Tata Cara Intelijen Perpajakan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

 



 



KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA  DIREKTORAT JENDERAL PAJAK



PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK  NOMOR PER­3/PJ/2011                               TENTANG                              TATA CARA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DAN ANALISIS INFORMASI, DATA, LAPORAN, DAN PENGADUAN MELALUI PENGAMATAN ATAU KEGIATAN INTELIJEN PERPAJAKAN                          DIREKTUR JENDERAL PAJAK,   Menimbang



: bahwa  dalam  rangka  memberikan  pedoman  mengenai  pengembangan  dan  analisis  IDLP  melalui Pengamatan  atau  Kegiatan  Intelijen  Perpajakan  dan  dalam  rangka  melaksanakan  ketentuan  Pasal  15 Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  202/PMK.03/2007  tentang  Tata  Cara  Pemeriksaan  Bukti  Permulaan Tindak  Pidana  di  Bidang  Perpajakan  perlu  menetapkan  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  tentang  Tata Cara  Pelaksanaan  Pengembangan  dan  Analisis  Informasi,  Data,  Laporan,  Dan  Pengaduan  Melalui Pengamatan atau Kegiatan Intelijen Perpajakan;



 



   



Mengingat



: 1. Undang­Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1983  Nomor  49,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor  3262)  sebagaimana  telah  beberapa  kali  diubah  terakhir  dengan  Undang­Undang  Nomor  16 Tahun  2009  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2009  Nomor  62,  Tambahan  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 2. Undang­Undang  Nomor  7  Tahun  1983  tentang  Pajak  Penghasilan  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Tahun  1983  Nomor  50,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor  3263),



 



 



sebagaimana  telah  beberapa  kali  diubah  terakhir  dengan  Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893); 3. Undang­Undang  Nomor  8  Tahun  1983  tentang  Pajak  Pertambahan  Nilai  Barang  dan  Jasa  dan  Pajak Penjualan  atas  Barang  Mewah  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1983  Nomor  51,



 



 



Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor  3264),  sebagaimana  telah  beberapa  kali diubah terakhir dengan Undang­Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069); 4. Undang­Undang  Nomor  12  Tahun  1985  tentang  Pajak  Bumi  dan  Bangunan  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1985  Nomor  68,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor



 



 



3312),  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Undang­Undang  Nomor  12  Tahun  1994  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1994  Nomor  62,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor 3569);



 



 



5. Undang­Undang  Nomor  13  Tahun  1985  tentang  Bea  Meterai  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun 1985 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3313); 6. Undang­Undang  Nomor  19  Tahun  1997  tentang  Penagihan  Pajak  dengan  Surat  Paksa  (Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1997  Nomor  42,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia



 



 



Nomor  3686)  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Undang­Undang  Nomor  19  Tahun  2000  (Lembaran



Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); 7. Peraturan  Pemerintah  Nomor  80  Tahun  2007  tentang  Tata  Cara  Pelaksanaan  Hak  dan  Kewajiban Perpajakan  berdasarkan  Undang­Undang  Nomor  6  Tahun  1983  tentang  Ketentuan  Umum  dan  Tata  



 



Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang­Undang Nomor 28 Tahun  2007  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2007  Nomor  169,  Tambahan  Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4797);



 



 



 



 



 



 



 



 



8. Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  184/PMK.01/2010  tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja Kementerian Keuangan; 9. Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  62/PMK.01/2009  tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja  Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak; 10. Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  202/PMK.03/2007  tentang  Tata  Cara  Pemeriksaan  Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan; 11. Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor  PER­38/PJ/2010  tentang  Tata  Cara  Pelaksanaan Pengembangan dan Analisis Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan; MEMUTUSKAN:   



Menetapkan



: PERATURAN  DIREKTUR  JENDERAL  PAJAK  TENTANG  TATA  CARA  PELAKSANAAN  PENGEMBANGAN  DAN ANALISIS  INFORMASI,  DATA,  LAPORAN,  DAN  PENGADUAN  MELALUI  PENGAMATAN  ATAU  KEGIATAN INTELIJEN PERPAJAKAN.



