Start Up [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Start’s Up Bussiness dan Personal Branding dalam Berbagai Jenis Usaha Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Enterpreneurship



Disusun oleh kelompok 7 : Sri Dewi Fatimah



(1711313012)



Putri Indah Permata



(1711313014)



Velia Atika Areny



(1711313016)



Minda Putri Suyafri



(1711313018)



Annisa Yured



(1711313024)



Rahtu Suzi Amelia



(1711313028)



Dosen Pengampu : Ns. Yelly Herien, M. Kep



JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanawata’ala yang telah memberikan kami berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak yang di berikan keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan temanteman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun hal pengkonsilidasian. Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri, teman-teman serta orang lain.



Padang, 26 Februari 2020



Kelompok 7



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2 1.3 Tujuan ............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Start-Up ............................................................................................3 2.2 Pengertian Start-Up .......................................................................................3 2.3 Perkembangan Start-Up di Indonesia ................................................................. 5 2.4 Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up ...............................................................6 2.5 Branding ................................................................................................................. 9 2.6 Personal Brand dan Internet ................................................................................ 9 2.7 Konsep Utama Personal Branding .................................................................... 11 2.8 Karakteristik Personal Brand ............................................................................. 13 2.9 Bagaimana dengan personal brand dan personal branding? ........................ 14 2.10 Alasan dan Keuntungan Membangun Personal Branding ......................... 16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................18 3.2 Saran .............................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau baru berkembang, biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi dan identik dengan bisnis yang berbau teknologi. Neil Blumenthal, cofounder dan co-CEO dari Warby Parker mengatakan bahwa startup adalah suatu perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah di mana solusinya tidak jelas dan kesuksesan tidak dijamin. Adora Cheung cofounder dan CEO dari Homejoy, salah satu hottest U.S Startups di tahun 2013 mengatakan bahwa startup is a state of mind (startup adalah keadaan pikiran). Menurut kamus Merriam-Webster startup adalah perusahaan bisnis pemula, sementara The American Herritage Dictionary mengatakan bahwa startup adalah bisnis yang baru saja memulai operasinya (Robehmed, 2013). Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dikategorikan sebagai startup sebuah bisnis atau perusahaan haruslah baru mulai beroperasi. Atribut kunci dari startup adalah kemampuan untuk bertumbuh, di mana startup adalah sebuah perusahaan yang dirancang untk bertumbuh secara cepat. Startup berfokus pada pertumbuhan yang tidak dibatasi oleh geografi, hal inilah yang membedakannya dengan small businesses atau bisnis kecil. Internet merupakan salah satu faktor penyebab pesatnya pertumbuhan startup. Menurut Alves, internet telah menjadi “kebutuhan” masyarakat saat ini. Internet membawa perubahan revolusioner, menciptakan lingkungan baru yang menandai era transisi dari masyarakat industrial menuju masyarakat digital atau knowledge-based society (Gasa, 2017). Menurut lembaga riset pasar eMarketer pada tahun 2014 seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1, populasi netter di seluruh dunia pada tahun 2014 mencapai 2,89 miliar orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 3,4 miliar orang dan pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 3,6 miliar orang. Di Indonesia sendiri pada tahun 2014 pengguna internet sebesar 83,7 juta orang, pada tahun 2017 diperkirakan naik menjadi 112,6 juta orang dan pada tahun 2018 akan mencapai 123 juta orang (Yusuf, 2014).



1



1.2 Rumusan Masalah 1.



Bagaimana sejarah strat up?



2.



Apa itu pengertian dari strat up?



3.



Bagaimana Perkembangan Start-Up di Indonesia?



4.



Apa saja Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up?



5.



Apa itu Branding?



6. Bagaimana Personal Brand dan Internet? 7. Bagaimana Konsep Utama Personal Branding? 8. Bagaimana Karakteristik Personal Brand?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah strat up 2. Untuk mengetahui Apa itu pengertian dari strat up 3. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Start-Up di Indonesia 4. Untuk mengetahui Apa saja Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up 5. Untuk mengetahui Apa itu Branding 6. Untuk mengetahui Bagaimana Personal Brand dan Internet 7. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Utama Personal Branding 8. Untuk mengetahui Bagaimana Karakteristik Personal Brand



