Tafsir Kitab Galatia 5:1-15 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Bob Median Lumbantobing Crisnatal Panjaitan Mula Lumbantoruan



Tingkat/Jurusan



: II-C/Teologi



Mata Kuliah



: Hermeneutik Perjanjian Baru II



Dosen



: Dr. Jadiaman Perangin-angin



Tafsiran Kitab Galatia 5:1-15 “Kemerdekaan Kristen” dengan Metode Historis Kritis I.



Pendahuluan Dalam mempelajari Hermeneutik secara mendalam, mahasiswa haruslah terlebih dahulu mempelajari dan mengetahui tentang dasar dan metode Hermeneutik, sehingga akan memasuki tahap penafsiran, terutama dalam hal penafsiran menggunakan metode Kritik Historis. Dengan itu, kami kelompok penyaji akan memaparkan dan menjelaskan sebisa mungkin tentang penafsiran Kitab Galatia 5:1-15 ini dengan menggunakan metode Kritik Historis, supaya mahasiswa dapat memahami dan mengerti apa yang menjadi jawaban atas kebingungan yang selama ini digumulkan. Di samping itu juga, mahasiswa haruslah dapat menerapkan dan mempraktikkan apa yang sudah kami jelaskan di dalam makalah ini. Semoga sajian kami ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita dan wawasan kita semakin luas. Tuhan Yesus memberkati.



II.



Pembahasan II.1. Sekilas tentang Metode Historis Kritis II.1.1.



Metode Penafsiran Historis Kritis Historis Kritis adalah salah satu usaha untuk mendekati pengertian



Perjanjian Lama dari sistem-sistem seperti pendekatan antropologi, religiohistoris, kesusasteraan, sosiologi, arkeologi dan teologi yang mendekati kritik histori.1 Historis secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mendapatkan informasi mengenai setting dari suatu cerita dengan tujuan 1



A. A. Sitompul & Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab,  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 31



mempertanggungjawabkan



historis



yang



akurat



mengenai



apa



yang



sehungguhnya yang terjadi pada teks yang dipertanyakan tersebut.2 Kritik historis  terhadap Alkitab bermula dari usaha para penafsir untuk mengerti kondisi sejarah penulisan kitab-kitab namun pengaruh filsafat mengendalikan penelitian tersebut sehingga mereka berusaha mengartikan unsur religio dan supranatural dan akhirnya kritik historis berkembang pesat sehingga menjadi beberap bentuk kritis, yaitu: kritik bentuk, kritik tradisi, kritik redaksi dan kritik teks.3 Ada tiga dasar pendekatan historis kritis, yaitu: 1.



Alkitab sebagai buku sejarah yang harus diselidiki sama seperti buku-buku lain



2.



Penelitian ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kukungan dan tuntutan doktrin dan tradisi gereja



3.



Fungsi analisa tidak hanya menyangkut keputusan tetapi harus mencapai penilaian terhadap teks-teks Alkitab.4



Metode penafsiran Historis Kritis  sangat penting dalam penafsiran karena dapat menjangkau teks asli yang dapat dipercayai. Dengan mengadakan rekontruksi teks yang terjadi pada masa teks ditulis, yang diterima sebagai kitab sebelum pengkanonan seluruh Alkitab. Dengan metode ini  juga penafsir akan mempelajari teks yang akan ditafsir dan kemudian dimampukan untuk mengenal



kesalahan-kesalahan



yang



akan



dibenarkan,



bagaimana



ia



melengkapi, menyisipkan, memelihara sampai pada penulisan-penulisan yang kurang atau berlebih.5 II.1.2.



Tujuan Historis Kritis Tujuan Historis Kritis untuk menemukan arti dan makna dari sebuah teks



dengan mengutamakan dari sudut pandang sejarahnya secara kritis dan sistematis serta menjaga agar penafsir-penafsir tidak memaksa teks dari 2



Gerald Bray, Biblical Interpretation Past and Present, (England: Intervarsity Press, 1996), 23. Stweri I. Lumintang, Theologi Abu-abu Pluralisme Agama, (Malang: Gunung Mas, 2004), 170-174. 4 Agus Jetron Saragih, Exsegese Naratif: Ulasan teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Moderanisme, (Medan: Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) (STT Abdi Sabda:CV Sinarta, 2006), 29. 5 A. A. Sitompul & Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, 36-37. 3



kebudayaan yang asing atau masa-masa yang lebih awal dari kebudayaan seseorang kedalam horizon pengertian masa kini.6 Dalam kalangan tafsiran perjanjian baru, tujuan metode historis kritis adalah agar kita mengetahui apa yang dikatakan pengarang abad pertama dalam bahasa yunani kepada pembaca karena kita tahu bahwa PB tidak ditunjukkan langsung kepada kita.7 II.2. Kelebihan dan Kelemahan Historis Kritis II.2.1.



Kelebihan



1. Menunjukkan sumber sebanyak mungkin 2. Meneliti bahan-bahan, isi, sumber-sumber dan tradisi agar benar-benar data didapatkan secara akurat dan bermanfaat dalam kesejarahan penulis Alkitab. 3. Memberikan maksud dan tujuan



dalam eksegese, sehingga relevansi



Firman Allah lebih kontekstual 4. Menolong dan mendorong disiplin dalam bidang apologetika dalam mempertanggungjawabkan iman 5. Sangat menghargai teks, sebagaimana yang diperhatikan oleh para penafsir harafiah 6. Menghubungkan teks dengan konteks, sehingga baik teks maupun pikiran, yang ada dibaliknya mendapatkan tempat yang wajar. II.2.2.



Kekurangan



1. Penggunaan mutlak historis kritis menyebabkan iman kepercayaan yang tidak sesuai dengan



Firman Allah karena hanya bertumpuk pada



rasionalitas saja. 2. Tidak semua kesaksian Alkitab dapat dibuktikan dengan fakta-fakta sejarah. II.3. Pengantar kitab Galatia II.3.1.



Latar belakang Kitab Galatia Paulus menulis surat ini (1:1; 5:2; 6:11) “kepada jemaat-jemaat di



Galatia” (1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa 6 7



Robert M. Grannt, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1988), 173. A.A. Sitompul dan Ulrick Bayer, Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 54.



Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) dimana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan injil yang pertama (Kis 13-14). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum siding di Yerusalem (Kis 15). Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang Yerusalem (sekitar 49 TM, Kis 15). Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL, secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia merupakan surat pertama rasul Paulus.8 II.3.2.



