4 0 512 KB
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN ASESMEN HIGHER ORDER THINKING SKILLS IN TERM OF PROBLEM SOLVING
OLEH : ARIS ZEZZAR STAMBUK : A401 18 082
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Strategi Pembelajaran, Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran kami sendiri yang bersumber dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Strategi Pembelajaran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai arti pentingnya Strategi Pembelajaran semoga dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai calon pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan dan peranan bilangan , dan khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini. Aamiin. PALU, 08 September 2019
Penyusun
ii | P a g e
Daftar isi BAB I .................................................................................................... 2 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................. 2 1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................. 3 1.3 TUJUAN ...................................................................................... 3 BAB II ................................................................................................... 4 2.1
High Thinking Order Skills (HOTs) ........................................ 4
2.2
High Thinking Order Skills (HOTs) as Problem Solving ........ 5
2.3 SD
Integrasi HOTS dalam problem solving pada pembelajaran di 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 14
1 |ARIS ZEZZAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Memasuki Abad pengetahuan yaitu Abad 21, Sumber Daya Manusia dituntut memiliki beberapa kemampuan. Menurut Trilling dan Hood (1999) bahwa kemampuan yang semestinya dimiliki oleh Sumber Daya Manusia (SDM) di Abad pengetahuan ini adalah kemampuan bekerja sama, kemampuan berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, mampu memahami berbagai budaya dan mempunyai kemampuan berkomunikasi serta mampu belajar sepanjang hayat (long life learning). Dari beberapa tuntutan di atas, berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kemampuan yang semestinya dikuasai oleh peserta didik. Namun, merujuk hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukan bahwa pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam : (1) memahami informasi yang komplek; (2) teori, analisis dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan Investigasi. Keempat kemampuan itu dikenal dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Kemampuan berpikir manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar; keterampilan berpikir Berpikir tingkat rendah (LOTS), dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). LOTS adalah tiga aspek pertama dari taksonomi Bloom, yaitu mengingat, memahami, dan menerapkan. HOTS adalah tiga aspek terakhir dari taksonomi Bloom yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan (Moore & Stanley, 2010). Dengan kata lain, HOTS adalah domain kognitif tertinggi dalam taksonomi Bloom. HOTS adalah aspek penting dalam pengajaran dan pembelajaran sebab keterampilan berpikir sangat menunjang dalam proses pendidikan. Pikiran seseorang dapat mempengaruhi kemampuan, kecepatan dan efektivitas belajar. Oleh karena itu, keterampilan berpikir dikaitkan dengan proses belajar. Siswa yang dilatih untuk berpikir menunjukkan dampak positif pada perkembangan pendidikan mereka sebab siswa belajar yang dengan HOTS dapat memperbaiki kinerjanya dan mengurangi kelemahan mereka (Yee, Othman, Yunos, Tee, Hasan, dan Mohammad, 2011).
2 |ARIS ZEZZAR
Menurut Brookhart (2010), HOTS diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu HOTS sebagai transfer, HOTS sebagai berpikir kritis dan HOTS sebagai problem solving. Problem solving adalah kegiatan yang melibatkan berbagai tindakan dalam pikiran berpikir termasuk mengakses dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman (Lester & Kehle, 2003). Dengan demikian, strategi pengajaran yang melibatkan penggunaan masalah di kelas memberi siswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam proses pemahaman, eksplorasi dan penerapan konsep (Polya, 1973). Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diajarkan guru kepada siswa di sekolah memiliki peranan penting terutama dalam membantu siswa untuk memecahkan berbagai permasalahan. Apabila kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa terbiasa dimunculkan dan dilatih, maka serumit apapun permasalahan yang diberikan akan dengan mudah dipecahkan. Strategi pengajaran
yang
sesuai
dan
lingkungan belajar
yang memfasilitasi pertumbuhan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tinggi terutama kemampuan pemecahan masalah. Guru perlu mempertimbangkan strategi dan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mendesain assessment untuk menilai sejauh mana kemampuan pemecahan masalah. Oleh karena itu, pada makalah ini kami membahas bagaimana HOTS dalam problem solving.
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan HOTS dalam Problem Solving? 2. Bagaimana mengintegrasikan HOTS dalam problem solving pada pembelajaran? 3. Bagaimana assessment HOTS dalam problem solving pada pembelajaran?
