Tahu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27/1999 Pasal 1). Hasil studi ini terdiri dari dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama ini di jadikan tempat pembuangan limbah industri menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan



sumber air penduduk, Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan dan selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif berupa pencemaran udara, air dan tanah yang merupakan hasil limbah proses produksi.Pengendalian pencemaran tanah, air, dan udara merupakan satu bagian dari proses pengelolaan kualitas lingkungan. Salah satu pengolahan udara adalah dengan penerapan teknologi pengendalian pencemaran udara berupa alat pengendali pencemaran udara, hal ini merupakan upaya untuk mengurangi emisi agar sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Salah satu cara meminimalisisr pencemaran air dan tanah adalah dengan penerapan teknologi penyaringan air limbah, hal ini merupakan upaya untuk memisahkan limbah yang seharusnya tidak dibuang di lingkungan masyarakat. Meningkatnya produksi yang terjadi pada industri tahu tambun membuat pencemaran yang dihasilkan bertambah, emisi yang dihasilkan adalah sampingan dari proses pembuatan tahu. Terciumnya bau hasil proses pembuatan tahu menunjukkan sistem pengolahan limbah yang kurang sempurna. Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap



pabrik tahu yang digunakan sehingga bagi lingkungan



Sebagaimana peraturan perundang undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan sebagaimana di telah amanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.



1.2 Tujuan Studi AMDAL Tujuan AMDAL adalah menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL:



1. Mengidentifikasi semua rencana usaha yang akan dilaksanakan. 2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting. 3. Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. 4. Merumuskan RKL dan RPL.



1.2 Ruang Lingkup Studi Penelitian ini gambaran tentang pengetahuan AMDAL, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya tingkat mata pencaharian. Obyek penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Gumilir, Cilacap Utara. Desain penelitian secara deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Kelurahan Gumilir, Cilacap Utara.



1.3 Metodologi Studi dilakukan dengan terlebih dahulu mencari dan mengumpulkan data, dimana data diperoleh dari hasil laporan pelaksanaan penelitian untuk kemudian dianalisis resiko lingkungannya. Data yang diambil meliputi data pengolahan limbah, kualitas/ baku mutu limbah cair dan sungai tempat pembuangan serta data-data lain yang berkaitan. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi yang ada dengan parameter lingkungan sehingga dapat diketahui tingkat resikonya. Suatu metode hirarki digunakan untuk suatu acuan/matriks kualitatif. Di dalam matriks dipergunakan metode/cara hirarki tingkatan, dengan bentuk matriks ini, kemungkinan dirangking berdasarkan seberapa sering resiko akan terjadi dan besaran dirangking berdasarkan kuat dan hebatnya dampak yang terjadi



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Amdal AMDAL



adalah



salah



satu



studi



yang



mengidentifikasi,



memprediksi,



menginterpretasi dan mengkomunikasikan pengaruh dari suatu kegiatan manusia terhadap lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dikenal istilah Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang disingkat dengan AMDAL yang berarti hasil studi mengenai dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Di samping pengertian tersebut, dewasa ini dikenal pengertian : a) AMDAL Kegiatan Terpadu/Multi Sektor yaitu hasil studi mengenai dampak penting kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab; b) AMDAL Kawasan yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab; c) AMDAL Regional yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Bagi kegiatan yang diragukan dampak pentingnya, dilakukan proses penapisan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berdampak penting atau tidak. Bagi rencana kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya, dalam rangka menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan diharuskan melakukan upaya pengelolaan lingkungan



(UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). AMDAL merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyusunan berturut-turut : a) Kerangka Acuan bagi penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL); b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL); d) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Jadi pengertian AMDAL di sini dapat berarti proses studi dan dapat pula berarti hasil studi. Dengan ditetapkannya PP 51 tahun 1993 tentang AMDAL, tidak terdapat lagi ketentuan tentang AMDAL bagi kegiatan yang sudah berjalan yang dikenal dengan SEMDAL. Namun demikian bagi kegiatan bidang kesehatan yang semula ditetapkan wajib SEMDAL tapi hingga saat ini belum membuat SEMDAL, Departemen Kesehatan akan mengeluarkan ketentuan khusus yang mewajibkan pembuatan standard operating procedure pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dituangkan dalam rencana teknis pengelolaan lingkungan dan rencana teknis pemantauan lingkungan, sebagai pengganti kewajiban pembuatan SEMDAL. Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pada mulanya dampak lingkungan digambarkan sebagai adanya benturan antara dua kepentingan yaitu kepentingan antara perlunya pelaksanaan kegiatan dan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Benturan kepentingan tersebut hanyalah mencerminkan adanya dampak yang merugikan (negatif) saja. Dalam perkembangannya kemudian, yang dianalisis bukan hanya dampak negatifnya saja tapi juga dampak positif suatu kegiatan dengan bobot analisis yang sama. Sedangkan dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Berkenaan dengan dampak lingkungan suatu kegiatan ada dua hal pokok yang perlu dipahami yaitu : a) Dampak setiap kegiatan bersifat khas dan unik (site specific), artinya dampak lingkungan suatu kegiatan hanya berlaku untuk ekosistem tertentu dan kelompok



sosial tertentu yang menghuni ruang dan waktu tertentu. Asumsi ini berangkat dari suatu pengertian bahwa AMDAL hanya terfokus pada ruang tertentu dan kurun waktu tertentu yang dihipotesakan terkena dampak suatu kegiatan. Implikasi dari asumsi ini adalah walaupun jenis kegiatannya sama, dampak yang ditimbulkan akan berbeda bila berada di ruang yang berbeda. b) Dampak suatu kegiatan bersifat kompleks. Asumsi ini berangkat dari pengertian bahwa, setiap komponen lingkungan satu sama lain saling terkait. Perubahan atau tekanan yang dialami oleh satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lainnya. Hubungan sebab akibat ini semakin sulit ditelusuri apabila dampak yang ditimbulkan pada suatu komponen bersifat kumulatif dan baru tampak setelah kurun waktu yang cukup lama. Implikasi hal ini adalah bahwa studi AMDAL harus dilakukan secara lintas disiplin sesuai dengan karakteristik dampak yang ditimbulkan. Jadi diperlukan spesialis yang mengkaji masing-masing disiplin dari aspek yang terkait dan ahli analisis sistim yang mengintegrasikan hasil kajian para spesialis dalam kesatuan analisis.



2.2 Limbah Industri Tahu Pengelolaan limbah dalam industri pembuatan tahu merupakan salah satu dari contoh teknik pengelolaan limbah secara Waste to Product yaitu menggunakan kembali limbah hasil pabrik tahu sebagai bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Limbah merupakan zat sisa atau bahan yang dihasilkan dari proses pembuatan produk dari suatu industri yang kurang memiliki nilai guna. Limbah biasanya dibuang begitu saja, tanpa dipikir lagi bahwa limbah tersebut mencemari lingkungan atau tidak bahkan sebagian besar dari mereka tidak berpikiran bahwa limbah tersebut berguna jika diolah lagi untuk dijadikan sebuah produk baru. Contoh limbah yang sering kita jumpai adalah limbah industri tahu.



Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. kandungan limbah padat tahu yaitu protein (23,35%), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%), dan air (10,53%) (Bapedal, 1994), sedangkan Komposisi limbah cair tahu sebagian besar terdiri dari air (99,9%) dan sisanya terdiri dari partikelpartikel padat terlarut (dissolved solid) dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar 0,1%. Partikel-partikel padat dari zat organik (± 70%) dan zat anorganik ((± 30%). Zat-zat organik terdiri dari protein (± 65%), karbohidrat (± 25%),lemak (± 25%) (Udin Djabu, 1991). Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke 5 sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya. Pemanfaatan Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat diolah kembali menjadi tempe gembus, oncom atau dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan sebagainya, sedangkan pengolahan limbah yang berwujud zat cair biasanya melalui berbagai proses di antaranya, limbah cair yang dihasilkan akan ditampung didalam dua septictank, septictank yang berukuran lebih besar daripada septictank yang satunya. Kemudian disalurkan ke sebuah drum besar yang ditanam di dalam tanah, setelah air terkumpul akan keluar dengan sendirinya dan limbah yang lain akan mengendap yang kemudian akan dibuang langsung ke lingkungan dengan meninggalkan bau busuk. Sedangkan air yang keluar dari drum akan ditampung lagi di penampungan seperti kolam kecil



yang nantinya akan menghasilkan endapan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan berupa air yang dibuang langsung ke sungai tanpa dengan bahaya yang cukup besar. Limbah industri tahu yang berupa cair juga dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan biogas. Biogas sendiri adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri dalam kondisi anaerob. Air limbah industri tahu ini mempunyai kandungan bahan-bahan organik sehingga sangat memungkinkan untuk bahan sumber energi gas Biogas. Biogas sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob tingkat pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standarr baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke sungai. Biogas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Penanganan limbah tahu dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan tahu yang lebih baik dan sedikit menghasilkan limbah, dengan penerapan produksi bersih (cleaner production). Cleaner Production merupakan upaya penanganan pencemar secara preventif. Produksi Bersih didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap



kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (Kebijakan Nasional Produksi Bersih, KLH 2003). Kegiatan Produksi Bersih dimulai dari strategi 5R yaitu berpikir ulang (rethink) untuk pencegahan (elimination) pengurangan (reduce), pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle) dan pungut ulang (recovery) limbah. Dengan demikian maka pendekatan Produksi Bersih akan meningkatkan efisiensi produksi dan jasa, 8 mengurangi timbulan limbah, mengurangi biaya produksi atau biaya operasi, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi sebuah tatanan yang memiliki keterkaitan antara proses satu dengan lainnya. Pengelohan Limbah terpadu saat ini cenderung mengarah pada sebuah pengolahan yang bisa menghasilkan sebuah benefit finansial yang menguntungkan untuk semua pihak. Prinsip terpadu dalam pengolahan limbah diterapkan dalam sebuah siklus ekologi industri. Konsep ini berawal dari sistem biologi yang dikenal dengan sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat sebuah rantai makanan bagi spesies yang ada di dalamnya. Upaya reuse(penggunaan kembali) dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah padat dan cair industri tahu, keberadaan ampas tahu di tanah air cukup melimpah, murah dan mudah didapat. Produk sampingan pabrik tahu ini apabila telah mengalami fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging. Produk sampingan pabrik ampas tahu ini telah digunakan sebagai pakan babi, sapi bahkan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak ini menunjukkan pertumbuhan yang positif pada ternak. Reclye (mendaur ulang kembali) adalah upaya yang ketiga yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah yang mengacu pada prinsip 3R. Upaya- upaya yang dapat dilakukan adalah mendaur ulang ampas tahu ini menjadi kecap ampas



tahu, oncom, pupuk cair, dan bahan bakar biogas. Limbah cair pembuatan tahu bisa disulap menjadi biogas karena kandungan organiknya yang cukup tinggi dan pupuk organik cair yang kaya manfaat. Selain harganya murah hasil pertaniannya juga bisa lebih baik. Sebagai pengganti pupuk urea, pupuk cair dari limbah tahu sangat dibutuhkan tanaman. 2.3 Dampak Pencemaran Limbah Tahu Terhadap Lingkungan Hidup Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan hidup dilakukan dengan didasarkan pada perencanaan perilindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup inventarisasi ligkungan hidup, penetapan wilayah ekoregian, dan RPPLH (rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup) (pasal 5), yang perlu diatur lebih lanjut di dalam peraturan pemerintah (PP) dan Peraturan Daerah (Perda) untuk menjamin efektifitas implementasinya. Ada beberapa hal penting yang perlu disoroti menyangkut pengendalian dampak lingkungan hidup ini. pertama, yang peling menarik di sini adalah hal baru di dalam UU 32/09, yaitu penetapan ekoregion. Dasar pemikirannya, lingkungan hidup tidak mengenal batas administratif. Lingkungan hidup mempunyai peta wilayah yang berbeda, berdasarkan kesamaan karekteristik bentang alam, daerah aliran sungai, iklim, flora dan fauna, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat, dan infentarisasi lingkungan hidup (Pasal 7 Ayat 2). Wilayah



ekoregion



ini



mempunyai



posisi



strategi



karena



seluruh



pengendalian dampak lingkungan hidup, termasuk izin lingkungan yang di keluarkan oleh pejabat berwenang dibidang lingkungan hidup, akan di dasarkan pada daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup disebuah wilayah ekoregion sejalan dengan infentarisasi lingkungan hidup diwilayah ekoregion tersebut. Kedua, pengendalian dampak lingkungan hidup mencakup tiga aspek penting, yaitu pencegahan, penanggulangan dan pemulihan (pasal 13). Diantara ketiga aspek pengendalian ini, pencegahan dampak lingkungan hidup mendapat porsi pengaturan



yang paling banyak. Ada banyak sekali instrumen pencegahan yang di akomodasi dan di atur dalam undang – undang. Pencemaran limbah tahu merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup dan dapat menyebabkan penyakit kepada umat manusia. Para industri tahu selalu melakukan apapun untuk mendapatkan keuntungan yang besar untuk kepentingan diri mereka sendiri, pabrik tahu di Indonesia cukup banyak. Tahu merupakan makanan ringan dan mudah untuk didapatkan yang mengadung banyak nutrisi seperti, protein, lemak, karbohidrat, dll, yang bagus untuk kesehatan manusia, namun mempunyai dampak buruk jikalau kita tidak mengelolahnya dengan baik dan benar. Analisasi resiko lingkungan hidup juga merupakan perangkat pencegahan yang baru diadopsi dalam undang – undang. Sebagian besar industri tahu membuang limbahnya ke perairan macam polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbui dan berwarna). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dalam mengukur derajat keasaman limbah cair dari air rebusan kedelai telah melampaui standar baku mutu. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industi yang di buang ke perairan akan mengubah pH air, dan dapat menggagu kehidupan organisme air. Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 sampai 7,5.10 Ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai



dan disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang diterapkan di lingkungan masing – masing secara konsekuen. Limbah industri hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokanselokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis. Tindakan yang perlu dilakukan oleh masyarakat yaitu; pembuatan kolam pengolah limbah cair. Baku mutu imbah bair ditetapkan oleh Menteri yang membidangi lingkungan hidup. Menteri lain dan pimpinan lembaga pemerinah nondepartemen, untuk melindungi kualitas air, Gubernur setelah bekonsultasi dengan Menteri dapat menetapkan baku mutu limbah cair lebih hebat dari baku mutu limbah cair yang ditetapkan Menteri. Untuk kegiatan yang sudah berpotensi di tetapkan baku mutu limbah cair melalui keputusan menteri kependudukan dan lingkungan hidup Nomor: Kep- 03/MENKLH/II?1991. keputusan tersebut memuat tatacara pemberian izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan berdasarkan kadar maksimum setiap prameter dan debit limbah cair maksimum yang tidak boleh dilampaui. Kadar maksimum tiap prameter atau debit limbah cair maksimum hanya diperbolehkan dilampaui sepanjang beban pencemaran maksimum tidah dilampaui. Pada umumnya bahan – bahan organik yang terkandung dalam industri tahu sangat tinggi, senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa organik protein dan lemaklah yang paling besar bisa mencapi 40% - 60% protein, 25 - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Semakan lama jumlah dan bahan organik ini akan semakin banyak, dalam hal



ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit di uraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Untuk menentukan besarnya kandungan bahan organik digunakan beberapa teknik pengujian seperti BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Uji BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan parameter yang saling digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran bahan organik, baik dari industri ataupun dari rumah tangga. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l. sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian tersebut. Kesadaran lingkungan hidup yang baik dan sehat mengubah berbagai negara untuk melakukan penanganan. Kemampuan yang ditunjukan tidak lagi terbatas pada kondisi likal atau batas wilayah, namun mengelobal. PPB melakukan konferensi untuk menunjaun hasi –hasil pembangunan dunia selama dasawarsa 1960-1970. Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup pada pertemuan itu dilontarkan oleh wakil dari swedia pada tahun 1968. Salah satu sarana perlunya konferensi internasional mengenai lingkungan hidup. Pencemaran limbah sangat berbahaya bagi biota di perairan berbagai jenis ekosistem mengalami keracunan. Setiap spesies yang berada di perairan berbeda – beda ada spesies yang tahan terhadap pencemaran dan ada juga yang tidak tahan terhadap pencemaran yang terjadi di perairan. Setiap ekosistem selalu beradaptasi dengan tempatnya. Walau pun begitu tingkat adaptasinya terbatas, bila batas tersebut melampaui batas, maka ikan tersebut akan mati. Punahnya sepesis tertentu akan beakibat pada kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Semua kejadian pemcemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup pasti akan berdampak pada ekosistem (perairan dan laut), karena



limbah cair industri tahu menyebabkan kerusakan lingkungan, dan juga bisa berdampak pada kesehatan manusia. 2.3 Manfaat AMDAL Telah disebutkan terdahulu bahwa AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan suatu kegiatan. Ini berarti bahwa dokumen AMDAL merupakan salah satu bahan pertimbangan, untuk menetapkan apakah suatu kegiatan itu memungkinkan untuk dilaksanakan ditinjau dari sudut kepentingan kelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian maka AMDAL bermanfaat untuk : a) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kualitas lingkungan hidup yang melampaui ambang batas yang telah ditetapkan ataupun yang tidak dapat ditolerir serta membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. b) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan pertentangan. c) Memberikan masukan bagi studi kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi sehingga dapat dilakukan optimasi, terutama dalam rangka mengendalikan dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. d) Memberikan informasi sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan suatu rencana kegiatan, terutama informasi tentang sumber daya yang diperlukan bagi kegiatan tersebut, seperti energi, tenaga manusia, sarana dan prasarana angkutan dan sebagainya. e) Pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan hasil pendugaan dan evaluasi dampak lingkungan yang dilakukan dalam proses penyusunan AMDAL. f) Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi penilaian ataupun pengawasan pelaksana pengelolaan lingkungan. 2.4 Evaluasi Dampak Penting



