Implementasi GAP Dalam Perkebunan Kakao [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Implementasi GAP dalam Perkebunan Kakao GAP (Good Agriculture Practices) adalah panduan umum dalam melaksanakan budidaya tanaman hasil pertanian secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesejahteraan petani serta usaha produksi yang berkelanjutan. Dalam dunia perkebunan khususnya kakao juga sudah dikenalkan GAP dalam kegiatan produksinya, baik dalam budidaya, pemeliharaan, panen yang dilakukan untuk menghasilkan biji kakao yang baik (Permentan, 2012). Biji kakao (cocoa beans) merupakan produk utama tanaman kakao, yang akan diproses selanjutnya menjadi berbagai produk makanan, minuman, dan kosmetik. Produksi biji kakao secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Beberapa faktor penyebab mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah minimnya sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji kakao yang meliputi aspek fisik, cita rasa, kebersihan, aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Terjadinya kasus penolakan produk biji kakao dari Indonesia oleh importir hampir selalu terjadi, terutama karena kakao yang dikirim tidak memenuhi standar mutu internasional (Codex) (Munarso, dkk, 2012). GAP adalah serangkaian kegiatan budidaya yang dilaksanakan secara berurutan dan saling terkait dalam satu kesatuan komprehensif. GAP sendiri berlandaskan filosofi kemanfaatan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aplikasi GAP, yang pertama harus diperhatikan adalah persiapan lahan dan pembibitan. Pada budidaya tanaman kakao, pencegahan meluasnya serangan OPT melalui penerapan teknik budidaya yang baik (Good agricultural practices/GAP) sangat penting dilakukan, dengan demikian dapat dihindari eksploitasi hama dan penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian besar. Peremajaan dan



kemudahan dalam sanitasi kebun juga merupakan bagian penting dari prinsip GAP. Proses GAP yang dapat berjalan dengan baik diharapkan dapat meningkatan hasil produksi dan pendapatan secara bertahap maju. Penerapan GAP dalam perkebunan kakao saat ini masih belum dilakukan oleh semua petani kakao yang ada, dikarenakan kurangnya pengetahuan dari petani itu sendiri. Dari beberapa wilayah perkebunan kakao yang telah menerapkan atau mengimplementasikan GAP ini, dapat memberikan dampak yang sangat baik. Salah satunya yang terjadi pada perkebunan kakao di wilayah Jembrana, Bali. Implementasi GAP secara intensif di tingkat petani terbukti mampu menekan serangan PBK mulai 2 tahun terakhir. Pelatihan GAP di masingmasing subak telah menjadi agenda rutin dalam program Sertifikasi Kakao Lestari dalam setiap tahunnya. Bukti menunjukkan bahwa GAP dapat memberikan peran penting bagi petani kakao (Kalimanjari, 2015). Adapun beberapa langkah tenik budidaya kakao menurut Balitbang (2008), yaitu: a. Pembibitan Langkah awal yang sangat penting dalam budidaya kakao adalah pemilihan bibit yang tepat. Penyiapan bibit dapat berasal dari biji (generatif) atau secara okulasi (vegetatif). Pemilihan bibit harus berasal dari induk yang unggul dan sehat. Bibit harus dipilih dari buah yang ,masak fisiologis, bentuk dan ukurannya normal dan tidak mengkerut. Setelah buah dikupas, pilih biji yang ukurannya normal, tidak cacat dan tidak lunak. Sebelum di semai, biji diangin-anginkan hingga kadar air turun menjadi 40%. Setelah itu, disemai dengan media pasir atau karung goni dan biasanya akan berkecambah dalam waktu 4-5 hari. Kemudian di pindahkan ke polibag yang ditempatkan pada bedengan datar, teduh, dan diberi naungan dari daun kelapa dan bila sudah berumur 4-6 bulan, bibit siap di tanam. b. Penyiapan Lahan dan Penanaman Penyiapan lahan disesuaikan dengan kondisi awal lahan yang akan ditanami. Tanaman kakao membutuhkan naungan, sehingga dalam penyiapan lahan harus memperhatikan tanaman naungan pada lahan yang akan ditanami. Jika lahan tersebut belum ada naungannya, maka perlu waktu 1 tahun sebelum tanam, karena harus didahului oleh penanaman tanaman naungan. Menurut Warindo (2015) penanaman tanaman kakao dilakukan dengan jarak tanam 3 x 3 m, 4 x 2 m, dan



3,5 x 2,5 m dengan ukuran lubang 60 x 60 x 60 cm. Penanaman dapat dilakukan bila umur bibit 6-8 bulan dan tanaman penaung sudah berfungsi dengan baik. c. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemangkasan. Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman. Idealnya jumlah pupuk yang diberikan setara dengan jumlah hara yang diangkut tanaman. Oleh karenanya, tanaman perlu dipupuk secara teratur mulai 1 bulan setelah tana,. Tanaman yang masih muda perlu dipupuk lebih sering dengan dosis rendah. Untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian furadan atau penyemprotan dengan pestisida sistemik, pembronjongan tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida atau insektisida sistemik untuk mencegah serangan jamur dan hama tanaman kakao. Sedangkan pada pemangkasan bertujuan untuk membentuk tanaman dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif. Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur 2 tahun dengan membuang sebagian cabang primer. Untuk membatasi tinggi tanaman antara 3.- 4 m, cabant yang tumbuh meninggi juga dipangkas. Selain pemangkasan tanaman kakao, tanaman pelindung juga perlu dipangkas agar sinar matahari tidak terhalang. d. Panen Tanaman kakao yang tumbuh baik dan normal biasanya akan berbunga pada umur 3 tahun. Setelah proses penyerbukan akan berkembang buah, sebagian besar dari buah yang terbentuk akan mengalami layu buah pada umur buah 2-4 bulan dan akan masak setelah 6 bulan ditandai dengan berubahnya warna kulit dari hijau menjadi kekuningan atau dari merah menjadi jingga. Panen dilakukan secara selektif pada buah masak yang dilakukan setiap minggunya. Buah yang dipanen dapat langsung dikupas, kemudian dikeringkan dalam waktu 2-3 hari dan siap untuk dijual.



Daftar Pustaka



Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian). 2008. Panduan praktis budidaya kakao ( Theobroma cacao ). Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Kalimanjari.



2015.



Laporan



PAR



Revisi



Final-Repaired



Final.



http://kalimajari.org/wp-content/uploads/2015/01/laporan-PAR-revisi-finalRepaired-final.pdf Diakses pada 27 April 2016. Munarso, S. Joni, S. Damanik, Endang H. dan Miskiyah. 2012. Kajian Penerapan Sistem Good Agriculture Practices dan Good Manufacturing Practices Untuk Peningkatan Mutu Dan Keamanan Pangan Kakao Dan Produk Kakao. Kementrian Pertanian. Permentan (Peraturan Menteri Pertanian). 2012. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51 tentang Pasca Panen Kakao.