Tafsir Tematik (Maudhu'i) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TAFSIR TEMATIK AL QUR’AN Dr. ANDRI NIRWANA. AN, S.TH, M. Ag



Penerbit CV. Pena Persada



1



Judul: TAFSIR TEMATIK AL QUR’AN Penulis: Dr. ANDRI NIRWANA. AN, S.TH, M. Ag Layout: Wiwit Kurniawan Design Cover: Tri Anggoro Seto



Penerbit CV. Pena Persada Jl. Gerilya no. 292 RT. 002 RW 002, Kel. Tanjung, Kec. Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas, Jawa Tengah E-mail: [email protected]



Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa seijin dari penerbit. All rights reserved. Cetakan pertama: 2019



i



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim



A



lhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kekuatan kepada kami, untuk menyelesaikan buku ini dengan sempurna. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Rasulullah Muhammad saw. Yang telah menjadi pedoman kami dalam menginterpretasikan Kalam Kalam Allah melalui hadis-hadis nya. Buku yang di tangan saudara ini berjudul tafsir tematik Al Qur’an. Kami menghadirkan model tafsir tematik al Qur’an ini ke hadapan para pembaca semua, disebabkan tinjauan kami selama ini, bahwa susunan Al Qur’an dalam tema nya tidak selesai dalam satu surat, Akan tetapi satu tema terkadang terdapat pada surat surat yang lain dalam Al Qu’an. Sehingga tampilan Al Qur’an yang sedemikian rupa tidak memberi kebosanan bagi pembaca di karenakan terdapatnya beraneka ragam tema yang terdapat dalam satu Surat. Tafsir Tematik atau yang juga dikenal dengan Tafsir Maudhu’i merupakan salah satu dari jenis tafsir yang banyak diminati. Model Penafsiran ini banyak diminati oleh umat Islam, karena di samping mudah dipahami, juga sangat sesuai dengan kebutuhan zaman. Hingga kini jenis penafsiran ini terus mengalami perkembangan, khususnya di kalangan akademisi. Tulisan ini di samping akan mengkaji secara historis, juga memaparkan aspek teknis-metodologisnya. Sehingga para pembaca akan memahami urgensinya dalam memahami kandungan ayat-ayat al-Quran. Banyak cara yang ditempuh para mufassir al-Quran untuk menyajikan kandungan dan pesan-pesan firman Allah. Ada yang ii



menyajikannya sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana tertuli s dalam mushhaf, misalnya dari ayat pertama surat al-Fâtihah hingga ayat terakhir, kemudian beralih ke ayat pertama surat kedua (al-Baqarah) hingga berakhir pula, dan seterusnya. Pesan dan kandungan al-Quran dihidangkan dengan rinci dan luas mencakup aneka persoalan yang muncul dalam pikiran sang mufassir, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ayat yang ditafsirkannya. Cara ini dikenal dengan sebutan tafsir tahlîli. Ada juga yang memilih topik tertentu kemudian menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan topik tersebut di mana pun ayat ditemukan. Selanjutnya disajikan kandungan dan pesan pesan yang berkaitan dengan topik yang dipilihnya tanpa terikat dengan urutan ayat dan surat sebagaimana tersebut dalam mushhaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak berkaitan dengan topik walau hal yang berkaitan itu secara tegas dikemukakan oleh ayat dibahasnya. Cara ini dikenal dengan sebutan tafsir tematik. Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan mengupas dan macam cara penafsiran ayat-ayat al-Quran sebagaimana dikemukakan di atas, tetapi hanya memfokuskan pemaparan pada cara penafsiran yang kedua saja, yaitu tafsir tematik. Tafsir tematik ini dalam referensi berbahasa Arab disebut tafsir maudhû’i. Buku ini diawali dengan kajian wawasan Tafsir Tematik, dilanjutkan dengan tema tema dalam Rukun Iman seperti Risalah, Tauhid, malaikat, Tema tema Sosial seperti Manusia, Musibah, Gender, Moral dan alam semesta. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang kami sajikan.



iii



Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada Orang Tua kami yaitu Nurlelawati binti Husen (Ibu) dan Almarhum Abdullah (Ayah) bin Mahmud bin Tunek Ali Basyah bin Ibrahim Ceubrek Matang Geulumpang dua. Semoga buku ini menjadi amalan jariyah bagi para pendahulu kami. Amin dan tidak lupa pula kepada istri kami Yusfa Muliana dan anak anak kami (Azka Zalifa dan Muhammad raffa) semoga menjadi anak yang Shaleh. amin



Banda Aceh, 24 Januari 2019-01-24 Penulis Dr. Andri Nirwana.AN, M.Ag



iv



DAFTAR ISI



Kata Pengantar



- ii



Wawasan Tafsir Tematik



- 1



Ayat-Ayat Tantang Risalah Ayat-Ayat Manusia



- 13



- 25



Ayat-Ayat Alam Semesta



- 43



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



-53



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Ayat-Ayat Iptek



-133



-147



Ayat-Ayat Tentang Musibah Ayat-Ayat Tentang Gender



-173 -215



v



-93



1



WAWASAN TAFSIR TEMATIK



Al-Quran selalu aktual, tak pernah tertinggal oleh zaman. Dengan tumbuhnya kondisi serupa itu, maka umat tertarik mengamalkan ajaran al-Quran, karena al-Quran mereka rasakan betul-betul dapat membimbing mereka ke jalan yang benar Tafsir Tematik Al-Quran



T



afsir tematik atau yang juga dikenal dengan tafsir maudhu’i. Jenis Tafsir ini merupakan salah satu dari jenis tafsir yang banyak diminati. Model Penafsiran ini banyak diminati oleh umat Islam, karena di samping mudah dipahami, juga sangat sesuai dengan kebutuhan zaman. Hingga kini jenis penafsiran ini terus mengalami perkembangan, khususnya di kalangan akademisi. Tulisan ini di samping akan mengkaji secara historis, juga memaparkan aspek teknismetodologisnya. Sehingga para pembaca akan memahami urgensinya dalam memahami kandungan ayat-ayat al-Quran. Banyak cara yang ditempuh para mufassir al-Quran untuk menyajikan kandungan dan pesan-pesan firman Allah. Ada yang menyajikannya sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana tertulis dalam mushhaf, misalnya dari ayat pertama surat al-Fâtihah



Wawasan tafsir Al-Qur’an hingga ayat terakhir, kemudian beralih ke ayat pertama surat kedua (al-Baqarah) hingga berakhir pula, dan seterusnya. Pesan dan kandungan al-Quran dihidangkan dengan rinci dan luas mencakup aneka persoalan yang muncul dalam pikiran sang mufassir, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ayat yang ditafsirkannya. Cara ini dikenal dengan sebutan tafsir tahlîli. Ada juga yang memilih topik tertentu kemudian menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan topik tersebut di mana pun ayat ditemukan. Selanjutnya disajikan kandungan dan pesanpesan yang berkaitan dengan topik yang dipilihnya tanpa terikat dengan urutan ayat dan surat sebagaimana tersebut dalam mushhaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak berkaitan dengan topik walau hal yang berkaitan itu secara tegas dikemukakan oleh ayat dibahasnya. Cara ini dikenal dengan sebutan tafsir tematik. Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan mengupas dan macam cara penafsiran ayat-ayat al-Quran sebagaimana dikemukakan di atas, tetapi hanya memfokuskan pemaparan pada cara penafsiran yang kedua saja, yaitu tafsir tematik. Tafsir tematik ini dalam referensi berbahasa Arab disebut tafsir maudhû’i. Definisi Tafsir tematik dalam bahasa Arab disebut tafsir maudhû’i. Tafsir maudhû’i terdiri dari dua kata, yaitu kata tafsir dan kata maudhû’i. Kata tafsir termasuk bentuk masdar (kata benda) yang berarti penjelasan, keterangan, uraian (Ma’lûf, 1927: 613). Kata maudhû’i dinisbatkan kepada kata maudhû’, isim maf’ûl dari fi’il madhi wadha’a yang memiliki makna beraneka ragam, yaitu yang diletakkan, yang diantar, yang



2



Wawasan tafsir Al-Qur’an ditaruh (al-Marbawi, 1350: 391), atau yang dibuat-buat, yang dibicarakan/tema/topik (al-Marbawi, 1350: 1004). Makna yang terakhir ini (tema/topik) yang relevan dengan konteks pembahasan di sini. Secara harfiah tafsir maudhû’i dapat diterjemahkan dengan tafsir tematik, yaitu tafsir berdasarkan tema atau topik tertentu. Pengertian tafsir tematik (maudhû’i) secara terminologi banyak dikemukakan oleh para pakar tafsir yang pada prinsipnya bermuara pada makna yang sama. Salah satu definisi maudhû’i/tematik yang dapat dipaparkan di sini ialah definisi yang dikemukakan Abdul Hayyi al-Farmawi sebagai berikut, yaitu pola penafsiran dengan cara menghimpun ayatayat al-Quran yang mempunyai tujuan yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topik dan menyusun berdasarkan masa turun ayat serta memperhatikan latar belakang sebab-sebab turunnya, kemudian diberi penjelasan, uraian, komentar dan pokok-pokok kandungan hukumnya (alFarmawi, 1977: 52). Definisi tafsir maudhû’i ini memberikan indikasi bahwa mufassir yang menggunakan metode dan pendekatan tematik dituntut harus mampu memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan topik yang dibahas, maupun menghadirkan dalam pikiran pengertian kosa kata ayat dan sinonimnya yang berhubungan dengan tema yang ditetapkan. Mufassir menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya dalam upaya mengetahui perkembangan petunjuk al-Quran menyangkut persoalan yang dibahas, menguraikan satu kisah atau kejadian membutuhkan runtutan kronologis peristiwa. Mengetahui dan memahami latar belakang turun ayat (bila ada) tidak dapat diabaikan, karena hal ini sangat besar pengaruhnya dalam memahami ayat-ayat al-Quran secara benar. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih luas,



3



Wawasan tafsir Al-Qur’an penjelasan ayat, dapat ditunjang dari hadis, perkataan para sahabat, dan lain-lain yang ada relevansinya. Tafsir tematik memposisikan al-Quran sebagai lawan dialog dalam mencari kebenaran. Mufassir bertanya, al-Quran menjawab. Dengan demikian dapat diterapkan apa yang ّ ْ َ dianjurkan oleh Ali bin Abi Thalib ‫ ِا ْست ْن ِط ْق ال ُق ْرا َن‬:artinya“ : Ajaklah al-Quran berdialog ” Konsep yang dibawa mufassir dari hasil pengalaman manusia dalam realitas eksternal kehidupan yang mengandung salah dan benar dihadapkan kepada al-Quran. Hal ini bukan berarti bahwa mufassir berusaha memaksakan pengalaman manusia kepada al-Quran dengan dengan memperkosa ayat-ayat untuk mengingkari kehendak manusia, melainkan untuk menemukan pandangan al-Quran dalam kapasitasnya sebagai sumber inovasi dan penentu kebenaran Ilahi yang dikaitkan dengan kenyataan hidup. Kajian Historis Tafsir Tematik Bila ditelusuri perkembangan tafsir al-Quran dimulai sejak awal pertumbuhannya di masa hidup Rasulullah SAW. Dapat dikatakan bahwa tafsir tematik sudah terwujud, walau hanya sederhana. Upaya mempertemukan beberapa ayat yang semakna atau yang berkaitan dengan masalah tertentu sudah ada dengan munculnya penafsiran ayat al-Quran dengan ayat alQuran yang lain. Hal ini dapat dimaklumi, sebab al-Quran dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup bagi manusia dan memberi petunjuk tentang ajarannya diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan, sehingga kadangkadang diturunkan ayat yang mujmal, muthlaq, dan umum, tetapi kadang-kadang diturunkan ayat yang terinci, tertentu, dan khusus.



4



Wawasan tafsir Al-Qur’an Hal-hal yang diterangkan secara mujmal dalam suatu ayat, lalu dijelaskan secara terinci dalam ayat yang lain. Demikian pula petunjuk yang diberikan secara umum dalam suatu ayat, kadangkala dijelaskan secara khusus dalam ayat yang lain. Dengan demikian berarti bahwa ayat-ayat al-Quran telah ditafsirkan dengan sumber dari al-Quran sendiri, sehingga dapat diketahui maksud firman Allah itu melalui penjelasan dari firman Allah itu juga dalam ayat yang lain. Karena Allah yang mempunyai firman itulah yang lebih mengetahui maksud yang dikehendakinya daripada yang lain (al-Dzahabi, 1961: 37). Contoh tafsir tematik/maudhû’i pada masa Nabi Muhammad ُْ SAW. Ialah beliau menafsirkan kata ‫ ظلم‬dalam QS al-An’âm, 6: 82. Dengan penafsiran Nabi tersebut berarti beliau telah menanamkan tafsir maudhû’i/tematik dan memberi isyarat bahwa lafal-lafal yang sukar diketahui maksudnya dalam suatu ayat perlu dicari penjelasannya pada lafal-lafal yang terdapat dalam ayat yang lain. Dalam konteks ini, Abdul Hayyi al Farmawi mengatakan bahwa semua ayat yang ditafsirkan dengan ayat al-Quran adalah termasuk tafsir maudhû’i dan sekaligus merupakan permulaan pertumbuhan tafsir maudhû’i. Kemudian sesudah itu tumbuh pula bibit-bibit tafsir maudhû’i dalam beberapa halaman kitab-kitab tafsir yang besar menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, antara lain: alBayân fi Aqsâm al-Qur’ân oleh Ibn al-Qayyim, Mufrâdat alQur’ân oleh al-Râghib, dan Ahkâm al-Qur’ân oleh al-Jashshâs, dan lain sebagainya. Kitab-kitab tafsir tersebut belum dimaksudkan secara khusus sebagai tafsir maudhû’i yang berdiri sendiri, walau demikian setidak-tidaknya dapat dikatakan bahwa bentuk



5



Wawasan tafsir Al-Qur’an tafsir maudhû’i ini sudah bukan merupakan bentuk baru. Sebab yang merupakan hal yang baru adalah perhatian para mufassir terhadap metode penafsiran tematik yang dapat dibedakan dari metode penafsiran yang lain, bahkan dapat dipisahkan sebagai metode tematik yang berdiri sendiri. Kitab-kitab tafsir yang sudah banyak membahas masalahmasalah tertentu rupanya masih dianggap belum memadai untuk menjawab aneka ragam permasalahan dalam masyarakat. Di sini para mufassir mendapat inspirasi baru dan bermunculan karya-karya tafsir yang menetapkan satu topik tertentu, dengan jalan menghimpun beberapa ayat dari beberapa surat yang berbicara tentang topik tersebut, sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan dari masalah tersebut menurut pandangan al-Quran. Metode tafsir maudhû’i ini di Mesir pertama kali dicetuskan oleh.Ahmad Sayyid al-Kumi, Ketua Jurusan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar Kairo sampai tahun 1981 (Shihab, 1995: 114). Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode tematik tersebut antara lain: Pertama, Al-Futûhât al-Rahbâniyah fi alTafsîr al- Maudhû’i li al-Ayât al-Qur’âniyah, karya.al-Husaini Abu Farhah, dan Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’i, karya.Abdul Hayyi al-Farmawi. Prosedur Penafsiran Prosedur penafsiran yang harus ditempuh oleh para mufasir dalam tafsir tematik dapat dirinci sebagai berikut: 1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik). 2. Melacak dan menghimpun masalah yang dibahas tersebut.. 3. Menyusun runtutan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai



6



Wawasan tafsir Al-Qur’an



4. 5. 6.



7.



pengetahuan tentang belakang turun ayat atau asbâb alnuzûlnya (bila ada). Memahami korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematik dan utuh (out-line). Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat dan lain-lain yang relevan bila dipandang perlu sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang ‘âm (umum) dan khash (khusus), muthlaq dan muqayyad (dibatasi), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.



Dalam kaitan ini, menurut hemat penulis bahwa permasalahan yang diangkat dalam tafsir tematik ini hendaknya memprioritaskan pada persoalan yang menyentuh masyarakat dan dirasakan secara langsung oleh mereka, sehingga tema yang dipilihnya selalu menarih dan tetap aktual. Untuk itu, para mufassir diharapkan terlebih dahulu mempelajari problemproblem masyarakat, atau ganjalan-ganjalan pemikiran yang dirasakan sangat membutuhkan jawaban al-Quran, misalnya masalah kemiskinan, keterbelakangan, korupsi, kolusi, kelaparan, kecelakaan, kebakaran, krisis moneter, dan lain sebagainya.



7



Wawasan tafsir Al-Qur’an Jenis-jenis Tafsir Tematik Tafsir tematik bila dilihat dari segi jangkauan temanya ada dua macam, yaitu: Penafsiran terhadap satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat. Rumusan tersebut dipertegas oleh al-Syâthibî dalam alMuwâfaqât, ia mengatakan: sesungguhnya satu surat meskipun mengandung masalah, merupakan satu kesatuan yang mengacu kepada satu tujuan atau melengkapi tujuan itu, kendatipun mengandung berbagai makna. Cara kajian tafsir tematik model ini dilakukan oleh Muhammad Mahmud Hijazi dalam kitab tafsirnya yang berjudul: al-Tafsîr alWâdhih, kemudian diikuti oleh mufassir lain. Penafsiran dengan cara menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari beberapa surat yang berbicara tentang topik tertentu untuk dikaitkan yang satu dengan lainnya, lalu diberi penjelasan dari segala seginya, kemudian diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Quran. Tafsir tematik semacam inilah yang lazim dikenal dalam tafsir kontemporer akhir-akhir ini. Contoh tafsir tematik misalnya memilih topik : “Hukum Minum Khamr dalam al-Quran”. Untuk masalah ini, sedikitnya terdapat 4 ayat dari 3 surat dalam al Quran, yaitu QS al-Baqarah, 2: 219, QS al-Nisâ’, 4: 42, dan QS alMâidah, 5: 90-91. Bila dikumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan haramnya minuman khamr dan ditertibkan sesuai dengan masa turunnya ayat dengan diberi komentar dan penjelasan latar belakang



8



Wawasan tafsir Al-Qur’an turunnya ayat, dapat disimpulkan bahwa haramnya minuman khamr dalam 4 ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang sempurna, yaitu minuman khamr diharamkan secara total, hanya saja tingkat dan proses keharamannya menempuh sistem periodik (al-Tadrîj). Hal ini dimaksudkan untuk memberi pendidikan secara bijaksana. Contoh tafsir tematik yang berkembang dalam masyarakat antara lain : 1. Al-Mar’ah fî al-Qur’ân al-Karîm, karya Syaikh Abbâs al‘Aqqâd. 2. Al-Ribâ fi al-Qur’ân al-Karîm, Abu A’la al-Maudûdi. 3. al-Washâyâ fî Sûrah al-Isrâ’, karya, Abdul Hayyi al-Farmawî. Apabila diperhatikan secara seksama, sebenarnya tafsir tematik termasuk tafsîr bi al-ma’tsûr. Sebab bila ditinjau dari segi sumber penafsirannya diambil dari penjelasan nash-nash alQuran. Tafsir menggunakan cara memadukan ayat-ayat alQuran yang membahas satu topik dan mengaitkan makna satu ayat dengan ayat yang lain. Tafsir ma’tsur merupakan bentuk penafsiran yang paling otentik dan akurat serta dapat menjamin kebenaran. Karena penafsirannya dikembalikan kepada “Yang Mempunyai Firman”, yaitu Allah SWT., dan Allah tentu lebih mengetahui apa yang dikehendaki dari firman-Nya daripada yang lain. Mengingat tafsir tematik termasuk tafsîr bi al-ma’tsûr, maka dapat dijelaskan bahwa tafsir tematik itu menduduki ranking atau peringkat yang paling tinggi nilainya dari pada bentuk penafsiran lainnya. Hal ini telah diakui oleh semua pakar tafsir tentang keistimewaannya. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya yang berjudul Tafsîr al-Qur’ân al-



9



Wawasan tafsir Al-Qur’an Azhîm menyebut-kan: Bila ditanyakan metode tafsir apakah yang paling baik, maka jawabannya, yang paling baik ialah menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, sebab hal-hal yang dijelaskan secara global di suatu tempat, kadang-kadang dijelaskan secara rinci di tempat lain. Al-Zarkasyi juga memberikan komentar bahwa cara penafsiran yang paling sahih dan benar ialah menafsirkan al Quran dengan al-Quran. Demikian pula Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa yang paling sahih dari metode penafsiran al-Quran ialah menafsirkan al-Quran dengan al-Quran. Oleh karena itu, banyak para pakar tafsir akhir-akhir ini cenderung tertarik menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan pendekatan tafsir tematik. Urgensi Tafsir Tematik Orang yang mengamati tafsir tematik dengan seksama, akan mengetahui bahwa tafsir itu merupakan satu usaha yang amat berat, tetapi sangat terpuji, karena dapat memudahkan orang dalam memahami dan menghayati ajaran-ajaran al-Quran, dapat melayani siapa saja yang menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya, karena pemaparan teks-teks al-Quran diwujudkan dalam bermacam-macam tema atau masalah. Menurut pendapat Ahmad Sayid al-Kumi, hidup di zaman modern sekarang ini sangat membutuhkan kehadiran corak tafsir tematik. Karena dengan cara kerja yang sedemikian itu memungkinkan seseorang memahami masalah yang dibahas dan segera sampai kepada hakikat masalah dengan jalan singkat, praktis dan mudah. Tafsir tematik mempunyai nilai kualitas tafsir yang paling tinggi. Karena seleksi penafsiran harus bermuara kepada kehendak firman Ilahi. Semua gagasan mufassir yang dihasilkan dari



10



Wawasan tafsir Al-Qur’an pengalaman kehidupan yang mungkin benar dan salah harus dikonsultasikan kepada wawasan Qurani. Tafsir tematik memegang peranan penting di masa sekarang ini, karena hanya dengan menggunakan metode ini, silabi pelajaran dan mata kuliah tafsir diberbagai tingkatan sekolah formal, baik di tingkat Madrasah Tsanawiyah, ‘Aliyah, dan tingkat Perguruan Tinggi, utamanya Peguruan Tinggi Agama Islam seperti IAIN (Institut Agama Islam Negeri), STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), PTAIS (Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta) dapat diwujudkan dan dijabarkan dalam bentuk buku-buku pelajaran tafsir, diktat-diktat tafsir sesuai dengan berbagai tema yang diinginkan oleh setiap sekolah dan perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajarmengajar dan sekaligus dapat menunjang pendidikan Nasional di Negara Republik Indonesia. Keutamaan-keutamaan Metode Tafsir Tematik Diantara beberapa keutamaan metode tafsir tematik ini ialah sebagai berikut. Pertama, menjawab tantangan zaman. Permasalah dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin modern kehidupan, permasalahan yang timbul semakin kompleks dan rumit, serta mempunyai dampak yang luas. Hal itu dimungkinkan karena apa yang terjadi pada suatu tempat, pada saat yang bersamaan, dapat disaksikan oleh orang lain di tempat yang lain pula, bahkan peristiwa yang terjadi di ruang angkasa pun dapat dipantau dari bumi. Kondisi seperti inilah yang membuat suatu permasalahan segera merebah ke seluruh masyarakat dalam wakyu yang relatif singkat. Untuk menghadapi permasalahan yang demikian, dilihat dari sudut tafsir al-Quran, tidak dapat ditangani dengan metode-



11



Wawasan tafsir Al-Qur’an metode penafsiran selain metode tematik. Hal itu dikarenakan kajian metode tematik ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan. Kedua, praktis dan sistematik. Tafsir dengan metode tematik disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan permasalahan yang timbul. Kondisi semacam ini amat cocok dengan kehidupan umat yang semakin modern dengan mobilitas yang tinggi sehingga mereka seakan-akan tak punya untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar, pada hal untuk mendapatkan petunjuk al-Quran mereka harus membacanya. Dengan adanya tafsir tematik, mereka akan mendapatkan petunjuk al-Quran secara praktis dan sistematis serta dapat lebih menghemat waktu, efektif, dan efisien. Ketiga, membuat pemahaman menjadi utuh. Dengan ditetapkan judul-judul yang akan dibahas, maka pemahaman ayat-ayat alQuran dapat diserap secara utuh. Pemahaman serupa itu sulit menemukannya di dalam metode tafsir yang lain. Maka dari itu, metode tafsir tematik ini dapat diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara lebih baik dan tuntas. Keempat, membuat tafsir menjadi lebih dinamik. Metode tafsir tematik membuat penafsiran al-Quran selalu dinamis sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga menimbulkan image di dalam benak pembaca dan pendengarnya bahwa al-Quran senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan dan strata sosial. Dengan demikian, terasa sekali bahwa al-Quran selalu aktual, tak pernah tertinggal oleh zaman. Dengan tumbuhnya kondisi serupa itu, maka umat tertarik mengamalkan ajaran al-Quran, karena al-Quran mereka rasakan betul-betul dapat membimbing mereka ke jalan yang benar.



12



2 AYAT-AYAT RISALAH



Kita bersyukur dengan adanya risalah dari Allah kita bisa menikmati agama ini dengan selamat. Dengan adanya Rasul utusannya kita bisa memahami risalahnya. Dan sebagai penunjuk jalan bagi kita yang ingin mengikuti Tafsir Tematik Al-Quran



s



egala puji bagi Allah Jalla jallaluh yang karna nikmatnya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna yang karena rahmatnya niat-niat baik hamba dapat terlaksana. Selawat dan salam kepada kekasih kami Rasul kami Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam. Agama Islam adalah agama yang terakhir Allah turunkan setelah dua agama sebelumnya yaitu Nasrani dan Yahudi, ketiga agama ini pada hakikatnya menyerukan ummat-ummat pengikutnya kepada tauhid yaitu mengesakan Allah Jalla jallaluh adapu syariat dari ketiga agama ini berbeda beda istilahnya (Satu ayah banyak Ibu yaitu: satu aqidah banyak syariatnya). Agama ini diajarkan oleh Rasul yang diutus dari kalangan manusia sendiri, disetiap ummat ada Rasul yang menyampaikan risalah Allah kepada mereka. Dengan adanya Rasul maka kita telah mengenal Allah dan mengetahui adanya Allah.



Ayat-Ayat Risalah Tugas Rasul adalh membawa Risalah kepada ummatnya dan menggiring mereka kepada jalan kenbenaran tanpa pandang bulu miskin atau kaya. Namun dalm proses penyampain risalah ini ada sebgai ummat yang mau beriman dan percaya dan sebgain lagi mengingkari dengan dengan seingkar-ingkarnya nauzubillah. Allah telah menjelaskan sangat beruntung bagi orang mau mendengar dan beriman kepada risalah yang telah diamanahkan kepada Rasulnya. Karena dengan adanya risalah ini kita akan bisa berjalan menuju surga dengan tenang selamat dunia dan akhirat. Ayat-ayat dan penjelasannya An-Nahlu, ayat 36:                 Tejemahnya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).



14



Ayat-Ayat Risalah Asbabun Nuzul Dalam Surah An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi Muhammad Saw, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Dalam ayat ini Allah juga mengingatkan kepada ummat manusia didunia bahwasanya Allah tidak memaksa hambanya kepada kebaikan ataupun keburukan Allah telah menciptakan keduanya maka manusia memilih kemana diakan mengarahkan hidupnya. Dalam firmannya Allam meyebutkan:          Qiraat: ‫أن اعبدوا‬ada yang membaca ‫أن اعبدوا‬dan ini adalah bacaan Abi Umar, ‘Asim, dan Hamzah. ‫أن اعبدوا‬dan ini adalah bacaan Baqiain. Balaghatul Quran: )‫(ماعبدنا من دونه من شيء)(والحرمنا من دونه‬ Diantara keduannya mengulangi dua kali sebuah kalimat (Itnab). )‫(من هدى هللا ومنهم من حقت عليه الضلله)(اليهدى من يضل‬ Diantara keduanya adalah berlawanan. ‘Irabul Quran: ‫البلغ‬ Marfu’ dalam bentuk dharaf, dharaf tidak bisa menjadi istifham. ‫يهدى‬ Didalamnya ada dhamir dan berubah menjadi isim. ‫ من‬dan ‫إن‬ Berbari diatas ini adalah sebuah penghargaan: Allah tidak memberi petunjuk kepada siapa yang disesatkannya. Dan bagi



15



Ayat-Ayat Risalah yang membaca ‫يُهدَى‬sesungguhnya ‫من‬disini pada posisi marfu’ karena dia adalah na’ibul faa’il. Dalam bentuk ‫يضل‬dhamir yang kembali atas isim ‫إن‬adalah maf’ul ‫يضل‬dihapus, sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada hamba yang telah disesatinya. )‫(إنما قولنا)(أن نقول‬adalah mubtada’ dan khabar. Hukum-hukumnya: 1. Sesungguhnya telah diutus Rasul dari setiap ummat (umum dan luas) tujuan dari semuanya adalah menyeru untuk beribadah kepada Allah. Dan menyuruh kepada kaumnya untuk meninggalkan agama thagut (yaitu menyembah kepada selain Allah). Dan menyuruhnya untuk meninggalakan seluruh ibdahnya selain kepada Allah seperti kepada syaitan, dukun, dan idola-idolanya dan semuanya yang mengarahkan kepada kesesatan. 2. Manusia di seruksan oleh Rasulnya kedalam kedua kelompok kelompok yang dibimbing oleh Allah kepada agamanya dan ibadahnya. Kelompok yang disesatkan oleh Allah dari sebelumnya sampai mereka mati didalam kekafiran. Dari kedua kelompok ini mereka memilih sendiri apa yang dikehendaknya, Allah mengetahui atas segala sesuatu dan Allah mengetahui setiap kelompok apa yang ingin mereka pilih. Apa yang ingin mereka pilih, apa saja yang dikhendaki sesuai dengan peristiwa. Dan peristiwa Allah tidak pernah berganti atau meleset, dan sunnatullah lebih tinggi daripada hambanya, karena Allah menyuruh semua hambanya untuk beriman dan melarang mereka untuk kufur dan Allah menumbuhkan iman dalam setiap golongan dan orang kafir dalam sebuah golongan sebagai pegangan bagi hambanya untuk mengenal tuhannya.



16



Ayat-Ayat Risalah 3. Akal yang sehat tidak akan mengikuti kepada kelompok yang sesat dan pembohong seperti mereka mengajak kepada masa lalu yang membawa petaka dan keruntuhan. 4. Akan sia-sia dan tidak ada faedahnya dari pandangan nabi atau lainnya atas bimbingan olej seseorang atas usahanya, untuk menyesatkan kepada selain Allah. Sesungguhnya Allah ta’ala tidak menyeru mereka untuk melakukan kesesatan setelah mereka sesat semua sama bagaimana pun bentuknya. 5. Semua bertanya-tanya dengan kebodohan kaum musyrikin dan jahilnya ketika menebalkan keyakinan mereka menyatakan sesuatu terhadap Allah sesungguhnya Allah tidak akan menghidupkan setelah kematian. Itu semua hak Allah, Allah menegaskan tidak ada keraguan daripadannya, harus dilihat kebalakang (ummat terdahulu) meskipun banyak ummat dahulu didalam kebodohan walaupun telah diutuskan utusan kepadanya. 6. Hikmah dari membangkitkan dan merenofasi dengan jelas sesungguhnya Allah menampakkan kepada yang haq diantara kebangkitan dan sebagainya. Dan orang kafir tau tentang kebangkitan yang menjelaskan bagian (kelompok yang ingkar) tetapi sesungguhnya mereka berbohong dalam keyakinan mereka, dan ajaran mereka Allah tidak akan tidak akan menghidupkan orang yang sudah mati. 7. Kemampuan Allah yang mutlak dan besar sekali, apabila ia mau membangkitkan sesuatu yang telah mati bukanlah satu kesukaran baginya, dan dia tidak perlu mendirikan dalam lingkungannya, dari penciptaan alam semesta ini tiadalah sukar karena jika ia ingin menciptakan sesuatu ia cukup mengatakn jadi, maka jadilah.



17



Ayat-Ayat Risalah Aljumuah ayat: 2:            Terjemahnya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. ‘Irabul Quran: )‫(رسوال منهم)(منهم‬ Dalam bentuk nasab karena di ada sifat (‫ (ل‬dalam kalimat( ‫)رسول‬ dan seperti firman Allah:  dan seperti itu juga dari sebagian huruf ‘ataf )‫(وإن كانوا)(إن‬. Ringan dari yang berat, dan huruf lam menunjukkan atasnya, dan ini duhapus dan apapun dari mereka. Boleh dalam bentuk nasab )‫ (وإخرج بن منهم)(وإخرين‬ataupun jar. Sesungguhnya nasab adalah apabila dalam bentuk ‘ataf atas )‫(ه‬dan (‫ )م‬dalam ‫ ويعلمهم‬atau dengan makna  atas makna ‫ يعرفهم أياته‬dan huruf jar dia dalam bentuk ‘ataf firman Allah ‫ فى األمين‬penghargaan: Rasul diutuskan kepada kaum yangbuta huruf dan lain-lainnya. Kata )‫ (من‬dalam )‫(منهم‬untuk penjelasan. Hukuk-hukumnya: Manfaatnya didepan akan dijelaskan:



18



Ayat-Ayat Risalah 1. Allah menjadikan mereka mulia dan mengakui dengan keesaan tuhan dan qudrahnnya (kekuasaannya) kepada makhluk yang dilangit dan di bumi. 2. Akhir dari ditururunkan Rasul yang bita huruf dalam tiga urusan dalam tiga urusan, antara lain: mendakwahkan ayat al-Quran yang didalamnya pentunjuk dan panduan, dan menjadikan ummatnya menjadi pandai dan hatinya dalam keimanan, mensucikannya dari noda kekafiran dan dosa kefasidan jahiliyyah. Menggapai ummatnya al-Quran dan sunnah dan apa saja kandungannya seperti syariat hukum hikmah dan rahasianya. 3. Sesungguhnya bangsa arab sebelum datangnya Nabi. Mereka didalam kerugian, diaspora dan jauh daripada haq yang disuruh. 4. Tiga faktor yang menyebabkan Nabi yang huruf bersyukur: a) Persetujuan yang dikirim dengan isyarat-isyarat NabiNabi. b) Permasalahan yang serupa tanpa perubahan di kalangan ummat dekat dengan apa yang telah ditentukan. c) Tidak adanya kesamaan keraguan diatasnya dalam mendakwahkan dan pembelajaran apa yang diwahyukan atasnya dari al-Quran dan rahasia-rahasianya. 5. Risalah Nabi tidak diperuntukkan untuk bangsa Arab saja, risalah Nabi umum untuk semua ummat pada zamannya, dan pada zaman-zaman sesudahnya sampai hari kiamat. 6. Sesungguhnya agama Islam diwahyukan melalui Nabi yang diutus. Karunia Allah yang diberikan kepada yang dikehendaki dari hambanya. Karunia Allah selalu diberikan kepada hambanya, diantaranya: seperti harta yang digunakan dalam ketaatan, kesehatan, bantuan dana berkesenambungan diriwayat dari Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah tentang seorang kafir dari kaum Muhajirin, Rasulullah datang kepadanya: dan berkata: Pergi seorang



19



Ayat-Ayat Risalah ahli Dutsur (yang derajatnya yang tinggi dan kebahagian abadi) lalu dia berkata: apa itu; lalu dia menjawab mereka shalat seperti shalat kita, mereka berpuasa seperti puasa kita, mereka beramal dan kami tidak beramal seperti mereka, dan mereka ta’at, kami tidak ta’at seperti mereka. Dan berkata Rasulullah SAW: Bukankah aku telah mengajari kalian sesuat agar kamu sadar dari ummat-ummat terdahulu. Dan ummat terdahulu sebelum kalian, tidak ada satu dari mereka yang lebih baik daripada kalian, kecuali yang telah melakukan amal seperti amal kalian: diberkata: sungguh benar wahai Rasulullah dan diaberkata:bertasbih lah kepada Allah, membesarkannya, membaca tahmid disetiap shalat sebanyak 33 kali. Dan orang kufurdari muhajirin itu pulang dia berkata: Telah kami denr dari saudara kami orang yang paling kaya apa yang kami lakukan dia juga melakukan seperti kami, lalu Rasulullah bersabda:     Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Al-Hajj ayat: 75: Ayat:            Terjemahnya: Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.



20



Ayat-Ayat Risalah Qiraat: ‫ يُنً ِّز ُل‬Ibnu katsir dan Abu Umar (‫(يُ ْنزَ ُل‬, ‫س‬ َ ْ‫ َو ِّبئ‬bacaan Warasy, Sawsawi, mereka menghilangkan hamzah )‫(وبِّيس‬, ‫ت ُ ْر َج ُع األ ُ ُم ْو ُر‬ َ ُ bacaan Ibnu Umar, Hamzah, Kasai, dan Khalafi, )‫(ت َْر ِّج ُع األ ُم ْور‬. Balaghtul Quran: ‫ تعرف في وجوهالذين كفرواالمنكر‬daripadanya sebuah kiasan, atau disimpulkan dari wajah yang dibenci akan menjadi perbuatan yang buruk seperti saya ketahui di wilayah fulan itu jahat. ‫إن الذين تدعون من دون هللا لن يخلقوا ذبابا‬contoh atau contoh orang kafir dalam ibadat mereka kepada selain Allah Ta’ala seperti penyembahan kepada idola-idola mereka yang tidak bisa mencipatakan satu ekor lalat pun dan apapun yang menyerupainya )‫ (مثل‬yang menyerupai walaupun hanya sifatnya. ‘Irabul Quran: )‫قل أفأنبئكم بشر من ذلكم النار (النار‬sesungguhnya khabar muhtada’ dia makhzhuf yang dimaksud adala kalimat )‫(النار‬dan )‫ (وعدها هللا‬ini adalah bandingan perkataan dan ini akan menjadi makhzhuf dan jumlah fi’liyyah )‫(وعدها هللا‬khabar. ‫ولو إجتمعواله‬ini manshub atas hal )‫ (بينت‬ini adalah hal. Hukum-hukum dari ayat ini: Dari ayat ini bisa melahirkan hukum diantaranya: 1. Peribadatan yang dipanjatkan kepada idola idolanya seperrti orang kafir quraiys yang beriman kepada selain Allah (dewa). Mereka tidak mempunyai dalil baik dalam bentuk naqli ataupun aqli. Yang memanggil rabnya dengan perkataan ‫ وما للظلمين من نصير‬setiap kemenangan dan tertentu. 2. Sesungguhnya akar kekafiran yaitu keras kepala yang timbuh dalam jiwa orang-orang kufur dan menjadikan mereka paling marah atau cemberut ketika dibacakan dalil al-Quran kepada mereka, mereka sangat menekukkan menindas



21



Ayat-Ayat Risalah kepada siapa yang berdalil dengan al-Quran mereka merendahkan tangan dan lidah mereka dengan buruk. 3. Allah menyuruh kepada Nabi SAW. Untuk menyampaikan kepada mereka dengan batas apakah memberi khabar apa saja yang buruk atau keji yang dibenci. Sesungguhnya api jahannam dan azabnya. Janji Allah kepada orang kafir hari kiamat dan seburuk-burukya tempat kembali atau jalan yang membawa mereka kedalam neraka. Ini adalah pesta bagi mereka dengan suara yang menyeru kepada al-Quran. 4. Allah memukul orang-orang kafir dan berhala-berhala mereka sesungguhnya argumen Allah Ta’ala atas mereka kepada pemahaman. Pada hakikatnya bukan sebagai contoh. Sesungguhnya dalam sifat mereka dan hal kehidupan mereka yang menkjubkan terkejut. Contohnya: Dianalogikan kepada sebagi sifat itu seperti yang ada. Artinya Allah memukul sebagai contoh dan mendengarkan perkataan mereka sesungguhnyaorang kafir menjadikan perumpamaan ibadah selain Allah. Seolah-olah dia berkata: Buatlah kepadaku perumpamaan dalam ibadah, dan mendengarkan khabar perkataan mereka. Dan orang-orang kafir melakukan seperti ini. Atau artinya: Wahai manusia, ini adalah sebuah contoh dari yang mereka menyembah dewa yang mana dewa tersebut tidak mampu menciptakan satu lalapun. Apabila kami mematikan lalat tersebut dan ami suruh dia menghidupkan kembali sungguh tidak sanggup mereka. Akan tetapi Allah tidak seperti mereka bayangkan. Arti yang tepat adalah: Allah ‘Azzawajalla memukul mereka yang jauh darinya dan membuat yang meyerupainya. Allah menjelaskan kepada hambanya jangan menyembah apa yang kamu buat untuk menyeruapai aku, seperti yang telah disembah oleh penyembah-penyembah.



