Telaah Jurnal Keperawatan Medikal Bedah Iii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TELAAH JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III TELAAH JURNAL HASIL PENELITIAN; TREND DAN ISSUE; EVIDENCE BASED NURSING PADA KASUS DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL, INTERGUMEN, PERSEPSI SENSORI DAN PERSYARAFAN PADA KLIEN DEWASA ” PENERAPAN EVIDENCE-BASED NURSING PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKTREMITAS”



Disusun Oleh : Sondang Vincensia. M. N



131911021



Syifa Novi. A



131911022



M. Septiono



1319110



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah telaah jurnal dengan judul “penerapan evidencebased nursing progresive muscle relaxation terhadap kecemasan pada pasien pre operasi fraktur ektremitas”. Tellah jurnal ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan medical bedah III. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca  Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.



Tanjungpinang, 22 Januari 2022



                                                                                                                



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini istilah evidence-based practice (EBP), evidence-based medicine (EBM), dan evidence-based nursing (EBN) telah banyak didengar. EBP mengkombinasikan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang didesain dengan baik, keahlian klinis, perhatian pasien, dan pilihan pasien (Hollomean G, et al, 2006). Di lain pihak, setidaknya terdapat tiga perbedaan antara EBM dan EBN, yaitu terkait fokus penelitian, desain penelitian yang digunakan, dan bahwa kedua profesi, yaitu kedokteran dan keperawatan, menggunakan istilah diagnosis yang berbeda. Pada literature lama, EBN ditulis sebagai ‘penggunaan hasil penelitian/research utilization’. EBN sudah diperkenalkan dan diterapkan dalam sistem pendidikan keperawatan maupun dalam praktek pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Pada tahun 1987, Leininger menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh perawat dewasa ini adalah tentang bagaimana menggunakan metode penelitian yang dapat menerangkan secara jelas tentang sifat penting, makna dan komponen keperawatan sehingga perawat dapat menggunakan pengetahuan ini dengan cara yang bermakna. Diketahui bahwa pasien yang menerima asuhan keperawatan yang berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pasien yang menerima asuhan keperawatan berdasarkan tradisi (Heater et al, 1988). Pada makalah ini akan diuraikan secara singkat tentang pengertian Evidence-Based Nursing (EBN), tujuan EBN, persyaratan penerapan EBN, langkah-langkah dalam EBN, penerapan EBN dalam proses keperawatan, hambatan dalam penggunaan hasil-hasil penelitian keperawatan, dan usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatkan EBN. B. Rumusan permasalahan C. Tujuan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian EBN Beberapa ahli telah mendefinisikan EBN sebagai: 1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998). 2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000). Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis berdasarkan bukti ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang dapat mempengaruhi pengelolaan masalah yang dihadapi pasien, yaitu penguasaan klinis, pilihan pasien terhadap alternatif bentuk perawatan, hasil penelitian klinis, dan sumber-sumber yang tersedia (Gambar 1).



Gambar 1. Model Keputusan Klinis Berdasarkan Bukti Ilmiah (dari Haynes et al) Keterangan masing-masing komponen: 1. Keahlian klinis Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam mengaplikasikan aturan-aturan dan panduan yang ada dalam memberikan asuhan keperawatan.