1.3 TUJUAN 1. Mendeskripsikan HOTS dalam problem solving 2. Mengetahui bagaimana mengintegrasikan HOTS dalam problem solving pada pembelajaran 3. Mengetahui assessment HOTS dalam problem solving pada pembelajaran
3 |ARIS ZEZZAR
BAB II PEMBAHASAN
2.1 High Thinking Order Skills (HOTs) Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat alamiah yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir sendiri terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang hanya membutuhkan ingatan, sampai pada tingkatan yang paling tinggi yang membutuhkan perenungan. Meskipun demikian, para ahli seringkali berbeda pendapat berbeda tentang proses berpikir, baik dari sisi definisi, filosofi, maupun aspek-aspek yang terlibat di dalamnya. Secara kontekstual, berpikir dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yakni berpikir tingkat tinggi (high order thinking) dan berpikir tingkat rendah (low order thinking). Di abad 21, pembelajaran yang awalnya diintegrasikan pada berpikir tingkat rendah mulai mengalami perubahan menuju berpikir tingkat tinggi. Menurut Smith (dalam Sajidan dan Afandi, 2017) berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang terdiri dari prosedur yang rumit dan perlu didasarkan pada berbagai keterampilan seperti analisis, sintesis, perbandingan, inferensi, interpretasi, penilaian, dan penalaran induktif dan deduktif untuk digunakan dalam memecahkan masalah yang tidak biasa. Keterampilan ini memiliki karakteristik pemikiran terbuka untuk pengambilan risiko, keingintahuan, penemuan fakta yang tajam, perencanaan dan indikasi metode yang paling sesuai, memiliki proses berpikir sistemik, berpikir dengan hati-hati, menggunakan bukti untuk berpikir rasional dan sering melakukan pemantauan diri. Konsep berpikir tingkat tinggi (high order thinking) berasal dari Taksonomi Bloom. Taksonomi ini mengidentifikasi keterampilan dalam perkembangan yang hierarkis dari tingkat yang mudah sampai yang sulit. Tingkat Taksonomi Bloom, dari terendah ke tertinggi adalah Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. Adapun Brookhart (2010) membagi keterampilan berpikir tingkat tinggi menjadi 3 aspek yakni, (1) HOTs sebagai transfer of knowledges, (2) HOTs sebagai critical-creative thinking, dan (3) HOTs sebagai problem solving.
4 |ARIS ZEZZAR
HOTS dalam kategori transfer of knowledge, berarti mengharuskan siswa tidak hanya mengingat tapi juga untuk memahami dan dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Dalam kategori critical-creative thinking HOTs mencakup definisi yang mengacu pada pemikiran reflektif yang berfokus pada proses mental untuk menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan, penalaran, pertanyaan dan penyelidikan, pengamatan dan penggambaran, membandingkan
dan
menghubungkan,
menemukan
kompleksitas,
dan
mengeksplorasi sudut pandang. Dalam kategori problem solving, Brookhart menggambarkannya sebagai proses mental di mana seseorang ingin mencapai tujuan atau sasaran tertentu namun tidak secara otomatis mengenali jalan atau solusi yang tepat untuk digunakan untuk mencapainya. Karena seorang siswa tidak dapat secara otomatis mengenali cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dia harus menggunakan satu atau lebih proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir ini disebut pemecahan masalah.
2.2 High Thinking Order Skills (HOTs) as Problem Solving Masalah adalah sesuatu yang tidak diketahui hasilnya dari suatu keadaan di mana setiap orang mencari jawabannya untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan. Masalah merupakan masalah jika ada perasaan butuh yang dapat memotivasi seseorang untuk mencari jawabannya. Masalah ada ketika ada kesenjangan antara pernyataan awal dan tujuan yang ingin dicapai dan belum tersedianya solusi. Masalah sering ditemukan dalam pembelajaran, jenis masalah yang sering ditemui ada yang bersifat tertutup (closed problems) yang mana penyelesaiannya hanya dengan satu jalan, misalnya pada pelajaran matematika yang dirancang untuk latihan berulang dengan algoritma tertentu. Ada juga masalah terbuka (open-ended problems) yang mana penyelesaiannya bisa memiliki banyak solusi bertujuan untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien, pola pembelajaran ini sering dijumpai pada pelajaran ekonomi atau sejarah (Brookhart, 2010). HOTs atau berpikir tingkat tinggi dilakukan oleh individu ketika individu tersebut mengalami sebuah masalah, sehingga penyelesaian masalah adalah tujuan yang tidak bisa dipenuhi dengan solusi hafalan saja. Oleh karena itu, keterkaitan
5 |ARIS ZEZZAR
antara berpikir tingkat tinggi dengan kemampuan penyelesaian masalah (problem solving) adalah
berpikir
tingkat
tinggi
digunakan
untuk
melatih
kemampuan problem solving. Dalam hal ini berlaku hubungan kausal karena dengan pendekatan problem solving bisa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi
siswa.