22



Ayat-Ayat Risalah 5. Perumpamaan: Apa yang kalian sembah selain Allah dan dia adalah berhala atau idola-idola yang berada berada disekitar ka’bah yang berjumlah 160 patung berhala, berhala itu tidak mampu menciptakan satu lalatpun, mereka (berhala) tidak mampu menjaga dirinya sendiri didepan lalatpun apabila kamu ingin mengabil manfaat dari dia tidak satu manfaatpun dari berhala-berhala itu. 6. Apa yang diagung-agungkan oleh kaum Musyriki sesungguhnya Allah lebih agung. Apa saja yang diagungkan dari idolanya manfaat dari kesyirikannya. banyak Kahar. Kekuatan yang terhormat yang tidak dikalahkan dan tidak bisa melarangnya, siapa saja yang ingin menantang atau mengalahkannya. 7. Pilihan yang mutlak Allah memilih malaikat sebgai pembawa wahyu kepada Nabi-Nabi, dan Allah memilih diantara NabiNabi Rasul-Rasul yang membawa risalahnya kepada manusia. Maksud dari ayat ini adalah: Allah memilih nabi Muhammad untuk menyampaikan risalah.Sesungguhnya Allah mendengar apa saja yang dikatakan oleh ummatnya, dan melihat siapa saja yng mengikuti risalahnya, Dia adalah tuhan yang maha segalanya mengetahui apa saja yang tersembunyi dan apa yng tampak. Dan kepadanya satusatuny kita serahkan segala urusan kita, sesungguhnya Dia akan memberi ganjaran ats setiap ibadah yang kita lakukan. Kesimpulan Segala puji bagi Allah Jalla jallaluh yang karna nikmatnya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna yang karena rahmatnya niat-niat baik hamba dapat terlaksana. Selawat dan salam kepada kekasih kami Rasul kami Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wasallam. Kita bersyukur dengan adanya risalah dari Allah kita bisa menikmati agama ini dengan selamat. Dengan adanya Rasul utusannya kita bisa memahami risalahnya.



23



Ayat-Ayat Risalah Dan sebagai penunjuk jalan bagi kita yang ingin mengikuti, dan sungguh tidak beruntung orang-orang yang tidak mempercayai orang risalah yang ini na’uzubillah.



24



3 TAFSIR AYAT AYAT TENTANG MANUSIA



Sebaik-baiknya manusia yaitu memperoleh nikmat yang banyak berupa rizki dan kehidupan, di antaranya menjadikan kapal berlayar di laut untuk dikendarai menuju jalan tujuan dan sebagai bentuk tanda syukur untuk mengangkut hasil perdangangan atas nikmat tersebut dan tidak ada sekutu bagi-Nya dengan apapun Tafsir Tematik Al-Quran



Surat At-Tiin: 1-8  



    







       



   



   



  



       



                      



1 2 3



Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun Dan demi bukit Sinai Dan demi kota (Mekah) ini yang aman



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia 4 5 6 7 8



Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendahrendahnya (neraka) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya Maka Apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?



Al-I’rabul Qur’an (‫ْن‬ َ kata (‫ْن‬ ِ ‫)وهَذَا البَلَ ِد األ َ ِمي‬ ِ ‫)األ َ ِمي‬bisa berasal dari kata(‫ )األمن‬yang bermakna (‫)اآلمن‬, seperti (‫ )عليم‬dengan makna (‫)عالم‬. Atau dengan makna (‫)المؤمن‬, sebagaimana firman Allah Swt ( ‫)و َم ْن د َ َخلَه ُ كا َ َن آ ِمنا‬, َ seperti kata (‫ ) َح ِكيْم‬dengan makna (‫ ) ُم ْح ِكم‬dan (‫ )سميع‬dengan makna (‫)مسمع‬. )‫ )فِي أ َ ْحسَ ِن ت َ ْق ِوي ِم‬kata (‫ )أ َ ْحسَ ِن‬merupakan sifat bagi mausuf yang dimahdzuf, takdirnya (‫س ِن ت َ ْق ِوي ِم‬ َ ‫) ِفي أ َ ْح‬. (‫ين‬ َ ُ‫) فَ َما يُ َك ِذب‬, huruf (‫ )ما‬adalah huruf istifham yang dirafa’ ِ ِ‫ك بَ ْعد ُ ب‬ ِ ‫الد‬ karena sebagai mubtada’. (‫ك‬ َ ُ‫ )يُكَ ِذب‬kalimat ini berkedudukan sebagai khabar. Al-Balaghatul Qur’an َّ ‫ْن َو‬ (‫الز ْيت ُ ْو ِن‬ َ jika yang dimaksud adalah tempat kedua buah ِ ‫)والتِي‬ buah tersebut, yaitu Syam dan Baitul Maqdis, kalimat tersebut adalah majaz mursal dengan ‘ilaaqah (hubungan) haaliyah, yaitu dengan menyebutkan haal (sesuatu yang menempati) dan menginginkan makna maahal (tempat). Itu sebagaimana halnya firman Allah Swt dalamsurat al- Infithar ayat 13, (‫ ) اِ َّن األَبْرا َ َر لَفِي نَ ِعيم‬kata (‫ )النَّ ِعيْم‬adalah majaz; ia adalah



26



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia suatu nonmaterial yang menempati surga dan surge adalah tempatnya. Kemudian, kata (‫ )النَّ ِعيْم‬tersebut disebutkan berdasarkan majaz mursal dengan ‘ilaaqah haaliyah. Kalimat (‫ )أ َ ْحسَ ِن ت َ ْق ِوي ِم‬dan (‫ )أ َ ْسفَ َل ساَفِلِ ْي َن‬merupakan ath-thibaaq (kalimat pertentangan). (‫ك‬ َ ُ‫ )فَ َما يُكَ ِذب‬merupakan kalimat iltifaat (peralihan) dari orang ketiga ke orang kedua, untuk tujuan penekanan dalam penghinaan dan celaan. (‫يس هللا بِأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬ َ َ‫ )أَل‬kalimat tanya ini merupakan istifhaam taqriri. (‫ ) ِبأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬kedua kata dalam kalimat tersebut merupakan jinaz isytiqaaq. (‫ْن( )أ َ ْسفَ َل ساَفِلِ ْي َن( ) ِبأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬ ِ ‫ )البَلَ ِد األ َ ِمي‬ketiga kalimat tersebut merupakan sajak murashsha’ Asbab An Nuzul Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt (‫ )ثُمَّ َردَدْناَه ُ أ َ ْسف َل سَافِلي َن‬dia berkata, “mereka adalah sekelompok orang yang sudah tua di masa Rasulullah Saw. lantas beliau ditanya mengenai mereka hinggal akal mereka pun tidak lagi berfungsi. Kemudian, Allah Swt menurunkan firman-Nya yang berisi tentang permakluman atas mereka. Mereka akan diberi pahal dari perbuatan mereka yang dilakukan sebelum akal mereka tidak berfungsi. Tafsir dan Penjelasan   “demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.” (at-Tiin:1) Allah Swt bersumpah dengan buah Tin yang dimakan oleh manusia dan buah Zaitun yang diperas untuk diambil minyaknya. Maksud dari Tin dan Zaitunadalah kedua buah yang



27



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia dikenal itu. Ibnu Abbas berkata, “ yang dimaksud dalam ayat itu adalah buah Tin dan Zaitun yang dikenal ini. Keduanya juga merupakan kinayah (kiasan) dari negeri-negeri Baitul Maqdis yang terkenal menumbuhkan buah Tin dan Zaitun. Allah Swt Bersumpah dengan buah Tin karena buah tersebut merupakan makanan (nutrisi), buah, dan obat. Ia dikatakan nutrisi karena merupakan makanan yang lembut, cepat dicerna, tidak menumpuk di lambung, dapat melembutkan tabiat, mengurangi air liur, membersikan dua ginjal, menghilangkan kencing batu, menggemukan badan, serta membuka lubang hati dan limpa. Tin merupakan buah terbaik dan paling unggul. Buah Tin dijadikan sebagai obat karena dapat mengeluarkan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan. Dalam sebuah Hadis dengan sanad yang diriwayatkan oleh Ibnu Sinni dan Abu Nu’aim dari Abu dzar dikatakan, “Buah Tin dapat menyembuhkan sakit wasir dan encok”. Hadis ini dilemahkan oleh Suyuthi. Zaitun juga merupakan buah, rempah-rempah, dan obat. Zaitun dapat disarikan menjadi minyak yang merupakan kebutuhan sebagian besar manusia. Zaitun juga banyak digunakan untuk bahan pengobatan. Allah Swt berfirman, “ Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon Zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak di barat.” (an-Nuur:35) Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana yang diriwatkan oleh Abu Nu’aim dalam ath-Thibb, dari Abu Hurairah r.a – Hadits ini dhaif.



28



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia



“Makanlah buah zaitun dan berminyaklah dengannya.karenasesungguhnya dia adalah dari pohon yang berkah.” “Demi gunungs sinai (at-Tiin:2) Sebuah gunung tempat Allah SWT berbicara kepada Nabi Musa a.s, yakni gunung Tur Sinai. “Dan demi negeri mekah yang aman ini (at-Tiin: 3) Mekah al-Mukaramah yang telah dimuliakan oleh Allah SWT dengan ka’bah yang mulia, kelahiran Nabi Muhammad SAW. dan pengutusan beliau didalam kota tersebut. Kota tersebut dikatakan amin karena ia dapat membuat aman orang-orang yang berada di dalamnya . hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Barang siapa yang memasukinya (Baitullah) amanlah dia”. (alImran : 90) Allah SWT bersumpah dengan ketiga tempat tersebut karena ketiganya merupakan tempat – tempat turunnya wahyu Allah SWT kepada para Rasul ‘ulul azmi. Dari ketiga tempat itu juga, hidayah Allah SWT tersebar keseluruh manusia. Diakhir kitab Taurat disebutkan ketiga tempat ini, “Allah Swt datang dari Tur Sina yaitu tempat Allah berbicara dengan Musa bin Imran dan menyinari dari Sa’ir yaitu gunung Baitul Maqdis tempat Allah Swt mengutus Isa ,mengutus dari gunung Farun yaitu gunung Mekkah tempat Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw. Allah Swt menyebutkan mereka sesuai urutan zaman mereka. Berdasarkan ini, Allah Swt bersumpah dengan sesuatu yang paling mulia, kemudian yang sesuatu lebih mulia dari yang



29



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia pertama dan setelah itu dengan sesuatu yang lebih utama daripada keduanya. Kemudian Allah Swt menyebutkan jawab qasam ( sumpah ), Allah berfirman “Sungguh, kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tin : 4) Allah bersumpah dengan ketiga hal yang telah disebukan, bahwa kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik rupa dan bentuk, perawakan yang seimbang, anggota tubuh yang sesuai, susunan yang bagus, makan dengan tangannya, yang membedakan dengan makhluk lainnya dengan ilmu, fikiran, bicara,perenungan, dan hikmah.dengan hal itu manusia pantas untuk menjadi pemimipin dimuka bumi sebagaimana dikehendaki oleh Allah Swt. Kesimpulan, kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling bagus dan sempurna, sebagaimana telah disebutkan oleh para ahli tafsir. Al-Qurtubi menyebutkan kisah berikut ini yang menjelaskan kesempurnaan ciptaan manusia.dia berkata, dikisahkan, isa bin musa al-hasyimi sangatmencintai istrinya. Pada suatu hari dia berkata kepada istrinya, kamu tertalak tiga jika tidak lebih cantik dari rembulan. Lantas si istri bangkit dan menutup darinya seraya berkata, kamu telah menalakku. Kemudian,isa tidur malam. Ketika pagi menjelang, dia pergi kerumah khalifah al-Manshur dia memberitahu mangenai hal itu. Setelah mendengar hal itu, al-Manshur sangat kaget dan ketakutan. Akhirnya al-Manshur memanggil para ahli fiqh dan meminta fatwa kepada mereka. Seluruh ahli fiqh yang hadir saat



30



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia itu berkata, “Si Istri telah tertalak,”melainkan ada satu orang ahli fiqh dari pengikut mazhab Hanafi yang diam tidak berbicara. Kemudian, al-Manshur bertanya kepadanya, “ mengapa kamu tidak berbicara?” lantas orang tersebut menjawab dengan membaca surah at-Tiin. Setelah sampai pada ayat Fi Ahsani Taqwiim dia berhenti dan berkata,”Wahai Amirul Mukminiin, sesunggunya manusia itu adalah Makhluk terbaik. Tidak ada makhluk yang lebih baik daripada manusia.” Kemudian,al-Manshur kerkata kepada Isa bin Musa ,”pemecahan masalhmuadalah sebagaimana dikatakan oleh orang tersebut. Datanglah kamu kepada istrimu!” kemudian al-Manshur mengirim surat kepada istri Isa bin Musa tersebut yang berisi agar dia menaati dan tidak menyelisihi suaminya karena suaminya tidak menalaknya. Kemudian, al-Qurthubi mengomentari hal ini seraya berkata,” ini menunjukkan kepadamu bahwasanya manusia iu adalah makhluk Allah yang terbaik secara Batin dan Zahir. Bentuknya bagus dan susunannya indah; kepala dengan segala isinya, dada dengan segala talentanya, perut dengan segala yang terkandung di dalamnya dan kedua tangan dengan segala apa tyang disentuhnya, serta kedua kaki dengan segala beban yang dipikulnya. Oleh karena itu, para ahli filsafat berkata,”sesungguhnya manusia adalah alam semesta yang kecil karena segala sesuatu yang terkandung di dalam seluruh makhluk ada di dalam diri manusia.” Akan tetapi manusia itu lupa dengan potensi-potensi tersebut dan menelantarkannya. Manusia lebih menuruti hawa nafsu dan syahwatnya. Oleh karena itu, Allah Swt berfirman,



31



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia “Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendahrendahnya.”(at-Tiin:5) Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah neraka yang paling bawah. Itu jika manusia tidak menaati Allah dan mengikuti ajaran Rasulullah Saw. akan tetapi pendapat yang lebih utama adala kami telah kembalikan dia (manusia) ke umur yang paling rendah, yaitu tua renta dan daya pikirnya sudah berkurang. Sebelunya, manusia berada dalam masa muda dan kuat, bagus dalam bebicara, dan cemerlang dalam berfikir. Pendapat pertama mengatakan, bahwa tempat tersebut adalah neraka. Hal ini disebabkan kekufuran yang dilakukan oleh sebagian manusia. Hal ini merupakan pendapat Hasan, Mujahid, Abu Aliyah, Ibnu Zaid, dan Qatadah. Dengan pendapat ini pengecualian ayat setelahnya adalah istisna` muttshil (pengecualian bersambung). Pendapat kedua mengatakan bahwa maknanya adalah ke umuryang paling hina, ini merupakanpendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Dhahhak dan Nakha’i. dengan demikian, istisna (pengecualian) setelahnya adalah istisna` munqathi` (pengecualian terputus). Maksud dari hal ini adalah setiap manusia tidak mengalami hal tersebut, tetapi dalam ranah pribadi, ada yang mengalaminya, pendapat tersebut dipilih oleh Ibnu Jarir. “kemudian orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidakada putus-putusnya.” (at-Tiin:6) Kecuali orang-orang yangberiman kepada Allah, para Rasul-Nya, hari akhir, dan beramal saleh dengan mengerjakan kewajiban



32



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia dan ibadah-ibadah lainnya. Mereka akan mendapatkan pahala terus-menerus dan tidak terputus sebagai balasan atas ibadah mereka. Sementara itu, makna yang sesuai dengan penafsiran pertama dan dengan pengertian istisna`muttashil, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan mengumpulkan antara iman dan amal ketika dalam keadaan mampu. Mereka akan mendapatkan pahala yang banyak. Mereka akan selamat dari siksa neraka dan akan masuk surga. Berdasarkan makna penafsiran kedua dan dengan pengertian istisna`munqathi`, dan itu pendapat yang kuat menurut kami, orang-orang yang beriman dan bertaqwa sesungguhnya Allah akan menganugerahi mereka pahala yang permanen dan tidak terputus. Itu karena kesabaran mereka atas segala apa yang telah menimpa mereka, berupa usia tua dan terus-menerus untuk beribadah sesuai kemungkinan, padahal badan sudah lemah dan anggota tubuh sudah renta. Maksudnya, mereka (orang-orang beriman) telah dikembalikan ke umur yang paling lemah sebagaimana orang-orang yang beriman tersebut mendapatkan pahala besar yang permanen sebagai balasan perbuatan mereka. Al-Alusi berkata, “sekilas konteks ayat tersebut menunjukan keadaan orang kafir pada hari Kiamat bahwa dia akan menjadi bentuk yang sangat jelek dan menjijikan setelah sebelumnya berbentuk sangat bagus tidak bersyukur atas kenikmatan yang telah dikaruniakan kepadanya. Ahmad, Bukhari, dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari AbuMusa al-Asy’ari, dia berkata,” Rasulullah Saw. bersabda,



33



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia “jika seorang hamba sakit ataubepergian, maka Allah Swt akan menulis pahala baginya seperti yang telah ia lakukan saat tidak bepergian atau sehat.” Ath-Thabrani dari shidad bin Aus,dia berkata, “ saya telah mendengar Rasulullah Saw.bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman, “jika aku telah menguji salah seorang hamba-Ku yang beriman. Lantas dia menguji-Ku atas ujian tersebut, maka kelak dia akan bangkit dari kuburnya terbebas dari dosa seperti hari dia dilahirkan ibunya.”Allah Swt juga berfirman (kepada para malaikat), sesengguhnya Aku telah mengikat hamba-Ku dengan hal ini (sakit) maka catatlah pahala baginya seperti kalian mencatat pahala baginya sebelum sakit tersebut.” Ini adalah hadist shahih. Kemudian Allah Swt menghina orang-orang kafir karena mendustakan balasan setelah hari kebangkitan. Allah Swt berfirman, “Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keteranganketerangan) itu?”(at-Tiin: 7) Apa yang membuatmu mendustakan setelah adanya bukti-bukti dan dalil-dalil kekuasaa Allah Swt ini? Karena mereka telah mendustakan balasan, dan setiap orang yang mendustakan kebenaran, dia telah berdusta. Wahai manusia jika kamu telah mengetahui bahwa Allah Swt telah menciptakanmu dalambentuk yang paling bagus dan akan memasukanmu ke neraka karena kekafiran, lantas apa yang membantumu untuk tetap mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan? Kamu telah mengetahui awal penciptakan. Kamu telah



34



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia mengetahui bahwa zat yang mampu untukmemulai menciptakan, mampu untuk mengembalikan seperti semula. Apa yang membuatmu mendustakan akhirat, padahalkamu telah mengetahui hal ini. Kemudian Allah Swt menguatkan hal tersebut dengan firmanNya, “Bukankah Allah hakim yang paling adil?” (at-Tiin:8) Tidaklah Dia adalah hakim yang paling adil dalam memutuskan perkara? Dia tidak akan melakukan dosa dan bertindak zalim. Di antara keadilan-Nya adalah menciptakan hari Kiamat sehingga orang yang dizalimi dapat membalas orang yang telah menzaliminya. Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ Nabi Saw. bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian telah membaca surah at-Tiin hingga akhir, maka hendaknya dia mengucapkan, “ Iya saya termasuk orang-orang yang bersaksi akan hal itu.” Hukum yang dapat di ambil pada pembahasan ini antara lain ialah: a. Allah Swt bersumpah dengan tiga tempat yang suci, yaitu tempat tumbuhnya buah Tiin dan Zaitun yang merupakan tempat para Nabidan turunnya wahyu, gunung Tur Sinai yang merupakan tempat Allah berbicara dengan Musa a.s. dan Mekkah bahwa telah menciptakan manusia dalambentuk yang paling baik. Kemudian, mengembalikan sebagian manusia ke umur yang paling jelek, yaitu masa tua setelah mudah, lemah



35



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia



b.



c.



d.



setelah kuat hingga dia kembali lagi seperti anak bayi yang baru mengurangi kehidupan. Ibnu Arabi mengatakan, “karena karunia Allah Swt yang sangat besar bagi buah Tin, ia adalah buah yang dapat dijadikan makanan pokok dan dapat ditimbun. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa buah tersebut wajib dikeluarkan zakatnya.” Allah Swt telah mengecualikan orang-orang yang mengumpulkan antara iman dan amal saleh. Sesungguhnya akan dicatat kebaikan bagi mereka dan menghapuskan kejelekan-kejelekan mereka. Bagi mereka yang telah berusia tua, mereka tidak akan disiksa dengan apa yang mereka lakukan dimasa tua mereka. Allah Swt menghina orang kafir karena tidak percaya dengan balasan setelah hari kebangkitan dan membantahnya dengan argumen yang maknanya, “Wahai manusia, jika kamu telah mengetahui bahwasanya Allah telah menciptakanmu dalam bentuk yang paling sempurna dan dia akan mengembalikanmu kepada umur yang paling hina dan memindahkanmu dari keadaan satu ke keadaan yang lain, lantas apa yang membuatmu tetap mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan, padahal kamu telah dikabari oleh Muhammad Saw. tentang hal itu?” Tidaklah Allah adalah Zat yang paling ahli dalam menciptakan segala makhluk yang telah Dia ciptakan. Dia adalah hakim yang paling adil dalam menghukumi dengan kebenaran dan adil tehadap seluruh makhlukNya? Dalam hal ini terdapat sebuah penggargaan bagi orang kafir yang mengakui adanya Zat pencipta yang Qadiim, yaitu Allah. Itu juga merupakan ancaman bagi



36



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia orang-orang kafir dan Allah akan member hukuman yang setimpal kepada mereka. Surat Al-Israa: 70                              Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Tafsir dan Penjelasan Dari nikmat Allah yang sempurna keutamaannya dan Rahmatnya memuliakan manusia,sebagaimana dalam firman Allah, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,…(AlIsraa: 70) Yakni telah Kami muliakan anak-anak Adam, atau telah Kami jadikan mereka mulia yaitu kemuliaan dan keistimewaan, dijadikan manusia dengan bentuk dan rupa yang sebaikbaiknya, memberikan pendengaran. Penglihatan, hati untuk memahami sesuatu pemahaman, membaguskan dan memberikan tahapan pemikiran untuk menyadari bahwa halhal yang mana yang benar. Dan mendedikasikan pertamanan dan perdagangan industry, mengetahui bahasa-bahasa, dan dapat berpikir tentang penemuan-penemuan karunia yang ada di Bumi. Manfaat dari



37



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia energy, memanfaatkan apa yang ada di alam dari tempat yang tertinggi dan yang terendah. Dan di alam semesta yang beragam alasan untuk hidup dan pada kehidupan. Perbedaan antara sesuatu hal yang sifatnya agama maupun duniawiya. Dan kami jadikan hewan darat sebagai kendaraan di darat yaitu kuda dan keledai, dan pada saat ini kendaraan yang di gunakan yaitu kereta api, pesawat dan lainya. Dan ada juga kendaraan yang di laut yaitu kapal yang besar maupun yang kecil, dan itu tidak akan selamat manusia tanpa ada dengan iradah Allah. Dan kami telah memberikan rezeki yang baik-baik, yaitu dari makanan, buah-buahan, daging dan susu dari berbagai makanan yang di inginkan, yang tampak baik-baik, dan dari pakaian yang dipakainya. Kesimpulan: yang dimaksud yang baik-baik ialah makanan enak dan minuman lezat, yang mengenyangkan dan macam-macam keindahan. Dan banyak kenikmatan yang kami berikan kepada manusia dari apa yang dijadikannya, yaitu selain malaikat, atau pada beragamnya Makhluk dan berbagai jenis hewan dengan adanya keuntungan dan kerugian, kelebiahan serta adanya dosa dan pahala. Pada penafsiran selanjutnya ditunjukan pada ayat al-Qur’an seperti yang disebutkan oleh Ibnu Katsir terhadap kelebihan pada jenis yang Nampak (manusia) dan yang Ghaib (malaikat). Diriwatkan oleh Thabrani dari Abdullah bin Umar, Abdul Razaq dari Zaid bin Aslam secara mauquf serta dari Ibnu Asakir dari



38



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia Anas bin Malik secara marfu’, Rasulullah Saw bersabda: “Malaikat berkata: Yaa Tuhanku, engkau telah memberikan kepada anak Adam Dunia, makan dari apa yang ada di dunia, minum dan berpakaian. Dan kami selalu bertasbih kepada-Mu, kami tidak makan, tidak minum dan tidak bermain, bagi mereka (manusia) ialah dunia dan untuk kami (malaikat) ialah akhirat. Hikmah yang terkandung dalam ayat ini ialah: a. Sebaik-baiknya manusia yaitu memperoleh nikmat yang banyak berupa rizki dan kehidupan, di antaranya menjadikan kapal berlayar di laut untuk dikendarai menuju jalan tujuan dan sebagai bentuk tanda syukur untuk mengangkut hasil perdangangan atas nikmat tersebut dan tidak ada sekutu bagi-Nya dengan apapun. b. Dari nikmat Allah swt serta rahmat-Nya, manusia selamat dari bahayanya laut dan badai yang menakutkan. Tidak ada pelindung selain Allah yang melindungi dari bahaya. c. Dan dari nikmat Allah swt kepada manusia, ada empat perkara yang mengutamakan manusia: 1. Memuliakan manusia dengan dijadikannya sebaikbaik bentuk dengan akal dan pikiran. 2. Membawa manusia di darat dengan mengendarai kuda, keledai, biri-biri dan lain sebagainya, dan kendaraan di laut adalah kapal atau perahu. 3. Diberikannya rizki yang baik-baik. 4. Manusia lebih diutamakan dari pada makhlukmakhluk lainnya.



39



4 AYAT-AYAT ALAM SEMESTA



Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya yang membuktikan kekuasaan, keagungan, dan kehebatannya. Nikmat yang Allah berikan tidak dapat dihitung.. Tafsir Tematik Al-Quran



Surah Ali ‘Imran ayat 26 - 27.                                                                         26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah



Ayat-Ayat Alam Semesta segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". Sababun nuzul Dikeluarkan dari Abi Hatim dari Qatadah berkata: diceritakan kepada kami bahwa Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah swt agar raja Romawi dan Paris menjadi umatnya. Maka Allah menurunkan ayat       . Ibnu ‘Abbas dan Anas bin Malik berkata: ketika Rasulullah SAW menaklukan Kota Mekah, Beliau(Nabi SAW) menjanjikan kepada umatnya akan kerajaan Persia dan Romawi. Kemudian orangorang Munafik dan Yahudi berkata: “Alangkah jauhnya dari manakah kamu Muhammad akan mendapatkan kerajaan Persia dan Romawi, sedangkan mereka jauh lebih kuat dan mulia dibandingkan dengan kemenanganmu(Nabi SAW) ini. Tidak cukupkah bagi Muhammad Mekah dan Madinah, sampai ia(Nabi SAW) hendak menaklukkan Persia dan Romawi?”. Kemudian Allah menurunkan ayat ini. Qiraat Lafaz ( ) dibaca: 1. (‫ )الميْت‬berdasarkan qiraat Ibnu Katsir, Abi Umar dan Ibnu ‘Amir. 2. (‫ )ال َميِّت‬berdasarkan qiraat lainnya.



44



Ayat-Ayat Alam Semesta



Balaghatul qur’an Terdapat pasangan (thabaqah) pada lafaz



 (memberikan)



dan  (mencabut), antara lafaz  (memuliakan) dan  (menghinakan), antara  (malam) dan  (siang), antara  (hidup) dan  (mati), dan terdapat juga isim jenis pengurang yang lainnya yaitu ( pemilik) dan lafaz  (kerajaan). Pada ayat tersebut juga terdapat apa yang dinamakan dengan rad al-‘ajz (penyampaian mu’jizat) ke dalam hati yaitu pada lafaz      dan



    .



Dalam ayat tersebut juga terdapat tikrar (pengulangan) yaitu pada lafaz       hikmahnya sebagai penegasan ayat.    



Pada



perkataan







terdapat



majaz



isti’arah



untuk



memasukkan           sesuatu ke dalam sesuatu seperti Allah memasukkan malam ke dalam siang dan



45



Ayat-Ayat Alam Semesta siang ke dalam malam. Maka malam tidak mengurangi atau menambah siang dan tidak pula sebaliknya. Lafaz ‫ الحي من الميت‬merupakan majaz untuk menujukkan perbandingan antara mukmin dan kafir. Dimana Allah mentamsilkan mukmin sebagai orang yang hidup dan kafir sebagai orang yang mati. I’rabul ayat Setiap lafaz pada ayat yang pertama merupakan jumlah fi’liyah yang berada pada mahal nasab merupakan hal dari dhamir . Namun bisa juga dii’rab sebagai pada mahal rafa’ yaitu sebagai khabar mubtada’ yang telah dibuang yaitu ‫انت تؤتى الملك من تشاء‬. Sedangkan pada ayat yang kedua i’rab-nya sama dengan ayat yang pertama. Hukum Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah pemilik kerajaan secara mutlak, pemilik kekuasaan seluruhnya, pemilik kehendak yang tinggi. Allah yang telah memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam hal tersebut merupakan bukti bahwa bumi itu bulat dan berotasi. Karena perubah malam menjadi siang mengakibatkan perubahan waktu, zaman, yang mengisyaratkan bahwa bumi itu bulat.



Surat Ali ‘Imran ayat 190 - 191                          



46



  



Ayat-Ayat Alam Semesta



                   190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Sababun nuzul Diriwayatkan oleh At-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas: bahwa orang Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk bertanya: “Mukjizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nashara: “Mukjizat apa yang dibawa Isa kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Ia dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit supak dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi Saw dan berkata: “Hai Muhammad, coba berdoalah engkau kepada Tuhanmu agar gunung Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Rasulullah Saw berdoa. Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan akalnya. Ibnu Katsir berkata: pada ayat ini terdapat perselisihan antara apakah ayat tersebut makkiyah atau madaniyah.



47



Ayat-Ayat Alam Semesta Qiraat Dalam ayat ini tidak dibahas mengenai qiraat ayat tersebut hal ini berarti bahwa seluruh ulama sepakat membaca ayat tersebut dengan bacaan yang tertulis di atas. Balaghtul qur’an. Lafaz ‫ َربَّنَا‬di ulangi 5 kali hikmahnya untuk menguatkan dalam merendahkan diri dalam memuji Allah SWT. Lafaz ‫وما للظالمين‬ diletakkan yang dhahir pada tempat yang mudhmar hikmahnya untuk mengkhususkan kehinaan bagi mereka. Dalam ayat tersebut juga terdapat lafaz yang memiliki pasangan (thabaqah) yaitu pada lafaz ‫ السماوات‬dan ‫االرضو‬, antara ‫ الليل‬dan ‫النهار‬, antara ‫ قيا ًما‬dan ‫قعود ًا‬. Dalam ayat tersebut juga terdapat pembuangan kata antara lafaz ‫ رسلك‬dan ‫ على‬yaitu lafaz ‫لسان‬. I’rabul qur’an Lafaz ‫ الذين‬bisa diposisikan dalam bentuk majrur merupakan shifat atau na’at dari ‫اولى االلباب‬, bisa dalam bantuk rafa’ yaitu sebagai mubtada dan khabarnya ditaqdir yaitu ‫ يقولون ربنا‬atau bisa pula menjadi khabar mubtada yang mahzuf atau bisa pula menjadi maf’ul fi’il yang mahzuf. Lafaz ‫ قيا ًما‬merupakan hal dari dhamir yang dikandung dalam lafaz ‫يذكرون‬. Lafaz ‫ وعلى جنوبهم‬merupakan hal dari dhamir ‫يذكرون‬. ً Lafaz ‫ يتفكرون‬di’atafkan dari ‫يذكرون‬. Lafaz ‫بطل‬ merupakan maf’ul li ajlih. Hukum Ayat tersebut menunjukkan bahwa: 1. Keharusan bagi manusia untuk melihat, berfikir, dan merenungi terhadap keajaiban penciptaan langit dan



48



Ayat-Ayat Alam Semesta bumi hal tersebut hikmahnya untuk membetulkan imannya. 2. Ulama berkata: disunnahkan bagi orang yang baru bangun tidur untuk membasuh muka dan membaca 10 ayat tersebut (ayat 190-200 surat Ali ‘Imran) kemudian ia shalat shubuh berserta sunnah fajar, dan hal tersebut merupakan sebaik-baik amalan. 3. Orang mukmin diperintahkan Allah untuk membiasakan diri dengan zikir di setiap saat baik dalam keadaan duduk maupun berdiri. Allah berfirman:            41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.         152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Surat Ibrahim ayat 32 - 34                                                                   



     



49



Ayat-Ayat Alam Semesta 32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. 33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. 34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Asbabun nuzul Tidak dijelaskan tentang asbabun nuzul ayat tersebut. Qiraat Dalam ayat ini tidak dibahas mengenai qiraat ayat tersebut hal ini berarti bahwa seluruh ulama sepakat membaca ayat tersebut dengan bacaan yang tertulis di atas. Balaghatul qur’an   merupakan shirat mubalaghat atas wazan ‫فعول وفعال‬ I’rabul qur’an ‫ هللا الذي خلق‬sebagai mubtada’ dan khabar. ‫ ِّر ْزقًا‬dibaca secara manshub sebagai mashdariyah atau bisa juga sebagai maf’ul dari ‫انزل‬. ‫فاَخرج‬dan ‫ من الثمرات‬merupakan penjelas atau sebagai hal dari ‫انزل‬.



50



Ayat-Ayat Alam Semesta ‫ دائبين‬merupakan hal dari ‫ الشمس والقمر‬. Biasa disebutkan ‫الشمس‬ ‫ والقمر‬hal ini disebabkan karena ‫ القمر‬muzakkar dan ‫الشمس‬ merupakan mu’annas . Hukum Hal yang dapat dipetik dari ayat tersebut: 1. Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya yang membuktikan kekuasaan, keagungan, dan kehebatannya. Sebagian dari bukti tersebut ialah telah dijelaskan dalam 10 ayat ini. 2. Nikmat yang Allah berikan tidak dapat dihitung.



51



Ayat-Ayat Alam Semesta



52



5 PENAFSIRAN AYAT-AYAT TAUHID



Allah Maha Agung dengan zat-Nya dari segala sesuatu selain diri-Nya. Dia adalah pemilik langit dan bumi di dunia dan di akhirat. Maha Kuasa atas segala sesuatu, yakni memberikan nikmat dan membalas. Tafsir Tematik Al-Quran



Surah al-Hasyr 22-24                                         



         



                        



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid 22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Qira’at َ‫القرءان‬ Ibnu katsir dan Hamzah membacanya ‫القران‬ I’raab َ‫َالمصور‬ ‫الباريء‬ ّ ‫المصو َر‬ berasal dari kata َ ‫َيصور‬ ‫صور‬ bukan dari kata ‫ صارَيصير‬dan ّ ّ ّ ia adalah ‫ مصيّر‬, dan dia itu marfu’ karena ia merupakan sifat setelah sifat, atau khabar setelah khabar, dan dibaca alMusawwir (yang dibentuk) dan dia Adam dan keturunannya, dan maknanya ‫ الخالق‬yang menjadikan atau membuat bentuk, dan dibaca al-Musawwir dengan baris bawah karena dia ‫ االضافة‬, seperti perkataan mereka : ‫ الضارب َالرجل‬dengan baris bawah karena itu membawa dia menyerupai isim fail, seperti contoh : ‫الحسنَالوجه‬. Fiqih Kehidupan dan Hukum-Hukum Pelajaran dari ayat ini adalah sebagai berikut :



54



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid 1.



2.



Allah mengetahui yang tersembunyi dan yang tampak, dan apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, apa yang tidak diketahui oleh hamba-hambanya maupun para malaikat, dan apa yang mereka ketahui dan mereka saksikan dan mengetahui tentang perkara akhirat dan dunia, dan Dia Maha luas Rahmat-Nya, yang memberi nikmat dengan nikmat yang banyak setiap saat. Allah adalah Raja diatas para Raja, yang Maha Suci (terlepas dari kesalahan/kekurangan dan suci dari segala aib. Yang Maha Selamat (terlepas dari segala kekurangan) Yang Maha Memberi Keamanan ( yang memberi kepercayaan kepada para Rasul-Nya dengan menampakkan mu’jizat-Nya dari tangan mereka, dan memberi kepercayaan kepada orangorang mu’min apa yang ia janjikan kepada mereka berupa pahala, dan memberi ancaman kepada orang-orang kafir apa yang Allah ancamkan kepada mereka berupa ancaman atau siksaan. Yang Maha Mengawasi ( yang mengawasi dan menjaga segala sesuatu) Yang Maha Mulia ( yang mengalahkan dan Maha Perkasa) Yang Maha Memaksa ( Maha Mulia), Yang Maha Sombong (yaitu yang berhak atas rububiyah-Nya, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya) dan sifat sombong terhadap Allah itu merupakan pujian sedangkan pada manusia merupakan kehinaan.



Surah ar-Ruum : 20-25 



             



                 



                



55



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



                            



 



         



                         



          



               20. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. 21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. 23. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. 24. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit,



56



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. 25. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).



Qira’at ‫للعلمين‬ ‫ للعالمين‬ini merupakan basaan Hafas ‫ للعالمين‬merupakan bacaan selain dari padanya. ّ َ ‫وينز‬ ‫ل‬ Bacaan Ibnu Katsir dan Abu Amru adalah ‫وينز ل‬ ِ I’raab ‫ومنَءايتهَأنَخلقلكم‬ (‫ )أن َخلقلكم‬merupakan bentuk rafa’ (berbaris dhammah), karena ia permulaan dan merupakan jar majrur sebelumnya adalah khabar, takdir ayat ini sebenarnya adalah : ‫وخلقكمَمنَترابَمنَأياته‬ ‫ ومن َءايته َيريكم َالبرق‬pada ayat ini ada yang dihilangkan, sebenarnya adalah ‫ ومن َ أياته َأية َيريكم َالبرقَفيها‬, dan telah dihilangkan maushulnya dan sifat mengambil tempatnya, dan dari segi Nahunya ada yang menjadikan takdirnya ‫ومن َأياه َأن َيريكم َالبرق‬, seperti dua ayat sebelumnya (‫ )أنَخلقكم‬dan (‫)أنَخلقَلكم‬ ‫ دعوة ً َمن َاالرض‬dia adalah jar mejrur, ia terhubung dengan yang telah dihapus, bisa jadi sifat-sifat itu untuk nakirah yaitu : َ ‫أي‬ ‫ دعاكم َدعوة َكاءينة َمن َاالرض‬ataupun tempatnya sebagai hal dari ‫ك‬



57



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dan ‫ م‬pada kata ‫دعاكم‬, dan tidak boleh mengaitkannya dengan ‫ تخرجن‬karena setelah ‫ أذا‬tidak bekerja pada sebelumnya. Balaghah (ًَ‫ )يعيده( )يبذؤا( )وطمعاًَ( )خوفا‬diantara semuanya ini terdapat (‫)طباق‬ yang maknanya yaitu kata yang berlawanan dalam satu ayat. ً ‫ دعاكم َدعو َة‬diantara keduanya terdapat janaasa (kemiripan dua kata) Fiqih Kehidupan dan Hukum-Hukum Didalam ayat diatas terdapat 6 dalil tentang Rububiyah Allah dan Keesaan-Nya, dan hasilnya sebagai berikut : 1.



