Teknik Pemeriksaan Radiografi Corpus Alienum (Benda Asing) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RADIOGRAPHIC EXAMINATION OF FOREIGN BODY By Vederica Farida Candra Zulchaida



Pengertian ◦ Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh, yang keberadaanya tidak diinginkan dan dapat menyebabkan terganggunya fungsi organ atau menimbulkan rasa sakit pada bagian tubuh tempat adanya benda asing tersebut. ◦ Benda asing yang masuk ke dalam tubuh dibedakan menjadi dua yaitu logam dan non logam. Logam akan tampak radiopag sedangkan jenis non logam memberikan gambaran yang radiolusen pada hasil radiografnya. ◦ Contoh: - kacang-kacangan, batu, manik-manik (non logam) - paku, jarum, peniti (logam)



◦ Benda asing pada hidung merupakan masalah kesehatan keluarga yang sering terjadi pada anak-anak.



Metode Pemeriksaan Benda Asing (Corpus Alienum) ◦ Metode Marker ◦ Metode Triangulasi ◦ Metode Paralaks



Metode Marker ◦ Pada daerah tempat (luka) masuknya benda asing diberi marker yang kemudian di plester. ◦ Dapat digunakan sebagai petunjuk dari letak atau posisi benda asing tersebut di dalam tubuh dan juga menentukan kedalaman benda asing dengan menggunakan proyeksi AP dan lateral. ◦ Setiap proyeksi yang dibuat, arah sinarnya harus tepat diarahkan pada marker. ◦ Metode ini dilakukan dengan harapan agar dapat menentukan lokasi yang tepat untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh selama proses pembedahan.



METODE TRIANGULASI ◦ Dapat mengetahui kedalaman benda asing dengan akurat.



◦ TUJUAN ◦ Menentukan kedalaman benda asing pada organ/ daerah yang tebal, tetapi tidak berongga ◦ Contoh : Pelvis



PERSIAPAN ALAT ◦ Pesawat X-Ray ◦ Kaset dan Film ◦ Mistar / meteran pengukur



PRINSIP KERJA ◦ Menggunakan prinsip sinar oblik ◦ Kedalaman benda asing dihitung berdasarkan prinsip “Segitiga Kongruen” ◦ Ekspos 2 (dua) kali dalam satu film dengan posisi Tabung berbeda ◦ Tidak memerlukan alat bantu fluoroskopi maupun lokalisir



TEKNIK PEMOTRETAN ◦ Pasien diposisikan supine diatas meja pemeriksaan dengan mengatur tubuh pasien true AP (Antero Posterior) ◦ Pemotretan I: ◦ dibuat dengan CP pada titik tertentu (biasanya sebagai patokan MSS adalah titik masuknya benda asing)



◦ Pemotretan II: ◦ dibuat dengan CP diatur pada jarak : T1 – T2 = 1/10 FFD



◦ Lakukan ekspose T1 dan T2 pada satu film ◦ Faktor eksposi diatur : ◦ T1 : kV sesuai standart obyek, mAs ½ total yang diperlukan ◦ T2 : kV sesuai standart obyek, mAs ½ total yang diperlukan



PRINSIP GEOMETRI ◦ TSD : Tube Shift Distance (Jarak pergeseran tabung dari pemotretan 1 dan ke 2 ◦ ISD : Image Shift Distance (Jarak pergeseran bayangan ◦ SID : Source Image Distance (Jarak antara tabung dengan film) ◦ d : kedalaman benda asing dari film ◦ TSD MSS SID x BA d ISD ◦ Rumus Persamaaan : ◦ SID : d = (TSD + ISD) : ISD



PENENTUAN KEDALAMAN BA (Benda Asing) ◦ Rumus :



x=t–d ◦ Ket : ◦ x : Kedalaman BA dari permukaan tubuh ◦ t : Ketebalan tubuh ◦ d : Kedalam BA dari film



METODE PARALAKS ◦ TUJUAN ◦ Menentukan kedalaman benda asing pada organ yang mempunyai ketebalan dan kemungkinan mengalami pergerakan ◦ Contoh : Abdomen, Rongga Thorax



PERSIAPAN ALAT ◦ Pesawat X-Ray yang dilengkapi dengan fluoroskopi ◦ Lokalisir yang terdiri dari 10 strip dengan masing-masing strip berjarak 1cm dengan logam Pb pada tiap-tiap titik ◦ Ring



◦ Selotip ◦ Marker ◦ Penggaris ◦ Spidol/tinta penanda ◦ Jangka sorong ◦ Kaset dan bucky ◦ Pinset.



PRINSIP KERJA ◦ Memanfaatkan penggambaran obyek dengan sudut pandang berbeda ◦ Memanfaatkan sinar oblik ◦ Satu film 2 (dua) kali ekspos



TEKNIK PEMOTRETAN ◦ Pasien diposisikan senyaman mungkin dan harus sama dengan posisi pembedahan, dan diupayakan terdekat dengan lokasi benda asing



◦ Daerah masuknya benda asing di fluoroskopi ◦ Terawang benda asing hingga jelas dan letakkan ring tepat superposisi dengan benda asing. ◦ Bila benda asing tegak lurus dengan ring, plester ring hingga permanen dan tidak berubah ◦ Pertengahan marker sebagai MSS (Marker Skin Survace) yang merupakan daerah yang tegak lurus dengan posisi benda asing ◦ Lanjutkan dengan pembuatan radiografi biasa dengan posisi sbb : ◦ Lokalisir diletakkan sejajar dengan MSS



TEKNIK PEMOTRETAN ◦ Atur TSD (Tube Shift Distance) sejauh 1/10 FFD ◦ Pergerakan tabung diatur tegak lurus dengan arah lokalisir ◦ Radiograf dibuat dengan CP1 (T1) s/d CP2 (T2) berjarak sama dari MSS dengan total CP1 – CP2 = 1/10 FFD ◦ Sehingga: CP1 – MSS = MSS – CP2 = ½ x 1/10 FFD T1 = Posisi Tube 1 T2 = Posisi Tube 2 ◦ Pemotretan dilakukan dua kali eksposi dalam satu film ◦ Arah tabung pada pemotretan 1 dan 2 vertikal tegak lurus ◦ Luas lapangan diatur sehingga obyek dan lokalisir masuk dalam film ◦ Pengaturan faktor Eksposi: KV eksposi 1 dan 2 sama mAs eksposi 1 dan 2 adalah ½ mAs total yang diperlukan



EVALUASI RADIOGRAF ◦ Radiograf yang dihasilkan akan tampak gambaran benda asing tergambar 2 buah ◦ Radiograf titik-titik pada lokalisir akan tampak 2 lubang dari titik-titik yang berjarak 1-10 cm ◦ Cara menentukan kedalaman benda asing: ◦ Gunakan jangka sorong, ◦ kemudian cari jarak yang sama antara pergeseran bayangan benda asing dengan pergeseran gambaran pada titik-titik pada lokalisir



Gambar Metode Paralaks