Harapannya
siswa
dapat
dibekali
kemampuan
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, membangun konsepnya sendiri, hingga menciptakan sesuatu yang baru sebagai solusinya. Seorang
pemecah
masalah
(problem
solver)
yang
baik
dapat
mengidentifikasi masalah dengan tepat, dapat memperkirakan rintangan yang mungkin dihadapi hingga menemukan solusi yang mungkin dilakukan. Untuk masalah yang sederhana, seorang pemecah masalah setidaknya dapat menemukan satu solusi. Ketika dihadapkan pada masalah yang lebih kompleks, pemecah masalah dapat menawarkan strategi dan solusi berbeda. Bransford dan Stein (dalam Brookhart, 2010) mengklasifikasikan keterampilan pemecahan masalah ke dalam lima tahap, tahapannya disebut IDEAL Problem
Solving.
IDEAL
problem
solving
didesain
untuk
membantu
mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian yang berbeda dari penyelesaian masalah, masing-masing huruf melambangkan komponen penting dalam proses penyelesaian masalah. IDEAL adalah singkatan dari I-Identify problem, D-Define goal, E-Explore possible strategies, A-Act on the strategies, L-look back dan evaluate the effect of your activities. 1. Mengidentifikasikan (identify) masalah Langkah pertama dari IDEAL adalah secara sengaja (Intentionally) berusaha untuk mengidentifikasi (Identify) masalah dan menjadikannya sebagai kesempatan (opportunities) untuk melakukan sesuatu yang kreatif. Salah satu alasan kesengajaan mencari masalah dan menjadikannya sebagai sebuah kesempatan adalah bahwa orang-orang sering tidak menyadari bahwa beragam kejadian bukanlah ”kenyataan yang ada dari kehidupan”. Ketika orang-orang dengan sengaja mencari masalah dan melihatnya sebagai kesempatan untuk berubah, maka hal tersebut akan memberi mereka kesempatan untuk mengubah hidup mereka. Contoh nyata adalah tahun 1800-an lalu lintas yang semrawut
6 |ARIS ZEZZAR
dianggap sebagai ”kenyataan yang ada dalam kehidupan”, tetapi tidak demikian halnya dengan William Enno. Dia menyadari hal tersebut sebagai masalah dan berpotensi untuk diselesaikan, dan dia menemukan tanda-tanda jalan seperti berhenti, jalur searah, dan bahkan lampu lalu lintas. Kemampuan untuk mengidentifikasi keberadaan masalah adalah satu karakteristik penting untuk menunjang keberhasilan penyelesaian masalah. Jika masalah tidak diidentifikasi maka strategi yang mungkin digunakan tidak akan dapat ditemukan. 2. Menentukan (define) tujuan Langkah kedua dari IDEAL adalah mengembangkan (Develop) pemahaman dari masalah yang telah diidentifikasi dan berusaha menentukan (Define) tujuan. Menentukan tujuan berbeda dengan mengidentifikasi masalah. Sebagai contoh sekelompok orang dapat mengidentifikasi masalah dan setuju bahwa masalah tersebut dapat menjadi suatu kesempatan tapi mereka terkadang tidak setuju dengan tujuan yang diinginkan. Sebuah masalah yang ada tergantung pada bagaimana mereka menentukan tujuan, dan hal ini mempunyai efek yang penting terhadap tipe jawaban yang akan dicoba. Perbedaan dalam penentuan tujuan dapat menjadi penyebab yang sangat kuat terhadap kemampuan seseorang memahami masalah, berpikir dan menyelesaikan masalah. Tujuan yang berbeda membuat orang mengeksplorasi strategi yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. 3. Mengeksplorasi (explore) strategi yang mungkin Langkah ketiga dari IDEAL adalah mengeksplorasi (Explore) strategi yang mungkin dan mengevaluasi (Evaluate) kemungkinan strategi tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa strategi dalam penyelesaian masalah sangat umum dan dapat digunakan pada hampir semua masalah yang ada. Tapi beberapa strategi sangat khusus dan hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu. 4. Mengantisipasi (anticipate) hasil dan bertindak (act) Langkah keempat dari IDEAL adalah mengantisipasi (Anticipate) hasil dan bertindak (Act). Ketika sebuah strategi dipilih, maka mengantisipasi kemungkinan hasil dan kemudian bertindak pada strategi yang dipilih. Mengantisipasi hasil yang akan berguna dari hal-hal akan disesali di kemudian hari.