 



 



 



 



 



KETENTUAN UMUM



 



 



Pasal 1



 



  Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan: 1. Informasi  yang  berkaitan  dengan  tindak  pidana  di  bidang  perpajakan  yang  selanjutnya  disebut



 



 



informasi  adalah  keterangan  baik  yang  disampaikan  secara  lisan  maupun  tertulis  yang  dapat dikembangkan dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan. 2. Data yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan yang selanjutnya disebut data adalah kumpulan  angka,  huruf,  kata,  atau  citra  yang  bentuknya  dapat  berupa  surat,  dokumen,  buku,  atau



 



 



catatan  baik  dalam  bentuk  elektronik  maupun  bukan  elektronik  yang  dapat  dikembangkan  dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan, yang menjadi dasar pelaporan yang belum dianalisis. 3. Laporan  adalah  pemberitahuan  yang  disampaikan  oleh  seorang  atau  institusi  karena  hak  atau



 



 



kewajiban  berdasarkan  undang­undang  kepada  pejabat  yang  berwenang  tentang  telah  atau  sedang atau diduga akan terjadinya tindak pidana di bidang perpajakan. 4. Pengaduan  adalah  pemberitahuan  disertai  permintaan  oleh  pihak  yang  berkepentingan  kepada



 



 



pejabat  yang  berwenang  untuk  menindak  menurut  hukum  seorang  yang  telah  melakukan  tindak pidana aduan di bidang perpajakan. 5. Pengamatan  dalam  rangka  penanganan  informasi,  data,  laporan  dan  pengaduan  yang  diterima Direktorat  Jenderal  Pajak  yang  selanjutnya  disebut  Pengamatan  adalah  serangkaian  kegiatan  yang



 



 



dilakukan  oleh  Pengamat  untuk  mencocokkan  data,  informasi,  laporan,  dan/atau  pengaduan  dengan fakta, dan membahas serta mengembangkan data, informasi, laporan, dan atau pengaduan tersebut untuk memperoleh petunjuk adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. 6. Kegiatan Intelijen Perpajakan adalah serangkaian kegiatan dalam siklus intelijen yang dilakukan oleh Petugas  Intelijen  Perpajakan  yang  meliputi  perencanaan,  pengumpulan,  pengolahan  dan  penyajian



 



 



sehingga  diperoleh  suatu  produk  intelijen  yang  berisi  data  dan/atau  informasi  terkait  Wajib  Pajak sehubungan  dengan  terjadinya  suatu  transaksi,  peristiwa,  dan/atau  keadaan  yang  diperkirakan berkaitan  dengan  pemenuhan  kewajiban  perpajakan  Wajib  Pajak  dan/atau  indikasi  tindak  pidana  di bidang perpajakan.



 



 



7. Pengamat  adalah  Pegawai  Negeri  Sipil  tertentu  di  lingkungan  Direktorat  Jenderal  Pajak  yang ditugaskan untuk melaksanakan Pengamatan.



 



 



8. Petugas  Intelijen  Perpajakan  adalah  Pegawai  Negeri  Sipil  tertentu  di  lingkungan  Direktorat  Jenderal Pajak yang ditugaskan untuk melakukan Kegiatan Intelijen Perpajakan. 9. Surat  Perintah  Pengamatan  adalah  surat  perintah  kepada  Pengamat  untuk  melaksanakan  kegiatan



 



 



 



  10. Laporan Pengamatan adalah laporan hasil pengamatan.



 



  11. Laporan Hasil Intelijen Perpajakan adalah laporan hasil Kegiatan Intelijen Perpajakan.



 



 



 



 



 



 



pengamatan.



12. Lembar  Informasi  Intelijen  Perpajakan  adalah  sarana  untuk  menyampaikan  informasi  yang  dibuat berdasarkan Laporan Hasil Intelijen Perpajakan untuk tujuan penyebaran data dan/atau informasi. Pasal 2 (1) Setiap Informasi, Data, Laporan, dan Pengaduan, yang selanjutnya disebut IDLP, yang diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak baik secara langsung maupun tidak langsung, dikembangkan dan dianalisis untuk ditentukan tindak lanjutnya.



 



 



 



 



(2) Pengembangan dan analisis IDLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terlebih dahulu oleh Analis IDLP untuk menentukan tindak lanjutnya. (3) Dalam  hal  data  dan/atau  informasi  yang  digunakan  untuk  pengembangan  dan  analisis  IDLP  oleh Analis  IDLP  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2)  belum  mencukupi,  data  dan/atau  informasi tambahan dapat diperoleh melalui Pengamatan atau Kegiatan Intelijen Perpajakan.



 



 



 



 



 



PENGAMATAN



 



 



Pasal 3



 



  (1) Pengamatan dilakukan berdasarkan usulan dari:  



 



 



a. Kepala  Subdirektorat  Intelijen  Perpajakan  kepada  Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan,  dalam  hal dari  hasil  pengembangan  dan  analisis  IDLP  oleh  Analis  IDLP  pada  Direktorat  Intelijen  dan Penyidikan diperlukan adanya tambahan data dan/atau informasi;



   



b. Kepala  Bidang  Pemeriksaan,  Penyidikan,  dan  Penagihan  Pajak  kepada  Kepala  Kantor  Wilayah Direktorat  Jenderal  Pajak,  dalam  hal  dari  hasil  pengembangan  dan  analisis  IDLP  yang  dilakukan



