Tasawuf Sunni Dan Falsafi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TASAWUF SUNNI DAN FALSAFI A. Pendahuluan Al-qur’an merupakan kitab Allah yang di dalamnya terkandung muatanmuatan ajaran Islam, baik aqidah, syari’ah maupun muamalah. Ketiga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub dalam al-qur’an. Ayat-ayat al-qur’an itu, di satu sisi memang ada yang perlu dipahami secara tekstual-lahiriyah, tetapi di sisi lain juga ada hal yang perlu dipahami secara kontekstual-rohaniyah. Sebab, jika ayat-ayat al-qur’an dipahami secara lahiriyah saja, akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima secara psikis.1 Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniyah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-qur’an dan sunnah, serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Dalam sejarah perkembangannya, para ahli membagi tasawuf menjadi dua arah perkembangan. Ada tasawuf yang mengarah pada teori-teori prilaku, ada pula tasawuf yang mengarah pada teori-teori yang begitu rumit dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. Pada perkembangannya, tasawuf yang berorientasi ke arah pertama sering disebut sebagai tasawuf salafi, tasawuf akhlaqi, atau tasawuf sunni. Adapun tasawuf yang berorientasikan ke arah kedua disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf jenis kedua banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof , disamping sebagai sufi.4 Pembagian dua jenis tasawuf di atas di dasarkan atas kecenderungan ajaran yang dikembangkan, yakni kecenderungan pada prilaku atau moral keagamaan dan



kecenderungan pada pemikiran. Dua kecenderungan ini terus berkembang hingga masing-masing mempunyai jalan sendiri-sendiri. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini akan membahas tentang tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi? 2. Dimanakah titik temu antara tasawuf Sunni dengan tasawuf Falsafi? 3. Bagaimana perbedaan antara tasawuf Sunni dengan tasawuf Falsafi? C. Pembahasan 1. Pengertian tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi a. Tasawuf Sunni Tasawwuf sunni ialah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al quran dan al hadis secara ketat, serta mengaitkan ahwal atau keadaan dan makomat (tingkatan ruhaniah) mereka kepada kedua sumber tersewbut.[2] Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini berusaha untuk menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya. Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada abad kelima hijriah



aliran



syi’ah



al-islamiyah



yang



berusaha



untuk



memngembalikan



kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.



b. Tasawuf Falsafi Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.[3] Ibn khaldun dalam maqodimahnya menyimpulkan tasawuf falsafi mempunyai 4 obyek utama, dan menurut Abu Al Wafa bisa dijadikan karakter sufi falsafi yaitu : 1. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta intropeksi yang timbul darinya 2. Illumuinasi atau hakikat yang singkat dari alam ghaib 3.



Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekwramatan atau keluarbiasaan Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syathahiyat).[4]



2. Titik temu antara tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi Tasawuf sunni dan tasawuf falsafi serta karakteristiknya : 1. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan Al-Sunah 2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat pada ungkapan-ungkapan syathahat 3. Lebih bersifat mengerjakan dialisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia 4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at 5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak dan pengobatan jiwa dengan cara riyadah (latihan mental) dan langkah takhalli, tahalli dan tajalli. 3. Perbedaan antara tasawuf Sunni dan tasawuf Falsafi Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis (‫) العملي‬, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (‫ ) النطري‬sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan



pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujudkecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereketidak menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yangbersemayam diatas Arsy.Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak. 1. Hulul Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yangmeyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj Kata hulul berimplikasi kepada bersemayamnya sifat-sifat ke-Tuhanankedalam diri manusia atau masuk suatu dzat kedalam dzat yang lainnya.Hulul adalah doktrin yang sangat menyimpang. Hulul ini telah disalahartikan oleh manusia yang telah mengaku bersatu dengan Tuhan. Sehanggadikatakan bahwa seorang budak tetaplah seorang budak dan seorang rajatetaplah seorang raja. Tidak ada hubungan yang satu dengan yang lainnyasehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang mengetahui Allah danhanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang menyembahAllah 2.Wahdah Al-Wujud Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Alwujud sebenarnya wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah. 3. Ittihad Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.



Tokoh pembawa faham ittihad adalah Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya manusia adalah pancaran Nur Ilahi,oleh karena itu manusia hilang kesadaranya [sebagai manusia] maka padadasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya, yaitu nur ilahiatau dengan kata lain ia menyatu dengan Tuhan 4. Insan kamil. Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil menurut aljilli ialah manusia 5. Ibnu Sab’in Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah seorang penggagas paham tasawuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak.[5] D. Kesimpulan Demikian pembahasan tasawuf sunni dan falsafi. Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya : 1.Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang para penganutnya memagari atau mendasari tasawuf mereka dengan al-qur’an dan al-sunnah, serta mengaitkan keadaan (ahwaal) dan tingkatan (maqoomaah) rohaniah mereka kepada kedua sumber tersebut 2. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaqi /sunni, tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya 3.



Sejarah



perkembangan



tasawuf



sunni



mengalami



beberapa



tahap



perkembangan,namun puncaknya berada ditangan al-Ghazali. 4. Demikian pula sejarah perkembangan tasawuf falsafi mengalami tahap-tahap perkembangan, walaupun pada abad ke lima sempat mengalami kemunduran.



5. Diantara tokoh-tokoh tasawuf sunni adalah Hasan al-Basri, al-Muhasibi, alQusyairi dan imam al-Ghazali. 6. Diantara tokoh-tokoh tasawuf falsafi adalah Ibn Arabi, al-Jilli dan Ibn Sabi’in. 7. Tasawuf sunni dan tasawuf falsafi mempunyai karakteristik /cirri masingmasing. 8. Masing-masing dari tokoh-tokoh tasawuf ( baik sunni maupun falsafi) mempunyai ajaran tasawuf masing-masing. E. Penutup Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan sehingga kami memohon kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca yang budiman. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pemakalah khususnya, dan para pembaca pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Amin Syukura, Menggugat Tasawuf, pustaka pelajar, yogyakarta, 2002 M. Sobirin dan Rosihan Anwar, Kamus Tasawuf, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000,



M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Pustaka setia : Bandung 2008



[1] M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Pustaka setia : Bandung 2008 M / 1429 H, hlm.18



[2] Amin



Syukura, Menggugat Tasawuf, pustaka pelajar, yogyakarta, 2002. Hal 36



[3] M. Sobirin dan Rosihan Anwar, Kamus Tasawuf, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 224



[4] Amin



Syukura, Menggugat Tasawuf, pustaka pelajar, yogyakarta, 2002. Hal.40



[5] Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, hlm. 82