Penulisan dan Waktu Penulisan Dalam menentukan waktu dan tempat penulisan surat Galatia ini



bergantung pada keputusan kita tentang bagi siapa surat ini ditulis. Sebagaimana keputusan sebelumny, penulis lebih cenderung kepada teori Galatia Utara. Dan teori Galatia Utara mengharuskan penanggalan yang cukup terkemudian, setelah Paulus mengunjungi daerah Utara.9 Sarjana-sarjana yang mendukung teori Galatia Utara berpandangan bahwa Paulus atas perjalanannya yang kedu ada melalui Galatia Utara (Kis 16:6) serta mendirikan jemaat di daerah itu. Dimana Paulus menulis surat Galatia setidak-tidaknya setelah perkunjungan yang kedua ke situ, pada perjalanan ke tiga (Kis 18:23), mungkin sebelum ia tinggal di Efesus (53-56 M). Sesuai dengan hipotesis Galatia Utara Marxsen menyimpulkan bahwa Paulus mendirikan jemaat-jemaat Galatia pada perjalanan penginjilan kedua, lalu melakukan perkunjungan pada perjalan penginjilan ke tiga dan gembira ketika menemukan mereka dakam keadaan yang begitu baik. Tak lama kemudian ia menerima berita-berita yang merisaukan, lalu menulis surat. Tampaknya paling masuk akal bila kita menduga bahwa tempat penulisannya adalah Efesus, disana Paulus tinggal



8 9



Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2015), 1942. Donald Gudhrie, New Tatsment Introduction, 457.



selama tiga tahun, tapi mungkin juga Paulus menulis surat ini pada suatu persinggahan sebelum ia mencapai Efesus.10 Burton berpandangan, kemungkinan surat Galatia ditulis setelah munculnya Korintus pada perjalanannya ke dua dan sebelum surat Roma pada perjalan penginjilan yang ketiga, sehingga ada beberapa tempat dan waktu yang bisa dijadikan surat ini ditulis, ada empat hal yang menjadi pertimbangan yang sangat bernilai. (1) di Korintus pada periode Kisah Para Rasul 18:1-17, yaitu sebelum atau sesudah penulisan I Tesalonika, (2) Antiokhia pada periode Kisah Para Rasul 18:22-23a, (3) di Efesus yang mencakup periode Kisah Para Rasul 19, (4) Makedonia atau Achaya yang mencakup periode Kisah Para Rasul 20: 1-3.11 Menurut Kummel, kemungkinan penulisan surat Galatia pada tahun 54 atau 55 di Efesus atau Makedonia. 12 Dan Linghtfoot sebagaimana dikutib Guthrie berpendapat bahwa surat Galatia mendahului surat Roma karena surat Roma menunjukkan pendekatan yang lebih matang atas masalah yang serupa. Ia juga menganggap surat Galatia ditulis setelah I dan II Korintus karena kedua surat ini tidak mengidikasikan kontroversi dengan orang Yahudi. Karena itu ia menganggap surat ini dikirim dari Korintus, yang menjelang misi ketiga.13 Tidak jauh berbeda dengan pandangan Linghtfoot, Bruce juga beranggapan bahwa surat Galatia ditulis sekitar tahun 53 tidak lama setelah Paulus mengunjungi Korintus dan dibawa kehadapan gubernur Gallio. Pemerintah Gallio ditempatkan antara tahun 51 dan 52 berdasarkan catatan Romawi dan Kisah Para Rasul 18:12-16, Dimana Paulus diadukan kepada Gallio.14 Berdasarkan teori Galatia Utara dan berbagai pendapat-pendapat para ahli, kami para penyaji lebih setuju bahwa waktu penulisan surat Galatia sekitar tahun 56 dan sebagai tempat penulisan surat ini di Antiokhia/Efesus. Karena kemungkinan yang dipakai penulis adalah pandangan dari Linghtfoot 10



Willi Marxsen, 43. Ernest de Witt Burton, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Galatians, (New York: Charles Scribner’s Son’s, 1952), 17. 12 Werner George Kummel, Introduction to The New Testament, 304. 13 Donald Guthrie, New Testament Introduction, 458. 14 Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru bagi Pemuda, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004), 57. 11



yang menekankan kedekatan teologis dengan surat Roma yaitu menjelang akhir misi Paulus yang ketiga. II.3.3.



Ciri-ciri Kitab Galatia



1. Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis 1:8-9; 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (1:6; 3:1; 4:1920). 2. Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus. 3. Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada jemaat. 4. Surat ini berisi daftar Buah Roh (5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (5:19-21).15 II.3.4.



Maksud dan Tujuan Kitab Galatia Surat Galatia ini ditulis dengan maksud untuk menghadapi musuh-musuh



Rasul Paulus yang telah datang ke Galatia untuk mengacaukan jemaat disana dan untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu.16 Dimana sesudah Paulus memberitakan Injil diantara orang-orang Galatia, maka jemaat-jemaat dimasuki oleh orang-orang yang mengajarkan bahwa orang-orang Kristen untuk menjadi selamat, harus menerima surat selaku tanda perjanjian Allah. menurut lawan-lawan Paulus, Paulus telah merombak dan membatalkan Firman Allah. Dan Paulus membantah bahwa ia tidak merombak Taurat melainkan meneguhkannya menurut mereka, ajaran Paulus tentang Taurat itu ruwet dan tidak benar. Sehingga tidak menolak pandangan dari lawan-lawannya, itulah maksud dari surat Galatia ini.17 Dan mengenai musuh-musuh Paulus itu memang tidak terlalu jelas. Ada yang menduga bahwa musuh-musuh itu terdiri dari dua kelompok kelompok pertama 15



Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2015), 1943. Jusak Tridarmanto, Matri Pokok Tafsiran Perjanjian Baru, (Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Kristen Protestan 1998), 133. 17 M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, 118. 16



ialah orang-orangyag datang dari Yerusalem dan terdiri dari orang-orang Yahudi yang radikal. Mereka selalu berusaha untuk membujuk jemaat agar mereka memenuhi tuntutan Hukum Taurat, yang Nampak khususnya dalam melakukan sunat. Kelompok kedua adalah apa yang disebut dengan kelopok bebas, yaitu kelompok yang merasa telah dibebskan oleh Kristus (5:13, 16; 1:8).18 Mungkin mereka masih mempunyai hubungan tertentu dengan orangorang Kristen awal di Yerusalem, namun bukan apa yang disebut “soko guru” jemaat (2:9). Bahkan ada kemungkinan, bahwa mereka iu memiliki hubungan dengan saudara-saudara palsu di dalam 2:4. Terhadap musuh-musuhnya ini Paulus terpaksa mempertaankan keaslian kerasulannya. Demikian juga ia harus mempertahankan bahwa Injil dari Allah sendiri (1:11). Sebaliknya dalam upaya mempertahankan diri sekaligus mempertahankan jemaat kembali, rasul Paulus kembali menyebut para musuhnya itu sebagai orang-orang yang mengacaukan jemaat dan memutarbalikkan Injil (1:7). Merka telah membuat bingung jemaat, antara harus memercayai Kristus saja sebagai jalan keselamatan ataukah mereka juga harus memenuhi tuntutan Hukum Taurat dalam upaya mencari keselamatan. Sementara itu kelompok orang-orang bebas, juga membuat bingung jemaat karena mereka mengsalah artikan pekerjaan penebusan Kristus, maka itu juga berarti bahwa mereka telah dibebaskan dari segala tunutan apapun. Kalau demikian maka mereka menjadi tidak peduli terhadap aturanaturan hidupyang ada dalam masyarakat. Tentu saja sikap sepertiini tidak dapat dibenarkan oleh rasul Paulus, dan oleh sebab itu rasul Paulus juga memberikan pengetahuan yang sebenarnya apa makna dari pembebasan dari Kristus itu. 19 Karena Paulus melihat bahwa ajaran ini sudah menyusup ke dalam jemaatjemaat Galatia dan telah menyangkal karunia kebebasan bagi mereka, sehingga Paulus menulis surat bantahannya dengan berapi-api.20 II.3.5.