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Start-Up Istilah Start-Up yang diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang dikembangkan, mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000, nyatanya istilah Start-up banyak dikaitkan dengan segala yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut. Dalam sejarahnya, istilah start-up sendiri mulai terkenal secara internasional pada masa dot-com bubble (gelembung dot-com). Fenomena dot-com bubble atau kadang-kadang disebut gelembung teknologi informasi adalah gelembung spekulasi yang terjadi antara tahun 1998–2000 (berpuncak pada 10 Maret 2000 ketika NASDAQ mencapai 5132,52 poin) ketika bursa saham di negara-negara industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara tajam berkat pertumbuhan industri sektor Internet dan bidang-bidang yang terkait. Pesatnya pertumbuhan Internet dimulai pada tahun 1993 dan berlangsung hingga tahun 1990-an yang ditandai dengan teknologi world wide web yang semakin maju setelah dirilisnya versi pertama penjelajah web Mosaic. Start-Up adalah perusahaan atau bisnis yang belum lama terbentuk. Perusahaan ini biasanya masih dalam proses pengembangan dan riset untuk menemukan pasar yang tepat. Saat ini ada banyak sekali start-up yang mulai bermunculan dan menjamur. Start-Up bisnis, banyak yang mengartikan bahwa ini adalah sebuah sistem investasi bisnis yang akan menggerakan bisnis secara otomatis. Namun start-up itu lebih condong pada pembangunan sistem bisnis era digital yang mana mengkaitkan dengan dunia online. Contohnya seperti Google dan Facebook yang menghidupi dunia online. Bisa dikatakan bahwa Google adalah start-up yang tersukses dalam search engine. Sedangkan Facebook adalah start-up yang paling sukses dalam hal social network (SNS).



2.2 Pengertian Start-Up Pada dasarnya Startup adalah pengimplementasian dari business plan dimana segala sesuatu yang telah direncanakan dan diproyeksikan dalam rencana bisnis dituangkan dan direalisasikan dalam bentuk startup.Menurut



3



Paul Graham: “Startup is a company designed to grow fast” (Paul Graham, 2012), sedangkan menurut Eric Ries: “Startup is a human institution design that create something new under condition extreme and serenity. It doesn’t say about what size of the compny or what sector of industry, it just says we’re trying to do institution building when we don’t know what we don’t know” (Eric Ries, 2012) Start-up adalah sebuah langkah dalam menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Mudo (2015) dalam artikelnya menyebutkan, “Bisnis start-up adalah suatu bisnis yang baru berkembang. Namun, bisnis start-up ini lebih identik bisnis yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut”. Sedangkan menurut Kurniarti (2017) dalam Jurnalnya menyebutkan bahwa Start-up adalah sebuah institusi yang diciptakan untuk membuat produk atau layanan baru dan inovatif dalam sebuah kondisi ketidakpastian yang tinggi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Start-Up adalah sebuah upaya pembentukan organisasi berbentuk perusahaan baru dalam bidang bisnis berbasis teknologi jaringan atau web dengan menghasilkan suatu produk yang inovatif. Karakteristik Start-Up di Indonesia Sebuah perusahaan disebut start-up adalah ketika perusahaan tersebut masih dalam tahap berkembang. Perusahaan tersebut belum memiliki dana besar dan hanya dijalankan oleh beberapa orang. Sebaga contoh, Tokopedia awalnya adalah sebuah start-up e-commerce dengan platform situs marketplace. Tokopedia bersaing dengan banyak perusahaan ecommerce lainnya. Lazada contohnya. Hanya saja Lazada bukanlah start-up. Lazada hadir sebagai perusahaan raksasa yang langsung didanai dengan dana besar. Elevania juga contoh lainnya. Jika Lazada bergerak di bidang toko retail, maka Elevania memiliki karakteristik seperti Tokopedia. Situs ini bukan starup karena didanai oleh XL Axiata dan situs yang langsung memiliki dana besar Banyak karakteristik dari start-up yang dapat kita ambil. Beberapa karakteristik perusahaan Start-up tersebut diantaranya (Syauqi, Tanpa Tahun, hlm. 1) 1. Usia perusahaan kurang dari 3 tahun, artinya masih dalam tahap awal suatu perusahaan digital.



4



2. Jumlah pegawai kurang dari 20 orang, pada awalnya tentu start-up hanya memiliki segelintir orang saja dibalik berdirinya perusahaan. 3. Pendapatan kurang dari $100.000/tahun, belum banyak keuntungan yang didapatkan karena masih dibutuhkan biaya untuk pengembangan start-up. 4. Masih dalam tahap perkembangan. 5. Umumnya bergerak dalam bidang teknologi, penggunaan aplikasi merupakan salahsatu contohnya. 6. Produk yang dibuat berupa umumnya aplikasi dalam bentuk digital atau yang lainnya 7. Biasanya beroperasi melalui website ataupun media sosial Dari beberapa karakteristik diatas terlihat bahwa start-up lebih condong ke perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan informasi. Namun faktanya memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang diberi nama Start-up adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia teknologi dan informasi.



