Studi Pelaksanaan Tracking Balance Tail Rotor Pada Helikopter Bell 407GXP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Helikopter merupakan pesawat udara yang mengangkat dan



terdorong satu atau lebih rotor horizontal besar. Helikopter diklasifikasikan sebagai rotary wing untuk membedakannya dengan fix wing biasa lainnya. Helikopter dapat terbang dikarenakan adanya gaya lift yang terjadi karena putaran main rotor. Putaran tersebut menghasilkan udara yang bisa membuat helikopter terbang. Dibandingkan dengan fix wing, helikopter lebih kompleks dan lebih mahal untuk dibeli dan dioperasikan, lumayan lambat, memiliki jarak jelajah dekat dan muatan yang terbatas. Sedangkan keuntungannya dari helikopter adalah mampu terbang di tempat, mundur, lepas landas, dan landing dengan cara vertikal. Helikopter juga mempunyai batasan bahan bakar atau beban, helikopter dapat terbang kemana saja, dan mendarat di manapun, termasuk ditempat yang sulit. Landasan helikopter disebut helipad. Salah satu helikopter adalah Bell 407GXP. Bell 407 GXP merupakan helikopter sipil yang mempunyai empat blade, mempunyai satu engine, dan berkapasitas 7 penumpang (dengan pilot dan crew). Helikopter ini merupakan peningkatan dari helikopter sebelumnya yaitu Bell 206L-4 Long Ranger. Bell 407GXP di desain memakai engine Rolls-Royce 250-C47B / 8 dan avionik Garman G1000H . Helikopter mempunyai sistem dan komponen yang harus bekerja sesuai dengan fungsinya, salah satunya yaitu tail rotor. Tail rotor berfungsi untuk melawan putaran dari main rotor. Tail rotor menggunakan sekitar 10% dari tenaga yang dihasilkan mesin helikopter. Posisi dan jarak tail rotor dari pusat gravitasi memungkinkannya untuk mengembangkan daya dorong ke arah yang sama dengan rotasi Main rotor, untuk melawan efek torsi yang dibuat oleh Main rotor. Tail rotor lebih sederhana dari Main rotor karena mereka hanya membutuhkan perubahan kolektif di lapangan untuk berbagai dorongan.



Posisi Tail rotor blade dapat disesuaikan oleh pilot melalui pedal anti-torsi, yang juga menyediakan kontrol arah dengan memungkinkan pilot memutar helikopter di sekitar sumbu vertikal. Untuk melawan torque atau gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh main rotor ada 3 jenis yaitu Tail Rotor, Fanestron dan Notar (No tail rotor).



1.2



Perumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penilitian Tugas akhir ini



sebagai berikut: 1. Bagaimana cara melakukan tracking and balance tail rotor blade? 2. Bagaimana cara mengatasi troubleshooting yang terjadi pada saat pemasangan RADS-AT?



1.3



Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan optimal maka



pelaksanaan yang ditulis harus mempunyai batas. Oleh sebab itu, Tugas akhir hanya berkaitan dengan: 1. Cara melakukan Tracking and blance tail rotor blade helikopter BELL407 GXP. 2. Cara mengatasi troubleshooting yang terjadi saat pemasangan RADS-AT.



1.4



Tujuan Penelitian Berdasarkan



materi



yang



telah



dijabarkan



penulis,



tujuan



pelaksanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara tracking and balance tail rotor blade. 2. Untuk mengetahui cara mengatasi troubleshooting yang terjadi saat pemasangan RADS-AT.



1.5



Sistematika Penulisan Sistematika Tugas akhir yang disusun dalam beberapa bab dengan



urutan sebagai berikut:



BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang penulisan, masalah yang diangkat, tujuan ,batasan masalah dan sistematika penulisan.



BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisikan penjelasan komponen utama tail rotor system, dan apa saja komponen yang terdapat pada tail rotor system.



BAB III RENCANA KERJA Bab ini berisikan penjelasan singkat mengenai bahan dan alat yang akan digunakan, prosedur penelitian, dan jadwal penelitian.



BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan cara tracking and balance tail rotor blade, pelaksanaan tracking and balance tail rotor blade , dan cara mengatasi troubleshooting yang terjadi saat pemasangan RADS-AT.



BAB V PENUTUP Pada bab ini menjelaskan kesimpulan isi dan pembahasan masalahmasalah yang ada dalam tugas akhir ini serta saran yang akan disampaikan agar menjadi buah pikir supaya makin baik kelak dikemudian hari dan dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca sekalian.