Tema Kitab Galatia21



1. Injil yang Paulus beritakan 18



Jusak Tridarmanto, Matri Pokok Tafsiran Perjanjian Baru, 133. Jusak Tridarmanto, Matri Pokok Tafsiran Perjanjian Baru, 134. 20 Merril C. Tenney, Survei perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1992), 334. 21 Samuel Benyamin, Perjanjian Baru, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 177-182. 19



2. Iman atau tradisi hukum taurat 3. Baptisan sebagai perubahan status II.4. Sitz Im Leben II.4.1.



Konteks Politik Kota Galatia dikenal sebagai kota 7 bukit, karena didirikan di atas 7



bukit, ada jalan dari berbagai arah menuju pusat Galatia. Disebelah baratnya mengalirsungai tiberau. Di kota itu terdapat banyak bagunan berbagai perbandingan. Kuil-kuilnya dan sebagian yang terbuat dari marmer. Lembaga tinggi di negeri roma menghapuskan tahta kaisar nero, memplokamirkan bahwa dia itu illegal, sekaligus merupakan musuh rakyat .pasukan tentara beserta rakyat mengepung istana hendak memberi perhitungan dengan nero. Sampai saat itu Nero sudah ditentang oleh rakyatnya dan ditinggalkan pengikutnya. Dia minta tolong kepada pengawal istana untuk membantunya dalam pelarian, tetapi ditolak. Dia menulis sepucuk surat agar rakyat mengampuninya, akan tetapi tidak berani keluar dari istana untuk menyerahkannya. Dia tahu bahwa dosanya amat berat, akhirnya pada malam hari dia mengenakan mantel tanpa lengan melarikan diri dengan menunggangi kuda.22 Pada zaman perjanjian baru dunia timur tengah kuno dan sekitar Laut tengah, yaitu dunia Romawi-Yunani merupakan dunia kekaisaran Romawi. Adanya orang-orang yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia dan Yerusalem dan semua wilayah yang dianiayahnya dimana para yahudi berpendapat bahwa setiap orang yang ingin menjadi kerajaan Allah harus menjadi anggota keluarga Abraham, melalui penyunatan dan ketaatan terhadap Hukum Taurat.23 II.4.2.



Konteks Agama Galatia menjadi pusat keagamaan yang sangat menonjol. Pada masa



kaisar Augustinus terjadi kebangkitan kembali agama di Galatia. Jemaat itu didirikan oleh Paulus. Suetonius (seorang pengarang Romawi) memberitakan bahwa pada tahun 49 M kaisar Claudius mengusir semua orang yahudi dari roma karena bertengkar atas hasutan orang yang bernama (krestos). Sebelum 22 23



Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, 106. Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 325.



tahun 49 sudah ada agama Kristen di roma dan orang Kristen termasuk suku yahudi.24 II.4.3.



Konteks Sosial/budaya Penduduk Galatia lebih dari 4000 orang. Banyak yang berasal dari



Yunani atau daerah bagian timur kekaisaran. Para pendatang biasanya berdiam di bagian-bagian tertentu dari sudut kota itu. Mereka membentuk banyak kelompok diantaranya banyak bersifat keagamaan. Masing-masing kelompok diperbolehkan melakukan kultus sesuai dengan kepercayaan mereka. Orang kota hidup dalam kemewahan dan pesta pora, setiap tahun selalu dilakukan pertunjukan. Dimana ada tiga macam pertunjukan, yaitu: pertandingan Kuda, pertunjukan Teater dan juga Pertandingan Gladiator.25 II.4.4.



Konteks Ekonomi Keadaan tanah masa saat itu cukup subur sehingga hasil pertanian



menjadi sumber penghasilan utama. Industry belum berkembang, mata uang pada masa itu yaitu Denarius (dinar) dan uang emas (pound). Arus perdagangan dari dalam dan luar dilakukan lewat laut dengan pelabuhan Alexandria.26 Mata pencarian orang Galatia dan pendatang umumnya dari pedagang, seniman. Situasi kehidupan ekonomi mayoritas penduduk palestina hidup dalam kemiskinan dalam konteks ini yaitu petani.27 II.5. Struktur Kitab Galatia Kami penyaji mengutip beberapa model penulisan dari beberapa sumber, untuk melihat dan memperkaya dalam hal kecocokan struktur dengan tulisan ini. II.5.1. Struktur Kitab I Samuel menurut J. H. Paterson 1. Salam (1:1-5) 2. Injil baru itu bukanlah Injil (1:6-10) 3. Riwayat hidup dan Keterangan (1:11-2:14) a. Paulus menerima pengutusannya langsung dari Kristus (1:11-17) 24



Th Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 3. Benyamin, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-Pokok Teologinya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 198-199. 26 Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2013), 126. 27 Benyamin, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-Pokok Teologinya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 198. 25



b. Kunjungan pertama Paulus ke Yerusalem sesudah pertobatannya (1:18-24) c. Kunjungan Paulus ke Yerusalem (2:1-10) d. Sebabnya Paulus menentang Petrus di Antiokhia (2:11-14) 4. Injil kasih karunia tidak meninggalkan dosa (2:15-21) 5. Seruan mengenang pengalaman sendiri (3:1-6) 6. Perjanjian Abraham mendahului hukum Musa (3:7-22) 7. Kematangan Kristen (3:23-4:11) a. Orang Kristen adalah anak Allah yang bertumbuh penuh (3:23-29) b. Kembali kemasa kanak-kanak (4:1-7) c. Kembali kemasa perbudakan (4:8-11) 8. Seruan lanjutan khas pribadi (4:12-20) 9. Kemerdekaan Kristen: dua Yerusalem (4:21-5:1) 10. Anugrah, bukan perbuatan (5:2-12) 11. Kemerdekaan bukan untuk disalahgunakan (5:13-16) 12. Himbauan untuk saling membantu (6:1-5) 13. Menabur dan menuai (6:6-10) 14. Paulus menulis dengan tangannya sediri (6:11-17) a. Pauluslah yang menulis (6:11) b. Kesombongan yang benar dan yang palsu (6:12-16) c. Tanda yang benar dari hamba Kristus (6:17) 15. Ucapan berkat (6:18) II.5.2. Struktur Kitab I Samuel menurut James D. G. Dunn A. Pendahuluan (1:1-10) 1. Salam (1:1-5) 2. Teguran (1:6-10) B.



Pembelaan Paulus akan injilnya (1:11-2:21) 1. Pernyataan ringkasan (1:11-12) 2. Kehidupan Paulus sebelumnya dalam Yudahisme (1:13-14) 3. Panggilan Paulus (1:15-17) 4. Kunjungan Pertama Paulus ke Yerusalem (1:18-20) 5. Antara kunjungan (1:21-24)



6. Konsultasi di Yerusalem (2:1-10) 7. Insiden di Antiokhia (2:11-14) 8. Penyajian kembali kasus Paulus (2:15-21) C.



Argumen utama-kesaksian pengalaman dan tulisan suci (3:1-5:12) 1. Daya tarik untuk mengalami: teruskan saat anda mulai (3:1-5) 2. Seruan kepada tulisan suci (1): berkat darin Abraham kepada iman (3:6-9) 3. Meskipun kutukan hukum (3:10-14) 4. Karena diberikan oleh janji (3:15-18) 5. Bahwa peran hukum adalah sementara (3:19-22) 6. Sampai datangnya iman (3:23-25) 7. Kesimpulan: semua anak dalam Kristus melalui iman (3:26-29) 8. Akibat wajar bahaya kembali ke status lama (4:1-11) a. Bukan lagi anak-anak dan budak, tetapi anak laki-lak dan ahli waris (4:1-7) b. Jadi mengapa kembali ke status lama (4:8-11) 9. Seruan pribadi (4:12-20) 10.



Seruan kepada tu;isan suci (2): kedua perjanjian (4:21-31)



11.



Kesimpulan: jangan tinggalka kebebasan anda (5:1-12)



a. Tunduk pada sunat bertentangan dengan kebebasan dalam Kristus (5:1-6) b. Mereka yang enganjurkannya membuat masalah (5:7-12) D.



