Taksonomi Cangelosi Kelompok 11 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK



EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ”TAKSONOMI CANGELOSI”



Dosen: Dr. Armiati, M.Pd



Oleh Kelompok 11: 1. Gebi Febri Delsi



14029030



2. Nissa Fiska



14029035



3. Satrama Royal Hadinata



14029043



JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Taksonomi Cangelosi”.Makalah ini berisikan uraian materi mengenai Ranah Pengetahuan Menurut Cangelosi. Selama dalam penulisan terdapat beberapa kendala, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya.Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Armiati,M.Pd selaku dosen pembimbing mata Evaluasi dan Pembelajaran Matematika. 2. Pihak-pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung telah mendorong penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya.



Padang, September 2016



Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A.



Latar Belakang Masalah............................................................................1



B.



Rumusan Masalah.....................................................................................1



C.



Tujuan Masalah.........................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 A.



RANAH KOGNITIF.................................................................................3



B.



RANAH AFEKTIF....................................................................................7



C.



RANAH PSIKOMOTOR........................................................................12



BAB III PENUTUP...............................................................................................16 A.



KESIMPULAN.......................................................................................16



B.



SARAN...................................................................................................16



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan.Sebelumnya kita telah mempelajari tentang taksonomi bloom, dimana pada taksonomi itu telah dipelajari tiga buah ranah dalm evaluasi pembelajaran, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi taksonomi bloom ini masih memiliki keterbatasan dalam mementukan tujuan pendidikan.Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendahTaksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.



Apa pengertian taksonomi cangelosi? Jelaskan mengenai taksonomi pendidikan? Bagaimana ranah pengetahuan menurut cangelosi ? Bagaimana domain pengetahuan ? Bagaimana indikator dari masing-masing aspek ?



1



C. Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat tujuan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.



Mengetahui pengertian taksonomi cangelosi. Menjelaskan taksonomi pendidikan. Untu menegtahui ranah pengetahuan menurut cangelosi. Mengetahui domain pengetahuan Mengetahui indicator dari masing-masing aspek



2



BAB II PEMBAHASAN



TAKSONOMI CANGELOSI Konstruk Perilaku secara konvensional diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Cangelosi, kalau maksud suatu sasaran adalah agar siswa dapat melakukan sesuatu secara mental (misalnya, mengingat fakta atau mencari cara untuk



memecahkan masalah), maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam ranah



kognitif. Kalau maksud sasarannya agar siswa mengembangkan suatu sikap atau perasaan tertentu (misalnya, keinginan untuk membaca atau kemauan untuk mengerjakan sesuatu), maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam ranah afektif. Kalau maksud sasarannya agar siswa mengembangkan suatu sifat fisik (misalnya, kelenturan otot) atau keterampilan fisik (misalnya, menggerak-gerakkan sebuah pensil untuk menuliskan huruf), maka sasarannya terletak dalam ranah psikomotor. Contoh :Ibu Bekti harus membedakan antara komponen kognitif, afektif, dan psikomotor dari keterampilan yang diajarkannya karena ada perbedaan besar antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam mencapai sasaran berikut ini: 1. Menyebutkan langkah-langkah untuk menulis huruf kapital A (kognitif). 2. Mencoba menulis huruf kapital A sesuai dengan petunjuknya (afektif). 3. Mengendalikan pensil dengan cukup baik untuk bisa mengikuti langkah-langkah menuliskan huruf kapital A (psikomotor). A RANAH KOGNITIF Cangelosi (1990) mengkategorikan konstruksi ranah kognitif atas tingkat pengetahuan dan tingkat intelektual. Sasaran yang menuntut siswa untuk mengingat isi yang terinci (misalnya nama atau asas) adalah tingkat sasaran pengetahuan. Sasaran yang menuntut siswa memakai penalaran untuk membuat penilaian sehubungan dengan isi yang dijelaskan. Tingkat pengetahuan dibedakan atas : a. Pengetahuan Sederhana Konstruk perilaku sebuah sasaran tingkat pengetahuan dianggap pengetahuan sederhana jika isi yang harus diingat siswa melibatkan tidak lebih dari satu tanggapan / (respons) untuk satu rangsangan tertentu. Untuk membuat soal pengetahuan sederhana 3



