Teori Difusi Dan Inovasi Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Pengembangan Model Pembelajaran Fisika “Teori difusi dan inovasi serta implementasinya dalam pembelajaran”



Oleh: FUJA NOVITRA 15175015



Dosen Pengampu: Prof. Dr. FESTIYED, M.S



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 1



PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015



2



KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu melimpahkan berkat rahmat dan hidayahNya, hingga akhirnya penyusunan makalah yang berjudul “Teori difusi dan inovasi serta implementasinya dalam pembelajaran” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa buat Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, Rahmatan Lil’alamin. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak, terutama pada dosen pembimbing Prof. Dr. Festiyed, M.s yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa kendala yang cukup berarti . Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan penulis dalam penyusunan makalah ini yag tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, karena keterbatasan pada penulis. Untuk itu, penulis dengan ikhlas menerima semua saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Padang ,



Oktober 2015



Penulis



DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR................................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... A. Latar Belakang........................................................................................ B. Rumusan 1



. i ii 1 1 2



Masalah.................................................................................... C. Tujuan...................................................................................................... BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................... A. Landasan Agama..................................................................................... B. Pengertian Difusi dan Inovasi................................................................. C. Unsur-unsur Difusi dan Inovasi.............................................................. D. Proses Adopsi Inovasi............................................................................. E. Pengembangan Inovasi........................................................................... F. Keterkaitan Konsep Difusi dan Inovasi.................................................. G. Faktor-faktor Penghambat Difusi dan Inovasi........................................ H. Implementasi Difusi dan Inovasi dalam Pendidikan.............................. I. Strategi Difusi Inovasi Pendidikan Terhadap Pengadop Inovasi............ J. Implementasi Difusi dan Inovasi dalam Pembelajaran........................... K. Implikasi Inovasi Terhadap Kualitas Pembelajaran................................ L. Percepatan Adopsi Inovasi...................................................................... M. Penemuan Kembali (Reinvention).......................................................... N. Faktor Pengaruh Difusi dan Inovasi dalam



2 3 3 4 6 8 9 12 13 15 18 20 22 23 24 25



Pembelajaran....................... BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 27 BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 32 A. Kesimpulan.............................................................................................. 32 . B. Saran........................................................................................................ 32 . DAFTAR



33



PUSTAKA....................................................................................................



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkompetisi di era globalisasi pada saat ini bergantung pada kreativitas dan kemampuan dalam berinovasi. Indonesia salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang banyak, namun tidak lebih maju daripada Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam yang banyak. Kondisi ini menunjukkan negara yang memiliki sumber daya manusia yang unggul akan lebih maju daripada negara yang memiliki sumber daya alam yang banyak tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang unggul. Mengoptimalkan kreativitas dan inovasi merupakan perbedaan utama negara maju dengan negara berkembang.



Melaui proses pendidikan diharapkan mampu



menghasilkan sumber daya manusia yang bermuta baik Hard Skill maupun Soft Skillnya. Seiring dengan perubahan zaman, maka dunia pendidikan harus melakukan inovasi dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk Perubahan sistem pendidikan di Indonesia adalah dengan pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum memegang peranan penting dalam pembelajaran, sebab berkiatan dengan penentu arah, isi dan proses pendidikan. Aktor utama yang memegang peranan penting dalam implemenyasi kurikulum 2013 adalah guru. Pemerintah telah menyusun Undang-Undang No 14 tahun 2005 dalam rangka meningkatkan kualitas guru dan dosen. Selanjutnya dikeluarkan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Undang-Undang No 14 tahun 2005 dan Undang-Undang No 16 tahun 2007 sangat dibutuhkan untuk melengkapi Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semuanya berkaitan dengan upaya pemerintah dalam mereformasi pembangunan dalam bidang pendidikan. Peraturan pemerintah terebut adalah salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Perubahan atau inovasi harus sejalan antara pemerintah dan guru sebagai pelaksana kurikulum. Guru tugas pokoknya sebagai pendidik haruslah menjadi agen perubahan dimana kemapuan dan ketrampilan peserta didik harus selalu diperbarui sesuai dengan perkembangan saat ini. Guru hendaknya menyadari pentingnya inovasi