 



oleh Analis IDLP pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak diperlukan adanya tambahan data dan/atau informasi (2) Berdasarkan  usulan  dari  Kepala  Subdirektorat  Intelijen  Perpajakan  untuk  melakukan  Pengamatan



 



 



sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  a,  Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan  menginstruksikan Kepala Subdirektorat Intelijen Perpajakan untuk melakukan Pengamatan. (3) Berdasarkan  usulan  dari  Kepala  Bidang  Pemeriksaan,  Penyidikan,  dan  Penagihan  Pajak  untuk



 



melakukan  Pengamatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  b,  Kepala  Kantor  Wilayah



 



Direktorat Jenderal Pajak, menginstruksikan Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak untuk melakukan Pengamatan. (4) Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan  dapat  menginstruksikan  Kepala  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal



 



 



 



 



 



  (6) Pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan oleh:



 



 



 



 



Pajak untuk melakukan Pengamatan. (5) Kepala  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal  Pajak  dapat  menginstruksikan  Kepala  Kantor  Pelayanan Pajak untuk melakukan Pengamatan.  



a. Pengamat  pada  Direktorat  Intelijen  dan  Penyidikan,  dalam  hal  pengembangan  dan  analisis  IDLP dilakukan oleh Analis IDLP pada Direktorat Intelijen dan Penyidikan;



 



b. Pengamat pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak, dalam hal pengembangan  dan  analisis  IDLP  dilakukan  oleh  Analis  IDLP  pada  Kantor  Wilayah  Direktorat Jenderal Pajak.



 



  (7) Pengamatan dilaksanakan oleh Pengamat dengan Surat Perintah Pengamatan.



 



  (8) Surat Perintah Pengamatan ditandatangani oleh:



 



 



 



 



 



a. Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan,  dalam  hal  Pengamatan  dilakukan  oleh  Pengamat  pada



 



b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal Pengamatan dilakukan oleh Pengamat



Direktorat Intelijen dan Penyidikan; pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak  



c. Kepala  Kantor  Pelayanan  Pajak,  dalam  hal  Pengamatan  dilakukan  oleh  Pengamat  pada  Kantor



 



 



Pelayanan Pajak.



 



 



 



  Sasaran Pengamatan meliputi:



 



 



 



 



Pasal 4 a. orang  pribadi  atau  badan  untuk  memperoleh  petunjuk  adanya  dugaan  telah  terjadi  tindak  pidana  di bidang perpajakan; b. tempat­tempat  tertentu  seperti  kantor,  tempat  tinggal,  pabrik,  gudang,  dan  tempat  lainnya  yang diduga dapat memberikan tambahan data dan/atau informasi; dan/atau c. barang  gerak  dan  tak  gerak  yang  dimiliki  atau  dikuasai  Wajib  Pajak  orang  pribadi  atau  Wajib  Pajak



 



 



 



 



 



  (1) Pengamatan harus dilaksanakan sesuai dengan standar Pengamatan.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



  Pelaksanaan Pengamatan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pengamatan, yaitu:



 



 



 



 



badan sebagaimana dimaksud pada huruf a. Pasal 5 (2) Standar  Pengamatan  meliputi  standar  umum  Pengamat,  standar  pelaksanaan  Pengamatan,  dan standar pelaporan Pengamatan. Pasal 6 (1) Standar umum Pengamat merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pengamat dan mutu pekerjaannya. (2) Standar umum Pengamat merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pengamat dan mutu pekerjaannya.  



a. memiliki keterampilan yang cukup dan menggunakannya secara cermat dan seksama; dan



 



b. jujur  dan  bersih  dari  tindakan­tindakan  tercela  serta  senantiasa  mengutamakan  kepentingan negara. Pasal 7



a. didahului  dengan  proses  perencanaan  yang  baik,  sesuai  dengan  tujuan  Pengamatan  dan  mendapat pengawasan yang seksama; b. dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan/atau informasi dari sistem informasi yang dimiliki oleh Direktorat  Jenderal  Pajak,  sumber  data  terbuka  lainnya,  dan  mencari  tambahan  data  dan/atau informasi di lapangan;



 



 



c. dilaksanakan pada jam kerja dan dalam hal diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja;



 



 



d. dilaksanakan oleh Tim Pengamat yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih Pengamat.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



e. dapat  meminta  keterangan  dari  pihak  ketiga  untuk  menambah  dan  melengkapi  data  dan/atau informasi yang telah ada; f. wajib  merahasiakan  data  dan/atau  informasi  yang  diperoleh,  identitas  sumber  data  dan/atau informasi, dan identitas pelapor atau pengadu; g. dilarang menyalahgunakan data dan/atau informasi yang diperoleh; dan h. tidak  diperkenankan  menyatakan  identitasnya  sebagai  Pengamat  dalam  hal  dalam  melakukan Pengamatan mengadakan kontak langsung dengan yang diamati. Pasal 8 Pelaksanaan  kegiatan  Pengamatan  harus  dilaporkan  dalam  bentuk  Laporan  Pengamatan  yang  disusun