2.3 Perkembangan Start-Up di Indonesia Di Negara Indonesia sendiri penggunaan istilah Start-Up sudah digunakan sekitar sejak tahun 2000-an dan banyak start-up yang dihasilkan oleh pemuda Indonesia dan masih bertahan sampai sekarang. Indonesia menjadi salah satu pasar yang menarik perhatian para pengusaha start-up. Menurut Amalia (2017) menyatakan menurut riset yang dilakukan pada tahun 2017, tercatat bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 133 Miliar pengguna, dan tentunya bertambah setiap tahunnya. Menurutnya, bisnis start-up di Indonesia paling banyak diminati adalah dalam jenis game atau permainan serta aplikasi edukasi, dan ada beberapa faktor pendukung dalam berkembangnya industri start-up di Indonesia yaitu: 1. Masyarakat Indonesia yang mayoritas terbuka dengan teknologi baru, terbukti dengan tercatatnya pengguna internet yang mencapai 133 miliar pengguna dari sekitar 250 miliar penduduk di Indonesia.



5



2. Jumlah penduduk yang banyak, yaitu sekitar 250 miliar warga Negara Indonesia



menjadikannya



sebagai



pasar



yang



besar



bagi



perusahaanperusahaan start-up. 3. Pelayaan start-up yang baik, tentunya dengan pelayanan yang baik maka konsumen pun merasa puas dalam menggunakan dan mengkonsumsi startup tersebut. 4. Modal dari investor serta dukungan pemerintah, Tanpa modal, maka bisnis apapun tak kan bisa berkembang. Dukungan dari pemerintah pun menjadi penentu berkembangnya sebuah start-up, jika pemerintah tidak mendukung maka start-up sangat sulit untuk berkembang.



2.4 Faktor-Faktor Kesuksesan Start-up Sebuah bisnis start-up memang pada awalnya dirasa sulit untuk bisa sukses. Membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengembangkan usaha dan mencapai sebuah kesuksesan. Rata–rata 9 dari 10 bisnis start-up akan keluar dari zona nyaman bisnisnya, dan sisanya yang mampu bertahan dan berhasil dengan orang– orang yang memiliki kualitas terbaik. Ada alasan tertentu mengapa sebuah bisnis start-up mampu tumbuh dan sukses. Berikut ini adalah 11 alasan mengapa sebuah bisnis startip bisa sukses. 1. Visi Sebuah perusahaan akan mampu tumbuh dan berkembang jika mereka memiliki visi yang kuat. Sebuah visi terkadang diciptakan dengan tujuan untuk memacu semangat bagi sebuah perusahaan. Bagi sebuah bisnis startup, visi adalah hal pertama yang perlu diperhatikan, agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang dengan besar. 2. Kecepatan Kecepatan merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian besar bagi sebuah bisnis start-up. Menyelesaikan sesuatu dengan cara yang cepat adalah salah satu dari banyak alasan mengapa start-up mampu mencapai tujuan dan visi mereka. 3. Anggaran Sebuah bisnis tidak akan bisa dipisahkan dari anggaran yang akan dibutuhkan dan digunakan. Sebuah start-up yang suskes adalah start-up yang efisien dalam mengelola keuangan dan mampu menjaga kestabilan keuangan mereka.