Setiap langkah AMDAL dapat dilaksanakan dengan melakukan survai lapangan, pemantauan, pemodelan menggunakan pedoman, studi literatur, workshop, interview dengan para ahli dan dengan pendapat masyarakat. Metode AMDAL telah dikembangkan dari yang paling sederhana hingga yang paling sempurna. Newkirk (1979) mengelompokkan metode AMDAL atas dasar beberapa kelompok yaitu : a) Metode Adhok dengan suatu tim para ahli, berbagai bidang; b) Metode Checklist (daftar uji); c) Metode Benefit-Cost Analisis (BCA); d) Metode Input-Output Analisis, e) Metode Overlay atau penampalan peta; f) Metode Sistem Informasi; g) Metode Analisis Matematis. Sementara itu Canter (1983) telah mengelompokkan metode AMDAL atas dasar 4 kelompok yaitu : metode Checklist, metode Matrik, metode Network atau Flowchart dan metode Sistem Diagram Energi. Munn (1979) mengemukakan pada dasarnya identifikasi pengaruh dan dampak Tingkungan terbagi atas 4 (empat) metode yaitu : a) Metode Checklist (cheklis); b) Metode Matrices (matrik); c) Metode Flow chart (diagram alir); d) Metode Overlay (penampalan); e) Metode Network Dalam melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), kita memerlukan 3 tahapan yang sangat penting yaitu : Identifikasi, Prakiraan dan Evaluasi Dampak. Ketiga tahapan tersebut diperlukan ketelitian dan kerjasama tim penyusun dokumen AMDAL agar didapat suatu kesimpulan yang akurat mengenai segi kelayakan lingkungan dari suatu usulan kegiatan/proyek.



Ketiga metode di atas merupakan keterpaduan analisis yang saling mendukung. Untuk hal tersebut, dalam memilih metode untuk studi AMDAL perlu dipertimbangkan berbagai metode yang ada tentang kelebihan dan kelemahannya, kegiatan proyek yang akan diAmdal, serta sifat dari rona lingkungan awal dimana proyek tersebut akan didirikan. Identifikasi dampak merupakan langkah awal dalam menentukan komponen lingkungan apa saja yang terkena dampak serta menentukan komponen kegiatan apa saja dari suatu usulan kegiatan/proyek yang menimbutkan dampak. Sedangkan prakiraan dampak kita sudah menentukan besarnya dampak yang akan terjadi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam prakiraan dampak ini, bila besarnya melebihi atau di bawah baku mutu yang telah ditentukan dianggap dampak penting. Sedangkan evaluasi dampak, kita telah melakukan analisis secara terpadu keseluruhan komponen lingkungan yang mengalami perubahan mendasar (dampak penting). Dari hasil evaluasi dampak tersebut dapat diketahui kelayakan lingkungan suatu proyek, pengaruh proyek terhadap masyarakat yang terkena dampak (kerugian dan manfaat), serta menjadi dasar untuk menetapkan dampak-dampak negatif yang perlu dilakukan pengelolaan dan dampak-dampak positif yang perlu dikembangkan/ditingkatkan.



2.5 Pengukuran dan Interpretasi Dampak Setelah dampak diidentifikasi dan diprediksi, maka untuk dapat diambil suatu keputusan perlu dilakukan interprestasi dan evaluasi dampak. Khususnya evaluasi dampak dimaksud untuk dapat mencapai 2 (dua) sasaran : a) Memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena dampak dan seberapa besar nilai magnitude atau tingkat besaran dampak itu terjadi. Demikian pula seberapa besar derajat pentingnya dampak (nilai importance) terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak. Derajat kepentingan dampak dapat ditentukan dengan



menentukan dampak tersebut bersifat lokal, regional dan nasional yang secara jelas seperti tertera dalam Keputusan Kepata Bapedal No. Kep-056 Tahun 1994; b) Memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama komponen apa saja yang terkena dampak. Sementara itu dengan informasi ini akan dapat diputuskan macam dan jenis mitigasinya. Lebih jauh dapat diketahui seluruh komponen yang terkena dmpak serta kapastian apakah ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mencegah dan menanggulangi dampak negatif yang muncul. Apabila IPTEK tidak mampu menanggulangi dan mencegah dampak negatif, maka dapat diambil keputusan dengan alternatif : 1. Memindahkan rencana kegiatan pembangunan ke tempat lain atau memindah lokasi; 2. Mengganti peratatan atau mengganti proses pembangunan. Sementara itu metode yang dipergunakan dalam pengukuran biasanya adalah cara-cara kuantitatif. Metode yang akan dipergunakan harus dapat menjawab pertanyaan : a) Apakah metode yang dipergunakan untuk mengukur dampak dapat dikuantitatifkan. Untuk memberi gambaran dampak bila ada proyek dan tidak ada proyek, atau mengukur perubahan lingkungan maka cara-cara matematis sangat cocok dan mudah diLaksanakan; b) Apakah cara-cara pengukuran yang dipakai sangat cocok apabila harus digunakan untuk mengukur besaran dampak. Sementara itu cara matematis ini lebih bersifat' obyektif bila dibanding dengan cara deskriptif kualitatif yang lebih banyak bersifat subyektif. 2.6 Pemilihan Metode Pemilihan metode sangat menentukan dalam studi Amdal. Tim Amdal harus memilih metode Amdal mana yang harus dipergunakan, untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir tentang kelayakan lingkungan .



Kebiasaan suatu tim yang sudah terbiasa menggunakan metode matrik, condong akan menggunakan metode itu terus menerus untuk proyek macam apa saja tanpa mempertimbangkan bahwa proyek yang berbeda mungkin perlu menggunakan metode yang berbeda, modifikasi yang berbeda atau kombinasi yang berbeda (Suratmo, 1991). Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk memilih metode, seperti : a) Memahami kelebihan dan kelemahan dari setiap metode baik dalam fungsinya maupun cara kerjanya; b) Penguasaan tipe dari aktivitas proyek yang akan di Amdal; c) Penguasaan ciri, sifat umum dan khusus dari rona lingkungan; d) Pemahaman dampak penting yang akan terjadi melalui scooping; e) Makin besar dan makin kompleks harus memerlukan metode yang lebih kompleks pula; f) Batasan-batasan yang tersedia dalam waktu, keahlian, biaya, peralatan dan data yang diperlukan serta teknik-teknik analisis yang diperlukan; g) Mempelajari metode yang digunakan tim lain dan pustaka-pustaka mengenai proyek yang sama atau sejenis. Sedangkan untuk memilih metode Evaluasi Dampak, Adiwibowo (1995) mengemukakan beberapa pedoman umum yang dapat dipertanggungjawabkan : a) Bersifat analisis serta memenuhi syarat pendekatan secara iImiah; b) Bersifat holistik atau komprehensif, yakni mampu menggambarkan fenomena dampak penting lingkungan yang terjadi dalam suatu sistem lingkungan hidup serta berikut dengan interaksi-interaksi yang terjadi di dalam sistem tersebut.; c) Cukup fleksibel, dalam arti bahwa metode yang digunakan dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari berbagai aspek yang satu sama lain memiliki ukuran atau unit satuan yang berbeda, dan karakteristik dampak yang berbeda-beda pula;



d) Dapat menampung "input" dari berbagai bidang keahlian yang terkait dan mengintegrasikannya secara keseluruhan dalam satu kesatuan analisis; e) Dapat memberikan arahan bagi pengamb-jlan keputusan. Dalam hal ini metode yang dipilih harus mampu memberikan telaahan terhadap : 1. Evaluasi terhadap alternatif rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan.; 2. Usaha-usaha yang perlu ditempuh untuk mencegah atau menang- gulangi dampak penting"negative; 3. Efektivitas usulan penanggulangan dampak. f) Bila metode yang dipilih menggunakan skala atau bobot, maka perlu diperhatikan halhal berikut ini : 1. Prosedur amalgamasi, yakni "peleburan" berbagai nilai satuan yang berbeda (misal : ppm, ppb, rupiah, kg/ha/th), dilakukan secara hati-hati; 2. Skala numerik(1, 2, 3, ....n) mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : a. Skala dapat menyebabkan salah tafsir mengenai keakuratan dan obektivitas evaluasi, padahal sebenarnya angka-angka tersebut hanya konversi dari pertimbangan obyektif para pakar; b. Skala numerik dapat merangsang penyusun untuk melakukan operasi matematik, misalnya: menjumlah atau menghitung. Ini merupakan kesalahan total, karena masing-masing skala mempunyai unit satuan yang berbeda-beda; c. Skala numerik merangsang penyusun untuk menghitung skala dampak menjadi suatu totalitas dampak melalui pembobotan. Apabila dalam pelaksanaan penyusunan ANDAL harus dipilih satu diantara banyak metode yang telah dikenal, maka yang harus dipertimbangkan, menurut Fandely (1992) harus dipertimbangkan beberapa hal :