 



 



 



 



a. Laporan Pengamatan disusun secara ringkas dan jelas; dan



 



 



b. Laporan Pengamatan antara lain berisi:



 



 



 



1. dasar penugasan Pengamatan;



 



 



 



2. ringkasan IDLP;



 



 



 



3. tambahan data dan/atau informasi yang diperlukan dalam pengembangan dan analisis IDLP;



 



 



 



4. sasaran Pengamatan;



sesuai dengan standar pelaporan Pengamatan, yaitu:



 



 



 



5. hasil Pengamatan



 



 



 



6. analisis atas hasil Pengamatan;



 



 



 



7. simpulan Pengamat; dan



 



 



 



8. usul Pengamat.



 



 



 



 



Pasal 9 (1) Konsep  Laporan  Pengamatan  disampaikan  kepada  Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan  dalam  hal instruksi Pengamatan diterbitkan oleh Direktur Intelijen dan Penyidikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) dan ayat (4). (2) Konsep  Laporan  Pengamatan  disampaikan  kepada  Kepala  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal  Pajak



 



 



dalam  hal  instruksi  Pengamatan  diterbitkan  oleh  Kepala  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal  Pajak sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (5). (3) Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan  atau  Kepala  Kantor  Wilayah  Direktorat  Jenderal  Pajak  melakukan



 



 



 



 



 



  Hasil Pengamatan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan dan analisis IDLP.



 



 



 



 



 



KEGIATAN INTELIJEN PERPAJAKAN



 



 



Pasal 11



 



 



penelaahan atas konsep Laporan Pengamatan tersebut untuk menentukan tindak lanjutnya. Pasal 10



(1) Dalam hal pengembangan dan analisis IDLP yang dilakukan oleh Analis IDLP pada Direktorat Intelijen dan  Penyidikan  diperlukan  adanya  tambahan  data  dan/atau  informasi,  tambahan  data  dan/atau informasi tersebut dapat diperoleh melalui Kegiatan Intelijen Perpajakan.  



  (2) Kegiatan Intelijen Perpajakan dilaksanakan oleh Petugas Intelijen Perpajakan.



 



 



 



 



 



 



 



 



Pasal 12 (1) Berdasarkan  hasil  Kegiatan  Intelijen  Perpajakan,  Petugas  Intelijen  Perpajakan  menyusun  Laporan Hasil Intelijen Perpajakan (2) Kasubdit  Intelijen  Perpajakan  menyampaikan  Laporan  Hasil  Intelijen  Perpajakan  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Intelijen dan Penyidikan. (3) Berdasarkan  Laporan  Hasil  Intelijen  Perpajakan  dapat  dibuat  Lembar  Informasi  Intelijen  Perpajakan untuk  keperluan  pengembangan  dan  analisis  IDLP  dan  pemanfaatan  oleh  pihak­pihak  terkait  lainnya di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.



 



 



(4) Direktur  Intelijen  dan  Penyidikan  dapat  mendistribusikan  Lembar  Informasi  Intelijen  Perpajakan kepada pihak­pihak terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. (5) Lembar  Informasi  Intelijen  Perpajakan  dapat  digunakan  sebagai  bahan  pengembangan  dan  analisis



 



 



 



 



KETENTUAN LAIN­LAIN



 



 



Pasal 13



 



 



 



 



 



  dalam  Lampiran  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  ini,  yang  merupakan  bagian  tidak  terpisahkan  dari



IDLP.



Data  dan/atau  informasi  yang  diperoleh  melalui  Pengamatan  dan/atau  Kegiatan  Intelijen  Perpajakan merupakan milik Direktorat Jenderal Pajak. Pasal 14 Bentuk  formulir,  buku,  dan  laporan  yang  dipergunakan  dalam  Pengamatan,  sebagaimana  ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.



 



 



Pasal 15 Dengan  ditetapkannya  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  ini,  Keputusan  Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor



 



 



KEP­272/PJ/2002  tentang  Petunjuk  Pelaksanaan  Pengamatan,  Pemeriksaan  Bukti  Permulaan,  dan Penyidikan  Tindak  Pidana  di  Bidang  Perpajakan  yang  berkaitan  dengan  Pengamatan  dinyatakan  tidak berlaku.



 



 



KETENTUAN PENUTUP



 



 



Pasal 16



 



  Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.



 



    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Januari 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,



 



 



   



ttd   MOCHAMAD TJIPTARDJO NIP 195104281975121002