Dalil pertama Penciptaan awal manusia itu dari tanah dan cabangnya seperti asalnya, maka sungguh Ketika Allah menciptakan manusia tidak menciptakannya terlebih dahulu dengan wujud hewan baru kemudian berevolusi menjadi manusia. Kemudian Allah memberikan bekal kepada manusia dengan kemampuan berfikir berupa ilmu dan dapat memahami sesuatu dengan perantara akal, setelah itu baru ia menjadi orang yang bisa berfikir sempurna, yang berbicara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah tidak menciptakan mereka dengan sia-sia, tetapi sesungguhnya untuk hikmah menyampaikan risalah, dan disebutkan disini untuk menjadikan ia ahli ibadah dan yang senantiasa bertasbih kepada Allah.



2.



Dalil kedua Dari ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan Hawa dari badannya Adam sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang, tetapi yang shahih adalah



58



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



3.



4.



5.



sebagaimana dikatakan oleh ar-Razi “sesungguhnya yang dimaksud dari ayat ini adalah diciptakan dari jenis kamu”. Dalil ketiga Ayat ini merupakan kejelasan tentang dalil penciptaan semesta, dan yang terpenting adalah tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian beraga,nya bahasa di alam ini dan juga beragamnya warna kulit, dan perbedaan logat atau cara berbicara serta wajah dan bentuk kulit dan sebagainya. Dalil keempat dan kelima Pemaparan dari kebiasaan manusia, seperti tidur dimalam hari dan mencari rezeki di siang hari, dan dinampakkannya petir dan kilat yang membuat manusia takut dengan suaranya yang menggelegar, dan mereka juga dapat menikmati hujan yang bermanfaat. Dan penurunan hujan itu dari awan untuk menumbuhkan pertanian dan pohon, juga menumbuhkan biji dan tempat air lainnya. Dalil keenam Berdirinya langit dan bumi yang mana Allah menahan keduanya dengan kuasa-Nya dan pengaturannya serta hikmah-Nya.



Surah al-Mulk : 1-5       



            



           



                            



59



      



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



         



  



        1. Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, 2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, 3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulangulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? 4. kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. 5. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Qiraa’at ‫تفاوت‬Imam Hamzah dan Kisa’i membaca ‫تفوت‬ I’raab  kata



 adalah sifat dari ‫سبع‬. Kata



 bisa berupa jamak (bentuk plural) dari kata ‫ طبق‬seperti ‫جمل‬ dan ‫جمل‬, ِ atau jamak dari kata ‫ طبقة‬seperti ‫ رحبه‬dan َ‫رحاب‬. ِ Kata ً ‫طباقَا‬ boleh juga menjadi masdhdar atau haal.



60



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



   lafal  dibaca nashab dalam posisi sebagai mashdar. Seakanakan al-Qur’an berfirman ‫فارجع َالبصر َرجعتين‬. Tatsniyyah (bentuk ganda) disini dimaksudkan untuk makna al-katsrah (banyak), bukan makna hakiki tatsniyyah (ganda-dobel), dengan dalil firman Allah ‫ ينقلب َإليك َالبصر َخاسيأ َوهو َحسير‬pandangan tidak berbalik menjadi lemah dan payah hanya karena memandang dua kali. Lemah dan payahnya pandangan hanya terjadi dengan pengulangan yang banyak. Balaaghah Redaksi ‫( بيده َالملك‬ditangan-Nya lah segala kerajaan) berstatus sebagai isti’arah tamtsiiliyyah. Atau lafal al-Yad (tangan) sebagai majas, sementara firman-Nya al-Mulku bermakna hakiki. Redaksi ‫( ليبلوكم‬Dia mengujimu) berstatus sebagai isti’aarah tamtsiiliyyah. Maksudnya menyerupakan perlakuan Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan ujian dan tes. Terdapat hubungan ath-Thibaaq dalam lafal ‫ الموت‬mati dan ‫الحياه‬ hidup. ‫ الذي َبيده َالملك‬isim maushul ‫ الذي‬disini digunakan untuk menunjukkan makna penghebatan dan pengangungan. Artinya, Dia mempunyai kekuasaan dan pengaturan yang mutlak. Ayat َ ‫َكرتين‬ ّ ‫ثم َارجع َالبصر‬, )‫ )فارجع َالبصر‬adalah bentuk ithnaab karena ada pengulangan kalimat (‫ ) ارجع َالبصر‬dua kali untuk menambah peringatan dan pengingatan.



61



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Kata ( ‫ ) قدير( ) حسير( ) السعير‬berbentuk sajak murashsha’ (katakata bersajak sama yang diletakkan untuk menjaga kesesuaian rima akhir kalimat). Demikian juga firman Allah ( ‫) الغفور ( )َفطور‬.



Fiqih kehidupan dan Hukum-Hukum Dari ayat-ayat ini bisa diambil pengertian sebagaimana berikut : Allah Maha Agung dengan zat-Nya dari segala sesuatu selain diri-Nya. Dia adalah pemilik langit dan bumi di dunia dan di akhirat. Maha Kuasa atas segala sesuatu, yakni memberikan nikmat dan membalas. Allah adalah yang mewujudkan mati dan hidup agar Dia memperlakukan hamba-hamba-Nya sebagaimana perlakuan orang yang menguji dan menetapkan bukti atas mereka, mana yang paling taat dan paling ikhlas kepada Allah. Allah Yang Maha Kuat, menang dalam membalas orang-orang yang melakukan maksiat kepada Nya, serta Maha Ampun kepada orang yang bertaubat. Ibnu Umar mengatakan, “Nabi Muhammad membaca ayat َ ‫تبا َرك‬ ‫ الذي َبيده َالملك‬sampai ‫ ايكمَأحسنَعمل‬lalu bersabda, maksudnya adalah “siapa yang paling wara’ dari keharaman-keharaman Allah dan paling cepat dalam taat kepada Allah”. Pengujian adalah percobaan dan tes sehingga dapat diketahui apakah orang itu taat atau maksiat. Allah juga yang mewujudkan langit tujuh berlapis-lapis. Kamu tidak melihat dalam penciptaan itu ada kebengkokan dan keretakan, tidak ada kontradiksi atau ketidakseimbangan. Ia lurus dan seimbang, yang menunjukkan kebesaran Sang Penciptanya, dan tidak ada aib atau kerusakan didalamnya.



62



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Jika manusia mengulang-ngulang untuk memandang langit berkali-kali, dia tidak akan melihat didalamnya ada aib. Justru dia akan bingung (terkesima) karena melihatnya. Pandangannya akan kemabali kepadanya dalam keadaan tunduk,kecil,dan jauh sekali untuk bisa melihat sedikit kerusakan. Sementara dia telah sangat lelah. Allah ta’ala menghiasi langit dunia, yaitu langit yang dekat dengan manusia, dengan planet-planet yang bercahaya, karena pancarannya. Dari planet-planey itu , Allah menjadikan meteor untuk memukul setan-setan yang membangkang. Allah menyiapkan api yang sangat panas untuk setan-setan karena kekufuran,kesesatan, dan kerusakan mereka. Ayat-ayat itu menunjukkan kesempurnaan atas kekuasaan dan ilmu Allah ta’ala. Surah Al-Baqarah ayat 213                                                                           213. manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang



63



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keteranganketerangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Qira’at Lafazh Nafi’ membacanya dengan ‫النبيئين‬ Lafazh Qunbul membacanya dengan‫سراط‬ I’rab dinasabkan diatas hal. Balaghah  padanya ijazu bilhazfi, artinya ada ia di atas agama yang satu, dan dia nya itu adalah iman, dan berpegang pada kebenaran, dengan bahwa iman itu setengah, dan kekufuran itu setengah.



Mufradat Lughah Dalam Alquran, lafazh ummah terdiri dari beberapa makna • Al-Jama’ah : Yang dihimpun dalam himpunan yang satu, seperti firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 181 dan surat Ali Imran ayat 110 :       



64



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



   Al-Millah : artinya Aqidah, dan asal-asal penetapan hukum, seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya’ ayat 92, dan surat Al-mu’minun ayat 52:    



• Az-Zamanu : seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 8, dan surat Yusuf ayat 45 :        • Al-Imam : seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 120   Artinya lelaki yang selalu menghimpun bagi kebaikan Maksud dari padanya disini pada banyak pendapat para mufassir : al-millah : artinya bahwa seluruh Nabi dan Rasul di atas agama yang satu, dan pendapat yang lain menyebutkan, bahwa makna ummah pada ayat ini adalah jama’ah. )‫ (مبشّرين‬orang-orang mu’min yang di surga. (‫(منذرين‬orang-orang kafir yang di neraka. )‫ (الكتىب‬artinya kitab-kitab. (َ‫ )البيّىنت‬alasan yang jelas atas ketauhidan. (‫ )من َنعد‬yang berhubungan dangan perbedaan, bermula dianya itu dan apa-apa yang ada



65



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid sesudahnya itu terdahulu di atas pengecualian pada makna. ( ‫)نغيًا‬ ّ ‫ )منَالح‬dari penjelasan. (‫)بإذنه‬dengan izinNya. pebuatan keji. (َ‫ق‬ Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul ayat ini tidak ada dalam kitab al-Munir. Munasabah Dalam ayat ini Allah memerintahkan kaum mu’min untuk masuk islam secara sempurna, dan menjadikan islam sebagai pedomannya, tanpa mencampur adukkan antara islam dengan yang lainnya, dan mejadikan kedua ayat ini kebutuhan kepada Rasul, dan bahwa sesungguhnya menunjuk dengan petunjuk mereka itu membawa kemudaratan bagi alam. Dan barang siapa yang percaya (beriman) dengan petunjuk para Nabi sungguh telah dijauhkan dari siksaan yang pedih, dan bala, maka diatasnya dengan bersabar sehingga Allah mengizinkan dengan kelapangan dan pertolongan, desakan mereka atas kekafiran mereka adalah sebab mereka cinta dunia. Tafsir dan Bayan Adalah manusia (anak-anak adam) pada dasarnya membutuhkankepada hidayah ketuhanan, maka Allah memberi nikmat kepada mereka dengan mengutus Rasul kepada orangorang mu’min dan orang-orang kafir yang mengeluarkan mereka dari kegelapan ke terang-benderang. Dan diturunkan pada sebagian Rasul itu kitab yang membawa mereka kepada kebenaran. Apa ketetapan yang ada sebelum Nabi dan Rasul diutus? Pendapat para jumhur ulama : adalah ummat itu diatas petunjuk agama yang satu, dan agama yang bersatu, aqidah yang satu, dan hukum yang satu, dan dianya adalah agama islam, maka



66



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid berselahan atau berselisih di antara mereka, maka Allah mengutus para Nabi kepada orang-orang mu’min dan orangorang kafir. Dan Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas, berkata ia : ((adalah di antara Nabi Nuh dan Nabi Adam itu jaraknya 10 abad, kesemua mereka itu diatas syari’ah yang benar, maka mereka berselisih paham, kemudian Allah mengutus para Nabi untuk mereka)) berkata ia : dan yang demikian itu pada bacaan Abdullah Ibnu Mas’ud : (( adalah manusia itu umat yang satu, kemudian mereka berselisih paham/berpecah belah)). Dan memberi dalil juga atas membenarkan pendapat mereka : bahwa sesungguhnya Adam’Alaihi Salam adalah seorang Nabi, dan adapun anakanaknya itu atas agama yang menunjuki orang-orang yang diberi petunjuk, sehingga timbul rasa iri dan dengki di antara anakanaknya, dan saling membunuh satu sama lain. Dan pendapat yang lain ( Ibnu Abbas, ‘Atha’, Hasan Basri) : bahwa sesungguhnya ummat ini adalah ummat yang sesat yang tidak diberi petunjuk dengan kebenaran, mereka tidak berhenti pada perbuatan sesatnya pada batasan syari’ah, dan dalil mereka : apa apa yang ditetapkan pada mengutus rasul, untuk menampakan kepentingan mereka yang masuk akal, dan untuk menghukum perselisihanyang muncul di antara mereka pada rusaknya aqidah, dan mengikuti keinginan berbuar sesat, kecuali belum ada keperluan akan rasul. Berkata Abu Muslim Al-Ashfahani dan qadhi Abu Bakar AlBaqilani : Makna : sudah fitrah nya manusia itu mengambil apaapa yang menunjuki kepaadanya aqal pada ‘itiqad dan perbuatan, akan tetapi manusia membenarkan aqal nya dengan tanpa petunjuk Tuhan, dari pada barang yang tidak menimbulkan perselisiha, maka banyak dari mereka pusing dengan apa yang mereka pikirkan karena tidak adanya asal



67



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dengan apa yang mereka maksud dari pada aqidah-aqidah, dan hukum-hukum. Pengarang tafsir al-Manar memilih makna yang lain yaitu : sesungguhnya manusia bermasyarakat dengan akhlak, artinya Allah menciptakan manusia sebagai ummat yang satu, artinya dalam satu ikatan antara satu dan lainnya dalam kehidupan, tidak mudah bagi seseorang untuk hidup di dunia ini dengan qadar yang sudah ditetapkan oleh Allah, saling tolong menolong, dan tidak mungkin bahwa ia memperkaya sebagiannya kepada sebagian yang lain. Maka tidak boleh tidak dari pada mengikuti kuat yang lain kepada kuat nya, dan ini seperti apa yang di’ibaratkan dari padanya dengan perkataan mereka “ orangorang kota itu dengan salib”. Dan adalah makna bahwa manusia itu diciptakan dan mereka mempunyai sifat berkumpul dan mngumpulkan, dan yang emikian itu menunjuki kepada perseingan, perselisihan, dan perbedaan, maka adalah mengutus seorang rasul itu untuk mencegah perselisihan di antara manusia, dan menunjuki kepada kebenaran dan kebaikan, dan mejelaskan kesesatan dan keburukan. Jumlah Nabi pada keseluruhan adalah 124.000, dan Rasul 313, dan yang disebutkan di dalam Alquran dengan nama itu 18, Rasul yang pertama itu Adam, menurut pendapat pada hadits dari Abi Dzar, dan pendapat yang lain dikatakan : Nuh, pada perkataan perantaraan yang dikatakan baginya manusia padanya : kamu Rasul yang pertama, dan pendapat yang lain mengatakan Idris. Kemudian Allah menurun kitab (‫)الكتاب‬: dan dianya itu ism jenis dengan makna kitab (‫ )الكتب‬dan Thabariy berkata : alif dan lam pada kata kitab untuk zaman, dan yang dimaksud adalah Taurat.



68



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Dan pentingnya kata kitab dalam bentuk masdar untuk syariat, hukum, dan pemisah di antara manusia dalam perbedaan, dan menunjuki manusia kepada yang sebenar-benar aqidah, berbudi pekerti luhur, dan beramal shalih. Dan menghindari mereka dari pada perbuatan buruk, dan merusak. Dan menjauhkan mereka dari keinginan berbuat kebathilan, maka bermula dianya itu yang berpakaian kebenaran selamanya. Dan ini sejalan dengan apa yang dibaratkan pada ayat yang lainnya yang membicarakan tentang kebenaran dalam surat Al-Hatsiyah ayat 29   Alquranpada



surat



dan



yang Al-Isra’



menjelaskan



di



ayat



  maka



adalah



dalam 9



: kitab-



kitab samawi itu benar, dan hukum yang mimisahkan antara urusan dunia dan urusan agama. Dan mengi’tibarkan dengan kitab-kitab dari pada kitab para Nabi-Nabi, dan bahwa banyaknya bilangan bagi isyarat bahwa sesungguhnya zatnya kitab itu satu, dan mengandung atas syari’at yang satu pada ushul (asal). Kemudian Allah ta’ala menyebutkan bahwa sebagian ahli kitab menjadikan kitab-kitab mereka sebagai sandaran untuk perselisihan, berkelahi, dan bemusuh-musuhan pada kebenaran, maka berkata : sungguh telah berselisih ketua-ketua, penasehatpenasehat, dan ulama-ulama agama pada kitab yang diturunkan oleh Allah bagi kebenaran, setelah didatangkan kepada mereka peringatan yang jelas dan dalil di atas kesejahteraan kitab dan mencegahnya dari pada efeknya perselisihan dan bahwa sungguhnya ia untuk memperstukan manusia, tidak untuk menjauhkan dam memisahkan di antara mereka, dan tidak adalah perselisihan itu disebabkan oleh ahli ilmu yang berpegang teguh atas agama yang menjaganya kitab ssetelah



69



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Rasul dan menuntut dengan pengakuan apa apa yang ada padanya kecuali perbuatan keji, dan mungkar dari pada mereka, dan melanggar bagi batasan agama yang telah mendirikan hambatan bagi manusia. Akan tetapi kejahatan ini dari pada ketua-ketua mereka di atas diri mereka sendiri dan manusia tidak memfitnah pada petunjuk kitab yang benar, maka bukan aib padanya, dan sesungguhnya yang berdiri di atas mereka. Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum Kebutuhan akan Nabi dan Rasul dan kitab-kitab samawi akan tetap ada dan kuat pada setiap zaman dan tempat, karena mereka menunjuki kepada agama yang benar, i’tiqad yang benar, dan menjelaskan kepada manusia jalan kehidupan yang benar, dan cara yang mulia di dunia dan akhirat, dan meletakkan batasan yang jelas antara yang haq dan bathil, dan memisahkan dengan adil pada pertikaian manusia. Dan tidak cocok fitrah atau tabi’at dengan baru saja untuk hidayah dan petunjuk, karna bahwa sungguhnya ia yang jahil, dan tidak tahu, dan tiada teratur, sebagaimana barang yang tidak membenarkan akal manusia untuk mejalani kehidupan, maka bermula dianya itu derajat atau kedudukan, kadangkadang sulit, lemah, dan susah dari pada menerima kebenaran, dan apabila akal mampu menerima sebagian hukum jalan kebenaran dan membicarakan hikmah, maka yang demikian itu terbatas pada katagori yang sedikit dari pada manusia, dan titap tetap pendirian pada perkataan atau menampakkan kebenaran yang terlihat diakui alam kecuali setelah berlalulah pengalaman yang panjang, dan pembahasan yang panjang, pelajaran, renungan, dan pemikiran, maka mendatangkan mudharat bagi manusia yang menuggu hasil kebenaran perkataan atau hikmah hingga waktu yang lama atau yang pendek, dan manakala manusia terpengaruh dengan keinginan dan syahwat atau



70



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dengan manfaat dan kemaslahatan yang khusus, maka dia tidak menulis bagi pendapat yang diterima, lagi di yang lulus. Adapun hikmah dari Allah ta’ala fadhilahNya dan rahmatNya mengutus para Nabi dan Rasul bagi menetapkan fitrah dan akal manusia kepada apa yang baik bagi dunia dan akhirat, sebelum berlalu waktu dan jatuh dalam perangkap, dan menunggu apa yang ditafsirkan dari padanya pengalaman dan teori, dan mendukung yang benar dan yang adil, tanpa terpengaruh kepedulian yang khusus. Sungguh Allah telah membenarkan kesalahpahaman dan menjelaskan atau menerangkan pendapat yang salah pada pemikirang yang tepat, dari pada ilmu yang diberikan kepada mereka dan bisa menjelaskan (dalil-dalil di atas kesucian kitabkitab dari pada adanya perselisihan) dan dianya apa-apa yang telah diterangkan dalam ayat ( ) dan mengingkari perbuatan sendiri : bahwasanya naluri manusia sendirinya, bukan mengarahkan cara perbuatan mereka hingga apa-apa yang dapat menyelamatkan mereka, maka harus bagi mereka bersepakat mempelajari petunjuk yang lain beserta k ekuatan yang unggul bagi umpama mereka, dianya itu kekuatan berpikir dan mencari, demikian petunjuk yang dipelajari itu petunjuk rasul dari pada mereka, dan kitab yang diturunkan Allah di atas mereka, beserta dalil yang kuat di atas ketiadaan Rasul dari pada berbohong, dan kitab dari pada kesalahan, maka di atas manusia bahwa menggunakan akal mereka pada memahami dalil-dalil atas kerasulan dan kebersihan dahulu, dan apabila pemahamannya dipersiapkan semata-mata untuk membenarkan dakwah Rasul. Dan apabila beriman dengan dakwah tersebut, dan mengakalkan apa-apa yang didatangkan



71



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dengannya rasul, wajib atas mereka bahwa mengikutinya, dan tidak menyesuaikan dari padanya. Surah Al-Ikhlash        



   



         



1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."



Qira’at  Hafs membaca dengan waw sedangkan para imam yang lain membaca dengan hamzah‫كفؤا‬. I’rab (   ) () adalah dhamirsya’n dan hadits yang berkedudukan sebagai mubdata’, (  ) : mubtada’ kedua, ( ) khabarbagi mubtada’ yang kedua, dan kalimat dari pada keduanya itu khabarmubtada’ yang pertama, dan tidak membuthkan tempat kembali yang kembali atas mubtada’ yang pertama, karna bahwa sungguhnya dhamir sya’n apabila menjadi mubtada’ niscaya tidak kembali dari pada jumlah yang



72



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid menjadi khabar dari pada nya dhamir, karena bahwa sungguhnya jumlah setelahnya itu menjadi penjelas baginya dhamir. (  ) bentuk mubtada’ dan khabar. ( )



(



 )



asal



katanya



(َ‫)ي ْولِد‬maka dibuang huruf waw karna jatuhnya huruf waw di antara huruf ya dan baris kasrah seperti kata ‫يعد‬dan ‫يزن‬yang asalnya ‫ يوعد‬dan ‫ يوزن‬dan tidak dibuang ini pada kata ( ) karena jatuhnya waw di antara huruf ya dan baris fath. Dan kata ( ) isem dari ( ) dan (  ) adalah khabarnya dan () yang brtkaitan dengan ( ) dan didahulukan di atasnya untuk lebih memperhatikannya, karna padanya terdapat dhamir ketuhanan, dan kira-kira kalimatnya seperti : (‫)ولم َيكن َأحد َكفوا ً َله‬ artinya yang setara dengannya, maka dianya pada makna maf’ul itu yang bersangkutan dengan ( ) dan diakhirkan kata () untuk menjaga keselarasan akhir kalimat.



Balaghah ( ) penyebutan nama Allah dengan dhamir sya’n untuk mengagungkan dan memuliakan. ( ) keduanya bentuk ma’rifah mengkhususkan.



73



bagi faedah untuk



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



( ) jinas naqish, karena adanya perubahan bentuk dan sebagian huruf. () menetapkan penafian sekutu dan anak, dan firman Allah (  ) pengkhususan setelah yang umum, melebihkan pada penegasan dan penjelasan, terhadap apa yang dinamakan tajrid atau tafrid. (), (), (), () adalah sajak murashsha’.



Mufradat Lughah () satu dalam zatNya, tidak tersusu dari berbagai partikel materi dan tidak pula dari selain



materi. Kata itu juga



penyifatan keesaan dan penafian sekutu. () tempat bergantung dalam segala kebutuhan secara permanen. ( ) tidak beranak karena dia tidak membutuhkan sesuatu untuk menolongNya. Dia juga bebeda dengan jenis selainNya dan ini merupakan penafian sesuatu yang menyerupai atau sejenis denganNya. () dan tidak diperanakkan, karna Dia Maha Terdahulu, bukan sesuatu yang baru. Segala sifat baru tidak ada padaNya. Dan disifati dengan qidam dan awwaliyah. ( ) sekutu atau serupa. Maksudnya adalah tiada seorang pun yang menyerupaiNya.



74



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



Asbabun Nuzul Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ubay bin ka’ab bahwasanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw. “wahai Muhammad, sifati Tuhanmu kepada kami!” lantas Allah SWT menurunkan surah al-ikhlash”. Ibnu Jarir dan Tarmidzi berkata () zat tempat bergantung yang tidak beranank dan tipula diperanakkan. Tidak ada sesuatu yang dilahirkan melainkan dia akan mati dan tidak ada seusatu yang mati melainkan diwarisi. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mati dan tidak akan diwarisi. Tiada sekutu baginya. Qatadah, Dhahhak, dan Muqatil berkata “ada sekelompok orang yahudi datang kepada rasul dan berkata, sifati Tuhanmu kepada kami. Sesungguhnya Allah menurunkan sifatNya dalam Taurat. Dia memberitahu kami dari mana Dia berasal dan dari apa Dia dibuat? Apakan dari emas timah, atau perak? Apakah Dia makan dan minum? Dari siapa Dia mewarisi dunia dan siapa yang mewariskannya?” lantas Allah SWT menurunkan surah ini. Surah ini adalah sifat khusus bagi Allah SWT. Munasabah Kesesuaian ayat ini dengan ayat sebelumnya sangat jelas. Surah al-Kafirun betujuan untuk membebaskan hamba dari segala macam kekufuran dan kesyirikan, sedangkan surah ini menetapkan ketauhidan kepada Allah SWT yang memiliki sifatsifat sempurna dan senantiasa menjadi tujuan serta tidak mempunyai sekutu dan tandingan. Oleh karena itu, kedua surah ni sering dibaca bersamaan ketika shalat, seperti dua rakaat



75



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid shalat Fajar dan Thawaf, Dhuha, sunnah Maghrib, dan shalat Musafir. Tafsir dan Bayan () artinya katakanlah wahai Rasul bagi siapa yang menanyakan kamu tentang sifat Tuhanmu dan sensbahNya : Dialah Allah yang Maha Esa, artinya Esa pada sifat dan zatNya, tiada sekutu bagiNya. Dan ini disifatkan dengan ketauhidan dan kenafian sekutu. Maknanya adalah Dialah Allah yang kalian ketahui dan yakini bahwa Dia adalah pencipta langit, bumi, dan menciptakan kamu. Dia Maha Esa dengan sifat ketuhananNya dan tiada sekutu bagiNya dalam ketuhanan. Ini menafikan berbilang zat. ( ) zat yang dibuat bergantung dalam segala kebuthan karna Dialah yang mampu untuk mewujudkannya. Makanya Allah adalah zat tempat bergantung seluruh makhluk, tiada seorang pun yang tidak membutuhkanNya, sedangkan Dia tidak membutuhkan mereka. Ini merupakan bantahan atas keyakinan kaum musyrikin Arab dan orang-orang semisal mereka akan adanya perantara dan zat selain Allah yang memberikan pertolongan. Ibnu Abbas berkata mengenai tafsiran dari kata (), “yaitu Dialah yang dituju oleh seluruh makhluk dalam memenuhi kbutuhan dan permintaan mereka.” Dia adalah Tuan yang telah sempurna kekuasaanNya, zat Maha Mulia yang sempurna kemuliaanNya, zat Maha Agung yang sempurna keagunganNya, zat Maha Lembut yang sempurna kelembutanNya, zat Maha Mengetahui yang sempurna ilmuNya dan zat Maha Bijaksana



76



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid yang sempurna kebijaksanaanNya. Demikian juga Dialah zat yang telah sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaanNya, Dialah Allah SWT. Maha Suci Allah yang Maha Esa dan Maha Menaklukkan. ( ) tidak ada anak yang lahir dariNya dan Dia tidak lahir dari apa pun. Dia tidak sejenis dengan apa pun. Dia Maha Terdahulu tidak sesuatu yang baru. Tidak ada permulaan bagiNya dan Dia bukan merupakan jisim. Ini merupakan penafian terhadap sekutu dan jenis, serta penyifatan qadim dan awaliyah serta menafikan huduts. Dalam kalimat pertama merupaka penafian adanya anak bagi Allah SWT dan bantahankepada kaum musyrikin yang menyangka bahwa para malaikat adalah putra-putri Allah. Bantahan juga terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah dan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa al-Masih adalah putra Allah. Sementara itu, pada kalimat kedua terdapat penafian adanya orang tua bagi Allah dan penafian bahwa Allah SWT bermula dari ketiadaan. (  ) tiada seorangpun yang menyamaiNya, dan tiada seorangpun yang semisalNya. Ini merupakan penafian terhadap adanya istri bagi Allah SWT dan bantahan terhadap kaum musyrikin Arab yang meyakini bahwa Allah SWT mempunyai tandingan dalam perbuatan-perbuatanNya, di mana mereka (kaum musyrikin) menjadikan para malaikat sebagai sekut-sekutu Allah, dan berhala-berhala serta patung-patung sebagai tandingan bagi Allah SWT. Surah ini mempunyai kesamaan di dalam ayat-ayat yang lain, seperti firman Allah SWT dalam surah al-An’am ayat 101, Maryam 92-95, dan surah al-Anbiya’ 26-27.



77



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



                         26. dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha suci Allah. sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan[957], 27. mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. [957] Ayat ini diturunkan untuk membantah tuduhan-tuduhan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa malaikatmalaikat itu anak Allah. Dan firmanNya dalam Shaih Bukhari disebutkan “tidak ada yang paling sabar atas ucapan yang menyakitkan yang melebihi kesabaran Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, tetapi Allah tetap memberikan rizki dan memaafkan mereka. Dan Bukhari merwayatkan pula dan Abdul Razak dari Abu Hurairah Nabi saw bersabda : “Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Anak Adam mendustakanKu dan seharusnya tidak demikian. Dia juga mencelaKu, dan seharusnya tidak demikian. Adapun pendustaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa Aku tidak akan mampu mengembalikan (makhluk) seperti sedia kala. Dan menciptakan tidak lebih mudah dari pada mengembalikan. Adapun celaannya kepadaKu adalah pernyataannya bahwa Allah menjadikan seorang anak, padahal Aku adalah Maha Esa dan tempat bergantung, tidak beranak, dan tidak diperanakkan. Dan tiada seorangpun menjadi sekutu bagiKu.



78



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



Fiqh kehidupan atau Hukum-Hukum Surah pendek ini mengandung penetapan dan penafian sekaligus. Surah ini telah mejelaskan bahwa Allah Esa dalam zay dan hakikatNya, terbebas dari segala bentauk takrib. Surah ini menafikan segala bentuk keterbilangan dari zat Allah SWT dengan firmanNya ( ). Surah ini menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Kaya dengan zatNya lagi mulia dan penyayang. Seluruh makhluk membutuhkanNya dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dia memiliki seluruh sifat kemuliaan dan kesempurnaan. Dia tidak membutuhkan apa pun kepada yang lain dengan firmanNya (  ) Surah ini juga menetapkan bahwa Allah adlah Maha Esa, tidak ada sesuatu apa pun yang sejenis denganNya, tidak melahirkan seorangpun dan tidak ada sekutu bagiNya. Surah ini juga menafikan dari Allah akan adanya jenis dan sekutu, denga firmanNya ( ). Demikian pula Dia adalah zat yang Maha Terdahulu, paling awal di zaman azali tidak didahului dengan ketiadaan, tiada yang melahirkan dan mendahuluiNya. Surah ini juga menafikan sifat huduts dari Allah SWT denga firmanNya (). Allah SWT tidak mempunyai tandingan dalam wujudNya, tidak ada sekutu dan istri, dengan firmanNya (  ).



79



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Segala hal yang ditetapkan dalam surah ini merupakan penetapak aqidah islam yang berdiri tegak di atas tauhis, tanzih, dan taqdis. Segala hal yang dinafikan dalam surah ini adlah bantahan terhadap orang-orang yang memiliki aqidah sesat, seperti kaum pagan yang mengatakan bahwa ada dua tuhan di alam ini, yaitu tuhan cahaya dan tuhan kegelapan. Kaum Nasrani yang mengatakan adanya trinitas, kaum sha’ibah yang menyembah tata surya dan bintang-bintang, kaum yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah dan kaum Musyrikin yang mengatakan bahwa para malaikat adalah putraputri Allah, semua dibantah oleh surah ini. Firman Allah () merupakan bantahan terhadap kaum pagan, firmanNya ( ) membantah keyakinan orang yang menetapkan pencipta selain Allah. Jika ada pencipta selain Allah, pastilah ia berhak untuk jadi tempat bergantung untuk memenuhi segala kebutuhan. firmanNya ( ) bantahan terhadap kaum Yahudi atas keyakinan mereka terhadap Uzair dan kaum Nasrani atas keyakina mereka terhadap al-Masih, serta kaum musyrikan atas keyakinan mereka bahwa malaikat adalah putra-putri Allah. FirmanNya



(



 )



merupakan



bantahan



terhadap kaum Musyrikin yang menjadikan berhala-berhala sebagai tandingan dan sekutu bagi Allah. Para ulama berkata, “surah ini dalam hak Allah SWT seperti surah al-Kautsar dalam hak Rasulullah saw.. Akan tetapi celaan



80



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dalam hak Rasulullah saw. disebabkan mereka berkata bahwa beliau terputus tidak punya anak. Dalam surah ini, celaan mereka disebabkan mereka menetapkan anak bagi Allah. Tidak mempunyai anak dalam konteks manusia merupakan aib dan adanya anak dalam konteks Allah SWT merupakan aib juga. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman dalam surah ini () untuk membela hak Allah, sedangkan di surah al-Kautsar, Allah tidak berfirman (), tetapi Allah berfirman secara langsung Allah membela Rasulullah SAW. Surah Al-Maidah ayat 44-45                                                 



         



                                        44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang



81



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. 45. dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Qiraat Nafi’ membaca  dengan hamzah ‫النبيئون‬  ada beberapa bacaan : • Dengan nasab, atas sepakat pada kerja huruf (‫)إن‬adalah bacaan Nafi’, Hamzah, dan ‘Ashim. • Dengan rafa’, dari pada seperti meng’athafjumlah di atas jumlah adalah bacaan Kisa’iy. • Dengan menasabkan (), (), (), (), dan merafa’kan ( ), adalah bacaan Imam yang lain.



82



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



Nafi’ membaca dengan mensukunkan kedua huruf ‫ذ‬



I’rab () : () sifat bagi kata Nabiyyuna atas jalan pujian, bukan dengan makna yang masuk untuk membedakan di antara yang disifatkan dan selainnya, karena sesungguhnya tidak mengihtimalkan bahwa adalah () selain muslimin. () dinasabkan dengan ‘athaf atas isem(َ‫)أن‬dianya adalah pada kata (‫)النفس‬. Dan dibaca dengan rafa’ adalah dianya mubtada’ dan khabarnya () atau ma’thuf atas dhamir marfu’ pada kata (َ‫)باِلن ْف ِس‬artinya kata nafsmaqtulah dengan nafs. (   ) yang dinasabkan secara ‘athaf atas manshub dengan (َ‫)أن‬seperti bahwa sungguhnya berkata :َ‫و َأ ّن َالجروح َقصاص‬, qari yang membaca dengan rafa’ bahwa adalah ianya itu sebagai mubtada’ dan khabarnya ( ). (  )dhamir yang kembali kepada kata qishash ( ) artinya mempercayai.



83



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Balaghah ( ) perkataan bagi ulama yang menunjuki dengan jalan memperhatikan dari pada yang gaib : () kepada perkataan. Mufradat Lughah ( ) kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa () dari pada



kesesatan



dengan



pejelasan



hukum-hukum



dan



pembebanan hukum () pejelasan bagi asal-asal ketauhidan Allah dan urusan kenabian ( ) dari pada Bani Israil. () yang berserah diri kepada Allah () orang-orang yahudi () mereka itu ulama’, hukama’, yang mengurus urusan manusia dan kehidupan, yang ingin mencapai kepada Tuhan, Dialah pencipta yang mengatur segala urusan raja yang memerintah, yang mendidik menusia dengan ilmu. () ahli fiqih yang bertaqwa lagi yang shalih, kata ()



jamak



dari



pada kata (‫)حبر‬: dianya itu yang



mengetahui gaya bahasa yang bagus ( ) dengan apa yang diperintahkan kepada mereka untuk menjaganya dari kitab Allah dari orang-orang yang merubahnya (  ) yang



84



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid mengawal, menjaga, dan menyaksikan bahwa sungguhnya kitab Allah itu benar. () wahai orang-orang yahudi pada menampakkan apa-apa yang di sisi kamu dari pada sifat Nabi Muhammad SAW dan



melaknat



menyembunyikan



dan



selain



keduanya



rahasianya



()



( )



pada



mengganti



() dari pada dunia yang mengambilnya di atas merahasiakannya () kami wajibkan () pada Taurat dianya qishash dan ini hukum jika diwajibkan di atas mereka dianya itu ditetapkan pada syari’at kami ( ) artinya



qishash,



dengan



bahwa



    )



ketetapan



dari



dengannya,



darinya(



dianya



itu



qishash dan selainnya () yang menyampaikan kepada yang dhalim dan yang mendekatkan kepada perselisihan dalam syariat Allah (  ) yang keluar dari pada keimanan, dan ta’at kepada Allah, dan melanggar hukum-hukum agama.