2. Bukti/hasil penelitian Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan memastikan bahwa desain penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Masingmasing desain penelitian mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif (randomized trials dan review sistematik) merupakan desain penelitian yang terbaik untuk mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif merupakan desain terbaik yang dapat digunakan untuk memahami pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan pasien. 3. Pilihan pasien Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi proses memilih perawatan alternatif dan mencari second opinions. Dewasa ini pasien telah mempunyai akses yang luas terhadap informasi klinis dan menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada beberapa hal, pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses pengambilan keputusan klinis. 4. Sumber-sumber Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-sumber terhadap perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi terhadap sumber-sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena keterbatasan biaya. B. Tujuan EBN Tujuan EBN memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 2001/2002). C. Persyaratan dalam Penerapan EBN Dalam menerapkan EBN, perawat harus memahami konsep penelitian dan tahu bagaimana secara akurat mengevaluasi hasil penelitian. Konsep penelitian meliputi antara lain proses/langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika penelitian, desain penelitian, dan sebagainya. Keakuratan dalam mengevaluasi hasil penelitian antara lain dapat ditingkatkan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan desain dan jenis penelitian yang dilakukan. D. Langkah-langkah dalam EBN Terdapat 5 langkah dalam EBN, yaitu: 1. Berefleksi terhadap praktek keperawatan dan mengidentifikasi “area yang masih tidak pasti” 2. Menterjemahkan “area yang masih tidak pasti” tersebut menjadi pertanyaanpertanyaan yang fokus dan dapat dicari jawabannya



3. Mencari literature terkait hasil penelitian yang menggunakan desain penelitian yang sesuai untuk membantu dalam menjawab pertanyaan pada langkah 2 4. Mengkritisi penelitian 5. Mengubah praktek keperawatan jika hasil penelitian yang dikritisi menyarankan hal tersebut. E. Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan Proses keperawatan merupakan cara berpikir perawat tentang bagaimana mengorganisir perawatan terhadap individu, keluarga dan komunitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dalam proses ini, antara lain membantu meningkatkan kolaborasi dengan tim kesehatan, menurunkan biaya perawatan, membantu orang lain untuk mengerti apa yang dilakukan oleh perawat, diperlukan untuk standar praktek profesional, meningkatkan partisipasi klien dalam perawatan, meningkatkan otonomi pasien, meningkatkan perawatan yang spesifik untuk masing-masing individu, meningkatkan efisiensi, menjaga keberlangsungan dan koordinasi perawatan, dan meningkatkan kepuasan kerja (Wilkinson, 2007). Dalam proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas pengambilan keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada setiap fase proses keperawatan tersebut, hasil-hasil penelitian dapat membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang kuat. 1. Tahap pengkajian Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam medis, dan observasi. Masing-masing sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe informasi ap ayang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu. 2. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis keperawatan. 3. Tahap perencanaan Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu. 4. Tahap intervensi/implementasi Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian. 5. Tahap evaluasi



Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan keperawatan. F. Hambatan dalam Penggunaan Hasil-hasil Penelitian Keperawatan Hambatan yang dijumpai dalam penggunaan hasil-hasil penelitian keperawatan terkait karakteristik penelitian, perawat, organisasi dan profesi keperawatan menurut Polit & Hungler (1999) adalah: 1. Karakteristik penelitian Penelitian yang dilakukan oleh perawat kadang tidak dapat menjamin bahwa hal tersebut dapat diterapkan dalam praktek sehari-hari. Hal ini terkait desain penelitian yang digunakan, proses dalam pemilihan sampel, instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data, atau analisis data yang dilakukan. 2. Karakteristik perawat Masih banyak perawat yang belum mengetahui cara mengakses hasil-hasil penelitian, mengkritisi hasil penelitian sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Selain itu, adanya resistensi terhadap perubahan. Brett (1987) mengidentifikasi kesadaran perawatan dan penerapan hasil penelitian dalam praktek perawatan yang dilakukan mereka (Tabel 1). Tabel 1. Kesadaran perawat dan penggunaan hasil-hasil penelitian dalam praktek perawatan



3. Karakteristik organisasi/tempat kerja Di beberapa tempat, suasana tempat kerja tidak mendukung adanya penggunaan hasil penelitian. Dibutuhkan semangatn untuk selalu ingin tahu terhadap hal baru dan keterbukaan. 4. Karakteristik profesi keperawatan Masih adanya kesulitan untuk menggabungkan antara perawat klinisi dan perawat peneliti untuk berinteraksi dan berkolaborasi terkait penelitian. Ada banyak cara untuk meningkatkan pemahaman terkait EBN. Holleman et al (2006) melakukan penelitan tentang usaha yang dilakukan oleh organisasi keperawatan untuk mempromosikan EBN (Gambar 2). Hambatan dalam menerapkan BBN sebagaimana dijelaskan oleh DiNesco dan Cullum (1998) adalah: 1. Keterbatasan waktu 2. Keterbatasan akses terhadap literature 3. Kurangnya pelatihan terkait usaha untuk mencari informasi dan ketrampilan dalam mengkritisi hasil penelitian 4. Ideologi yang menekankan praktek dibandingkan dengan pengetahuan intelektual 5. Lingkungan kerja tidak mendukung dalam usaha mencari informasi hasil penelitian