7 |ARIS ZEZZAR
5. Melihat (look) dan belajar (learn) Langkah terakhir dari IDEAL adalah melihat (Look) akibat yang nyata dari strategi yang digunakan dan belajar (Learn) dari pengalaman yang didapat. Melihat dan belajar perlu dilakukan karena setelah mendapatkan hasil, banyak yang lupa untuk melihat kembali dan belajar dari penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Semua permasalahan tidak dapat diselesaikan dalam satu kali langkah pengerjaan. Adakalanya jawaban yang didapat tidak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam IDEAL problem solving jika dari langkah kelima yaitu melihat kembali (look back) jawaban yang ada ternyata tidak sesuai dengan tujuan diinginkan belum tercapai maka tahap dalam penyelesaian masalah dapat kembali ke tahap yang diperkirakan terjadi kesalahan.
2.3 Integrasi HOTS dalam problem solving pada pembelajaran di SD IDEAL Problem Solving didesain untuk membantu mengidentifikasi dan memahami bagian-bagian yang berbeda dari penyelesaian masalah. Dalam pembelajaran Sains IDEAL Problem Solving dapat menjadi salah satu pilihan model pembelajaran berbasis problem solving. Berikut contoh pengintegrasian IDEAL problem solving dalam proses pembelajaran. Tahap pembelajaran
Kegiatan siswa
Identifikasi masalah
Memahami permasalahan secara umum Memecahkan masalah menjadi beberapa bagian Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah
Menetapkan tujuan Mengeksplorasi
Menetapkan tujuan yang ingin dicapai strategi
mungkin
yang Mencari
berbagai
alternative
penyelesaian
masalah Melakukan pengkajian terhadap setiap alternative penyelesaian
masalah
dari
berbagai
sudut
pandang Melaksanakan strategi
Memutuskan
memilih
satu
penyelesaian masalah yang tepat
8 |ARIS ZEZZAR
alternative
Melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan strategi yang dipilih Melihat kembali dan belajar
Melihat kecocokan antara tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang diperoleh Belajar dari strategi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
Contoh penerapan model IDEAL Problem Solving dalam pembelajaran kimia Kompetensi Dasar. 3.10. Memahami konsep wujud zat Indikator pembelajaran
Memahami konsep perubahan wujud zat dan penyebabnya
Siswa dapat memahami konsep perubahan wujud zat dan penyebabnya
Kegiatan pembelajaran Tahap pembelajaran
Kegiatan guru
Identifikasi masalah
Menampilkan
Kegiatan siswa ciri-ciri Mengetahui konsep benda padat
wujud benda padat Menampilkan
contoh Memahami
perubahan wujud zat
konsep
perubahan
wujud zat Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perubahan wujud zat
Menetapkan tujuan
Menyampaikan pembelajaran
tujuan Mengetahui pembelajaran memahami
bahwa
setelah
mereka
harus
konsep
perubahan
wujud zat Mengeksplorasi strategi Menampilkan yang mungkin
benda
benda dengan wujud berdasarkan konsep yang ada dan tertentu
9 |ARIS ZEZZAR
suatu Mengelompokkan
kemungkinan perubahan wujud zat
Melaksanakan strategi
Menampilkan
suatu Memilih
konsep
benda
dan berdasarkan
perubahannya
dan yang diketahui
menanyakan
konsep
berlaku Melakukan
konsep yang mana
yang
tepat
perubahan
penyelesaian
perubahan wujud sesuai dengan konsep yang tepat
Melihat kembali dan Meminta belajar
siswa Melihat kecocokan antara tujuan
memberikan
contoh yang ingin dicapai dengan hasil
benda yng mengalami yang diperoleh perubahan beserta
wujud Belajar
dari
strategi
penjelasannya digunakan dalam menyelesaikan
dan prosesnya
masalah terkait perubahann wujud zat
1
Asesmen Higher-Order Thinking Skill Sebagai Problem Solving dalam Pembelajaran di SD Higher-Order Thinking Skill sebagai ketrampilan dalam pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah bukan hanya menggunakan pengetahuan yang sederhana (recall) tetapi dengan merancang suatu strategi dan menawarkan suatu solusi yang tepat. Jenis asesmen yang dapat dikembangkan untuk HOTS yaitu pilihan ganda dan uraian, namun asesmen HOTS sebagai ketrampilan dalam pemecahan masalah yang banyak digunakan adalah soal uraian. Asesmen yang dapat digunakan untuk penilaian harian, harus disesuaikan dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran. Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.
