Struktur Teori Akuntansi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Struktur Teori Akuntansi Source: Belkaoui, Ahmed Riahi (ARB); (2004), Accounting Theory, Fifth Edition,Business Press.



A. HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen berikut ini :



Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan 1. Suatu pernyataan dalil dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari unit akuntansi. Dalil dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan. 2. Pernyataan tentang prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan pada dalil-dalil dan konsep teoritis . 3. Sekelompok teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi. Elemen pertama, yaitu perumusan dari tujuan laporan keuangan, telah dibahas pada bab 6. Elemen keempat, sekelompok pengetahuan atau teknik untuk akuntan, adalah pokok bahasan



  



dari mata kuliah lainnya yang berorientasi pada teknik dan tidak akan dibahas dalam buku ini. Dalam bab ini akan dibahas mengenai tiga elemen sisanya dari teori akuntansi, yang adalah : Dalil-dalil akuntansi Konsep teoritis dari akuntansi Prinsip-prinsip akuntansi



B.



HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI



1.



2.



3.



4.



C.



Pengembangan dari dalil, konsep teoritis dan prinsip-prinsip akuntansi selalu menjadi salah satu tugas yang paling menantang dalam akuntansi. Kurangnya terminologi yang akurat,yang telah di akui oleh kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah. Littleton mengacu pada masalah ini ketika ia menyatakan bahwa : Setiap buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi, metode, aturan, dalil,praktik, prosedur, prinsip dan standar. Istilah-istilah ini tidak mungkin seluruhnya bersifat sinonim. Kebingunan semacam itu dapat dihindari dengan cara mempertimbangkan perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai suatu proses deduktif dan interaktif, di mana tujuan dari akuntansi menyediakan dasar baik untuk dalil maupun konsep teoritis dari mana tekknik tersebut diturunkan. Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi berikut ini : Dalil akuntansi ( accounting postulate ) adalah pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hokum tempat akuntansi beroperasi. Konsep teoritis ( theoretical concept ) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang dikarakteritikan oleh kepemilikan pribadi atas properti. Prinsip-prinsip akuntansi ( accounting principles ) adalah aturan pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi. Teknik akuntansi ( accounting technique ) adalah adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi. DALIL-DALIL AKUNTANSI



1. Dalil Entitas ( Entity Postulate )



Dalil entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari perusahaan lain.  Dalil entitas mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut-atribut kejadian yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan. 



Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia dari manajemen kepada pemegang



saham 



Konsep entitas berlaku untuk firma, perusahaan perseorangan, korporasi, serta perusahaan kecil dan besar. Implikasinya :  Dibedakan antara transaksi bisnis dan individu 



Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemen pada pemegang saham.







Berlaku atas satu segmen perusahaan (seperti suatu divisi ) atau atas beberapa perusahaan ( seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait ) 2.



Dalil Kelangsungan Usaha ( Going-Concern postulate ) Dalil kelangsungan usaha atau dalil kontinuitas menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan.



Implikasinya :  Jika suatu entitas memiliki masa hidup yang terbatas, maka laporan yang terkait akan akan memberikan spesifikasi mengenai data akhir dan hakikat likuidasi.  Dalil kelangsungan usaha membenarkan penilaian aktiva menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi.  Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. 3. Dalil Unit Pengukur ( Unit of-Measure Postulate ) Dalil unit pengukur menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengkomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. Implikasinya  Akuntansi terbatas pada prediksi dari informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter, akuntansi tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi tersebut relevan.



 Dalil ini mengasumsikan bahwa daya beli dari dolar tersebut dadalah stabil dengan berlalunya waktu atau berubah secara tidak signifikan. 4. Dalil Periode Akuntansi ( Accounting-Period Postulate ) Dalil ini menganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik. Implikasinya :  Durasi dari suatu periode akuntansi bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba tahunan, dan praktik bisnis tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu tahun.  Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan D. KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI 1. Teori Kepemilikan ( Proprietary Theory ) Menurut teori ini entitas sebagai “agen perwakilan atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi.” Tujuan utama teori propriteray adalah untuk menetukan dan menganalisa kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi : Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik



Asset – Utang = Ekuitas Pemilik Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan kepentingan atau kekayaan si pemilik. Pendapatan dan beban masing-masing dianggap sebagai kenaikan atau penurunan dalam kepemilikan yang tidak berasal dari investasi atau penarikan modal oleh pemilik. Dengan demikian laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban ; dividen adalah penarikan modal. Hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dan baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan salam ekuitas pemilik. 2. Teori Entitas ( Entity Theory )



Teori ini memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya unit bisnis, dan bukannya pemilik yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Persamaan akuntansi nya adalah : Aktiva = Ekuitas Aktiva = Kewajiban + Ekuitas pemegang saham



Baik kreditor maupun maupun pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba, pengendalian risiko dan likuidasi. Akuntabilitas kepada pemegang ekuitas dicapai dengan cara mengukur kinerja operasi dan keuangan dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laba adalah peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim dari pemilik ekuitas lainnya ( misalnya bunga atas pinjaman jangka panjang dan pajak penghasilan ) dipenuhi. Dampak dari entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan terminologi yang digunakan dalam praktik, yaitu : 1. Teori entitas lebih memilih penggunaan penilaian persediaan LIFO dan bukan FIFO, karna penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibatnya penerapannya dalam teori kepemilikan. 2. Definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap pemegang ekuitas. 3. Penyusunan laporan konsolidasi dan pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten dengan teori entitas. 3.



Teori Dana ( Fund Theory )



Dalam teori ini dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait,yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Dengan demikian, teori ini memandang unit bisnis sebagai unit yang terdiri atas sumber daya ( dana ) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan akuntansinya adalah : Aktiva = Pembatasan Aktiva



Unit akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaan untuk mana aktiva tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hukum maupun ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karna itu, teori dana adalah “ berpusat pada aktiva “ dalam hal fokus utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan yang sesuai atas aktiva. Bukannya pada neraca atau laporan keuangan , melainkan laporan sumber dan penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama dari pelaporan keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan operasi perusahaan dalam hal sumber dan penggunaan dana. Teori dana terutama berguna bagi pemerintah, organisasi nirlaba, rumah sakit, universitas, kota dan unit pemerintahan. Contohnya, terlibat dalam operasi multisisi yang mengharuskan adanya dana terpisah. Setiap dana yang berimbang menghasilkan laporan yang terpisah dan sekelompok akun yang sesuai. 7.5



Prinsip-prinsp Akuntansi Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturnkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi 7.5.1 Prinsip Biaya Biaya adalah suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran padan tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. APB Statement No. 4mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya (cost) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluakan atau properti lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva) yang belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan. ... Biaya yang sudah habis masa berlakunya tidak berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan, dan oleh karena itu diperlakukan sebagai pengurang dari pendapatan sekarang atau dibebankan terhadap laba ditahan. Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan aktiva nonmoneter maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal. Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektifitasnya maupun dalil kelangsungan usaha. Pertama, biaya akuisisi adalah informasi yang objektif dan dapat diverivikasi. Kedua dalil kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas akan melanjutkan aktifitasnya alam jangka waktu yang tidak terbatas, sehingga meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai sekarang atau nilai likuidasi guna penilaian aktiva.



1. 1) 2) 3)



2.



1)



2)



3.



7.5.2 Prinsip Pendapatan Prinsip pendapatan menspesifikasi: Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu. Pengertian pendapatan menurut FASB adalah Pendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utaa badan usaha. Pada dasarnya ada dua pandangan mengenai komponen pendapatan. Pandangan luas atau komprehensif dari pendapatan memasukkan semua penghasilan dari aktifitas bisnis dan investasi. Pandangan ini mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktifa bersih yang berasal dari aktivitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai pendapatan. Pengukuran Pendapatan Pendapatan diukur dalam hal nilai produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi ‘wajar’. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya. Terdapat dua interpretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini : Potongan tunai dan berbagai pengurangan adalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai diskonto sekarang atau klaim uang dan secara konsekuen harus dikurangkan ketika harus menghitung revenue. Untuk transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya. Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu selama penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan). Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih “kejadian penting” (critical event) dalam siklus tersebut untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapay dipertanggung jawabkan secara memadai. Arti penting realisasi adalah bahwa suatu perubahan dalam aktiva atau kewajiban telah menjadi cukup pasti dan objektif untuk membenarkan pengakuan dalam akun-akun.