Gambar 2. Usaha yang dilakukan oleh organisasi keperawatan untuk mempromosikan EBN



G. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBN Secara umum, usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBN adalah: 1. Meningkatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian 2. Mengajarkan ketrampilan untuk mengkritisi hasil penelitian 3. Mengadakan konferensi terkait penggunaan hasil-hasil penelitian 4. Membuat jurnal yang memuat hasil penelitian Polit & Hungler (1999) membagi usaha yang dapat dilakukan tersebut berdasarkan latar belakang perawatnya: 1. Oleh perawat peneliti: a. Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi b. Melakukan penelitian yang hasilnya relevan dengan kondisi di tempat pemberian asuhan keperawatan c. Mengulang penelitian d. Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi e. Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif f. Melakukan komunikasi dengan jleas g. Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis 2. Oleh Perawat pendidik a. Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum pengajaran b. Mendorong digunakannya hasil-hasil penelitian c. Memberikan masukan pada peneliti 3. Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan a. Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya b. Menghadiri konferensi/seminar/workshop c. Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur efektif digunakan d. Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-hasil penelitian e. Terlibat dalam klub-klub penelitian f. Berkolaborasi dengan perawat peneliti g. Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan penggunaan hasil- hasil penelitian 4. Oleh perawat pengelola a. Membangun iklim ‘keingintahuan intelektual’ b. Memberikan dukungan secara emosional atau moral c. Memberikan dukungan keuangan atau sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penggunaan hasil penelitian d. Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan hasil-hasil penelitian



BAB III TELAAH JURNAL “PENERAPAN EVIDENCE-BASED NURSING PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKTREMITAS”



A. Judul jurnal PENERAPAN EVIDENCE-BASED NURSING PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKTREMITAS B. Nama, kontak person dan asal peneliti 1. Sahrudi 2. Agung Waluyo 3. Masfuri Kontak person [email protected] C. Asal penelitian 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta Jalan Swadaya No.19, Jatibening, Pondok gede, Jatibening, Kec. Pondok gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia 2. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Indonesia D. Nama jurnal Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan E. Indeks sitasi jurnal F. Latar belakang  Cedera pada sistem muskuloskeletal merupakan salah satu akibat dari trauma yaitu fraktur .  Salah satu penyebab utama individu memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan yaitu masalah pada sistem muskuloskeletal dan merupakan penyebab disabilitas nomor dua di seluruh dunia .  Selain fraktur yang termasuk dalam cedera muskuloskeletal diantaranya dislokasi, spain dan strain. Berbagai gangguan pada tulang, sendi dan otot dapat disebabkan oleh trauma, penyakit inflamasi atau non inflamasi, tumor atau gangguan metabolism  Dari data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya peningkatan kejadian kecelakaan di Indonesia dimana pada tahun 2014 didapatkan sebanyak 95.906 kejadian, tahun 2015 sebanyak 98.970 kejadian dan pada tahun 2016 sebanyak 106.129 kejadian. Dari berbagai studi melaporkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama terjadinya fraktur .  sebanyak 35,7% kunjungan ke unit gawat darurat akibat adanya trauma disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, sementara 13,35% disebabkan jatuh. Selanjutnya sebanyak 22,3% kasus trauma yang terjadi menyebabkan fraktur. Selanjutnya , penelitian yang dilakukan menunjukkan antara tahun 2002-2012 kecelakaan lalu lintas menyebabkan fraktur, yang terdiri dari fraktur ektremitas atas (12,22%), ekstremitas bawah (11,07%) serta spinal (6,10%).