6



4. Keterampilan Sosial Koneksi adalah alasan lain mengapa sebuah bisnis start-up bisa mencapai kesuksesannya. Bagaimana bisa sebuah bisnis baru mampu tampil dan dikenal banyak orang tanpa sebuah relasi? . Sebuah startup yang besar akan memiliki pemimpin yang luar biasa. Bukan hanya mampu bekerja dan memimpin dengan baik perusahaannya, namun juga mampu membagi waktu dengan berorganisasi. Salah satu alasan untuk berorganisasi adalah mencari dan memiliki koneksi yang luas dan beragam. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan start-up. Di sisi lain, para pemimpin start-up perlu menginspirasi orang dan memberi mereka alasan untuk mengikutinya melalui jalan tertentu. 5. Disiplin Disiplin memang hal yang harus dilakukan dalam segala hal. Disiplin dimulai dari diri sendiri dan merupakan tonggak menuju kesuksesan. Tanpa sebuah kedisiplinan, start-up tidak akan berhasil. Disiplin dari dalam diri sendiri akan menumbuhkan etos kerja yang positif. Dari situlah semua kreatifitas dan kesuksesan bisa dimunculkan. Hal ini penting ditumbuhkan untuk menciptakan kesuksesan bersama. 6. Tekad Tekad yang kuat selalu diperlukan untuk menuju kesuksesan. Sebuah start-up yang sukses, akan menekankan pentingnya penentuan ketika membangun sebuah bisnis dan tidak pernah berhenti untuk mencoba, terutama ketika menemui jalan berbatu dan dirasa sulit. Akan ada banyak tantangan yang akan muncul, dan startup membutuhkan tekad untuk mengatasi dan menghadapi tantangan – tantangan tersebut. 7. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan Perubahan dalam segala hal akan terus bermunculan, salah satunya dibidang teknologi. Start-up yang baik akan selalu sedia untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Mampu Beradaptasi dengan perubahan, akan membawa kita menemukan terobosan – terobosan baru untuk bisnis kita. Untuk tahun – tahun pertama, sebuah bisnis start-up akan mengalami banyak perubahan untuk bisa beradaptasi dengan situasi saat ini. Hingga mampu menemukan rahasia yang membuatnya mampu bertahan dan mengembangkan prestasi yang dimiliki. 8. Keterampilan dalam penggalangan dana Arus pendanaan adalah garis darah sebuah bisnis start-up. Ini berarti sebuah bisnis dapat saja berhenti dan



7



hancur, jika modal sudah tidak lagi memadai. Sebuah start-up yang sukses adalah mereka yang memiliki modal cukup untuk menjalankan operasi bisnis mereka. Tugas utama dari pemimpin start-up adalah untuk dapat meningkatkan



modal



yang



dibutuhkan.



Cara



yang



baik



untuk



mengumpulkan uang salah satunya melalui online, yakni melalui ekuitas atau melalui sebuah investasi khusus start-up, seperti di rockthepost.com. 9. Keyakinan teguh Keberhasilan setiap bisnis salah satu faktornya adalah keberanian dalam mengambil dan menghadapi setiap resiko, begitupula bagi sebuah start-up. Seperti yang banyak orang katakan, investasi yang paling menguntungkan biasanya memerlukan sejumlah resiko yang tinggi. Namun, keputusan tersebut harus memiliki konsep yang baik. Hal ini untuk menghindari banyaknya resiko yang mungkin terjadi. Start-up harus memiliki sebuah keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menghadapi resiko dengan baik pula. 10. Management waktu Bagi sebuah bisnis start-up waktu adalah hal yang sangat



diperhatikan.



Keberhasilan



perusahaan



bergantung



pada



produktivitas dan efektivitas tim untuk melakukan lebih banyak hal dalam waktu yang minim. Anda bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu, namun alangkah baiknya jika Anda juga memperhatikan prioritas apa saja yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis start-up tersebut. 11. Eksekusi Dan yang terkahir adalah eksekusi. Sebuah bisnis start-up tentunya memiliki banyak ide – ide yang kreatif. Sekitar 98% dari kesuksesan sebuah bisnis start-up adalah dari eksekusi ide yang ada. Pengalaman dari tim sangat penting sebagai latar belakang mereka mengeksekusi ide – ide yang bermunculan. Start-up yang sukses selalu mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dengan ide – ide yang muncul, sekalipun itu ide yang terbilang tidak mungkin untuk dilakukan. Mereka akan belajar dari setiap kesalahan yang mereka lakukan dan memperbaikinya secepat mereka belajar untuk mencapai kesuksesan



8



2.5 Branding American Marketing Association (AMA) dalam sebuah artikel berjudul “What is Branding and How Important is it to Your Marketing Strategy”, mendefiniksikan brand atau merek dengan nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semua itu, yang tujuannya untuk memberikan identifikasi dan perbedaan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Brand atau merek adalah sesuatu yang tidak terlihat tetapi efeknya sangat nyata. Menurut Ghowdeswar branding berarti membedakan nama dan atau simbol,seperti