85



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid Asbabun Nuzul Diturunkan ayat (  ) pada kaum Yahudi yang mengganti hukum taurat pada rajam, maka mereka menjadikan tempatnya sebagaimana yang terdahulu cambuk dan taskhim. Meriwayatkan Muslin dari Bara’ bin ‘Azib dari Nabi saw bahwa sungguh dia megrajam orang Yahudi yang laki-laki dan perempuan, kemudian beliau besabda (Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir) (Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim) (Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik) ia berkata : diturunkan semua nya kepada orang-orang kafir. Munasabah Setelah bahwa Allah ta’ala menhukum orang Yahudi yang berpaling dari hukum Taurat dengan rajam, dan meminta diringankan dan dimudahkan hukum kepda Nabi saw, disebutkan apa-apa isi Taurat dari pada petunjuk kepad Bani Israil dan pejelasan hukum-hukum agama. Maka pada ayat ini Allah memperingatkan oran Yahudi yang inkar dari isi kitabkitab mereka dari pada mengrajam penzina dan qishash dari pada membunuh, dan mereka menyetujui di atas perselisihan ahli fiqih yang terdahulu dan para Nabi yang diutus kepada memreka. Tafsir dan Bayan Sesungguhnya kami turunkan taurat kepada musa itu lengkap, yang menunjuki kepada pertunjuk : penjelas hukum-hukum dan taklif , dan cahaya : asal-asal ‘itiqad dari pada ketauhidan kepada Allah dan urusan kenabian dan akhirat, kami menurunkannya



86



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid secara syari’ah dan hukum yang mneghukum dengan para Nabi yang telah berserah diri kepada Allah orang-orang yang ikhlas padanya agama, yang Allah mengutus mereka setelah Musa kepada Bani Israil sampai Isa a.s. Berkata Ibnu al-Anbari : kata ( ) : itu sifat bagi para Nabi yang bermakna pujian, bukan pada makna sifat yang tamyizmaushuf dari pada selainnya. Karena bahwa sungguhnya tidak mengihtimalkan bahwa adalah () itu selain orang muslim. Dan ini memalingkan kaum Yahudi dan Nasrani dan menetapkan bahwa sesungguhnya para Nabi itu adalah apa yang disifatkannya dengan kaum Yahudi dan bukan dengan kaum Nasrani sebagaimana mereka berdalih, tetapi adalah orang Muslim itu yang mengikuti hukum-hukum Allah. Kata ( ) : artinya para Nabi menghukum dangan dengan kitab Taurat yang diturunkan kepada Yahudi dan pada barang yang di antara mereka, dianya itu syariat yang khusus kepada mereka bukan umum, dan adalah Nabi Daud, Sulaiman, dan Musa menghukumkan dengannya. Dan menghukum dengan nya rabbaniyyun dan ahbar mereka itu orang yang shalih dari pada anak Harun, dan yang di maksud dengan awwalin : adalah ulama’, hukama’ dan bashra’ dengan hukum manusiadan menjaga urusan mereka dan kemashlahatan mereka, dan arti kata ahbar adalah ulama-ulama yang bertaqwa lagi yang shalih, yang menghukum dengan Taurat pada masamasa sebelum ada Nabi-Nabi, atau bersamaan dengan Nabi atas izin Nabi, dengan sebab mereka menjaga kitab Allah, yaitu dengan sebab apa yang mereka puji dari pekerjaannya, dan



87



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid sungguh Allah telah memenuhi janji atas ulama yang memjaga kitabNya pada dua pendapat : bahwa menjaganya pada hatinya dan mengajarkannya, dan tidak bahwa memreka menaruh hukum-hukumNya dan tidak membawa syari’at-syari’atNya. Thabari berpendapat kata : () : bentuk jamak dari kata (‫)ربّاني‬dan mereka itu ulama’, hukama’, dan bashra’ dengan hukum manusia dan menjaga urusan mereka, dan menegakkan dengan kemaslahatan mereka. Dan kata () mereka itu ulama, jamak dari kata (‫)حبر‬: dianya itu orang-orang yang mengetahui yang dihukumkan bagi segala sesuatu. (    ) artinya dan adalah ulama yang shalih yang menyaksikan di atas kitab Allah dan pengawal yang mengawal dari pada merubah dan menambahkan huruf, dan orang-orang yang bersaksi bahwasanya kitab itu benar dari Allah, seumpama Abdullah bin Salam yang bersaksi dengan hukum rajam pada Taurat dan menyembunyikan rahasia dari sifat Nabi saw. dan isyarat dengannya. Kemudian Allah berbucara dengan pemuka Yahudi yang semasa pada zaman pemwahyuan Alquran yang diubah dan diganti, sesudah bahwa ditegakkan di atas mereka syuhada dari pada salah satu mereka, maka Allah berfirman ()artinya apabila terjadi sebagaimana yang disebutkan, janganlah kamu takut kepada manusia wahai ahbar , maka tegakkanlah kebenaran, dari pada sifat Nabi dan isyaratnya,mendesak kepentingan dunia secara tamak, dan



88



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid takutlah kepada Allah maka jangan kamu ubah kitabKu, ketakutan dari pada manusia dan pemimpin, maka jatuhlah dari pada mereka batas kewajiban di atas mereka. dan manakala adalah dampak dari pada ketakutan yang bersangatan dari pada tamak mendahului Allah mengingatnya, maka Allah berfirman ()



Kemudia menyebutkan urusan tamak dan keinginan pada kepentingan,



maka



Allah



berfirman



( )



artinya jangan kamu mengubah ayatKu dan hukum-hukumKu untuk mendesak kepentingan yang kamu ambil dari manusia dari pada menyuap dan tamak pada harta atau kehormatan atau peminpin yang bohong atau kepuasan yang lain, ketahuilah bahwa kehidupa dunia itu hanya sesaat, dan penyuapan yang kamu ambil keharaman yang tetap baginya, maka janganlah kamu letakkan dengannya agama dan perhargaan yang permanen, jadi bagaimanakah kamu mengambil sedikit kehilangan dengan banyak permanen? Semua yang tidak menghkum dengan apa-apa yang diturunkan Allah, seumpama menjadikan hukum jilid dan tayamum sabgai ganti hukum rajam, dan merahasiakan sifat Nabi saw. dan mentakwilkannya di atas selainnya, dan menetapkan pada sebagian hukum membunuh dengan diyat yang sempurna dan pada sebagian mereka dengan setengah diyat, dan meninggalkan bagi mereka itu hukum qishash, maka mereka itu orang-orang kafir yang menyembunyikan kebenaran, orangorang dhalim yang berlaku tidak adil, dan orang-orang fasiq yang keluar dari ketetapan Allah, yang demikian itulah gambaran mereka, digambarkan mereka-mereka itu pada kekufurannya ketika mendhalimi ayat Allah dengan penghinaan,



89



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid dan memaksa bahwa menghukum dengan selainnya hukum Allah, hadits dari Ibnu Abbas radhiyaaalhu ‘anhuma sesungguhnya orang-orang kafir, orang-orang dhalim dan orang-orang fasiq itu adalah ahli kitab. Dan ini adalah peringatan yang keras maksud dari padanya itu ancaman kepada kaum Yahudi yang merubah hukum taurat pada perzinaan dan qishash pad pembunuhan, maka jadilah mereka itu orang kafir selain mukmin tidak dengan Nabi Musa dan Taurat dan tidak pula dengan Nabi Muhammad dan Alquran. Mentakhrijkan Ibnu Jarir ath-Thabariy dari pada Abi Shalih, ia berkata : ada tiga tanda yang terdapat dalam surat al-Maidah (  )‫إلخ‬adalah bukan dari pada golongan orang islam, dianya itu adalah orang kafir. Ar-Razi berkata : ini adalahdha’if. Karena mengi’tibarkan dengan keumuman lafazh bukan dengan khusus sebab. Kemudian dinukilkan dari ‘Akramah : firman Allah (   )manakala ia sedang mengingkari dengan hatinya dan benci dengan perkataannya, adapun orang yang mengetahui dengan hatinya tanda hukum Allah dan mengakui dengan perkataannya tanda hukum Allah, kecuali bahwa sungguh ia datang dengan apa yang bertentangan dengannya, maka bermula dianya itu orang yang menghukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, akan tetapi ia meninggalkan baginya, maka ia tidak termasuk pada ayat yang dimaksud. Ar-Razi berkata : dan bermula ini adalah jawaban yang benar, dan Allah yang lebih mengetahui ( waAllahu a’alam ). Ringksan : bahwa sesungguhnya orang kafir itu adalah orang yang memperbolehkan hukum selain apa-apa yang diturunkan oleh Allah, dan mengingkari denga hati, membenci dengan



90



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid perkataan, maka ini dia kafir. Dan ada pun orang yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, dia adalah orang yang bersalah dan berdosa, maka dia adalah orang fasiq, yang diambil atas kepuasannya menghukum denga selain apa yang Allah turunkan. Manakala orang Yahudi menjadikan hukum diyat orang Nasrani kebanyakan diyat peminjaman, dan dilarang membunuh dengannya yaitu mengkishash dari padanya, orang-orang yang bertentangan dengan hukum Taurat dan hukum Rasulullah saw. tatkala ia bertanya kepadanya, diturunkannya ayat ini untuk menjelaskan hukum qishash().



Maksudnya kami wajibkan pada Taurat itu kesamaan dan persamaan pada hukum qishash, maka menbunuh jiwa dibalas dengan jiwa, menyolok mata dibalas dengan mata, memotong hidung dibalas dengan hidung, memotong telinga dibalas dengan telinga, mencabut gigi dibalas dengan gigi, dan menjalankan hukum qishash pada luka, artinya mengibaratkan kesamaan pada kadar kesanggupan. Maka ayat yang menunjuki pada pelaksanaan hukum qishash pada tiap-tiap yang disebutkan, sungguh telah berpendapat Abu Hanifah : sesungguhnya orang muslim itu membunuh dengan dzimiy. Dan berpendapat jumhur : tidak membunuh orang muslim itu dengan dzimiy, karean bahwa sungguhnya ayat itu disyariatkan dari pada sebelum kita, dan dianya bukan syariat bagi kita pada pendapat syafi’iyah. Dan pada sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar (tidak membunuh orang muslim denga kafir). Dan maksud dari pada firman Allah



91



Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid



()penambahan apa-apa yang dimisalkan perbuatan pidana padanya, tanpa kesengajaanpadanya, maka mengambil mata sebelah kanan dibalas dengan mata sebelah kanan jikalau ada, dan tidak mata sebelah kiri dibalas dengan mata sebelah kanan dan jika meridhai si muqtash dari padanya. Dan yang demikian itu perbuatan yang disengaja, adapun pada perbuatan kesalahan (tidak disengaja) pada satu mata maka hukumnya setengah diyat, dan pada kedua belah mata itu hukumnya diyat yang sempurna. Apabila meledak menatap mata kanan, maka di atasnya itu berlaku hukum qishash pada pendapat Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, diambil dengam umumnya firman Allah Ta’ala () berkata Ibnu ‘Arabi : dan berpendapat dengan umum Alquran itu lebih utama, maka sesungguhnya iya telah islam di sisi Allah Ta’ala. Dan berkata Imam Malik : jika berkehedak maka qishash dan jika tidak maka mengambil diyat yang sempurna(‫ )ديةعين َاألعور‬karena sesungguhnya dalil bagi barang yang bertentangan sebaik korban atasnya.



92



6 TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MALAIKAT



Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya yang membuktikan kekuasaan, keagungan, dan kehebatannya. Nikmat yang Allah berikan tidak dapat dihitung.. Tafsir Tematik Al-Quran



Surah Fathir ayat 1                                      1. segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masingmasing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat I’raab (menerangkan posisi ayat)   (pencipta langit),   digunakan untuk nama Allah atau disebut juga pengganti.    (yang menjadikan malaikat sebagai utusanutusan),  objek dari kata kerja: bermaksud dengan hal atau sesuatu yang akan datang, karena ketika itu ia dijadikan sebagai subjek, adapun yang diinginkan di sini adalah sesuatu yang telah lalu.  manshub yang ditentukan oleh fi’il. 



     (yang mempunyai sayap masing-



masing dua, tiga dan empat), 



   bermakna sifat



dari  yang berarti mamnu’min as-sharfi yang berlaku sifat adil, dan terhitung dari lafaz dua, tiga dan empat.



Kosa kata bahasa 



 



(pencipta



langit



dan



bumi)



Allah



menciptakan keduanya selain dari yang telah diciptakan sebelumnya, maksud dari ciptaan bermakna perpecahan yang menyebabkan adanya langit dan bumi,     (menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan) kepada nabi-nabi, maksudnya menjadi perantara antara Allah swt dengan nabinabi-Nya untuk menyampaikan risalah dengan wahyu-Nya, para



94



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat malaikat itu adalah: malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut,   (yang mempunyai sayap) seperti sayap burung, dan di antaranya ada yang memiliki dua sayap, ada yang tiga dan ada yang empat, mereka turun dengan sayapnya dari langit ke bumi, kemudian naik lagi dari bumi ke langit dengan sayapnya pula,     (terdiri dari dua, tiga dan empat) yang terhitung dari dua, tiga dan empat,     (Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya) seperti penciptaan malaikat dan yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk menyampaikan hikmah dan kemauan-Nya dalam berkehendak



        (sungguh Allah Mahakuasa



atas segala sesuatu) maka menambahkan segala sesuatu.



dengan



kehendak-Nya



Ia



Tafsir dan penjelasan      (segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi) artinya hanya kepada Allah kita bersyukur atas nikmat dan kuasa-Nya, dan Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya, seperti yang telah disebutkan yaitu untuk mengokohkan peraturan-Nya. Maksud dari ayat adalah: sesungguhnya Allah ta’ala memuji diri-Nya akan keagungan kuasa-Nya, pengetahuan-Nya dan hikmah-Nya yang menjadi saksi tentang permulaan penciptaan langit dan bumi dari ketiadaan, dan menciptakan keduanya selain dari yang telah ada. Abu Sufyan berkata dengan sanad dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma ia berkata: ((aku tidak tahu apa arti dari kata fathir as-samaawaati wa al-ardh sampai aku melewati



95



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat suatu kaum yang sedang berselisih tentang sumur, berkata salah satu dari keduanya,”ini adalah sumurku dan aku yang membuatnya”)) artinya menciptakannya atau memulainya. Maksud dari yang disebutkan di atas adalah kehendak-Nya menciptakan sesuatu merupakan keagungan sang pencipta, dan Dialah yang berkuasa mengembalikan sesuatu. 



        (yang menjadikan



malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap yaitu dua, tiga dan empat) artinya Allah ta’ala menjadikan malaikat sebagai perantara antara Allah dan nabi-nabi-Nya untuk menyampaikan risalah dan lain sebagainya, mereka adalah malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut. Mereka mempunyai sayap yang banyak, di antaranya ada yang memiliki dua sayap, tiga sayap, empat sayap dan ada yang lebih banyak dari itu. Para malaikat turun dari langit ke bumi dengan sayapnya dan naik kembali dari bumi ke langit dengan sayapnya. Dalam hadis shahih dari Muslim dari Ibnu Mas’ud ((sesungguhnya Rasulullah saw melihat Jibril ‘alaihi salam, dan ia memiliki 600 sayap, jarak antara kesemua sayap itu seperti jarak antara timur dan barat.            (Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya dan sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu) maksudnya yaitu menambahkan sayap pada penciptaan malaikat sesuai dengan kehendak-Nya, dan menambahkan sesuatu yang lain pada ciptaan-Nya dengan kehendak-Nya. Baik itu dari keindahan mata, hidung yang bagus, bibir yang manis dan keindahan suara. Sesungguhnya Allah Mahasempurna kehendak-Nya dalam



96



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat ciptaan-Nya dari segi jasmani dan rohani atau segi lahir dan batin, dan tidak lemah atas segala sesuatu, serta dengan kehendak-Nya Ia menambahkan segala sesuatu. Az-Zahri dan Ibnu Juraij berpendapat tentang ayat     yaitu suara yang bagus.



Pelajaran dan penilaian hidup Ayat ini memberi petunjuk bahwa: 1) Allah swt yang berhak dipuji dan dikasihi atas segala kehendak-Nya, nikmat-Nya serta hikmah-Nya. Dan seperti yang telah disebutkan bahwa surah ini –seperti yang disebutkan oleh ar-Razi- merupakan salah satu dari empat surah dalam al-Qur’an yang dimulai dengan puji-pujian. Yaitu surah al-An’am diisyaratkan dengan pujian kepada nikmat dunia yang berupa sesuatu yang baik, surah al-Kahfi yang diisyaratkan dengan pemeliharaan, dan surah Saba` yang diisyaratkan dengan himpunan. Semua surah ini diisyaratkan dengan puji-pujian kepada nikmat yang kekal di akhirat. Dengan dalil Allah ta’ala    (menjadikan



2)



malaikat-malaikat sebagai utusan) artinya Allah menjadikan utusan untuk berjumpa dengan hambaNya. Allah swt mengadakan langit dan bumi selain dari ciptaan yang telah ada, seperti menjadikan malaikat memiliki sayap baik dua, tiga, empat atau lebih banyak untuk terbang di udara naik turun di antara langit dan bumi, dan menjadikannya utusan bagi para nabi atau



97



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



3)



4)



kepada hamba-Nya untuk menyampaikan rahmat dan siksa di dunia serta mempertemukan hamba dengan tuhan-Nya. Allah swt menambahkan segala sesuatu pada makhlukNya dengan kehendak-Nya, sama halnya seperti penciptaan malaikat dengan sayap yang banyak, atau menambahkan sesuatu dari segi rohani dan jasmani pada penciptaan manusia, seperti kelebihan pada macam-macam keindahan yang berbeda-beda seperti mata,hidung, mulut dan sebagainya. Serta suara yang bagus dengan tulisan dan penuturan yang baik. Allah ‘azza wa jalla memiliki kehendak yang sempurna atas segala sesuatu dengan mengurangi dan melebihkan, mengadakan dan membinasakan dan lain sebagainya. Zamakhsyari berkata tentang ayat     :



5)



ayat ini meliputi tentang semua kelebihan disetiap makhluk dari postur tubuh yang tinggi, keseimbangan penampilan, kesempurnaan anggota tubuh, kekuatan dalam mengahancurkan, berfikir baik dengan akal, berhati-hati dalam berpendapat, berani dengan hati, dermawan dalam kepribadian, menggunakan bahasa yang sederhana, bijaksana dalam berkata-kata dan baik perangainya dalam menyelesaikan suatu perkara. Allah ‘azza wa jalla melakukan perkara dengan baik sesuai dengan kehendak dan perintah-Nya. Jika Ia member nikmat pada seseorang, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kuasa-Nya. Dan apabila Ia mengharamkan nikmat, maka tidak seorang pun yang bisa menolongnya. Sesungguhnya Rasul membawa rahmat-Nya kepada manusia, dan itu tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah yang mengutusnya.



98



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat 6)



7)



8)



9)



10)



Manusia harus bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, dengan menjaga perilaku baik dengan hati maupun lisan. Setiap yang diberi nikmat, hendaklah ia memuji-Nya dengan ketaatan dan ibadah. Menghindari hal-hal yang berkaitan dengan berhala dan penyembah berhala untuk menjadikannya sekutu bagi Allah, dan ini merupakan kebathilan yang tidak didasari dengan akal fikiran. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan datangnya rezeki. Maka Allah swt memberikan rezekiNya dari langit dengan menurunkan hujan dan dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Diwajibkan atas semua ciptaan-Nya untuk mentauhidkan Allah. Keesaan-Nya tertulis dalam kertas, penyebutan dan wujud-Nya, kehendak-Nya, dan yang memajukan akal sebagai alat pertimbangan. Jika akal tidak berkembang untuk member keterangan tentang ayat al-Qur’an dan wujud tuhan, maka bagaimana dengan orang-orang Anshar yang membenarkan kabar gembira tentang kenyataan ini, dan bagaimana mereka bersekutu dengan sesuatu yang mereka miliki?! Penetapan tauhid secara berturut-turut dapat menetapkan risalah serta membenarkan kenabian nabi saw dengan mukjizat yang nyata dengan meninggikannya serta mengekalkannya dalam alQur’an al-‘adhim. Apabila sebagian manusia terdahulu berbohong akan riwayat kenabian, maka orang-orang yang berbohong tentang kenabian adalah golongan orang kafir, dan ini kenyataan yang jelas. Tidak ada sesuatu yang ada pada Rasul dan pengikutnya kecuali kesabaran.



99



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



Surah Ali Imran ayat 124-125                           



   



          124. (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?" 125. Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.



Qira`at  dibaca: (1) ‫ ُم َلنزِني‬dengan huruf ‫ ز‬dibaca tanpa tasydid, ini adalah bacaan mayoritas Imam Qira`ah. (2) ‫ ُمنَزلِني‬dengan huruf ‫ز‬ dibaca dengan tasydid, ini adalah bacaan Ibnu ‘Amir.  dibaca: (1)



 dengan ‫ و‬dibaca kasrah, ini



merupakan bacaan Abu ‘Amr, Ibnu Katsir dan ‘Ashim. (2) ‫س َّومِني‬ َ ‫ُم‬ dengan huruf ‫ و‬di baca fathah, ini adalah bacaan Imam yang lain. I’raab (menerangkan posisi ayat)



100



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



   (ketika engkau mengatakan) kata  berkaitan dengan firman Allah ‫ص َرُك ٌم هللاُ بِبَدر‬ َ َ‫( َو لَ َقد ن‬dan sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar) pada ayat 123 atau bisa dijadikan sebagai badal dari kata ‫إِذ ََهَّت‬, namun tidak boleh dijadikan badal ‫ص َرُك ٌم‬ َ َ‫ن‬, karena ‫صر‬ ٌ َ‫ الن‬ini ditujukan pada Perang Badar, sedangkan kata ‫ إِذ ََهَّت‬ditujukan pada Perang Uhud. Atau bisa dari kata



juga dikaitkan dengan fi’il yang dikehendaki yaitu ‫اذكرو‬.      (apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu) kata  dan kata kerja sesudahnya dibentuk sebagai mashdar muawwal yang menjadi fa’il atau subjek dari kata kerja  .



Balaghah (keindahan bahasa)    menggunakan bentuk kata kerja yang sedang terjadi untuk menceritakan sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Hal ini memiliki arti menghadirkan gambaran kejadian tersebut di dalam hati dan fikiran.    menyebutkan dengan kata ‫ رب‬dan menyandarkan kepada kata ganti orang kedua banyak. Hal ini bertujuan untuk memberikan isyarat bahwa tingginya perhatian Allah swt kepada mereka. Kosa kata bahasa



101



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



  dari kata al-kifaayah, yang berarti suatu keadaan cukup atau terpenuhinya kebutuhan, namun tidak sampai tingktatan al-Ghinaa (kaya atau lebih dari cukup).



pada



 membantu dan menolong kalian, al-Imdaad adalah member sesuatu secara berkesinambungan.   kata jawab seperti ‫نعم‬. Akan tetapi   digunakan dalam susunan kata negative yang berfungsi menetapkan apa yang jatuh setelah kata negative atau dengan kata lain sesuatu yang dinafiikan. Jadi maksud ayat ini adalah ‫ ذالك‬  ‫ نعم‬yang berarti benar, itu mencukupi bagi kalian. Lalu pertama-tama Allah swt mengirim kepada mereka bantuan berupa pasukan malaikat yang berjumlah seribu, kemudian meningkat menjadi tiga ribu kemudian ditambah lagi hingga mencapai lima ribu.    jika kalian bersabar di dalam berperang melawan musuh   bertakwa dan takut kepada Allah swt untuk melakukan pelanggaran dan pembangkangan.  dan mereka datang kepada kalian, yang dimaksud mereka di sini adalah orang-orang musyrik.  seketika itu  dengan ‫ و‬dibaca kasrah berarti mereka memberikan tanda pengenal kepada diri mereka atau kuda mereka. Namun jika dibaca fathah, maka berarti mereka diberi tanda pengenal



102



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat yang membedakan mereka dengan prajurit lainnya. Karena mereka tabah dan sabar, maka Allah swt benar-benar menepati janji-Nya, berupa pengiriman bantuan pasukan malaikat berkuda yang berperang bersama mereka sambil mengenakan sorban kuning atau putih yang mereka kalungkan di antara kedua bahu. Tafsir dan penjelasan Dan sebutkan juga wahai Muhammad, tatkala kamu berkata kepada kaum Mukminin pada Perang Badar untuk menenangkan dan meyakinkan mereka, karena mereka merasa takut menghadapi musuh karena jumlah mereka yang banyak, tidaklah cukup bagi kalian pertolongan dan bantuan Allah swt yang diberikan kepada kalian berupa bala tentara malaikat yang diturunkan untuk ikut berperang bersama kalian menghadapi kaum kafir. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Mundzir dan yang lainnya meriwayatkan dari as-Sya’bi, ia berkata,”Pada Perang Badar, telah sampai kepada Rasulullah saw dan para sahabat sebuah berita, bahwa Kurz bin Jabir al-Muharibi berniat mengirimkan bantuan tentara kepada kaum musyrik, sehingga membuat Rasulullah saw dan kaum muslimin merasa sedih dan khawatir. Lalu Allah swt menurunkan ayat 124 dan 125 surah Ali ‘Imran. Kemudian berita kekalahan keummusyrik sampai ke telinga Kurz bin Jabir, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk mengirimkan tentara bantuan kepada kaum musyrik dan kembali pulang. Begitu juga Allah swt akhirnya tidak jadi menurunkan bantuan tentara malaikat dalam jumlah 5.000, akan tetapi hanya seribu tentara malaikat saja. Qatadah berkata,”pertolongan Allah swt kepada kaum muslimin pada perang Badar berupa tentara malaikat, pada mulanya berjumlah seribu malaikat, lalu ditambah menjadi tiga ribu



103



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat kemudian ditambah lagi menjadi lima ribu. Ini lah maksud ayat yang terdapat dalam surah al-Anfal ayat 9               (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut" Lalu pada Perang Badar, kaum muslimin tabah, sabar dan bertakwa kepada Allah swt sehingga akhirnya, Allah swt menurunkan bala bantuan berupatentara ,alaikat yang berjumlah lima ribu sesuai dengan apa yang dijanjikan-Nya kepada mereka. Bantuan ini memang benar-benar berupa bantuan yang bersifat nyata, yaitu berupa bantuan tentara malaikat yang melebihi jumlah kaum musyrik dan ikut terjun langsung dalam medan perang bersama-sama kaum muslimin. Ibnu Abbas ra. dan Mujahid berkata,”Para malaikat tidak ikut berperang secara langsung kecuali pada Perang Badar. Sedangkan pada perangperang yang lain, para malaikat tersebut hanya datang untuk menyaksikan dan memberi semangat kepada mereka, tidak ikut berperang.” Di dalam kitab tafsirnya, al-Kabiir Fakhrur Razi berkata, “Ulama tafsir dan sirah sepakat bahwa pada perang Badar Allah swt menurunkan bala tentara bentuan berupa malaikat dan mereka ikut berperang secara langsung menghadapi orang-orang kafir.



104



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Hal ini merupakan sebuah pemberitahuan kepada Nabi Muhammad saw dan umat Islam bahwa sesungguhnya segala urusan semuanya milik Allah swt. Semua yang ada tunduk padaNya, tidak ada perbedaan dalam hal ini antara malaikat yang didekatkan kepada Tuhan atau seorang Nabi atau seorang manusia biasa kecuali orang yang dijadikan oleh-Nya untuk sebuah tujuan atau Allah swt memberinya izin untuk member syafaat. Semua ini sesuai dengan sunnatullah atau hukum alam, sesuai dengan kehendakn Tuhan yang mutlak dan untuk sebuah hikmah yang mungkin kita tidak akan mengetahuinya kecuali pada hari kiamat. Pelajaran hidup dan hukum-hukum Inti dari apa yang ditujukan oleh ayat-ayat ini adalah sebagai berikut: 1. Manusia dalam segala hal mutlak harus melakukan ikhtiar dan usaha serta menjalankankewajiban dan tugas-tugas yang memang sudah menjadi sebuah keharusan bagi mereka, baik dalam keadaan aman maupun ketika dalam keadaan berperang. 2. Di antara hal yang masuk kategori al-Akhdzu bi al-Asbaab adalah taat kepada perintah-perintah Allah swt dan patuh kepada pemimpin. 3. Peraihan kemenangan digantungkan kepada kesediaan untuk menolong Allah swt dan menolong agama-Nya. Semua perkara tidak lain adalah milik Allah swt, kepunyaan Allah swt apa yang ada di langit dan di bumi.



105



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Surah al-Haqqah ayat 17                     Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Kosa kata bahasa



 adalah malaikat. Yang dimaksud di sini adalah jenis malaikat.



  sisi-sisi langit dan sudut-sudutnya. Bentuk jamak dari  yang artinya sisi.



  di atas para malaikat yang mana mereka ada di cakrawala.   delapan malaikat. Tafsir dan penjelasan “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” Para malaikat di sisi-sisi langit dan pinggir-pinggirnya siap sedia untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. ‘Arsy Tuhanmu dijunjung di atas kepala malaikat yang mana mereka ada cakrawala-cakrawala sebanyak delapan



106



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat malaikat. Ada yang mengatakan delapan baris malaikat yang tidak diketahui jumlahnya, kecuali oleh Allah swt. ‘Arsy adalah makhluk yang paling besar. Kalimat ‘menjunjung ‘Arsy’ adalah bentuk majaz sebab menjunjung Tuhan adalah mustahil. Oleh karena itu, harus ditakwilkan. Yakni bahwa Allah swt, berfirman kepada mereka dengan firman yang sudah mereka kenal, juga sebagai bentuk penunjukan, seperti pengadaan Kab’bah, menjadikan para malaikat sebagai penjaga untuk para hamba. Ini bukan untuk suatu pengertian bahwa Tuhan bertempat di rumah itu, tidak pula karena adanya kemungkinan lupa pada diri Tuhan. Pelajaran hidup dan hukum-hukum Ayat-ayat tersebut menunjukkan hal-hal berikut: 1) Di antara pendahuluan hari kiamat adalah tiupan sangkakala oleh Israfil. Yang dimaksud adalah tiupan yang pertama. Ibnu Abbas mengatakan itu adalah tiupan pertama untuk menunjukkan terjadinya Kiamat. Tidak seorang yang hidup, semuanya mati. 2) Di antara kegentingan kiamat dan hal-hal yang menakutkannya adalah bumi dan gunung-gunung seperti satu bentuk yang terberai dan terpecah-belah. 3) Setelah tiupan pertama, terberainya bumi dan gununggunung saat Kiamat terjadi. Langit retak dan terbelah. Dan semuanya hancur begitu saja setelah sebelumnya sangat kokoh. 4) Ketika langit terbelah, para malaikat ada di ujung-ujung langit. Selama ini, langit menjadi tempat mereka. Ketika langit terbelah, mereka ada di ujung-ujung langit, menanti apa yang diperintahkan terkait dengan penduduk neraka, yakni menggiring mereka menuju



107



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat neraka itu. Sementara itu, mengenai penduduk surge adalah penghormatan dan kemuliaan. 5) Di atas para malaikat itu, ada delapan malaikat atau delapan baris malaikat yang tiadk diketahui jumlah mereka, kecuali oleh Allah. Mereka memikul ‘Arsy yang mana Allah menghendakinya dengan firman-Nya: “(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy .” (QS. AlMukmin: 7) 6) Pada hari kiamat, para hamba dihadapkan pada Allah swt untuk melakukan perhitungan dan balasan. Ini bukanlah penunjukkan amal perbuatan yang dengannya bisa diketahui. Akan tetapi, maknanya adalah perhitungan dan penetapan amal mereka untuk pembalasan. Bagi Allah, keadaan mereka tidak samar sama sekali. Allah mengetahui segala sesuatu dari amal mereka. Masing-masing dari kata ‘memikul’ dan ‘penunjukkan amal’ tidak berarti tasybih dengan makhluk. Namun, hanya untuk penggambaran, simbolisasi dan mendekatkan pemahaman.



Surah ar-Ra’du ayat 23                    



23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapakbapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikatmalaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;



108



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



Kosa kata bahasa



  membangun tempat tinggal.        yaitu orang yang hidup dengan damai, dan tidak berhasil jika tidak berusaha dan mereka berada dalam golongan orang-orang yang memohon. Hal ini membuktikan bahwa golongan itu diberi syafaat. Suatu kebaikan yang dibatasi dengan nasab keturunan maka ia tidak bermanfaat.



   dari segala pintu-pintu surge mereka masuk dengan ucapan selamat. ‫ سالم‬kata mereka: Salamu’alaikum, setiap waktu dalam keselamatan.



Munasabah Ayat ini berhubungan dengan ayat sebelumnya, dan mengingatkan sifat terpuji pada Ulul al-Baab sebagaimana sifat yang telah disebutkan dalam firman Allah swt: …           “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar…”



apa



yang



Dan barang siapa yang memiliki sifat seperti yang telah disebutkan maka ia mendapat pertolongan di dunia dan akhirat. Tafsir dan penjelasan Setelah Allah swt member sifat dan akal kepada orang mukmin dengan sifat yang terpuji, Allah memberikan pahala sesuai



109



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat dengan firman-Nya pada ayat 22 yang artinya “orang-orang itulah yang mendapat tempat terbaik” artinya mereka itu adalah orang yang memiliki sifat tersebut maka mereka akan mendapat ganjaran yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat, pertolongan dunia berupa pertolongan dari musuh dan pertolongan akhirat yaitu mendapatkan surga. Kemudian ganjaran atau pahala itu dijelaskan dengan firman Allah swt:   yang berarti ganjaran itu adalah surgasurga yang di dalamnya terdapat kekekalan. Yang masuk di dalamnya adalah orang-orang yang shaleh dan mukmin dari pasangan-pasangan, golongan-golongan dari mereka. Hal ini membuktikan bahwa golongan ini akan ditinggikan derajatnya dengan syafaat. Dan kebaikan yang dibatasi dengan nasab keturunan tidaklah bermanfaat, dan nasab keturunan juga tidak bermanfaat apabila tidak disertai dengan pekerjaan yang baik sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surah al-Mukminun ayat 101:               101. apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya Dan firman-Nya:                  88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih



110



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Diriwayatkan oleh Tirmidzi ketika Nabi saw menderita sakit, Rasulullah bersabda kepada Fatimah: “Hai Fatimah binti Muhammad, hiburlah aku dengan apa yang kupunya, sesungguhnya tiada yang lebih kaya dari kamu kecuali dengan kehendak-Nya. Dan para malaikat berkata kepada mereka: mereka didatangi malaikat saat memasuki pintu surga yang berbeda-beda dan memberi salam yaitu “salam bagimu dengan kesabaran” artinya keselamatan selalu menyertai mereka, dan dengan rahmat-Nya, maka nikmat yang diperoleh adalah surga. Pelajaran hidup dan hukum-hukum Ayat ini menunjukkan akan ketentuan-ketentuan berikut: 1. Takut akan perhitungan siksa 2. Sabar dan ikhlas lillahita’ala, sabar dari dosa, dari musibah dan bencana serta sabar dari kecelakaan dan cobaan. 3. Menghindari keburukan dengan kebaikan, seperti berperilaku dengan baik setip bertemu dengan sesama manusia, bijak dalam menghadapi kebodohan, sabar dalam menghadapi bahaya, dan membalas kejahatan dengan kebaikan. 4. Sebagai sarana untuk mendorong kesadaran akan konsekuensi yang diterima di akhirat, baik itu surga ataupun neraka. Surge yaitu tempat kembali orang-orang yang ta’at dan neraka tempat kembali orang-orang yang berdosa. Surga ‘Adn merupakan surga pertengahan, di dalamnya terdapat singgasana rahman. Disebutkan dalam shahih Bukhari,”jika engkau diberi permintaan oleh Allah, maka mintalah surga firdaus, ia terletak di surga yang tertinggi



111



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat dan di atasnya ada singgasana rahman memancarkan cahaya maka itulah surga.”



dan



ia



TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MALAIKAT Surah al-Baqarah: 285 Dalam tafsir al-Munir ayat ini dimasukkan ke dalam kategori tema “Beriman Kepada Rasul dan Implementasi dengan Sesuai Kemampuan.” Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat ini bersamaan dengan ayat 286 dari surah al-Baqarah. Namun dalam pembahasan ini, hanya diuraikan penafsiran dari surah al-Baqarah: 285.



                                           285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."



112



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Qiraat al-Quran )‫ )كتبه‬dikumpulkan di atas Qiraat Saba’ah: yaitu selain Hamzah wal Kisa’i. ( ‫ ) كتابه‬di atas tauhid dia Qirrat Hamzah wal Kisa’i. I’rab al-Quran Kata ) ‫)وا ُمؤْ ِمنُ ْون‬ bisa jadi sebagai ma’thuf (kata yang sama َ posisinya) kepada ( ‫)الرسُ ْو ُل‬ َّ seakan-akan artinya: telah beriman rasul dan orang-orang mukmin. bisa juga sebagai mubtada (awal kalimat). Dan kata ( ‫ ( كُ ل‬adalah mubtada tsani (awal kata dari kalimat kedua), dan ( ‫ءَا‬ ِ‫) َم َن ِباهلل‬ adalah khabar (kata pelengkapnya), dan gabungan kalimat dari mubtada dan khabar: adalah pelengkap dari awal kata kalimat yang pertama. Sedangkan kata ganti dari jumlah kalimat itu terhapus, dan posisi/maksudnya: mereka semua telah beriman. Dan Allah mengatakan ( ‫ ) ءَا َم َن‬dengan kata yang menunjukkan satu orang saja (plural atau tunggal), tidak mengatakan "amanu” untuk orang banyak, karena sudah termaksud dari kata ”kullun” (semua). Kata (‫ ) بَ ْي َن‬dan ( ‫ )أ َ َحد‬di idhafahkan (dikaitkan) karena maksudnya disini adalah bilangan/ jumlah yang banyak, karena kata ( ً ‫ ) أحدا‬jika posisinya sebagai an-nafyi (pengingkaran/ penyangkalan) berarti menunjukkan jumlah yang banyak, sebagaimana firman Allah: ”wama yu’allimani min ahadin” (sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun) kemudian Allah mengatakan ”fa yata’allamuna min huma” (Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu). Walaupun sebenarnya tidak bisa di kaitkan antara kalimat ( ‫( ) بَ ْي َن‬antara) kepada yang jumlahnya satu/ sebuah. ُ ) adalah mansub (berbaris atas) terhadap masdar Kata ( ‫ك‬ َ َ‫غ ْف َران‬ (kata dasar) dengan fi’il (kata perbuatan) yang dihapus, yang makna sebenarnya: ampuni/ beri kami (suatu) ampunanmu,



113



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat atau kami meminta ampunanmu, makna ini dihapus karena sudah hal ini difahami dengan adanya hal yang menunjukkan pada makna itu sendiri Balaghah al-Quran ْ َ‫) كَسَب‬ Adanya tibaq (penggunaan yang sesuai) antara kata ( ‫ت‬ ْ َ‫سب‬ dalam kebaikan dan kata ) ‫ت‬ ََ ‫ ) ا ْكت‬dalam keburukan. Dan adanya Jinaas isytiqoq (etimologi) antara kata ( ‫ ) ءَا َم َن‬dan kata ( ‫) َوا ُمؤْ ِمنُ ْون‬. dan disana ada pula ithnab (kata yang berlebihan/ hiperbola) pada kata " la nufarriqu baina ahadin mir rusulih”. Dan boleh juga dihapus, dalam firman-Nya: ) ‫ ( َوا ُمؤْ ِمنُ ْون‬artinya berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Makna Kosa Kata ) ‫الرسُو ُل‬ َّ ‫ ( ءا َم َن‬membenarkan dan mengimani Rasulullah saw. ( ( ‫ بِ َمآ أ ُ ْن ِز َل إلَيهِ ِمن َّربَّه‬apa-apa yang di wahyukan dari al -Quran, ( ِ‫ ) َو َرسُولِه‬mereka berkata: ُ ‫ ) الَنُفَ ِر‬yaitu dalam risalah dan syariat, dan tidak )‫س ِل ِه‬ ُ ‫ق َب ْي َن أ َ َحد ِمن ُّر‬ menngutamakan antara yang satu dengan yang lain dalam hal itu, atau beriman sebagian dan mengingkari sebagian yang lainnya, ( ‫ ( سَ ِم ْعنَا‬kami telah mendengar apa yang di perintahkan kepada kami dan menerimanya. ( ‫صيْر‬ ِ ‫ )ال َم‬yaitu, tempat kembali. Asbab an-Nuzul Asbab an- Nuzul ayat ini telah di jelaskan sebelum nya dalam hadis yang di jelaskan oleh Imam Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah dalam bab hukum kandungan ayat. Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lainnya yang bersumber dari Abu Hurairah. Begitu juga diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas: “Wa in tubdu ma fi anfusikum au tukhfuhu yuhasibkum bihillah” (al-Baqarah: 284), para sahabat merasa berkeberatan, sehingga datang kepada



114



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Rasulullah sambil berlutut memohon keringanan dengan berkata: “Kami tidak mampu mengikuti ayat ini.” Nabi Saw bersabda: “Apakah kalian akan berkata sami’na wa ‘ashaina’ seperti yang diucapkan oleh dua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang sebelum kamu? Ucapkanlah sami’na wa atha’na ghufranaka rabbana wa-ilaikal mashir. Setelah dibacakannya kepada para sahabat dan terbiasakan lidahnya, turunlah (al Baqarah: 285) tersebut, dan turunlah ayat selanjutnya (alBaqarah: 286). Munasabah Ayat Allah Swt memulai pembicaraan dalam surah ini tentang alQuran dan orang orang yang beriman, dan perbedaan mereka dengan orang orang kafir serta tentang orang orang Yahudi, kemudian Allah Swt juga menjelaskan tentang hukum hukum syariat seperti puasa, haji, dan thalaq, serta keadaan orang orang yang sesat, lalu Allah Swt menutup surah ini dengan pembahasan tentang iman kepada Nabi Muhammad Saw, dan iman kepada kitab kitab Samawiyah lainnya, serta iman kepada para rasul sebelumnya tanpa membedakan syariat dan risalah di antara mereka, kemudian dalam penutup surah ini Allah Swt juga mewajibkan untuk berpegang teguh pada syariat yang mulia ini yang mana di dalamnya terdapat kemaslahatan dan kebaikan. Keutamaan Dua Ayat ini Banyak di riwayatkan dalam hadits -hadits Nabi Saw, yang menjelaskan tentang keutamaan dua ayat ini (dalam tafsir alMunir, Wahbah Zuhaili memasukkan surah al-Baqarah ayat 285286 dalam satu tema penafsiran), diantaranya: Hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Masu’ud ia berkata, “berkata, Rasulullah Saw, barang siapa yang



115



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat membaca 2 ayat terkhir dari surah al- Baqarah pada satu malam maka 2 ayat ini mencukupinya.” Lalu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Masu’ud al-Anshari dengan lafazd,”barang siapa yang membaca dua ayat ini akhir dari surah al-Baqarah pada satu malam maka 2 ayat ini mencukupinya.” Kemudian juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Zhar berkata. Rasulullah Saw bersabda, “Aku telah diberikan peayat penutup dari surah al-Baqarah dari pembendaharaan di bawah arsy, yang belum pernah di berikan kepada nabi sebelumku.” Dan hadits dari Ibnu Mardawaih dari Ali ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku tidak melihat seorang muslim berakal tidur sampai ia membaca ayat kursi, dan penutup surah al-Baqarah, karena ia adalah pembendaharaan yang di berikan kepada nabi kalian Saw, dari bawah arsy.” Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi Saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya ke atas. Jibril berkata, “Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian turunlah malaikat dari langit. Jibril berkata, “ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini.” Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat al -Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat al-Baqarah.



