaitu:



(1) stakeholder pengaruh tinggi adalah stakeholder yang memiliki posisi dominan dalam mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan ; (2) stakeholder pengaruh sedang adalah stakeholder yang memiliki posisi tidak terlalu dominan dalam mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan; (3) stakeholder pengaruh rendah adalah stakeholder yang memiliki posisi yang tidak dominan dalam mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Dalam melakukan analisa stakeholder dapat menganalisa pengaruhnya berdasarkan kepada tiga hal, yaitu : (1) kepentingan adalah organisasi/orang yang memiliki kepentingan atas keberadaan dan kegiatan perusahaan; (2) power adalah kekuasaan yang dimiliki oleh organisasi/orang yang dapat mempengaruhi perusahaan; (3) legitimasi adalah organisasi/orang yang memiliki pengakuan dari pihak-pihak



pendukungnya.



Analisa



stakeholder



berdasarkan



pengaruh, kepentingan, power dan legitimasi, perusahaan dapat melakukan analisa dari setiap stakeholder yang mempengaruhi perusahaan berdasarkan kepada isu-isu spesifik tertentu. Secara umum, Stakeholder dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatan, posisi, dan pengaruhnya. Adapun klasifikasi stakeholder adalah sebagai berikut: 1) Stakeholder Utama (Primer) Stakeholder primer ini berhubungan langsung dengan pembuatan kebijakan, program, dan proyek. Stakeholder utama atau primer merupakan penentu utama dalam kegiatan pengambilan keputusan. Berikut beberapa contoh Stakeholder utama atau Stakeholder primer, diantaranya: 



Masyarakat dan Tokoh Masyarakat Masyarakat adalah mereka yang akan terkena dampak dan mendapat manfaat dari suatu kebijakan, proyek, dan program. Sedangkan tokoh



masyarakat adalah anggota masyarakat yang dianggap dapat menjadi aspirasi masyarakat. 



Manajer Publik Manajemen publik adalah lembaga publik yang punya tanggung jawab dalam mengambil keputusan dan implementasinya.



2) Stakeholder Pendukung (Sekunder) Stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak berkaitan langsung terhadap kebijakan, program dan proyek. Tapi stakeholder sekunder memiliki keprihatinan dan kepedulian sehingga ikut menyuarakan pendapat yang dapat mempengaruhi sikap stakeholder utama dan keputusan legal pemerintah. Berikut beberapa contoh stakeholder sekunder, diantaranya yaitu: 



Lembaga pemerintah dalam wilayah tertentu namun tidak memiliki tanggung jawab langsung







Lembaga pemerintah yang berhubungan dengan permasalahan, tapi tidak memiliki wewenang langsung dalam mengambil keputusan







Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan dampak, rencana, atau manfaat yang akan muncul







Perguruan Tinggi, yakni kelompok akademis yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan pemerintah







Pengusaha atau Badan Usaha yang berhubungan dengan permasalahan



2.2.3. Stakeholder Engagement Stakeholder engagement merupakan proses dimana suatu organisasi melibatkan orang-orang yang mungkin akan terpengaruh oleh keputusan itu, membuat, atau dapat mempengaruhi pelaksanaan keputusan. Mereka mungkin mendukung atau menentang keputusan, akan berpengaruh dalam organisasi atau dalam masyarakat di mana ia beroperasi, memegang posisi resmi yang relevan atau akan terpengaruh dalam jangka panjang. Stakeholder engagement merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang terencana dan dilaksanakan berdasarkan perencanaan dalam rangka untuk



memperoleh pengakuan, penerimaan dan keberlanjutan hubungan antara perusahaan dengan stakeholder. Menurut AA1000SES, Proses keterlibatan berkelanjutan oleh stakeholder memiliki 4 tahapan, yaitu: A. Perencanaan B. Persiapan C. Implementasi (penerapan) D. Tindakan, Mengkaji ulang dan Meningkatkan (mengimprove) 2.2.3.1. Perencanaan Perusahaan