logo,



merek



dagang,



atau



desain



dengan



maksud



mengidentifikasi dan membedakan produk satu penjual dengan kompetitornya (Ghodeswar, 2008). Branding juga dapat diartikan sebagai tindakan terusmenerus yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan untuk mengelola pikiran dan perasaan konsumen Anda untuk memastikan produk andalah yang mereka inginkan (Sutedja, 2012). Branding juga dapat diartikan sebagai usaha untuk membedakan produk kita dengan produk pesaing kita sehingga akan memberikan keuntungan kompetitif di pasaran (Sutrisna, 2010). Berdasarkan ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa branding adalah proses yang melibatkan pemasaran, penelitian, dan percakapan secara terus-menerus untuk membuat suatu produk memiliki ciri khas sendiri di benak konsumen dan membedakan produk tersebut dengan produk pesaing agar dapat memberikan keuntungan kompetitif di pasaran. Branding sangat penting dilakukan karena seseorang akan memilih suatu produk tidak hanya karena pertimbangan rasional, tetapi lebih kepada pertimbangan emosional. Orang akan melihat dan membandingkan spesifikasi, harga, dan kegunaan, tetapi pada akhirnya mereka mengambil keputusan secara emosional. Branding menjadi penting karena dapat membangun ikatan emosional dengan klien atau pembeli (Peter Montoya, 2008).



2.6 Personal Brand dan Internet Personal brand adalah identitas pribadi individu yang mampu menciptakan respon emosional orang lain terhadap kualitas dan nilai yang dimiliki individu tersebut (O'Brien T. , 2007). Pendapat lain menyatakan bahwa personal brand



9



merupakan persepsi, pendapat, atau kesan seseorang terhadap kita (Hood Peter Montoya, 2008; Subur, 2011, 2006;). Hood bahkan menambahkan bahwa personal brand yang sukses akan secara tepat menggambarkan keseluruhan potensi, kualitas, dan nilai-nilai yang berada dalam diri seorang individu (Hood, 2006). Dengan personal brand, individu akan menjadi seseorang yang pertama terpikirkan ketika orang lain mencari atau membutuhkan potensi, kualitas, atau nilai-nilai tertentu yang ada dalam diri individu tersebut (Hood, 2006; William Arruda, 2010). Hal ini secara lebih sederhana dikatakan oleh Moentoya, yaitu bahwa personal brand yang baik dapat dengan mudah mengkomunikasikan perasaan atau gagasan yang jelas dan sederhana tentang individu (Peter Montoya, 2002). Saat ini, personal brand memang menjadi lebih penting dan signifikan pengaruhnya dibandingkan merek perusahaan (corporate brand). Hal ini karena pada dasarnya kita lebih mudah mempercayai individu dibandingkan perusahaan dan kita akan memilih untuk berhubungan atau berbisnis dengan seseorang yang membuat kita nyaman (Peter Montoya, 2008). Kegiatan atau aktivitas untuk membangun personal brand disebut personal branding. Lebih rinci, personal branding ialah mengkomunikasikan dan memastikan bahwa orang lain menerima dan percaya nilai-nilai dan kualitas yang dimiliki individu tersebut (O'Brien T. , 2007). Tidak hanya itu, personal branding tidak bisa sebatas mengkomunikasikan, tetapi juga terlebih dahulu harus mengidentifikasi hal unik, relevan, dan menarik dari individu sehingga dapat meningkatkan karir atau bisnis individu tersebut (Rampersad, 2009; Schawbel, 2015). Melalui personal branding, individu dapat mengambil kendali terhadap bagaimana orang lain mempersepsikan individu tersebut (Peter Montoya, 2008; Brown, 2014). Sayangnya, tidak semua orang melihat peluang dari pemanfaatan personal branding. Bahkan, sebagian orang juga tidak menyadari bahwa mau tidak mau, disadari atau tidak, dirinya telah memiliki sebuah personal brand paling tidak di kalangan orang-orang sekitarnya, rekan kerja atau tetangga (Peter Montoya, 2008). Personal brand tersebut misalnya, “si pengacara sukses” atau “si ahli matematika”. Hal ini lebih jelas dipahami melalui argumen McNally bahwa brand dari diri tiap orang merupakan refleksi dari apa yang



10



orang tersebut lakukan dan apa yang menjadi kepercayaan orang tersebut yang direalisasikan melalui apa yang dilakukan dan bagaimana orang itu melakukannya. Dengan adanya kontak yang berulang dengan orang lain, brand tersebut akan menjadi lebih kuat dan terbentuk dalam persepsi orang lain (McNally & Speak, 2012). Dalam melakukan personal branding, Anda memerlukan sarana untuk menampilkan gagasan, ide, aktivitas, atau keahlian Anda dan dengan internet hal tersebut dapat dengan mudah dilakukan (Erik Deckers, 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Schawbel bahwa melalui sebuah situs internet setiap orang dapat dengan sangat mudah mengembangkan dan memasarkan personal brand mereka (Schawbel, 2015). Internet memungkinkan setiap orang untuk berbagi informasi, baik melalui tulisan, gambar, atau video kepada seluruh pengguna internet lainnya dan melahirkan berbagai forum diskusi online dan ruang menulis bebas, seperti blog (Erik Deckers, 2012).