1. Keadaan Lingkungan Apakah masih alami atau telah dipengaruhi oleh beberapa kegiatan pembangunan. Apabila lingkungan masih alami, lebih baik digunakan metode Leopold. Bila telah ada atau banyak kegiatan pembangunan sebaiknya digunakan metode Fisher and Davies; 2. Aktivitas Pembangunan Apakah aktivitas pembangunan menjangkau wilayah yang luas atau tidak. Untuk kegiatan pembangunan yang mencakup suatu daerah yang luas akan lebih baik menggunakan metode Overlay atau Moore dibanding dengan metode Leopold. Sementara itu pertimbangkan terhadap proyeknya sendiri, apakah aktivitasnya yang diduga menimbulkan dampak banyak atau sedikit; 3. Tersedianya Sumberdaya Apakah untuk studi penyusun ANDAL ini cukup tersedia dana, tenaga dan waktu. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, tenaga yang masih belum terampilapalagi waktunya pendek, maka seyogyanya menggunakan metode yang sederhana saja. Misalnya matrik sederhana (metode Adhok) atau Checklist sederhana 2.7 Metode Matrik Interaksi Leopold Metode Leopold ini juga dikenal sebagai "Matriks Leopold" atau "Matrik interaksi dari Leopold". Metode menarik ini mulai dikembangkan oleh Dr. Luna Leopold dan teman-temannya di Amerika Serikat pada tahun 1971. Metode ini dirancang untuk menganalisis dampak lingkungan pada berbagai proyek konstruksi yang berada di suatu wilayah yang relatif masih at ami, Metode ini sangat baik untuk memberi informasi hubungan sebab dan pengaruh suatu aktivitas atau kegiatan; disamping itu juga dapat menunjukkan hasil secara kuantitatif, dan juga balk untuk mengkomumkasikan hasil. Metode matrik Leopold membagi atau mennci sebanyak 100 (seratus) macam aktivitas dari suatu proyek dan membagi 88 (delapan puluh delapan) komponen lingkungan. Matrik yang diperkenalkan merupakan matriks interaksi dari 100 (seratus)



jenis aktivitas proyek dengan 88 (delapan puluh delapan) jenis komponen lingkungan (matrik berdimensi 100 x 88). Seratus jenis aktivitas proyek tersebut merupakan penjabaran dari 11 kelompok kegiatan proyek, yang terdiri atas : (a). Modifiksi areal (13 aktivitas); (b). Perubahan lahan dan pembuatan lingkungan fisik (10 aktivitas); (c). Ekstraksi sumberdaya (7 aktivitas); (d). Pemrosesan (15 aktivitas); (e). Perubahan lahan (6 aktivitas); (f). Pembaharuan sumberdaya (5 aktivitas); (g). Perubahan lalulintas (11 aktivitas); (h). Penempatan dan pengotahan limbah (14 aktivitas); (i). Pengolahan bahan kimia (5 aktivitas); (j). Kecelakaan (3 aktivitas); (k). Lain-lain. Sedang 88 jenis komponen lingkungan yang terdapat dalam matrik merupakan penjabaran dari 5 kelompok komponen lingkungan sebagai berikut : (a). Fisik dan Kimia 1. Bumi (6 parameter); 2. Air (7 parameter); 3. Atmosfir (3 parameter); 4. Proses alamiah (9 parameter). (b). Keadaan biologi 1. Flora (9 parameter); 2. Fauna (9 parameter).



(c). Sosial-budaya 1. Tata guna tanah (9 parameter); 2. Rekreasi (7 parameter); 3. Estetika dan minat masyarakat (10 parameter); 4. Status budaya (4 parameter); 5. Fasilitas dan aktivitas buatan manusia (6 parameter); 6. Interaksi ekologi (7 parameter); 7. Lain-lain komponen. Dampak lingkungan dari proyek d1identifikasi dengan membuat interaksi antara aktifitas dan komponen lingkungan. Biasanya besaran dampak atau "magnitude" dan pentingnya dampak (importance) ditentukan besarnya, dengan langkah sebagai berikut : (1). Langkah I Langkah pertama adalah membuat matrik dengan menentukan dampak dari tiap aktivitas proyek terhadap komponen lingkungan. Apabila diduga akan terjadi dampak pada suatu komponen lingkungan akibat dari suatu aktivitas maka kotak pertemuan atau sel pada tabel matriks diberi tanda diagonal. (2). Langkah II Langkah kedua adalah, setiap kotak yang ada diagonalnya akan ditetapkan besaran (magnitude) dan tingkat kepentingan (importance) dampaknya. Besaran dampak yang diduga timbul dinyatakan dalam nilai angka satu sampai sepuluh. Nilai satu merupakan besaran terkecil sedang sepuluh terbesar. Penentuan besaran dampak berupa skala didasarkan pada analisis evaluasi yang obyektif dengan cara-cara kualitatif maupiin kuntitatif. Seringkali besaran dampak ditentukan secara "profesional judgement" atau pertimbangan keahlian. Dampak positif diberi tanda "+", dan untuk dampak negatif diberi tanda"-".



(3). Langkah III Untuk besaran kepentingan dampak diberikan nilai satu sampai dengan sepuluh. Nilai kepentingan ini ditinjau dari kepentingan proyek, sektoral lokat, regional dan nasional. Penyusunan atau penetapan arti dari skala dilakukan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dari tim interdisipiin yang melakukan analisis tersebut. Metode matriks Leopold dapat digambarkan dalam suatu Tabel 2.3 matrik sebagai berikut.



Yang menarik dari Metode matrik Leopold ialah metode tersebut telah dipergunakan oleh banyak tim dengan modifikasi yaitu dilakukan perubahan pada jumlah aktivitas proyek dan komponen lingkungan. Komponen dan aktivitas proyek diubah menjadi lebih banyak jumlahnya atau dapat pula menjadi lebih sedikit jumlahnya. Demikian pula untuk



komponen lingkungan yang seharusnya 88 komponen dapat dikurangi atau ditambah sesuai dengan proyek yang bersangkutan. Metode ini dapat dipergunakan datam penyaringan untuk identifikasi dampak lingkungan dan dapat memberikan gambaran dampak secara keseluruhan atas dasar dampak yang timbul pada setiap komponen lingkungan; dari tabel matrik interaksi Leopold dapat diketahui komponen apa saja yang banyak terkena dampak. Demikian juga dapat diketahui aktivitas apa saja yang banyak memmbulkan dampak. Matrik ini dapat di pergunakan untuk melihat besar dan banyaknya dampak positif dan negatif dan suatu proyek. Disamping itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan pada berbagai tingkat pembangunan proyek. Misalnya sewaktu rencana pembangunan proyek (Pra Kontruksi) sewaktu proyek sedang dibangun (Konstruksi) dan sewaktu proyek beroperasi.(Pasca Konstruksi). Metode ini telah digunakan untuk berbagai macam proyek seperti pada proyekproyek pembuatan jalan, pertambangan, pembangunan sumberdaya air, jalan kereta api dan sebagainya. Kesemua proyek-proyek tersebut berada dalam daerah yang relative masih alami.



BAB III RENCANA KEGIATAN



3.1 Maksud dan tujuan kegiatan 1. Bagaimanakah dampak dari pencemaran limbah tahu terhadap lingkungan hidup? 2. Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap pencemaran lingkungan hidup dari limbah pabrik tahu ? 3.2 Kegunaan a. Untuk pemerintah AMDAL berperan sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. AMDAL merupakan bahan masukan dalam merencanakan pembangunan wilayah serta mencegah rusaknya potensei sumber daya alam di sekitar lokasi usaha/kegiatan. b. untuk masyarakat 



membantu masyarakat mengenai rencana pembangunan daerahnya sehingga dapat berpartisipasi







memberi informasi perubahan lingkungan yang akan terjadi, manfaat dan kerugian yang akan ditimbulkan







mengetahui hak dan kewajiban sehubungan usaha dan kegiatan yang akan berlangsung







masyarakat ikut berperan dalammenjaga dan mengelola kualitas lingkungan



c. untuk pemrakarsa 



pemrakarsa akan mengetahui masalah-masalah lingkungan yang mungkin akan dihadapinya di masa mendatang. AMDAL juga bisa



menjadi bahan untuk menganalisis pengelolaan dan sasaran usaha dan/atau kegiatan 



AMDAL sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.



