Teori Ausubel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI AUSUBEL-KOGNITIVISME-KONSTRUKTIVISME Posted on 18/04/2013by ayukece15



David Paul Ausubel(1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel Silahirkan pada 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. Beliau mendapat pendidikan di Universiti of Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormat pada tahun 1939 dalam bidang psikologi. Kemudian Ausubel menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti Middlesex. Beliau juga telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Service, dan telah memperolehi M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia pada 1950. Pada 1973. Ausubel membuat keputusan untuk bersara dari bidang akademik dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah menghasilkan pelbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal psikologikal. Pada tahun 1976, beliau telah menerima Anugerah Thorndike dari Persatuan Psikologi Amerika bagi sumbangan beliau yang memberangsangkan dalam bidang psikologi dalam pendidikan. Pada umur 75 tahun, Ausubel bersara dari bidang professional dan melibatkan diri sepenuhnya dalam penulisan dan telah menghasilkan empat buah buku yang terkenal.



TEORI BELAJAR AUSUBEL Nama teori : Teori Belajar Bermakna Definisi: Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.



Penjabaran: Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988: 134), belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi, yaitu: (1) Penerimaan dan (2) Penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa menerima pelajaran yaitu: (1) belajar bermakna dan (2) belajar hafalan. Kedua pengklasifikasian tersebut di atas apabila digambarkan ke dalam skema adalah sebagai berikut: Prasyarat Belajar Bermakna Berdasarkan penjabaran di atas, berarti suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila – Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial. Materi dikatakan bermakna secara potensial apabila materi tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. – Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna. Ciri-ciri/ kondisi-kondisi belajar bermakna Nasution 1982:158 menyimpulkan kondisi-kondisi belajar bermakna sebagai berikut : – Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama. – Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci – Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan lama – Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan. Tiga kebaikan dari belajar bermakna Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :



– Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama untuk diingat – Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip – Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Langkah – langkah menerapkan teori Ausubel dalam mengajar Dalam bukunya yang berjudul ‘Educational Psychology : A cognitive View’ (1968) Ausubel mengatakan ‘ faktor yang paling penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Yakinilah ini dan ajarlah dia demikian. Pernyataan Ausubel tersebutlah yang menjadi inti teori belajarnya. Jadi, agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsepkonsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu : – Pengatur awal Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru. – Diferensiasi Progresif Selama belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep. Pengembangan konsep berlangsung paling baik,bila unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut. – Belajar Superordinat Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu onsep yang lebih luas, lebih inklusif. – Penyesuaian integratif



Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru. Contoh dalam pembelajaran Matematika: Dalam belajar program linier, siswa yang belajar bermakna bisa mengkaitkannya dengan materi menggambar grafik fungsi linear dan menyelesaikan pertidaksamaan linear serta mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan program linier. Dan sebaliknya apabila tidak bermakna, maka siswa tidak bisa mengkaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mampu mengaplikasikannya. TEORI BELAJAR BEHAVIOURISME, KOGNITIVISME, KONSTRUKTIVISME, HUMANISME Teori Belajar Sesuai dengan penjelasan Roberts dalam Lapono (2008: 1-1), jenis teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan adalah teori behaviourisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanisme. 1) Teori belajar behaviourisme Prinsip utama bagi teori ini ialah faktor rangsangan (stimulus), Respon (response) serta penguatan (reinforcement). Teori ini menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan dan respon peserta didik terhadap rangsangan itu ialah responsnya. 2) Teori belajar kognitivisme Konsep belajar menurut teori perkembangan kognitif adalah belajar merupakan kegiatan mengasimilasikan dan mengakomodasikan berbagai informasi atau pengetahuan dari lingkungan hingga menjadi suatu skemata atau struktur mental tertentu. 3) Teori belajar Kontruktivisme Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Peserta didik harus membangun suatu pengetahuan itu



berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. 4) Teori belajar Humanisme Kajian konsep dasar belajar dalam teori humanisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seeorang dalam upaya memenuhi kebutuhan seperti, kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta orang lain. Dalam proses pembelajaran, kebutuhankebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar peserta didik tidak merasa dikecewakan. Apabila peserta didik merasa upaya pemenuhan kebutuhannya terabaikan maka kemungkinan besar di dalam dirinya tidak akan motivasi berprestasi dalam belajarnya. (http://blog.bukukita.com/users/ermawati/?postId=6387). Pengertian Kognitivisme Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. 2. Ciri-ciri Aliran Kognitivisme a)Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian c) Mementingkn peranan kognitif d) Mementingkan kondisi waktu sekarang e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya



tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya. Tokoh-tokoh a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya. b. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner. Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan



tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning). Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran : Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya c. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap: 1) Memperhatikan stimulus yang diberikan 2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami. Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah 4. Aplikasi teori Kognitivisme Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda



konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. 5. Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme a. Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. b. Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.



Rangkuman BAB 3 buku Teori Belajar dan Pembelajaran tentang teori kognitif. Kegiatan belajar 2: Model Teori Belajar Bruner Dan Ausubel Standar April 21, 2013 Tinggalkan komentar Uncategorized



Nama buku



: TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



Penulis



: Prof. Dr. Udin S. Winataputra, dkk



Penerbit



: Universitas Terbuka



Tahun Terbit



: 2007



Rangkuman BAB 3 buku Teori Belajar dan Pembelajaran tentang teori kognitif. Kegiatan belajar 2: Model Teori Belajar Bruner Dan Ausubel



1. a.



Prinsip-prinsip belajar Bruner



Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif yang member dorongan agar pendidikan member pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner tidak menggunakan teori belajar yang sistematis. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia adalah pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh



karena itu. Yang terpenting dalam belajar adalah cara – cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu : 1. Proses perolehan informasi baru. Perolehan informasi bisa didapat dengan cara membaca, mendengarkan guru,melihat dll. 1. Proses mentransformasikan informasi yang diterima Proses transformasi pengtahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memerlukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. 1. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan Pada tahap ini agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.



Selanjutnya, agar proses belajar lancar menurut Bruner didalam bukunya proses of education ada tiga factor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di dalam penyelenggaraan pembelajaran, yaitu : a) pentingnya memahami struktur mats pelajaran, b)pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar,dan c) pentingnya nilai dari berfikir induktif.



1. b.



Model pengembangan kurikulum



Pandangan Bruner tentang pentingnya pengembangan berpikir dalam proses pendidikan telah menghasilkan rekomendasi perlunya perancangan kembali kurikulum untuk mengembangkan keterampilan berpikir (Bell Gedler;hal 65). Bruner mengemukakan perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas dalam rangka mengembangkan keterampilan berfikir.



Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak maka materi pembelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang meliputi tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. 1. c.



Pendekatan model belajar Bruner



Pendekatan model belajar Bruner ini didasarkan pada dua asumsi, yaitu : 1. Perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Artinya, pengetahuan akan diperoleh orang yang belajar bila di dalam pembelajaran yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. 2. Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam belajar halhal yang mempunyai kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang member arti.



1. d. Belajar penemuan dari Bruner, manfaat, dan contoh penerapan dalam pembelajaran Belajar penemuan merupakan salah satu model pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner (1966). Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematic, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan ,melakukan eksperimen. Saat ini model beljar penemuan menduduki peringkat atas dalam dunia pendidikan modern. Satu yang banyak diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia adalah konsep belajar siswa aktif atau cara belajar siswa aktif ((CBSA). Dalam menerapkan model belajar seperti ini, seorang guru dianjurkan untuk tidak member materi pelajaran secara utuh. Siswa cukup diberikan konsep utama, untuk selanjutnya siswa dibimbing agar dapat menemukan sendiri sampai akhirnya dapat mengorganisasikan konsep secara utuh.



1. e.