2.7 Konsep Utama Personal Branding Delapan hal berikut adalah konsep utama yang dapat dijadikan acuan dalam personal branding seseorang (Peter Montoya, 2002). 1. Spesialisasi (The Law of Specialization) Merek biasanya dibangun di atas satu bidang spesialisasi untuk menghindari diversifikasi agar menjadi seimbang, terkonsentrasi, pada suatu kekuatan, keahlian atau pecapaian tertentu.Spesialisasi dapat dilakukan melalui cara, diantaranya ; a) Ability (kemampuan) - visi strategis, memahami prinsip pertama, mengkomunikasikan kompleksitas b) Behavior (perilaku) - seperti keterampilan kepemimpinan, energi yang bersemangat, atau kemampuan untuk mendengarkan c) Lifestyle (gaya hidup) - hidup di atas perahu, memakai turtleneck bukan dasi, bepergian dengan sepeda motor d) Mission (misi) - melihat orang melebihi harapan mereka sendiri, misalnya e) Product (produk) - futuris yang menciptakan tempat-tempat luar biasa untuk bekerja



11



f) Prefession (profesi) - niche dalam niche - pelatih kepemimpinan yang merupakan psikoterapis g) Service (layanan) - 'konsultan' yang bekerja sebagai direktur non-eksekutif atau interi 2. Kepemimpinan (The Law of Leadership) Menurut Montoya, pada dasarnya orang ingin dipengaruhi. Mereka menginginkan sosok pemimpin, yakni seseorang yang dapat menghilangkan rasa ketidakpastian dan menawarkan mereka kejelasan. Membentuk unsur kepemimpinan tidak berarti individu harus menjadi yang terbaik dalam semua bidang. Kepemimpinan dapat dibentuk melalui keunggulan (dipandang sebagai seorang ahli dalam bidang tertentu), posisi (memiliki posisi penting), atau pengakuan (misalnya, melalui penghargaan atas pencapaian tertentu). 3. Kepribadian (The Law of Personality) Personal branding yang baik menggambarkan kepribadian individu dalam segala aspek, artinya bukan hanya kelebihan atau kesempurnaan, tetapi juga ketidaksempurnaan individu tersebut karena orang lain justru menyukai sosok yang apa adanya, yaitu yang memiliki kelemahan seperti selayaknya seorang manusia. Konsep ini berseberangan dengan



Konsep



Kepemimpinan



yang



menekankan



individu



untuk



berkepribadian sangat baik. 4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness) Sebuah personal brand yang efektif perlu memiliki kesan yang kuat dengan menjadi berbeda dari orang lain di dalam bidang atau bisnis yang sama. 5. Kenampakan (The Law of Visibility) Untuk menjadi sukses, personal brand harus terlihat secara konsisten atau terus-menerus hingga personal brand orang tersebut dikenal. Hal ini karena kenampakan lebih penting dibandingkan keahlian. Ada banyak orang dengan keahlian yang sama, karenanya individu harus membuat dirinya lebih nampak atau terlihat dibanding yang lain. 6.



Kesatuan (The Law of Unity) Realita kehidupan pribadi seseorang harus sejalan dengan nilai dan perilaku yang telah ditentukan dari personal brand yang dibangun.



12



7. Keteguhan (The Law of Persistence) Karena membentuk personal brand memerlukan waktu yang lama, individu harus memiliki keteguhan terhadap personal brand awal yang telah dibentuk, tanpa ragu atau ingin mengubahnya. 8. Maksud baik (The Law of Goodwill) Pengaruh sebuah personal brand akan lebih besar apabila individu tersebut dipersepsikan secara positif.