10 |ARIS ZEZZAR
yang
Berbagai macam komponen asesmen HOTS dalam menyelesaikan masalah dapat dibelajarkan dengan suatu strategi yang spesifik sesuai dengan tahapan IDEAL yaitu sebagai berikut: No
Komponen Asesmen HOTS
sebagai Keterangan
Problem Solving 1.
Mengidentifikasi
Identifikasi
masalah
dapat
dilakukan
dengan
masalah yang akan memberikan suatu scenario, soal atau naskah suatu diselesaikan
masalah yang bersifat kontekstual dan membutuhkan suatu penyelesaian. Selain itu dapat berupa pernyataan yang mengandung suatu masalah dan mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait solusi dari masalah tersebut.
Identifikasi
masalah
merupakan
bentuk
penilaian yang penting dimana guru dapat melihat bagaimana siswa dapat melakukan konseptualisasi masalah. 2.
Mengidentifikasi
Mengidentifikasi keterkaitan informasi penting untuk
keterkaitan informasi menyelesaikan masalah merupakan kemampuan dasar. penting diperoleh
yang Kemampuan tersebut dapat dilihat dengan bagaimana untuk siswa menyelesaikan suatu masalah dan melihat
menyelesaikan
bagaimana siswa tersebut dapat memberikan solusi.
masalah
Alasan tersebut dapat memberikan alasan manakah informasi penting yang siswa gunakan dan tidak gunakan untuk menyelesaikan masalah.
3.
Mendeskripsikan dan Memilih prioritas dari suatu strategi merupakan salah mengevaluasi strategi
satu hal penting dalam menyelesaikan kasus yang spesifik.
Penilaian
dalam
mendeskripsikan
dan
mengevaluasi strategi dapat dilakukan dengan dengan menganalisis solusi yang diberikan siswa dalam beberapa cara melalui menggunakan gambar, diagram atau grafik. Selain itu, penilaian juga dapat ditentukan dengan menganalisis solusi yang diberikan siswa dalam berbagai
11 |ARIS ZEZZAR
cara dan meminta penjelasan terkait alasan memilih strategi tersebut. 4.
Merancang
sebuah Menilai bagaimana siswa membentuk suatu model atau
model
untuk rancangan masalah dapat ditentukan dengan memberikan
menyelesaikan
suatu permasalahan dan menenyakan kepada siswa
masalah
dalam bentuk suatu diagram atau gambar yang dapat merepresentasikan masalah tersebut.
5.
Mengidentifikasi informasi
Menilai bagaimana siswa dapat menggunakan atau
tambahan mencari informasi tambahan dapat ditentukan dengan
untuk menyelesaikan memberikan suatu permasalahan yang kompleks dan masalah
siswa dapat menjelaskan mengapa masalah tersebut sulit untuk dipecahkan, apa saja kendala dalam mengatasi masalah tersebut dan apakah dibutuhkan suatu informasi tambahan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
6.
Memberikan
alasan Menilai kemampuan siswa untuk memberikan alas an
dengan menggunakan melalui suatu data
sebuah
data
dapat
ditentukan
dengan
memberikan suatu data dalam bentuk grafik, tabel, ataupun cerita dan kemudian menanyakan bagaimana siswa dapat mengidentifikasi masalah serta memberikan alas an terkait solusi yang diajukan. Selain itu, siswa juga harus dapat menjelaskan bagaimana prosedur atau tahapan dalam memecahkan masalah tersebut.