3.3 Rencana Kegiatan dan Komponen amdal 1. Persiapan Persiapan bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi proses pelaksanaan selanjutnya. Pada tahap persiapan, dilakukan perapihan administrasi pelaksanaan AMDAL. Kegiatan pada proses persiapan antara lain menyusun jadwal kegiatan, jadwal pelingkupan, surat-menyurat, dan persiapan penyusunan KA¬ANDAL. 2. Pelingkupan Pelingkupan merupakan proses untuk mengidentifikasi dampak penting yang terkait dengan adanya usaha dan/atau kegiatan. 3. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat Sebelum dilaksanakan penyusunan KA-ANDAL, maka pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan, menanggapi masukan dari masyarakat, dan memberikan konsultasi kepada masyarakat. Proses ini sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08/2000. 4. Penyusunan kerangka acuan ANDAL (KA-ANDAL) Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup masalah yang akan dikaji pada ANDAL setelah sebelumnya lingkup masalah diidentifikasi pada proses pelingkupan. Setelah selesai disusun, pemrakarsa kemudian mengajukan dokumen KA-ANDAL untuk dinilai oleh Komisi Penilai. Lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang



dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya 5. Penyusunan ANDAL, RKL, dan Setelah KA-ANDAL disetujui oleh Komisi Penilai, maka dilanjutkan dengan penyusunan ANDAL. Berdasarkan acuan pada KA-ANDAL, maka RKL dan RPL juga kemudian disusun sebagai dokumen pelengkap keseluruhan dokumen AMDAL. RKL menghasilkan matriks tentang pengelolaan lingkungan hidup, sedangkan RPL memuat cara pemantauan lingkungan berdasarkan prediksi yang telah disusun. Pemantauan dilaksanakan oleh pemantau inclependen. Pemrakarsa kemudian akan mengajukan dokumen ANDAL, RKL, dan RPL pada Komisi Penilai. Lama waktu maksimal untuk penilaian adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki atau menyempurnakan kembali dokumennya.Diskusi dan asistensi Pada saat penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan diskusi dan asistensi. Hasif dari proses diskusi dan asistensi antara lain pembahasan atau presentasi mengenai AMDAL. 6. Legalisasi dokumen Setelah dokumen AMDAL tersusun maka dilakukan legalisasi atau pengesahan secara hukurn oleh instansi yang berwenang. 7. Penyusunan Dokumen AMDAL. 8. Dokumen AMDAL terdiri dari empat dokumen berbeda yang merupakan satu kesatuan. Keempat dokumen tersebut dibuat secara berkesinambungan antara satu dengan lainnya. Tiga dokumen, yaitu ANDAL, RKL, dan RPL diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai. Hasif penilaian kemudian yang menentukan kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan dan menentukan rekomendasi untuk pemberian ijin. a. Penyusunan dokumen kerangka acuan ANDAL (KA-ANDAL)



Kerangka acuan ANDAL (KA-ANDAL) disusun paling awal sebelum dokumen-dokumen



AMDAL



lainnya.



KA-ANDAL



bertujuan



untuk



merumuskan ruang lingkup dan kedalaman studi ANDAL. Selain itu, adanya KA-ANDAL juga akan mengarahkan jalannya studi ANDAL agar efektif dan efisien sesuai biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Hasil pembuatan KAANDAL akan digunakan sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa dan penyusun AMDAL akan fingkup dan kedalaman studi ANDAL yang dilakukan. KA-ANDAL juga berperan sebagai rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studi ANDAL. b. Penyusunan analisis dampak Iingkungan (ANDAL) Dokumen ANDAL memuat beberapa hal, yaitu: 



masukan penting yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, perencana, dan pengelola rencana usaha dan/atau kegiatan.







rencana usaha, proyek, atau kegiatan dengan kemungkinan dampak besar dan pentingnya. Baik dampak yang mungkin muncul pada tahap konstruksi, tahap berjalannya kegiatan, maupun tahap sesudah kegiatan.







keterangan mengenai kemungkinan adanya kesenjangan informasi serta berbagai kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi selama penyusunan ANDAL



c. Penyusunan rencana pengelolaan Iingkungan hidup (RKL) Upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas, yaitu: 



pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui langkah alternatif, tata letak lokasi, dan rancangan pembangunan usaha dan/atau kegiatan







pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk rnenanggulangi, meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif, balk yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan berjalan sampai saat usaha dan/atau kegiatan berakhir



Dokumen RKL hanya bersifat memberikan pokok¬pokok arahan, prinsipprinsip, kriteria atau persyaratan untuk pencegahan dampak. Rencana pengelolaan lingkungan hidup harus sesuai dengan hasil dokumen ANDAL, dan harus diuralkan secara jelas, sistematis, serta mengandung arahan, prinsip-prinsip, kriteria pedoman atau persyaratan untuk mencegah, menanggulangi, mengendalikan atau meningkatkan dampak besar dan penting. d. Penyusunan dokumen pemantauan lingkungan hidup (RPL) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dokumen RPL, yaitu: 



komponen lingkungan



hidup yang dipantau hanyalah yang



mengalami perubahan mendasar atau yang terkena dampak besar dan penting 



keterkaitan antara dokumen ANDAL, RKL dan RPL







pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan/atau terhadap komponen atau parameter lingkungan yang terkena dampak







pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi







aspek-aspek yang perlu dipantau mencakup jenis data yang dikumpulkan, lokasi pemantauan, frekuensi dan jangka waktu pemantauan, metode pengumpulan data dan metode analisis data.







dokumen RPL perlu memuat tentang kelembagaan independen yang rnelakukan pemantauan lingkungan hidup



BAB IV PROFIL RONA LINGKUNGAN HIDUP Rona lingkungan hidup pada umumnya sangat beranekaragam dalam bentuk, ukuran, tujuan, dan sasaran. Rona lingkungan hidup juga berbeda menurut letak geografi, keanekaragaman faktor lingkungan hidup, dan pengaruh manusia. Karena itu kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona lingkungan yang ada. Hal-hal yang perlu dicermati dalam rona lingkungan hidup adalah: 1. Wilayah studi rencana usaha. 2. Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai SDA yang ada di wilayah studi rencana usaha. Berikut ini beberapa contoh komponen lingkungan hidup yang bisa dipilih untuk ditelaah sesuai hasil pelingkupan dalam KA-AMDAL: 



Fisik Kimia Komponen fisik kimia yang penting untuk ditelaah diantaranya: 1. Iklim, kualitas udara, dan kebisingan. a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, kelembaban curah hujan dan jumlah air hujan, keadaan angin, serta intensitas radiasi matahari. b. Data periodik bencana, seperti sering terjadi angin ribut, banjir bandang diwilayah studi rencana usaha. c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang mewakili wilayah studi tersebut. d. Pola iklim mikro pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum maupun pada kondisi cuaca buruk.



e. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah studi rencana usaha. f.



Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode kejadiannya.



2. Fisiografis. a. Topografi bentuk lahan (morfologi) struktur geologi dan jenis tanah. b. Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan stabilitas tanah. c. Keunikan, keistimewaan, dan kerawanan bentuk-bentuk lahan dan bantuan secara geologis. 3. Hidrologi a. Karakteristik fisik sungai, danau, dan rawa. b. Rata-rata debit dekade, bulan, tahunan, atau lainnya. c. Kadar sedimentasi (lumpur) tingkat erosi. d. Kondisi fisik daerah resapan air, permukaan dan air tanah. e. Fluktuasi, potensi, dan kualitas air tanah. f.



Tingkat penyediaan dan kebutuhan pemanfaatan air untuk keperluan seharihari dan industri.



g. Kualitas fisik kimia dam mikrobiologi air mengacu pada mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar. 4. Hidrooseanografi Pola hidrodinamika kelautan seperti: a. Pasang surut b. Arus dan gelombang c. Morfologi pantai



d. Abrasi dan akresi serta pola sedimentasi yang terjadi secara alami di daerah penelitian. 5. Ruang, lahan, dan tanah a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana usaha yang diajukan dan kemungkinan potensi pengembangan dimasa datang. b. Rencana tata guna tanah dan SDA lainnya yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh pemerintah setempat. c. Kemungkinan adanya konflik yang timbul antara rencana tata guna tanah dan SDA lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya pemilikan atau penentuan lokasi bagi rencana usaha. d. Inventarisasi estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi yang ada diwilayah studi rencana usaha. 



Bilologi Komponen biologi yang penting untuk ditelaah diantaranya: 1. Flora a. Peta zona biogeoklimati dari vegetasi yang berada diwilayah studi rencana usaha. b. Jenis-jenis dan keunikan vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undangundang yang berada dalam wilayah studi rencana usaha. 2.



Fauna a. Taksiran kelimpahan fauna dan habitatnya yang dilindungi undang-undang dalam wilayah studi rencana usaha.



b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan makanan atau sumber hama dan penyakit. c. Perikehidupan hewan penting diatas termasuk cara perkembangbiakan dan cara memelihara anaknya perilaku dalam daerah teritorinya. 



Sosial Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya: 1. Demografi a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, dan agama. b. Tingkat kepadatan penduduk. c. Pertumbuhan (tingkat kelahiran dan kematian bayi). d.



Tenaga kerja.



2. Ekonomi a. Ekonomi rumah tangga. b. Ekonomi sumber daya alam. c. Perekonomian lokal dan regional. d. Budaya e. Kebudayaan. f.



Proses sosial.



g. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi. h. Warisan budaya. i.



Pelapisan soasial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan, dan kekuasaan.



3. Kesehatan masyarakat a. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan. b. Proses dan potensi terjadinya pemajanan. c. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit. d. Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko. e. Sumber daya kesehatan. f.



Kondisi sanitasi lingkungan.



g. Status gizi masyarakat. h. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran penyakit.



BAB V PRAKIRAAN DAN PENDUGAAN DAMPAK PENTING



Prakiraan nilai besaran dampak (Magnitude = M) merupakan kegiatan sebelum dilakukannya evaluai terhdapa dampak besar dan penting dalam pengambilan keputusan apakah dampak tersebut akan dikelola dan dipantau dalam dokumen RKL dan RPL. Dalam evaluasi dampak nantinya dilakukan secara berama-sama (integrtad) antara besaran dampak dengan nilai kepentingan dampak (Importancy = I ). Berikut “Pedoman Kriteria Penentuan Ukuran Penting (P) dan Tidak Penting (TP) Dampak” masing-masing parameter penentu tingkat kepentingan dampak menurut Kep. Ka. BAPEPDAL, Nomor: Kep-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran dampak Penting, dengan usulan perubahan. 1.



