Tak Okupasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERAPI OKUPASI LEISURE (PEMANFAATAN WAKTU LUANG) Topik



: Terapi Okupasi Leisure



Sasaran



: Lansia yang berada di PSTW Wana Seraya Denpasar



Hari/Tanggal



: Senin, 23 November 2015



Jam



: 09.00 s/d 09.40 wita



Tempat



: Wisma 6



A. LATAR BELAKANG Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Menghadapi periode ini beberapa lansia menjalani hidupnya bersama keluarga, ada juga yang hidup sendiri karena pasangan hidup mereka sudah meninggal atau juga tidak punya sanak saudara sama sekali. Kita juga dapat menemui bahwa sekarang banyak lansia yang tinggal di panti wredha. Alasan alasan mereka memilih tinggal di panti pun berbeda-beda setiap individunya. Ada yang karena sudah tidak punya saudara, tidak punya tempat tinggal, saran dari orang terdekat dank arena faktor ekonomi. Orang terdekat, dan ada juga yang karena kurang mampu dalam segi ekonomi. Sampai sampai saat ini, pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi salah satu alternatif pelayanan lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang kurang mampu secara sosial ekonomi. Pelayanan sistem institusi dalam banyak hal menjadi



model pelayanan yang dapat diadopsi oleh keluarga dan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan sosial lanjut usia. Disadari, bahwa kehidupan dalam institusi terkadang monoton dan rutinitas sehingga membuat para lanjut usia merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup selamanya di dalam Panti atau institusi. Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada upaya pengembangan bakat, minat dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab itu perlu diadakan berbagai kegiatan positif untuk mengisi waktu-waktu luang, dan perlu dirancang berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan lanjut usia (lansia). Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan kesempatan bagi Lansia (Potensial) untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai dengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki. (Irianto, 2011) Terapi okupasi meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja berikut: (1) aktivitas hidup sehari-hari (misalnya makan, mandi, toileting, mobilitas fungsional) dan kegiatan instrumental hidup sehari-hari (misalnya makan persiapan, belanja, keuangan salah satu pelaksana) , (2) pekerjaan dan kegiatan produktif (misalnya mengurus orang lain, kegiatan pendidikan dan kejuruan), dan (3) luang untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang secara budaya berarti bagi individu dan orang lain yang signifikan mereka. Dalam rangka untuk menentukan etiologi disfungsi dalam satu atau lebih bidang kinerja, terapis okupasi menilai komponenkomponen berikut kinerja: sensorimotor, neuromusculoskeletal, motorik, kognitif, dan psikososial. Dengan diterapkannya terapi okupasi pada lansia diharapkan dapat mempertahankan fungsi kognitif lansia dengan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi atau mengupayakan adaptasi aktifitas sehari-hari sehingga tercapainya kemandirian dan kesejahteraan lansia. B. INDIKASI TERAPI OKUPASI Indikasi untuk terapi okupasi adalah sebagai berikut:



1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan perkembangan psikososialnya. 2. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain. 3. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif. 4. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsangan tersebut tidak wajar. 5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami kemunduran. 6. Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui aktivitas daripada percakapan. 7. Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktekannya daripada membayangkannya. 8. Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya. C. FUNGSI TERAPI OKUPASI Fungsi terapi okupasi adalah sebagai berikut: 1. Sebagai perlakuan psikiatri yang spesifik untuk membangun kesempatankesempatan demi hubungan yang lebih memuaskan, membantu pelepasan, atau sublimasi dorongan (drive) emosional, sebagai suatu alat diagnostik. 2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan. 3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain. 4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari. 5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada. 6. Eksplorasi prevokasional untuk memastikan kemampuan fisik dan mental pasien, penyesuaian sosial, dan ketertarikan, kebiasaan-kebiasaan kerja, keterampilan, dan potensial untuk dipekerjakan.