116



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya).” Tafsir dan Penjelasan Ayat Allah Swt menjelaskan kepada Rasulullah Saw dan kaum mukminin untuk beriman dengan ushul aqidah, Allah mengatakan, membenarkan Rasulullah saw dan mengimani risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dari Rabnya, dari aqidah dan hukum dengan sebenar -benar keimanan dan keyakinan. Diriwayatkan dari al- Hakim dalam kitabnya Mustadrak, berkata Rasulullah Saw, ketika diturunkan kepadanya ayat ini, “kewajiban kita beriman kepadanya.” Beriman kepada Allah dan ke-Esaan-Nya serta kesempurnaan kebijaksaan-Nya dan kesempurnaan penciptaan-Nya, kemudian juga beriman kepada malaikat-Nya yang memiliki tugas penting di antaranya menyampaikan wahyu kepada rasul -Nya, kemudian juga beriman kepada rasul-rasul yang mulia, yang diturunkan kepada mereka kitab dan shuhuf untuk memberikan hidayah kepada manusia, semuanya mengatakan, “kami tidak membedakan antara para rasul dalam risalah dan syariatnya, karena seruan dakwah mereka adalah satu yaitu kepada ketauhidan dan ke-Esaan Allah Swt serta akhlak yang mulia. Adapun perincian antara para rasul dalam ayat sebelumnya. “tilkarrusulu faddalna bakdhu hum ala bakh”, bukanlah dalam hal risalah dan syariat akan tetapi hanya pada kelebihan masing masing. Inilah isyarat yang menunjukkan keutamaan orang orang yang beriman dengan ahli kitab yang mana ahli kitab beriman kepada sebagian para rasul dan mengingkari sebagian yang lainnya. Dan orang-orang beriman mengatakan, Rasulullah Saw telah menyampaikan wahyu kepada kami, dan kami telah mendengar,



117



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat memahami, mentadabburi, serta menerimanya, lalu kami mentaati perintah-perintahnya, karena kami menyakni bahwa di setiap perintah dan larangannya terdapat kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan mereka berdoa kepada Allah ampunan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, jibril berkata, “Allah telah mendengar pujianmu Muhammad dan pujian ummatmu maka berdoalah niscaya akan di kabulkan-Nya”. Hukum yang Terkandung dalam Ayat Ini a)



Iman yang teguh. Setiap mukmin wajib beriman atas segala yang Allah wahyukan kepadanya, dan seorang mukmin hendaknya beriman dengan ketauhidan Allah Swt, dia zhat yang esa dan kepada-Nyalah tempat bergantung segala sesuatu, tiada Rabb dan tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah, kemudian hendaklah seorang mukmin beriman kepada seluruh para Nabi dan Rasul serta kitab-kitab yang di turunkan kepada mereka, serta tidak membedakan antara satu dan yang lain di antara mereka, atau beriman sebagian dan mengingkari sebagian yang lainnya, akan tetapi hendaknya mengimani secara keseluruhan yang menunjukkan jalan kebahagiaan. Bukan orang-orang yang beriman seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani di mana mereka mengimani sebagian nabi dan rasul dan mengingkari sebagian yang lain. b) Iman diaplikasikan dengan ketaatan. Seorang mukmin hendaknya beriman kepada Allah Swt dan meyakini bahwa suatu saat ia akan berjumpa dengan Allah Swt, kemudian hendaknya ia mendengar dan menaati perintah-perintahNya, dan menjauhi segala larangan-Nya, dan tidak



118



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat meninggalkan kewajiban-Nya, apa lagi jatuh dalam kemaksiatan karena hal itu bertentangan dengan iman. Intisari Hukum dari Surah al-Baqarah atau yang dikenal dengan Surah Setengah al-Quran. a) Menyeru menusia untuk beribadah kepada Allah Swt. b) Mengharamkan ibadah kepada selain Allah Swt. c) Penetapan wahyu dan risalah dengan al-Quran, serta tantangan kepada manusia jika mereka ragu dengan ayatayat Allah untuk mendatangkan surah yang semisalnya. d) Pokok-pokok agama: bertauhid kepada Allah Swt, dan mengimani hari kebangkitan (kiamat) dimana banyak orang kafir yang mengingkarinya. Hukum-Hukum Bermuamalah a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)



Dibolehkan memakan dari hal-hal yang baik. Menjaga atas haq kehidupan yaitu hukum qishas. Hukum rukun Islam, mendirikan salat dan menunaikan zakat, berpuasa, serta haji dan umrah. Menginfakkan harta di jalan Allah Swt sebagai unsur solidaritas sosial dalam Islam. Mengharamkan khamar dan riba. Antusias kepada anak yatim dan membantu ekonomi mereka. Hukum -hukum nikah, thalaq, radha’ah (menyusui), masa ‘iddah istri dan nafqah. Wasiat yang dianjurkan. Pembukuan atas hutang piutang dan persaksian dan lain sebagainya. Menyampaikan amanah. Bacaan doa yang disyariatkan.



119



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



Surah an-Nisa’: 136 Dalam penafsirannya di kitab Tafsir al-Munir, Wahbah Zuhaili, memasukkan ayat ini ke dalam tema “adil dalam menghukum, kesaksiaan dengan benar dan iman kepada Allah, Rasul dan kitab-kitab suci.” Beliau menafsirkan surah an-Nisa’: 136 bersamaan dengan surah an-Nisa’: 135. Adapun pembahasan selanjutnya, hanya diuraikan penafsiran tentang surah an-Nisa’: 136.                                          “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. anNisa’: 136) Qiraat ( ‫أنزل‬, ‫ ) نز ل‬qiraat Ibnu Katsir dan Abi Umar. Dan ibnu ‘Amir. ( ‫ أ َ ْنزَ َل‬, ‫ ) ن ََّز َل‬qiraat imam lainnya.



120



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Retorika bahasa (Balaghah) ) ْ‫) َءا َمنُوآ َءا ِمنُوا‬, Allah menggunakan kata yang hampir sama bacaannya, namun berbeda pengertiannya. Dalam ilmu balaghah ini disebut Jinaas yang berfungsi membedakan bentuk kalimat. (‫ ( ضَ َّل ضَلآل‬, Dalam ilmu balaghah ini disebut jinaas yang asing (maghayiir). Tafsir dan Penjelasan Ayat Setelah menjelaskan penafsiran pada ayat sebelumnya yaitu surah an-Nisa’: 135. Kemudian Wahbah Zuhaili menjelaskan ayat sesudahnya. ia berkata: Allah kemudian memerintahkan untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dan juga kepada kitab-kitab yang diturunkan-Nya, adapun jika ayat ini merupakan Khitab atau pernyataan perintah untuk orang-orang mukmin maka perintah itu berarti “tetapkanlah hati kamu dalam keadaan yang demikian, selalu dan berkesinambungan pada keadaan tersebut, ini sebagaimana yang dibaca seorang mukmin dalam setiap sholatnya: (Ihdinasshirotolmustaqim) tunjukilah kami kepada jalan yang lurus (QS. al-Fatihah: 6), yaitu tunjukkanlah kami padanya, anugerahkanlah hidayah kepada kami dan tetapkanlah hati kami atasnya. Dan seperti apa yang diperintahkan oleh Allah: (Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kapada Allah dan berimanlah kamu kepada Rasul-Nya) (QS. al-Hadid: 28). Ini adalah pendapat Ibnu Katsir dan al-Qurtubi. 1 Kemudian firman Allah: (dan kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya)” maksudnya adalah al-Quran, (dan kitab yang diturunkan sebelumnya)” ini adalah mencakup seluruh kitab suci terdahulu.



121



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Adapun jika ayat ini merupakan pernyataan atau perintah untuk orang yang beriman dari ahli kitab maka maksudnya adalah perintah beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada alQuran, sebagaimana beriman kepada para nabi sebelumnya dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Quran. Dan diriwayatkan juga bahwa perintah ini untuk orang-orang beriman dari golongan Yahudi. Ibnu Abbas dan al-Kalabi mengatakan: “sesungguhnya ayat ini diturunkan untuk ”Abdullah bin Salam, Asad dan Asid putra Ka’ab, Sa’labah bin Qais, Salam bin Ukhti Abdullah dan Yamin bin Yamin, ketika mereka datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan: “kami beriman kepadamu dan kepada kitabmu, dan juga kepada Musa dan Taurat yang mulia, dan kami menolak kitab-kitab dan rasulrasul selain dari kedua hal itu, maka Rasululah SAW mengatakan: tidak, berimanlah kalian kepada Allah dan rasul Nya serta kitab-Nya al-Quran dan seluruh kitab suci sebelumnya. Mereka mengatakan: kami tidak mau melakukannya, maka turunlah ayat tersebut. dia berkata: maka mereka semua pun beriman. Dan Allah mengatakan dalam al-Quran: ”nazzala”(diturunkan) karena al-Quran itu diturunkan berangsur-angsur atau tidak sekaligus untuk kejadian-kejadian tertentu, sesuai dengan kebutuhan para hamba dalam kehidupan mereka. Sedangkan kitab-kitab sebelumnya diturunkan langsung dalam satu kitab yang lengkap. Karena itulah Allah menggunakan kata ”anzala” pada ayat ”walkitaab allazi anzala min qobl”. Kemudian Allah mengancam kepada siapa saja setelah perintah beriman dengan menyebutkan: ingkar kepada Allah atau kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya” atau hari



122



yang ingkar siapa yang dan ingkar akhir, maka



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat dia telah sesat, artinya telah keluar dari petunjuk dan jalan yang benar, dan jauh dari apa yang diminta oleh setiap hamba. Dan siapa saja yang membeda-bedakan antara kitab-kitab dan Rasul-rasul-Nya, yaitu dengan beriman kepada sebagiannya dan mengingkari yang lainnya seperti Yahudi dan Nasrani maka imannya tersebut dianggap tidak ada dan tidak pula diakui karena ingkar terhadap satu kitab atau seorang Rasul saja sama dengan ingkar kepada semuanya, walaupun dia beriman dengan keimanan yang benar terhadap nabinya dan kitabnya tadi, sebagaimana orang yang telah ingkar kepada Muhammad sebagai pembawa berita gembira terhadap mereka. Hukum yang Terkandung dalam Ayat Ini Ayat di atas, yaitu surah an-Nisa’: 136, mengandung tentang dasar-dasar agama dan keimanan yang benar dengan membenarkan seluruh nabi-nabi Allah dan rasul-Nya yang mulia, tanpa membedakan antara satu Rasul Allah dengan yang lainnya. Wahbah Zuhaili berkata: adapun ayat yang kedua (yaitu ayat 136), “ya ayyuhallazina aamanu aminu…” pada hakikatnya ayat ini turun pada seluruh orang mukmin, artinya: wahai orangorang yang beriman barbuat benarlah dan berdirilah di atas kebenaran kalian tersebut serta teguhlah padanya, dan benarkanlah al-Quran dan semua kitab yang telah diturunkan kepada para Nabi. Dikatakan: sesungguhnya pernyataan itu untuk orang-orang yang munafik, maka dalam hal ini berarti: wahai orang-orang yang beriman berbuat ikhlaslah kalian hanya untuk Allah.



123



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Dikatakan: arti dan tujuan ayat disini adalah orang-orang musyrik, dalam hal ini berarti: wahai orang-orang yang beriman kepada Laata dan Uzza dan thaghut, berimanlah kalian hanya kepada Allah, yaitu benarkanlah Allah dan kitab-kitabnya. Dikatakan: ayat ini diturunkan kepada siapa saja yang beriman kepada orang yang telah mendahului Muhammad Saw, yaitu kepada Nabi-Nabi terdahulu (‘alaihimussalam). Keterangan I’rab al-Quran: Pada surah an-Nisa’: 136, dalam pembahasan ini, tidak ada kata yang di I’rab oleh Wahbah Zuhaili, kata-kata yang di I’rab adalah kata-kata pada ayat sebelumnya yaitu (135). Asbab an-Nuzul: Pada point asbab an-Nuzul, Wahbah Zuhaili hanya mencantumkan asbab an-Nuzul dari ayat 135. Sedangkan asbab an-Nuzul ayat 136 terdapat di dalam tafsir dan penjelasan ayatnya. Dan begitu juga mufradat dan munasabahnya, hanya diuraikan dan dijelaskan munasabah ayat 135. Surah asy-Syu’ara: 5 Dalam penafsirannya di kitab Tafsir al-Munir, Wahbah Zuhaili, memasukkan ayat ini ke dalam tema “Kebohongan Kaum Musyrikin Terhadap al-Quran dan Kabar Buruk Mereka serta Penegasan Ke-Esaan Allah Swt.” beliau mencantumkan 9 ayat sekaligus yang terkait dengan tema tersebut. Namun pada pembahasan selanjutnya hanya diuraikan penafsiran dari surah asy-Syu’ara: 5.             



124



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat " Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan yang Maha pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.” (Q.S. asy-Syu’ara: 5) Makna Kosa Kata Bahasa Arab Kata ( ‫ ) ِذ ْكر‬artinya adalah peringatan dan nasihat yaitu alQuran. Kata ( ‫الر ْحمن‬ َّ ‫( ) ِم َن‬dari Allah yang maha pemurah) dengan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya. kata ( ‫ ) ُم ْحدَث‬artinya pembaharuan turunnya kitab untuk mempertegas peringatan dan memperluas keterangan (tentang agama). ( ُ ‫ع ْنه‬ َ ‫إال َّ كا َ نُوا‬ ‫ضيْن‬ ِ ‫) ُم ْع ِر‬, (melainkan mereka selalu berpaling daripadanya) artinya melainkan mereka memperbaharui pula keberpalingan mereka terhadapnya dan bertahan terhadap pendapat mereka sebelumnya. Kemudian kata ( ِ‫( ) فَقَدْ كَذَّبُوا بِه‬mereka telah berbohong dengannya) yaitu ingat kembali setelah mereka berpaling. Tafsir dan Penjelasan Ayat Maka Allah berfirman: “Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya” artinya setiap kali datang kepada mereka kitab dari langit (kitab suci yang dibawa para nabi) mayoritas mereka berpaling, dan tidaklah tujuan dari pembaruan turunnya kitab-kitab Allah itu melainkan untuk mempertegas peringatan, dan memperluas penjelasan, untuk di renungkan dan difikiran, dan juga sebagai hidayah dan perbaikan, namun setiap kali Allah memperbarui hal itu untuk mereka sebagai nasihat dan peringatan, setiap kali itu pula mereka memperbarui keberpalingan mereka dan kebohongannya. Hukum yang Terkandung dalam Ayat tersebut Ayat ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:



125



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat 1.



2.



3.



Wahai nabi, engkau tidak perlu sedih berlebihan dan tidak pula takut atas kebohongan dan keberpalingan mereka dengan risalah (ajaran) mu, dan tidak pula takut atas keingkaran mereka terhadap al-Quran dan da’wah Islam. Berdasarkan pembaharuan nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan tersebut, sesungguhnya orangorang musyrik itu telah perpaling dari petunjuk tersebut, dan mendustakan apa yang diturunkan kepada para nabi. Maka sungguh akan datang kepada mereka akibat dari apa yang mereka dustakan tersebut dan dari apa yang selalu mereka perolok-olokkan. dan ayat ini menjelaskan bahwa Allah mensifati orang-orang kafir dengan beberapa hal: pertama dengan kata berpaling dari al-Quran yang diturunkan”, kedua " pendusta’ dan ketiga "ingkar sampai tingkat memperolok-olokkan”. Golongan Mu’tazilah beralasan dengan firman Allah: " suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah,” maksudnya terhadap penciptaan al-Quran, mereka mengatakan: peringatan yang dimaksud adalah al-Quran, sebagaimana firman Allah: "Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah” (QS. alAnbiya’ :50) dan menjelaskan pada ayat ini bahwa sesungguhnya peringatan itu di perbaharui, maka seharusnyalah al-Quran juga di perbaharui. Maka jawaban dari perkataan mereka adalah: sesungguhnya kata "pembaruan atau yang berubah” adalah kata-kata yag dibaca terhadap wahyu saja, sedangkan asal al-Quran yaitu perkataan Allah, hal itu kekal atau tidak berubah karna Allah telah mengekalkannya.



126



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Keterangan Asbab an-Nuzul: tidak terdapat asbab an-Nuzul pada ayat tersebut. Qira’at: wahbah Zuhaili, hanya menguraikan Qira’at pada katakata yang terdapat pada ayat ke 4 dari surah asy-Syu’ara. Balaghah al-Quran: semua kata-kata yang mengandung balaghah hanya terdapat pada ayat 4 dan 6. Tidak terdapat pada ayat 5. I’rab al-Quran: tidak ada kata atau kalimat yang di i’rab dari ayat 5 oleh Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya. Hanya terdapat pada ayat-ayat selain ayat 5. Yaitu ayat 4 dan 6. Surah ar-Ra’du: 23 Dalam Tafsir al-Munir, ayat ini termasuk ke dalam kelompok tema: “ Sifat-sifat Ulul-albab yang Bahagia dan Balasan Kebaikan Mereka.” Wahbah Zuhaili, mencantumkan 5 ayat sekaligus yang terkait dengan tema tersebut, di dalamnya termasuk ayat 23 dari surah ar-Ra’du. adapun pembahasan selanjutnya, hanya diuraikan penafsiran dari surah ar-Ra’du: 23.                     



“ (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersamasama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat



127



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (Q.S. arRa’du: 23) I’rab al-Quran Kalimat ( ‫صلَ َح‬ َ ‫ ) َو َم ْن‬marfu’ dengan a’taf dari kata ganti kalimat ( ُ ‫ ) يَدْ ُخلوا نَهَا‬yang juga marfu’, dan a’taf disini baik karena adanya perantara dengan kata ganti penderita. Dan boleh juga nasab karena dia juga maf’ul ma’ahu. Tapi tidak boleh a’taf nya itu dengan jarr atas kalimat ( ‫ ) لَهُم عُ ْقبَى‬karena a’taf terhadap kata ganti yang majrur hanya ada pada pengulangan huruf jar, sedangkan kaum kuffah membolehkannya jika tanpa ُ ‫) َجن‬, adalah badal pengulangan huruf khafadh. Kalimat ( ‫ت عَدْن‬ ْ /pengganti dari kata ( ‫) عُقبَى الد َّار‬, atau mubtada yang khabarnya adalah kata (‫( يَدْ ُخلُوا نَهَا‬. Makna Kosa Kata Bahasa Arab ( ‫“ ) عُ ْقبى الد َّار‬Tempat kembali (yang baik)” yaitu balasan yang baik ُ ‫ " ) َجن‬surga-surga ’Adn" yang mereka di akhirat, ialah ( ‫عدْن‬ َ ‫ت‬ berada di dalamnya. ) ‫واج ِه ْم َوذ ُ ِريَّاتِ ِه ْم‬ ِ ‫“ ( َو َم ْن صَلَ َح ِم ْن ءَآبائِ ِه ْم َوأ َ ْز‬bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya”, yaitu siapa yang berbuat kebaikan, dan jika mereka belum melakukan tugasnya maka derajat mereka hanya sebagai kehormatan/ampunan bagi mereka, hal ini menunjukkan bahwa derajat itu bisa tinggi karena adanya syafaat, sedangkan membatasi suatu kebaikan menunjukkan bahwa itu tidak bermanfaat bagi seseorang. ( ‫“ ) ِم ْن كُ ِل بَاب‬dari semua pintu” yaitu dari pintu-pintu surga atau dari pintu-pintu rumah di surga, awal mula masuknya mereka adalah untuk ucapan selamat.



128



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Tafsir dan Penjelasan Ayat Setelah Allah menyifati orang-orang mukmin yang berfikir dengan sifat-sifat yang baik, kemudian menyebutkan balasan mereka dengan firmannya: "orang-orang itulah yang mendapat tempat kembali (yang baik)” yaitu orang-orang yang disifati tersebut dengan menyebutkan: bagi mereka balasan yang baik dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, adapun balasan di dunia adalah pertolongan terhadap musuh, sedangkan diakhirat adalah surga. ُ ‫َجن‬ Dan Allah memperjelas balasan itu dengan mengatakan: ( ‫ت‬ ‫ ( عَدْن‬yakni balasan itu ialah surga yang mereka kekal di dalamnya. Mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang mukmin yang sh‫ش‬leh dan keluarga mereka, serta anak dan cucu mereka, ini menunjukkan bahwa kemuliaan derajat adalah dengan syafaat, maka tidak lah bermanfaat hanya sebagai seorang manusia saja, dan tidak bermanfaat sesuatupun bagi manusia jika dia belum berbuat baik, sebagaimana firman-Nya: "Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya” (QS. al-Mukminun: 101) dan firman Allah Swt:" (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna " Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (Q.S. asy-Syu’ara: 88-89) Dan Nabi Saw pernah perkata kepada putrinya Fathimah ketika beliau sakit sebelum wafatnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Turmudzi: “Wahai Fathimah binti Muhammad, tanyakanlah padaku sesukamu tentang hartaku, sedikitpun aku tidak kaya denganmu daripada Allah Swt.



129



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat Hukum yang Terkandung dalam Ayat tersebut Ayat-ayat ini menunjukkan atas beberapa hukum sebagai berikut: 1. Bagi orang-orang yang berbahagia dan yang taat balasan di akhirat yaitu surga, bukan neraka, karena nanti hanya ada dua tempat yaitu: surga bagi orang yang ta’at dan neraka bagi orang yang berbuat maksiat. Sedangkan surga ’Adn adalah surga yang paling sesuai (pertengahan) yang atapnya adalah ’Arsy Allah. Diriwayatkan dalam shahih Bukhari: " jika kalian berdoa pada Allah maka mintalah surga Firdaus, karna ia adalah surga yang paling sesuai dan paling tinggi, diatasnya adalah ’Ars Allah dan dari surga tersebut memancar sungai-sungai surga.” 2. Mereka masuk ke surga bersama orang mukmin yang shalih dari orang tua mereka dan istri-istri mereka dan juga anak-anak mereka jika mereka membenarkan (ajaran Muhammad) dan beramal shalih, namun jika mereka belum melakukan apa yang diperintahkan, maka penentuan syarat a’mal di sini sama dengan penentuan syarat iman, tetapi karena anugerah Allah dan kemuliaan seorang mukmin dan pahala orang yang taat yaitu dengan kebahagiaannya dan kumpul bersama kerabatnya di surga, dan ia bersama keluarganya di dalamnya, memang dari sisi keadilan, setiap manusia masuk surga karena perbuatannya sendiri, namun dari sisi keutamaan/ kehormatan adalah karena rahmat Allah Swt. 3. Pembatasan kebaikan, sebagaimana firman-Nya: “dan siapa saja yang berbuat baik dari orang-tua mereka ....” menunjukkan bahwa tidaklah bermanfaat jika hanya menjadi seorang manusia saja, dan tidak bermanfaat sesuatupun bagi manusia jika dia belum berbuat baik. 4. Sekumpulan malaikat akan masuk ke dalam surga dari pintu-pintu yang berbeda untuk memberikan ucapan



130



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



5.



selamat kepada orang-orang mukmin, dan memberikan kabar gembira kepada mereka tentang kesejahteraan disana dengan mengucapkan “salamun ‘alaikum bima sobartum, fani’ma uqba ad-dar” (selamat sejahtera bagi kalian terhadap kesabaran kalian, Maka alangkah baiknya tempat kembali itu). Dengan ayat ini sebagian ulama berpendapat bahwa para malaikat lebih baik dari pada manusia, dengan mengatakan: sesungguhnya Allah Swt telah mengakhiri tingkatan kebahagiaan manusia dengan masuknya para malaikat kepada mereka sebagai kemuliaan dan penghormatan dan keagungan, maka martabat para malaikat itu lebih mulia dari manusia, karena jika martabat mereka lebih rendah dari manusia tentunya mereka tidaklah diperintahkan masuk untuk mengucapkan selamat dan kehormatan kepada mereka. ini menunjukkan tinggi dan mulianya derajat atau martabat mereka (para malaikat).



Keterangan Balaghah al-Quran: Wahbah Zuhaili tidak mencantumkan kalimat balaghah dari ayat 23. Tetapi kalimat balaghah terdapat pada ayat 22 dari surah ar-Ra’du. Qiraat: Wahbah Zuhaili tidak mencantumkan Qira’at. Asbab an-Nuzul: Wahbah Zuhaili juga tidak mencantumkan asbab an-Nuzul pada ayat ini.



131



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat



132



7 TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MORAL



Hamba Allah yang selalu ikhlas terhadapnya akan selalu mendapatkan ganjaran yang baik dari Tuhan mereka, yaitu mereka yang berjalan dengan tenang dan sopan. Tafsir Tematik Al-Quran



Surah ash-Shaff : 4                    “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” I’rab al-Quran:   : manshub karena mashdar pada hal.     : dinasabkan karena keadaan (hal) dari waw (‫)واو‬,   :



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral yaitu berperang disini serupa, bangunan yang tersusun kokoh.



atau sama dengan suatu



Balaghah al-Quran       : perumpamaannya adalah utusan yang khusus, dihapus darinya wajah yang diserupakan, yaitu dalam daya tahan tubuhnya dan kesembuhan. Kosa kata  : ridha, mulia, dan pertolongan.   : berbaris-baris.  : padat, dari selain celah, atau saling bersentuhan.



Penafsiran dan Penjelasan                  : Sesungguhnya Allah ridha dengan peperangan, dan diberikan pahala-pahala yang banyak jika berperang dijalan Allah, berbaris diantara mereka orang-orang yang ada dibarisan pertama. Dan ini adalah ajaran Allah bagi orang yang percaya bagaimana ketika berperang dengan musuh, dan dia mendesak Jihad dengan cara lain, inilah bukti kekuatan dan kebutuhan mereka pada perintah Allah, tanpa longgar sedikitpun, dan petunjuk kepada hukum perintah berperang, dan melakukan tugas Jihad dengan sempurna dan akurat, dan memiliki solidaritas yang satu, dan tidak ada ketentuan dalam hal ini, dan di dalamnya ada keberanian yang tidak ada keraguan, dan menghadapi musuh dengan tegas dan tidak takut dengan kematian, dengan demikian negara yang kuat akan tercapai, dan



134



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral membuktikan kemenangan dan kepribadian diri, dan diajarkan untuk menghormati orang lain. Surah al-Hasyr : 9                                           “Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orangorang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.” Asbabun nuzul surah Diriwayatkan oleh Sa’id ibn Mansur, Bukhari dan Muslim dari Sa’id ibn Jabir, berkata: Aku berkata kepada Ibnu Abbas : Mengenai surah al-Hasyr ? beliau berkata : Surah ini diturunkan di Bani Nadhir, dan dalam riwayat lain : dinamakan surah Bani Nadhir. Ibnu Abbas, Mujahid dan Zuhri dan yang lain berkata : ketika Rasulullah saw. kembali ke Madinah, beliau berdamai dengan mereka dan memberi mereka perjanjian dan tanggung jawab untuk tidak membunuh mereka dan mereka juga tidak membunuh Rasulullah, mereka mengingkari janji antara mereka dan beliau (Rasul), maka Allah menghalalkan kepada mereka



135



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral (orang-orang Islam) kekuatan-Nya, yaitu yang tidak melanggar batas kepada-Nya, dan diturunkan kepada mereka keputusanNya yang tidak dapat dibantah, maka Nabi saw. menyatakan kepada mereka, dan mengeluarkan mereka dari kekuasaan mereka yang kuat, yaitu yang tidak ada pada orang-orang Muslim, dan mereka mengira bahwasanya mereka mampu menghalangi mereka dari kekuasaan Allah, maka tidak bermanfaat apapun kepada mereka sesuatu dari Allah, dan Allah mendatangkan kepada mereka apa-apa yang belum ada dalam pikiran mereka, dan Rasulullah saw. menjalankan rencananya dan menyatakan kepada mereka dari Madinah yang pada saat itu mereka tinggal di Thaif pergi kepada utusan dari petinggi Syam, dan Thaif itu adalah negara yang terkenal dan berkembang, dan orang-orang Thaif itu mau diajak kepada kebaikan, dan diperintahkan kepada mereka untuk tidak membawa unta-unta mereka, dan mereka melenyapkan semua apa yang ada di rumah mereka yang berharga yang tidak mungkin dibawa bersama mereka, seperti dalam firman Allah swt: yaitu tentang memikirkan akibat dari menentang apa yang diperintahkan Allah, dan menentang Rasul-Nya, dan mendustakan Kitab-Nya, sebagaimana menghalalkan kepadanya dari kekuasaannya yang hina di dunia dan dihinakan oleh Allah di akhirat dengan azab yang pedih. Asbabun nuzul ayat 9 (   ) : Riwayat dari Ibnu Munzhir, dari Zaid al-Ushami: sesungguhnya kaum Anshar mengatakan: wahai Rasulullah, bagikanlah diantara kami dengan saudara-saudara kami (orangorang Muhajirin) 2 bagian dari tanah kami. Kemudian Rasulullah mengatakan, tidak. Akan tetapi cukupkanlah kepada mereka makanan pokok (beras) dan bagikan kepada mereka dari hasil kebun kalian. Dan tanah ini tanah kalian, lalu mereka



136



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral (kaum Anshar) mengatakan: menurunkan ayat ini:



kami



ridha.



Maka



Allah



(  ) Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, Dari Abu Hurairah berkata: bahwa suatu ketika ada seorang tamu datang kepada Nabi SAW dan berkata: wahai Rasulullah, seluruh istri beliau tidak memiliki apa-apa, kecuali hanya air. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Barang siapa di antara kalian yang mau menjamu tamu ini, maka Allah akan merahmatinya.” Seorang laki-laki kaum Anshar berdiri dan berkata, “Saya akan menjamunya wahai Rasulullah.” Maka diajaknya tamu tersebut ke rumahnya. Sesampai di rumah dia berkata kepada istrinya, “Apakah engkau masih memiliki sesuatu? Sang istri menyahut, “Tidak, selain sedikit jatah buat anak kita.” Maka ia pun berkata kepada istrinya, “Bujuk dan iming-imingi anak-anak dengan sesuatu, kemudian apabila tamu kita masuk rumah matikanlah lampu dan buatlah kesan, bahwa kita juga sedang makan. Apabila nanti tamu sudah siap makan, maka kamu segera mematikan lampu tersebut. Lalu pada pagi harinya orang tersebut datang kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, Nabi bersabda, “Allah heran dengan tingkah kalian berdua terhadap tamu kalian tadi malam,” maka Allah menurunkan ayat: (.‫) ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة‬ Dan diriwayatkan oleh Musaddid dalam musnadnya dan Ibnu Munzhir dari Abu Mutawakkil an-Najiy, seseorang dari kaum muslimin, disebutkan seperti ini: bahwa sesungguhnya seseorang yang menjamu, adalah Tsabit bin Qais bin Syammas, maka turunlah kepadanya ayat ini.



137



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Dan diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Abdullah bin Umar mengatakan: berikanlah (hadiahkan) kepada seseorang dari sahabat Rasulullah kepala kambing. Maka dia berkata: sungguh saudaraku Fulan dan tanggungannya dengan kebutuhan yang besar dari apa yang kita berikan. Maka diutuskan kepadanya. Lalu kepala kambing itu ia kirimkan kepada si fulan yang dimaksud. Orang yang dikiriminya itu pun memberikan apa yang diterimanya itu kepada orang lain yang lebih membutuhkannya, sehingga kepala kambing itu sempat berkeliling ke tujuh rumah, hingga kepala kambing itu kembali kepada penerima yang pertama. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:                                    I’rab al-Quran (   ) kata (): dalam bentuk jar, dikarenakan ia diperikutkan kepada (   ). Dan kata (): manshub



yang ditakdirkan kepada fi’il, dengan



takdirnya adalah: dan telah dikabulkan iman mereka. Dan kata ( ) kata kerja dalam bentuk dinashab kepada keadaan (hal) dari ( ). Dan boleh di jadikan kata ( ) dalam bentuk rafa’, hal ini jika dijadikan kata () sebagai mubtada`, dan kata ( ) sebagai khabarnya.



138



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Balaghah al-Quran Kalimat



(  )



adalah



isti’arah



(peminjaman),



diumpamakan seperti Iman (kepercayaan) yang ditetapkan dalam jiwa mereka manusia, setelah diturunkannya (kepercayaan) dan ditanamkannya bagi manusia. Kosa Kata (   ) atau yang telah menetap di madinah sudah selazimnya mereka beriman. Artinya lazimnya bagi mereka menetapkan diri mereka dengan keimanan. Dan yang



dimaksud



dengan ()



adalah kaum



pada masa



(tingkatan) hijrah (perpindahan), yaitu kaum Anshar. Kalimat ( )



yaitu



sebelum



orang



Muhajirin



berhijrah.



( ) adalah dalam jiwa mereka. ( ) yaitu sesuatu itu sendiri seperti: sakit dalam hati, iri hati dengki, dan amarah. () yaitu dari apa yang diberikan kepada kaum Muhajirin dari harta rampasan dan selainnya, yang tidak diberikan bagi kaum Anshar. (  ) dan mereka mengutamakan bagi kaum Muhajirin (orang lain) atas diri mereka sendiri, dari kebutuhan. Yaitu mereka orang–orang Anshar mengutamakan orang yang memerlukan (dari kalangan Muhajirin) atas kebutuhan diri mereka sendiri, sekalipun berpaling



dari



urusan



dunia.



()



menjadikan perhatian lebih bagi



139



keinginan



yang



mereka, artinya mereka



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral



membutuhkannya.



(  )



dan



sesiapa



yang



memelihara dirinya dari kekikiran yaitu dengan mencintai harta dan selalu terjaga dari infak atas sedekah, dan : kikir lagi rakus.



)‫ن‬  ( yaitu mereka termasuk dalam



orang-orang yang menang dengan pujian dan pahala yang datang dengan cepat dan besar. Munasabah Setelah apa yang telah dijelaskan kepada Bani Nadhir di dunia dari perusakan rumah-rumah mereka, dan pembakaran kebunkebun mereka, kemudian mereka di evakuasi ke negeri Syam, kemudian diberitakan akan hukuman-hukuman mereka di akhirat. Allah telah mengingatkan akan hukum harta yang diambil dari mereka, inilah harta rampasan. Kemudian Allah mengingatkan akan hukum harta rampasan dengan sifat yang umum. Untuk menjelaskan perbedaan antara harta rampasan (ghanimah) yang di ambil dari peperangan, dan harta rampasan (al-fiiu) yang diambil tanpa peperangan. Akan tetapi diingatkan harta yang diambil dari Bani Nadhir tanpa melalui peperangan, meskipun dengan pengepungan terhadap mereka, dikarenakan pada hari itu belum banyak kuda dan unta kepada kaum muslimin. Dan belum terputus baginya jarak yang jauh. Akan tetapi hanya 2 mil dari Madinah. Maka mereka berjalan kepada mereka (Bani Nadhir), dan tidak seorangpun yang naik kendaraan kecuali Rasulullah, dan yang tumpangi Rasulullah adalah unta. dan belum banyak orang yang berperang, dan belum ada kuda dan juga unta. Maka Allah menjaga perjalanan mereka sehingga tidak terjadi peperangan sama sekali. Dan terkhususkan kepada Rasulullah harta



140



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral tersebut, dan Rasulullah membagikan harta tersebut dengan kaum Muhajirin dan tidak dibagikan kepada kaum Anshar sesuatu apapun kecuali hanya kepada 3 orang saja yang sangat membutuhkan. Dan mereka adalah Abu Dujanah, dan Sahal bin Hunaif, dan Harits bin Tsummih. Penafsiran dan Penjelasan Atau yang tinggal di Madinah pada masa hijrah, dan di dalam hati mereka tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW, sebelum kaum Muhajirin berhijrah, dan mereka kaum Anshar, mencintai orang-orang Muhajirin, dan merelakan mereka dengan harta mereka, dan tidak sekalipun mereka memiliki sifat iri dengki, amarah, atau sakit hati di dalam jiwa mereka (Anshar) kepada kaum Muhajirin atas apa yang diberikan kepada kaum Muhajirin dari harta rampasan tersebut. Akan tetapi mereka terobati jiwa mereka itu, seperti mereka bersama orang-orang Anshar. Dan orang-orang Muhajirin telah mendahului mereka dalam mencari keuntungan dunia (merubah nasib), walaupun mereka ingin dan berkehendak. Dia berpendapat, bahwa setiap apa yang didapatkan dalam hati manusia adalah kebutuhan atau sesuatu yang diinginkan (hajat). Dan (‫ )االيثار‬keinginan: adalah mengedepankan kebahagiaan bagi orang lain, dan keinginan dalam urusan kebahagiaan duniawi.          



Barang siapa yang telah dicukupkan Allah dengan kedengkian hati dan jiwa, kikir, dan menjaganya dari itu, maka haruslah untuk menunaikan apa yang telah diwajibkan oleh syariat atas hartanya untuk berzakat dan memberi yang hak, maka sungguh ia telah lulus dan menang, dan telah mendapatkan keinginan yang dicapai.



141



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Hukum yang dapat diambil dalam ayat ini Imam Malik memberikan dalil dengan mengutamakan kota Madinah dibanding penjuru kota lain. Dalam firman Allah :           Dan dia (Imam Malik) berkata: sesungguhnya posisi penduduk kota Madinah lebih terbuka dalam mempercayai orang-orang yang berhijrah, dibandingkan dari kota (atau pedesaan lain) yang menerima (orang yang berhijrah) dengan pedang.



Surah al-Furqaan : 63                   



“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” I’rab al-Quran  



: mubtada’, dan khabarnya :   . Pada



kata   : mansub pada mashdar yaitu ( ‫) تسليما‬, damai atau perdamaian.



142



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Balaghah al-Quran   : idhafah untuk menghormati dan kehormatan.