Jumlah manusia yang terkena dampak Kriteria jumlah manusia terkena dampak dikatakan sebagai dampak penting (P) apabila terdapat > 25% manusia yang terkena dampak dan tidak mendapatkan manfaat dari proyek.



2.



Luas wilayah persebaran dampak Kriteria Luas wilayah persebaran dampakdikatagorikan kedalam dampak penting (P) apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya dalam luasan 0,25 di wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga dampaknya sudah mengenai banyk komponen lingkungan



3.



Intensitas dan lamanya dampak berlangsung Intensitas dan lamanya dampak berlangsung dikatagorikaan sebagai dampak penting (P) apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.



4.



Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak dikatagorikan kedalam kriteria penting (P) apabila ada komponen lain yang terkena dampak (sekunder, tersier dst).



5.



Sifat kumulatif dampak Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi akan mengalami penumpukan (terakumulasi) dalam satu ruang tertentu, dan dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling memperkuat.



6.



Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi tidak dapat pulih kembali (tidak berbalik) seperti kondisi semula, baik dipulihkan kembali oleh alam maupun dengan intervensi manusia.



BAB VI EVALUASI DAN PENILAIAN DAMPAK PENTING



6.1. Hasil Telaah Proses Operasi Terhadap Dampak Lingkungan Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein nabati dalam bahan baku diekstraksi secara fisika dan digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH) dan batu tahu (CaSO4 nH2O) (Santoso, 1993). Dalam pemrosesannya, tiap tahapan proses umumnya menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah yang relatif banyak. Menurut Nuraida (1985), untuk tiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter dan akan dihasilkan limbah cair berupa Whey tahu rata-rata 43,5 liter. Mengingat bahwa bahan dasar tahu adalah kedele (dengan BO tinggi) maka Whey umumnya mengandung bahan-bahan organik berupa protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10% (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal, 1994). Hasan (2003), melaporkan bahwa air buangan industri tahu mengandung BOD 3250 mg/l, COD 6520 mg/l, TSS 1500 mg/l dan nitrogen (N) 1,76 mg/l. Apabila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai dengan Kep Men LH. No. Kep 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COD dan TSS berturut-turut adalah 50, 100 dan 200 mg/l, maka jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Industri tahu dalam proses pengolahannya sebenarnya menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk



ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Mengingat Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi maka kadar BOD, COD nya relatif cukup tinggi pula, sehingga jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu sesungguhnya industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap limbah pabrik tahu yang dikaji diperoleh data seperti ditunjukkan pada Tabel 6.1 Hal ini membuktikan bahwa limbah tahu secara umum memang memiliki kandungan pencemar yang tinggi. Tabel 6.1. Kandungan Pencemar Limbah Tahu COD



BOD



N-Total



P-Total



Nomor Sampel



pH (mg/l)



(mg/l)



(mg/l)



(mg/l)



1



7250



5643



169,5



82,39



3,94



2



6870



5395



153,4



80,81



4,28



Rata-rata



7050



5389,5



161,5



81,6



4,11



6.2. Identifikasi Dampak Besar dan Penting Pengelolaan limbah cair adalah menggunakan kolam pengolahan limbah dengan menggunakan kayu apu. Dalam pengolahan limbah ini digunakan air PDAM sebagai pengencer dengan perbandingan 1: 6 yaitu 1 bagian limbah pabrik tahu dengan 6 bagian air PDAM. a. Limbah cair : Pembuangan limbah cair ini oleh pemilik usaha di buang ke kebun belakang pabrik tersebut yang kebetulan tanah itu milik dari bapak Hasan dengan tanah seluas



5Ha, tetapi aliran limbah dari industry pabrik tahu tersebut mengalir ke 2 cabang yang pertama cabang ke aliran kebun yang berdekatan dengan kolam sedangkan yang satunya lagi mengalir di parit yang parit itu mengalir dibawahnya ada banyak perumahan. b. Limbah padat : Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik tersebut di kelola sendiri oleh pemiliknya, ampas tahu itu dia berikan kepada ternaknya sendiri yakni : 1. Kambing 2. Sapi 3. bebek dan itik Sedangkan kulit arinya atau kulit kedelainya hanya dibuang begitu saja tidak dikelolah.



6.2.1 Metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan Berdasarkan uraian rona lingkungan dan penjelasan tentang proses pengelolaan limbah sebagaimana disebutkan di atas, dapat diidentifikasi dan diperkirakan dampak resiko limbah pabrik tahu terhadap komponen lingkungan meliputi: fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi serta kesejahteraan masyarakat seperti pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Identifikasi Dampak Resiko No 1



Komponen Lingkungan



Pengaruh Limbah



Tata guna lahan (tanah)



Ada



Kualitas udara



Ada



Kebisingan



Ada



Kualitas air



Ada



Fisik Kimia



2



Biologi



3



Flora darat



Ada



Flora air



Ada



Fauna darat



Ada



Fauna air



Ada



Struktur kependudukan



Ada



Pendidikan



Tidak ada



Agama



Tidak ada



Tingkat kesehatan masyarakat



Ada



Tingkat pendapatan



Ada



Estetika lingkungan



Ada



Sikap, budaya, dan perilaku masyarakat



Tidak ada



Sosekbud Kesmas



6.2.2 Metode Pendekatan Matrik Evaluasi Prakiraan Dampak dengan Komponen Lingkungan Metode ini mengarahkan kepada pemberian skore/nilai berupa seberapa besar dan pentingnya dampak yang terjadi dari setiap tahapan kegiatan yang dilakukan oleh industri terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak. Matrik prakiraan dampak yang akan terjadi ditunjukkan seperti Tabel 6.3 sebagai berikut. Tabel 6.3. Matrik Evaluasi Prakiraan Dampak Resiko No 1



Komponen Lingkungan



Pengaruh Limbah (penting /besar)



Fisik Kimia Tata guna lahan (tanah)



-1/1



Kualitas udara



-1/2



Kebisingan



-1/2



2



3



Kualitas air



-2/3



Flora darat



-2/1



Flora air



-2/3



Fauna darat



-1/1



Fauna air



-2/3



Biologi



Sosekbud Kesmas Struktur kependudukan



-1/1



Pendidikan



0/0



Agama



0/0



Tingkat kesehatan masyarakat



-2/3



Tingkat pendapatan



-1/1



Estetika lingkungan



-2/2



Sikap, budaya, dan perilaku



0/0



masyarakat



6.4. Prakiraan dan Penentuan Dampak Penting dan Besar Secara keseluruhan uraian dari masing-masing penting dan besarnya dampak limbah terhadap sifat fisika-kimia, sifat biologi dan terhadap sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan masyarakat diuraikan sebagai berikut. A. Fisik Kimia 1) Prakiraan resiko terhadap tata guna lahan yang mungkin terjadi yaitu resiko berasal dari buangan limbah terutama limbah cair yang mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat pencemaran tersebut maka warga merasa tidak nyaman namun tidak menimbulkan perpindahan atau eksodus dari lokasi sekitar pabrik, yang mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan. Karena masyarakat dan pihak



pabrik menganggap hal tersebut masih bisa dirundingkan dan diatasi. Meskipun resiko yang muncul bersifat negatif namun kurang penting sehingga dampaknya (-1). Bobotnya kecil karena pencemaran yang terjadi tidak berdampak langsung terhadap masyarakat (2). 2) Prakiraan resiko terhadap udara, yaitu resiko berasal dari bau limbah tahu yang semakin lama semakin tidak sedap. Akibat pencemaran tersebut warga khususnya pekerja pabrik merasa kurang nyaman akibat terhisapnya bau ke dalam pernafasan. Namun bau yang muncul lebih cenderung di dalam dan tidak dalam radius yang luas dan gas yang ditimbulkannya bukanlah gas–gas penyebab timbulnya pemanasan global seperi: NOx, SOx dan gas kimia berbahaya lainnya. Sehingga meskipun jenis resiko yang muncul bersifat negatif tapi kurang penting (-1). Bobotnya kecil karena pencemaran gas yang timbul jumlahnya kecil dan bukan merupakan gas yang berbahaya (2). 3) Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang mungkin meresap dan masuk ke dalam air tanah. Resiko yang mungkin timbul berupa timbulnya penyakit-penyakit yang diderita oleh masyarakat yang menggunakan air tanah, seperti penyakit kulit, penyakit perut, dan lain-lain. Keadaan ini dapat saja terjadi lebih dari yang diperkirakan mengingat muka air tanah (sumur) berfluktuasi sesuai dengan tinggi muka air sungai atau besarnya curah hujan. Sehingga sumur penduduk dapat saja tercemar akibat infiltrasi baik dari sungai maupun dari unit pengolahan limbah pabrik. Resiko yang muncul bersifat negatif cukup penting (-2). Bobotnya sedang karena lokasi dekat dengan warga sehingga ada kemungkinannya mencemari air sumur warga (3). 4) Prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang dibuang ke sungai. Resiko yang timbul pada flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan sungai. Resiko terbesar yang mungkin terjadi adalah matinya biota air, tumbuhan air, dan hewan air. Seperti terlihat pada Tabel 6.4 bahwa BOD masih diatas