Tanggung jawab Roh (5:13-6:10) 1. Kebebasan berarti kebebasan untuik saling melayani dalam cinta (5:13-15) 2. Apa artinya dipimpin oleh Roh (5:16-24) 3. Apa artinya untuk hubungan timbal balik (5:25-6:6) 4. Menuai hadiahnyan (6:7-10) 5. Catatan tambahan (6:11-18)



Keputusan Penyaji: Maka untuk struktur kitab ini, penyaji mamakai konsep struktur kitab yang dituliskan oleh James D. G. Dunn. Karena bagi penyaji apa yang dituliskan Dunn lebih sistematis. II.6. Analisa Bentuk Dalam Galatia memiliki bentuk teks sebuah sejarah kekaisaran Romawi. Sejarah yang berisikan bagaimana Rasul Paulus menulis surat untuk jemaat di Galatia karena ia mendengar terjadi kekacauan di sana. II.7. Analisis Sejarah Nama Galatia berasal dari nama bangsa Kelt, yang sejak 279 SM memasuki Assia kecil. Bangsa itu berasal dari Eropa. Pada waktu surat Galatia tertulis, nama Galatia dapat berarti dua hal yaitu daerah Galatia dan wilayah Galatia. Surat Galatia ditulis Paulus karena alasan tertentu. Tidak terlalu lama sejak ia meninggalkan jemaat-jemaat di Galatia yang baru didirikan itu, Paulus diberitahukan bahwa jemaatjemaat itu dikacaukan oleh pengajaran yang justru kebalikan dari injil. Surat Galatia diperkirakan ditulis pada tahun pertengahan kedua tahun 56 M. penerima dari surat Galatia ini adalah jemaat di Galatia. Tema dari surat Galatia adalah keselamatan karena kasih karunia oleh iman. Surat Galatia ditulis di daerah Antiokhia/Efesus.28 II.8. Analisa Sastra29 Struktur Jenis sastra yang digunakan oleh penulis surat Galatia ini adalah surat yang terlihat pada Galatia 1:1-5 salam pembuka dari Paulus, kemudian isi Galatia 1:6-10 sampai Galatia 6:1-10 kemudian penutup 6:11-18. Yang mana pasal 1::6-10 merupakan langkah awal atau mendasar tentang injil yang harus disampaikan terlebih dahulu. Konteks Dekat Pada Galatia 1:6-10 menjelaskan perkara injil yang asli dan tidak. Persoalan beberapa pertanyaan terhadap ajaran-ajaran yang beredar. Oleh orang yang menurut Paulus merupakan orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan sebagai penyesat. Terbukti lewat ketegasannya pada ayat 8 dan 9. Konteks Jauh 28



J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 11. http://brampy060791.blogspot.com/2012/09/tafsiran-galatia-16-10.html, diakses pada tanggal 9 Februari 2020, pada pukul 17:47 WIB. 29



Jemaat-jemaat di Galatia meliputi beberapa daerah satu provinsi. Yakni Antiokhia, Ikonium, Derbe, Disidia, Listra, Frigia dan Liakonia. Yang mana setengah dari penduduk migrasi dari daerah eropa, aslinya adalah “suku Gaul”, suku ini adalah tulen penyembah berhala dan kemudia kawin campur dengan sebagian orang Yahudi yang bermigrasi ke daerah tersebut. Dan pada pemerintahan kaisar Claudius, memasukkan daerah ini menjadi wilayah (provinsi), pemerintahan kaisar Romawi. Penduduk-penduduk romawi di Galatia memiliki gaya hidup yang keras dalam mempertahankan tradisi keYahudian (taurat, sunat, dll). Banyak beredar aliran-aliran kepercayaan serta dengan ajaran-ajaran merreka. Penduduk di Galatia juga merupakan penduduk yang kurang berpendirian dan banyak hal negatif yang terjadi seperti pada Galatia 5:19-21. II.9. Analisa Teks II.9.1. Perbandingan Bahasa Ayat 1 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 2 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 3 LAI :katakan BPH :manaksihon NIV :I testify (aku bersaksi) NTG : (aku memberikan kesaksian) Keputusan:yang mendekati NTG adalah BPH dan NIV Ayat 4 LAI :lepas BPH :sirang (berpisah) NIV :alienated (terasing) NTG : (kamu telah lepas) Keputusan:yang mendekati NTG adalah LAI Ayat 5 Tidak ada perbedaan Signifikan



Ayat 6 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 7 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 8 LAI :menurutinya BPH :pangojur-ojuron (memohon-mohon) NIV : persuasiaon (bujukan) NTG : (bujukan) Keputusan:yang mendekati NTG adalah NIV Ayat 9 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 10 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 11 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 12 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 13 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 14 Tidak ada perbedaan Signifikan Ayat 15 Tidak ada perbedaan Signifikan II.9.2. Kritik Aparatus Tidak ada Kritik Aparatus di dalam teks tersebut. II.9.3. Terjemahan Akhir Ayat 1: untuk kemerdekaan, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah



teguh



perhambaan.



dan jangan



mau



lagi dikenakan/ditimpahkan



kuk



Ayat 2: perhatikanlah, aku, Paulus, berkata kepadamu:jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sedikitpun tidak akan berguna bagimu. Ayat 3: dan lagi aku menegaskan kepada setiap orang yang bersunat, bahwa ia wajib menjalankan/mengerjakan seluruh Hukum Taurat Ayat 4: kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengakui Hukum Taurat, kamu berada diluar kasih karunia. Ayat 5: oleh karena iman dan Roh, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Ayat 6: karena di dalam Kristus Yesus, hal bersunat dan tidak bersunat, tidaklah berguna, melainkan karena iman yang bekerja melalui kasih Ayat 7: dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalanghalangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran itu? Ayat 8: ajakan itu tidak datang dari yang memanggil kamu. Ayat 9: sedikit ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan. Ayat 10: dalam Tuhan aku yakin kepada kamu; bahwa kamu tidak akan mempunyai pendirian lagi. Tetapi siapa pun yang mengacaukan kamu, ia akn menanggung hukaman, siapapun dia Ayat 11: dan aku, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapa kah aku masih dianiaya/dikejar? Kalau demikian, dia telah membatalkan batu sandungan salib. Ayat 12: dan alangkah baiknya mereka yang menghasut itu mengebirikan dirinya sendiri. Ayat 13: memang kamu dipanggil untu merdeka saudara-saudara. Tetapi janganlah kamu menunjukkan kemerdekaan itu sendiri kepada hal-hal deging, melaikan layanilah seorang akan yang lain melalui kasih. Ayat 14: sebab seluruh Hukum Taurat tercakup dalam satu Firman ini, yaitu:”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Ayat 15: tetapi jikalau kamu saling mengigit dan saling menelan, awaslah, supaya kamu jangan saling membinasakan. II.10.Tafsiran Galatia 5:1-15 Ayat 1



Paulus bukanlah seorang anarkis yang menghasut orang-orang Galatia untuk membrontak dan tidak taat. Ia adalah Rasul Kristus yang mendorong orang percaya untuk menikmati kebebasan yang telah diberi oleh kristus bagi mereka dengan harga tak terbatas.30 Ayat ini secara logis mengakhiri penjelasan yang terdahulu, ayat ini mempunyai hubungan dengan bagian selanjutnya. Arti dari ayat ini ialah terang. Pada ayat ini terdapat kata tentang kemerdekaan. Kristus telah memerdekakan kita, karna itu berdirilah teguh dan jangan menyerah kala lagi kepada perhambaan. Ini adalah berdasarkan dasar penebusan karna anugerah, yang harus diperhadapkan dengan keadaan manusia, seperti orang yahudi pada zaman Paulus yang terikat kepada upacara-upacara agamawi yang menjemukan.31 Tetapi ini juga dimasukkan untuk mengingatkan para pembacanya tentang kemungkinan tergelincirnya manusia ke dalam perbudakan. Orang yahudi berbicara tentang Kuk Hukum adalah menggambarkan diri sendiri (kaum Yudais) yang berarti “Budak” dan Paulus pun mengatakannya secara terus terang. Bahasa semacam ini telah digunakan di Galatia. 32 Di sini Paulus berbicara tentang kebebasan yang telah diraih oleh kristus sebagai kebebasan yang diberikan



dari penekanan.33 Kristus



memerdekakan



kita.