 Prinsip penatalaksanaan fraktur adalah mengembalikan posisi tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi tersebut selama masa penyembuhan . Salah satunya adalah melalui tindakan pembedahan/operasi dengan pemasangan pin, plat, screw . Kondisi fraktur dan tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang dimana akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis.  Kondisi fraktur dan tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang dimana akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis. Respon fisiologis terhadap kecemasan meliputi peningkatan frekuensi nadi, respirasi, tekanan darah dan suhu. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya kecemasan menghadapi anestesi, diagnosis penyakit yang belum pasti, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan sebagainya .  pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan. Berdasarkan penelitian Iza NR di temukan tingkat kecemasan responden pada pasien pre operasi fraktur femur di RS. Ortopedi Surakarta diperoleh tingkat kecemasan sedang yaitu 21 responden dengan persentase (65,62%), kecemasan ringan 6 dengan persentase (18,75 %), dan 5 responden dengan tingkat kecemasan berat dengan persentase (15,63%). Sementara Pasien yang akan menjalani tindakan operasi menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi. Lebih lanjut, kecemasan menjadi faktor yang mempengaruhi nyeri paska operasi  Intervensi Progressive Muscle Relaxation merupakan teknik merelaksasikan otot bagian tubuh tertentu, dengan cara memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot untuk mendapatkan perasaan rileks . Berdasarkan wawancara terhadap pasien yang akan menjalani operasi fraktur ektremitas di Gedung Prof. Soelarto Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, menunjukan skor kecemasan pasien cukup tinggi. Pasien menyampaikan bahwa telah diberikan edukasi persiapan operasi oleh tenaga kesehatan, namun belum diberikan intervensi Progressive Muscle Relaxation. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik ingin menerapkan hasil penelitian pada pasien yang menjalani operasi fraktur ektremitas di RSUP Fatmawati. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena Progressive Muscle Relaxation dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada psikologis pasien yaitu berupa penurunan tingkat kecemasan karena hal tersebut akan berkaitan erat dengan kenyamanan pasien. Kritik: pada latar belakang di jurnal tersebut, penulis sudah menjelaskan secara jelas dari konsep fraktur maupun persentase nya, hanya saja sumbernya dijelaskan pada akhir jurnal bukan di latar belakangnya. G. rumusan permasalahan penelitian apakah teknik Progressive Muscle Relaxation bekerja pada untuk meredakan pasien farktur di RSUP Fatmawati Jakarta? H. Tujuan Tujuan penelitian ini menerapkan dan membuktikan efektifitas Progressive Muscle Relaxation (PMR) dalam menurunkan kecemasan pasien di ruang perawatan ortopedi RSUP Fatmawati Jakarta I. Metodologi penelitian 1. Desain penelitian Penerapan evidance based nursing ini dilakukan diruang perawatan ortopedi RSUP Fatmawati Jakarta. Di mulai dengan mengidentifikasi fenomena di ruang perawatan lantai 1 Gedung Prof. Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta. Kemudian dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan klinis menggunakan analisis PICO (Problem, Intervention, Comparation and Outcome). (P) Pasien fraktur ektremitas