3)



1)



2)



3) a) b) 4) 5)



Pengakuan ini dapat tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang independen, atau kinerja kontrak yang dianggap kelihatan cukup pasti. Sebagaimana dilaporkan oleh American Accounting Association Committee tahun 19731974 mengenai Concepts and Standard External Reporting, kriteria spesifik untuk pendapatan dan laba adalah: 1) diperoleh, dalam satu pengertian atau yang lain 2) dalam bentuk yang dapat didistribusikan hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak lain eksternal 4) hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa 5) terpisah dari modal 6) dalam bentuk aktiva yang likuid 7) baik dampak kotor maupun bersihnya atas ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat kendalan yang tinggi. Pendapatan diakui menggunakan beberapa dasar walaupun secara umum diakui menggunakan dasar akrual atau kejadian penting. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau pada saat penagihan penjualan. Pendapatan secara umum diakui selama produksi dalam situasi-situasi berikut ini: Pendapatan sewa, bunga dan komisi diakui ketika diperoleh dengan adanya perjanjian atau kontrak sebelumnya yang menspesifikasikan peningkatan perlahan-lahan dalam klaim terhadap pelanggan. Seorang individu atau sekelompok orang yang memberikan jasa profesional atau jasa serupa dapat menggunakan basis akrual dengan lebih baik untuk pengakuan pendapatan dengan adanya fakta bahwa hakikat dari klaim terhadap pelanggan adalah suatu fungsi dari proporsi jasa yang diberikan. Pendapatan atas kontrak jangka panjang diakui berdasarkan kemajuan konstruksi atau “persentase penyelesaian”. Persentase penyelesasian itu dihitung sebagai: estimasi teknik dari pekerjaan yang dilakukan sampai tanggal tersebut dibandingkan dengan total pekerjaan yang akan diselesaikan dalam hal kontrak, atau total biaya yang terjadi sampai tanggal tersebut dibandingkan dengan total biaya yang diestimasikan untuk total proyek didalam kontrak tersebut. Pendapatan atas “kontrak biaya plus pembiayaan tetap” lebih baik diakui menggunakan basis akrual. Perubahan aktiva akibat pertumbuhan menimbulkan pendapatan. Meskipun suatu transaksi harus terjadi sebelum pendapatan diakui dalam contoh-contoh ini, pertumbuhan pendapatan didasarkan pada penilaian persediaan komparatif.



Dasar kejadian penting (critical event basis) untuk pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Kejadian tersebut berupa:  Waktu penjualan  Penyelesaian produksi  Penerimaan pembayaran setelah penjualan Dasar penjualan (sales basis) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan karena: 1. Harga dari produk tersebut diketahui dengan pasti 2. Pertikaran telah difinalisasi dengan pengantaran barang, sehingga mengarah pada pengetahuan yang objektif atas biaya yang terjadi 3. Dalam hal realisasi, penjualan merupakan kejadian penting. Dasar penyelesaian produksi (completion-of-production basis) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika ada pasar yang stabil dan harga yang stabil untuk komoditas standar. Proses produksi dan bukannya penjualan yang merupakan kejadian penting untuk pengakuan pendapatan. Aturan ini terutama berlaku untuk “logam mulia yang memiliki harga jual tetap dan harga pasar yang tidak signifikan”. Perlakuan penyelesaian produksi sesuai untuk emas, perak, dan logam mulia lainnya dan juga sesuai untuk produk pertanian dan mineral yang memenuhi kriteria yang diperlukan. Dasar pembayaran (payment basis) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika penjualan akan dibuat dan ketika penilaian yang cukup akurat tidak dapat diberikan kepada produk yang akan ditransfer. Metode ini yang sebenarnya merupakan penangguhan pendapatan, terutama diidentifiikasikan dengan “metode cicilan” untuk pengakuan pendapatan. 7.5.3 Prinsip pengaitan Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban) harus diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait kemudian diakui. Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada salah satu dari empat kriteria : a. Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut (sebagai contoh, gaji direktur untuk periode tertentu). b. Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya, harga pokok penjualan dikaitkan dengan penjualan terkait) c. Alokasi biaya selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai contoh, depresiasi) d. Membebankan semua biaya lain dalam periode terjadinya, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa mendatang. Biaya yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak memenuhi salah satu dari empat criteria untuk menjadikannya expense pada periode berjalan dapat dibebankan pada periode



mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip penandingan. Biaya produksi barang jadi untuk dijual umumnya meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead prabrik. Proses dua tahap digunakan untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini dengan; 1. Penilaian persediaan atau penentuan biaya produk yang melekat ke produk tersebut 2. Penentuan laba, atau pengaitan biaya produk dengan pendapatan. Aktiva operasi dapat didepresiasikan, sering juga disebut sebagai aktiva modal yang terpakai. Karena aktiva operasi dapat didepresiasikan diasumsikan akan memberikan manfaat ke lebih dari satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada biaya akuisisinya, yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi untuk aktiva berwujud, dan amortisasi untuk aktiva tidak berwujud. 7.5.4 Prinsip Objektivitas Kegunaan informasi keuangan tergantung pada keandalan dari prosedur pengukuran yang digunakan. Karena memastikan keandalan maksimum sering kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah menggunakan prinsip objektivitas untuk membenarkan pilihan prosedur. Prinsip objektivitas, bagaimanapun memiliki interpretasi yang berbeda : 1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang bersifat tidak memihak dalam pengertian bebas dan bias personel pengukurnya. 2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable dalam pengertian bahwa pengukuran didasarkan pada bukti. 3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari kesepakatan diantara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu, implikasinya bahwa objektivitas akan tergantung pada sekelompok pengukur tertentu.. 4. Ukuran penyebaran atau distribusi pengukuran digunakan sebagai indikator tingkat objektivitas suatu ssstem pengukuran tertentu. 7.5.5



Prinsip konsistensi Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap dengan lebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang dapat diperbandingkan secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi yang mungkin dari laporan keuangan dihindari dengan



penerapan yang konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Dalam opini standar, akuntan publik mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsipakuntansi yang berlaku umum yang diterapkan atas dasar “konsisten dengan laporan keuangan tahun sebelumnya”. Prinsip konsistensi tidak mengahalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh sesuatu yang berubah, atau jika prosedur alternatif lebih baik (aturan preferensi). Sesuai dengan APB opinion No. 20, Perubahan yang membenarkan perubahan dalam prosedur adalah: 1. Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi; 2. perubahan dalam estimasi akuntansi; 3. perubahan dalam entitas pelaporan. Perubahan-perubahan ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, secara umum dan sekarang untuk perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi. 7.5.6



Prinsip pengungkapan penuh Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat pengungkapan yang “penuh”, “adil”, dan “memadai” atas data akuntansi. Pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi kebanyakaninvestor yang akan dihilangkan atau disembunyikan. Prinsip tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan pengungkapan yang ditetapkan oleh APB Opinions, FASB Statements, dan SEC Accounting Release dan persyaratan lainnya. Tetapi, pengungkapan penuh adalah konsepsi terbuka yang masih meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum belum terjawab atau terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Pertama, apa yang dimaksud dengan pengungkapan penuh, adil dan memadai? Memadai mengandung arti seperangkat informasi minimum yang akan diungkapkan; adil mengimplikasikan batasan etis yang mengharuskan perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan penuh mengacu pada penyajian informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya yang diterima adalah untuk memandang keadilan sebagai tujuan utama dan titik trade-off antara pengungkapan penuh dengan pengungkapan yang memadai. Dengan demikian, dalam judul fair presentation in confomity with geberally accepted



1.



2. 3. 4.



5. 6.