biasanya meminta siswa agar menunjukkan bahwa setelah stimulusnya diberikan, mereka ingat rumus, gambar, bunyi kata, lambang, nama, tanggal, definisi, asas, lokasi atau isi lain yang ditentukan oleh sasaran. Contohnya: menyatakan rumus untuk luas persegi panjang (Matematika kelas enam). Pada tingkat pengetahuan ini, seorang siswa dituntut untuk mengingat tanggapan atau (respons) yang tepat untuk rangsangan tertentu. Pemahaman siswa pada tingkat ini ditentukan oleh seberapa baik mereka mengingat informasi. Hal ini menjadi tidak relevan dengan sasaran pengetahuan sederhana apabila siswa memakai penalaran atau proses kognitif tingkat tinggi untuk menentukan tanggapannya. Contohnya untuk mengukur daya ingat siswa kelas satu mengenai fakta penambahan, seorang guru memberikan tes lima menit yang terdiri atas 12 soal serupa dengan berikut ini: 7+ 4=11 . Ketika Cinta menghadapi soal ini, dia menghitung dengan jarinya, “delapan, sembilan, sepuluh dan sebelas.”. Dia mendapat angka 12 dari ke-12 soal dalam tes ini. Dari contoh di atas, pengetahuan sederhana tidak menjamin bahwa siswa akan menanggapinya dengan tingkat pengetahuan sederhana. Untuk mencegah hal ini terjadi, tes dirancang sedemikian rupa sehingga siswa tidak mempunyai waktu untuk bekerja melalui suatu proses penalaran



tingkat tinggi. Hal ini bisa dengan menambah jumlah soal dan



mengurangi waktu pelaksanaannya atau memaparkan soalnya dengan cepat, satu persatu dengan beberapa kartu yang diperlihatkan sebentar-sebentar. b. Pengetahuan Tentang Proses Konstruk perilaku sasaran tingkat pengetahuan dianggap pengetahuan tentang proses jika isi yang harus diingat siswa adalah urutan langkah-langkah dalam suatu prosedur. Contohnya menghitung luas persegi panjang jika diberikan ukurannya (Matematika kelas enam). Pada tingkat pengetahuan ini, seorang siswa dituntut untuk mengetahui cara melaksanakan suatu prosedur. Sasaran pada tingkat ini terutama berhubungan dengan cara untuk mencari jawaban atau menyelesaikan tugas, tidak hanya mengingat jawaban. Siswa mencapai sasaran pengetahuan tentang proses dengan mengingat bagaimana menjalankan prosedur atau memakai suatu metode. Jadi soal mengenai pengetahuan-tentangproses meminta siswa menunjukkan bahwa mereka mengetahui langkah pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam suatu proses yang dirinci oleh sasaran. Karena sasaran pengetahuan tentang-proses berurusan dengan kemampuan siswa mengingat urutan tanggapan, bukan hanya satu tanggapan tunggal, maka setiap tanggapan dalam urutan merupakan



stimulus untuk



tanggapan berikutnya. Jadi kecermatan langkah-



4



langkah berikutnya dalam proses ditentukan oleh kecermatan langkah sebelumnya dalam proses itu.



5



Sasaran kognitif tingkat intelektual dapat diklasifikasikan menjadi empat. 1. Pemahaman Komunikasi Sasaran pemahaman komunikasi menuntut siswa menentukan makna yang tersurat (eksplisit) atau yang tersirat (implisit) dari suatu pesan. Isi pesan atau cara mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan harus dijelaskan oleh isi sasaran. Contoh sasaran pemahaman komunikasi yang menjelaskan isi pesan yang harus dipahami siswa: a. (IPS Kelas 4) Menjelaskan ketentuan umum dalam Bill of Right. b. (Fisika SMA) Menjelaskan arti Hukum Kedua Newton. Contoh sasaran pemahaman komunikasi yang menjelaskan bagaimana pesan dikomunikasikan: a. (keterampilan berbahasa kelas 1) Dengan kata-kata sendiri, menceritakan kembali cerita yang dikisahkan teman sekelas selama dua sampai empat menit. b. (IPA kelas 5) Setelah mempelajari peta cuaca yang dimuat koran, siswa dapat menguraikan suhu dan curah hujan di berbagai kota. c. (Bahasa Inggris SMP Kelas 3) Setelah membaca sebuah karangan, setiap siswa merangkum kesimpulan penulis dan beberapa bukti yang mendukung kesimpulan itu. Sasaran pemahaman komunikasi mengutamakan kemampuan siswa menafsirkan dan menjabarkan gagasan yang dinyatakan orang lain. 2. Konseptualisasi Sasaran konseptualisasi menuntut siswa memakai penalaran induktif untuk: a. Membedakan contoh konsep tertentu (gagasan atau abstrak) dari suatu yang bukan contoh dari konsep tersebut. Contoh: 1. (Keterampilan berbahasa kelas 3) Mengenali kata kerja tindakan dalam kalimat majemuk yang diberikan. 2. (Matematika kelas 6) Membedakan antara luas permukaan sebuah bentuk geometri dengan beberapa ciri kuantitatif lain bentuk itu (Misalnya tinggi dan volumenya) 3. (Biologi SMA) Membedakan contoh jaringan makanan dari mekanisme lain dalam ekosistem. b. Mengerti ada hubungan tertentu. Contoh: 1. (Keterampilan berbahasa di TK) menjelaskan hubungan umum antara huruf-huruf suatu kata dan bunyi kata itu. 2. (Matematika Kelas 6) Menjelaskan mengapa luas suatu persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. 3. (Pendidikan Jasmani SMA) Menjelaskan hubungan mendasar antara kerja beban, istirahat, dan gizi. 3. Aplikasi Sasaran aplikasi menuntut siswa memahami penalaran deduktif untuk memutuskan bagaimana menjelaskan masalah tertentu. Apabila dihadapkan kepada suatu masalah 6