7.
Menggunakan analogi Analogi dalam hal ini merupakan penggunaan atau aplikasi dari suatu strategi yang dapat dipilih untuk menyelesaikan kesamaan.
beberapa
Menilai
masalah
kemampuan
yang siswa
memiliki untuk
menggunakan analogi dalam memecahkan masalah dapat ditentukan dengan memberikan suatu permasalahan kemudian meminta siswa untuk memberikan strategi untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, siswa juga harus mampu untuk mendeskripsikan masalah lain yang juga dapat diselesaikan dengan strategi yang diusulkan.
12 |ARIS ZEZZAR
8.
Membuat keputusan Memecahkan suatu permasalahan yang kompleks dapat untuk menyelesaikan dilakukan dengan menentukan suatu tahapan-tahapan suatu masalah dengan atau strategi tanpa harus menghafal bagaimana solusi means end analysis
yang diberikan oleh guru maupun literatur tetapi siswa menentukan sendiri bagaimana tahapan dan analisis untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Komponen Asesmen HOTS sebagai Problem Solving (Brookhart:2010, 102-121)
Contoh asesmen HOTS dalam bentuk esai adalah sebagai berikut:
Soal 1 Ibu andi baru saja membeli es batu di warung. Yang akan digunakan untuk membuat es buah. Karena adik andi menangis ibu andi menaruh esnya diatas meja, dan setelah ia kembali ternyata es yang dibeli tadi mencair dan hanya beku didalamnya. Menurut kalian kenapa es tadi bisa mencair dana apa yang sebenarnya ibu andi harus lakukan ? Jawab: Berdasarkan uraian soal atau masalah yang diberikan diatas, komponen asesmen HOTS yang terdapat dalam soal tersebut adalah: a. Mengidentifikasi masalah yang akan diselesaikan: masalah yang diberikan dalam soal tersebut sangat jelas yaitu mencari penyebab dan solusi dari pencairan es diatas b. Mengidentifikasi keterkaitan informasi penting yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah: pada tahapan sebelum telah identifikasi masalah dengan jelas sehingga siswa diharapkan dapat mengidentifikasi informasi penting yaitu adanya keterkaitan antara suhu dan perubuhan wujud benda c. Merancang sebuah model untuk menyelesaikan masalah: model yang dirancang dalam hal ini merupakan sebuah dugaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah diatas, yaitu dugaan pencairan karena perubahan suhu pada es tadi karena diletakkan diatas meja sehingga suhu es naik dan mengalami pencairan
13 |ARIS ZEZZAR
BAB III 3.1 kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa saat inii pembelajaran dengan metode lama yang lebih menekankan hafalan harus disempurnaka dengan metode baru yaitu HOTS yang lebih menekankan pemahaman tentang asal usul sesuatu apalgi pada pembelajaran ipa
3.2 Saran Untuk kedepannya saya harapkan para guru dan pengajar lebih menggunakan cara HOTS ini agar para pelajar dapat memahami apa yang mereka pelajari
14 |ARIS ZEZZAR
DAFTAR PUSTAKA Brookhart, S. M. 2010. How to Assess High Order Thinking Skills in Your Classroom. Virginia: ASCD. Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom. Virginia USA: ASCD Lester, F. K., & Kehle, P. E. (2003). From Problem Solving to Modeling: The Evolution of Thinking AboutResearch on Complex Mathematical Activity. In R. Lesh, & H. M. Doerr (Eds.), Beyond Constructivism –Models and Modeling Perspectives on Mathematical Problem Solving, Learning, and Teaching (pp.501-517). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Moore, B., & Stanly, T. (2010). Critical thinking and formative assessments. Larchmount, New York: Eye onEducation, Inc. OECD.
(2014). PISA 2012 Results in Focus. OECD (pp. 1-42). http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf, diakses 10 Maret 2018
Polya, G. (1973). How to solve it: A new aspect of mathematical method. Princeton, N. J.: Princeton University Press Sajidan dan Afandi. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran IPA untuk Memberdayakan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Trilling and Hood. 1999. 21st century skills: learning for life in our times. Jossey Bass: USA Yee, M, H. Othman, W., Yunos, J., Tee, T. K., Hassan R, & Mohammad M. M. 2011. The level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Journal of Social Science and Humanity. 1(2), 121-125.
15 |ARIS ZEZZAR