BAB II LANDASAN TEORI 2.1



Tail rotor Tail rotor adalah rotor yang dipasang di ujung ekor helikopter. Rotor



ini dipasang vertikal, dan berfungsi untuk melawan efek torsi putaran oleh main rotor. Tail rotor menggunakan sekitar 10% dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin helikopter. Posisi dan jarak tail rotor dari pusat gravitasi memungkinkannya untuk mengembangkan daya dorong ke arah yang sama dengan rotasi main rotor, untuk melawan efek torsi yang dibuat oleh main rotor. Tail rotor lebih sederhana dari main rotor, karena tail rotor hanya membutuhkan perubahan kolektif di lapangan untuk berbagai dorongan. Posisi tail rotor blade dapat disesuaikan oleh pilot melalui pedal, yang juga menyediakan kontrol arah dengan memungkinkan pilot memutar helikopter di sekitar sumbu vertikal. Untuk melawan torque atau gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh main rotor ada 3 jenis yaitu Tail rotor, Fanestron dan Notar (No tail rotor) . Kebanyakan perusahaan helikopter memakai system tail rotor dikarnakan untuk menggunakan fenestron harus mendapat ijin dari perusahaan Eurocopter karena telah di hak paten oleh perusahaan tersebut. Sedangkan untuk penggunaan Notar ( No tail rotor ) masih kurang efektif untuk penerbangan sipil.



Gambar 2.1 Lokasi tail rotor [1]



Gambar 2.2 Bagian-bagian tail rotor [1]



2.2



Tail rotor blade Tail rotor blade dibangun dari empat anggota utama. Spar



fiberglass, kulit fiberglass, strip tepi jalur fiberglass, dan Nomex honeycomb core. Strip baja tahan korosi, yang memiliki pelapisan nikel elektro, menutupi spar untuk memberikan perlindungan terhadap erosi dan abrasi. Finishing blade terdiri dari lapisan konduktif tembaga yang melindungi blade terhadap sambaran petir dan muatan statis. Komponen tail rotor blade terdiri dari counterweight support dan pitch horn. Counterweight support berfungsi untuk menyeeimbangkan kedua bilah tail rotor blade agar dapat berputar dalam rotasi yang sama dan mengurangi getaran yang dihasilkan.



Gambar 2.3 Tail rotor blade [1]



2.3



Counterweight support Counterweight Support adalah bobot, dengan menggunakan gaya



yang berlawanan antara blade satu dengan blade lainnya, memberikan keseimbangan dan stabilitas sistem mekanik. Tujuannya adalah membuat pengangkatan



beban



lebih



efisien,



yang



menghemat energi dan



mengurangi beban padamesin pengangkat dan mengurangi getaran yang dihasilkan oleh putaran tail rotor blade. Jika suatu bobot atau kekuatan yang menyeimbangkan atau mengimbangi yang lain seperti ketika dua benda dengan bobot, kekuatan, atau pengaruh yang sama bertindak berlawanan satu sama lain.



Gambar 2.4 Counterweight support [1]



2.4



Pitch horn Pitch horn terpasang di sisi kanan tail rotor gearbox. Gerakan tail



rotor control sistem ditransmisikan melalui gearbox ke tail rotor dengan pitch change mekanisme.



Gambar 2.5 pitch horn wear, damage, and repair limits [1]



2.5



Must nut Must nut adalah baut yang menempel pada hub tail rotor,



terpasang dibagian output shaft dari tail rotor gearbox.



Gambar 2.6 Must nut wear, damage, and repair limits [1]



2.6



Weight support Weight support terpasang di masing-masing sisi dari hub. Weight



support berfungsi untuk menyeimbangkan tail rotor pada saat chordwise axis.



Gambar 2.7 Weight support wear, damage, and repair limits [1]



2.7



Flapping bearing Flapping bearing terbuat dari trunion splined yang memiliki



elastromeric bearing disetiap ujungnya. Flapping bearing berfungsi untuk mentransfer power dari gearbox ke output shaft pada tail rotor.



Gambar 2.8 Flapping bearing [1]



BAB III RENCANA KERJA 3.1



Bahan dan alat Dalam penelitian Tugas akhir serta dalam pelaksanaan telah



menggunakan alat yang pantas digunakan untuk mengolah data dari penelitian tersebut, berikut ini beberapa alat yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut :



1. RADS-AT



(Rotor



Analysis



Diagnostic



System







Advance



Technologi).