baku mutu air baik untuk perikanan (B) maupun pertanian (C). Dengan nilai BOD yang relatif masih tinggi maka masih dibutuhkan banyak oksigen untuk memecah (mendegradasikan) bahan buangan organik yang ada di dalam lingkungan air tersebut. Sehingga dalam proses degradasi tersebut terdapat persaingan antara biota air dengan mikroorganisme dalam memanfaatkan oksigen. Dampaknya adalah biota air akan kekurangan oksigen akibat lebih jauh adalah akan menimbulkan kematian bagi biota yang ada disekitarnya. Selain itu dampak yang timbul akibat proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme adalah bau busuk karena gas NH3 yang dilepas saat proses terjadi. Secara kimia proses reaksinya ditunjukkan sebagai berikut : CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4)O2 ----- n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3 Mengingat sifat reaksi BOD yang cukup lama dibandingkan dengan COD maka, Resiko yang muncul bersifat negatif penting (-3). Berdasarkan hasil pengujian kasus effluen dari pengolahan Pabrik Tahu Purnomo, Kalidami, Surabaya ternyata masih berada di atas Baku Mutu yang diijinkan Pemda Jawa Timur, seperti pada Tabel 6.4. Besarnya dampak bisa sangat tinggi (4).



Tabel 6.4



Effluen Pengolahan Limbah Pabrik Tahu Hasan, Pekan Baru, menggunakan Kayu Apu



Parameter



Data Laboratorium (mg/l)



BOD



38



COD



149



NH4 +



3,94



PO4 3-



2,5



pH



7,9



B.



Biologi



1)



Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai, setelah melalui proses degradasi dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Namun tahapan proses tersebut relatif lama karena proses degradasi oleh mikroba berjalan secara alami sehingga dampak yang terjadai pada saat penguraian adalah meningkatnya suhu disekitar limbah dalam jangka waktu tertentu namun setelah proses penguraian selesai umumnya suhu akan menjadi normal dan bahan organik siap untuk secara alami untuk dimanfaatakan oleh tanaman. Resiko yang mungkin timbul kematian bagi tanaman yang tidak tahan terutama pada saat awalawal dkomposisi Bahan organik namun setelahnya dapat terjadi tanaman tumbuh subur, selain itu sistem perakaran butuh penyesuaian untuk berinterkasi dan mampu menyerap limbah tersebut. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan daun kurang untuk proses fotosintesis sehingga dapat berdampak negatif cukup penting (-2). Tetapi bobotnya kecil (1) karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun.



2)



Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai, secara umum air sungai akan dipengaruhi oleh tingkat BOD dan COD yang terdiri dari unsur C, H dan O serta tambahan unsur lainnya seperti N, S, P dan Fe. Jika melihat pada Tabel 4 tampak bahwa baik nilai BOD maupun COD nya relatif masih diatas baku mutu untuk pertanian (B) dan perikanan (C) oleh karena itu bahan organik tersebut akan mengalami penguraian terlebih dahulu untuk dapat dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Didalam proses penguraian tersebut sering memberikan dampak yang kurang baik bagi flora air yang ada disekitarnya, karena umumnya mikroba yang melakukan penguraian membutuhkan oksigen untuk reaksi biokimianya, seperti oksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel. Secara lebih jelas prosesnya adalah sebagai berikut :



Oksidasi Bahan Organik: (CH2O)n + nO2 ---- nCO2 + nH2O Enzim Sintesa Sel (CH2O)n + NH4+ + nO2 -------senyawa (C,H,N,O) + nCO2 + nH2O Enzim Oksidasi Sel Senyawa (C,H,N,O) + O2 ------- VO2 +H2O + NH4+ Enzim Selain persaingan dalam pemanfaatan oksigen antara mikroorganisme dan flora air, umumnya air yang nilai BOD dan CODnya tinggi cenderung keruh dan kekurahan ini juga mempengaruhi pula terhadap daya tembus sinar ke dalam air dampaknya juga akan menggangu terhadap penyediaan oksigen dalam air sehingga secara keseluruhan akan berpengaruh dalam proses fotosintesis, akibatnya flora air menjadi kurang subur. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif cukup penting (-2). Bobotnya sedang (3) meskipun effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun. Dengan demikian meskipun telah mengalami pengenceran tapi apabila terjadi dalam kontinuitas tinggi pengaruhnya terhadap flora air perlu diperhatikan dengan seksama. 3)



Prakiraan resiko terhadap fauna darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai akan diserap oleh tanaman dan tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Meskipun tidak berimplikasi lansung terhadap fauna darat tapi flora yang ada umunya menjadi penyedia makan bagi fauna darat sehingga apabila flora darat berkurang maka mempengaruhi pula fauna yang ada. Resiko yang mungkin timbul berupa



berkurangnya jumlah fauna daratan, dan akibat berkurangnya flora darat mengurangi pula makanan bagi fauna darat serta bersifat negatif kurang penting (-1). Bobotnya sangat kecil (1) karena pengaruh limbah bagi kehidupan di darat tidak terlalu signifikan. 4)



Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Seperti telah dikemukakan pada kasus flora air , dampak yang terjadi pada fauna air tidak jauh berbeda. Air dengan tingkat BOD dan COD seperti ditunjukkan oleh Tabel 4. Masih diatas baku mutu untuk air pertanian (B) dan perikanan (C). Oleh karena itu air akan cenderung masih keruh, proses penguraian bahan organik oleh mikro organisme akan bersaing untuk memanfaatkan oksigen dengan fauna air. Jadi jika kandungan oksigen dalam air berkurang secara otomatis akan berpengaruh terhadap kehidupan fauna yang ada dalam air dan kemungkinan fauna khususnya ikan akan mengalami gizi buruk (Darmawanti, 2011). Hal ini disebabkan flora air yang menjadi makanan ikan atau sebagai tempat hidup fauna sumber makan mati dan berkurang akibat pencemaran tersebut.



Maka resiko yang



mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air yaitu hanya fauna yang dapat bertahan terhadap limbah saja yang mampu hidup sedangkan yang tidak tahan akan mati berikut induknya, sehingga bersifat negatif penting (-2). Bobotnya sedang (3) karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengolahan yang baik serta sehingga konsentrasi pencemar juga kecil. Dengan demikian pengaruhnya relatif sedang terhadap fauna air. C. Sosekbud Kesmas 1)



Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan memanfaatkan sungai maupun air tanah (sumur). Dampak ini terjadi akibat resapan air permukaan terhadap air sungai, karena BOD dan COD umumnya bertaham cukup lama sehingga memiliki peluang besar untuk



menginfiltrasi sumur-sumur warga secara luas. Resiko yang mungkin timbul berupa munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya sehingga bersifat negatif penting (3). Bobotnya adalah sedang (3) karena pemanfaatan sungai dipakai untuk menyiram tanaman oleh masyarakat di sekitar sungai. Sedangkan pemanfaatan sumur dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan sumber air untuk memasak. 2)



Prakiraan resiko terhadap estetika lingkungan berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/sungai, limbah padat yang ditumpuk. Resiko yang mungkin terjadi berupa penurunan estetika lingkungan yaitu selain memacu tumbuhnya tanaman air seperti ganggang dan enceng gondok maka merusak pemandangan kampung sehingga bersifat negatif cukup penting (-2) namun bobotnya kecil (2).



6.5. Analisis Resiko Lingkungan dan Penentuan Dampak Dalam sub bab ini akan ditampilkan pendekatan analisis yang lain terhadap dampak, yang diambil dari Idris (2003) yaitu: berupa



Analisis Resiko Lingkungan



sebagai kegiatan memperkirakan kemungkinan munculnya suatu resiko dari suatu kegiatan dan menentukan dampak dari kegiatan/peristiwa tersebut. Seperti halnya metode sebelumnya dalam metode ini juga bersifat kualitaif. Dengan metode analisis kualitatif ini akan dibuat matriks kombinasi antara nilai peluang resiko seperti Tabel 6.5 dan besarnya resiko pada Tabel 6.6 sehingga akan dihasilkan suatu nilai resiko tinggi, sedang atau rendah seperti Tabel 6.7. Tabel 6.5. Matriks Peluang Resiko Level Resiko



Uraian peluang



Perubahan tata guna



Masyarakat menjual lahan karena menuE



lahan



runnya kenyamanan lingkungan, peluang



tejadinya resiko ini adalah jarang. Pencemaran udara dapat terjadi karena bau Pencemaran udara



D



dari proses pengolahan limbah tahu, peluang terjadinya kecil. Pencemaran air tanah dari kolam pengo- lahan



Pencemaran air tanah



B



limbah, karena muka air cukup da- lam maka peluangnya besar. Pencemaran air permukaan berasal dari air



Pencemaran air



limbah yang dibuang ke sungai walaupun B



permukaan



sudah melalui proses pengolahan peluang terjadinya besar. Penurunan jumlah flora darat akibat bau yang



Penurunan jumlah flora D



berasal



dari



pengolahan



limbah



tahu



darat (teres- trial) kemungkinan terjadinya kecil. Jumlah flora air dapat menurun akibat limbah Penurunan jumlah flora C



yang masuk ke air permukaan, dengan



air (aquatik) peluang terjadinya sedang. Penurunan jumlah fauna



Penurunan jumlah fauna darat di sekitar D



darat



sungai akibat limbah yang dibuang kecil.