siswa yang mencapai sasaran tingkat aplikasi dapat menentukan apakah proses, asas, fakta, rumus, hukum, atau hubungan lain yang ditentukan dalam isi sasaran itu relevan atau tidak dengan penjelasan masalah. Contoh sasaran aplikasi: a. (IPS kelas 4) Setelah menerima uraian tentang masalah hangat yang banyak dipublikasikan, siswa dapat menentukan ada atau tidaknya adanya pengaruh Konstitusi terhadap penyelesaian masalah itu. b. (Matematika kelas 6) Ketika dihadapkan kepada masalah kehidupan nyata, siswa dapat menentukan apakah menghitung luas suatu permukaan dapat atau tidak dapat menyelesaikan masalah itu. c. (Biologi SMA) Setelah mendapat uraian tentang jaringan makanan, siswa dapat meramalkan setiap dampak dari jumlah gangguan yang mungkin terjadi pada jaringan itu. d. (Pendidikan jasmani SMA) Merancang suatu program latihan bobot untuk diri sendiri untuk mempertahankan kekuatan otot yang seimbang secara menyeluruh. 4. Kognisi yang melebihi aplikasi Beberapa sasaran menuntut siswa memperlihatkan perilaku kognitif yang lebih tinggi dari tingkat aplikasi. Pada sasaran ini menuntut siswa untuk berpikir secara kreatif agar dapat memeriksa, menghasilkan, atau melihat isi. Contoh sasaran yang melebihi aplikasi: a. (Kewarganegaraan kelas 1) Menjelaskan mengapa beberapa peraturan berperilaku di kelas dipandang cocok atau tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia. b. (Matematika kelas 5) Menghasilkan contoh tandingan untuk perampatan yang keliru tentang perkalian dan pembagian pecahan (Misalnya hasil kali dua bilangan pecahan adalah lebih kecil daripada bilangan pecahan itu masing-masing).



7



D. RANAH AFEKTIF Berbeda dengan sasaran kognitif dan psikomotor, sasaran afektif tidak ada kaitanya dengan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu. Kemampuan afektif berurusan dengan sikap mereka. Konstruk perilaku dalam ranah afektif dapat merupakan tingkat apresiasi atau juga tingkat kemauan untuk bertindak. A. Sasaran Tingkat Apresiasi Sasaran tingkat apresiasi menuntut siswa untuk percaya bahwa isi yang dijelaskan dalam sasaran mempunyai nilai. Berikut ini beberapa contohnya: 1. (Kewarganegaraan kelas dua) ingin agar teman sekelas berhasil dalam upaya mereka dalam belajar. 2. (IPS kelas enam) yakin bahwa konstitusi merupakan pedoman umum bernegara yang berguna. Berikut ini beberapa contohnya dalam matematika: 1. (Matematika kelas SD kelas VI) yakin bahwa rumus mencari luas persegi panjang adalah panjang kali lebar. 2. (Matematika kelas SD kelas VI) ingin mengetahui rumus-rumus bangun datar. Sasaran apresiasi menuntut siswa untuk memiliki keyakinan tertentu, tetapi tidak menuntut mereka untuk mempraktekkan keyakinan itu. Apakah apresiasi dapat diukur? Kita tidak dapat membedakan antara siswa yang sudah dan yang belum mencapai sasaran apresiasi dengan apa yang dapat mereka lakukan. Berikut ini contohnya: Ingin mempertahankan diet yang sehat (afektif: apresiasi) 



Amatan yang mengisyaratkan pencapaian tinggi Sandra: sering mengatakan dia harus diet. Karina: sering menanyakan apa yang harus dimakannya supaya kesehatannya tetap baik.