Kemerdekaan yang dimaksud pada ayat ini memiliki dua segi: kemerdekaan sebagai pemberian dan kemerdekaan sebagai kelakuan. Untuk dapat bertindak, mengambil keputusan dan sebagainya. Secara merdeka haruslah diperlukan syarat ini, bahwa kita tidak berbelenggu. Serentak juga harus dikatakan bahwa jika kita dimerdekakan, kemerdekaan yang dengan demikian diberikan kepada kita itu harus dipergunakan, diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kemerdekaan itu. Tidak ada daerah netral antara kemerdekaan yang nyata ini dan keterbelengguan, dimana kita dapat berkata: “kristus telah memerdekakan kita, jadi kita merdeka, tinggal pelaksanaannya saja. Bila kita tidak bebas, maka tanggung jawab ada pada orang yang menguasai kita, bila kita bebas, kita sendiri lah yang bertanggung jawab. Tetapi manusia selalu condong untuk memperhambakan dirinya pula. Begitulah kemerdekaan itu dapat dibandingkan dengan sikap berdiri, yang mengandaikan suatu 30



C. R. Stam, Law Vs Grace, (USA: Berean Bible Society, 1998), 159. J.D. Douglas, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: YKBK, 2003), 568-569. 32 R. A. Cole, Galations, (USA: Eerdmans Publishing Company, 1984), 136. 33 James. D. G. Dunn, The Episstle to the Galations, (London: A & C Black, 1993), 261. 31



keputusan yang diambil secara sadar, berlawanan dengan sikap berbaring, dimana orang dapat tertidur dengan tenang. Karna itu berdirilah teguh dan waspadalah terhadap godaan dalam kuk perhambaan.34 Ayat 2-3 Orang-orang Galatia menuruti ajaran-ajaran yang memperlakukan dirinya untuk disunat, maka kristus tidak berguna bagi mereka. 35 Sebagai tanda dari yahudi, sunat dipandang pada hakikatnya adalah mutlak untuk kesetiaan kepada syariat taurat dan keselamatan. Sekali pun demikian, sunat adalah tindakan manusia untuk kebenaran.36 Pada mulanya sunat tidak memiliki arti demikian, sebab sebagai Abraham suanat merupakan tanda dan materai kebenaran yang sudah dimilikinya melalui Iman. Tetapi seiring berjalannya waktu, sunat menjadi tanda kelayakan. Ini berarti, bahwa kematian kristus tidak cukup, dan mereka tidak mempercayai bahwa kristus untuk menyelamatkan mereka. Sebaliknya, mereka berharap untuk meyelamatkan diri dengan apa yang mereka lakukan.37 Karena itu, siapa kristus dan apa yang dilakukannya sedikit sekali artinya bagi orang hanya mementingkan pemenuhan dirinya akan syariat taurat. Jikalau kamu menyunatkan dirimu (Yunani: Biar dirimu disunatkan), kalimat ini dapat berarti bahwa mereka belum lagi melakukannya. Paulus memprotes dari pengalamannya sendiri bahwa untuk menyerahkan diri kepada sunat bukanlah suatu upacara yang berdiri sendiri. Tindakan itu membuat seseorang sekali lagi dibawah seluruh syariat taurat yang menuntut kesetiaan yang sempurna.38 Sehingga masih ada kesempatan bagi Paulus untuk mencegah perbuatan itu. Kesempatan ini dipergunakannya dengan sebaik-baiknya.39 Paulus selalu berpendapat bahwa ajaran jalur anugerah meniadakan jalur hokum taurat dan sebaliknya. Jalur hokum taurat adalah jalur dimana keselamatan seluruhnya tergantung pada usaha manusia. Sebaliknya jalur menyerahkan diri dan seluruh dosanya secara mutlak kepada belas kasih Allah. Selanjutnya Paulus berpendirian bahwa jika kita menjalani sunat, yang berarti kita 34



J. J. W. Gunning, Surat Galatia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 101-102. J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 102. 36 J.D. Douglas, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: YKBK, 2003), 569. 37 R. A. Cole, Galations, (USA: Eerdmans Publishing Company, 1984), 140. 38 J.D. Douglas, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 39 J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 102. 35



menerima satu bagian dari hokum taurat, maka dengan sendirinya kita harus menerima seluruh hokum taurat. Paulus mengatakan jika seseorang telah bersunat, maka berarti ia menyerahkan diri kepada hokum taurat yang mengharuskan adanya penyunatan, dan bila jalan itu dipilihnya, maka dengan sendirinya orang tersebut telah berpaling dari jalan anugerah, dan baginya kematian kristus tak pernah ada. Bagi Paulus, perkara yang utama adalah iman yang bekerja melalui kasih. Dengan kata lain, inti kekristenan bukanlah hokum taurat, melainkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.40 Ayat 4 Pada ayat ini, Paulus berkata dengan jelas untuk menegaskan hal yang sama kepada orang-orang yang akan bersunat. Siapa mau bersunat, memperhambakan dirinya kepada hokum taurat sebagai jalan keselamatan. Sebagai hamba hokum taurat, ia harus memenuhi seluruh hokum taurat itu. Karna yang menjadi soalnya ialah dimana kita berada: dalam lingkungan kemerdekaan kristus atau dalam lingkungan perbudakan Hukum Taurat. Siapa memilih sunat sekali lagi, ia memilih Hukum Taurat dan menyangkal Yesus Kristus, ia sendiri memutuskan hubungan dengan kristus, dan jauh dari Kristus ia akan gugur, sehingga ia tidak lagidalam Kasih karunia Kristus.41 Dengan penyerahan demikian, dan keinginan untuk dibenarkan karena amal perbuatan sedemian rupa, seorang pada prinsipnya dan dalam kenyataannya memisahkan dirinya dari lingkungan kasih karuniadan dari kesetiaan Iman dalam Yesus Kristus. Dengan demikian seseorang yang membuat anugrah itu tidak berhasil. Hidup di luar kasih karunia (jatuh, hilang, karam dari kasih karunia) tidak berarti sama seperti artinya kepada sementara orang dewasa ini, yakni jatuh keluar keselamatan; melainkan mereka telah jatuh terpisah dari suatu hidup yang berpautan dengan anugrah dari suatu hidup yang terkungkung dari legalisme, berarti menolak Kristus. Seorang tak dapat mencoba-coba menyelamatkan dirinya sendiri, dan pada saat yang sama menaruh seluruh kepercayaanpada Kristus untuk Keselamatan.42 40



William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Galatia dan Efesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 69-70. 41 J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 102. 42 ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569.



