4 0 413 KB
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas di dunia dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana.yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8% pertahun dan saat ini mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup utama bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading (Cote d’Ivoire) pada tahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003. Tergesernya posisi Indonesia tersebut disebabkan oleh mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Perkakaoan Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan makin mengganasnya serangan hama dan penyakit tanaman kakao. Pengembangan produktivitas kakao seringkali terganjal akibat serangan OPT yang meliputi Hama, Penyakit dan Gulma. Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tranaman budidaya yang mengganngu pertumbuhan tanaman budidaya sehingga menurunkan hasil. Gulma dapat menurunkan hasil pada tanaman kakao sebesar 12 - 80 % sehingga memerlukan perhatian dalam pengendaliannya. Untuk mengatasi
masalah gulma perlu dilakukan upaya pengendalian dan teknologi pengendalian yang sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntunan sosial, ekonomi dan ekologi.
PEMBAHASAN A. Gulma Pada Tanaman Kakao Jenis Gulma Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Tanaman Perkebunan. 1) Gulma kelas A Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh :
Imperata cylindrica Mikania sp Mimosa s
2) Gulma kelas B Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh :
Brachiaria mutica Gleichenia liniearis Lantana camara
3) Gulma kelas C Gulma yang digolongkan
ke dalam gulma kelas C adalah
jenis-jenis gulma atau tumbuhan
yang merugikan tanaman
perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, tindakan pengendalian tersebut
tergantung
misalnya
atau mempertimbangkan segi
ketersediaan
biaya,
estetika (kebersihan kebun). Contoh :
pada
namun keadaan,
Axonopus compressus Boreria latifolia Paspalum conjugatum Cyperus sp
4) Gulma kelas D Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jenisjenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh :
Ageratum conyzoides Cyrtococcum sp Digitaria sp
5) Gulma kelas E Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas E adalah jenis – jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap
memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya
sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh :
Calopogonium mucunoides Centrosema pubescens
Gulma Penting Pada Tanaman Kakao Gulma penting adalah jenis-jenis gulma yang umumnya dominan pada kakao dan berpengaruh nyata pada pertumbuhan maupun produksi dan sulit dikendalikan
atau memerlukan
biaya
yang cukup besar untuk
pengendaliannya. Jenis-jenis gulma penting pada kakao, diantaranya sebabagi berikut : 1. Pada kakao muda (tanaman belum menghasilkan/ TBM) (1) Kelompok rumput - Alang – alang (Imperata cylindrica) - Pahitan (Paspalum conjugatum) - Tulangan (Otachloa nodosa) - Lemur (Ischaemum timorense) - Pahitan lanang (Setaria plicata)
Paspalum conjugatum
Ischaemum timorense
Gambar 1. Gulma rumput pada kakao muda (2) Kelompok teki - Teki (Cyperus rotundus) - Teki udelan (Cyperus kyllingia) (3) Kelompok berdaun lebar - Sembung rambat (Mikania micrantha) - Nocan (Althernathera brasiliana)
Mikania micrantha
Althernathera brasiliana
Gambar 2. Gulma berdaun lebar pada kakao muda
2. Pada kakao dewasa (tanaman menghasilkan/ TM) (1) Kelompok rumput - Alang-alang (Imperata cylindrica) - Jambean (setaria plicata) - Pahitan (Paspalum conjugatum) (2) Kelompok berdaun lebar - Sembung rambat (Mikania micrantha)
3. Kelompok gulma diatas pohon - Lumut (berbagai species) - Picisan (Drymoglossum piloselloides)
Gambar 8. Gulma diatas pohon
B. Pengendalian Secara
garis
besar,
pengendalian
kelompok, yaitu : (1) Pengendalian secara mekanis (2) Pengendalian secara kultur teknis
gulma
dapat
dibagi
menjadi
empat
(3) Pengendalian secara biologis, dan (4) Pengendalian secara kimiawi 1. Pengendalian gulma secara mekanis Merupakan cara pengendalian yang sampai sekarang paling banyak digunakan di negara berkembang. Pengendalian gulma dengan cara ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau menggunakan alat-alat mekanisasi. Teknik pengendalian yang biasa digunakan di perkebunan kakao adalah sebagai berikut : 1. Membabat gulma dengan sabit atau alat-alat lain yang serupa 2. Mencabut dan membersihkan gulma dengan tangan 3. Menggunakan cangkul atau garpu 4. Menggunakan alat-alat mekanis/traktor. Pengendalian
secara
mekanis
ini sesuai untuk
daerah
yang padat
penduduk dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang berarti. 2. Pengendalian secara kultur teknis Cara yang umum dilakukan dalam pengendalian secara kultur adalah dengan pemberian mulsa, penanaman penutup tanah, penanaman naungan, dan tanaman sela. Cara yang lain adalah dengan mengatur
cara bercocok tanam
menggunakan pola tertentu dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. 3. Pengendalian secara biologis Pengendalian
ini
menggunakan
jasad
hidup
tertentu,
yakni
untuk
menekan pertumbuhan gulma. Sebagai contoh, untuk mengendalikan Krinyuh (Chromolaena
odorata
(L.)
R.M.