Kosa Kata  : lembut dan kasih sayang, dan mereka ingin berjalan, dengan tenang ditempatkan di Waqar, tidak tumbuh tanpa memaksa.   : bodoh.  : yaitu damai tanpa kebaikan atau keburukan, kenakalan atau kejahatan.



atau



terikat



untuk



perkataan



Penafsiran dan Penjelasan Inilah sifat hamba Allah yang beriman dan yang dikasihi, yang mendapatkan derajat yang tinggi di dalam syurga, yaitu ada 9 sifat tersebut: 1. Merendahkan diri: (  ) atau hamba Allah yang selalu ikhlas terhadapnya akan selalu mendapatkan ganjaran yang baik dari Tuhan mereka, yaitu mereka yang berjalan dengan tenang dan sopan. Dengan tidak angkuh dan sombong. Berjalan di bumi ini dengan ramah. Dan manusia mengerjakan pekerjaan dengan lembut. Tidak menginginkan sesuatu yang membuat mereka angkuh dan perusak, seperti fiman Allah dalam wasiat Luqman kepada anaknya: Q.S. Luqman/18:                      



143



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral Dan bukanlah yang dimaksud disini berjalan dalam keadaan sakit yang dibuat-buat, dan ria. Akan tetapi dengan kesopanan dan kelembutan yang menggambarkan orang mukmin yang selalu patuh kepada Allah yang satu. Seperti Rasulullah SAW adalah tuan, kemudian lahirlah Adam, ini seperti berjalan dari atas kemudian turun kebawah. Dan seperti bumi ini menyembunyikannya. Sebagian orang salaf membenci orang yang berjalan dengan pura-pura lemah. Sehingga diriwayatkan dari Umar, sesungguhnya dia melihat seorang anak muda berjalan dengan perlahan-lahan, dan beliau mengatakan kepadanya: kenapa kamu, apakah kamu sakit ? lalu dia berkata: tidak, wahai amirul mukminin. Maka spontan beliau menolaknya, dan menyuruhnya untuk berjalan dengan kekuatan. Adapun yang dimaksud dengan ‫ هون‬disini adalah: tenang dan sopan (berwibawa). Seperti sabda Rasulullah dalam shahihain dari Abu Hurairah: Apabila kamu hendak mendatangi Shalat, maka janganlah kamu datangi dengan terburu-buru, datangilah dengan tenang, shalatlah dalam kondisi apapun yang kamu dapati, dan sempurnakan apa yang engkau tidak dapati. Diriwayatkan juga oleh Umar radhiallahu ‘anhu, pernah melihat seorang pemuda yang berjalan dengan sombong. Lalu Umar berkomentar: sungguh, berjalan seperti ini dibenci kecuali ketika berperang. Dan Allah memuji kaum (dalam al-Quran) Umar membacakan ayat: (    ).



144



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral “Dan hamba-hamba tuhan yang maha pengasih itu adalah orangorang yang berjalan di bumi dengan rendah hati” Maka sederhanalah dalam berjalan. Dan ayat yang sebanding dalam firman Allah:                     Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi langit. (Q.S Al-Isra’: 37) 2. Kesantunan atau bahasa yang baik. ( ‫واذا خاطبهم الجاهلون‬ ‫ )قالوا سالما‬atau apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), maka mereka tidak menerimanya seperti sifatnya, akan tetapi mereka saling memaafkan dan saling bergandengan tangan. Mereka tidak akan berbicara kecuali dengan yang baik, seperti Rasulullah SAW, tidak pernah menambah kejahilan bagi dirinya kecuali dengan sopan santun yang beliau tunjuk. Seperti firman Allah:                  



An-Nuhas berkata: kata (‫ )سالما‬disini bukan bermakna (‫)تسليم‬ yang diartikan penghormatan. Akan tetapi dia bermakna (‫)تسلُم‬ yang berarti terlepas. Ketika orang Arab mengatakan: (‫)سالما‬,



145



Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral maka artinya (‫ )سالما منك‬yang bermakna berlepas darimu ( ‫براءة‬ ‫)منك‬. Imam Ahmad meriwayatkan dari Nu’man bin Muqarrin alMuzni, berkata: Rasulullah SAW bersabda: ketika seseorang mencela orang yang lain, lalu orang yang dicela mengucapkan, ‫ – عليك السالم‬beliau bersabda: sesungguhnya malaikat menolongmu. Ketika dia mencelamu, malaikat berkata kepada orang yang mencela, “bahkan celaan itu untukmu, dan engkau lebih berhak atas celaan itu.” Lalu ketika engkau (orang yang dicela) mengatakan, ‫ عليك السالم‬. Malaikat berucap, “tidak” bahkan salam itu untuk engkau, engkau lebih berhak. Dan firmannya: (‫ )قالوا سالما‬berarti selalu berkata benar, atau mereka selalu berkata dengan perkataan yang ma’ruf. Hasan alBashri berkomentar: mereka berkata: ‫سالم عليكم‬, bahwa jangan kembali membodohi mereka, berkata dan berperilakulah dengan lemah lembut kepada mereka. Inilah kedua sifat dan kualitas antara mereka dan manusia, kedua mereka meninggalkan kekerasan dan membawa bahaya. Kemudian Allah SWT menyebutkan sifat-sifat mereka antara dia dan mereka: Berlanjut ke ayat-ayat berikutnya. Hukum yang dapat diambil dalam ayat ini Ini adalah sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, dan ia adalah 11 macam sifat, untuknya bernilai derajat yang tinggi di surga Jinan.



146



8 AYAT-AYAT IPTEK



Allah yang telah menjadikan hidup dan mati hikmahnya untuk mengajari manusia tentang pekerjaan Allah Tafsir Tematik Al-Quran



Allah SWT berfirman dalam Surat Al ‘Alaq 1-5 yaitu:



  



    



      



              1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [1589] Maksudnya: perantaraan tulis baca.



Allah



mengajar



manusia



dengan



Ayat-Ayat IPTEK



Asbabun Nuzul Permulaan surah ini merupakan ayat-ayat pertama dari Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT. Sisa ayat-ayat surah ini turunnya belakangan setelah tersebarnya dakwah Rasulullah saw. di kalangan kaum Quraisy dan berbagai macam gangguan mereka kepada beliau. Ahmad, Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a dia berkata, “Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak bermimpi melainkan mimpi tersebut datang seperti fajar shubuh.Kemudian beliau senang menyendiri.Beliau sering mendatangi Gua Hira’ untuk beribadah dalam beberapa malam.Beliau membawa perbekalan untuk melakukan hal itu.Kemudian beliau kembali ke Khadijah dan berbekal lagi seperti semula.Sampai pada akhirnya, beliau didatangi wahyu ketika sedang berada di Gua Hira’. Seorang malaikat mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!”Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Rasulullah saw. bersabda “kemudian, malaikat tersebut mendakapku hingga aku merasa sesak, lantas melepasku kembali dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Kemudian, dia mendakapku untuk kedua kalinya hingga terasa sesak, lantas melepasku kembali dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab, “Aku tidak bisa membaca”. Lantas dia mendakapku ketiga kalinya hingga terasa sesak, lantas melepasku kembali.Lantas membaca ayat surah al A’laq ayat 1-5. Kemudian dia berkata, “Rasulullah saw. kembali dengan membawa wahyu tersebut dengan gemetar hingga sampai di rumah Khadijah, beliau bersada, “Selimuti aku selimuti aku!” Khadijah meyelimuti beliau hingga ketakutan beliau



148



Ayat-Ayat IPTEK



hilang.Kemudian beliau bersabda, “Wahai Khadijah, ada apa denganku?” Kemudian beliau memberitahu Khadijah mengenai apa yang telah terjadi dan bersabda, “Aku mengkhawatirkan diriku.” Lantas Khadijah berkata, “Tidak, bergembiralah. Demi Allah tidak akan meragukanmu selamanya. Karena sesungguhnya kamu senantiasa bersilaturrahim, senantiasa berkata benar, membantu orang lemah, menjamu tamu dan membantu orangorang yang tegak di atas kebenaran”. Kemudian Khadijah pergi bersama beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qusyai, dia adalah anak paman Khadijah dari ayah. Di masa jahiliyyah Waraqah beragam Nasrani.Dia menulis kitab Injil dengan menggunakan bahasa Arab.Dan merupakan sosok tua dan buta. Khadijah berkata. “Wahai anak pamanku, dengarkanlah perkataan anak saudaramu!.” Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku, apa yang telah kamu lihat?” Kemudian Rasulullah saw. menceritakan dengan apa yang telah beliau lihat. Waraqah berkata, “Ini adalah Jibril yang juga pernah turun kepada Musa.Andai saja aku masih muda belia, andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.” Rasulullah saw. bertanya, “Apakah merekan akan mngusirku?” Waraqah menjawab “Iya, tidak ada seorang pun yang mengimani ajaranmu melainkan dia akan dihalang-halangi.Jika aku mendapati masa dakwahmu, aku akan membantumu sekuat tenaga.” Kemudian tidak lama dari itu, Waraqah meninggal dunia dan wahyu tidak turun hingga Rasulullah saw. sangat sedih. Beliau sering pergi untuk menjatuhkan diri dari puncak gunung, setiap kali beliau hendak menjatuhkan diri dari puncak gunung, Jibril memperlihatkan diri dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kamu adalah benar-benar utusan Allah.”Dengan hal itu jiwa beliau



149



Ayat-Ayat IPTEK



menjadi tenang dan tenteram, lanta beliau pulang ke rumah.Jika wahyu lama tidak turun, beliau melakukan hal itu lagi, ketika sudah berada di puncak gunung, Jibril menampakkan diri dan berkata seperti itu juga. I’ raab “ Iqra’ Wa rabbuka al akram” Ayat ini merupakan jumlah ismiyyah yang dinashabkan karena menjadi haal dari dhamir kata “Iqra’. Kata “Allama” berkedudukan sebagai badal isytimaal ( pengganti ) dari “allama bi al qalam”, yaitu mengajarkan dengan dan tanpa pena hal-hal yang universal dan detail, serta yang jelas dan samar. Balaghah Ayat 1 dan 2 merupakan sajak murashsha’.Perkataan “Iqra’bismi rabbika” dan “Iqra’ wa rabbuka al akram” dalam kalimat ini terdapat ithnaab dengan mengulang fi’il yang bertujuan untuk menambah perhatian terhadap urgensi membaca dan ilmu. Antara kata “Khalaqa” dan kata “alaqa” terdapat jinas naqish.Antara kalimat “allama al insana” dan “malam ya’alam” terdapat thibaaq salb. Hukum Yang Dapat Diambil 1. Penjelasan kekuasaan Allah SWT tentang penciptaan karena Allah adalah sang pencipta. Selain itu, penjelasan permulaan penciptaan dari segumpal darah beku yang tidak kering. Ayat-ayat yang mulia ini merupakan ayat-ayat pertama yang diturunkan dari Al Qur’an. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat pertama dari Allah bagi hamba-hamba-Nya dan nikmat-Nya yang dikaruniakan kepada mereka.



150



Ayat-Ayat IPTEK



2. Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw. untuk membaca Al Qur’an dengan nama tuhannya yang telah menciptakan dan dengan nama Zat yang telah mengajarkan manusia mengenai apa yang belum dia ketahui. 3. Allah SWT juga memerintahkan untuk belajar membaca dan menulis karena keduanya merupakan alat untuk mengetahui ilmu-ilmu agama dan wahyu, menetapkan ilmuilmu sam’iyyat serta menyebarkannya kepada manusia. Keduanya juga merupakan asas kemajuan ilmu,pengetahuan,etika dan kebudayaan, serta kemajuan peradaban. 4. Termasuk kemuliaan dan keutamaan yang diberikan oleh Allah adalah manusia yang sebelumnya tidak mempunyai ilmu, tenggelam dalam gelapnya kebodohan hingga Allah memindahkannya menuju cahaya ilmu. Allah SWT sungguh telah memuliakan manusia dengan ilmu. Dengan itulah Nabi Adam a.s memiliki perbedaan dengan para malaikat. Ilmu dapat dihasilkan dengan akal pikiran, lisan dan tulisan. Qatadah berkata, “Pena merupakan nikmat Allah SWT yang agung. Seandainya tidak ada pena, agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan tidak akan menjadi baik.



Surah Al Mujaadilah : Ayat 11



151



Ayat-Ayat IPTEK



                                        11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qira’ at  Riwayat imam Al kisa’iy membaca dengan isymam ( muncung ) pada huruf Qaf antara kasrah dan dhammah. Sisa imam qira’at yang lain membaca dengan kasrah seperti biasa.   Riwayat imam A’shim membaca   , dan sisa imam lain membaca dengan hazaf ( buang ) alif dan sukun pada huruf “jim.” 



152



Ayat-Ayat IPTEK



1. Ini adalah bacaan imam nafi,’ imam Ibnu Amir dan imam hafs. 2. Sisa imam yang lain membaca dengan kasrah pada huruf “shin.” Balaghah                  Ayat yang terakhir ( dari segi nahwunya ) adalah ataf khas ke atas yang am. Ia bermaksud kemuliaan orang-orang yang berilmu serta dimaksudkannya adalah mereka yang berilmu itu termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman. Asbabun Nuzul Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At Thabari daripada Qatadah bahwa beliau berkata : mereka yang dinasihatkan dengan ayat Al Qur’an itu ketika mana mereka Nampak orang yang dating kepada mereka dari depan, mereka tetap dengan tempat duduk mereka ( tidak meluaskan tempat duduk untuk orang yang baru datang ) di sisi Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh Ibnu abi Hatim dari Muqatil bahwa Muqatil berkata, “sesungguhnya ayat itu diturunkan pada hari jumaat, pada masa itu manusia dari Badar, Masa itu tempat sempit dan mereka ( yang ada dalam majlis itu ) tidak meluaskan tempat duduk mereka bagi mereka ( ahli Badar ). Maka mereka berdiri di atas kaki mereka sendiri..Sejurus itu, Rasulullah saw. menyuruh satu kelompok manusia ( yang duduk ) menjarakkan mereka dari tempat duduk mereka tetapi mereka tetap duduk di tempat mereka maka Rasulullah saw. memarahi mereka. Hukum Yang Dapat Diambil



153



Ayat-Ayat IPTEK



1.



Berlapang pada setiap majlis yang ada kebaikan yang berkumpulnya di dalamnya orang muslimin, ia merupakan perkara yang dituntut oleh syara.’ Ia juga adalah satu adab yang baik sama ada majlis nabi pada zamannya, atau majlis seorang yang alim sesudah ( zaman nabi ), atau dalam majlis perdebatan, atau zikir atau musyawarah ( rapat ), atau majlis hari jumaat ( khutbah dan shalat jumaat ), atau perayaan, atau majlis ilmu dan sebagainya. Melapangkan tempat duduk untuk orang lain itu bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi adalah suatu tuntutan sunat di sisi syara.’ Sesungguhnya seseorang itu lebih layak untuk duduk di tempat dia duduk dahulu padanya. Berdasarkan sabda Nabi saw, “ Barangsiapa yang sampai dahulu di tempat yang tidak ada orang padanya, maka dia lebih berhak untuk duduk di situ.” Tetapi dia bole melapangkan sedikit untuk saudaranya selagi mana dia tidak tersinggung supaya saudaranya tidak lagi merasa sempit di tempatnya. Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a seperti mana yang terdahulu, dari nabi saw. baginda bersabda, “ seseorang itu tidak boleh meminta saudaranya untuk bangun dari satu majlis, kemudian dia pula duduk di tempat saudaranya tadi.” Dan juga hadits yang lain dari Ibnu Umar r.a seperti yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Nabi saw, Bahwa nabi melarang seseorang membangunkan saudaranya dari tempat duduk nya kemudian dia duduk di situ, akan tetapi berlapanglapanglah dan anjak-anjaklah”. Dan adalah Ibnu Umar membenci perbuatan seseorang itu



154



Ayat-Ayat IPTEK



membangunkan saudaranya kemudian dia duduk di tempat itu. 2.



Jika seseorang itu duduk di bagian tempat daripada dalam masjid itu, tidaklah harus membangunkan dia sehingga dia duduk di tempatnya. Adapun diriwayatkan dari Muslim dari Jabir tentang nabi bersabda, “Jangan bangun seorang pun saudaranya pada hari jumaat, kemudian bersalahan pada kedudukannya, maka duduk padanya, tetapi berkatalah, lapangkanlah. Dan jika suruhan manusia memajukan ke masjid, maka mengambil tempat duduk padanya, tidak membencinya, maka apabila disuruh bangun dari keduduka, contoh seperti menghantar permaidani, atau sajadah untuk memudahkannya pada kedudukan dalam masjid.Dan duduk berkenaan dengan kedudukannya pada dibiarkan akhirnya. Adapun riwayat Muslim tentang Abi Hurairah r.a nabi berkata, “Apabila bangun salah seorang daripada kamu atau siapa yang bangun dari majlisnya kemudian kembali padanya ( tempatnya ) maka dia berhak padanya.



3.



Sesungguhnya berlapang di dalam majlis mendapat ganjaran pahala, dalam firman Allah : “Yafsihillahu lakum” yang diartikan allah akan luaskan tempatnya di dunia dan akhirat.



4.



Jika dikatakan: bangunlah untuk shalat dan berjihadlah dan beramallah amalan kebaikan. Maka diwajibkan turuti. Apabila seseorang mengajak kepada majlis nabi saw. wajib untuk hadiri, karena



155



Ayat-Ayat IPTEK



nabi saw. dapat memberi kesan kepada seseorang dalam tugasan beliau di dalam dakwahnya. Jika berkata orang di dalam majlis itu kepada orang lain yang duduk di tempatnya “ bangunlah” seharusnya dia bangun dan tunaikan hajat orang itu yaitu jika tidak tersusun padanya tempat-tempat yang rusak maka muliakanlah dia. 5.



Allah SWT angkat derajat orang mukmin dan ulama’ yaitu diberikan pahala di akhirat, Dan kemuliaan di dunia, dan diangkat derajat orang mukmin ke atas orang yang tidak beriman, dan diangkat derajat orang alim ke atas derajat orang yang tidak alim. Kata ibnu Mas’ud, “Allah telah memuji ulama’ dengan ayat ini.” Ayat “walladzina utul ilma” menunjukkan tentang ketinggian derajat di sisi Allah orang yang berilmu dan beriman, yaitu tidak mendahului orang dalam majlis ilmu duduk ditempatnya. Allah mengangkat derajat orang mukmin dengan iman nya pada permulaan dan Allah angkatkan derajat lagi dengan memberi ilmu. Telah banyak hadits-hadits nabi yang menyebut kelebihan ulama’ Antaranya hadits dari Abi Nu”aim bin Muaz, padanya dha’if :“Kelebihan orang alim berbanding dengan orang beribadah adalah seperti bulan purnama di sekeliling bintang.Di antaranya hadits hasan riwayat dari Ibnu Majah dari Utsman r.a : “Akan memberi syafaat pada hari kiamat ada tiga : Nabinabi, kemudian ulama’ dan kemudian para syuhada.” Maka mulianya kedudukan orang alim adalah di antara nabi-nabi dan para syuhada.’ Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi sulaiman a.s telah diberi



156



Ayat-Ayat IPTEK



pilihan untuk memilih di antara ilmu, harta dan kerajaan, maka dipilih olehnya adalah ilmu. Maka nabi Sulaiman dapat harta dan kerajaan sekali bersamanya.



Surah Az Zumar : Ayat 9                                   9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Qira’ at   Imam Nafi,’ dan Ibnu Katsir, menghilangkan ) tasydid.



157



dan Hamzah hazafkan (



Ayat-Ayat IPTEK



I’ raab   dengan tasydid : dengan memasukkan (“am”) dengan makna (“bal”) dan hamzah ke atas (“man”) dengan makna (“alladzi”), dan tidak diartikan dengan istifham; kerana “am” menunjukkan makna istifham , maka tidak masuk makna ke dalamnya dengan istifham. Dan dalam kalam ini di buang takdirnya :apakah beruntung mereka menderhaka kepada tuhan mereka atau orang yang beribadat kepada tuhan mereka, dan ini telah di hazafkan juga :          



Dan di baca dengan lembut atau ringan ke atas terjadinya hamzah kepada istifham dengan diartikan perhatian, dan terjadi di dalam kalam ini menghazafkan takdirnya : ataukah ia beribadat itu adalah satu perbuatan yang demikian sebagaimana ke atas yang berselisihan itu. Ini telah di masukkan ke atas perkataan yang hilang : “qul hal yastawi” atau terjadi hamzah nida’ dan takdirnya : wahai orang yang beribadat, bagi kamu berita gembira kerana sesungguhnya kamu daripada ahli surga; karena sebelumnya menunjukkan kepadanya. Balaghah “Yahzaru” “Wayarju” kedua tabaqat (mengikut ).          Dengan menghapus perumpamaannya, yang berarti seperti orang kafir. Asbabun Nuzul



158



Ayat-Ayat IPTEK



“Amman huwa qanitun” diriwayatkan ibnu Abi Hatim dari Ibnu Umar r.a pada firman tadi, telah berkata : di turunkan pada Utsman bin Affan, dan diriwayatkan dari Ibnu sa’id dari Ibnu Abbas telah berkata : diturunkan pada Amar bin Yasir. Dan diriwayatkan Jubair dari Ibnu Abbas telah berkata : diturunkan pada Ibnu Mas’ud dan Amar bin Yasir dan Salim maula Abi Huzaifah. Hukum Yang Dapat Diambil Ayat ini menunjukkan kepada wujud dua perbedaan yang bertentangan di antara kelompok manusia yaitu kelompok kafir dan kelompok orang-orang beriman. Adapun kafir : yaitu golongan yang ingkar, melihat mereka memohon kepada Allah akan kembali kepadanya hal keadaan dalam menipu kepada apabila ditimpa dengan kesakitan, atau kefakiran, atau ketakutan yang bersangatan, untuk menghilangkan kepayahan daripada itu, maka jika selamat, dan Berjaya dan sihat, maka pada ketika itu jadi ketenangan dan kebiasaan, dengan kelebihan dari Allah yang esa, melupakan tuhannya yang mereka memohon kepadanya sebelum menghilangkan bahaya daripada mereka. Dan tiada berkurang perintahnya atas kesenangan melupakan perintahnya dan berhijrah atau meninggalkannya, dan sesungguhnya boleh yang demikian itu berpegang dengan menyekutukan Allah, dan mengambil oleh mereka itu akan berhala-berhala sebagai penyekutu bagi Allah. Bahkan tidak berkurang yang demikian itu atas menyeseatkan dirinya sendiri, bahkan menyesatkan orang lain dengan perbuatannya, atau kata-katanya dan mengajak kepada



159



Ayat-Ayat IPTEK



menyekutukan Allah yang demikian itu maka bertambahtambalah dosanya. Karena ini bisa diartikan bahwa melayani kepadanya dengan keras / tekanan dan khabar buruk / celaka apabila mereka bersenang-senang di dalam kekufuran mereka dalam hal keadaan waktu yang sedikit, maka sesungguhnya tempat kembali akhiranya ke neraka. Dan adapun orang beriman : yaitu selain daripada ingkar ( berlawanan ), jalan yang tida bermasalah, teguh berpegang kepada agamany tanpa ragu-ragu, mensabitkan pada seluruh hal-hal nya kepada hal yang satu ( kepada Allah ), dan iman yang sangat teguh kepada Allah, istiqamah ke atas perintah Allah, maka menurut di sini bukan seperti orang kafir yang telah di sebutkan. Melihat akan orang-orang yang shalat khusyu’ kepada tuhannya pada malam hari dalam kepekatan malam, dan ketika manusia sedang tidur, memohon kepada tuhannya, melengkapi antara takut-takut dan terharap-harap. Kemudian Allah ta’ala menyatakan perbedaan antara kelompok orang beriman dan orang kafir dengan qarinah antara orang alim dan jahil, sebagaiman barang tidak sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui, yang demikian itu tidak sama orang yang ta’at dan orang yang maksiat. Kemudian sesungguhnya orang-orang yang mengetahui adalah orang yang manfaatkan ilmu mereka dan beramal dengannya. Adapun orang yang tidak manfaatkan ilmunya maka dia tidak beramal dengan ilmunya, maka dia itu seperti orang yang tiada mengetahui ( jahil ), dan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kafir,atau musyrik atau a’syi ( maksiat ) itu adalah jahil dan jika ia mengetahui ilmu



160



Ayat-Ayat IPTEK



tentang dunia, maka sesungguhnya disebutkan, dan diiktibarkan, dan di ambil pengajaran dengan qarinah ini orangorang yang berakal dari orang-orang beriman. Dan mengambil perhatian tertib pada bilangan kualitas orang beriman, bermula padanya dengan menyebut perbuatan pada sifatnya dengan keadaan beribadat bersujud berdiri kemudian ditutupinya dengan menyebut ilmu pada firmannya : “hal yastil ladzina ya’lamuna wa alladzina la ya;lamun” ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kesempurnaan manusia tertumpu kepada amal dan ilmu, mak ilmu itu permulaan dan amal itu adalah pengakhiran. Kemudian Allah menyifatkan bahwa orang yang manfaatkan ilmu dengan mengamalkannya adalah yang berwawasan, sesungguhnya terhasil kegigihan ke atas amalannya, maka jika ibadat itu ibarat laki-laki yang berdiri selamanya dengan apa yang diwajibkan ke atasnya daripada ketaatan. Dan firman Allah taala : “qul hal yastawil ladzina ya’lamuna” amaran besar kepada kelebihan ilmu dan kelebihan para ulama.’ Dan firman-Nya lagi :“innama yatazakkaru ulul albab” menunjukkan mendapatkan perbedaan antara ulama’ dan jahil dan pengetahuannya tidak terjadi melainkan dari orang-orang yang berpikir, artinya akal yang sehat. Telah berkata sebagian ulama’ :sesungguhnya mereka berkata : ilmu itu lebih afdhal dari harta kemudian melihat oleh ulama’ berkumpul mereka itu di sisi pintu-pintu pemerintah, dan tiada melihat akan pemerintah di sisi pintu-pintu ulama? Maka jawab orang alim sesungguhnya ini pula ditunjuki di atas kelebihan ilmu karena sesungguhnya ulama’ itu mengetahui sesuatu pada



161



Ayat-Ayat IPTEK



harta daripada manfaat maka menuntut ia dan si jahil tidak mengetahui apa pada ilmu daripada manfaatnya maka tiada mempersalahkan meninggalkan dia. Surah al-Qalam Ayat 1-4            



       



           



1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, 2. berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekalikali bukan orang gila. 3. dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. 4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Sebab Turunnya Ayat Ayat (2) ,‫ كانوا يقولون للنبي صلى هللا عليه وسلم انه مجنون‬:‫أخرج ابن المنذر عن ابن جريج قال‬ )‫ (ما انت بنعمة ربك بمجنون‬:‫ فنزلت‬.‫ثم شيطان‬ Ibnu Munzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dia berkata, “Mereka berkata kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau gila, setan. Lalu turunlah ayat ini Ayat (4) :‫ الست تقرأ القراءن‬,‫ كان خلقه القراءن‬:‫ فقالت‬,‫سئلت عائشة رضي هللا عنهما عن خلقه‬ .‫(قد افلح المؤمنون) الى عشر ايات‬ Aisyah r.a ditanya mengenai pekerti Nabi Muhammad Saw, lalu dia berkata, “Pekertinya adalah al-Qur’an. Bukankah kamu membaca ayat-ayat al-Qur’an “benar-benar beruntung orang-



162



Ayat-Ayat IPTEK



orang yang beriman.” (samapai ayat ke sepeluh) (al-Mukminun 1-10). Balaghah Lafal () dan () jinas naaqish (jinas yang tidak utuh) di antara keduanya karena perbedaan huruf kedua (jim dan nun). Lafal (  ) () () adalah wa’id (ancaman) dan intimidasi. Pembuangan maf’ul adalah untuk pembesaran kejadian. I’raab Kata (‫ )ن‬Nun dalam posisi nashab. Bisa dengan mentaqdirkan (memperkirakan) kalimat (‫)اقرأ نون‬ [bacalah surah nun] atau mentaqdirkan kalimat (‫[ )اقسم بنون‬Aku bersumpah dengan surah nun]. Kemudian huruf qasam dibuang, fi’il (‫ )اقسم‬bersambung dengan huruf tersebut [tanpa ada huruf ‫]ب‬, lalu menasbahkannya. Berdasrkan hal ini, kalimat ( ‫ما انت بنعمة ربك‬ ‫ )بمجنون‬menjadi jawab qasam. Abu Hayyan mengatakan bahwa (‫ )ن‬termasuk huruf-huruf mu’jam (asing) seperti (‫)ص‬ dan (‫)ق‬ huruf (‫ )ن‬tidak mu’rab (tidak terkena I’raab) seperti sebagian huruf awaamil yang datang bersama huruf-huruf lain dalam bentuk muhmal (tidak mempunyai makna). Menghukumi lafal tersebut dalam posisi bisa dii’raab adalah perkara rekaan. Hukum-hukumnya Ayat-ayat di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut. 1. Sumpah dengan pena dan yang tertulis dengan pena adalah petunjuk akan pentingnya dua hal tersebut,



163



Ayat-Ayat IPTEK



2.



besarnya pengaruh dan manfaat keduannya di bidang ilmu, pengetahuan, kemajuan, dan budaya. Allah memberikan hidayah dan mengancam orangorang kafir bahwa mereka akan mengetahui ketika kebenaran dan kebatilan di dunia dan akhirat telah menjadi jelas sebenarnya siapa orang yang mendapatkan cobaan gila, siapa yang jelas-jelas unggul akalnya, keselamatan jalan hidupnya, agama dan aqidah yang benar? Itu ditegaskan bahwa Allah maha mengetahui orang yang menyimpang dari agamanya, oranag-orang yang berada dalam hidayah, kebenaran dan hak, masingmasing dari kita akan dibalas sesuai amalanya pada hari kiamat.



Surah An-Nisa’ Ayat 162                                          “Tetapi orang-orang yang teguh serta mendalam ilmu pengetahuannya di antara mereka dan orang-orang yang beriman, sekaliannya beriman dengan apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Quran), dan kepada apa yang telah diturunkan dahulu daripadamu, - khasnya orang-orang yang mendirikan sembahyang, dan orang-orang yang menunaikan zakat, serta yang beriman kepada Allah dan hari akhirat; mereka itulah yang kami akan berikan kepadanya pahala (balasan) yang amat besar.”



164



Ayat-Ayat IPTEK



Sebab Turunnya Ayat Tidak semua ahli kitab mengerjakan keburukan-keburukan tersebut itu. Ada pula di antara mereka orang-orang yang mendalam ilmunya, dan orang orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dan yang diturunkan kepada Rasul-rasul sebelumnya. Di antara mereka ada pula yang dengan penuh keyakinan mengikuti ajaran Islam dengan tulus ikhlas. Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Abbas bahwa ayat ini diturunkan berhubung dengan orang-orang Yahudi yang dengan penuh kesadaran masuk Islam seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya. Mereka rajin shalat lima waktu dan menunaikan zakat, beriman kepada Allah dan Rasul-rasul Nya tanpa membedakan di antara Rasul yang satu dengan Rasul yang lain. Mereka ini telah sampai kepada tingkat keimanan dan keislaman yang tinggi dan Allah Swt, menjanjikan kepada mereka pahala yang besar di akhirat nanti. Hukum-hukumnya Pahala yang besar bagi mukmin yang beriman kepada 5 rukun iman dan mengerjakan shalat. Surah Al-Ankabut Ayat 49                   “(Al-Quran tetap datangnya dari Allah dengan tidak syak lagi) bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang terpelihara di dalam dada orang-orang yang berilmu, dan



165



Ayat-Ayat IPTEK



tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan kami melainkan orang-orang yang zalim.” I’raab Kata (‫ )بَ ل‬ini masuk dalam kelompok kata sambung (penghubung) maupun kata depan. Kata ( ‫هُ َو‬, ‫آيَات‬, ‫ )بَيِّنَات‬termasuk dalam jenis kata benda. Adapun yang dimaksud dengan kata benda meliputi kata yang menerangkan tempat, barang, nama, waktu, kondisi serta kata yang menerangkan sifat seperti kesenangan. Kata benda ini bentuk dan formatnya tidak dipengaruhi oleh waktu, baik waktu yang lalu, waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Kata (‫فِّي‬, ‫ )إِل ا‬ini masuk dalam kelompok kata sambung (penghubung) maupun kata depan kata (‫فِّي‬, ‫ )إِل ا‬ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh kata lainnya. Kata (‫ )أُوتُوا‬merupakan bentuk kata kerja dalam bahasa arab kata kerja dibedakan bentuk lampau, bentuk sedang atau akan terjadi dan bentuk perintah. jadi kata kerja ini bentuk dan formatnya tergantung dari waktu kejadiannya selain itu dalam bahasa arab kata kerja ini bentuk dan formatnya tergantung juga pada pelakunya. Kata (‫)و َما‬ َ ini masuk dalam kelompok kata sambung (penghubung) maupun kata depan. Kata (‫)و َما‬ َ ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh kata lainnya.                             “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.”



166



Ayat-Ayat IPTEK



Sababun nuzul Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut. Qira’at Lafaz   , Ibnu ‘Amir, Hamzah, dan Half membaca ‫الم تروا‬ Balaghatul Tidak dijelaskan balaghatul qur’an tentang ayat ini. I’rabu ‫ الم‬merupakan istifham, ‫ يرو الى الطير‬merupakan jumlah fi’liyah, ‫ مسخرات فى جو السماء ما يمسكهن اال هللا‬dibaca manshub dan merupakan hal dari ‫الطير‬. Hukum Ayat ini menunjukkan kepada hal-hal berikut: 1. Sesungguhnya ‘ilmu tentang langit dan bumi hanya ada pada Allah. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, kecuali orang yang diberikan ilmu. Dan sesungguhnya Allah maha mengetahui dengan yang ghaib-ghaib. Allah jua yang telah menunjuki yang halal dan yang haram. 2. Sesungguhnya terjadinya sa’ah(hari kiamat) setelah munculnya tanda-tanda yang dijelaskan merupakan kekuasaan Allah secara sempurna. Maha suci Allah lagi maha kuasa di atas segala sesuatu. 3. Sesungguhnya sebagian dari nikmat dan qudrah Allah ialah Allah menjadikan manusia di dalam rahim ibunya, tiada ilmu baginya, kemudian manusia menambahnya dengan pertanyaan untuk pengenalan dan ilmu pengetahuan. Yaitu dengan memanfaatkan pendengaran, pengelihatan dan hati maka dengan nikmat Allah tersebutlah manusia dapat belajar dan dapat berfikir. Pendengaran seharusnya



167



Ayat-Ayat IPTEK



digunakan untuk mendengar perintah dan larangan Allah. Pengelihatan seharusnya digunakan untuk melihat ciptaan Allah. Sedangkan hati digunakan untuk sebagai washilah untuk mengenal Allah. Semua itu fungsinya ialah sebagai syukur kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. 4. Sebagian dari kekuasaan dan keesaan Allah lainya ialah Allah menciptakan burung yang bisa terbang di udara. Tiada yang menerbangkannya melainkan Allah ta’ala, itulah bukti dan tanda kebersaran Allah bagi orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh rasul (risalah). Maka jika Allah tidak menciptakan burung maka tidak ada yang mampu menirunya(terbang) hingga saat ini. Surat an-Namlu ayat 88                          “ dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Sababun nuzul Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut. Qiraat Lafaz ‫ تحسبها‬Ibnu ‘Amir, ‘Ashim, dan Hamzah membacanya ‫ت َحسَبُهَا‬ sedangkan yang lainnya membacanya ‫تح ِّسبُها‬. Lafaz ‫تفعلون‬



168



Ayat-Ayat IPTEK



Ibnu Katsir dan Ibnu ‘Umar membacanya ‫ يفعلون‬sedangkan yang lainnya membacanya.



Balaghatul    merupakan tasybih baligh, yang mana dalam ayat tersebut menyerupakan kecepatan gunung sama dengan awan. I’rabul Lafaz ‫ صن َع هللا‬berbentuk manshubyaitu sebagai mashdar, karena sebelumnya dijelaskan bahwa Allah menjadikan hal tersebut. Seolah-olah Allah mengatakan bahwa “sesungguhnya Allah telah menciptakannya”, kemudian diidhafahkan mashdar tersebut kepada fa’il. Hukum Ayat tersebut menunjukkan kepada beberapa hal berikut: “Sesungguhnya maksud tiupan sangkakala ‫ نفخة فى الصور‬dalam ayat sebelumnya ialah tiupan yang pertama. Maksud ‫نفخة الصعف‬ ialah tiupan sangkakala yang mana semua makhluk akan ditarik nyawanya kecuali yang dikehendaki Allah. “ Surat al-Mulk 1-5                                                 



169



Ayat-Ayat IPTEK



                                      1. Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, 2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, 3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? 4. kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. 5. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintangbintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Sababun nuzul Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut. Qiraat Lafaz   Hamzah dan Ibnu al-Kasa’i ‫تَفَ َّوت‬



170



Ayat-Ayat IPTEK



Balaghatul ‫ ِّب َي ِّد ِّه ال ُملك‬merupakan isti’arah tamtsiliyah. Lafaz ‫ اليد‬juga bisa merupakan majaz sedangkan lafaz ‫ الملك‬merupakan haqiqah. ‫ ليَبلُ َوكُم‬merupakan isti’arah tamtsiliyah, yaitu penyerupaan perkerjaan Allah dengan perkerjaan hambanya, dalam hal memberi bala dan memberi khabar. ‫ت وال َحيَوة‬ َ ‫ ال َمو‬kedua lafas tersebut merupakan thabaq. I’rabul Ayat ‫ خلق سبع سماوات طباقًا‬. Lafaz ‫ طباقًا‬merupakan sifat dari ‫سبع‬. Adapun lafaz ‫ طباق‬merupakan jama’ dari lafaz ‫ طبق‬seperti ‫جمل‬ dengan ‫ جمال‬dan ‫ رحبة‬dengan ‫رحاب‬. Lafaz ‫ طباقا‬juga bisa dii’rab sebagai hal atau bisa juga sebagai mashdar. Ayat ‫ ثم ارجع البصر كرتين‬. Lafaz ‫ كرتين‬dibaca manshub pada posisi mashdar. Seolah-olah mengatakan ‫ فارجع البصر رجعتين‬. Penyebutan lafaz tasniyah di sini dimaksudkan sebagai jama’ bukan sebagai tasniyah semata-mata. Sebagai dalilnya ialah ayat ‫ص ُر خَا ِّسئا ً َوهُ َو َح ِّسير‬ َ ‫ َينقَ ِّلب اِّلَي‬. َ ‫ك ال َب‬ Hukum Adapun hal yang dapat diistinbatkan dari ayat ini ialah sebagai berikut: 1. Maha Agung Allah dengan zat-Nya dibandingkan yang lainnya. Allah lah pemilik bumi dan langit baik di dunia maupun di akhirat. 2. Allah yang telah menjadikan hidup dan mati hikmahnya untuk mengajari manusia tentang pekerjaan Allah.