Gambar 3.1 RADS-AT(sumber: https://www.avionteq.com/document/Druck-GE-Sensing-RADS-ATSpecification-Sheet.pdf)



RADS-AT adalah alat untuk menganilisis getaran pada rotor yang direkomendasikan oleh Bell Helicopter Textron untuk model helikopter Bell407. Komponennya terdiri dari: 1. Basic RADS-AT kit (commercial) 2. RADS-AT adapter kit (206/407) 3. Stiff accelerometer bracket (4) (optional) 4. DAU ( DATA Acquistion Unit) 5. CADU (Control and Display Unit)



2. Masking tape Masking tape digunakan untuk menandai bagian tertentu pada tail rotor.



Gambar 3.2 Masking tape(sumber: www.google.co.id)



3. Wrench Wrench yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tipe seperti, combination wrench, rachet dan socket wrench. Semua wrench tersebut digunakan untuk memasang atau melepas bolt dan nut pada komponen dari pesawat terbang, beberapa kunci yang digunakan sebagai berikut :



a. Combination wrench atau biasa disebut kunci pas adalah alat untuk memberikan pengencangan sebuah bolt atau nut seperti yang terlihat pada gambar 3.3.



Gambar 3.3 Combination wrench dan Box-end Wrench(sumber:



www.google.co.id) b. Rachet atau socket wrench adalah alat mekanis yang gerakannya hanya dalam satu arah dan bisa diatur sesuai arah yang



diperlukan.



Rachet



tidak



boleh



digunakan



untuk



memberikan torsi bagi nut atau baut karena bisa dapat



merusak rachet itu sendiri. Bentuk dari rachet dapat dilihat seperti pada gambar 3.4.



Gambar 3.4 Rachet handle dan deep socket(sumber: www.google.co.id)



4. Lap atau majun



Gambar 3.5 Majun(sumber: www.google.co.id)



Lap atau majun digunakan untuk membersihkan peralatan seperti kunci-kunci. Penelitian dan penulisan juga menggunakan berbagai macam bahan guna memperoleh data selama penelitian berlangsung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Aircraft maintenance manual BELL407 GXP b. Buku-buku sebagai reference yang berhubungan dengan tracking and balance tail rotor blade. c. Internet



sebagai



sarana



untuk



pencarian



data



yang



berhubungan dengan tracking and balance tail rotor blade. 3.2



Prosedur pelaksanaan



Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan penulis, seperti pada flowchart yang terdapat pada gambar 3.6 Start Inspection



Removal komponen Static balance



Chordwise



Dynamic balance



Engine RPM 100%



Spanwise



Mendapatkan hasil balancing



Install komponen Finish



Gambar 3.6 Flowchart penelitian



3.3



Jadwal penelitian



Penulisan ini dijadwalkan selama 4 bulan dengan perincian seperti yang ditunjukan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Jadwal penelitian Bulan ke-1 No



Bulan ke-2



Bulan ke-3



Bulan ke-4



Keterangan 1



1



Pengajuan Judul Tugas Akhir



2



Pembuatan Proposal Bab 1Bab 3



3



Evaluasi



4



Penulisan Bab 4 dan Bab 5



5



Persiapan Seminar (Pembuatan Slide Presentasi Seminar)



2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3



BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN



4



4.1



Fungsi tail rotor Rotor digerakkan mesin, bisa menimbulkan arah yang berlawanan.



Pada helikopter, pilot menarik collective agar terjadi gaya angkat. Pada saat itu tenaga yang terjadi dari putaran mesin dibutuhkan agar bisa menyeimbangi drag yang terjadi. Maka tenaga harus ditambah, badan helikopter berputar melawan arah putaran rotor.



Gambar 4.1 Cara kerja tail rotor(sumber: http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbanganmainmenu-68/783-bahaya-pada-penerbangan-operasi-helicopter-bagian3-translating-tendency)



Untuk menyeimbangi torsi, maka dipasang rotor lain. Tail rotor menghasilkan thrust dan dipasang di posisi belakang yang bisa membuat torsi. Dari torsi tersebut dipakai oleh tail rotor menangkal torsi yang terjadi saat mesin menggerakkan main rotor. Tail rotor thrust bakal sebanding oleh torsinya, tail rotor digerakkan dengan anti-torque pedal, posisi antitorque ada di kokpit, pilot memakai kaki saat mengoperasikan. Lain dari itu fungsinya pun untuk mengatur directional control (untuk mengatur heading helikopter disaat low speed dan hover).