King)
dapat
menggunakan serangga
Pareuchaetes pseudoinsulata Rego Barros. Serangga ini diketahui dapat memakan daun, pucuk, tunas muda, dan kulit batang C. Odorata sehingga dapat mematikan gulma tersebut. 4. Pengendalian secara kimiawi
Prinsip pengendalian gulma secara kimiawi adalah menggunakan bahanbahan kimia tertentu, yakni untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma. Bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma biasa disebut herbisida. Pengendalian gulma secara kimiawi sebenarnya sudah mulai sejak akhir abad ke 19, tetapi waktu itu bahan-bahan yang digunakan masih sederhana dan belum berkembang
seperti saat ini. Penemuan teknologi pengendalian secara
kimiawi
terjadi secara kebetulan, yakni ketika diketahui bahwa senyawa CuSO4 yang digunakan untuk mengendalikan cendawan dan dapat mematikan beberapa jenis gulma berdaun lebar. Penemuan yang cepat dibidang penggunaan herbisida baru terjadi setelah perang dunia II, yaitu setelah ditemukannya senyawa 2,4 D yang sampai sekarang masih sangat popular. Pengendalian gulma penting Kakao a. Alang-alang (L. Cylindrica) Alang-alang merupakan gulma penting. Pada perkebunan kakao, gulma ini termasuk gulma yang sulit dikendalikan. Namun, pengendaliannya dapat ditempuh dengan cara mekanis atau kimiawi. Pengendalian gulma ini harus dilakukan sedini mungkin. 1) Secara mekanis Dilakukan dengan mencangkul
pada interval waktu tertentu
alang tidak sempat membentuk anakan yang baru. Pencangkulan harus
agar alangdilakukan
secara terus menerus sampai kebun benar-benar terbatas dari alang-alang. 2) Secara kimiawi (a) Hamparan alang-alang yang merata Dapat menggunakan campuran herbisida sebagai berikut :
Dalapon
Perata/perekat (2 l/ha) Glifosat (3-6 lt/ha) + ZA (0,5 %) Asulan + Dalapan (16-18 kg/ha)
(8
kg
bahan
aktif/ha)
+
Urea
(8
kg/ha) +
(b) Alang-alang setempat-setempat Dapat dilakukan penyemprotan setempat (spot spraying), yakni berupa campuran sebagai berikut :
Dalapon (1,25 – 1,50 %) + perata/perekat (0,2 %) Glifosat (0,75%)
3) Secara mekanis dan kimiawi Untuk alang-alang yang tumbuh secara individual dan tersebar, pengendaliannya juga dapat ditempuh dengan cara mekanis maupun cara kimiawi. Secara mekanis, yakni dengan mencabut alang-alang secara rutin menggunakan koret/garpu. Secara kimiawi, yakni dengan melakukan wiping/mengusapkan dengan
tangan
herbisida
Dalapon 1 – 1,5 % atau Glifosat 0,75 – 1 %. b. Sambung rambat (M. Micrantha) 1) Secara mekanis Dapat dilakukan dengan cara menarik mikania satu persatu atau menggulungnya yang berupa lembaran. Kemudian dijemur di atas para-para. Setiap potongan batang mikania yang jatuh ke tanah akan tumbuh menjadi individu baru. 2) Secara kimiawi Dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida pascatumbuh, yakni menggunakan 2,4 D amine dengan dosis 1,5 – 2 l/ha, kemudian diulang dengan interval 3-4 minggu melalui penyemprotan setempat. Dosis yang digunakan adalah 0,5 – 1 l/h c. Rumput teki (Cyperus spp) Teki yang umum terdapat di perkebunan kakao adalah C. Rotundus dan
C.
Kyllingia. Pengendalian teki secara mekanis masih sulit dilaksanakan karena perlu dikerjakan secara terus menerus dan membutuhkan waktu lama. Pengendalian mekanis yang kurang sempurna (misalnya banyak umbi teki yang terpotong, tetapi tidak ikut diangkat ke permukaan tanah) justru dapat meningkatkan populasi teki. Pengendalian teki secara kimiawi yang efektif adalah menggunakan herbisida Glifosat dosis 1 – 2 kg bahan aktif/ha yang dilarutkan dalam 100 – 200 l air/ha. Volume pelarutnya jangan melebihi 200 l/ha karena bisa mengurangi kualitas hasil. d. Gulma picisan (Drymoglossum piloselloides) Gulma picisan termasuk golongan tumbuhan paku (pakis) dari suku Palipadiaceae, kemudian dikenal sebagai tumbuhan penempel yang pertumbuhannya
cepat
sehingga
dapat menutup seluruh permukaan batang, dahan, cabang, bahkan sampai ke daun.
Bentuk daun picisan sebagian ada yang bulat dan sebagian lainya memanjang. Alat perkembangbiakannya berupa spora yang dihasilkan dari daun dengan bentuk memanjang. Pertumbuhan koloni picisan dimulai dari satu tunas dan dapat mencapai 70 cm per tahun untuk setiap tunas. Kerugian
akibat gulma ini adalah terhambatnya
pertumbuhan cabang kakao dan bila
tidak segera dikendalikan, bisa mengakibatkan tanaman kering, patah, bahkan matian. Beberapa alternatif tindakan yang bisa dilakukan untuk pengendalian gulma ini adalah sebagai berikut :
Mengadakan
setahun. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi perkembangan secara dini. Mencegah agar tanaman lain (baik di dalam maupun di luar kebun) tidak ditumbuhi
picisan karena bisa menjadi sumber spora. Membersihkan koloni picisan secara dini, yakni sebelum picisan membentuk
spora. Mencegah perkembangan populasi picisan pada tahap awal, jauh lebih mudah dari
pemeriksaan
secara rutin keseluruh
pada mengendalikan pada saat populasinya telah melimpah
kebun,
minimal sekali