7.5.7



accounting principles, APB Statement No. 4 Menyatakan bahwa penyajian yang adil dipenuhi ketika: ... Keseimbangan yang memadai telah dicapai antara kebutuhan yang saling berlawanan untuk maengungkapkan aspek-aspek penting dari posisi keuangan dan hasil operasi sesuai dengan aspek-askpek konvensional dan untuk meringkas banyaknya data yang mendasari ke dalam angka-angka yang terbatas dalam laporan keuangan dan catatan pendukung. Kedua, apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga “investor rata-rata yang hati-hati” tidak akan disesatkan? Apakah sebaiknya data tersebut pada dasarnya berupa informasi akuntansi? Apakah sebaiknya data tersebut memasukkan informasi terbaru dan tambahan-tambahan seperti akuntansi aktiva sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi inflasi, dan pelaporan segmen? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tergantung pada penentuan yang sesuai atas pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka, dan yang lebih penting lagi, kapabilitas mereka untuk memproses informasi, dengan risiko meluapnya informasi yang disebebkan oleh ekspansi data. Skinner menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari pengungkapan penuh: Rincian dari kebijakan dan metode akuntasi, terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau ketika metode akuntansi alternatif dapat digunakan; Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis invetasi atau untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau metode penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu; Aktiva, kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau pejabat yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut; Aktiva, kewajiban, dan komitmen kontinjen; Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entias tersebut sebagaimana siindikasikan dalam laporan akhir tahun.



Prinsip Konservatisme Prinsip konservatisme adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu referensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan



serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. Oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. untuk mencapai tujuan guna memahami laba dan aktiva sekarang, prinsip konservatisme mengarah pada perlakuan yang merupakan penyimpangan terhadap pendekatan yang dapat diterima atau teoretis. Misalnya saja, adopsi konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar” berlawanan dengan prinsip historis. Meskipun penilaian LIFO dan depresiasi dipercepat umumnya dipandang sebagai tindakan-tindakan yang kontra inflasi, hal tersebut dipandang sebagai akibat dari adopsi prinsip konservatisme. Dengan demikian chatfield berpendapat bahwa: “keduanya [LIFO dan depresiasi dipercepat] memaksakan tradisi yang lebih tua dari konservatisme neraca, begitu rupa sehingga pembayar pajak masih diperbolehkan untuk menggunakan penilaian persediaan LIFO bersama-sama dengan metode mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Keduanya menutamakan kebutuhan manajemen akan penilaian yang lebih tepat”. Dimasa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berususan dengan ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik serta juga ketika melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan sebagai dividen. Konservatisme adalah nilai yang dijunjung tinggi dimasa lalu dibandingkan dimasa ini. Nilai tersebut telah mengarah pada provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer dan tidak konsisten. Sterling menyebut konservatisme sebagai “prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan mungkin paling bertahan”. Hari ini, penekanan pada penyajian yang objektif dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna telah mengurangi ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini dipandang lebih sebagai pedoman untuk diikuti untuk situasi luar biasa, dan bukan sebagai aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi. Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan, seperti memilih estimasi umur manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar” (lower-of-cost-market) dalam penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas yang dapat dijual. Karena hal tersebut pada dasarnya adalah manifestasi dari intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias, kesalahan, distorsi yang mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai konservatisme sebagai prinsip akuntansi cenderung menghilang. 7.5.8



Prinsip Materialitas Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip yang berlaku umum atau tidak.



Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevandi bagi pengguna. Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Meurut APB Statement No. 4, materialitas mengimplikasikan bahwa “ laporan keuangan hanya berkepentingan dengan informasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi penilaian atau keputusan. APB Opinion No. 30 menangandalkan pada konsep materialitas yang belum teridentifikasi untuk menggambarkan pos-pos luarbiasa. Secara serupa, opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan atau seluruh kebijakan atau prinsip yang secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB mengeluarkan suatu Dsicussion memorandum mengenai masalah materialitas dengan menekankan pentingnya prinsip ini. Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional, kebanyakan definisi materialitas menekankan pada pernanan akuntan dalam menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material. Misalnya saja, frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai “pentingnya suatu informasi keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks keputusan yang akan dibuat” Studi tahun 1974 oleh accountants international study group mengkarakteristikan materialitas sebagai berikut: “Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional. Suatu transaksi individual sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai transaksi tersebut dapat dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan”. Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan materialitas sangat dibutuhkan. Dua kriteria dasar telah direkomendasikan. Yang pertama, disebut sebagai pendekatan ukuram (size approach), mengaitkan ukuran dari transaksi ke variabel relevan lainnya, seperti laba bersih. Misalnya saja, Bernstein menyarankan zona batasan sebesar 1015 persen dari laba bersih setelah pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material dan apa yang tidak material. Secara serupa,FASB Discussion Memorandum atas materialitas menyarankan kriteria berdasarkan pendekatan ukuran: “Jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan atau melebihi 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, masalah tersebut sebaiknya dianggap material. Jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5 dan 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, materialitas dari masalah tersebut tergantung pada situasi yang mengelilinginya.” Kriteria kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan (change criterion approach), mengevaluasi dampak dari suatu transaksi terhadap tren atau perubahan antarperiode