2.8 Karakteristik Personal Brand Ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam merancang personal brand yang kuat, yakni sebagai berikut (McNally & Speak, 2012). 1. Khas, yakni personal brand yang tidak hanya berbeda, tetapi merupakan cerminan dari ide-ide dan nilai-nilai dalam diri Anda yang membentuk kekhasan Anda. Relevan, yakni apa yang diwakili oleh personal brand tersebut relevan dengan apa yang dianggap penting atau dibutuhkan oleh orang lain. 2. Konsisten, yakni menjalankan personal brand yang dirancang secara terusmenerus sehingga audiens dapat mengidentifikasi personal brand Anda dengan mudah dan jelas. Menurut McNally, ketika personal brand yang dirancang memiliki kekhasan atau perbedaan, relevan, dan konsisten, maka audiens akan mulai melihat dan memahami personal brand tersebut Haroen (2014:6-7) memaparkan pendapat Kotler dan Gary Armstrong bahwa secara marketing, sebuah merek yang benar biasanya didesain untuk mengkomunikasikan tiga macam makna, yaitu: 1. Atribut. Merek yang mengingatkan orang tentang atribut tertentu mislanya keawetan produk. 2. Manfaat. Berbeda dengan atribut, apabila atribut diterjemahkan sebagai manfaat fungsional dan emosional, pelanggan tidak membeli atribut namun langsung membeli karena memerlukan manfaat dari produk tersebut, misalnya produk susu yang high calcium. 3. Nilai. Merek juga menampilkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli, seperti produk-produk dengan prestise tinggi contoh Mercedes Benz.



13



Susanto dan Wijarnako (2004:9) menegaskan bahwa merek berbeda dengan produk. Produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik, namun yang sesungguhnya dibeli oleh pelanggan adalah mereknya. Pada akhirnya merek bukanlah apa yang dibuat di pabrik, tercetak di kemasan atau apa yang diiklankan pemasar. Merek adalah apa yang ada di dalam pikiran konsumen. Banyak ragam dan penggolongan merek, namun secara garis besar Susanto dan Wijarnako (2004: 12-13) mengelompokan menjadi tiga jenis, diantaranya: 1. Merek Fungsional (Fungsional Brands) Merek fungsional berkaitan dengan manfaat fungsional, yang sangat mengutamakan kinerja produk dan nilai ekonomisnya. Pola pengambilan keputusan konsumen ini relatif rendah, tanpa pertimbanganyang mendalam apabila merek tersebut tidak tersedia konsumen akan dengan mudah beralih pada merek substitusi. Contoh produknya adalah pasta gigi dan sabun cuci. 2. Merek Citra (Image Brands) Merek citra memberikan manfaat ekspresi diri, sebagai merek yang bertujuan untuk meningkatkan citra pemakainya. Sebagai merek yang memberi manfaat ekspresi diri dalam proses pengambilan keputusan konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi. Contoh produknya adalah Mercedes Benz. 3. Merek Eksperiensial (Experiential Brands) Merek



eksperiensial



memberikan



manfaat



emosional,



sangat



mengutamakan kemampuannya dalam memberikan pengalaman yang unik, sehingga publik merasa terkesan dan merasakan perbedaan dengan pesaing/competitor. Kunci untuk mengelola merek ini adalah konsistensi dan kepuasan. Contoh produknya adalah Disney.



2.9 Bagaimana dengan personal brand dan personal branding? Montonya menyebut bahwa personal brand adalah image yang kuat dan jelas yang ada di benak klien. Kemudian Timothy P. O’Brien penulis buku The Power of Branding menjelaskan pendapatnya bahwa personal brand adalah identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut. Personal



14



branding merupakan merek pribadi seseorang dibenak orang lain. Personal branding akan membuat semua orang memandang seseorang tersebut secara berbeda dan unik. Orang mungkin akan lupa dengan anda namun merek pribadi akan selalu diingat. Bahkan personal branding juga berpengaruh terhadap kepercayaan orang lain terhadap anda (Haroen, 2014:13). Personal branding juga sebagai penjelasan 3W yaitu a. Tentang siapa diri anda yang sebenarnya (who are you) b. Apa yang telah anda lakukan sebelumnya (what have you done) c. Apa visi misi anda ke depan (what will you do). Dengan demikian personal branding adalah penjelasan proses komunikasi karakter, kompetensi dan kekuatan seorang atau perusahaan. Branding yang bagus akan melahirkan brand yang kuat yang akan menjadi asset berharga untuk membuka pintu kesuksesan perusahaan atau seseorang. Akhirnya Haroen (2014:19) merumuskan bahwa personal branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki seseorang, seperti kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan bagaimana semua itu menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Persepsi sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana seseorang melakukan seleksi untuk memilih, mengorganisasi dan mengintepretasikan informasi-informasi yang masuk ke dalam pikirannya menjadi sebuah gambaran besar penuh arti. Dapat disimpulkan bahwa merek pribadi (personal branding) merupakan suatu proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, atau bagaimana stimulus-stimulus ini yang merangsang persepsi atau menimbulkan persepsi positif, yang tepat dan bermakna menjadi gambaran utuhsehingga memunculkan citra dengan nilai-nilai dan kualitas yang orang itu inginkan.