Gambar 4.2 Anti-torque pedals [1]



4.2



Cara pelaksanaan tracking tail rotor blade Tracking blades adalah proses penentuan posisi ujung blade



relative terhadap satu sama lain ketika tail rotor berputar dan untuk menentukan koreksi yang diperlukan untuk mempertahankan posisi dalam toleransi tertentu. Tujuan tracking adalah agar semua ujung blade melewati titik yang sama pada saat berotasi dan untuk meminimalkan getaran yang dihasilkan tail rotor blade. Jika terjadi getaran yang disebabkan karena out of track maka getaran yang terjadi pada helikopter mengakibatkan pendeknya masa umur dari komponen-komponen yang ada di helikopter. Dalam melakukan tracking balance tail rotor blade ada dua jenis tracking, yaitu static balance dan dynamic balance. 4.3



Static balance Static balance adalah jenis tracking balance dengan melalukan penambahan beban disisi masing-masing blade. Static balance memiliki dua cara, yaitu static balance with kit A dan static balance with tool B. Static balance dengan kit A itu terbagi dua yaitu spanwise static balance dan chordwise static balance.



4.3.1 Static balance with tool kit A a. Periksa alat-alat untuk balancing sebagai berikut: 1. Pasang dudukan supaya stabil (9), dudukan harus terbuat dari bahan seperti baja, supaya tidak goyang atau berubah posisi. 2. Tempatkan piringan (20) diatas rakitan dudukan (9). Pasang level (1) diatas piringan (20), pastikan sekrup (21) terpasang ke dudukan agar dapat berdiri. 3. Pasang fitting (6) di base (7), dorong kedalam di bagian bawah slot. 4. Letakkan spacer (10) dan base (7) di mandrel (8), dan letakkan mandrel dengan hati-hati diatas dudukan (9). 5. Tempatkan spacer (10) pada mandrel (8), dan cone (18) di spacer (10). 6. Pasang dan kencangkan nut (17). 7. Pasang clamp (14) dan plug (4) pada mandrel (8), setelah itu jangan pasang washer (3) dan screw (2) terlebih dahulu. 8. Tempatkan level (1) diatas plug (4), dan periksa dudukan apakah sudah seimbang atau belum. Jika tidak seimbang tambahkan washer di base agar seimbang. Saat dudukan seimbang, pasang ring ke base (7) dengan tape dan periksa kembali. 9. Tandai semua bagian dengan spidol atau pensil, untuk mengetahui keseimbangan disetiap bagian. 10. Lepas level (1), plug (4), clamp (14), nut (17), dan cone (18). 11. Lepas spacer (19), mandrel (8), base (7), spacer (10) dari dudukan (9). Dorong fittings (6).



b. Balance tail rotor sebagai berikut: 1. Pasang tail rotor hub dan blade di base (7), dengan permukaan datarnya mengahadap keatas. 2. Hati-hati saat meletakkan tail rotor pada dudukan, supaya tidak terjadi kerusakan pada bola di mandrel (8). 3. Tempatkan cone (18) pada tail rotor trunnion. Supaya tidak goyang, pasang nut (17) dengan kencang. 4. Pasang clamp (15) pada yoke (5), dan plug (4). Agar aman pasang dengan washer (3) dan screw (2). 5. Posisikan



fitting



kencangkan



(6)



dengan



di



rotor



blade



NAS6604H22



pitch



horn,



bolts



dan



NAS1149F0432P washers. Pasang fitting (6) ke base (7) dengan bolt (14), washer (12 dan 13), dan nuts (11). 6. Tempatkan level (1) diatas plug (4), dan periksa apakah sudah balance. Pastikan mandrel (8) terpusat dengan posisi berdiri. 7. Jika tail rotor belum juga balance, lakukan spanwise static balance dan chordwise balance adjustment.



Tabel 4.1 Balancing with tool kit A [3]



Gambar 4.3 Static balance – set up with tool kit A [3]



c. Spanwise static balance Tahap-tahap dalam melaksanakan spanwise static balance adalah sebagai berikut: 1. Bila perlu, lepaskan cotter pin (6), nuts (5), dan washer (4 dan/atau 3 jika terpasang). Biarkan washer terpasang diatas blade surface untuk bolts bagian luar, dan bolts bagian luar untuk counterweight bracket. (catatan: spnanwise



balance



dilakukan



dengan



cara



menambahkan



washer



pada



blades.