Ayat 5 Orang- orang Yudais menganjurkan sunat sebagai alat dalam usaha mereka untuk diselamatkan. Tetapi kita (di sini Paulus beralih dari “kamu” kepada “kita” untuk menitikberatkan kebersamaan antara dia dengan orang Galilea) tidak berusaha. Oleh Roh, karena Iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Roh, iman, harapan, menunjuk kepada Kasih akrunia atau pemberian, yaitu kebalikan dari usaha. Bagi Paulus, kebenaran itu bukanlah milik, melainkan kenyataan rohani.43 Orang Kristen oleh Roh, dan karena iman, menunggu kebenaran yang telah diharapkan. Kebenaran tidaklah dicapai oleh kita melainkan selaku pemberian Allah dalam Kristus.44 Ayat 6 Setelah mengemukakan hasil dari iman berupa pengharapan sang Rasul kini menunjukkan jangkauan keluarnya dalam kasih. Di dalam Kristus orang tidak untung karena disunat, begitu pula orang yang tidak disunat tidak rugi. Yang paling penting adalah kasih yang ada di dalamnya terangkum segala sesuatu yang dituntut oleh Hukum Taurat. Iman yang membenarkan tidak mengesampingkan pertimbangan utama tentang kasih ini. Sebaliknya, iman yang berkarya melalui kasih, merupakan satu-satunya sarana melalui mana seluruh tuntunan Hukum Taurat dapat dipenuhi. 45 Di dalam Kristus Yesus berarti cara hidup mereka yang telah disatukan dengan Kristus oleh iman. Ini adalah lingkungan mereka yang telah menyatu dengan Kristus dan satu dengan yang lain. Di sini, hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti; sesungguhnya hal itu adalah rintangan-rintangan bila diandalkan untuk keselamatan. Hanya iman yang terungkap secara efektif dalam kasih yang ada gunanya. Bagi Paulus, prinsip pengontrol hidup ialah iman terungkap dalam kasih, sebagaimana halnya dengan hidup Kristus. Hakikat dan Kekristenan bukanlah legalisme, malainkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus yang yang dicirikan oleh iman dan kasih.46 Di dalam keselamatan itu sudah dijanjikan di dalam Yesus Kristus, tidak perlu lagi orang disunat. Di dalam Yesus Kristus semua tembok 43



J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 102. ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 45 J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 102. 46 ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 44



antara manusia dan manusia dirubuhkan. Sunat tanda perjanjian lama, yang menguduskan orang Israel, tidak memainkan oeranan lagi, hanya iman, yang bekerja, tidak untuk diselamatkan, tetapi bagi sesamanya, yaitu oleh kasih. Dengan demikian, kemerdekaan dihubungkan dengan kasih. Kasih yang tidak merdeka adalah tanpa sukacita.47 Ayat 7-10 Paulus mengingatkan keadaan yang semula. Waktu itu, mereka berlombalomba dengan baik, mereka menuruti kebenaran. 48 Kemajuan rohani jemaat Galatia telah terhenti.49 Paulus menghentikan ulasannyauntuk mengingatkan mereka, bahwa mereka sudah berkembang maju, hingga dirintangi, atau diputuskan orang-orang yang men-yahudikan. Isi dari Injil selaku kebenaran yang diwahyukan sekali lagi menjadi hal yang dihadapi.50 Siapa yang menghalang-halangi mereka dalam hal ini, sehingga mereka mnyimpang dari kebenaaran. Jelasnya yang dimaksud adalahorangorang51 Yudais.52 …bukan datang dari Dia, Dia yang dimaksud adalah menunjuk pada Allah.53 Ajakan yang mereka miliki tidaklah berpangkal pada Allah yang telah memanggil mereka.54 Sebuah peribahasa bisa mengungkapkan kebodohan mereka. Sedikit ragi akanmengkhamirkan seluruh adonan.55 Maksud Paulus, seperti ragi yang membuat adonan pengembang, seorang pengacau atau satu kelompok kecil dapat mempengaruhi semua orang di dalam jemaat di Galatia. 56 “Ragi” d sini adalah dalam arti negative. Yang dimaksudkan adalah baik orang-orang Yudais, yang meskipun mereka tidak banyak, namun mempunyai pengaruh yang cukup besar, baik ajaran mereka untuk bersunat, pastilah akan membawa mereka pada dampak yang besar. 47



………..Wicliffe…………. ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 49 J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 103. 50 J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 104-105. 51 ………..Wicliffe…………. 52 ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 53 J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 104-105. 54 Yudais adalah orang-orang yang beranggapan bahwa Hukum Taurat masih berlaku bagi orang Kristen. Karena Paulus menentang mereka, ia melukiskan orang-orang Yudais ini secara negatif sekali. Itulah sebabnya kita tidak mengetahui alasan-alasan positif yang membawa mereka kepada iman akan Yesus Kristus. Kesulitan untuk tafsirannya adalah bahwa kita tidak langsung mengenal tuduhan-tuduhan, pengajaran-pengajaran dan perbuatanperbuatan orang-orang Yudais itu. Jadi kita harus berhati-hati, supaya kita jangan menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai mereka, hanya berdasarkan ucapan-ucapan dari satu pihak, yaitu dari pihak Paulus. 55 ………..Alkitab Edisi Studi, 56 ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 48



Tetapi Paulus belum putus asa. Jika benar begitu, tentulah ia tidak menulis surat ini. Ia menaruh kepercayaan kepada mereka dalam Tuhan, yaitu Yesus Kristus. Dalam Tuhan, kita melihat seseorang sebagai ciptaan baru, dalam cahaya harapan. Paulus juga tidak berbicara untuk pendirian yang ini dan itu, tetapi tentang dua dua sikap hidup. Dalam Tuhan, orang-orang Gakatia ini sehati-sepikir dengan Paulus, dalam Tuhan mereka pasti akan bertahan dalam kemerdekaan. Harapapan ini juga tidak berlaku kepada mereka yang dengan segaja mengacaukan jemat-jemaat. Dalam PL pemimpin-pemimpin dan nabi-nabipalsu diperingatkan bahwa hukuman meraka lebih berat. Dalam hal ini tidak ada pandang bulu. 57 Paulus memperhadapkan dirinya melawan orang durhaka yang tak dikenal itu, dan mengungkapkan kepercayaan bahwa mereka akan memperhatikannya, dan tidak menganut oandangan lain daripada ini. Pengacau, atau pengganggu ketenangan kepercayaan mereka, akan menderita hukumannya yang setimpal,siapapun dia.58 Ayat 11-12 Argument baru timbul dalam otak/kepala Paulus, yaitu penganiayaan. Selalu Paulus,



dianiaya



oleh



irang-orang



Yahudi,



seperti



ai



sendiri



sebelum



bertobat,menganiaya umat Kristen. Penganiayaan ini terjadi karena salib Yesus Kristus merupakan suatu batu sandungan bagi umat Israel. Pertama, karena arti penderitaan dan kematian Yesus itu berlaku bagi semua bangsa, sehingga Israel kehilangan kedudukannya yang sentralakibatnya, bahwa juga sunat sebagai ciri kedudukan itu hilang maknanya. Kedua, karena penderitaan dan kematian itu deberitakan sebagai pernyataan kasih karunia Allah, sehingga sunat sebagai “alat” untuk memperoleh kasih karunia itu dibatalkan. Paulus menjawab disini suatu tuduhan, yakni bahwa ia sendiri memujikan suntan itu. Misalnya, karena ia menyunatkan Timotius sudah jelas bahwa tuduhan ini sama sekali tidak tepat. Kalau Paulus menyunatkan beberapa orang Yahudi, itu hanya dilakukannya untuk menangguung rasa, bukan karena sunat itu memainkan peranan bagi iman. Kasus itu meruoakan kasus khusus sebab pemuda itu separuh Yahudi yang oleh ayahnya, seorang Yunani, tidak disunat. Jika Timotius terus mendapinggi Paulus dalam keadaan demikian, pastilah akan muncul keberatan orang Yahudi, tentu orang-orang 57 58