Amatan yang mengisyaratkan pencapaian rendah Pino: pernah berkata saya tidak takut kolesterol Arif: tak pernah membaca atau berbicara tentang gizi. Berikut ini contohnya dalam matematika:



8



Ingin mempelajari rumus-rumus luas dan keliling bangun datar (afektif: apresiasi) 



Amatan yang mengisyaratkan pencapaian tinggi Si A: sering mengatakan ingin mempelajari rumus-rumus luas dan keliling bangun datar. Si B: sering menanyakan kepada temannya tentang rumus-rumus luas dan keliling bangun datar.







Amatan yang mengisyaratkan pencapaian rendah Si C: pernah berkata tidak ada gunanya mempelajari rumus-rumus luas dan keliling bangun datar. Si D: tak pernah mempelajari memperhatikan pada saat guru menjelaskan tentang rumus-rumus luas dan keliling bangun datar



1. Mengajukan Pilihan Karena anda dapat mengaitkan perilaku yang teramati dengan pencapaian sasaran atau kurangnya pencapaian sasaran, maka anda dapat saja merancang soal yang relevan dengan sasaran. Kiatnya adalah mengahadapkan siswa pada masalah yang mungkin mereka dapat memilih untuk berperilaku sebagai orang yang sudah mencapai sasaran atau sebaliknya. Tugas yang diberikan kepada siswa: 1) Menurut pendapat mu apakah orang harus menghindari jenis makanan tertentu (meskipun rasanya enak) dan makan makan lain (meskipun rasanya tidak enak)? Tandai salah satu:.................Ya..................Tidak Kunci skor: +1 untuk ya saja; lainya 0 Tugas yang diberikan kepada siswa: 2) Sugar-Fizz adalah permen baru yang di jual di banyak toko. Berikut ini beberapa fakta tentang Sugar-Fizz: (1) Tidak beracun (2) Tidak pernah menyebabkan penyakit fatal (3) Tidak bergizi (4) Ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa permen ini dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap beberapa infeksi. Jojon yang berusia 14 tahun tidak mempunyai masalah kesehatan dan belum pernah memakan Sugar-Fizz, tetapi pernah mendengarkan bahwa Sugar-Fizz rasanya enak sekali. Apa yang sebaiknya ia lakukan? Tandai satu saja jawaban: 9



...............a Memakan kapan saja, tetapi berhenti apabila menjadi sakit. ...............b Mencicipinya, tapi jangan sering-sering. ...............c Jangan sekali kali mencobanya. ...............d Memakannya kapan saja. Kunci skor: angka tertinggi 3 +3 untuk b atau c ; +1 untuk a; 0 untuk d 2. Pendekatan Langsung Untuk menguji apakah siswa menyukai sesuatu atau tidak, tanyakan saja langsung. Pendekatan langsung adalah cara terbaik dalam situasi yang membuat siswa merasa yakin bahwa mereka tidak rugi apa-apa kalau menjawab sejujurnya. 3. Pendekatan Tidak Langsung Dalam contoh berikut guru menggunakan pendekatan tidak langsung untuk mengukur pencapaian sasaran apresiasi: Tugas yang diberikan kepada siswa:Siswa diberikan tape-recorder yang berisi kaset rekaman petunjuk soal. Siswa diminta untuk melingkar Ya atau Tidak pada setiap huruf yang tertera pada lembaran berikut: A. Ya



Tidak



B. Ya



Tidak



C. Ya



Tidak



D. Ya



Tidak



E. Ya



Tidak



F. Ya



Tidak



G. Ya



Tidak



Kunci skor: (angka tertinggi 2) jika siswa melingkar Ya untuk A dan Tidak untuk B, lanjutkan penilaian anda. Kalau tidak usah dilanjutkan menilai karena rupanya siswa tidak memahami petunjuk soal. Beri masing-masing skor +1 untuk C dan E jika ditandai Ya. skor -1 untuk D dan G jika ditandai Ya B. Tingkat Kemauan untuk Bertindak Sasaran kemauan untuk bertidak menuntut siswa untuk memilih perilaku yang sesuai dengan keyakinan tertentu. Berikut ini beberapa contohnya: 1 (Keterampilan berbahasa di TK) mencoba menyuarakan bunyi pertama dari sejumlah kata yang dimulai dengan b, d, atau g.