Jika



ingin



menambah washer di blade yang lebih ringan, blade yang mepunyai kelebihan berat harus dikurangi). 2. Tentukan berapa banyak jumlah washer yang diperlukan ( 3 dan/atau 4) pada bolts (1) untuk mendapatkan hasil spanwise balance (catatan: kepala baut harus dipasang didalam permukaan blade). 3. Pada



bolt



yang



terpasang



diluar



(1),



lakukan



pemasangan sesuai prosedur sebagai berikut: a) Dibagian luar dari sisi blade, pasang washer tersembunyi pada permukaan blade. b) Pasang washer yang lebih berat (3) dekat dengan washer yang tersembunyi (2). c) Gunakan enam washer kombinasi AN970-6 (3), dua washer NAS1149F0632P (4), dan dua washer NAS1149F0663P . dipasang di bolt bagian luar dari blade. d) Gunakan baut dengan ukuran panjang yang sudah ditentukan (NAS6606D30 ke NAS6606D38) agar washer aman. e) Oleskan lapisan corrosion preventive compound (C104) ke kaki baut (1). 4. Pada bolt bagian dalam , lakukan pemasangan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut: a) Di sisi luar blade, pasang washer tersembunyi (2) di permukaan counterweight. b) Pasang washer yang lebih berat (4) didekat washer tersembunyi (2). c) Gunakan dua washer kombinasi NAS1149F0632P dan dua washer NAS1149F0663P pada bolt bagian luar.



d) Gunakan bolt dengan ukuran panjang yang sudah ditentukan (NAS6606D36 ke NAS6606D39) agar washer aman. e) Oleskan lapisan corrosion preventive compound (C104) ke kaki bolt (1). 5. Pasang dan kencangkan nuts (5). 6. Pasang cotter pins (6). 7. Oleskan corrosion preventive compound (C-101) ke nuts (5), bolts (1), dan washer (3 dan/atau 4).



Gambar 4.4 Spanwise static balance – adjusment [3] d. Chordwise static balance Tahap-tahap dalam melakukan chordwise static balance adalah sebagai berikut: 1) Tentukan dan pasang berapa jumlah washer yang diperlukan ( 3 dan/atau 4). Untuk mendapatkan hasil chordwise static balance, langkah-langkahnya sebagai berikut:



a) Gunakan maksimum tiga washer NAS1149F0463P dan washer kombinasi maksimum tiga washer NAS1149F0463P dan tiga buah washer AN960-4 dibawah nut. b) Gunakan bolt dengan ukuran panjang yang pas (NAS6204-1 ke NAS6204-9) agar washer aman. c) Kepala bolt harus dipasang di sisi pitch horn. d) Oleskan corrosion preventive compound (C-104) pada kaki bolt (5). e) Pasang bolts (5) , sesuaikan jumlah bolts dengan washer (3 dan/atau 4) pada weight support. f) Pasang dan kencangkan nut (2). g) Oleskan corrosion preventive compound (C-101) ke nut (2), bolt head, dan washer (3 dan/atau 4).



Gambar 4.5 Chordwise static balance — adjustment [3]



4.3.2 Static balance with tool B a. Siapkan static balance set T101280-111 dengan marvel tools.



Tabel 4.2 balancing tool kit B [3]



1. Pasang fixture (7) di meja kerja. 2. Pasang arbor 2516 (3) di bushing (8) dari fixture (7). 3. Kencangkan setscrew (15), supaya arbor (3) aman dan tidak goyang dari fixture (7). 4. Pasang adapter (6) pada arbor (3). 5. Pasang tail rotor di arbor (3) , bagian yang rata dari tail rotor menghadap ke atas. 6. Pasang base (9) pada arbor (3). 7. Sesuaikan tool sensitivity dengan memasang arbor (3) di bushing (10) yang berbentuk seperti angka “8”. 8. Kencangkan dua setscrew (13) agar bushing tetap pada position. 9. Kendurkan setscrew (15) di bushing (8). 10. miringkan unit dan gerakkan arbor (3) ke bawah sampai bushing (10) terpasang dengan benar di base (9).



11. Pastikan komponen terpasang dengan benar, dan kencangkan setscrew (15 dan 16). 12. Pasang dua lock (4) diantara pitch horn (14) dan fixture (7). 13. Pasang tail rotor hub dan blade (17) di fixture (7). Gunakan screw (5), bolts (1), dan washer (2) supaya lock tidak lepas. 14. Kendurkan setscrew (11) dari indicator collar (12). 15. Gunakan feller gauge dan atur indicator collar 0.004 hingga 0.006 inci (0.101 hingga 0.152 mm) dari arbor boss. b. Siapkan balance stand dan kerekan sebagai berikut: 1) Pasang tail rotor dan static balance di balance stand. 2) Pasang kabel balance stand dan angkat ke arbor (3)



Gambar 4.6 Static balance – balance with tool kit A [3]



4.3.3 Static balance check Dalam melakukan static balance check , ada cara caranya sebagai berikut: 1. Angkat tail rotor dan static balance, atur kurang lebih 0.25 inci (6.35 mm) dari balance stand. 2. Lihatlah balance yang ditunjukkan indikator di arbor (3). 3. Jika tail rotor belum seimbang, lakukan kembali spanwise balance dan chordwise balance. 4.4