………..Wicliffe…………. ………..Alkitab Edisi Studi,



Yahudi ini akan lebih ramah terhadap dirinya. Tetapi jika ia memberitakan sunat, maka salib bukan batu sandungan lagi sejauh hal itu berhubungan dengan pemberitaannya. Kasih karunia menyangkut ketidak berdayaan



manusia untuk



menyelamatkan dirinya sendiri. Kebenaran ini bertentangan dengan keangkuhan manusia.59 Bagi Paulus sendiri, bila sementara orang memfitnah dan mempersalahakannya dengan cara sinis bahwa ia masih mengkhotbahkan kebutuhan sunat, mengapakah ia masih dianiayadalam hal demikian sandungan salaib menghilang, yakni fitrah yang tidak dapat terhilangkan dan yang unik dari pada salaib, ketepatgunaan mana tak dapat ditambahi



oleh jasa manusia. Batu sandunga, salib ditemukan dalam



penjelasannya selaku penderitaan untuk dosa dan dalam sifat yang cuma-cuma secara menyeluruh dari padanya. Saliblah satu-satunya jalan Ilahi untuk penebusan. Bila amal perbuatan manusia atau upacara berguna, keselamatan tidaklah lagi anugrah. 60 Paulus tidak tersandung karena salib tetapi karena orang-orang yang menghasut orang-orang



yang



telah



dimenangkannya.



Kejengkelannya



membeuat



dia



mengeluarkan sebuah pernyataan kuat: baiklah mereka mengebirikan saja dirinya, sebagaimana dikebiri orang yang telah kehilangan kesempatan untuk memperoleh keturunan, demikian pula para pengacau tersebut akan tidak berdaya menyebarkan ajaran salah mereka. Itulah keinginan mendalam yang diungkapkan Rasul Paulus di dalam ungkapan ini.61 Ucapan mengebiri adalah ucapan yang kasar bunyinya. Mengebirikan diri dilakukan dalam beberapa agama Helenisme. Dalam wilayah Galatia pada musim semi dirayakan pesta, dimana dengan cara ini merrka menyembah dewa Attis dan dewi Kubele, untuk menjamin kesuburan bumi. Bagi umat Israel, pengebirian itu adalah suatu kudung-kudung. Orang dikebiri tidak diijinkan masuk bangsa Israel.62 Demikian gentingnya persoalan ini sehingga Paulus secara tajam mencata: ia menginginkan agar orangf-orang yang men-Yahudikan tidak berhenti pada sunat, tapi supaya terus mengebiri diri mereka sendiri. Paulus tidak tersandung karena salib 59



J.J.W. Gunning, Surat Galatia, 104-105. ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 569. 61 …..Wycliffe…. 62 J. W. Gunning, Surat Galatia, 106. 60



tetapi karena orang orang yang menghasut orang-orang yang telah dimenangkannya. Beberapa



upacara



kekafiran



berakhir



dengan



tindakan



para imam



yang



menguntungkan diri sendiri.63 Ayat 13 Di sini, kata mereka merupakan titik tolak. Orang-orang Galatia dipanggil untuk kemerdekaan. Panggilan itu sendiri memerdekakan, tetapi kemerdekaan itu hanya dapat diterima dalam hidup secara merdeka. Perbuatan-perbuatan Allah yang bagi masa depan. Pada masa itu kemerdekaan berarti secara konkret bahwa petunjukpetunjuk hukum taurat tidak berlaku lagi untuk orang-orang Kristen Yahudi, sedangkan untuk orang-orang dari bangsa lain semua adat-istiadat menjadi batal. Begitulah terjadi suatu kekosongan dimana tidak ada pedoman hidup yang jelas. Dari jawaban-jawaban yang diberikan Paulus dalam surat 1 Korintus dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa keadaan seperti ini adalah sangat sulit bagi orang-orang Kristen pertama. Mereka belum siap untuk mengambil sendiri keputusan-keputusan. Akibatnya adalah bahwa sebagian besar dari mereka tidak tahu bagaimana. Tapi bagian lain menafsirkan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk daging, yaitu untuk berbuat semau-maunya saja. Jelasnya kata merdeka harus di isi dengan perbuatan-perbuatan konkret. Menurut Paulus kemerdekaan yang sebenarnya adalah kemerdekaan di dalam Kristus, yang memerdekakan kita dengan jalan menyerahkan diri-Nya bagi kita. Jadi ciri dari kemerdekaan itu adalah kasih. Begitulah kemerdekaan dalam Kristus itu berarti antara lain kemerdekaan bersama, jadi bukanlah kemerdekaan bagi akau, bagi kami, melainkan kemerdekaan bagi kita.64 Kemerdekaan mencakup kemerdekaan dari peraturan-peraturan agamawi yang secara legalistis dibebankan, tapi arti positifnya adalah kebebasan rohani yang hakiki dari orang Kristen, kebebasan mana merupakan tujuan Allah bagi manusia. Penggunaan kemerdekaan itu haruslah memenuhi syarat secara moral. Kemerdekaan yang benar mencakup pelayanan terhadap orang lain. Kemerdekaan itu tidak dapat dipakai selaku kesempatan (dalih) untuk kehidupan dalam dosa, hari “atas kesempatan bagi daging”. Istilah daging (Yunani Sarx) digunakan sebelumnya selaku istilah fisik, tapi dalam pasal (ay 16,17,19,24) perkataan ini mempunyai arti 63 64



…., Tafsiran Alkitab Masa Kini, 570. J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 107-108.



etis tentang fitrah insani yang jatuh, yang berkeinginan jahat. Sebaiknya, kasih yang diungkapkan dalam tindakan yang penuh kebaikan untuk kesejahteraan orang lain, yang berakibat pada tindakan saling melayani, syogianyalah buah dari kemerdekaan Kristen, merupakan akibat wajahr dari iman Kristen. Ini adalah pengabdian dengan gembira dan dilakukan dengan sukacita satu terhadap yang lain dalam kebebasan injil.65 Kasih untuk melayani satu sama lain orang yang memilih kasih adalah orang yang merdeka. Paulus menunjukkan bahwa kasih bukanlah hukum atau persyaratan tertentu, tetapi konsekwensi kunci bagi kasih karunia dan iman. Iman bekerja secara efektif melalui kasih, “berarti dalam praktek”. Ungkapan kebebasan (kristiani) yang sejati bukanlah kesenangan diri sendiri melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan orang lain.66 Ayat 14 Teologia Paulus selalu membawa bahaya. Pernyataan yang mengutarakan bahwa kuasa hukum taurat telah berakhir dan kuasa anugerah telah bermula, dan memungkinkan seseorang untuk berkata: “kalau demikian, maka aku akan dapat berbuat sesuka hati; segala pengekangan telah terangkat, dan akau akan dapat memnuhi segala keinginan sesuai dengan kehendakku. Bukankah hukum taurat telah tiada, dan anugerah memeberi jaminan pengampunan”. Tetapi menurut Paulus pada akhirnya pun ada dua kewajiban yang harus berlaku. (i) yang pertama tidak tersurat tetapi tersirat dalam keseluruhan pemikirannya, yaitu kewajiban terhadap Allah. Jika sedemikian itu Allah mengasihi kita, maka sedemikian itu pula kasih Kristus memberi kewajiban kepada kita. Kita tak dapat menodai hidup yang telah ditebus Allah dengan hidupnya sendiri itu. (ii) yang kedua ialah kewajiban terhadap sesame kita manusia. Kita memang bebas, tetapi di dalam suatu kebebasan untuk mengasihi sesama, seperti kita mengasihi diri kita sendiri. 67 Hukum taurat sendiri meringkaskan kebenaran itu dalam kalimat: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Paradoks ini tidak bermaksud untuk mengemukakan bahwa keselamatan datang oleh pelayanan Kristen; melainkan bahwa sekali ia sudah merdeka dalam Kristus oleh salib, orang Kristen menyerahkan dirinya kepada prinsip-prinsip etis dari Firman 65



