Teks MSQ [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

‫السالم عليكم ورمحة اهلل وبركاته‬ ٍ ‫وبارك على‬ ‫حممد سيّد العرب والعجم وعلى‬ ْ ‫صل وسلّم‬ ّ ّ‫ الل‬.‫ علّم اإلنسان ما مل يعلم‬،‫احلمد هلل الذى علّم بالقلم‬ ّ ‫هم‬ ‫ ّأما بعد‬،‫آله وصحبه ومن تبعهم بدين اإلسالم‬ Dewan Hakim yang arif dan bijaksana. Para hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan. Kita bangga sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang berada di garis khatulistiwa ini, memiliki khazanah dan kekayaan sumber daya yang melimpah ruah untuk membangun bangsa. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Nasional, jumlah penduduk Indonesia hingga Desember 2021 mencapai 271.349.889 jiwa.Yang didalamnya terdapat 718 bahasa daerah, 300 etnik, dan 1340 suku Bangsa yang berbeda-beda. Bahkan seorang Guru Besar Mufassir Indonesia, Quraisy Shihab mengibaratkan Indonesia laksana sekeping tanah syurga yang dihamparkan di persada nusantara. Keberagaman budaya dan adat istiadat yang ada di Indonesia merupakan harta yang tidak ternilai. Keberagaman adalah aspek yang harus dikelola dengan tepat agar dapat menjadi kekuatan. Apalagi Indonesia memiliki keberagaman mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia, serta aspek sosial budaya dan lainnya. Apabila keberagaman ini dipupuk dengan baik, maka akan menjadi sumber kekuatan yang besar bagi bangsa Indonesia. Tapi sayang seribu kali sayang kekaguman dunia tersebut kini tinggal kenangan. Karena saat ini, Indonesia sedang bersedih, bumi pertiwi kita menangis karena nuansa perbedaan dan keragaman negeri ini telah melahirkan fanatisme buta sehingga menimbulkan perpecahan yang datang silih berganti. Keadaan ini diperparah dengan munculnya kerusakan di berbagai daerah yang bertubi-tubi. Perselisihan antara umat beragama yang terus terjadi, dan persaingan tidak sehat yang terus menimpa negeri kita ini. Ternyata, menurut para pengamat sosial; hal tersebut dipicu dan dipacu oleh kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan identitas budaya bahkan masing-masing kelompok atau organisasi agama saling merebut pengaruh yang mengakibatkan peperangan dan pertikaian berdarah. Padahal keragaman ideologi dalam suatu agama adalah anugrah dan keragaman budaya dalam suatu negara adalah keindahan sekaligus keniscayaan. Berdasarkan research yang diambil dari Tempo mencatat beberapa tragedi di Indonesia yang bersumber karena perbedaan budaya.Konflik yang terjadi pada daerah Sampit, Kalimantan Tengah pada tahun 2001. Mengakibatkan terjadinya konflik antar suku dayak dan suku Madura.Kerusuhan 1998 di Jakarta terjadi akibat kecemburuan ketidak merataan pembanguann dan sosial di masyarakat serta ketidak puasan masyarakat akan kebijakan presiden Soeharto yang mengakibatkan pecahnya konflik antar mahasiswa dengan pihak berwajib. Sehingga menjatuh korban jiwa mahasiswa Trisakti.Konflik Poso, Sulawesi Tengah pada tahun 1998 sampai 2001 terjadi antar umat Bergama yaitu muslim dan nasrani.  