yang akan dilakukan operasi elektif. (I) Relaxation pre operasi. (C) Pre dan Post Progressive Muscle Relaxation, (O) Mengurangi kecemasan. 2. Subyek penelitian Penerapan EBN dilakukan pada bulan November sampai dengan minggu kedua bulan Desember 2018 di ruang perawatan lantai 1 gedung Prof. Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta. 3. Kriteria pemilihan sampel 8 orang partisipan dengan kriteria inklusi pasien terdiagnosis fraktur ektremitas atas atau bawah, bersedia mengikuti pelaksanaan EBN, pasien mampu bekerjasama untuk latihan Progressive Muscle Relaxation. 4. Variable yang diteliti kriteria eksklusi yaitu pasien terdiagnosis fraktur ekstremitas kedua-dua nya yaitu ektremitas atas dan bawah, pasein dengan kondisi medis yang tidak stabil, pasien yang mengalami dimensia atau disfungsi kognitif dan pasien yang telah mendapat obat antipsikotik dalam 2 (dua) bulan sebelumnya. 5. Prosedur penelitian Prosedur dilakukan pada hari pertama dilakukan pengkajian awal mengenai tingkat kecemasan pasien dengan menggunakan instrumen State Trait Anxiety Inventory ( STAI). Latihan Progressive Muscle Relaxation dilakukan sesuai kontrak yang dibuat dengan 8 orang partisipan selama 4 hari dengan frekuensi 2 kali ( sesi pagi dan sesi malam hari menjelang tidur). Dilakukan selama 15 – 20 menit setiap sesi. Setelah hari ke 4 (akhir program) maka selanjutnya dilakukan evaluasi kembali tingkat kecemasan partisipan dengan instrumen State Trait Anxiety Inventory ( STAI). Hasil evaluasi akhir tersebut akan dibandingkan dengan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan program latihan Progressive Muscle Relaxation. 6. Prosedur pengambilan data 7. Analisis data J. Hasil 1. Karakteristik Demografi Dalam penerapan EBN ini, responden yang terlibat adalah sebanyak 8 orang pasien dengan karakteristik demografi adalah sebagai berikut:



Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Diagnosa Medis) n = 8 Karakteristik Demografi Frekuens % i Usia 11 – 20 2 25 21 – 30 3 37.5 31 – 40 2 25 41 – 50 1 12.5 Jenis Kelamin Laki – Laki 7 87.5 Perempuan 1 12.5 Pendidikan SLTP 1 12.5 SLTA 5 62.5 PT 2 25 Diagnosis Medis Fraktur tibia Fraktur femur dextra Fraktur fibula Fraktur patella sinistra Fraktur radius dextra Fraktur shaft femur sinistra



2 1 1 1 2 1



25 12.5 12.5 12.5 25 12.5



Berdasarkan Tabel 1 diatas diketahui bahwa dari 8 responden rata-rata berusia antara 21 – 30 tahun (37,5%), jenis kelamin laki-laki (87,5%), pendidikan SLTA ( 62,5%), sementara diagnosis medis sebagian besar fraktur tibia ( 25%) dan fraktur radius dextra (25%). 2. Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah program latihan Progressive Muscle Relaxation Grafik Skor Kecemasan Responden Pre dan Post Program Latihan PMR (n = 8 )



Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa sesudah/post program latihan PMR, skor kecemasan responden seluruhnya mengalami penurunan. Berdasarkan tabel 2 diatas didaptkan rata-rata skor kecemasan sebelum dilakukan PMR sebesar 64,25 dengan standar deviasi 4,027. Sedangkan rata-rata skor kecemasan setelah dilakukan PMR sebesar 47,75 dengan standar deviasi 3,955. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan rerata skor kecemasan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian latihan PMR (p value = 0,001) Kecemasan sangat sering terjadi pada pasien yang mengalami trauma dan pembedahan muskuloskeletal. Hal ini juga ditemukan pada pasien yang berpartisipasi dalam penenerapan EBN. Rata-rata skor kecemasan sebelum dilakukan PMR sebesar 64,25 dengan standar deviasi 4,027. Program latihan Progressive Muscle Relaxation berdasarkan evidence secara signifikan mempengaruhi skor kecemasan pasien. Hasil ini dibuktikan dengan hasil analisis pada pembuktian ilmiah yang menunjukan p value yaitu 0,001. Hasil identifikasi gambaran kecemasan menggunakan instrumen STAI dan tidak terdapat batasan skor untuk menentukan tingkat kecemasan, namun dijelaskan bahwa skor yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kecemasan (22). Sebelum dilakukan PMR skor kecemasan rerata 64,25. Sementara post PMR menunjukan sebagian besar skor kecemasan responden rerata 47,75. Analisis menunjukkan bahwa PMR secara signifikan mengurangi kecemasan yaitu p value = 0,001. Hal ini sejalan dengan penelitian (20) menunjukan efektivitas progressive muscle relaxation terhadap kecemasan pada pasien fraktur ektremitas yang akan menjalani operasi dengan p value