…., Tafsiran Alkitab Masa Kini, 750. James D. G. Dunn, The Epistle to The Galatians, 287. 67 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Galatia dan Efesus, 72. 66



Allah. Penemuan dari hukum taurat tercapai, tidaklah melalui kesetiaan sebagai “hamba” guna pembenaran diri sendiri, melainkan pembenaran oleh Kristus dan kesetiaan kasih sesudahnya. Bagi orang Kristen, Yahudi atau non-Yahudi, kemerdekaan dari syariat taurat tidak dapat mengakibatkan kehidupan tanpa hukum. Kewajiban-kewajiban derma dan moralitas Kristen adalah lebih besar di bawah anugerah.68 Kasih bukanlah hukum baru, melainkan cara hidup untuk sesame manusia dengan sukarela, dengan merdeka. Kasih itu langsung terarah kepada sesame manusia. Sebab itu penggenapan hukum taurat oleh kasih tidak berarti: kalau semua perintah dalam hukum taurat dikumpulkan, hasilnya adalah kasih. sebaliknya dapat dikatakan bahwa dimana kasih ada dipraktekkan, disitu hukum taurat digenapi. Kasih melebihi kepatuhan kepada hukum taurat. Dengan datangnya kasih, hukum taurat tidak perlu lagi. Sumber kasih bukanlah hukum taurat melainkan kasih Allah dalam Yesus Kristus. Kristus adalah kegenapan hukum taurat.69 Ayat 15 Permasalahan terhadap mana ayat ini ditujukan tidaklah kita ketahui. Ini dapat menunjuk kepada percekcokan kecil-kecilan antar pribadi atau kepada perbedaanperbedaan mendalam yang ditampilkan oleh pengajaran yang men-Yahudikan. Bahasan yang keras menunjukkan bahwa persaudaraan mereka berada dalam bahaya menuju kemusnahan.70 Tetapi jelaslah bahwasaling menggigit dan sebagainya itu adalah justru kebalikan dari saling melayani. Suatu jemaat yang didalamnya selalu ada kebencian dan perkelahian akan binasa dengan cepat. Tetapi bukanlah maksudnya supaya semua pertentangan di dalam jemaat (gereja) didiamkan saja. Paulus sendiri berterusterang dalam surat ini. Oleh kasih, kita saling menolong menghindari dosa, supaya kita masing-masing dapat hidup sebagai gambar dan rupa Allah. Tetapi seringkali kita saling menggigit dan menelan, artinya: kita mau membesarkan diri kita dengan jalan menghina orang lain. 71 Hidup yang mementingkan diri sendiri pada akhirnya bukanlah hidup yang terpuji, melainkan 68



…., Tafsiran Masa Kini, 570. J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 108-109. 70 …., Tafsiran Masa Kini, 571. 71 J. J. W. Gunning, Surat Galatia, 109. 69



akan merusak diri sendiri.72 Paulus menegaskan bagi jemaat Galatia, bahwa “kebebasan roh dapat dengan mudah berubah menjadi perjuangan yang menggigit antara yang satu dengan yang lain”. Ini adalah hukum dari mereka yang tanpa prinsip menebus kasih antar sesame tanpa ketulusan untuk melayani satu sama yang lain. Tanpa ketulusan dalam melayani merupakan suatu hal yang sia-sia.73 II.11.Skopus Jika kita percaya dan setia kepada Yesus Kristus maka Iman kita akan semakin diteguhkan untuk melawan godaan-godaan dan dosa yang menghampiri kita. III. Refleksi Teologis IV.



Kesimpulan Dari pemaparan di atas para penyaji menarik kesimpulan bahwa: 1. Kritik Historis kritis merupakan salah satu cara penafsiran Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan arti dan makna yang terkandung dalam suatu teks Alkitab. 2. Surat Galatia ini ditulis Paulus dengan bantahannya yang berapi-api, untuk menghadapi ajaran-ajaran palsu. 3. Kitab Galatia menguraikan bagaimana Paulus dengan ketegasannya menghadapi perkara terhadap ajaran dari penyesat-penyesat yang tidak bertanggung jawab yang telah beredar di jemaat Galatia. 4. Bagi Paulus, prinsip pengontrol hidup ialah iman terungkap dalam kasih, sebagaimana halnya dengan hidup Kristus. Hakikat dan Kekristenan bukanlah legalisme, malainkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus yang yang dicirikan oleh iman dan kasih. Daftar Pustaka ……..Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. ………..Alkitab Edisi Studi. ………..Wicliffe…………. Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Galatia dan Efesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. 72 73



William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Galatia dan Efesus, 73. James D. G. Dunn, The Epistle to The Galatians, 293.



Benyamin, Samuel. Perjanjian Baru. Bandung: Bina Media Informasi, 2010. Benyamin. Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-Pokok Teologinya. Bandung: Bina Media Informasi, 2010. Bray, Gerald. Biblical Interpretation Past and Present. England: Intervarsity Press, 1996. Chilton, Bruce. Studi Perjanjian Baru bagi Pemuda. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004. Cole, R. A. Galations. USA: Eerdmans Publishing Company, 1984. Den, Thn Van. Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997. Douglas J.D., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: YKBK, 2003. Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979. Dunn, James. D. G., The Episstle to the Galations. London: A & C Black, 1993. Duyverman, M. E., Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018. Grannt, Robert M., Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK-GM, 1988. Gunning, J. J. W., Surat Galatia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012. Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: Momentum, 2018. Kummel, Werner George. Introduction to The New Testament. London: Abingdon Press, 1996. Lumintang, Stweri I., Theologi Abu-abu Pluralisme Agama. Malang: Gunung Mas, 2004. Marxsen, Willi. Pengangantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017. Saragih, Agus Jetron. Exsegese Naratif: Ulasan teoritis dan Praktis sebagai metode tafsir Post Moderanisme. Medan: Pustaka Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) (STT Abdi Sabda:CV Sinarta, 2006. Sitompul, A. A. & Ulrich Beyer. Metode Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004. Sitompul, A.A. dan Ulrick Bayer. Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK-GM, 1993. Stam, C. R., Law Vs Grace. USA: Berean Bible Society, 1998. Stamps, Donald C., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2015. Tenney, Merril C., Survei perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1992. Tenney. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2013.



Tridarmanto, Jusak. Matri Pokok Tafsiran Perjanjian Baru. Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Kristen Protestan 1998. Witt-Burton, Ernest de. A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Galatians. New York: Charles Scribner’s Son’s, 1952.



Sumber Lain http://brampy060791.blogspot.com/2012/09/tafsiran-galatia-16-10.html, tanggal 9 Februari 2020, pada pukul 17:47 WIB.



diakses



pada