8



akuntansi. Pendekatan ini terutama diusulkan oleh rappaport, yang berpendapat bahwa kriteria materialitas dapat dinyatakan dalam hal rata-rata tren, dan rasio keuangan yang menyatakan hubungan analitis signifikan dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria perubahan telah memengaruhi accountants international study group, sebagaimana dinyatakan oleh kutipan berikut ini dari materiality in accounting. Suatu jumlah adalah tidak material semata-mata karena ukurannya; faktor-faktor lain termasuk yang dinyatakan dibawah ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai materialitas: hakikat dari transaksi tersebut, apakah transaski itu adalah: Suatu faktor yang masuk dalam penentuan laba bersih;



9



Tidak biasa atau luar biasa;



10



Kontinjen terhadap suatu kejadian atau kondisi



11



Dapat ditetapkan berdasarkan pada fakta atau situasi sekarang;



12



Diharuskan oleh undang-undang atau peraturan.



-



7.5.9



Jumlah dari transaksi itu sendiri, dalam hubungannya dengan: Laporan keuangan secara keseluruhan Total dari akun dimana transaksi tersebut meripakan, atau sebaliknya merupakan, bagiannya; Transaksi yang berhubungan; Jumlah terkait pada tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-tahun mendatang. Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas



Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu; prinsip keragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Faktanya, suatu perdebatan yang terus menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas atau keseragaman yang sebaiknya ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. dukungan utama untukkeseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal itu akan: 1. Mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktk-praktik akuntansi; 2. Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda;



3. Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan; 4. Mengarah pada intervensi dan peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi. Dukungan utama untuk fleksibilitas adalah klaim bahwa: 1. Penggnaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama terjadi dalam banyak kasus memiliki resiko menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus. 2. Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia;”hal tersebut tidak dapat dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup mempertimbangkan situasi faktual yang berbeda. 3. “perbedaan dalam situasi” atau “variabel situasi” membutuhkan perlakuan yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaab dapat menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian terjadi. Variabel-variabel situasional (circumstantial variables) didefenisikan sebagai : ...kondisi-kondisi lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan yang mempengaruhi: (a) kelayakan dari metode akuntansi dan/atau (b) objektivitas ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan metode akuntansi tersebut Tujuan implisit baik dari keseragaman maupun fleksibilitas adalah untuk melindungi pengguna dan untuk menyajikan data yang berarti kepada pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal karena posisi ekstrem mereka terhadap masalah pelaporan keuangan. Fleksibilitas jelas mengarah pada kebingungan dan ketidakpercayaan. Solusi yang seimbang dapat diberikan dengan mendorong dengan cara mempersempit keragaman dari praktik akuntansi dan,pada saat yang sama, memungkinkan pengakuan yang memadai atas kejadian pasar dan ekonomi yang khas untuk perusahaan dan industri tertentu dengan asosiasi yang memadai atau situasisituasi ekonomi tertentu dengan tekhnik akuntansi terkait. Posisi tengah ini membutuhkan definisi operasional atas “perbedaan dalam situasi” dan pedoman yang lebih baik untuk menghubungkan perbedaan dalam situasi dengan berbagai prosedur. 7.5.10 Ketepatan Waktu dari laba dan konservatisme akuntansi Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) telah didefinisikan sebagai sejauhmana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip “pengakuan” untuk memasukkan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat arus realisasi arus kas terjadi. Yang terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan laba ekonomi yang dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana yang dinyatakan oleh ball dkk. “prinsip pengakuan oleh karena itu menyebabkan laba ekonomi dimasukkan dalam laba akuntansi secara lambat dan ‘merata’ dengan berjalannya