Dynamic balance Dynamic balance adalah jenis tracking balance yang dilaksanakan



dengan menggunakan alat yaitu RADS-AT (Rotor Analysis Diagnostic System-Advance Technology). RADS-AT adalah alat untuk menganilis vibration dan rotor smoothing yang direkomendasikan oleh Bell helicopter textron untuk model helikopter Bell 407 GXP. Komponen yang digunakan untuk helikopter Bell407 ini mempunyai komponen sebagai berikut: 1. SA#29333301 (Basic RADS-AT kit) 2. SA#29335501 (RADS-AT adapter kit 206/407) 3. SA#29313000 (Stiff accelerometer bracket (4) (optional) 4. T103317-101 (Trim tab bender) 5. T103316-101 (Trim tab gage) 6. SA#29722100 (Sunshield (not include in adapter kit) Semua komponen yang berputar dapat menimbulkan getaran, karena tidak terjadi keseimbangan antara massa dan aerodinamik. Tingkat



getaran dari setiap komponen itu normal dan tidak dapat dicegah. Tabel 4.3 menujukkan sumber getaran dan frekuensi, dimana getaran terjadi pada RPM 100%.



Tabel 4.3 Sumber getaran dan frekuensi pada Bell 407 [2]



a. Langkah pertama dalam melaksanakan balance tail rotor yaitu dengan cara memasang RADS-AT sebagai berikut: 1. Pasang DAU di bagian passenger compartment. 2. Pasang sensor RPM SA#29314708 ke bracket sensor tail rotor RPM SA#29338501 dengan locking nuts #440. Pastikan lensa berada dibawah kaki braket (lihat gambar 4.11). 3. Lepaskan screw 90 derajat kebawah dari fairing box. Gunakan screw yang lebih panjang dan pasang photocell bracket. Pastikan photocell mengarah ke depan dan lensa menghadap ke tail rotor (lihat gambar 4.11).



4. Masukkan accelerometer SA#28110900 kedalam lubang di sisi photocell bracket. Pastikan konektor kabel mengarah ke tail rotor. 5. Hubungkan ujung kabel accelerometer SA#29105600



ke



tail rotor accelerometer. 6. Pasang kabel sensor RPM dan kabel accelerometer SA#29105600



di



sepanjang



sisi



dari



tailboom



yang



berlawanan dengan tail rotor. Pasangkan dua kabel dari tailboom ke flight compartment. Amankan kedua kabel ke tailboom, pastikan tidak ada kabel yang masuk ke komponen yang berputar dan tidak menghalangi lensa.



Gambar 4.7 Magnetic RPM sensor and 28 VDC power ports, forward cabin [2]



7. Sambungkan kabel sensor RPM optik T ACHO #2. Hubungkan kabel accelerometer SA#29105600 ke ACC4 (lihat gambar 4.11). 8. Hubungkan kabel daya 28v DC SA#29104700 ke outlet 28v DC disebelah kiri dekat copilot cyclic control stick. Hubungkan



ujung



lain



dari



kabel



daya



28v



DC



SA#29104700 ke port 28v DC pada DAU(lihat gambar 4.7). 9. Hubungkan kabel SA#29325601 Dari CADU ke port CADU yang berada di DAU (lihat gambar 4.11).



10. Ambil reflective tape SA#10605000, potong dua lembar tape dengan ukuran panjang 3 inci (7.62 mm), dan lebar 1 inci (25.4 mm). Pasang selembar pita di sisi tailboom dari rotor blade. Tempel bolt blade luar dengan panjang 3 inci (7.62mm) lihat gambar 4.. ini dijadikan sebagai target. Sebagai penyeimbang, pasang pita dibagian kedua pada tail rotor yang berlawanan dilokasi yang sama, tetapi di sisi blade yang jauh dari tailboom. 11. Gunakan power ke DAU. Putar tail rotor secara perlahan, lampu monitor berwarna merah dibagian belakang sensor RPM optik itu harus tetap off sampai reflektor dilihat oleh sensor. Ketika sensor melihat reflektor, lampu akan menyala. Tutup tail rotor untuk memastikan bahwa lampu tetap menyala. Jika lampu tidak menyala, lakukan langkah langkah sebagai berikut: a) Pastikan sensor optikal RPM mendapatkan daya. b) Sesuaikan reflektor sampai lampu merah menyala, photocell harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga berlawanan dengan bagian tengah tape. 12. RADS-AT telah terpasang dan siap untuk tracking balance tail rotor.