1



dalam pendidikan karena perkembangan kurikulum dan kemajuan pada bidang ilmu dan dan teknologi sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Kata inovasi biasanya muncul berbarengan dengan difusi. Inovasi adalah pembaruan dan difusi merupakan penyebaran pembaruan tersebut. Tujuan utama dari dilaksanakannya proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh sebuah sistem sosial tertentu. Inovasi merupakan awal terjadinya perubahan sosial dan pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Difusi inovasi adalah suatu proses penyebaran serapan ide-ide baru dalam upaya untuk merubah sutau masyarakat secara terus menerus. Melakukan difusi dan inovasi dalam pembelajaran dilakukan guru dalam upaya melakukan inovasi pendidikan. Adapun bentuk difusi dan inovasi pembelajaran dimaksud dapat berupa inovasi pengembangan profesionallitas pendidik selaku pengelola pembelajaran. Dengan adanya difusi dan inovasi dapat meningkatkan mutu pendidikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah: 1. 2. 3. 4.



Apa pengertian difusi? Apa pengertian inovasi? Bagaimana pengembangan inovasi? Bagaimana keterkaitan konsep difusi dan inovasi?



C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan : 1. 2. 3. 4.



Mengetahui pengertian difusi. Mengetahui pengertian inovasi. Mengetahui pengembangan inovasi. Mengetahui keterkaitan konsep difusi dan inovasi.



BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Agama Difusi dan inovasi termasuk peran pendidikam secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Disini terdapat



2



peran manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran dalam mengengembangkan



ide-ide



atau



gagasan



dalam



mengembangkan



ilmu



pengetahuan untuk bermanfaat bagi sesama manusia. Difusi inovasi sendiri dalam perkembangan pendidikan seperti penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu banyak manfaat yang telah dirasakan oleh pelaku pendidikan. Hal ini mengambarkankan adanya penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru tentang pengembangan ilmu pengetahuan dalam segi teknologi. Difusi dan inovasi perkembangan pendidikan sebagai karya budaya manusia, diharapkan mempunyai tujuan yang sesuai dengan fungsi dan kedudukannya yang disajikkan Allah SWT. Dalam hal ini difusi dan inovasi pendidikan perspektif islam ialah mengembangkan ide-ide atau gagasan untuk menghasilkan sesuatu hal yang bermanfaat. Hal itu dapat dilihat dari banyak ayat Al-qur’an dan Sunnah Rasul yang mendorong umat manusia untuk terus menuntut ilmu agar selalu melakukan inovasi dalam kehidupannya yang lebih bermakna. Ukuran bermakna sendiri terletak sejauh mana suatu inovasi dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, serta inovasi yang dilakukan itu mengantarkan manusia kepada jalan yang benar, bukan kejalan yang menyesatkan. Hendaklah dengan adanya difusi dan inovasi pendidikan yang di buat oleh manusia itu sendiri, agar menjadikan manusia sebagai khalifah yang berperan sesuai atas apa yang diperintahkan Allah SWT. Seperti apa yang dijelaskan pada Surah At Taubah Ayat 122:



‫فوفما فكافن املهممؤئمهنوفن ئلفيمنئفهروا فكافةة ففلموفل فنففر ئممن هكلل ئفمرفقةة ئممنهمم فطائفةة‬ ‫ئلفيفتففقههوا ئف ي اللديئن فوئلهيمنئذهروا فقموفمهمم إئفذا فرفجهعوا إئلفميئهمم لففعلفهمم فيمحفذهروفن‬



Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S. 9 : 122)”



‫ل لئكئن الفرائسهخوفن ئف ي املئعملئم ئممنهمم فواملهممؤئمهنوفن هيمؤئمهنوفن ئبفما أهمنئزفل إئلفميفك فوفما أهمنئزفل ئممن‬ ‫صفلفة فواملهممؤهتوفن الفزفكافة فواملهممؤئمهنوفن ئبافلئ فواملفيموئم املئخئر هأول لئفك‬ ‫فقمبئلفك فواملهمئقيئميفن ال ف‬ ‫فسهنمؤئتيئهمم أفمجةرا فعئظيةما‬ Artinya: “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan



orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkansebelummu dan orang-orang yang 3



mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.(Q.S. 4 : 162)”. Dari ayat di atas terdapat penjelasan tentang pemanfaatan ilmu yang tertulis dalamAl-qur’an. Dari difusi inovasi tentang ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Islam mengajarkan untuk umat muslim, agar selalu menjadi orang-orang yang terdepan dalam ilmu pengetahuan, maka dari itu proses inovasi dalam diri setiap manusia diharuskan untuk tidak menjadi orang-orang yang tertinggal dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi difusi inovasi yang dilakukan tetap berdasarkan pegangan Al-qur’an dan Sunnah Rasulllah. B. Pengertian Difusi dan Inovasi 1. Pengertian Difusi Istilah difusi berkaitan erat dengan inovasi. Difusi dapat dikatakan sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Menurut Roger (1985) difusi adalah proses komunikasi melalui strategi terencana dengan tujuan diadopsi. Pengertian difusi, menurut W.R. Spence (1982) adalah ‘the means whereby an innovation spreads’ (sarana penyebaran hasil inovasi). Sedangkan menurut Everett Rogers (1983), bahwa ‘The essence of the diffusion process is the information exchange by which one individual communicates a new idea to one or several others’ (Esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dari individu yang mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada pihak-pihak lain). Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa difusi adalah suatu proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Tujuan utama dari dilaksanakannya proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh sebuah sistem sosial tertentu. Sistem sosial ini bisa berupa individu, kelompok informal, maupun sebuah organisasi. Kegiatan difusi dilakukan melalui saluran-saluran tertentu. Saluran ini bisa berupa saluran media massa, maupun saluran antar-pribadi. Saluran media massa dapat menjangkau audiens yang banyak dalam waktu yang singkat. Sedangkan saluran antar-pribadi hanya melibatkan dua individu saja dalam proses pertukaran informasinya. 2. Pengertian Inovasi



4



a) Menurut Rogers E. Miller (1971) inovasi adalah “An idea, practice or object perceived as new by the relevant unit of adoption, whether it is an individual or an organization.” (Ide, praktek, maupun obyek yang dianggap sebagai suatu hal yang baru oleh unit-unit adopsi, baik itu individu, maupun organisasi). b) Menurut APEID (1977) inovasi adalah “An effort to introduce a practice in order to bring about a social change. The practice need not be totally new: its efficeincy and potentiality in a new context are the main criteria used in labelling is as innovation. The emphais is on change in terms providing a strategy to deal with specific local or national problem”. (Usaha untuk memperkenalkan praktek-praktek baru yang bertujuan untuk membawakan sebuah perubahan sosial. Praktek-praktek yang diperkenalkan tersebut tidaklah harus sepenuhnya baru, akan tetapi, aspek efisiensi dan kemampuannya-lah yang dipergunakan sebagai kriteria untuk menyebutkan sesuatu itu sebagai inovasi). c) Thompson dan Eveland dalam Fauzul (2009) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. d) Fullan dalam Fauzul (2009) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri. Jadi, secara praktis kita dapat mendefinisikan inovasi sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.



5



C. Unsur-unsur Difusi dan Inovasi Proses difusi inovasi dalam Fauzul (2009) melibatkan tiga unsur utama, meliputi: 1. Komunikasi dan Salurannya Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu. Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.



6



2. Waktu Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. 3. Sistem Sosial Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan normanorma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent). Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial.



7



“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka samasama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orangorang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya.



D. Proses Adopsi Inovasi Rogers mendefinisikan proses adopsi, “The adoption process as the mental process through which an individual passes from first hearing about an innovation to final adoption.” Proses adopsi merupakan proses mental di mana individu mengetahui suatu inovasi dimulai dari mendengar kemudian mengadopsikannya. Menurut Rogers, proses adopsi inovasi dapat dibagi ke dalam lima tahapan, yaitu: awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption. 1. Awareness Pada tahap ini, individu sangat menyukai inovasi tetapi tidak memperoleh informasi yang cukup. Namun, ia telah mempunyai kesadaran untuk memiliki suatu inovasi. 2. Interest Pada tahap ini, individu mulai tertarik kepada ide baru dan mencoba mencari informasi tambahan tentang itu. Di sini individu terdorong untuk mencari informasi lebih banyak lagi tentang objek yang diminatinya.