10



2



(Kewarganegaraan kelas dua) menahan diri untuk tidak membuang sampah di lantai kelas.



Berikut ini beberapa contohnya dalam matematika: 1. (Matematika kelas SD kelas VI) menggunakan rumus luas persegi panjang untuk menghitung luas lapangan lapangan bola yang ada di tempat tinggalnya. 2. (Matematika kelas SD kelas VI) mempelajari rumus-rumus bangun datar. Apakah kemauan bertindak dapat diukur? Karena sasaran kemauan bertindak menuntut siswa untuk melakukan tindakan yang dapat diamati tidak hanya menganut nilai yang tidak tampak, maka sasaran ini biasanya lebih mudah diukur daripada sasaran apresiasi. Berikut ini contohnya: Memilih untuk membaca dan mengungkapkan kegunaan membaca (afektif; kemauan bertindak) 



Amatan yang mengisyaratkan pencapaian tinggi 1. Membicarakan karya sastra yang pernah, sedang, atau akan mereka baca 2. Apabila menghadapi kesulitan, mengacu kepada bahan bacaan 3. Sering mengunjungi perpustakaan, toko buku dan kios majalah 4. Menyarankan bacaan pilihan kepada temannya 5. Sering terlihat sedang membaca







Amatan yang mengisyaratkan pencapaian rendah 1. Mengeluh tentang panjangnya bacaan yang ditugaskan di sekolah 2. Apabila mengalami kesulitan, mencari sumber penyelesaian yang tidak memerlukan kegiatan membaca 3. Apabila diberikan pilihan untuk mengunjungi perpustakaan atau tempat lainnya yang sebandng memilih untuk tidak pergi ke perpustakaan 4. Apabila sedang berada di ruag tunggu (minsalnya. Di temapt praktek dokter) tidak melihat-lihat bacaan yang tersedia Pak kelana menyusun soal dari daftar di atas



1. Mengamati Perilaku Sebagai contoh pak Kelana membuat soal berikut ini untuk sasaran dalam contoh di atas: Tugas yang diberikan kepada siswa:



11



Siswa disuruh menunggu di ruang kamar kosultasi guru BP (bimbingan dan penyuluhan) yang penuh dengan berbagai buku dan majalah yang diletakkkan di tempat yang mencolok. Kunci skor: seorang pengamat secara diam-diam berada dalam kamar itu, dan sambil memperhatikan arloji mencatat berapa menit siswa: A. Menunggu guru BP. B. Melihat dan membalik-balik atau memegang majalah atau buku tetapi tidak benar-benar membacanya. C. Tampaknya membaca. Skor untuk soal ini: 2



menit untuk C Jumlah meni t untuk B +( ( Jumlah ) jumlah menit untuk A jumlah menit untuk A )



2. Menyimpulkan Perilaku Tugas yang diberikan kepada siswa: Misalkan kamu tahu bahwa minggu depan kamu akan menemui seorang tamu dari Mexiko. Kamu ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan di Mexico sebelum bertemu bertemu dengan orang itu. Yang mana di antara yang berikut ini paling mungkin akan kamu lakukan? Lingkari satu saja: A. Menonton acara wisata di TV dengan harapan dapat menonton tayangan tentang Mexico. B. Membaca hal Ihwal dari sebuah atlas. C. Mencari Mexico dalam ensiklopedi. D. Menelpon sebuah biro perjalanan dan menanyakan tentang kehidupan di Mexico. E. Pergi ke perpustakaan dan meminta informasi tentang Mexico kepada pustakawan di bagian pemandu. F. Menunggu datangnya tamu dari Mexico dan bertanya kepadanya. G. Pergi ke perpustakaan dan mencari beberapa buku tentang Mexico dari katalok kartu. Kunci skor: +1 untuk salah satu dari berikut ini: B, C, atau G, lainnya 0