7. Sebagai suatu ukuran suportif dalam membantu pasien untuk menerima suatu periode kesembuhan atau masuk rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. 8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan. D. JENIS TERAPI OKUPASI Okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri), productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental. Jenis terapi okupasi yaitu:



1. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living) Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activities of Daily Living atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat) 2. Pekerjaan Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai sendiri sebagai anggota yang ikut berperan. Pekerjaan



yang berbeda diberi nilai-nilai sosial yang berbeda pada masyarakat. Termasuk aktivitas



yang



diperlukan



untuk



dilibatkan



pada



pekerjaan



yang



menguntungkan/menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian, partisipasi sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak fungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan sumber kepuasan. 3. Waktu Luang Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian pasien. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas. Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang sesuai, mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai). E. TAHAPAN TERAPI OKUPASI KELOMPOK Setiap akan melakukan terapi okupasi kelompok harus direncanakan dahulu. Terapis



melakukan



kontrak



kepada



kelompok.



Terapis



dan



kelompok



mempertimbangkan tempat, lokasi yang kondusif, alat, dan bahan yang harus disiapkan. Adapun tahapan aktivitas terapi okupasi kelompok, yaitu: 1. Orientasi



Orientasi sangat membantu pasien untuk mengikuti kelompok terapi. Tujuan orientasi adalah meyakinkan bahwa pasien mempunyai orientasi yang baik tentang orang, tempat, dan waktu. Orientasi memerlukan waktu kurang lebih 5 menit. Aktivitas yang dilakukan selama tahapan orientasi adalah terapis melakukan orientasi kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok terapi. 2. Tahap Pendahuluan (Introduction) Tahap pendahuluan adalah tahap perkenalan baik dari terapis maupun pasien. Terapis memperkenalkan diri baru kemudian masing-masing pasien menyebutkan nama dan alamatnya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan melemparkan balon yaitu pasien harus menyebutkan nama apabila mendapatkan bola yang telah dilempar. Setiap kali seorang pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua pasien untuk bertepuk tangan. Tahap pendahuluan memerlukan waktu 5-10 menit. 3. Tahap pemanasan (Warm-up activities) Setelah melakukan proses memperkenalkan diri, terapis mengajak pasien untuk aktivitas pemanasan (warm-up activities). Tahap ini memerlukan waktu 510 menit. Aktivitas yang digunakan adalah latihan fisik sederhana (simple physical exercise). Tujuannya adalah meningkatkan perhatian dan minat pasien melalui gerakan dasar tubuh dan agar pasien mampu mengikuti aturan atau instruksi sederhana seperti berputar, turunkan tangan, dan lain-lain. 4. Tahap aktivitas terpilih (selected activities) Tahap ini memerlukan waktu 10-20 menit. Mempertimbangkan kebutuhan kognitif, motorik, dan interaksi yang akan dikembangkan. Biasanya aktivitas yang dipilih adalah aktivitas dengan aturan sederhana dan aktivitas yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Terapis memberikan pujian setiap kali pasien selesai melakukan terapi okupasi dengan baik dan mengajak anggota kelompok bertepuk tangan. 5. Tahap Terminasi



Tahap ini menandakan bahwa terapi okupasi akan berakhir. Terapis dan pasien mengumpulkan material (alat-bahan) bersama-sama dan mengadakan diskusi kecil tentang jalannya proses terapi okupasi.



BAB II TERAPI OKUPASI LEISURE (PEMANFAATAN WAKTU LUANG) A. PENGERTIAN Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif yang penting dilakukan untuk meningkatkan kesembuhan pasien. Terapi okupasi (Occupational terapy) merupakan suatu ilmu dan seni dalam mengarahkan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan dan mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam tahap penyesuaian diri dengan lingkungan. Juga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, rekreasional, edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan atas fungsi fisik dan responrespon mental pasien. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan terapi okupasi, merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. B. Tujuan Untuk menurunkan tanda dan gejala dimensia melalui terapi okupasi C. Kriteria Anggota Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah: 1. Klien yang mengalami dimensia baik ringan maupun sedang. 2. Klien yang mau/ bersedia untuk mengikuti kegiatan TAK. 3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative). D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan



Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada: Hari, Tanggal



: Senin, 23 november 2015



Waktu



: 09.00 s/d 09.40 wita



Tempat



: PSTW Wana Seraya Denpasar



E. Alat 1. Manik-manik 2. Benang 3. Jarum F. Metode 1. Dinamika kelompok 2. Demonstrasi 3. Role play G. Setting 1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran 2. Tempat tenang dan nyaman



3 4 4 3



Keterangan : 1 : Leader



4



M E J A



4



1 2



2 : Co Leader 2 : Observer 3 : Fasilitator :dekani, 4 : Peserta 5 : Dokumentasi 6: Konsumsi 7: Perlengkapan H. Petugas Pelaksana TAK No 1.



Nama Petugas Nyoman Adi Sedana



Penanggung Jawab Leader



2.



I Made Gde Mahatma Iswarya



Co Leader



3.



Ros Saimon



Fasilitator



4.



Rr. Fitriyana Kesumaningsih



Fasilitator



I. Uraian Tugas Pelaksana 1. Leader a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok. b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi. c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK. d. Memimpin diskusi kelompok. 2. Co leader a. Membantu leader mengorganisasi anggota b. Apabila therapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader c. Menggerakkan anggota kelompok d. Membacakan aturan main 3. Observer a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia). b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan. 4. Fasilitator



Membantu klien untuk menjembatani jika klien ada pertanyaan mengenai pemijatan yang dilakukan J. Langkah kegiatan 1. Persiapan a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien yang memiliki banyak waktu luang. b. Membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien 2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis 3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien b. Evaluasi/validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan kondisi klien saat ini c. Kontak 1) Topik Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menjelaskan cara penatalaksanaan terapi okupasi. 2) Waktu Lama kegiatan 40 menit 3) Terapis menjelaskan aturan main berikut a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada terapis b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 3. Tahap kerja a. Mengucamkan salam b. Meminta klien duduk dengan nyaman c. Mempersiapkan alat dan bahan d. Menjelaskan dan demonstrasikan cara membuat gelang dan kalung e. Menganjurkan peserta untuk mendemonstrasikan cara membuat gelang dan kalung f. Mempersilahkan peserta satu per satu untuk mengevaluasi hasil demonstrasi peserta lain. g. Mengevaluasi jalannya terapi h. Mengucapkan salam



4. Tahap terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan lansia b. Tindak lanjut Menganjurkan semua klien untuk lebih aktif lagi menggikuti kegiatan dipanti seperti keterampilan dan senam karena dapat membantu mengguranggi kejenuhan berada di panti. K. Evaluasi dan Dokumentasi 1. Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. 2. Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.



DAFTAR PUSTAKA Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: EGC. Graff, MJ L; Vernooij-Dassen, MJM; Thijssen,A; Dekker, Joost; Willibrord H L, Hoefnagels, MGM; Rikkert, Olde. 2007. Community Based Occupational Therapy For Patients With Dementia And Their Care Givers: Randomised Controlled Trial . BMJ; 333(7580): 1196. Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Voigt-Radloff, S, Graff M, Leonhart R, Schornstein K, Jessen F, Bohlken J, Metz B, Fellgiebel A, Dodel R, Eschweiler G, Vernooij-Dassen M, Olde Rikkert M, Hüll M. 2010. A Multicentre Rct On Community Occupational Therapy In Alzheimer's Disease: 10 Sessions Are Not Better Than One Consultation. BMJ Open 1(1):e000096.



PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERAPI OKUPASI DAILY ACTIVITY DI WISMA HIMAWARI PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR



Oleh :



I Made Budhi Mustika



3212014



Nur Vitasari Ros Saimon Rr. Fitriyana Kesumaningsih



3212022 3212026 3212027



PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN III SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012 Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta Telp (0274) 434200