8



3. Evaluation Pada tahap ini individu secara mental mengaplikasikan inovasi ke dalam kehidupannya saat ini dan sekaligus mengantisipasi ke masa akan datang, dan kemudian memutuskan apakah ia mencobanya atau tidak. Tahap ini merupakan tahap selektif terhadap suatu inovasi untuk menentukan sikap. 4. Trial Pada tahap ini, individu menggunakan secara penuh suatu inovasi. Jadi, inovasi sudah dimiliki dan menjadi bagian dari kehidupannya sehingga ia membutuhkannya. 5. Adoption Pada tahap ini, individu memutuskan untuk meneruskan menggunakan inovasi secara utuh. Tahap ini merupakan keakraban individu dengan inovasi yang



sudah



dimilikinya



sehingga



ia



akan



menggunakannya



secara



berkesinambungan.



E. Pengembangan Inovasi Pengembangan inovasi adalah suatu proses menempatkan ide baru dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan sasaran yang potensial menjadi adopter. Pengembangan inovasi selalu didasarkan pada penelitian atau kegiatan sejenis. Pengembangan inovasi berupa teknologi canggih yang baru biasanya melewati empat tahapan (Purwanto, 2000: 21).



1. Penciptaan inovasi, yaitu suatu periode waktu yang penuh ketidakpastian atau trial and error. 2. Imitasi, yakni pengembangan variasi inovasi oleh suatu lembaga atau perusahaan yang berorientasi pasar.



9



3. Kompetisi teknologi, yaitu para peneliti dan pengembang menyempurnakan inovasi. 4. Standarisasi, yakni suatu produk ideal telah ditemukan dan diakui oleh masyarakat. 5. Istilah Information and Communication Technology (ICT) suatu istilah yang biasa digunakan dalam jaringan global saat ini. Dalam kehidupan keseharian, setiap orang selalu menggunakan ICT sebagai media komunikasi dan bahkan media pembelajaran. Di berbagai lembaga pendidikan saat ini, ICT bukanlah barang asing. Dengan ICT proses pembelajaran belangsung efektif dan efisien walau dalam ruang yang sangat terbatas. Dengan ICT proses pembelajaran jarak jauh pun dapat terjadi. Strategi pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan diharapkan dapat menerapkan prinsip ICT ini sehingga proses pembelajaran didasarkan pada komunikasi tiga arah: pertama, komunikasi antara guru (teacher) dengan pembelajar (learner); kedua, komunikasi antara pembelajar dengan sumber belajar; dan ketiga, komunikasi di antara para pembelajar. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut. Kemudian, ditegaskan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga bentuk komunikasi tersebut sangat penting dalam lingkungan pembelajaran berbasis web. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa internet dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local and wide area network) dan komputer pribadi (stand alone) yang memungkinkan setiap komputer yang terhubungan kepadanya dapat melakukan komunikasi satu sama lain. Melalui internet memungkinkan dikembangkan e-learning di berbagai lembaga pendidikan yang mempunyai perangkat atau jaringan komputer yang memadai. E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua suku kata: “e” merupakan singkatan dari “electronic” dan “learning” yang berarti “pembelajaran”. Jadi, e-learning berarti



10



pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, e-learning sering disebut dengan “online course”. Selanjutnya, fasilitas aplikasi internet sudah semakin meluas, sedikitnya terdapat lima aplikasi standar untuk keperluan pembelajaran: 1) e-mail, disebut juga surat elektronik yang merupakan fasilitas yang paling sederhana dan digunakan secara luas oleh pengguna (user) internet; 2) mailing list, merupakan perluasan dari penggunaan e-mail di mana pengguna yang telah memiliki alamat e-mail dapat bergabung membentuk kelompok diskusi, memecahkan masalah bersama, dan saling berbagi informasi; 3) file transfer protocol, fasilitas ini memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mencari dan mengambil arsip file (download) baik berupa artikel, jurnal ilmiah, review buku, maupun hasil penelitian; 4) news group, digunakan untuk melakukan komunikasi antara dua orang atau lebih secara serentak dalam waktu yang sama (real time) dan komunikasinya bersifat sinkron. Bentuk komunikasinya dapat berupa teks (visual), suara (audio), dan gabungan keduanya, teks dan suara (audio-visual). Fasilitas ini biasanya disebut chating; 5) world wide web (www), merupakan koleksi besar dengan berbagai macam dokumentasi yang tersimpan dalam berbagai server di seluruh dunia, yang dikembangkan