Belajar bermakna dari Ausubel



David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna dan belajar verbal yang dikenal denganexpository learning. Pandangan Ausubel tentang belajar sangat bertentangan dengan para ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada atau diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya. Informasi ini baru ini juga dapat diterima atau dipelajari siswa tanpa menghubungkan dengan konsep atau pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar seperti ini disebut belajar menghapal.



1. f.



Klaasifikasi belajar Ausubel dan cara pengajarannya



Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan siswa, apakah melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk final. Cara kedua, berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Itulah yang dikatakan belajar bermakna. 1. g.



Struktur kognitif



Struktur kognitif didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsure-unsur pengetahuan yang terpisah ke dalam suatu unit konseptual. Struktur kognitif berisi konsep-konsep yang telah tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa. konsep yang paling inklusif terletak diatas lalu berangsur-angsur pada konsep yang spesifik sampai pada yang akhir.



1. h.



Penerapan belajar bermakna



Ini teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna (meaningful learning. Belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam perkembangannya, belajar bermakna dapat diterapkan melalui berbagai cara pengajaran, misalnya pengajaran dengan menggunnakan peta konsep. Penerapan peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui penguasaan siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial apa saja yang perlu diajarkan. 083813647270 ingin belajar dan sharing lagi dengan saya hub 083813647270 atau di twitter btc_ikhsan bisa juga di jaring sosial FB muhammad ikhsan hidayat



B. Teori Belajar Bermakna dari Ausubel Menurut David P.Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi.Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa,melalui peneriaan atau penemuan.Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada sruktur kognitif yang telah ada. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk :  Belajar penerimaan (reception learning) yang menyajikan informasi tersebut dalam betuk final.  Belajar penemuan (discovery learning) yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang dipelajari. Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada konsep – konsep dalam struktur kognitifisme ; dalam hal ini terjadi “ belajar bermakna (meaningful learning)”.Siswa mungkin saja tidakmengaitkan informasi tersebut pada konsep – konsep yang aulida dalam struktur kognitifnya ; siswa hanya terbatas menghapal informasi baru;dalam hal ini terjadi “ belajar hafalan ( rote learning )”.Collette dan Chiappetta menggambarkan kedua dimensi ini dalam suatu salib sumbu.Sumbu vertical menyatakan dimensi pertama sedangkan sumbu horizontal menyatakan dimensi kedua. Meaningful Learning Discovery Learning Rote learning Reception Learning



Gambar.Dua dimensi belajar dari D.P Ausubel Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda.Pada belajar menerima,isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada siswa dalam bentuk catatan .Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan.Pencampuradukkan ini disebabkan adanya anggapan bahwa belajar menerima adalah hafalan,sedangkan belajar menemukan adalah bermakna. Menghafal sebenarnya mendapatkan informasi yang terisolasi sedemikian hingga siswa tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam sruktur kognitifnya. Belajar hafalan adalah suatu proses belajar yang dilakukan dengan mengingat kata demi kata .sedangkan belajar bermakna merupakan rangkaian proses belajar yang memberikan hasil yang bermakna. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sah dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi. Demikian pemaparan dari dua dimensi pembelajaran tersebut terdapat empat kemungkinan tipe belajar,yakni : o Belajar menerima yang bermakna Ini terjadi bila informasi yang telah disusun secara logic disajikan kapada siswa dalam bentuk final.Selanjutnya siswa menghubungkan informasi baru tersebut dengan struktur kognitif yang telah ia miliki. o Belajar penemuan yang bermakna Ini terjadi bila informasi pokok ditemukan oleh siswa.Siswa kemudian menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan struktur kognitif yang dimilikinya. o Belajar menerima yang hapalan(tidak bermakna) Ini terjadi bila informasi disajikan kepada siswa dalam bentuk final,siswa kemudian menghapalnya. o Belajar penemuan yang hapalan ( tidak bermakna ) Ini terjadi bila informasi pokok ditemukan oleh siswa.Siswa kemudian menghapal pengetahuan baru tersebut. Langkah – langkah belajar bermakna Ausubel adalah : 1. Pengatur awal (advance organizer) Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya. 2. Diferensiasi Progregsif Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsure yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetai Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :



a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, b. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip c. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah “ belajar bermakna”.Ausubel selanjutnya memberikan dua prasyarat untuk belajar menerima yang bermakna , yakni :  Siswa telah memiliki satu himpunan belajar bermakna.Artinya kondisi dan sikap siswa telah siap untuk mengerjakan tugas belajar yang sesuai dengan tujuan mereka.  Tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan struktur kognitif siswa , sehingga siswa dapat mengasimilasikan bahan baru tersebut secara bermakna.Belajar bermakna terdahulu merupakan dasar atau penguat untuk belajar baru,sehingga belajar baru dan retensi tidak menjadi belajar hafalan. Ausubel mengembangkan suatu cara yang disebut sebagai ”Advance Organizer” untuk mengorientasikan siswa pada materi yang akan dipelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasi – informasi yang berkaitan dan yang dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan informasi – informasi baru yang akan dipelajari. Tahap 4. Siswa bekerja dengan contoh spesifik Tahap 3. Guru memberikan contoh Tahap 2. Guru menjelaskan istilah-istilah kunci Tahap 1. Advance Organizer Guru menyajikan abstraksi atau generalisi pelajaran



Menurut Ausubel , paling sedikit terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai oleh advance organizer.Pertama, advance organizer memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya.Kedua, advance organizer dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru.Ketiga berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur kognitif yang masih akan diperoleh. Bila kita membandingkan teori Bruner dan teori Ausubel maka terlihat bahwa peerbedaan utama yang nampak adalah pada penekanan cara belajar. Bruner mnekankan pentingnya penemuan (discovery) sdangkan Ausubel menekankan pada belajar penerimaan (reception). Kesamaan kedua teori ini diungkapkan oleh Reilley dan Lewis sebagai berikut: a. Keduanya menekankan makna dan pemahaman, meskipun menurut Bruner makna dan pemahaman tersebut harus ditemukan secara induktif, sedangkan menurut Ausubel harus diasimilasi secara deduktif. b. Belajar materi/substansi tidak hanya merupakan pengulangan secara verbatim. Apabila substansi diketahui maka materi selanjutnya dapat ditransfer dan dipakai secara lebih luas.



c.



d. e. f. g. h. i.



Keduanya menekankan adanya suatu hubungan. Bruner menekankan bagaimana sesuatu yang dipelajari harus dihubungkan dengan bahan-bahan lain dan bagaimana menemukan arti dalam hubungan tersebut. Ausubel menekankan bahwa apa yang dipelajari harus dihubungkan dengan apa yang telah ada di dalam struktur kognitif siswa. Keduanya menekankan pentingnya belajar konsep dan prinsip. Keduanya berbicara tentang struktur. Brunerr menekankan struktur disiplin imu, sedangakan Ausubel menekankan adanya pengaturan materi ajaran di dalam struktur kognitif. Proses belajar harus dipelajari seperti apa adanya didalam kehidupan sehari-hari dan tidak disederhanakan menjadi eksperimen-eksperimen dengan situasi labolatorium. Keduanya merupakan teori kognitif yang mempelajari proses-proses didalam pikiran dan tidak hanya apa yang terjadi di dunia fisik yang bersifat eksternal. Kkeduanya menekankan akan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi, yang merupakan alat utama dalam proses belajar. Keduanya setuju bahwa perlu perbaikan pengajaran dengan tujuan pengajaran lebih bermakna.



Penutup Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner juga membagi perkembnagan kognitif anak atas tahap-tahap tertentu yakni : enaktif, ikolik, simbolik.Bruner menyimpulkanbahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, dan guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda.Pada belajar menerima,isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada siswa dalam bentuk catatan .Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedaan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukkan dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan. Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.



Daftar Pustaka Ratumanan. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press Anonim. http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%e2%80%9djerome-bruner-belajarpenemuan%e2%80%9d/. Belajar dan Pembelajaran. (On line).