12



E. RANAH PSIKOMOTOR Sasaran psikomotor digolongkan menjadi dua yaitu ; Kemampuan otot lurik, dan Kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus. 1. Kemampuan Otot Lurik Sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya melakukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu (misalnya, waktu, berat, atau jarak) seperti berjalan, lari, melompat, melukis, membongkar dan memasang peralatan, dan lain -lain. Isi sasaran kemampuan otot lurik harus menentukan kelompok otot yang harus mendapat pelatihan dan jenis kemampuannya. Soal kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk memakai jenis kemampuan (misalnya ketahanan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, atau kecepatan) dengan kelompok otot yang dirinci oleh sasaran. Kemampuan otot secara umum dapat di golongkan sebagai berikut a. Ketahanan (kemampuan untuk melakukan kegiatan) Kalau kemampuan yang menjadi sasaran adalah ketahanan, maka soalnya harus menyediakan sarana untuk mengamati (1) jumlah ulangan terus menerus yang dapat dilakukan oleh sekelompok otot dalam melaksanakan tugas tertentu, dan (2) banyaknya waktu yang dipakai selama otot bekerja. Berikut sebagai contoh diberikan sasaran dan soal yang dirancang untuk mengukurnya. Sasaran : meningkatkan ketahanan otot lurik (psikomotor kemampuan otot lurik) Tugas yang diberikan kepada siswa : Seorang anak kelas satu SD diminta membuat angka 1 sampai 10 sebanyak mungkin seperti yang telah dicontohkan oleh guru di kelas . Kunci skor : menghitung angka yang dibuat dengan benar. b. Kekuatan ( kemampuan untuk menoolak daya tahan fisik) Soal pada kemampuan kekuatan haruslah memungkinkan untuk mengamati jumlah beban yang digerakkan sepanjang jarak tertentu oleh kelompok otot tersebut. berikut soal yang dirancang untuk mengukur kekuatan. Sasaran : meningkatkan kekuatan otot kuardisep ( psikomotor kemampuan otot lurik) Tugas yang diberikan kepada siswa: sesudah pemanasan secukupnya, siswa diminta untuk melakukan left leg extension lift on a leg-lift bench. Beban yang dicobakan jauh dibawah daya angkat maksimal siswa. gerakan menganggkatnya dicoba dengan menambah berat beban secara bertahap sampai siswa tidak dapat mengangkat kakinya lagi. Ada cukup waktu pemulihan di antara setiap penambahan beban. Soal ini dapat dilaksanakan dalam beberapa hari. kunci skor mencatat berat maksimal beban yang diangkat siswa. 13



c. Kelentukan (rentangan gerakan dalam sendi) Kalau kemampuan sasaran adalah kelentukan, maka soalnya harus berisi sarana untuk mengamati sudut yang dibentuk kelompok otot ketika merentangkan atau menekuk sendi.berikut contoh soalnya: Sasaran : meningkatkan kelentukan otot punggung bawah ( psikomotor kemampuan otot lurik) Tugas yang diberikan kepada siswa: Setelah latihan pemanasan secukupnya siswa diminta untuk (1) dudk dilantai dengan kaki direntangkan 180 derajat dan tangan berpegangan di bawah lutut, dan (2) membungkukkan kepala sejauh mungkin diantara kedua lutut dan bertahan dalam posisi ini sampai aba –aba selesai. Kunci skor : sudut bagian dalam pinggang diukur dan dicatat d. Kelincahan ( kemampuan untuk menanggapi suatu ransangan dengan cepat dan lancar ) Kalau sasaran kemampuan adalah kelincahan, soalnya harus berisi sarana untuk mengamati waktu yang diperlukan untuk menanggapi ransangan tertentu dengan cara yang ditentukan. Contoh Sasaran : meningkatkan reaksi mata ke – tangan (psikomotot kemampuan otot lurik) Tugas yang diberikan pada siswa : Siswa duduk menghadapi sebuah panel dengan (1) tiga tombol (dari kiri ke kanan bewara hija, biru, dan merah) (2) papan dengan pajangan bola lampu (dari kiri ke kanan bewarna merah hijau biru) siswa diminta untuk segera menekan tombol yang warnanya sama dengan lampu yang menyala Kunci skor : jumlah menekan tombol benar dalam 1 menit. e. Kecepatan (kemampuan untuk mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk berpindah dari suatu titik fisik ke titik lain) Kalau kemampuan sasaran adalah kecepatan maka soalnya harus berisi sarana untuk mengamati waktu yang diperlukan kelompok otot untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan yang telah ditentukan. Contoh : Sasaran : meningkatkan kecepatan tekukan otot paha belakang dan kuadrisep merentangkan lutut. Tugas yang diberikan kepada siswa: Siswa berbaring telungkup lurus di atas matras kemudian diminta dengan cepat melakukan gerakan dalam waktu 30 detik menggerakkan bagian bawah kaki kirinya berupaya membawa tungkai kiri menyentuh pantat dan kemudian kembali keposisi semula. Kunci skor : jumlah gerakan yang diselesaikan dalam jangka waktu 30 detik dicatat Beberapa contoh sasaran kemampuan otot lurik ;