dengan



Hypertext



Mark-Up



Language



(HTML),



yang



memungkinkan terjadinya koneksi (link) antar dokumen. World wide web bersifat multimedia karena merupakan kombinasi dari teks, foto, grafika, audio, animasi, dan video (Prawiradilaga dan Siregar (eds.), 2004: 308). Berdasarkan penelitian dan pengalaman sebagaimana yang telah dilakukan di banyak negara maju, pendayagunaan internet untuk pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: 1) web course; 2) web centric course; 3) web enhanced course. Web course ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Peserta didik dan guru terpisah, namun komunikasi antara peserta didik dan guru dapat dilakukan setiap saat. Bentuk web course tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk pembelajaran maupun ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya dilakukan melalui internet, seperti e-mail, chating room, bulletin board, dan online conference.



11



Web centric course adalah di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet. Seperti halnya web course, peserta didik dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka dapat bertatap muka baik di sekolah maupun di tempat lain yang telah ditentukan. Web enhanced course yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.



F. Keterkaitan Konsep Difusi dan Inovasi Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi. Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR) dalam Uno (2012:303) menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu 1) Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru. 2) Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.



12



3) Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan. 4) Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.



G. Faktor-faktor Penghambat Difusi dan Inovasi 1) Faktor–faktor Hambatan Difusi Berkaitan dengan Pranata Sosial menurut Ibrahim (1988: 119), a) Hambatan Geografi mencakup : jarak jauh, transport yang lambat, daerah yang terisolasi, keadaan iklim yang tidak menguntungkan dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya difusi inovasi harus benar-benar perencanaannya memperhitungkan kondisi geografis serta fasilitas transport yang ada. b) Hambatan sejarah mencakup masalah seperti : peraturan dan sistem pendidikan kolonial, tradisi yang bertentangan dengan inovasi dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. c) Hambatan Ekonomi mencakup tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi. Tidak mencukupinya bantuan financial dari pemerintah merupakan hambatan yang serius. d) Hambatan prosedur mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan teknis administrasi pelaksanaan inovasi mulai dari tidak tepat waktunya persediaan material, kurang cakapnya tenaga pelaksana dan kurangnya kerja sama/koordinasi antar bagian pelaksana difusi inovasi. e) Hambatan Personal, mencakup : kurang adanya pemberian (penguatan) hadiah bagi penerima dan pemakai inovasi, orang-orang yang memegang peranan penting di masyarakat tidak terbuka untuk menerima dan melaksanakan inovasi, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit. f) Hambatan Sosial Budaya vaitu adanya pertentangan ideologi terhadap inovasi, perbedaan nilai budaya, kurang harmonisnya hubungan antar anggota team inovasi. g) Hambatan politik yaitu kurang adanya hubungan yang baik dengan pimpinan politik, pergantian pemerintahan, adanya keberatan terhadap inovasi karena kepentingan golongan. 2) Enam Faktor Utama Hambatan Inovasi menurut Ibrahim (1988: 161),



13



a) Estimasi tidak tepat terhadap inovasi, yaitu tidak tepat pertimbangan terhadap implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerja sama yang baik, tidak cukup adanya koordinasi antar petugas yang berlainan bidang garapannya, tidak jelasnya struktur pengambil keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan pimpinan politik, perlu sentralisasi data penentuan kebijakan. b) Konflik dan motivasi. Hambatan ini disebabkan karena adanya masalah pribadi seperti adanya pertentangan antar anggota tim, kurang adanya saling pengertian antar anggota proyek, orang yang berperan penting dalam proyek justru tidak menunjukkan semangat kerja dan ketekunan dalam proyek, beberapa orang penting dalam proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek dan lain-lain. c) Inovasi tidak berkembang. Sangat rendahnya penghasilan perkapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya sumber daya alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yang tidak menunjang, kurang



sarana



komunikasi,



kurang



perhatian



pemerintah,



sistem



pendidikan yang tidak sesuai kebutuhan. d) Masalah finansial. Item yang termasuk masalah financial adalah tidak memadainya bantuan financial dari daerah, kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, inflasi. e) Penolakan dari kelompok tertentu. Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok elite yang memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pendidikan, terdapat pertentangan antar ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarakat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan terhadap inovasi karena sebab keuntungan kelompok. f) Kurang adanya hubungan sosial. Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah ada masalah dalam hubungan sosial antar anggota tim yang satu yang lain, ada ketidakharmonisan dan terjadi dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota tim proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.