dalam



merencanakan



stakeholder



engagement



diharapkan dapat melakukan langkah-langkah perencanaan dengan baik. Dengan perencanaan yang baik dan sesuai dengan tahapantahapan yang berlaku standar akan menjadi dasar bagi pelaksanaan stakeholder engagement yang diharapkan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka perencanaan stakeholder engagement akan meliputi : 1) Profiling dan pemetaan stakeholder bertujuan agar perusahaan memiliki pemahaman yang jelas tentang stakeholder yang relevan untuk dan juga isu-isu yang dihadapi. Pelaksanaan pemetaan yang baik akan menghasilkan pemahaman perusahaan mengenai hubungan antara perusahaan dengan stakeholder pada saat ini, pengaruh stakeholder terhadap perusahaan, harapan akan sebuah engagement yang dilakukan oleh perusahaan dengan stakeholder, jenis



stakeholder,



hubungan



antar



stakeholder,



kerelaan



melakukan engagement dari setiap stakeholder. Penentuan tingkat dan metode stakeholder engagement. Setelah melakukan pemetaan, maka perusahaan menetapkan tentang tingkat dan metode stakeholder engagement.  Tingkat pertama, stakeholder engagement dimulai dengan konsultasi. Dimana konsultasi dilakukan perusahaan untuk hanya menginginkan feedback atas pertanyaan-pertanyaan



yang disampaikan oleh perusahaan dan hanya bersifat satu arah. Pada tingkat pertama ini, metode yang digunakan dapat berupa survey, FGD, pertemuan dengan stakeholder yang dipilih, pertemuan public, workshop dan mekanisme feedback online. 



Tingkat



kedua



adalah



negosiasi



dan



perusahan



memposisikan stakeholder dalam posisi sejajar dalam hal menyelesaikan sebuah perkara. Pada tingkat kedua ini, metode yang dipergunakan adalah penawaran bersama. Hal ini disebabkan proses negosiasi yang sering dilakukan oleh perusahaan terkait dengan pekerjanya ataupus dengan serikat pekerja. 



Tingkat



tiga



adalah



keterlibatan



dan



menempatkan



perusahaan dengan stakeholder dalam komunikasi dua arah. Pada tingkat ketiga ini, perusahaan melakukan kolaborasi untuk menjalin kerjasama, pengambilan keputusan bersama atau melakukan tindakan bersama dengan stakeholder. Adapun metode yang sering dilakukan dalam tingkat tiga ini adalah



pertemuan



konsensus,



proses



multistakeholder, pengambilan



pengembangan



keputusan



secara



partisipatif, FGD. 



Tahap empat adalah pemberdayaan stakeholder. Dimana perusahaan



mengikutsertakan



stakeholder



menjadi



perwakilannya dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini perusahaan memposisikan stakeholder dalam pengelolaan dan strategi pengelolaan perusahaan. 2) Mengidentifikasi batasan dari penyampaian informasi. Perusahaan harus jelas dalam mengidentifikasi hal-hal yang perlu disampaikan kepada stakeholder dan mampu berkomunikasi dengan jelas dengan stakeholder



3) Menyusun draft perencanaan stakeholder engagement. Cakupan dari draft perencanaan stakeholder engagement meliputi mandar untuk melakukan engagement, maksud dan cakupan dan dari stakeholder engagement, pihak-pihak yang terlibat dalam engagement termasuk peranan dan tanggung jawabnya, metode untuk mengidentifikasi stakeholder, batasan-batasan dalam pemberian informasi. 4) Penentuan indikator-indikator. Perusahaan harus jelas dalam menentukan indikator-indikator dari proses stakeholder engagement. Dalam penentuan ini, perusahaan harus jelas dalam menentukan indikator-indikator sesuai agar hasil-hasil dari sebuah stakeholder engagement sesuai dengan harapan perusahaan.