waktu”. Hubungan laba akuntansi dengan laba ekonomi mendefinisikan ketepatan waktunya sebagai berikut: EARNit = a0j + a1jRETit + εit Dimana: EARNit = laba sebelum pos luar biasa, operasi yang dihentikan, dan pos-pos khusus yang dideflasi oleh nilai pasar awal tahun dari ekuitas perusahaan tertentu pada tahun t. RETit = tingkat pengembalian saham tahunan untuk tahun t. Konservatisme didefinisikan oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, sementara ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba ekonomi dalam laba akuntansi kontemporer, konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif. Oleh karena itu, asimetri konservatif dalam ketepatan laba akuntansi diperkenalkan dengan memodifikasi persamaan sebelumnya untuk memasukkan laba ekonomi secara asimetris sebagai berikut: EARNit = a0j + a1jNEGit + a2jRETit + a3jRETitNEGit + εit Di mana: NEGit = Variabel dummy yang setara dengan 1 jika RET adalah negatif dan o jika sebaliknya. Oleh karena itu, a2j dan a2j+a3j memasukkan dalam laba tahun berjalan masingmasing berita bagus dan berita buruk. Kebenaran dalam akuntansi yang kurang diperhatikan merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam literatur akuntansi. Selama empat ratus tahun sejak publikasi buku Pacioli mengenai pembukuan dengan ayat jurnal berpasangan pada tahun 1954, metode akuntansi, serta laporan akuntansi telah didasarkan pada kemudahan dan bukannya pada kebenaran. Laporan akuntansi hari ini terdiri atas campuran yang mengherankan dari konvensi akuntansi, data historis, dan fakta-fakta sekarang, di mana bahkan akuntan sering kali tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan fiksi. Akuntansi memiliki kemungkinan akan kebenaran dan kemustahilan akan kebenaran. Ide normatif yang memiliki sedikit kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi. Sebuah dalil muncul dan diakui oleh orang banyak karena dalil tersebut adalah benar. Orang-orang yang menggunakan dalil tersebut mengetahui kebenarannya. Kita juga harus tahu mengapa hal itu benar dan apa dasar mengatakannya benar atau tidaknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan bahkan menghadapi langsung kondisi-kondisi masalah yang terjadi di dunia ini yang kita laporkan menggunakan bahasa. Suatu dalil yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Seperti kondisi keuangan kita laporkan dengan menggunakan bahasa yaitu laporan keuangan yang berdasar kepada dalil akuntansi keuangan. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda. Hal tersebut dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika dalil tersebut adalah benar jika sesuai dengan fakta. Arti kesesuaian dapat dijelaskan, ketika kita membuat penilaian yang benar, kita memiliki sejenis gambar dari realitas dalam pikiran kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar ini menyerupai realitas yang diwakilinya. Tetapi penilaian kita tidak seperti hal-hal fisik ke mana hal tersebut mengacu. Gambaran yang kita gunakan dalam menilai mungkin saja dalam hal-hal tertentu menyalin atau menyerupai halhal fisik, tetapi kita dapat membuat suatu penilaian tanpa menggunakan gambaran apa pun