171



Ayat-Ayat IPTEK



172



9 Ayat-Ayat Tentang Musibah



Balasan Allah akan diberikan kepada manusia yang lulus dalam menghadapi musibah adalah memperoleh kasih sayang, rahmat dan hidayah Allah SWT Tafsir Tematik Al-Quran



M



usibah, adalah bagian dari takdir Allah SWT yang akan menimpa makhluk ciptaannya yang sudah tertulis di dalam lauh mahudz (al-Hadid : 2), juga terjadinya tentu atas izin Allah (al-Taghabun : 11), Baik musibah tersebut berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (al-Baqarah : 155), yang justru dengan ada dan datangnya musibah tersebut, bisa mendatangkan barakah, rahmat dan hidayah Allah SWT, yaitu bagi orang-orang yang sabar atas musibah yang menimpanya (al-Baqarah : 157). Dengan muhasabah atas apa yang menimpanya maka manusia akan sadar, bahwa musibah yang menimpanya adalah karena perbuatan dirinya sendiri (Ali Imran : 165 dan al-Syura : 30), akan muncul penyesalan atas apa yang telah dilakukan (al-Nisa’ : 62) Dari rangkaian penjelasan diatas, manusia tidak akan lepas dari bagian rangkaian diatas, yang pada intinya adalah, manusia



Ayat-Ayat Tentang Musibah tidak akan akan lepas dari musibah yang diujikan Allah SWT. Musibah tidak hanya menimpa manusia, akan tetapi semua makhluk yang diciptakan Allah akan merasakannya. Hanya saja dalam teks-Nya, Allah sering berfirman dengan teks musibah yang menimpa manusia. Negeri kita pernah mengalami musibah dan juga negara negara lain. Mulai dari Tsunami di Aceh, jebolnya tanggul situ gintung di Tangerang dan Gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita Padang Sumatera Barat, Banjir Bandang, Tsunami dijepang, Gempa di Haiti dan masih banyak musibah yang lain Atas terjadinya musibah yang terjadi di Negeri ini, kita bertanya dalam hati kita. Apakah Allah murka dengan Negeri ini? Kalau memang terjadinya karena izin Allah. Atau karena maksiat yang dilakukan rakyat Negeri ini? Kalau memang terjadinya karena ulah manusia sendiri. Dan apa yang harus dilakukan dengan musibah yang menimpa? Berdasarkan wacana di atas, pemakalah ingin mendiskusikan sebuah pemahaman akan sebuah musibah yang ditinjau dari sisi Al Qur’an, sehingga pada akhir dari makalah ini, penulis akan mendapatkan jalan keluar dari permasalahn ini. Makalah ini hanya membatasi pada kata Musibah, adapun katakata yang lain yang mempunya makna atau arti yang sama dengan musibah seperti kata Bala, Fitnah, Cobaan, tidak dibahas dalam makalah ini, agar makalah ini bisa terfokus pada kata musibah dalam Al Qur’an saja. Pengertian Musibah Secara etimologi, kata musibah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab. Menurut Ahmad ibn Yahya sebagaimana



174



Ayat-Ayat Tentang Musibah dikutip oleh ibnu Manzhur bahwa kata ‫ مصيبة‬itu berasal dari kata ‫مصويبة‬.1 Sementara menurut Raghib al Isfahani, kata Musibah berasal dari kata melempar kemudian kata musibah dikhusus sebagai pengganti, seperti firman Allah ‫اصابتهم مصيبة‬ kata musibah itu berasal dari ‫ اصاب‬seperti firman Allah swt ‫وما اصابكم يوم الثقى‬ ‫الجمعان‬.2 Selanjutnya Al asfahani menjelaskan kata ‫ اصاب‬itu bisa berarti menimpa dengan kebaikan seperti turunnya hujan dan bisa juga berarti menimpa dengan keburukan seperti terkena panah. 3 Senada dengan al Ashfahani, Abu Hayan al Andalusi memahami kata musibah sebagai isim Fa’il dari ‫ اصابت‬sehingga menjadi khusus maknanya tentang sesuatu yang tidak disenangi atau benci, maka musibah bisa diartikan sebagai kinayah terhadap bala atau bencana, demikian Abu Hayyan menjelaskan dalam tafsirnya al Bahrul Muhith fi Tafsir. 4Ketika menafsirkan ayat ‫ وأصابتهم مصيبة‬Abu Hayyan menjelaskan bahwa kata musibah merupakan bagian dari satu jenis yang berubah (Isim dan Fa’il). 5 Di dalam al Qur’an terdapat beberapa ayat yang berasal dari satu jenis dan berubah menjadi isim dan fa’il, diantaranya ayat Al Qur’an ‫ اذا وقعت الواقعة‬dan6 ‫أزفت االزفة‬ 1



Ibnu Manzhur Jamaludin muhammad ibn Mukarram al Anshari, Lisanul Arab, (Mesir: al Mu’asarah al Misriyaahal ‘ammah li ta’lif wan naba wan nashr, tt, Juz II hal 23 2 Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, hal 296 3 Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, hal 296 4 Muhammad ibn Yusuf al Syahir bi al Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir, (Beirut: Dar al Fikr, tt) Juz 21, hal 56 5 Abu Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir,.... hal 57 6 QS. Al Najm: 57



175



Ayat-Ayat Tentang Musibah Di dalam al Qur’an setiap kata mempunyai matan sendiri. Makna itu pada mulanya dipahami dari akar setiap kata, akan tetapi makna itu kemudian dapat berkembang melalui pengertian kiasan (majazi), pengertian dalam pemakaian sehari-hari (‘Urf) atau pengertian dalam istilah (Syar’i), berbagai pengertian itu bisa mempersempit atau memperluas makna. Secara spesifik Abu Hayyan mendefinisikan musibah adalah segala sesuatu yang menyakitkan mu’min baik terhadap dirinya sendiri, harta atau keluarganya, sesuatu yang menyakitkan itu kecil atau besar. 7 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, musibah diartikan sebagai kejadian atau peristiwa 8 menyedihkan, malapetaka atau bencana. Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengertian musibah secara terminologi adalah segala sesuatu yang menimpa pada perorangan maupun komunitas baik secara tiba-tiba atau bertahap baik yang bersifat positif maupun negatif. Di dalam Mu’jam al Mufahras li alfazh al Qur’an disebutkan bahwa kata musibah dalam bentuk-bentuknya sebanyak 77 kali, 34 kali dalam bentuk fi’il Madhi yaitu 33 bentuk ashaba dan 1 bentuk Shayyib. 31 dalam bentuk fi’il mudhari’ yushibu, 1 kali bentuk masdar shawwaba, 1 kali dalam bentuk isim maf’ul mushibuha dan 10 kali dalam bentuk isim Fa’il yaitu Mushibah. Dalam makalah ini, penulis hanya membahas kata mushibah yang berjumlah sepuluh ayat dalam Al Qur’an.



7



Abu Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir,.... hal 57 Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal 602 8



176



Ayat-Ayat Tentang Musibah Ayat-ayat yang menggunakan kata-kata musibah yang disusun menurut Asbab al Nuzul No 01



Konversi Al Qashash: 47



Kedudukan Makkiyah



Ayat Al Qur’an dan Terjemahan                           47. Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: "Ya Tuhan kami, Mengapa Engkau tidak mengutus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin".



02.



Al Syura: 30



Makkiyah



                 30. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).



03.



Al Baqarah: 156



Makkiyah



                  156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"



177



Ayat-Ayat Tentang Musibah 04.



Ali Imran: 165



Madaniyah



                             165. Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.



05.



Al Nisa: 62



Madaniyah



                          62. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, Kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekalikali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".



06.



Al Nisa: 72



Madaniyah



                           72. Dan Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran)[315]. Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: "Sesungguhnya Tuhan Telah menganugerahkan nikmat kepada saya



178



Ayat-Ayat Tentang Musibah Karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.



07.



Al Hadid: 22



Madaniyah



                             22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.



08.



Al Taghabun: 11



Madaniyah



                      11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.



09.



Al maidah: 106



Madaniyah



                                               



179



Ayat-Ayat Tentang Musibah



                                106. Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu[454], jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah Ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa". 10.



Al Taubah: 50



Madaniyah



                              50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya Telah memperhatikan urusan kami (Tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.



180



Ayat-Ayat Tentang Musibah Munasabah ayat ayat tentang musibah Di dalam al Qur’an terdapat sepuluh ayat yang menggunakan bentuk kata Musibah. Berikut ini ayat ayat tersebut berdasarkan tertib turunnya ayat. Surah al Qashash:47                            47. Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: "Ya Tuhan kami, Mengapa Engkau tidak mengutus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin" Al Maraghi memaknai musibah pada ayat di atas dengan Adzab baik di dunia maupun di akhirat. Menurut al Maraghi, ayat di atas menjelaskan tentang pengutusan Rasulullah saw kepada orang-orang kafir bahwa hal itu antara lain untuk mematahkan alasan mereka, sehingga apabila siksaan Allah datang, mereka tidak akan mendapatkan hujjah lagi. Sebelum Allah swt mengutus Nabi saw, orang orang kafir ketika ditimpa adzab berdalih: Ya tuhan mengapa engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami sebelum engkau menimpakan kemurkaan dan adzabmu kepada kami, sehingga kami mengikuti semua dalilmu dan orang orang yang beriman kepada ketuhananMu dan membenarkan Rasulmu, niscaya kami sudah menimpakan siksaan kepada mereka sebagai pemberi peringatan akan siksa kami, sebagaimana telah menjadi Sunnatullah terhadap orangorang seperti mereka, sebagaimana ditegaskan pada QS al Nisa: 165, “Agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya para rasul itu”.



181



Ayat-Ayat Tentang Musibah Kesimpulan dari penafsiran al Maraghi terhadap ayat di atas adalah Allah telah menghapus segala dalil dan menyempurnakan penjelasan tentang diutusnya Nabi kepada manusia dan Allah tidak menyiksa seorang hamba pun kecuali setelah Allah menyempurnakan penjelasan dan hujjah serta mengutus para rasul. 9 Adapun Ibnu Kastir menafsirkan ayat di atas bahwa Allah swt berfirman untuk menerangkan salah satu bukti bagi kebenaran risalah Muhammad saw bahwasanya beliau dapat menceritakan hal hal yang ghaib dan membawa kisah kisah umat umat yang terdahulu, padahal beliau tidak pernah meninggalkan jazirah Arab dan menyaksikan dengan langsung apa yang beliau ceritakan dan kabarkan, disamping itu beliau seorang ummi yang tidak dapat menulis dan membaca, lahir dibesarkan di tengah tengah bangsa yang demikian keadaanya. Allah berfirman “Dan tidaklah engkau hai Muhammad berada disisi yang sebelah barat lembah suci “Tsuwa” ketika kami menyampaikan perintah kepada musa dan tidak pula engkau termasuk orang orang yang menyaksikan peristiwa itu, dan juga engkau tidak berada di dekat gunung Tsur ketika kami menyeru musa dan bercakap-cakap dengan dia dan tidak juga engkau tinggal bersama penduduk Madyan membacakan ayat ayat kami kepada mereka, tetapi kami beritahukan itu semuanya kepadamu sebagai rahmat dari tuhanmu supaya engkau memberi peringatan kepada qaum Quraisy yang sekali kali belum pernah mereka didatangi seorang rasul pemberi peringatan. 10



9



Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 7, hal 176 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Juz 3, hal 405



10



182



Ayat-Ayat Tentang Musibah Menurut Quraisy Shihab, kata musibah dapat mencakup musibah duniawi dan ukhrawi, sedangkan kalimat bima qaddamat aidihim/disebabkan apa yang mereka kerjakan, dapat mencakup amal batin seperti keyakinan yang bathil atau penyakit-penyakit hati lainnya seperti iri hati, takabur dan lainlain dan dapat juga mencakup amal amal lahiriah berupa aneka kedurhakaan seperti permusuhan, korupsi, perzinahan dan lainlain.11 Para ulama menurut Quraisy Syihab memahami kata musibah pada ayat ini dalam arti siksa duniawi. Mempersekutukan Allah misalnya menjadikan perhatian tertuju kepada sekian sumber yang berbeda beda dan ini mengakibatkan jiwa tidak tenang, sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam usaha bahkan menggagalkannya. Disisi lain, kedurhakaan mengakibatkan kekacauan dan permusuhan dan ini adalah salah satu bentuk bencana. Sebaliknya ketaatan kepada Allah, keimanan dan ketakwaan mengantar kepada kebahagian hidup, bahkan turunnya keberkatan dari langit dan bumi sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al A’raf: 96. 12 Ayat ini menurut Ibnu ‘Asyur sebagaimana dikutip Quraish Shihab adalah bagaikan menyatakan musibah duniawi berupa kebinasaan total akan jatuh seandainya Allah tidak mengutus Rasul saw. Oleh karena itu kaum Musrikin Makkah wajar mendapat siksa duniawi walau tidak datang kepada mereka rasul. Bukankah keyakinan tentang keesaannya telah tertancap dalam jiwa setiap insan? namun demikian, Allah masih merahmati mereka dan tidak menyiksa mereka dengan siksa duniawi sampai datang Rasul saw.



11 12



M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, vol 10, hal 360 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Vol 10, hal 360



183



Ayat-Ayat Tentang Musibah QS. Asy Syura: 30                30. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Al Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa musibah-musibah di dunia yang menimpa manusia tidak lain sebagai hukuman atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan, kejahatan-kejahatan serta kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka kerjakan dan Allah memafkan manusia atas kejahatan-kejahatan yang telah banyak mereka lakukan yakni dia tidak menghukum atas semua kejahatan-kejahatan tersebut. Jadi menurut al Maraghi, Allah menjadikan dosa-dosa sebagai sebab-sebab yang menghasilkan akibat. Misalnya Peminum khamar akan ditimpa banyak penyakit jasmani maupun akal didunia, yang penyakit penyakit itu merupakan itu merupakan salah satu bekas dari dosa yang ia lakukan, dan masih banyak contoh lainya. Tetapi menurut al Maraghi, hukuman yang menimpa individu-individu di dunia ini tidaklah bersifat umum. Karena sering sekali didapatkan bahwa seorang pemabuk yang telah kecanduan, dia ternyata tidak ditimpa satu penyakit pun akibat perbuatannya dan sering juga didapatkan seorang pedagang yang berkhianat, ternyata tidak ditimpa kerugian dalam perdagangannya. Dalam keadaan demikian, maka hukuman bagi masing masing dari keduanya ditangguhkan sampai hari hisab. Al Maraghi selanjutnya menafsirkan ayat di atas dengan mengutip salah satu hadis Nabi saw. Menurut satu riwayat Nabi saw bersabda kepada Ali ibn Abi Thalib, dan aku akan tafsirkan



184



Ayat-Ayat Tentang Musibah ayat ini (QS. Asy Syura: 30) kepadamu wahai Ali: Apapun yang menimpamu, baik itu penyakit, suatu hukuman atau suatu bencana di dunia, maka adalah dikarenakan perbuatan yang telah dilakukan oleh tangan-tanganmu. Sedang Allah terlalu mulia untuk mengulangi hukuman terhadapmu di akhirat. Sedangkan apa yang telah dimaafkan oleh Allah di dunia ini, maka Allah terlalu mulia untuk mengulangi setelah dia memaafkan. 13 Sementara Ibnu Kasir menafsirkan ayat di atas bahwa musibah dan bala yang menimpa manusia adalah akibat dari ulah tangan manusia sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. 14 Adapun Imam Ar Razi mengatakan bahwa yang dimaksud musibah pada ayat di atas adalah semua kejadian yang tidak disukai seperti sakit, sakit demam, panceklik karena tidak turun hujan, banjir, kesusahan dan lain sebagainya. 15 Menurut Ar Razi para ulama berbeda pendapat tentang musibah manusia, apakah musibah yang terjadi di dunia akibat perbuatan dosa-dosa yang telah lalu? Kelompok pertama mengatakan bahwa Allah akan membalas amal perbuatan manusia pada Yaum al Jaza atau hari pembalasan, sebagaimana firman Allah ‫اليوم تجزى كل نفس بما كسبت‬ dan ‫ مالك يوم الدين‬dengan demikian menurut kelompok ini berarti musibah yang menimpa manusia di dunia ini bukan akibat dosa dosa manusia yang telah lalu, kelompok kedua berpendapat musibah yng terjadi di dunia ini menimpa kepada siapa saja baik



13



Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 9, hal 38-40 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Juz 4, hal 116 15 Al Razi, Tafsir Ar Razi, Juz 27, hal 173 14



185



Ayat-Ayat Tentang Musibah orang orang Zindiq yang tidak percaya tuhan atau orang orang yang telah berbuat baik, bukan menurut kelompok ini terkadang orang orang shaleh dan bertaqwa lebih banyak terkena musibah dibandingkan orang orang yang berdosa, oleh sebab itu Nabi saw bersabda; cobaan dan ujian itu bagi para Nabi, para wali dan para shiddiqun dan orang orang shaleh. Dengan demikian kelompok kedua ini sependapat dengan kelompok yang pertama bahwa musibah yang terjadi di dunia bukan akibat perbuatan dosa dosa di masa lalu dan bukan dikatakan sebagai siksaan di dunia. Sedangkan kelompok ketiga berpendapat bahwa dunia sebagai tempat pembebanan (Dar al Taklif) dan juga pembalasan ( Dar al Jaza’). Namun ketika ada yang mengatakan bahwa musibah di dunia ini sebagai pembalasan akibat dosa dosa yang telah lalu, maka hal ini berdasarkan hadis Nabi saw “Tidak akan ditimpa musibah seseorang kecuali karena berdosa” Jadi musibah yang menimpa bagi para nabi dan para wali itu bukan berarti siksaan melainkan ujian dari Allah swt. Dengan demikian menurut Al Razi, musibah itu hanya menimpa manusia yang sudah dewasa, tidak termasuk binatang atau anak kecil karena mereka tidak kena beban syari’at (Taklif). 16 Sedangkan menurut al Zamakhsyari, ayat di atas dikhususkan bagi orang orang yang berdosa, terjadinya musibah akibat dari perbuatan orang-orang yang berdosa. Adapun orang yang tidak berdosa seperti para nabi, anak-anak dan bayi yang masih dalam kandungan, apabila mereka tertimpa musibah maka hal itu sebagai pengganti dari ke-maha pemaafNya Allah dan kemaslahan bagi mereka. 17



16



Al Razi, Tafsir Ar Razi, Juz 27, hal 173) Zamakhsyari, Tafsir al Kasyaf, (Beirut: Dar al Kutub al Alamiyah, 1995), Jilid IV, hal 219 17



186



Ayat-Ayat Tentang Musibah Sementara Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat ini seakan akan menyatakan bahwa Allah yang telah menciptakan manusia, memberi rizki dan mengendalikan urusan manusia setelah menyebarluaskannya di bumi ini. Tidak ada nikmat kecuali yang bersumber dari padaNya dan tidak ada pula musibah kecuali atas izinnya. Dengan demikian Allah sebagai Wali yang mengurus manusia. Nikmat apa pun yang di rasakan manusia adalah bersumber dari padanya dan atas kemurahanannya, dan apa Yakni musibah yang menimpa kamu-kapan dan dimana pun terjadinya-maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri yakni dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan, paling tidak disebabkan oleh kecerobohan atau ketidak hati hatian manusia. Musibah yang di alami manusia itu hanyalah akibat sebagian kesalahan manusia, karena Allah tetap melimpahkan rahmatnya kepada manusia dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan manusia, sehingga kesalahankesalahan itu tidak mengakibatkan musibah atas diri manusia. Seandainya pemaafan itu tidak dilakukanNya, maka pastilah kamu semua binasa bahkan tidak akan ada satu binatang melata pun di muka bumi ini. 18 Menurut Quraisy Shihab, ayat di atas walaupundari segi konteksnya tertujupada kaum musyrik Makkah, tetapi ia dari segi kandungannya tertuju kepada seluruh manusia baik perorangan maupun kolektif, kapan dan dimana pun dan baik mukmin atau pun kafir. 19 Lebih lanjut Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat ini menggaris bawahi adanya musibah atau hal hal yang negatif yang dijatuhkan Allah menimpa manusia dalam kehidupan dunia ini yang sebagai sanksi atas pelanggaran mereka. Namun demikian hal ini tidak selalu, bisa



18 19



M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah,..hal 503 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah,..hal 504



187



Ayat-Ayat Tentang Musibah saja ada pelanggaran yang ditangguhkan sanksinya di akhirat nanti, sebagaimana ada juga yang dicukupkan di dunia ini dan ada lagi yang panjarnya mereka terima di dunia sebagai muqaddimah dari sanksi Ukhrawi. Banyak ayat Al Qur’an yang menegaskan hakikat ini, di antaranya QS. Ar Rum 41; ‫ظهر الفسد فى البر و البحر بما كسبث ايدي الناس ليديقهم بعض الدي عملوا لعلهم‬ ‫يرجعون‬ Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Di akhir ayat di atas, Allah berfirman ‫ ويعفو عن كتير‬berarti Allah memaafkan banyak kedurhakaan sehingga dia tidak menjatuhkan sanksi duniawi. Pemaafan ini berkaitan dengan kehidupan duniawi.Itu sebabnya sekian banyak yang melakukan pelanggaran masih hidup nyaman dan terlihat bahagia. Merekaitulah yang dimaafkan, yakni yang ditangguhkanAllah siksanya dalam kehidupan dunia ini. Bisa juga pemaafan ini mencakup pemaafan duniawi dan ukhrawi. 20 Surat Al Baqarah:156                 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Menurut al Maraghi musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkan seperti meninggalkan seseorang yang dikasihi,



20



M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Hal 505-505



188



Ayat-Ayat Tentang Musibah kehilangan harta benda atau penyakit yang menimpa baik ringan atau berat. Sebelum Allah menjelaskan tentang musibah pada ayat sebelumnya (QS Al baqarah: 155) Allah menjelaskan tentang ujian bagi manusia. Sesungguhnya Allah akan menguji manusia dengan aneka ragam cobaan, yaitu rasa takut, kelaparan, kehilangan harta benda, kematian dan kehilangan penghasilan atau buah buahan. Ketika ditimpa cobaan oleh Allah hendaklah kita bersabar dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar yakni orang orang yang mengatakan perkataan tersebut sebagai ungkapan rasa iman dengan kodrat kepastian Allah. Berita gembira tersebut adalah keberhasilan yang akan dicapai oleh orang orang sesuai dengan sunnatullah terhadap makhlukNya. Sabar bukannya bertentangan dengan perasaan sedih ketika datang suatu musibah. Sebabnya perasaan sedih ini merupakan perasaan halus yang ada secara fitri pada diri manusia normal. 21 Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas, ia mengutip beberapa hadis Nabi saw. Hadis pertama diriwayatkan oleh Ummu Salamah berkata “ Pada suatu hari Abu Salamah pulang ke rumah dari majlis Rasulullah saw dan berkata “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda yang sangat menyenangkan hatiku: Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, kemudian ia membaca “ Inna Lillahi wa inna ilaihi Rajiun” (sesungguhnya kami hamba milik Allah dan kepadaNya kami kembali), lalu membaca “ Ya Allah berilah pahala bagiku dalam musibahku ini



21



Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid I, hal.206-207



189



Ayat-Ayat Tentang Musibah dan gantikanlah untukku dari musibah yang lebih baik dari padanya, melainkan akan diganti oleh Allah. 22 Menurut Al Razi makna ‫ انا ّلله‬pada ayat di atas adalah adanya keikhlasan menerima segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah dari semua cobaan dan ujian sedangkan makna. ‫اليه رجعون وانا‬ adalah adanya keihklasan menerima segala sesuatu berupa cobaan dan ujian yang akan terjadi kemudian dengan harapan mendapatkan pahala dari Allah swt. 23 Dalam Tafsirnya Ar Razi mengutip beberapa hadis Nabi dalam menafsirkan ayat di atas, hadis hadis tersebut adalah dari Nabi saw bersabda “Barang siapa mengembalikan kepasrahan ketika terkena musibah, maka Allah akan menggantinya, menjadikanya baik akibatnya dan menjadikan orang yang shaleh yang diridhai Allah. Suatu ketika lampu yang ada di hadapan Rasulullah saw padam, seketika itu Rasulullah mengucapkan “Inna Lillahi Wa inna ilaihi rajiun, maka para sahabat bertanya: apakah ini termasuk musibah, Rasulullah bersabda “Ya, segala sesuatu yang tidak mengenakkan bagi orang mukmin adalah musibah” Ibnu Abbas berkata Allah memberi kabar bahwa sesungguhnya orang mukmin ketika melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan perlindungan Allah ketika terkena musibah, maka Allah akan memberikan tiga perkara kepadanya yaitu kasih sayang, rahmat dan hidayah dari Allah.



22 23



Ibnu Kasir, Tafsir Alqur’anul ‘Azhim, hal 8 Al Razi, Tafsir Al Razi, Juz 4, hal 2



190



Ayat-Ayat Tentang Musibah Kami milik Allah jika demikian, dia melaksanakan apa saja sesuai dengan kehendakNya. Tetapi Allah maha bijaksana, segala tindakanya pasti benar dan baik, tentunya ada hikmah dibalik ujian atau pun musibah. Kalimat ini hanya kepada Nabi Muhammad dan umatnya yang diajarkan oleh Allah swt. Surat Ali Imran: 165                            165. Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Umar ibn Khattab berkata: menderitanya orang orang dalam perang Uhud akibat perbuatan mereka mengambil Fida’ diperang Badar. Pada waktu perang uhud itu ada 70 sahabat yang mati syahid, sebahagian lari kabur, terdesak, bercerai berai bahkan gigi Rasulullah yang keempat patah, topi besinya pecah, sehingga berlumuran darah di mukanya. Allah menurunkan ayat tersebut di atas sebagai peringatan bahwa penderitaan tersebut akibat perbuatan mereka sendiri. 24



24 Abi



Hasan Ali ibn Ahmad al wahidi, Asbab al Nuzul, (Beirut: al Maktabah al Saqafiyah, 1989), hal 73, lihat juga Nurcholish, Asbabun Nuzul,( Surabaya: Pustaka Anda, 1997), hal 119



191



Ayat-Ayat Tentang Musibah Musibah yang dimaksud pada ayat di atas adalah kekalahan pasukan muslimin dalam perang uhud yang membawa korban 70 orang gugur sebagai syuhada disamping yang diderita oleh Rasulullah berupa luka-luka pada pipi dan kepalanya serta giginya Patah. Musibah itu merupakan imbalan bagi kekalahan pasukan musyrikin dalam perang Badar yaitu 70 orang terbunuh dan 70 orang tertawan. Allah menerangkan bahwa mereka tidak perlu mencari sebab-sebab kekalahan itu, karena itu semuanya disebabkan kesalahan mereka sendiri yang telah dilakukan oleh regu pemanah dengan meninggalkan pos strategisnya walaupun diperintahkan oleh Rasulullah untuk tetap bertahan di tempat meski dalam keadaan bagaiamana pun. Menurut Zamaksyari bahwa yang dimaksud kata musibah pada ayat di atas adalah terjadinya kekalahan kaum muslimin dengan terbunuhnya 70 pasukan Islam dalam perang uhud. Dalam menafsirkan ayat di atas, Zamaksyari mengutip QS. Ali Imran:152 yang menjelaskan pula tentang sebab-sebab terjadinya kekalahan dalam perang Uhud bahwa Allah memenuhi janjinya ketika kaum muslimin membunuh orangorang kafir sampai dengan kaum muslimin mendurhakai perintah Rasulullah sehingga terjadi kekalahan dalam peperangan. Ada pun Firman Allah ‫ قل هو من عند أنفسكم‬maksudnya bahwa terjadinya musibah berupa kekalahan dalam perang Uhud itu disebabkan kesalahan kaum muslimin sendiri dengan meninggalkan pos yangditugaskan oleh Rasulullah saw. 25



25



Al Zamakhsyari, Tafsir Kasyaf, Jilid I, hal 427



192



Ayat-Ayat Tentang Musibah Surah Al Nisa:62                          62. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, Kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna". Menurut Riwayat al Tabrani dari Abu Zaid Ahmad ibn Yazid dari Abu al Yaman dari Safwan bin Umar dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa Asbabun Nuzul ayat ini adalah karena adanya seseorang yang bernama Abu Barzah al Aslami pendeta Yahudi yang menjadi hakim bagi mereka, memberi keputusan hal-hal yang dipersengketakan, didatangi pula oleh orang-orang musyrikin untuk menyelesaikan masalah masalah yang menjadi persengketaan, maka turunlah ayat ini. 26 Al Maraghi menafsirkan bahwa ayat di atas menggambarkan bagaimana keadaan orang munafiq yang menjadikan hakim selain Rasulullah dengan alasan untuk menghendaki kebaikan di dalam Mu’amalah dan tercapainya kesepakatan antara mereka dengan musuh-musuhnya dengan cara mengambil manfaat dan ketika mereka tertimpa musibah, mereka kembali menjadikan Rasulullah sebagai hakim mereka padahal mereka hanya menipu. 27



26 27



Ibnu Katsir, Tafsir Al Quranul Azhim, Juz I, hal 519 Al Maraghi,Tafsir al Maraghi, Jilid II, hal 77



193



Ayat-Ayat Tentang Musibah Ibnu Katsir lebih tegas mengatakan bahwa Allah mencela orangorang munafiq, bagaimana jika mereka terpaksa datang kepadamu, disebabkan musibah yang menimpa mereka, akibat dosa-dosa mereka dan mereka bersumpah untuk membenarkan tindakan mereka berhakim kepada Thaghut, bahwa mereka sebenarnya melakukan itu bukan dari hati mereka dan bukan karena percaya akan kebenaran hakim-hakim, tetapi hanya sekedar berpura-pura. 28 Sedangkan menurut Quraisy Shihab bahwa ayat ini merupakan gambaran tentang sifat buruk yang lain dari orang munafiq, yaitu ketika mereka ditimpa musibah dan dapat juga dipahami dalam arti ancaman terhadap mereka saat bencana menimpa. 29 Surat Al Nisa: 72                         Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata” sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka (QS. An Nisa: 72) Menurut pemakalah kata Musibah pada ayat di atas mengandung pengertian kekalahan atau terbunuh (dikeranakan konteks ayat sesuai dengan keadaan peperangan). Menurut Ibnu katsir bahwa Allah menggambarkan sikap orang-orang Munafiq yang enggan ikut berperang dan bila terjadi musibah dan 28 29



Ibnu Katsir, Tafsir Al Quranul Azhim, Juz I, hal 519 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, hal 467



194



Ayat-Ayat Tentang Musibah kerugian seperti jatuhnya korban dan kekalahan dalam perang yang mereka tidak ikut, mereka berkata bahwa Allah telah memberi karunia kepada mereka dengan tidak ikut berperang, padahal mereka tidak tahu bahwa orang Islam yang wafat di medan perang adalah Syuhada dan disediakan bagi mereka pahala yang besar atas kesabaran dan pengorbanan mereka. Akan tetapi jika Kaum muslimin menang dan memperoleh Ghanimah (harta rampasan perang) mereka berkata “Alangkah beruntungnya andaikata kami bersama-sama, niscaya kami akan mendapat bahagian dari kemenangan dan ghanimah yang diperoleh itu. 30 Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat di atas menggambarkan sikap orang munafiq saat panggilan untuk berjihad dikumandangkan, mereka melambat-lambatkan bahkan berat hati jika diajak ke medan perang. Bahkan mereka mendorong orang lain untuk ikut jejak mereka tidak ikut berjuang karena kelemahan iman mereka. Menurut Quraisy Shihab lebih lanjut mengatakan bahwa ayat ini merupakan kecaman, sekaligus menggambarkan sikap aneh dari orang-orang munafiq, pada saat orang beriman gagal, mereka bersyukur pada saat kaum muslimin berhasil, mereka sedih. Ketika itu mereka mengucapkan kata-kata yang sebenarnya sungguh aneh, keadaan mereka dan ucapan itu sama dengan ucapan orang yang tidak pernah ada hubungan pergaulan-yang mestinya akrab, harmonis dan penuh kasih sayang- dengan orang-orang yang beriman. 31



30 31



Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anul Azhim, Juz I, hal 524 M Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, Vol 2, hal. 482



195



Ayat-Ayat Tentang Musibah Surat Al Hadid: 22                               Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (QS. Al Hadid: 22) Ibnu Kasir mengutip riwayat dari Ibnu Jarir ath Tahbari dari Ya’qub dari Ibnu ‘Aliyah dari Manshur bin Abdurrahman, dia berkata saya duduk bersama Hasan, ketika Hasan ditanya oleh seseorang tentang ayat di atas, maka Hasan menjawab, bahwa siapakah yang ragu tentang hal ini, bahwa tiap kejadian musibah yang terjadi diantara langit dan bumi semua telah ditentukan sebelumnya oleh Allah. Apakah musibah itu berupa kekurangan hasil makanan, tanaman atau yang menimpa manusia pada dirinya dan keluarganya. Di dalam hadis diterangkan “Tiada seseorang yang ditimpa musibah terkena duri, terkilir kaki, atau sakit di dalam urat melainkan semua itu disebabkan oleh dosa yang dilakukannya, sedang yang dimaafkan oleh Allah jauh lebih banyak. 32 Al Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa setelah Allah swt menerangkan bahwa kenikmatan dunia ini akan sirna dan binasa dan bahwa kebaikan maupun keburukan yang ada padanya tidaklah kekal, maka dilanjutkan dengan menyatakan remehnya musibah-musibah yang menimpa orang-orang mukmin. Karena musibah-musibah itu merupakan kebahagiaan 32



Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’anul Azhim, Juz 4, hal 313-314



196



Ayat-Ayat Tentang Musibah dan ketentraman jiwa mereka. Tanpa musibah-musibah tersebut, maka mereka akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan. Oleh karena itu tidak sepatutnya mereka bersedih atas apapun yang luput dari mereka dan tidk perlu bersenangsenang dengan kelezatan dunia yang fana ini. 33 Menurut Quraisy Shihab, ayat di atas mengingatkan agar manusia jangan terlalu risau dengan apa yang mungkin dibisikan syetan menyangkut dampak negatif dari berinfaq dan berjuang. Kata Musibah menurut Quraish Shihab sebenarnya mencakup segala sesuatu yang terjadi, baik positif maupun negatif, baik anugerah maupun bencana. Tetapi kata tersebut populer digunakan untuk makna bencana. Bahkan Quraisy Shihab mengatakan ayat diatas bisa saja dipahami dalam pengertian umum-Yakni selain bencana- karena memang Allah maha mengetahui segala sesuatu.34 Surat At Taghabun: 11                         Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah mengetahui segala sesuatu (QS.At Taghabun:11) Menurut Al Maraghi musibah adalah sesuatu yang mengenai dan menimpa manusia berupa kebaikan dan keburukan. Dan 33 34



Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 9, Hal.438 M Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Vol 14, Hal 43



197



Ayat-Ayat Tentang Musibah diharapkan bagi manusia untuk bersungguh-sungguh dan bekerja, kemudian ia tidak usah menghiraukan apa yang dilakukan terhadap dirinya karena dia tahu bahwa yang demikian itu di luar kesanggupannya, tidak akan menyulitkan dan tidak akan menyusahkannya. Orang mukmin mempunyai dua kewajiban, pertama berusaha dan mencurahkan tenaga untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bencana semampumampunya, kedua, bertawakkal kepada Allah sesudah itu, karena dia yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi menurut qadha dan QadarNya, sehingga ia tidak bersedih dan susah jika terjadi keburukan dan tidak pula berkepanjangan dalam kesenangan jika terjadi kebaikan. 35 Dalam ayat ini Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah menyatakan tiada sesuatu yang terjadi di alam ini melainkan dengan kehendak dan kekuasaan Allah, sedang siapa yang beriman kepada Allah pasti ia akan rela pada putusan Allah, sedang siapa yang beriman kepada Allah pasti ia akan rela pada putusan Allah, Qadha dan QadarNya, dengan iman itulah hati akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa yang dikehendaki tidak akan terjadi. 36 Dalam salah satu Hadis Rasulullah saw bersabda: Rasulullah saw bersabda: sungguh mengagumkan keadaan mukmin itu karena semuanya mengandung kebaikan, apabila ia mendapat kenikmatan maka ia bersyukur dan hal itu baik baginya dan



35 36



Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid 10, hal 126-127 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’anul Azhim, Juz 4, hal 375



198



Ayat-Ayat Tentang Musibah apabila ditimpa kesengsaraan maka ia bersabar dan itu baik pula baginya, (HR. Muslim). 37 Dalam Tafsir Ar Razi ada beberapa pendapat para ulama tentang Tafsir dari Lafaz‫ قلبه يهد‬pada ayat tersebut. Ibnu Abbas misalkan menafsiri potongan ayat tersebut dengan menyelamatkan karena perintah Allah swt. Para ulama Ahl al Ma’ani mengartikannya dengan bersyukur ketika mendapatkan kelapangan dan bersabar ketika terkena musibah. Sedangkan al Zujaj memaknainya dengan ketenangan. 38 Pendapat lain mengatakan makna‫( قلبه يهد‬Yahdi Qalbahu) adalah Istirja’ kepada Allah ketika ditimpa musibah, sedangkan menurut Mujahid adalah dengan bersabar. 39 Sebelum ayat diatas, Allah berfirman mengancam kaum kafir dengan siksa di neraka, menurut Quraisy Shihab, para ulama berpendapat bahwa ketika itu kaum musyrikin berkata”kalau memang kaum muslimin berada dalam kebenaran tentu Allah tidak akan menjatuhkan bencana atas mereka, termasuk bencana yang terjadi melalui upaya kaum musyrikin. Untuk menyingkirkan keresahan itu ayat di atas menyatakan “Tidak menimpa seseorang satu musibah pun”berkaitan urusan dunia atau agama kecuali atas izin Allah melalui system yang telah ditetapkan dan selalu di bawah control dan pengawasanNya. Siapa yang kufur kepada Allah, maka dia akan membiarkan hatinya dalam kesesatan dan siapa yang beriman kepada Allah dan percaya bahwa tidak ada yang terjadi kecuali atas izinNya 37



Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi An Nisaburi, Shahih Muslim, (Ttp: Dar Al Ihya Wa al Kutub al Arabiyah,tt), Juz 4, hal 2295 38 Al Razi, Tafsir al Razi, Juz 30, hal 27 39 Az Zamakhsyari,Tafsir Al Kasyaf, Jilid 4, Hal 537



199



Ayat-Ayat Tentang Musibah “niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” sehingga dari saat ke saat ia akan semakin percaya, serta tabah dan rela atas musibah yang menimpanya sambil mencari sebab-sebabnya dan semakin meningkat pula amal-amalnya baiknya. Allah menyangkut segala sesuatu maha kuasa dan Allah menyangkut segala sesuatu maha mengetahui. Karena itu sabarlah menghadapi aneka cobaan serta lakukanlah introspeksi dan taatlah kepada Allah di setiap tempat dan waktu dan taatlah kepada Rasul dalam segala hal yang diperintahkan. 40 Surat al Maidah: 106                                                                  



Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya



40



M. Quraisy Shihab, Tarsir al Misbah, Vol 14, hal 274-275



200



Ayat-Ayat Tentang Musibah bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu:”(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”(QS. Al Maidah:106) Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa Asbab al Nuzul ayat di atas adalah karena dua orang nasrani yang bernama Tamim al Dairi dan ‘Adi bin Bada sering berpulang pergi ke Syam berdagang sebelum mereka masuk Islam. Ikut bersama mereka seorang Maula dari Bani Salim yang bernama Badil bin Abi Maryam yang juga membawa dagangan serta membawa bejana yang dibuat dari perak. Di perjalanan Badil bin Abi Maryam sakit dan ia berwasiat kepada kedua orang itu agar harta pusakanya disampaikan kepada ahli warisnya. Berkatalah Tamim;”ketika ia mati kami ambil bejana perak dan kami jual dengan harga seribu dirham, dan uangnya kami bagi dua bersama Adi bin Bada. Setelah kami sampaikan amanat warisan itu kepada ahli warisnya, mereka kehilangan bejana perak dan bertanya kepada kami dan kami katakan bahwa Badil tidak meninggalkan selain yang telah kami serahkan”. Setelah Tamim masuk Islam, ia merasa berdosa dari perbuatan itu kemudian mendatangi ahli waris Badil dan mengaku terus terang serta menyerahkan uang sebanyak lima ratus dirham dan sisanya lima ratus dirham ada pada kawannya (Adi bin Bada). Maka berangkatlah ahli warisnya itu beserta Adi menghadap Rasulullah saw. Rasulullah saw minta bukti-bukti tuduhan teradap Adi itu, tetapi mereka tidak dapat memenuhinya.