2.2.3.2. Persiapan Setelah selesai menyusun perencanaan, perusahaan melakukan persiapan terkait dengan hal-hal mobilisasi sumber daya yang dimiliki dalam upaya melaksanakan stakeholder engagement, pengembangan kapasitas terkait dengan dan terkahir mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam proses engagement dengan stakeholder. 2.2.3.3. Impelementasi Perusahaan dalam mengimplementasikan rencana dan persiapan stakeholder engagement dilakukan dengan mengundang stakeholder untuk berpatisipasi dalam engagement. Kemudian perusahaan memberikan catatan catatan kepada stakeholder yang berkaitan dengan maksud dan cakupan engagement, isu-isu yang dihadapai, pengelolaan isu oleh perusahaan, keinginan perusahaan terhadap isu yang dihadapi. Seluruh hal-hal ini disediakan dan di presentasikan oleh perusahaan terhadap stakeholder yang berpartisipasi.



Setelah hal-hal ini dilakukan, perusahan selanjutnya dapat melakukan engagement



dengan



stakeholder.



Seluruh



proses



engagement



di



dokumentasikan dan juga dalam pendokumentasian tersebut meliputi capaian-capaian yang dihasilkan. Apabila proses engagement ini sudah dilaksanakan maka kemudian disusunlah rencana tindak lanjut antara perusahaan dengan stakeholder dan mengkomunikasikan capaian-capaian yang telah diperoleh serta rencana tindak lanjut yang telah disusun. 2.2.3.4. Tindakan, Review dan Perbaikan Perusahaan harus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap semua kualitas dari proses yang sudah dilakukan dalam rangka stakeholder engagement, termasuk di dalamnya mencakup penilaian terhadap kualitas engagement yang dilakukan secara individual. Monitoring dan evaluasi ini mencakup



komitmen



perusahaan,



maksud



cakupan



dan



partisipasi



stakeholder, proses engagement, capaian dan pelaporan. Hasil dari tahapan ini, perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap hal-hal yang masih dirasakan kurang dan pleaporan mengenai proses dari stakeholder engagement ini dapat dikomunikasikan dengan stakeholder. Komunikasi laporan ini dilakukan dengan mempublikasikan laporan tersebut agar dapat di informasikan kepada seluruh pihak. 3. Pengelolaan Stakeholder yang Berkelanjutan Perusahaan dalam melakukan pengelolaan stakeholder yang berkelanjutan memerlukan empat langkah yang harus dilakukan secara dinamis. Pengertian dinamis dalam hal ini adalah perusahaan harus mampu memilih dan memilah isu-isu dan stakeholder yang sesuai dengan langkah-langkah tersebut. Adapaun langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan stakeholder yang dilakukan perusahaan sesuai dengan isunya, yaitu: (1) Proaktif;



(2) Antisipasi; (3) Reguler: (4) Defensif.



3.1.



Proaktif Perusahaan melakukan komunikasi secara proaktif kepada stakeholder dengan



mengedepankan pengakuan dan penghormatan terhadap stakeholder. Komunikasi yang dibangun oleh perusahan yang bersifat proaktif ini adalah komunikasi pasif dengan menunggu stakeholder mengkomunikasikan kepentingan dan aspirasinya kepada perusahaan. Tetapi sebalikny dan perusahaan harus mengkomunikasikan harapannya kepada kepada stakeholder, sekaligus menerima aspirasi dan kepentingan stakeholder. 3.2.



Antisipasi Perusahan membangun komunikasi dengan stakeholder sebagai langkah untuk



mengantisipasi dampak yang tidak diharapkan oleh perusahaan. Komunikasi yang dibangun oleh perusahaan dengan stakeholder haruslah mampu untuk mengantisipasi dampak negative atas kepentingan stakeholder kepada perusahaan.



3.3.



Reguler



Perusahaan membangun komunikasi dengan stakeholder dengan secara periodik dan terus menerus. Hubungan komunikasi yang dibangun oleh perusahaan dengan stakeholder bukan berdasarkan kepada kepentingan perusahaan semata. 3.4.



Defensif Perusahaan membangun komunikasi dengan menerima aspirasi dan kepentingan



stakeholder dengan tanpa melakukan penekanan kepada stakeholder. Dalam kondisi tertentu, komunikasi defensive diperlukan oleh perusahaan menghindari terjadinya masalah yang berkelanjutan bagi pihak perusahaan.