Gambar 4.8 Accelerometer Installation, fore, aft and vertical, forward cabin [2]



Gambar 4.9 accelerometer installation, vertical, aft cabin



[2]



Gambar 4.10 RADS-AT schematic installation [2]



Gambar 4.11 RADS-AT tail rotor balance [6]



b. Langkah berikutnya yaitu mengambil data tail rotor balance dan balance tail rotor dengan cara sebagai berikut: 1. Jika RADS-AT sudah terpasang, lalu cari jenis pesawat udara pada menu utama CADU. Pilih jenis pesawat Bell407. 2. Atur atau buat tail number untuk helikopter. 3. Gunakan tail sebagai flight plan. Ketika CADU diatur dengan benar , tampilan CADU akan seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.14). 4. Untuk memulai pengukuran, tekan F1. Kondisi pengujian untuk data yang akan diambil ditampilkan di layar (100%Tr). 5. posisikan cyclic control stick ditengah dan pastikan collective control berada dibawah. Tekan directional pedals ke arah kiri 1.5 inci (38.1 mm). pastikan kondisi engine harus selalu berada di 100% RPM. Pada CADU, kondisi uji juga harus 100% RPM, dan selalu diperhatikan. Tekan tombol DO untuk melengkapi RADS-AT. Jika semua pemeriksaan internal berhasil, kondisi akan muncul dibagian bawah layar dan melengkapi sistem untuk mengumpulkan data. Ketika semua data



dikumpulkan, RADS-AT menunjukkan bahwa proses



selesai, pilih finish, pilih diagnostic untuk meninjau tail rotor level pada putaran pertama rotor. Buat keputusan apakah



perlu dilakukan penyesuaian. Jika TACHO mengalami error selama pengumpulan data, lakukan lagi test lagi setidaknya dua kali. Jika TACHO masih error, lakukan langkah-langkah berikut: a) Matikan helikopter dengan cara memindahkan tombol engine ke posisi off. b) Periksa tape dan pastikan masih ditempatnya dan masih bersih. Jika perlu, ganti tape dengan yang baru. c) Dengan daya yang disuplai ke DAU, pastikan bahwa lampu indicator berwarna merah dibagian belakang sensor RPM optic hidup ketika reflektor berada didepan optik sensor. d) Pastikan sensor RPM optik terhubung ke port TACHO. e) Jika semuanya sudah dilakukan sesuai prosedur, dan jika lampu indicator merah masih tidak menyala, lepaskan cover dari sensor RPM optik. Putar pelan-pelan brass screw searah jarum jam untuk meningkatkan gain sampai merasakan sedikit klik. Selama sensor RPM optik menunjuk ke reflector, lampu indicator merah akan menyala. Pasang plastic cover. 6. Jika balance dari tail rotor baik, lakukan langkah selanjutnya. Apabila suatu saat perlu untuk balance tail rotor, tulis rekomendasi adjustment dan membuat salinan tail rotor adjustment. c. Cara tail rotor adjustment sebagai berikut: 1. Lihatlah record adjustment di adjustment log. 2. Lihatlah lokasi dan ukuran bobotnya yang dipasang, kita dibolehkan memasang beban dikedua sisi untuk membuat adjustment kecil. 3. Untuk memasang bobot span balance weight yang diperlukan tail rotor blade bolt, yang dapat dipakai di outboard span



balance dan inboard span balance (lihat gambar 4.12), lakukanlah langkah-langkah berikut: a) Lepaskan cotter pin dan nut dari bolt yang akan di adjust. b) Gunakan komponen (lihat tabel 4.4) adjust washer seperlunya untuk mendapatkan balance yang benar. c) Setelah memilih bolt dan washer (lihat tabel 4.4), pasang dan kencangkan nut. Agar nut aman, pasang cotter pin(MS24665-283) yang baru (lihat gambar 4.12). 4. Memasang chordwise balance weight di lokasi chord balance sebagai berikut: a) Periksa tail rotor untuk menemukan mana yang harus di adjustment. b) Gunakan balance part (lihat tabel 4.4) dan buat balance package yang akan dipasang di lokasi chord balance. c) Jika sudah memilih bolt, washer, nut combination, lalu pasang di lokasi chord balance dengan posisi bolt head menunjuk ke arah pitch horn. Pasang dan kencangkan nut (lihat gambar 4.12).