Penurunan jumlah fauna



Penurunan jumlah fauna air di sekitar sungai C



air



akibat limbah yang dibuang sedang. Tingkat kesehatan masyarakat menurun akibat



Penurunan tingkat C



pencemaran air sumur oleh buang- an limbah



kesehatan masyarakat pabrik, peluangnya sedang. Berkurangnya estetika



Pencemaran air sungai dan tumpukan limbah D



lingkungan



padat



mengurangi



estetika



lingkungan,



dengan peluang kecil. Keterangan: A = Pasti terjadi B = Kemungkinan besar C = Kemungkinan sedang D = Kemungkinan kecil E = Jarang



Tabel 6.6. Matriks Besaran Resiko Level Resiko



Uraian peluang



Perubahan tata 2



Kecil karena mahalnya lahan yang ada di Surabaya



guna lahan Kecil karena gas yang dihasilkan tidak ber bahaya dan Pencemaran udara



2



jumlahnya sedikit sehingga dapat dengan mudah diatasi. Sedang karena mempengaruhi manusia dan bila ini



Pencemaran air 3



terjadi



memerlukan



prosedur



tertentu



untuk



tanah penanganannya Besar karena mempengaruhi lingkungan dan manusia Pencemaran air



di sekitar sungai namun dapat diawasi melalui 4



permukaan



kerjasama yang baik antara pabrik, pemerintah serta LSM.



Penurunan jumlah flora darat (terestrial)



2



Kecil karena tidak terlalu dipengaruhi limbah pabrik.



Penurunan jumlah



Kecil karena tidak terlalu dipengaruhi lim- bah 2



fauna darat



pabrik.



Penurunan jumlah 3



Sedang karena jumlah flora yang menurun.



fauna air Penurunan tingkat Sedang karena berhubungan dengan kese- hatan kesehatan masya-



3 manusia.



rakat Resiko kecil yang berhubungan dengan es- tetika Berkurangnya 2



lingkungan karena dapat diatasi de- ngan manajemen



estetika lingkungan pabrik yang baik. Keterangan : 1 = Pengaruh tidak berarti 2 = Pengaruh kecil 3 = Pengaruhnya sedang 4 = Pengaruhnya besar 5 = Bencana



Tabel 6.7. Matriks Tingkat Resiko Resiko



Peluang Nilai Besaran Nilai Resiko



Perubahan tata guna lahan



E



2



R



Pencemaran udara



D 2



R



Pencemaran air tanah



D 3



S



Pencemaran air permukaan



B



T



4



Penurunan jumlah flora darat (terestrial)



D 2



R



Penurunan jumlah flora air (aquatik)



C



3



S



Penurunan jumlah fauna darat



D 2



R



Penurunan jumlah fauna air



C



3



S



Penurunan tingkat kesehatan masyarakat



C



3



S



Berkurangnya estetika lingkungan



D 2



R



Keterangan: T = Tinggi; S = Sedang; R = Rendah



6.7. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL dan RPL) Berdasarkan hasil penilaian penting dan besar dampak dari kedua metode pendekatan tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa komponen lingkungan yang perlu medapat perhatian yaitu terhadap: 1. Pencemaran air tanah 2. Pencemaran air permukaan 3. Penurunan jumlah flora air 4. Penurunan jumlah fauna air 5. Penurunan kesehatan masyarakat Berikut ini disajikan dalam bentuk matrik bagaimana upaya pemantauan dan pengelolaan dilakukan terhadap beberapa permasalahan limbah pabrik tahu diatas masing-masing pada Tabel 6.8 dan Tabel 6.9.



Upaya Pengelolaan Lingkungan



Penyebab



Instansi



Parameter Dampak Penting



(sumber)



No



Tujuan



Lokasi



yang dikelola



dampak



Periode



Pencegahan dan



yang



Pengembangan Pengelolaan



pengelolaan



pengelolaan



Penanggulangan



dikelola



Pengawas



Pelaporan



dampak positif



penting



dampak negatif Memberikan Mencegah



Dinas pengertian



Penyakit kulit, 1



penyakit Residu amonia



Wilayah



Kadar N



perut



pengelolaan gatal-gatal



perindustrian



Dinas



dan



perindustrian



Setiap 6 bulan



sekitar pabrik limbah dan hidup



dan perut



kesehatan bersih



Kematian



Mencegah



flora/fauna biota COD dan



air dan muncul



sekitar sungai



pengolahan



perindustrian,



akuatik dan bahan organik



penyakit oleh



Melakukan



Ekosistem Limbah/Buangan



2



Dinas Wilayah



BOD



dan sumur



akibat



dinas



limbah yang lebih



penyakit



perindustrian pengairan,



penduduk vektor



Dinas Setiap 6 bulan



baik dinas



Tabel 6.8 RKL vektor



kesehatan



Tabel 6.9 RPL Dampak



Penyebab



Metode Pemantauan



Instansi



Parameter Penting



(sumber)



No



Tujuan



Lokasi



yang yang



dampak



Pengumpulan pemantauan



pemantauan



dipantau dipantau



Pelaksana



Pemantauan



Pemantauan



Pengawas



Pelaporan



Data



Data



Kadar



Laboratori



Amonia, pH



um



Dinas kesehatan



Dinas



Dinas



masyarakat



Statistik



dan Pertanian



Kesehatan



Kesehatan



yang terpapar



Deskriptif



Dinas



Dinas



pengairan



pengairan



penting



Penyakit



Mengetahui



Wilayah



perkembanga



sekitar



Residu 1



Periode Analisa



kulit,



Kadar N



n penyakit



pabrik,



amonia perut



gatal-gatal



sumur



dan perut



penduduk



Kematian



Mengetahui



flora/faun



perkembanga



Setiap 6 bulan



Wilayah Limbah/Bua a biota 2



COD dan



n Ekosistem



BOD



akuatik dan



ngan bahan air dan



um,



sumur penyakit akibat vektor



Dinas Setiap 6 bulan



Perindustrian,



masyarakat Statistik yang sakit penduduk



penyakit



Laboratori akuatik dan



sungai dan



organik muncul



Populasi biota sekitar



dinas pengairan



oleh vektor Mengetahui



Wilayah



Dinas



Penurnan 3



Dinas Buangan



COD dan



perkembanga



Sungai



Populasi flora



laboratoriu



limbah BO



BOD



n flora



sekitar



dan jenisnya



m



akuatik



pabrik



Mengetahui



Wilayah



jumlah



Setiap 6 bulan



Buangan



COD dan



perkembanga



Sungai



limbah BO



BOD



n fauna



sekitar



n jumlah



Laboratori



Dinas Pengairan



Perindustria



Dinas



dan perindustrian



nn dan



Pengairan



Setiap 6 bulan um



jenisnya



Kadar



n



amonia, pH



Kesehatan



dan



Jumlah



perkembanga



Dinas masyarakat



sekitar n dan



COD dan pembawa



Pengairan



Wilayah



Amonia,



Laboratori yang sakit,



industri, penyebaran



BOD penyakit



pabrik



Mengetahui pH,



at



Dinas



Fauna dan



akuatik



masyarak



n pengairan



Populasi



fauna air



5



perindustria



pengairan



Penuruna



Penuruna



Perindustrian dan n dan Dinas



flora air



4



Dinas perindustria



um



Kesehatand



Dinas



dan kesehatan



an



Kesehatan



kebiasaan sumur



penyakit



Dinas Pengairann Setiap 6 bulan



Pengairan sehari-hari



(vektor) Dinas Kerusaka



Kenaikan



Mengetahui



Wilayah



Jumlah jenis



Residu N 6



n nilai



Populasi



laboratoriu pertumbuhan



Sekitar



populasi



dan P estetika



Fitoplankton



Sungai



Perindustria



Dinas



dan perindustrian



n dan



Pengairan



Setiap 6 bulan m



fitoplankton



Dinas Pengairan



gulma pengairan



BAB VII PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kualitatif beberapa komponen resiko yang memiliki resiko tinggi yaitu pencemaran air permukaan. Limbah pabrik tahu memiliki resiko kecil, dengan komponen yang paling berpengaruh adalah limbah cair. Pengaruh limbah secara keseluruhan terhadap manusia dan lingkungan sekitar pabrik tidak signifikan. Hal ini karena adanya unit pengolahan limbah sehingga limbah memiliki konsentrasi yang kecil.



B. Saran Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan tingkat resiko yang representatif perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dampak limbah cair terhadap air permukaan. Penanganan limbah yang ada perlu terus dilaksanakan dan ditingkatkan kemampuannya. Selain itu perlu adanya pengawasan yang kontinyu terhadap buangan limbah. Perlu dipikirkan adanya lembaga pengawas/pengelola badan sungai, dalam rangka mengantisipasi dampak negatif pencemaran ke air permukaan akibat buangan limbah pabrik.