14







(Piano



kelas



III)



meningkatkan



kelentukan



kedua



tangan



untuk



memaksimalkan jarak antara dua titik yang secara bersamaan bisa dicapai oleh 



ibu jari dan kelingking tangan yang sama. (matematika Kelas VI) Meningkatkan kelenturan kedua tangan untuk melukis bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan mistar, busur, dan







jangka. (TK) meningkatkan kelenturan tangan untuk meniru lingkaran dan garis yang







telah dicontohkan pada kertas sebelumnya. (matematika kelas VI) meningkatkan kelincahan dalam menghitung kecepatan air dengan volume tertentu yang mengalir melalui sebuah pipa (menghitung



debit air) 2. Kemampuan Untuk Melakukan Keterampilan Khusus Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu. Isi sasaran melakukan keterampilan khusus harus menampakkan proses fisik atau kegiatan rutin fisik yang harus dilakukan. Contoh, Alex yang berusia lima tahun diminta untuk menulis huruf kapital A, dirancang untuk sasaran pengetahuan tentang proses. Untuk mendiagnosa kenapa Alex berkinerja buruk untuk hal itu maka kita perlu mengukur sasaran berikut. Menggerakkan pensil dengan cukup baik sehingga dapat mengikuti langkah – langkah untuk membentuk huruf kapital A. (psikomotor kemampuan melaksanakan keterampilan tertentu Sasaran kemampuan melakukan keterampilan tertentu berkaitan dengan seberapa baik siswa dapat melakukan langkah – langkah dalam suatu proses yang sangat mirip dengan sasaran pengetahuan tentang proses yang berkaitan yang berkepentingan dengan seberapa baik siswa dapat mengingat langkah – langkah dalam suatu proses Contoh sasaran kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus; 



(keterampilan berbahasa di TK) menyuarakan bunyi konsonan yang tepat







apabila diberi isyarat untuk mengucapkan b, d, g (matematika kelas III) Memperagakan cara atau langkah-langkah melukis bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan mistar, busur, dan







jangkar di papan tulis di depan kelas. (matematika kelas III) dengan memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk







menggambar bangun datar, siswa dapat membuat jaring – jaring bangun ruang. (SMP kelas VII) memperagakan cara atau langkah langkah membuat Grafik fungsi pada Diagram Cartesius dengan menggunakan mistar di depan kelas.



15



BAB II PENUTUP A KESIMPULAN Menurut Cangelosi, kalau maksud suatu sasaran adalah agar siswa dapat melakukan sesuatu secara mental (misalnya, mengingat fakta atau mencari cara untuk memecahkan masalah), maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam ranah kognitif. Kalau maksud sasarannya agar siswa mengembangkan suatu sikap atau 16



perasaan tertentu (misalnya, keinginan untuk membaca atau kemauan untuk mengerjakan sesuatu), maka konstruk perilaku sasarannya terletak dalam ranah afektif. Cangelosi (1990) mengkategorikan konstruksi ranah kognitif atas tingkat pengetahuan dan tingkat intelektual.Berbeda dengan sasaran kognitif dan psikomotor, sasaran afektif tidak ada kaitanya dengan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu.Sasaran psikomotor digolongkan menjadi dua yaitu ; Kemampuan otot lurik, dan Kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus. A SARAN Meskipun pada dasarnya Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah revisi serta Ranah Pengetahuan Cangelosi dikembangkan untuk tujuan pendidikan, namun kita harus memahami karakterisitik dan perbedaan dari tiap-tiap taksonomi ini.



DAFTAR PUSTAKA



Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain. New York: David McKay Company. Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.



17



Salirawati, Das. 2013. Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran (PPT). Yogyakarta. Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



18