0.000 sementara pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa responden yang tidak di berikan progressive muscle relaxation di dapatkan p value 0.978. Relaksasi yang dihasilkan oleh PMR dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan dan memfasilitasi tidur. relaksasi juga merupakan salah satu bagian dari manajemen stress dan secara siginfikan berdampak terhadap penurunan kecemasan. Ini menunjukkan bahwa PMR adalah pendekatan non- farmakologis yang efektif untuk pasien yang akan menjalani operasi elektif fraktur ekstremitas. Tabel 2. Perbedaan Skor Kecemasan ( n = 8 ) PMR Pre PMR Post PMR



Rata - Rata 64,25 47,75



SD 4,027 3,955



Min – Max 57 - 68 43 - 55



P value 0,001



K. Diskusi a. Pembenaran/validasi peneliti terhadap data yang diaplikasika: ada b. Resume riser terdahulu yang melakukan penelitian:  http://www.utswmedicine.org. Fractures of the Upper and Lower Extremities. 2017;1–2.  Plant D, Wilson AG, Barton A. Musculoskeletal disorders and the Global Burden of Disease study. Nat Rev Rheumatol. 2014;10(6):329–37.  Wu D, Wong P, Guo C, Tam LS, Gu J. Pattern and trend of five major musculoskeletal disorders in China from 1990 to 2017: findings from the Global Burden of Disease Study 2017. BMC Med. 2021;19(1):1–13.  Ashley W B, Warwick D, Michael R W. Apley and Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. 10th ed. Taylor & Francis Group; 2018.  Gane EM, Brakenridge CL, Smits EJ, Johnston V. The impact of musculoskeletal injuries sustained in road traffic crashes on work-related outcomes: A protocol for a systematic review. Syst Rev. 2018;7(1):1–7.  McCance KL, Felver L. Study guide for Pathophysiology : the biologic basis for disease in adults and children. 8th ed. St Louis: Elsevier; 2018.  Mahdian M, Fazel MR, Sehat M, Khosravi G, Mohammadzadeh M. Epidemiological Profile of Extremity Fractures and Dislocations in Road Traffic Accidents in Kashan, Iran: a Glance at the Related Disabilities. Arch bone Jt Surg. 2017 May;5(3):186–92.  Pan R-H, Chang N-T, Chu D, Hsu K-F, Hsu Y-N, Hsu J-C, et al. Epidemiology of Orthopedic Fractures and Other Injuries among Inpatients Admitted due to Traffic Accidents: A 10-Year Nationwide Survey in Taiwan. Kircher J, Hertz H, Lee JH, editors. Sci World J



























 







  