kecuali kata-kata, dan kata-kata samasekali tidaklah serupa dengan hal-hal yang diwakilinya. Kita tidak boleh memahami kesesuaian sebagai kata yang berarti menyalin atau kemiripan. Kebenaran sebagai koherensi ketika dalil tersebut adalah masuk akal karena koheren dengan dalil lain. Dalil tersebut harus saling mendukung satu sama lain. Jika terjadi dalil yang saling melemahkan atau bertentangan maka harus dilakukan pengujian kebenarannya. Kebenaran sebagai apa yang berlaku mengimplikasikan bahwa dalil yang benar adalah apa yang berlaku. Jika setiap orang menganggap sesuatu itu benar adanya dan diyakini maka itu akan menjadi kebenaran orang banyak. Dasar inilah yang menjadi pedoman dalam menghadapi kondisi masalah. Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan dalil serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan kondisi masalah. Pernyataan yang diyakini sebagai benar atau salah masih harus dibuktikan apakah memang benar atau salah. Bukti tersebut akan menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu dalil tidak relative terhadap ruang dan waktu, meskipun dalil tersebut dapat mengenai ruang dan waktu. Pembunuhan kaisar terjadi hanya pada satu titik ruang dan waktu, demikian pula dengan pembakaran orang sebagai penyihir, meskipun hal itu terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa hal itu terjadi pada seluruh ruang dan waktu. Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal. Kebenaran dari dalil dapat dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Dalil analitis, seperti seluruh akuntan Indonesia adalah orang Indonesia, adalah benar tanpa pembuktian lebih lanjut karena bentuk negatif dari dalil tersebut adalah saling berlawanan. Dalil sintesis merupakan dalil yang tidak bersifat analitis, perlu dibuktikan sebagai benar atau salah. Dalil sintesis tersebut, Jakarta adalah ibukota Indonesia, adalah dalil sintesis yang benar. Kebenaran sebagai netralitas merupakan kemungkinan kebenaran dalam akuntansi. Untuk melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal tersebut mungkin saja sulit karena dalam melaporkan kebenaran, kita harus mengetahui fakta yang sebenarnya dan menggambarkannya. Sementara catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang mengandung bias. Bias terjadi karena seseorang memiliki tujuan yang berbeda dengan pembuat keputusan seperti pengguna laporan keuangan sehingga informasi menjadi bias oleh pembuat laporan keuangan. Untuk membangun dan mengembangkan suatu akurasi atas atribut-aribut yang diukur, akuntan mengandalkan azas tujuan sebagai suatu cara membenarkan prosedur. Dengan pengertian, pengukuran impersonal atau tidak ada hubungannya atau tidak mengenai orang tertentu, pengukuran yang didasarkan pada bukti yang bisa diverifikasi, pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi. Bagian informasi bisa dianggap sebagai dapat diverifikasi berdasarkan kecilnya nilai pengukuran penyebaran di sekitar titik tengah namun pada saat bersamaan menjadi kurang dapat diandalkan karena faktor bias. Semakin besar penyebaran ukuran maka semakin mungkin keputusan yang tidak benar didasarkan pada ukuran tersebut karena kesalahan pengambilan sampel yang dikandungnya. Semakin besar pemindahan maka semakin mungkin keputusan yang tidak benar diambil karena nilai yang diperkirakan dari ukuran tersebut tidak sama dengan ukuran yang lebih benar dari atribut itu. Penyebaran dan pemindahan adalah tidak diinginkan karena keputusan yang salah memiliki biaya tinggi. Sampai tingkat di mana sumber daya harus dikonsumsi untuk mengurangi penyebaran dan pemindahan, maka ukuran yang buruk dapat diterima selama biaya untuk memperbaikinya lebih besar dibandingkan dengan biaya dari keputusan salah yang timbul kemudian.



Bagian sebelumnya dari kebenaran, objektivitas, dan keandalan fokus kepada perbandingan antara apa yang dilakukan akuntan dengan apa yang diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk dilakukan akuntan. Sekarang adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan. Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat bergantung terhadap peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Terdapat peran tradisional sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas organisasional. Jadi kebenarannya bukan karena tidak berubah terhadap ruang dan waktu, tapi dilihat dari peran yang dimainkan untuk organisasi Teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri atas penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hukum akuntansi yang abadi yang dapat dibandingkan dengan hukum abadi dari alam, tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada. Disiplin akuntansi benarbenar dibangun secara sosial, dan tidak memiliki hukum yang abadi atau kebenaran. Aturan yang dibuat oleh manusia dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi. Struktur teori akuntansi merupakan suatu sistem dengan tingkatan keadaan yang mengakibatkan dan mempengaruhi keadaan setelahnya secara berurutan yaitu tujuan dari laporan keuangan, dalil-dalil akuntansi, konsep yang bersifat teori dari akuntansi, prinsip dasar akuntansi, dan teknik-teknik akuntansi. Elemen-elemen tersebut merupakan komposisi formula dari fondasi akuntansi yang digunakan sebagai basis untuk lahirnya aturan-aturan dan teknik akuntansi. Pemahaman atas elemen-elemen ini menjamin pemahaman dasar pemikiran dibalik praktik aktual dan masa depan. Struktur teoritis dari akuntansi merefleksikan laporan keuangan yang merupakan bagian dari laporan akuntansi. Kesepakatan format dan isi laporan keuangan yang diubah atau disempurnakan tentu saja berkaitan dengan memperbaiki struktur teoritis dari akuntansi.