Itulah hadirin, potret perpecahan karna keberagaman yang sedang terjadi di negri ini. Dengan cakupan pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lainnya yang ada pada budaya masing-masing.Kita yakin sebagai warga negara Indonesia bias mempertahankan dan melestarikan budaya agar tidak tercerai berai. Menjaga kesatuan untuk tetap utuh di tanah air kita tercinta ini. Untuk itu,pada kesempatan kali ini, kami akan membawakan syarahan al-Quran yang berjudul: “ MENJAGA KEKAYAAN DAN KEBERAGAMAN BANGSA INDONESIA DALAM BINGKAI PERSATUAN “ Dengan Landasan Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13 :



ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫يا أَيُّ َها الن‬ َ‫عارفُوا إِ َّن أَ ْكَر َم ُك ْم عْن َد اللَّه أَتْقا ُك ْم إِ َّن اللَّه‬ َ َ‫َّاس إنَّا َخلَ ْقنا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َو أُنْثى َو َج َع ْلنا ُك ْم ُشعُوباً َو قَبائ َل لت‬ ُ ‫ليم َخبري‬ ٌ ‫َع‬



ٌ “Wahai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”



Dari segi balaghah, ayat tersebut bersifat khabari atau suatu informasi, bahwa manusia diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, bercorak suku, berlainan bangsa. Semua memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama di hadapan Allah Swt. Adapun asbab an-nuzul ayat ini menurut Ibnu Asy-Syakir dalam kitab Mubhamat bersumber dari Abu Bakar bin Abu Dawud, bahwa ayat ini berkenaan dengan keinginan Rasulullah Muhammad saw untuk menikahkan Abi Hindin seorang wanita dari kalangan Bani Baydhah. Bani Baydhah berkata dengan sinis kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami kepada budakbudak kami?.” Rasul belum sempat menjawab pada saat itu Jibril datang menyampaikan surat alHujurat ayat 13, yang pada ayat tersebut terdapat kalimat li ta’arafu. Imam Ali Ash-Shabuni dalam kitabnya Shafwatut atTafasir menjelaskan maksudnya adalah agar kamu saling mengenal, menjalin komunikasi yang harmoni dan menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pilih kasih. Tafsir Surat Al Hujurat ayat 13 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah.Kata syu’uub (‫ )ش@@عوب‬adalah bentuk jamak dari kata sya’b (‫ )ش@@عب‬yakni kumpulan dari sekian qabilah (‫)قبيلة‬. Qabilah yang biasa diterjemahkan sebagai suku merupakan kumpulan dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamani imarah (‫)عم@@ارة‬.Kemudian kata ta’arafu (‫ )تع@@ارفوا‬berasal dari kata ‘arafa (‫)ع@@رف‬ yang berarti mengenal. Inilah prinsip dasar hubungan manusia. Bahwa sudah sunnatullah manusia itu beragam. Karena Allah menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Dengan keragaman itu, Allah menghendaki agar manusia saling mengenal. Semakin dekat pengenalan kepada selainnya, semakin terbuka peluang kerja sama dan saling memberi manfaat. Hadirin, dalam kajian ilmu balaghah, Firman Allah tadi merupakan kalam



khabar, dengan  esensi sebuah informasi Ilahi, bahwa Allah secara Fitrah sudah menciptakan manusia dengan  beraneka ragam. Prof. Nasaruddin Umar (2019) dalam bukunya “Jihad Melawan Religious Hate Speech (RHS)” mengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak orang yang menebarkan kebencian dengan berdalihkan agama.Padahal sebagai masyarakat yang multikultural, ditambah lagi sebagai umat Islam yang mayoritas, perbedaan sangat sulit terelakkan. Perbedaan seharusnya tidak dijadikan sebagai batu sandungan, melainkan sebagai batu loncatan menuju perbaikan, kebersamaan, dan kerukunan. Demi keharmonisan masyarakat yang majemuk ini, kini digaungkanlah berbagai misi perdamaian dengan menjunjung nilai-nilai toleransi. Namun sebenarnya, jauh sebelum misi-misi tersebut digelorakan, al-Qur’an sesungguhnya telah menyuguhkan solusi terbaik dalam menyikapi keberagaman yang ada. Dengan kata lain, ayat ini merupakan landasan, theologies yang sangat strategis membangun ukhuwah wathaniyah sebagai pilar persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini. Langkah awalnya, kita harus saling mengenal, bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina membanggakan kelompok, suku bangsa, adat-istiadat maupun daerah masing-masing. Sebab sikap seperti itu hadirin merupakan virus-virus persatuan, penghambat persatuan, bahkan penghancur persatuan bangsa Salah satu solusi yang ditawarkan al-Qur’an dalam menyikapi keberagaman adalah konsep “Lita’arofu” yang termaktub dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13 yang sudah dibacakan sebelumnya. Konsep ini dirasa penting mengingat  lita’arofu atau saling mengenal adalah langkah terbaik dalam menghindari kesalahpahaman. Sementara Ath-Thabari menafsirkan kata lita’arofu  dengan saling mengenal dalam nasab. Sebab sejatinya manusia diciptakan dengan keberagaman oleh Allah SWT. Adapun sebagai penenangnya, Allah melanjutkan ayat ini dengan mendeklarasikan bahwa meski berbeda, di antara manusia tidak ada perbedaan mana yang lebih mulia kecuali dengan ketakwaannya saja. Rasulullah SAW. telah memberikan motifasi kepada kita dalam meningkatkan sumber daya manusia dan etos kerja yang tinggi, Rasul bersabda:



‫ إن اللَّه ال ينظر‬:‫ قال رسول اللَّه صلّى اللَّه عليه وسلّم‬:‫أخرج مسلم وابن ماجه عن أيب هريرة رضي اللَّه عنه قال‬ ‫ ولكن ينظر إىل قلوبكم وأعمالكم‬،‫إىل صوركم وأموالكم‬ Imam Muslim dan Ibn Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: "Allah tidak memandang kepada penampilan dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian" Dewan hakim dan hadirin yang kami muliakan Sebuah ungkapan perjuangan berbunyi; United we stand, divided we fall



Al jama’ah rahmah, wal farqah Azdab Verenigen sind wir fertig, und scheiden sind wir fellig (Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh) Persatuan adalah tiang penyangga dari suatu negara.Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh persatuan dan kesatuan bangsanya.Bangsa yang makmur adalah bangsa yang bersatu sedangkan bangsa yang hancur adalah bangsa yang banyak berseteru.Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari berbagai macam ras,suku dan agama. Tentu terdapat banyak perbedaan didalamnya.Namun dalam keberagaman itu kita bersatu dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika,berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Saudara-saudara, apakah rela bangsa besar yang dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu kita, dengan genangan air mata,cucuran keringat bahkan kocoran darah para syuhada ini harus porak poranda hanya gara-gara kepentingan kelompok, suku dan golongan? Tentu tidak. Oleh karena itu, kepada saudara-saudaraku se-bangsa dan se-tanah air, ditengah-tengah keragaman yang sangat tinggi, marilah kita saling mengingatkan untuk menjauhi sikap diskriminasi, kita harus saling membuka diri, saling menjalin komunikasi, saling sinergi dan saling melengkapi.Kita perkokoh persatuan, kita bina kebersamaan dan kita junjung tinggi semangat bhineka tunggal ika, berbeda-beda tapi satu jua. Allah Swt. mengisyaratkan agar saya, saudara, dan kita semua memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta melarang bercerai berai. Ini terangkat dalam penggalan Surat Ali-Imran ayat 103: ‫صبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َو ُك ْنتُ ْم‬ ْ َ ‫َص ُموا بِ َح ْب ِل هَّللا ِ َج ِمي ًعا َواَل تَفَ َّرقُوا ۚ َو ْاذ ُك ُروا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِ ُك ْم فَأ‬ ِ ‫َوا ْعت‬ ٰ َ َ َ َ ْ َ َّ ‫هَّللا‬ َ َ ْ ْ َّ َ ُ ُ ُ َ ‫شفا ُحف َر ٍة ِمنَ النا ِر فأنقذك ْم ِمن َها ۗ كذلِ َك يُبَيِّنُ ُ لك ْم آيَاتِ ِه ل َعلك ْم تَ ْهتَدُون‬ َ ‫َعلَ ٰى‬ Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran [3]: 103) Dewan hakim dan hadirin yang kami muliakan Dalam ayat ini, menurut Imam Syamsudin al-Qurthubi. Di dalam kitab tafsirnya, yang sering dikenal dengan nama Tafsir al-Qurthubi, Juz 4, halaman 159, ia menukil sebuah riwayat tafsir yang juga disandarkan periwayatannya pada Ibnu Mas’ud. Menurut Ibnu Mas’ud: ayat ini bermakna jamaah. dari sisi makna, seluruhnya menunjukkan makna yang saling mendekati dan saling mendukung satu sama lain. [Substansinya ayat seolah menunjukkan, bahwa] sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan agar bersikap lunak/toleran (ulfah) dan melarang sikap cerai-berai/ perpecahan. Karena sikap suka perpecahan adalah condong pada kerusakan, sementara sikap berjamaah (bersatu) adalah condong pada keselamatan.” Sementara itu, ketika menafsiri ayat wa la tafarraqu, Syamsudin al-Qurthubi (w. 671 H), dengan penyandaran riwayat tafsir kepada Ibn Mas’ud rahimahullah, ia berkata:  