[Internet]. 2014;2014:637872. Available from https://doi.org/10.1155/2014/637872 Bulto LN, Dessie Y, Geda B. Magnitude, causes and characteristics of trauma victims visiting Emergency and Surgical Units of Dilchora Hospital, Eastern Ethiopia. Pan Afr Med J. 2018;30:177. Wong EML, Chair SY, Leung DYP, Chan SWC. Can a brief educational intervention improve sleep and anxiety outcomes for emergency orthopaedic surgical patients? Contemp Nurse. 2014;47(1–2):132–43. Xie LQ, Deng YL, Zhang JP, Richmond CJ, Tang Y, Zhou J. Effects of Progressive Muscle Relaxation Intervention in Extremity Fracture Surgery Patients. West J Nurs Res. 2016;38(2):155–68. Ouyang R, Ren H, Liu W, Yuan X, Lei E. Remifentanil inhibits the traumatic stress response in emergent trauma surgery. J Clin Lab Anal. 2019 Oct;33(8):e22971. Jarmoszewicz K, Nowicka-Sauer K, Zemła A, Beta S. Factors Associated with High Preoperative Anxiety: Results from Cluster Analysis. World J Surg. 2020 Jul;44(7):2162–9. Iza NR. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operatif Fraktur Femur Di Rso Prof. Dr. R Soeharso Surakarta. 2018. Tulloch I, Rubin JS. Assessment and Management of Preoperative Anxiety. J Voice. 2019 Sep;33(5):691–6. Barde S. Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation Technique on Generalized Anxiety of Elderly Orthopaedic Patients in Selected Hospitals , of Pune City. 2013;2(2):59– 61. Goto K, Kataoka H, Honda A, Yamashita J, Morita K, Hirase T, et al. Factors Affecting Persistent Postoperative Pain in Patients with Hip Fractures. Pain Res Manag. 2020;2020:8814290. Theunissen M, Peters ML, Bruce J, Gramke H-F, Marcus MA. Preoperative Anxiety and Catastrophizing. Clin J Pain. 2012;28(9):819–41. Dahmardeh H, Barati F. Impact Of Progressive Muscle Relaxation Technique On Apparent Anxiety Of Patients Eligible For Orthopedic Surgery. 2017;8:6–9. Xie L-Q, Deng Y-L, Zhang J-P, Richmond CJ, Tang Y, Zhou J. Effects of Progressive Muscle Relaxation Intervention in Extremity Fracture Surgery Patients. West J Nurs Res. 2016;38(2):155–68. Zargarzadeh M, Shirazi M. The effect of progressive muscle relaxation method on test anxiety in nursing students. Iran J Nurs Midwifery Res. 2014 Nov;19(6):607–12. Kapogiannis A, Tsoli S, Chrousos G. Investigating the Effects of the Progressive Muscle Relaxation-Guided Imagery Combination on Patients with Cancer



Receiving Chemotherapy Treatment: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Explore (NY). 2018;14(2):137–43. L. Kesimpulan/saran a. Kesimpulan PMR dapat diterapkan pada berbagai pasien dengan tetap mempertimbangkan kondisi medis. PMR terbukti efektif menurunkan respon psikologis pasien. Oleh karena itu, PMR dapat dimasukkan ke dalam tindakan non farmakologi pra dan pasca operasi. Kemudian latihan PMR dapat dikombinasikan dengan edukasi ataupun teknik relaksasi lainnya untuk meningkatkan keefektifannya. b. Saran Diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan yang membaca telaah jurnal ini dapat memahami penerapan evidence based nursing Progressive Muscle Relaxation (PMR) di rumah sakit Fatmawati Jakarta. M. Telaah peserta didik a. Keseluruhan abstrak dengan IMRAD  Introduction:pada abstrak sudah disebutkan latar belakang dan tujuan penelitian dengan jelas  method:metode cukup lengkap, pada metode dan sampel sudah dijelaskan secara terperinci dan lumayan jelas.  Result: hasil penelitian dipaparkan dengan cukup jelas juga dengan hasil penelitiannya yang sulit tapi dijelaskan secara terperinci  Discussion: kesimpulan dari diskusi penelitian disebutkan secara berkala dan cukup jelas b. Keunggulan penelitian Evaluasi penelitian cukup berjalan dengan baik, sehingga terlihat keefektifan dari program yang dilaksanakan di tempat penelitian tersebut. c. Kelemahan penelitian Penjelasan cukup panjang, penjelasan prosedur lumayan rmit, serta pemaparan kurang bisa dimengerti. d. Manfaat penelitian Untuk menurunkan kadar kecemasan pada pasien yang mengalami fraktur maksimal 2 (dua) bulan. e. Apakah prosedur penelitian ini bisa diterapkan di STIKES? Bisa, tapi untuk prosedur ini perlu dilakukan tempat praktik seperti serta beberapa pasien fraktur untuk melakukan prosedur penelitian. f. Ide penelitian apa yang bisa direncanakan berdasrkan jurnal ini? Menerapkan Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada klien yang mengalami fraktur.