Gambar 4.12 Tail rotor balance location [7]



Tabel 4.4 Balance parts untuk tail rotor Bell407 [7] d. Setelah tracking and balance tail rotor selesai, lakukan langkahlangkah berikut: 1) Lepas komponen RADS-AT dari helikopter. 2) Pasang gearbox fairing dengan bolt yang baru. 3) Oleskan corrosion preventive compound (C-104 BHT-ALLSPM) ke kaki bolt. 4) Ganti semua nut jika sudah kehilangan torsi. 5) Oleskan corrosion preventive compound (C-104 BHT-ALLSPM) ke bolts, nuts, dan weight package.



4.5



Kendala saat pemasangan RADS-AT Kendala yang terjadi saat pemasangan RADS-AT yaitu sebagai berikut: 1. Lihatlah



masalahnya,



tentukan



lokasi



dimana



getaran



dirasakan. 2. Pasang satu atau lebih accelerometer sedekat mungkin dengan lokasi getaran. Gunakan bracket standar atau buatan. Arahkan



accelerometer



kearah



dalam



dimana



terasa



terjadinya getaran. Misalkan: getaran yang dirasakan di sandaran tumit copilot berada di arah vertikal, sementara getaran yang terasa di pedal ada di arah depan dan belakang, karena posisi kaki. 3. Gunakan kabel accelerometer dan sambungkan masingmasing ke DAU. Buat catatan terhubung ke mana saja saluran accelerometer. 4. Pastikan kabelnya aman sehingga tidak dapat disentuh atau terjebak dalam komponen helikopter yang berputar saat helikopter beroperasi. Pastikan kabelnya tidak ada di engine exhaust. 5. Hubungkan kabel comms SA#29325601 ke CADU. Hubungkan ujung lainnya ke port CADU di DAU. 6. Hubungkan kabel daya 28v DC SA#29104700 ke outlet 28v DC disebelah kiri alas instrument dekat copilot cyclic control. Hubungkan ujung lain dari kabel daya 28v DC SA#29104700 ke port 28v DC pada DAU. Setel sakelar daya pada posisi aktif. 7. RADS-AT sudah tidak mengalami masalah, dan siap untuk mengecek getaran.



Gambar 4.13 Tail rotor adjustment log []



Gambar 4.14 CADU main menu display flight plan [8]



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan Dari hasil pengumpulan data mengenai studi pelaksanaan tracking



balance tail rotor blade pada helikopter Bell407 GXP yang ditulis dalam penulisan ini, dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. Jika mengalami getaran berlebih yang terjadi pada tail rotor blade adalah karena blade tidak berputar sejajar dengan line. Maka dari itu harus dilaksanakan tracking and balance. Tracking balance yang dilakukan yaitu static balance dengan cara menambahkan beban pada blade, dan dynamic balance dengan menggunakan alat RADS-AT(Rotor Analysis Diagnostic System Advance Technology). 2. Saat RADS-AT mengalami kendala saat pelaksanaan tracking seperti tidak terbacanya getaran, maka harus memasang satu atau lebih kabel accelerometer dan sambungkan masing-masing ke DAU(Data Acquisition Unit) supaya RADS-AT bisa berfungsi kembali.



5.2



Saran Bagi pelaksanaan selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil pelaksanaan sebelumnya supaya lebih detail, lengkap serta menambah sumber agar mendapatkan pengetahuan yang makin luas perihal tracking and balance.



DAFTAR PUSTAKA [1]



Tail Rotor Hub and Blade Assembly Bell 407 MM (Maintenance Manual), Chapter 64 Tail Rotor diakses pada 12 Januari, 2019.



[2]



RADS-AT Components, Software, and Installation Bell 407 MM (Maintenance Manual), Chapter 18 Rotor Track and Balance and Vibration Monitoring diakses pada 12 Januari,2019.



[3]



Tail Rotor Static Balance Bell 407 MM (Maintenance Manual), Chapter 64 Tail Rotor diakses pada 12 Januari,2019.



[4]



Tail Rotor Static Balance-Check Bell 407 MM (Maintenance Manual), Chapter 64 Tail Rotor diakses pada 12 Januari,2019.



[5]



Spanwise and Chordwise Balance Bell 407 MM(Maintenance Manual), Chapter 64 Tail Rotor diakses pada 13 Januari 2019.



[6]



Tail Rotor Balancing Bell 407 MM(Maintenance Manual), Chapter 18 Rotor Track and Balance and Vibration monitoring diakses 13 Januari,2019.



[7]



Tail Rotor Balance-Adjustment Bell 407 MM(Maintenance Manual), Chapter 18 Rotor Track and Balance and Vibration Monitoring diakses 14 Januari, 2019.



[8]



General Vibration Troubleshooting Bell 407 MM(Maintenance Manual), Chapter 18 Rotor Track and Balance and Vibration Monitoring diakses 15 januari, 2019.