15



2.10 Alasan dan Keuntungan Membangun Personal Branding Junaedi (dalam Haroen, 2009:17) menegaskan bukti kedahsyatan personal branding dapat dilihat dari kesuksesan SBY dalam memenangkan pemilihan presiden secara langsung dua kali berturut-turut 2004 dan 2009. Citra yang telah dibangun dan melekat pada sosok SBY ternyata tidak mudah dijatuhkan dengan berbagai iklan politik. Baik secara teori dan praktik dapat disimpulkan bahwa personal branding sangat positif untuk kesuksesan seseorang dipanggung politik. A. Berikut sejumlah alasan mengapa personal branding sangat efektif dan positif menurut Haroen (2014:18) : 1. Membangun diferensiasi. Menciptakan deferensiasi adalah hal penting untuk keberhasilan personal brand 2. Membangun positioning. Dalam persaingan apapun positioning sangat menentukan kemenangan. Brand yang dibangun melalui proses branding akan menentukan posisi pelaku personal branding dari sekian pesaing lainnya 3. Memperkuat persepsi brand yang tertanam pada publik. Brand bukan saja soal realita, tahap pertama yang harus dibangun adalah persepsi 4. Menjadi jembatan lahirnya kepercayaan (trust). Kepercayaan adalah kunci utama. Jika orang suka pada Anda, ia hanya akan mendekat, namun, jika mereka sudah percaya maka mereka akan memilih anda 5. Menjadi pesan kepada publik bahwa kehadiran anda (brand) adalah solusi atas masalah maupun kebutuhan public, sehingga pelaku personal branding dapat menggiring public untuk bertindak mendukung dan memilih Keuntungan membangun dan memiliki personal brand, yaitu; 1. Menstimulasi persepsi penuh makna mengenai nilai-nilai dan kualitas diri



16



2. Menjelaskan kepada orang lain atau publik tentang diri (siapa anda, apa yang anda lakukan, apa yang membuat anda berbeda, bagaimana anda menciptakan nilai untuk publik, apa yang mereka dapatkan bila bertransaksi dengan anda) 3. Mempengaruhi cara orang lain berpikir tentang anda 4. Menciptakan harapan-harapan yang public dapatkan dari anda 5. Menciptakan identitas diri yang mudah diingat (berkesan) 6. Membuat prospek bahwa anda adalah satu-satunya jalan keluar bagi masalah yang publik hadapi 7. Membuat diri menjadi unik dan lebih daripada pesaing lainnya



17



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada dasarnya Startup adalah pengimplementasian dari business plan dimana segala sesuatu yang telah direncanakan dan diproyeksikan dalam rencana bisnis dituangkan dan direalisasikan dalam bentuk startup. start-up adalah sebuah langkah dalam menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut Mudo (2015) dalam artikelnya menyebutkan, “Bisnis start-up adalah suatu bisnis yang baru berkembang. Namun, bisnis start-up ini lebih identik bisnis yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut”. Sedangkan menurut Kurniarti (2017) dalam Jurnalnya menyebutkan bahwa Startup adalah sebuah institusi yang diciptakan untuk membuat produk atau layanan baru dan inovatif dalam sebuah kondisi ketidakpastian yang tinggi. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Start-Up adalah sebuah upaya pembentukan organisasi berbentuk perusahaan baru dalam bidang bisnis berbasis teknologi jaringan atau web dengan menghasilkan suatu produk yang inovatif. 3.2 Saran Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.



18



Daftar Pustaka Ooi & ahmad.2012. A Study among University Students in Business Start-Ups in Malaysia: Motivations and Obstacles to Become Entrepreneurs.International Journal of Business and Social Science Vol. 3 No. 19 Pranatasari, F. D., & Radianto, W. E. (2015, May). Proses, Tolok Ukur, dan Metode Pengukuran Kinerja Start-Up Business: Perspektif Fasilitator pada Pendidikan Entrepreneurship. Proceeding Seminar Nasional & Call For Paper–11



Mei



2015–ISBN:



978-979-19940-4-0–Fakultas



Ekonomi



Universitas Kristen Maranata. Dewi, H. (2018). ULTIMA Management | ISSN 2085 ‐ 4587. 10(2), 81–96



19