‫ وكونوا يف‬، ‫ وجيوز أن يكون معناه وال تفرقوا متابعني للهوى واألغراض املختلفة‬. ‫عن ابن مسعود وغريه‬ ‫دين اهلل إخوانا ; فيكون ذلك منعا هلم عن التقاطع والتدابر‬   Artinya, “Dari ibnu Mas’ud dan lainnya: Boleh jika penggalan ayat ini (wa la tafarraqu) dimaknai janganlah kalian tercerai berai karena mengikuti hawa nafsu atau perbedaan dalam tujuan/ maksud. Jadilah kalian di dalam agamanya Allah sebagai layaknya saudara! Dengan demikian makna ayat dengan kata lain merupakan bentuk larangan dari melakukan saling memutus silaturahmi dan saling membelakangi.” Hadirin yang kami hormati Demikian penegasan Allah tentang pentingnya memperkokoh persatuan dan kesatuan yang diisyaratkan dalam firmannya diatas tadi,Allah menyuruh bersatu padu dan melarang bercerai berai.Dengan demikian, semangat yang harus kita tumbuhkan adalah semangat bersatu bukan berseteru, semangat integrasi bukan disintegrasi, dan semangat kompetisi bukan semangat berkelahi. (betul?). Sebab merupakan "Shighatun Nahyi". Sedangkan kaidah mengatakan:Suatu larangan pada asalnya adalah harram.Dengan demikian, haram bagi kita berpecah belah, bertingkai pangkai, dan bercerai-berai apalagi dengan sesama insan beriman, satu aqidah, satu Tuhan, dan satu agama, kita harram berpecah belah dan bersengketa. Realitas sering menunjukan, terkadang cuma gara-gara perbedaan pendapat berlainan organisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan kelompok lantas pisah partai, putus silaturrahmi, berakhir dengan saling tonjok, saling rampok, bahkan saling bacok. Na'udzubillah min Dzallik. Padahal bukankah sesama muslim bersaudara, bukan sesama mu'min ibarat satu bangunan, bukankah sesama insan beriman bagaikan satu tubuh, yang satu sakit yang lain harus merasakan derita kepayahan. Sebab mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, jika internal muslim berseteru maka persatuan bangsa akan terganggu. Kita masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam harus bersepakat, luka sejarah nusantara, yang menyebabkan derita persada, dikala Situ bondo menjadi lautan api, Timor timur lepas dari NKRI, gerakan sparatis Aceh yang telah banyak menelan korban, tidak boleh terulang kembali. Setuju!? Oleh karena itu mulai detik ini, kita samakan langkah, seragamkan gerak, satukan persepsi, berat sama dipikul ringan sama dijing-jing. Kuntulpis holopis kuntul bar is rawe-rawe rantas malang-malang putung, perbedaan jangan melahirkan perpecahan tapi dengan perbedaan harus saling melengkapi dan menghargai. hadirin yang dirahmati alllah swt, Ini lah  yang dapat kami sampaikan,apabila ada kata-kata kami yang salah kami mohon ma’af yang sebsar-besarnya.