201



Ayat-Ayat Tentang Musibah Kemudian Rasulullah menyuruh mereka menyumpah Adi dan ia pun bersumpah, maka turunlah ayat ini. 41 Dalam ayat sebelumnya, Allah mengingatkan bahwa tempat kembali sesudah mati adalah Allah dan bahwa pada hari kiamat kelak akan ada penghisaban/perhitungan dan pembalasan atas amal. Di dalam ayat ini Allah memberikan petunjuk supaya kita berwasiat sebelum meninggal dan bahwa harus diadakan persaksian terhadap wasiat itu, sehingga tidak hilang dari orang yang berhak menerimanya. Kesaksian yang disyari’atkan dalam hal ini ialah kesaksian dua orang laki-laki diantara kalian dari orang-orang yang adil dan istiqamah (lurus). Kedua saksi itu dimintai kesaksiannya oleh orang yang berwasiat atas wasiatnya, sehingga kedua saksi itu akan memberikan kesaksianya di waktu dibutuhkan. Kata-kata Minkum pada ayat di atas menurut al Maraghi berari diantar kaum Mukminin atau kesaksian dua orang lainnya bukan dari kaum muslimin, jika kalian dalam keadaan bepergian, lalu terkena bahaya dan melihat tanda-tanda kematian kalian, sedang kalian ingin berwasiat. Tidak diragukan lagi, di dalam ayat ini tersirat anjuran untuk menguatkan wasiat dan memberikan kesaksian terhadapnya. 42 Ayat ini mengandung hukum yang sangat berharga, ada pendapat bahwa hukum ayat ini Mansukh, tetapi kebanyakan ulama berpendapat bahwa hukum ini tetap Muhkam, karena jika itu ada yang berpendapat Mansukh harus menjelaskan buktinya, demikian pendapat Ibnu Jarir.43



41



Nurcholis, Asbab al Nuzul, Hal 221-222 Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid 3, hal 39-40 43 Ibnu Kasir, Tafsir al Qur’anul Azim, Juz 2, hal 113 42



202



Ayat-Ayat Tentang Musibah Ibnu Zaid sebagaimana dikutip oleh Ibnu Kasir mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan adanya seseorang yang akan meninggal dunia sementara disampingnya tidak ada orang Islam, hal ini terjadi pada permulaan Islam ketika masih terjadi perang antara muslim dengan kafir, juga orang-orang menerima warisnya dengan wasiat, kemudian di mansukhkan kewajiban wasiat dengan ayat pembagian waris dilakukan oleh semua orang. Sementara Ibnu Mas’ud ketika ditanya mengenai ayat ini mengatakan bahwa ayat itu mengenai seorang musafir membawa hartanya tiba-tiba akan mati, maka jika mendapatkan dua orang muslim, diserahkan kepadanya hartanya dan dipersaksikan oleh kedua orang yang adil dari kaum muslimin. 44 Surah al Taubah: 50                      Jika kamu mendapatkan sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata:”Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang) dan mereka berpaling dengan rasa gembira. (QS. Taubah: 50) Menurut al Maraghi kebaikan adalah sesuatu yang apabila tercapai akan menyenangkan jiwa, seperti harta rampasan perang, kemenangan dan lain sebagainya. Yakni segala apa yang membuat hati gembira seperti kemenangan dan harta rampasan perang, sebagaimana yang diperoleh dalam perang Badar akan



44



Ibnu Kasir, Tafsir Al Qur’an al Azhim, Juz 2,113



203



Ayat-Ayat Tentang Musibah membuat orang-orang kafir berduka cita, karena sangat dengki dan bencinya mereka kepada umat Islam. Jika kamu ditimpa kesusahan seperti bercerai-berainya pasukan sebagaimana terjadi dalam perang Uhud, maka dengan membanggakan buah pikiran dan memuji perbuatannyamereka berkata “Kami telah mendapatkan kepentingan kami dengan memerintahkan supaya berhati-hati, yang merupakan kebiasaan kami ketika kami tidak turut berperang dan tidak menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan” Mereka meninggalkan tempat ketika kata kata itu dilontarkan, dengan rasa gembira di atas penderitaan orang lain. 45 Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Jabir ibn Abdullah bahwa kaum munafiq yang menyelusup ke Madinah menyebarkan berita buruk tentang Nabi saw dan para sahabatnya. Mereka mengatakan bahkan kaum mukminin mendapatkan kesusahan dalam perjalanannya dan binasa. Namun kemudian sampai berita tentang kedustaan berita mereka dan selamatnya Nabi saw beserta para sahabatnya. Akhirnya mereka menerima akibat yag buruk, lalu Allah menurunkan ayat ini. 46 Allah swt memberitahu Nabi Muhammad saw tentang rasa dengki dan permusuhan orang orang munafiq terhadap dirinya, sehingga bila beliau mendapat kebaikan dan karunia seperti kemenangan dalam suatu peperangan, maka mereka tidak senang dan merasa jengkel. Tetapi sebaliknya bila beliau ditimpa musibah dan hal hal yang buruk seperti kekalahan dalam suatu peperangan, mereka menyambut peristiwa itu dengan suka ria dan gembira seraya berkata “kami telah



45 46



Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 4, hal 110 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 4, hal 110



204



Ayat-Ayat Tentang Musibah mengirakan sebelumnya bahwa hal itu akan terjadi, karenanya kami engggan berangkat turut berperang” maka Allah telah memberi petunjuk kepada beliau begaimana menghadapi sikap kaum munafiq itu dan memerintahkan agar beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka itu dengan mengatakan “Sekalikali tidak ada sesuatu yang akan menimpa diri kami selain apa yang telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah. Dialah pelindung kami dan hanyalah kepada-Nya kami dan orangorang mukmin bertawakal. 47 Quraisy Shihab menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pendapat al Biqa’i bahwa ayat ini dapat merupakan penjelasan mengapa nerakan jahannam telah meliputi mereka. Apapun hubungan yang dipilih yang jelas adalah hati kecil mereka tidak senang jika Nabi Muhammad saw menang dalam peperangan bahkan “Jika suatu kebaikan menimpamu wahai Muhammad, mereka tidak senang karena adanya kedengkian dalam jiwa mereka”Dan jika suatu bencana menimpamu” walau kecil seperti ketika terjadi perang Uhud, mereka berkata sesungguhnya kami, sebelum jatuhnya musibah ini telah mengambil ancang-ancang yang menyangkut urusan kami sehingga kami tidak taat kepadanya dan tidak mengikutinya pergi berperang” dan mereka terus menerus berpaling menuju tempat mereka “Dalam keadaan mereka amat gembira” akibat musibah yang menimpamu itu serta keterhindaran mereka. Katakanlah: kami tidak akan berucap seperti ucapan kalian karena kami yakin bahwa siapa pun tidak mampu mendatangkan manfaat atau menampik kemudharatan kecuali atas izin dan restu Allah swt, tetapi kami akan berucap bahwa “sekali-kali tidak akan” ada yang “menimpa kami”positif atau



47



Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’an al Azhim, Juz 2, hal 370



205



Ayat-Ayat Tentang Musibah negatif pada lahirnya “Melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami”.48 Beberapa contoh musibah dalam al Qur’an Banjir besar yang dialami Nabi Nuh dan umatnya Allah swt berfirman dalam QS. Al Ankabut 14-15                                      Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada umatnya, maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,dan mereka adalah orang-orang yang zhalim, maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (QS. Al Ankabut:14-15) Dalam ayat tersebut Allah menyebut bencana itu sebagai banjir besar dan seluruh orang kafir pada waktu itu ditenggelamkan. Besarnya banjir pada waktu itu ditandai oleh beberapa kejadian, diantaranya adalah gelombang yang menggunung (QS. Hud:4243) yang kedua digambarkan Kan’an lari ke puncak gunung, yang ketiga nabi Nuh diperintahkan untuk membawa serta binatang berpasang-pasangan artinya bukan hanya manusia yang mengalami kebinasaan pada waktu itu melainkan juga binatang-binatang dalam wilayah yang sangat luas, sehingga dikhawatirkan tidak ada kehidupan yang tersisa (QS. Hud: 40).



48



M.Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, vol 5, hal 583



206



Ayat-Ayat Tentang Musibah Musibah Angin yang menimpa nabi Hud dan kaum ‘Ad Nabi Hud diutus Allah untuk menjadi Rasul di kalangan kaum ‘Ad disebuah wilayah jazirah Arab, antara Oman dan Hadramaut. Negerinya makmur, maju, peradabannya tinggi, banyak gedung-gedung yang menjulang, harta benda melimpah serta binatang ternak maupun hasil buminya memberikan kesejahteraan kepada kaum Ad. 49 Kaum Ad adalah kaum yang berperadaban maju, belum ada kaum yang semaju itu sebelumnya sehingga dengan sombong mereka mengatakan bahwa mereka adalah bangsa yang hebat dan kuat. Tidak ada yang lebih hebat dari mereka. 50kesombongan itulah yang mengantarkan kaum Ad kepada kehancurannya. Allah mengutus Hud yang merupakan saudara mereka untuk memperingati mereka, apa pun yang ditunjukan oleh Nabi Hud, tetap saja mereka tak mau menerima dan tetap pada kekafiran. Maka tidak ada pilihan lain, jika sudah diperingatkan berkali-kali dan tetap juga kufur maka Allah mengirimkan angin yang membinasakan dengan petir yang bersahut-sahutan serta suhu yang sangat dingin dan keadaan seperti ini berlangsung selama 8 hari dan 7 malam. Maka tumbanglah kaum Ad begitu juga dengan bangunan mereka. Petir yang menimpa Nabi Shaleh dan kaum Tsamud Nabi Shaleh diutus kepada kaum Tsamud untuk memperbaiki akhlak dan ketauhidan. Akan tetapi mereka menolak dengan penuh kesombongan, bahkan mengirimkan sembilan orang terkuatnya untuk membunuh nabi Shaleh dan unta betina yang menjadi Mukjizatnya. Maka Allah pun menimpakan bencana



49 50



Lihat QS. Al Fajr: 6-8 Lihat QS al Fushilat: 15



207



Ayat-Ayat Tentang Musibah dahsyat berupa gempa dan petir yang menghancurkan kota mereka. 51 Musibah hujan batu untuk kamu Luth Nabi luth diutus oleh Allah untuk meluruskan perbuatan keji kaumnya yaitu kebiasaan melakukan hubungan seksual antara sesama laki-laki. Suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya. Nabi Luth sangat membenci perbuatan itu karena Allah tidak meridhainya. 52 Dan berdoa agar terhindar dari perbuatan keji itu yang akan mendatangkan bencana. Nabi Luth telah menyampaikan hal itu kepada umatnya akan tetapi mereka tidak percaya, bahkan semakin menjadi-jadi. Dua malaikat (yang menyerupai pemuda) menyuruh Luth dan kaum beriman agar meninggalkan kota itu di waktu subuh karena kota itu akan dihancurkan. 53kota mereka dihujani batu dari langit, istilah Al Qur’an adalah batu dari tanah yang terbakar. 54 Penyakit yang menimpa Nabi Ayyub Menurut para Mufassir dan sejarahwan nabi Ayyub adalah seorang yang kaya, ia memiliki tanah yang luas, unta, lembu dan kambing yang banyak pula serta berbagai hewan ternak lainya. Ia juga memiliki banyak hamba sahaya dan berasal dari kalangan besar dan terpandang. Kemudian Allah mengambil semua itu lalu menguji dan mencobanya dengan penyakit kulit di seluruh tubuhnya, kecuali hati dan lisannya. Penyakit Nabi



51



Lihat QS. Al Taubah: 70 dan Al A’raf: 74 Lihat QS. Al Syu’ara: 168-169 53 Lihat Hud: 81-82 54 Lihat al Qamar: 34 52



208



Ayat-Ayat Tentang Musibah Ayyub berkepanjangan hingga seluruh orang menjauhinya bahkan ia diasingkan keluar kota, tinggallah istrinya yang setia merawatnya selama kurang lebih 18 tahun, walaupun sang istri pernah berkata kepada Ayyub “Kalau engkau memohon kepada tuhanmu niscaya dia akan menyembuhkanmu” Ayyub menjawab “ saya telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat dan masih kurang dibanding sakitku yang kurang dari 70 tahun, namun demikian Ayyub tetap sabar dan tabah dengan hatidan lisannya ia berdo’a. 55 Allah kemudian mengabulkan doa Ayyub dan melepaskannya dari ujian dan cobaan yang buruk yang sangat panjang. Harta dan kekayaan kemudian diperoleh kembaliseperti dahulu, badanya berangsur sehat, sehingga istrinya sendiri hampir tak mengenalnya. Itulah balasan dari Allah atas kesabaranya di dunia, belum lagi di akhirat. 56 Kelebihan dan balasan bagi yang mendapatkan musibah Menurut Muhammad Yusuf ada lima kelebihan bagi orang yang ditimpa musibah yaitu;diangkatnya derajat manusia, menghapus keburukan, menanamkan jiwa yang ikhlas, mendidik muslim supaya gigih dalam berdakwah dan mendapatkan syurga. 57 Dalil-dalil yang menyebutkan tentang diangkatnya derajat manusia yaitu: QS. Al An’am: 165, Allah berfirman:



55



Lihat al Ambiya: 83-84 Ibnu Katsir, Tafsir al Quran al Azhim, (Madinah: Maktabah al ‘Ulum wa al Hikam, 1993), hal 183, lihat juga Ibnu Katsir, Qashash al Ambiya, hal 242-247 57 Muhammad Yusuf, al Insan Baina al Sarra Wa al dharra fi Taswir al Qur’an al Karim, (Kairo: Dar al Salam, 2002M), hal 127-128 56



209



Ayat-Ayat Tentang Musibah



                              



Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan kamu sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu amat cepat siksaanNya dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. Al An’am: 165) Ar Razi menafsirkan lafazh ‫ درجات بعض فوق بعضكم رفع‬yaitu Allah meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain, dimaknai dengan kemuliaan, akal, harta, jabatan dan rizki. Kesemuanya itu tidak ada gunanya jika manusia lemah, bodoh dan pelit karena pada intinya apa yang dianugerahkan Allah itu merupakan ujian bagi manusia. 58 Rasulullah saw bersabda tentang hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah: ‫ ما يصيب المؤمن من شوكة فما فوقها االرفعه هللا بها‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ‫درجة وحط عنه بها خطيءة‬ Rasulullah saw bersabda: Tidak ada yang menimpa seorang mukmin yang tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali dinaikan derajatnya oleh Allah dan dihapus kesalahankesalahannya. 59



58



Al Razi, Tafsir al Razi, Juz 7, hal 31 Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab al Bir wa al Shilah wa al Adab, Bab Tsubut al Mu’min, Juz 2 hal. 427 59



210



Ayat-Ayat Tentang Musibah Kelebihan lainnya yaitu menghapus keburukan manusia, hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw ‫ ما يصيب المسلمين من نصب وال وصب وال هم وال‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ‫ حتى الشوكة اال كفر هللا بها من خطاياه‬, ‫حزن وال أذى‬ Rasulullah saw bersabda: tidak ada satu cobaan yang menimpa muslim, seperti sakit, kesusahan, kesedihan, kecemasan, sekalipun musibah itu hanya tertusuk duri, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya. 60 Kelebihan yang lainnya adalah merupakan penyebab masuk Syurga, berdasarkan dalil Firman Allah:                                           Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga, padahal belum datang kepadamu cobaan, sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehinga berkatalah rasul dan orangorang yang beriman bersamanya:”Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.(QS. Al Baqarah: 214) Balasan Allah akan diberikan kepada manusia yang lulus dalam menghadapi musibah adalah memperoleh kasih sayang, rahmat dan hidayah Allah swt. Hal ini Allah jelaskan melalui firmanNya



60



Imam Muslim, Shahih Muslim,..., Hal 428



211



Ayat-Ayat Tentang Musibah



                                                



155. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" 61 157. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Kesimpulan Kata musibah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diindonesiakan menjadi musibah yang mempunyai arti sesuatu yang dibenci atau tidak disenangi, sedangkan menurut istilah, musibah adalah sesuatu yang menimpa pada perorangan maupun komunitas baik secara tiba-tiba atau bertahap yang bersifat positif maupun negatif. Sebab-sebab terjadinya musibah adalah sebagai sunnatullah atau fenomena 61



artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepa da -Nya lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.



212



Ayat-Ayat Tentang Musibah alam dan musibah karena kesalahan moral manusia sendiri. Tujuan ditimpanya musibah adalah untuk revitalisasi alam (tajdid al ‘alam) dan untuk memperbaiki moral manusia. Sikap yang harus digunakan ketika menghadapi musibah ialah sikap Istirja’ (yaitu mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah swt), bersabar atau tabah hati dan bertawaqqal (yaitu menyerahkan segala perkara dan usaha kepada Allah untuk mengambil manfaat atau menolak yang mudharat).



DAFTAR PUSTAKA Ibnu Manzhur Jamaludin muhammad ibn Mukarram al Anshari, Lisanul Arab, Mesir: al Mu’asarah al Misriyaahal ‘ammah li ta’lif wan naba wan nashr, tt, Juz II Raghib Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, Beirut: Dar al Fikr, tt Muhammad ibn Yusuf al Syahir bi al Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir, Beirut: Dar al Fikr, tt, Juz 21 Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988 Ahmad Mustofa al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Beirut: Dar Ihya al Turats al Arabi, 1985 Jilid 7,9 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Madinah: Maktabah al Ulum wal Hikam, 1993, Juz 3, M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera Hati,2002, vol 10,



213



Ayat-Ayat Tentang Musibah Muhammad Fakhruddin Al Razi, Tafsir Ar Razi, Beirut: Dar al Fikr, tt, Juz 27, Zamakhsyari, Tafsir al Kasyaf, Beirut: Dar al Kutub al Alamiyah, 1995, Jilid IV, Abi Hasan Ali ibn Ahmad al wahidi, Asbab al Nuzul, Beirut: al Maktabah al Saqafiyah, 1989 Nurcholish, Asbabun Nuzul,Surabaya: Pustaka Anda, 1997 Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi An Nisaburi, Shahih Muslim, Ttp: Dar Al Ihya Wa al Kutub al Arabiyah,tt, Juz 4, Muhammad Yusuf, al Insan Baina al Sarra Wa al dharra fi Taswir al Qur’an al Karim, Kairo: Dar al Salam, 2002 M Euis Nurasiah Jamil, Musibah dalam Perspektif Al Qur’an (pendekatan Tafsir Maudhu’i) dalam Tesis, Jakarta:IIQ, 2008



214



10 TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG GENDER



Laki-laki terhadapnya perempuan menjadi pelindung dan penjaga dan kepadanya laki-laki juga jihad dianjurkan. Tafsir Tematik Al-Quran



Surah Al-Hujarat ayat 13                           



“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”



Ayat-Ayat Tentang Gender



Qiraat : al-Bazzy membaca



 



dengan mentasydidkan



huruf ta’ ‫ارفُوا‬ َ ‫ ِلت َّ َع‬. I’rab : ‫ لتعارفوا‬bentuk asalnya adalah ‫( لتتعارفوا‬menghilangkan daripadanya satu dari dua huruf ta’). Asbabun Nuzul Dikeluarkan (diriwayatkan) oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi Mulaikah, ia berkata : “Pada saat terjadinya penaklukan (Fathu Makkah), Bilal naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan, maka berkata sebagian orang “Apakah pantas budak hitam ini adzan diatas Ka’bah ?”, maka berkata yang lainnya “Sungguh jika Allah membenci orang ini, pasti Allah menghendaki selainnya”, maka Allah menurunkan ayat ‫ يأيهاالناس انا خلقناكم من ذكر و أنثى‬. Sebagai cegahan bagi mereka dari membanggakan nasab, memperbanyak atau mengunggulkan harta dan menghina fakir miskin. Ibnu Asakir dalam kitab Mubhamatnya mengatakan, “Aku telah menemukan di dalam manuskrip yang ditulis oleh Ibnu Basykuwal bahwa Abu Bakar bin Abu Daud mengeluarkan sebuah hadits dalam tafsirnya bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Hindin. Rasulullah memerintahkan Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apakah patut kami menikahkan gadis kami dengan budak-budak ?”, maka turunlah ayat ini. Az-Zuhri berkata ayat ini diturunkan khusus terhadap peristiwa Abu Hindin. Penjelasan Tafsirnya (Persamaan hak diantara manusia dan Perbedaan derajat taqwa)



216



Ayat-Ayat Tentang Gender



‫ يأيهاالناس‬merupakan seruan awal bagi ahlul Makkah agar mereka terdidik dengan akhlak atau moral yang selayaknya.. Diseru dengan sifat manusia karena ia merupakan nama dari setiap jenis manusia (laki maupun perempuan), kemudian untuk mendapatkan keserasian penjelasan yang diinginkan serta menguatkan apa yang dilarang pada ayat sebelumnya. Khitabnya meliputi seluruh manusia agar terhindar dari penghinaan (sarkasme) dan fitnah, maka dimulailah ayat ini ‫ يأيهاالناس‬. Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu semuanya dari satu silsilah keturunan, dari jiwa yang satu, dari Adam dan Hawa, maka kalian adalah sama (dalam hal kedudukan dari segi nasabnya), oleh karena itu janganlah memposisikan diri dengan membanggakan keturunan. Dan tidak dibenarkan memperolok-olok dan menyebarkan fitnah antara satu dan lainnya, karena kita semua adalah saudara. Dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa (ummat yang besar yang terhimpun dalam berbagai suku), dijadikan bersukusuku untuk saling mengenal bukan untuk tidak menghargai dan saling bersekutu. Maksud Allah menciptakan kamu adalah untuk mengenal (memahami satu sama lain), bukan untuk mebanggakan nasab masing-masing. Dan sesungguhnya perbedaan diantara kamu hanyalah pada kadar ketakwaan. Maka barangsiapa yang tergolong di dalamnya, ia menjadi mulia, ditinggikan derajatnya dan memperoleh keutamaan-keutamaan. Tinggalkanlah kesombongan, sungguh Allah Maha mengetahui hal ihwal apa yang kamu kerjakan, yang tersembunyi dalam dirimu (batin), serta umurmu.



217



Ayat-Ayat Tentang Gender



Maliki menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi orang-orang yang tidak menetapkan atau mensyaratkan kafaah di dalam pernikahan, kecuali agama (prioritas utama dalam kualifikasi mazhab maliki ini adalah segi agama), karena Allah ta’ala berfirman : ‫ إن اكرمكم عندهللا اتقاكم‬. Diriwayatkan oleh ath-Thabari di dalam Adab an-Nufus, ia berkata, “Rasulullah saw berkhutbah di Mina pada pertengahan hari tasyrik seddang beliau berada di atas unta seraya bersabda: “Wahai manusia, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan kalian satu, bapak kalian satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang non-Arab (‘ajam), orang non Arab atas orang Arab, tidak pula orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, orang berkulit hitam atas orang berkulit putih kecuali dengan ketaqwaan. Apakah saya telah menyampaikan ? Mereka berkata, “ya”. Bersabda nabi “Maka sampaikanlah bagi yang tidak menyaksikan”. Diriwayatkan dari Abi Hatim dan at-Tirmidzi dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma Rasulullah bersabda : “ Wahai manusia, Sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kalian kesombongan Jahiliyah dan saling berbangga karena nenek moyang. Manusia itu ada dua kelompok. Ada yang shalih, bertakwa, dan mulia di hadapan Allah, ada pula yang celaka dan hina di hadapan Allah SWT. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman : .....‫ يأيهاالناس انا خلقناكم من ذكر و أنثى‬, kemudian Nabi berkata “Aku mengatakan perkataan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untukku dan untukmu sekalian”. Disebutkan Majah dari Allah tidak tetapi Allah



hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dan Ibnu Abu Hurairah ra, Rasul bersabda “Sesungguhnya melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, akan melihat kepada hati kalian dan perbuatan kalian”. Di



218



Ayat-Ayat Tentang Gender



lain riwayat yang dinukil oleh ath-Thabrani dari Abi Malik alAsy’ari, ia berkata “Berkata Rasulullah saw : Sesungguhnya Allah tidak melihat pada nasab kalian, tidak kepada anggota tubuh kalian dan tidak pada harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati kalian, maka barangsiapa yang hatinya baik maka mengasihi Allah terhadapnya”. ‫فقه الحياة أو األحكام‬ Ayat di atas mengingatkan kita pada tiga perkara yaitu : Musawah (persamaan hak), saling mengenal dalam membina hubungan dengan masyarakat dan yang membedakan satu dan lainnya adalah dengan taqwa dan amal shalih. Adapun dalam hal persamaan dan kesetaraan, manusia itu diberi posisi yang sama dan setara yang diibaratkan seperti gigi sisir. Maka mereka berasal dari ayah dan ibu yang satu, dan begitu pula dalam pemenuhan hak-hak dan kewajibankewajiban dalam melaksanakan hukum (hukum tasyri’), dan ini merupakan asal atau awal dari tatanan demokrasi yang benar (tidak ada diskriminatif). Dan Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan makhluk dari seorang laki-laki perempuan, dan jikalau ia menghendaki untuk menciptakannya dari selain keduanya seperti menciptakan Adam, atau tanpa adanya laki-laki seperti menciptakan Nabi Isa as, atau tanpa adanya perempuan seperti menciptakan Hawa, Allah lah yang memiliki kekuasaan dalam segala hal. Adapun dalam konteks ta’aruf Allah menciptakan makhluknya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, saling berhubungan dan saling tolong menolong. Jangan saling menimbulkan perpecahan dan ketimpangan, menanam rasa benci, fitnah, saling menghina, ghibah yang menyebabkan



219



Ayat-Ayat Tentang Gender



munculnya permusuhan. Dan janganlah membanggakan keturunan, ras dan asal. Semua ini merupakan point-point penting yang menjadi inti permasalahan manusia. Adapun taqwa ia merupakan ukuran atau timbangan perbedaan diantara manusia, maka ia menjadi mulia disisi Allah, mendapatkan tempat yang tinggi di dunia dan diakhirat. Orang yang paling bertakwa memberikan kebaikan tidak hanya bagi dirinya tetapi juga untuk orang lain.



Berpebpadat Imam Maliki dengan ayat ‫ إناخاقناكم من ذكروأنثى‬atas dalil bahwa kafaah dalam pernikahan itu tidak dijadikan syarat kecuali agama. Seperti yang dicontohkan oleh pernikahan bilal yang menikahi adik Abdurrahman bin ‘Auf, pernikahan Zaid ibnu Haritsah dengan Zainab yang memandang kafaah dalam agama saja. Berkata di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya di dalam kutub at-sittah, berkata nabi saw : “Wanita dinikahi karena hartanya, karena kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka perhatikan dan pilihlah karena agamanya (sebab kalau tidak), niscaya kamu celaka”.



Surah An-Nisa ayat 32                                         “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada



220



Ayat-Ayat Tentang Gender



apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” Qiraat : Ibnu Katsir, al-Kisa’y dan Khalaf membaca ‫وسئلوهللا‬ dengan ‫ ( وسلوهللا‬tidak membaca atau menghilangkan hamzah). I’rab : ‫ وسئلوهللا من فضله‬maf’ulnya mahzhuf (yang dibuang atau dihapus) untuk penggunaan general. Jadinya mintalah kamu kepada Allah apa yang dikehendaki dari kebaikannya dan kenikmatannya yang banyak. Balaghah : Maujud ithnab didalam kalimat ‫ نصيب م ّما اكتسبوا‬dan ‫ نصيب م ّما اكتسبن‬. ‫ م ّما اكتسبوا‬di dalamnya ada isti’arah taba’iyah (isti’arah yang lafaznya berupa isim musytaq atau fi’il). Asal dari lafaz ‫ اكتسبوا‬: ‫ االكتساب‬, dan ini merupakan pendapat Ibnu Abbas yang menjelaskan maksud yang demikian itu adalah hak waris. Mufradat Lughawiyah : ‫ وال تتمنوا‬: ‫( التمنى‬hasrat keinginan atau harapan). ‫ ما فضل هللا به بعضكم على بعض‬: Jangan iri terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah dalam hal dunia maupun agama, karena hal itu bisa mengarahkan kepada rasa dengki (iri) dan kebencian. ‫ للرجال نصيب‬: keuntungan (fortune) dan takdir (destiny) . ‫ مما اكتسبوا‬: Dengan sebab apa yang dia hasilkan dari jihad atau selainnya. ‫ وللنسآء نصيب م ّما اكتسبن‬: oleh sebab ketaatan kepada suami (pasangannya) dan menjaga kemaluan mereka. ‫ من فضله‬: yaitu kebaikan dan nikmatnya. Maka apabila kamu meminta sesuatu yang anda butuhkan kepadanya, dia mentaati kamu.



221



Ayat-Ayat Tentang Gender



‫ إن هللا كان بكل شيئ عليما‬: Dan daripada-Nya lah segala keutamaan dan tempat kita berharap (memohon sesuatu). Asbabun Nuzul Diriwayatkan dari at-Tirmidzi dan Hakim dari Ummu Salamah, ia berkata : “Kaum lelaki ikut berperang, sementara kaum wanita tidak, dan kami hanya mendapat separuh dari kaum lelaki dalam hak waris. Maka Allah menurunkan ‫وال تتمنوا ما فضل هللا‬ ‫ به‬dan ‫ إن المسلمين والمسلمات‬. Ibnu Abi Hatim juga mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Seorang istri Nabi saw datang kepadanya, lalu berkata “Wahai Nabi Allah, bagian seorang lelaki sama dengan bagian dua orang wanita dan kesaksian dua orang wanita sebanding dengan seorang lelaki. Apakah kami dalam beramal begitu juga ? yaitu amalan baik seorang wanita dicatat baginya separuh kebaikan ? Maka Allah menurunkan ‫وال تتمنوا ما‬ ‫ … فضل هللا به‬hingga akhir ayat. Penjelasan ayat dan Fiqh ahkam Allah melarang orang-orang mukmin dari rasa dengki dan hasrat dari apa yang diberikan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain dari segi keunggulan maupun harta. Karena itu merupakan bagian yang Allah takdirkan kepada hambanya disertai hikmah, tadbir dan pembelajaran bagi hambanya (agar tidak melampaui batas) atau maksudnya sesuatu bagian keuntungan yang diberikan Allah dalam kelapangan rizki, seperti firman Allah :                            



222



Ayat-Ayat Tentang Gender



Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha melihat. Maka diharapkan bagi setiap orang agar ridha dengan bagiannya, menggunakannya untuk kemaslahatan bukan untuk membuat kerusakan, maka dari itu tidak boleh bagi kita iri dengki kepada saudaranya dari hasil keberuntungan yang dicapainya. Dan dhahir ayat ini menunjukkan bahwa tidaklah dengan angan-angan sesorang mencapai atau menguasai sesuatu baik berupa kekayaan maupun harta, tetapi setiap proses di dalamnya itu ada persaingan. Sebagaimana firman Allah :                                       “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” Berkata Ibnu Abbas : Janganlah diantara kamu sekalian mengatakan, “Seandainya saja aku diberikan harta dan nikmat dan wanita yang baik seperti si Fulan menjadi milikku, maka itu merupakan perasaan dengki, akan tetapi katakanlah ‫الله ّم أعطني‬



223



Ayat-Ayat Tentang Gender



‫”مثله‬. Sebagian yang lain mengatakan, “janganlah iri hati terhadap apa yang Allah karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain, karena sesungguhnya tidaklah dimaksudkan disini ia menuntut kehilangan harta dari lainnya, tetapi menuntut dan meminta nikmat yang khusus menjadi miliknya. Inilah yang memicu tumbuhnya rasa dengki. Maka janganlah manusia mengatakan “ Ya Allah berikanlah kepadaku kedudukan seperti kedudukan si Fulan, tetapi katakanlah “ya Allah berikanlah kepadaku apa yang baik untukku di dalam agamaku dan duniaku dan mata pencaharianku”. Maka berkata, “‫ ”وسئلوهللا من فضله‬yaitu mintalah kepada Allah apa yang kamu kehendaki dari kebaikan dan kenikmatan, karena Allah akan memberikannya jika Ia berkehendak, jangan iri terhadap milik orang lain karena hasrat angan-angan tidak mendapatkan apa-apa. Tirmidzi dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata : Rasulullah saw bersabda “Mohonlah kalian kepada Allah sebagian dari karunia-Nya, karena sesungguhnya Allah suka bila diminta. Dan sesungguhnya ibadah yang paling utama adalah orang yang suka menunggu jalan keluar”. Dan dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah rasul berkata, “Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Ia marah kepadanya”. Dan makna firman-Nya : ‫ إن هللا كان بكل شيئ عليما‬, Allah mengetahui terhadap orang yang berhak memperoleh dunia, lalu dia memberikan dunia sebagian dari duniawi, juga terhadap orang yang berhak mendapat kemiskinan, lalu Dia membuatnya miskin. Dia mengetahui terhadap orang yang berhak mendapat pahala akhirat, lalu dia memberikannya taufik untuk mengamalkannya, Mengetahui terhadap orang yang berhak



224



Ayat-Ayat Tentang Gender



memperoleh kehinaan, lalu Dia membuatnya hina hingga tidak dapat melakukan kebaikan dan penyebab-penyebabnya. Allah melarang orang mukmin untuk berandai-andai, karena akan menjadikan manusia lupa diri dan ajalnya. Tetapi dibolehkan iri pada dua hal seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya bahwa Nabi saw bersabda : Tidak boleh seseorang iri terhadap orang lain kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi pengertian al-Qur’an lalu ia mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang dan malam dan seseorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta lalu ia membelanjakannya siang dan malam untuk segala amal kebaikan”. Maksud ‫ ال حسد‬disini yaitu jangan kita merasa bahagia terhadap dua keagungan dan keutamaan dari dua hal ini yang disebutkan (berusahalah memperoleh hal demikian juga). Berkata Bukhari ini seperti gambaran bab dari hadits ini yaitu ‫باب االعتباط فى العلم والحكمة‬. Intinya adapun jika iri terhadap perbuatan yang shalih maka dibolehkan. Dijelaskan juga bahwa berangan-angan merupaka tabiat atau kebiasaan orang malas, tidaklah berangan-angan melainkan ia lemah cita-cita dan lemah keimananya. Dan hasrat yang tidak tercapai dalam ayat ini adalah hasad. Dan dia adalah orangorang yang Allah rendahkan atau hinakan di dalam firman-Nya :               “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?..” Dalam ayat ini juga menjelaskan adanya kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dari hasil yang dikerjakan. Laki-laki memperoleh haknya dalam warisan, begitu pula perempuan. Maka bagi perempuan ia memperoleh balasan dalam kebaikan



225



Ayat-Ayat Tentang Gender



‫ بعشر أمثالها‬, sebagaimana laki-laki juga memperoleh haknya dalam warisan lebih dari hak perempuan karena tanggungan nafkahnya. Perintah untuk memohon kepada Allah adalah wajib. Sungguh meminta kepada Allah dari karunia-Nya di dalam agama dan dunia adalan perintah wajib. Berkata Abu Sufyan bin Uyainah “Tidaklah diperintahkan untuk meminta kecuali akan diberikan kepadanya. Surah An-Nisa ayat 34                                                                “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.



226



Ayat-Ayat Tentang Gender



I’rab : ‫ بما حفظ هللا‬, disebut dalam bentuk masdar , maksudnya mereka dipelihara oleh Allah, sesuatu yang dijaga oleh Allah. Balaghah : ‫ واهجروهن في المضاجع‬: Kinayah (kiasan) terhadap jima’. ‫ الرجال قوامون‬: Sighat Mubalaghah, dalam bentuk jumlah ismiyah untuk maksud (sesuatu ketetapan yang tidak bisa diubah). Dan terdapat ‫( جناس اشتقاق‬dasar kesamaan bunyi kata) didalam kata ‫ حفظت‬dan ‫بما حفظ‬. Munasabah : Allah ta’ala mengingatkan disini tentang keutamaan laki-laki atas perempuan, setelah pada ayat sebelumnya dijelaskan perolehan warisan tergantung kepada tanggung jawab yang diembannya. Dan melarang beranganangan atau iri hati baik laki-laki maupun perempuan terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu terhadap sebagian yang lain. Asbabun Nuzul : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan Basri, ia berkata : “Seorang wanita mendatangi Nabi saw dan mengadukan bahwa suaminya telah menamparnya. Rasulullah bersabda “Qishas (balaslah sebagai qishasnya)”, Maka Allah menurunkan ayat “‫”الرجال قوامون على النساء‬, maka wanita itu pulang tanpa mengqishasnya. Berkata Muqatil : Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Sa’ad bin ar-Rabi’ dan istrinya Habibah binti Zaid bin Abu Hurairah, keduanya dari kaum Anshar. Dan ketika Habibah membangkang kepada suaminya (menolah perintah suami), maka suami menamparnya. Nabi berkata : “Balaslah suaminya dengan setimpal, keduanya kembali menemui Sa’ad untuk membalas. Maka Nabi saw berkata “Kembalilah, Jibril datang



227



Ayat-Ayat Tentang Gender



menyampaikan wahyu al-Qur’ân ini” .Lalu Allah menurunkan ayat ini. Kemudian Rasulullah mengatakan “aku menghendaki ini tetapi Allah menghendaki yang lain, kehendak Allah tentu lebih baik” Penjelasan ayat : Bahwa laki-laki adalah penanggung jawab, penjaga, dan pemimpin, hakim sekaligus pendidik perempuan. Laki-laki terhadapnya perempuan menjadi pelindung dan penjaga dan kepadanya laki-laki juga jihad dianjurkan. Karena itulah ia mendapatkan double hak waris ketimbang perempuan karena tanggungan nafkah atasnya. Pendapat ini berlandaskan kepada dua hal; pertama, kekuatan fisik laki-laki adalah ciptaan sempurna, memiliki nalar dan pemahaman yang kuat. Oleh karena itu. Laki-laki memiliki tugas yang tidak diamanahkan kepada perempuan yaitu risalah kenabian, imam, menegakkan syiar antara lain azan, iqamah, menetapkan thalak, dibolehkan kepada mereka berbilang istri, memadai kesaksia mereka dalam jinayat dan hudud serta memperoleh lebih banyak dalam hak waris dan lainnya. Kedua, laki-laki berkewajiban memberikan nafkah kepada keluarga dan kaum kerabat, serta memberikan mahar kepada istrinya sebagai penghormatan terhadapnya. Ayat ini mengandung beberapa hukum diantaranya : Itsbat kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga dan keutamaan laki-laki atas perempuan dalam urusan rumah tangga. Laki-laki berhak memberikan pendidikan kepadanya istrinya jika mereka melakukan penyimpangan. Berdasarkan firman Allah :                



228



Ayat-Ayat Tentang Gender



Wajib bagi istri mentaati suami selama mereka tidak bermaksiat kepada Allah. Suami pemimpin terhadap hartanya dan istrinya sendiri dan menjaga diri dari ghibah. Sebagaimana Sabda Rasul dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Kalaulah aku diperintahkan untuk bersujud terhadap seseorang selain Allah, sungguh aku kan memerintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya”. Haram bagi suami mengambil mahar yang telah diberikan kepada istrinya kecuali istrinya mengizinkannya. Karena Allah ta’ala menjadikannya pemimpin atasnya (istri)- dengan sighat mubalaghah. Wajib bagi suami untuk member nafkah kepada istrinya. Ketidakmampuan suami dalam memberikan nafkah sebagai Pembina rumah tangga, memberikan hak perempuan untuk mengajukan persetujuan fasakh. Karena ini menghilangkan syarat yang diwajibkan dalam pernikahan. Atas dasar ayat : ‫و بمآ‬ ‫انفقوا من أموالهم‬. Dan ayat ini juga sekaligus menjadi dalalah (dalil) yang jelas membolehkan fasakh dalam pernikahan ketika suami tidak mampu member nafkah dan pakaian. Syariat dan petunjuk bagi mereka (suami-istri) jika terjadi suatu perselisihan. Maksudnya memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya. Menahan diri dari berbuat dhalim. Menunjuki pada firman Allah ‫ فان اطعناكم‬yaitu meninggalkan nusyuz ‫ فال تبغوا عليهن سبيال‬atas



229



Ayat-Ayat Tentang Gender



pengharaman berlaku dhalim dari laki-laki terhadap perempuan, jangan menyakitinya dengan perkataan dan perbuatan.



230