14



H. Implementasi Difusi dan Inovasi dalam Pendidikan Menurut Mattew B. Miles (1973), ciri-ciri inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan terdiri dari empat utama, yaitu : 1) Memiliki kekhasan/ khusus. Artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang



diharapkan. Ciri yang



khusus berarti program inovasi bisa berdimensi makro atau



luas dengan



melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang relatif lama, bisa juga berdimensi mikro atau cakupan kecil, sederhana dengan melibatkan orang yang terbatas dengan durasi waktu yang terbatas pula. Misalnya, Program guru kelas rangkap (multi grade teachers), yang dianggap memiliki ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada. 2) Memiliki ciri atau unsur kebaruan. Dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian inovasi ini merupakan suatu proses penemuan (invention) baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan. 3) Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa suatu inovasi akan dilakukan melalui suatu proses yang tak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu. Misal, pada saat akan meluncurkan



program



Manajemen



Berbasis



Sekolah



(School



Based



Management) maka tahapan yang dilakukan tidak secara tergesa-gesa, tetapi melalui tahapan- tahapan yang direncanakan sejak awal. 4) Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan Yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut dicapai dari sistem inovasi yang dilakukan.



15



Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia, yaitu: 1) Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. 2) Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang. 3) Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedangkan dipihak lain kesempatan sangat terbatas. 4) Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5) Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyrakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. Dalam penyelenggaraan pendidikan nasional masa depan, perhatian perbaikan system pendidikan nasional hendaknya diutamakan pada aspek-aspek sebagai berikut : 1) Creative curriculum Kurikulum pendidikan nasional masa depan hendaknya dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar (competency-based curriculum). Kurikulum pendidikan nasional dikembangkan berdasarkan indikator-indikator berikut : a) Kurikulum pendidikan harus bersifat luwes, sederhana dan bisa menampung berbagai kemungkinan perubahan di masa yang akan datang sebagai dampak perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat. b) Kurikulum harus bersifat pedoman pokok (general guideline) kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan demikian kurikulum tidak terlalu rinci dan dapat dikembangkan secara mandiri dan kreatif oleh para guru sesuai potensi peserta didik setempat, keadaan sumber daya pendukung dan kondisi daerah setempat. c) Pengembangan kurikulum selayaknya dilakukan secara simultan dengan pengembangan bahan ajar (buku dan lembaran kerja peserta didik) dan media/alat pembelajaran. d) Kurikulum hendaknya berpatokan



pada



standar



global/regional,



berwawasan nasional, dan dilaksanakan secara lokal. Dengan demikian, kualitas kurikulum pendidikan setara dengan Negara-negara lainnya yang 16



mempunyai wawasan keunggulan, namun dapat disesuaikan dengan kondisi lokal yang berbeda-beda. e) Kurikulum pendidikan hendaknya merupakan satu kesatuan dan kesinambungan dengan satuan dan jenjang pendidikan diatasnya. f) Pengembangan kurikulum bukan lagi menjadi wewenang pemerintah pusat, tetapi merupakan shared activity dengan pemerintah daerah bahkan komunitas. g) Pengembangan tidak diarahkan untuk menciptakan satu kurikulum tunggal yang diberlakukan untuk semua sekolah. Kurikulum pendidikan hendaknya dapat dibedakan untuk kelompok rata-rata (mainstream), di atas rata-rata dan di bawah rata-rata, baik karena faktor bawaan ketersediaan sumber daya pendukung. h) Kurikulum juga memperhatikan pendidikan yang terjadi dikeluarga dan komunitas. 2) Sarana-Prasarana Pendidikan Sarana-prasarana



pendidikan



juga



merupakan



unsur



penting



dalam



penyelenggaran pendidikan. Karena itu, ia mesti dikembangkan secara integral berdasarkan acuan standar kualitas baku. Ruang kelas, ruang praktek, laboratorium, perpustakaan, gedung administrasi, buku pelajaran alat dan media pedidikan dikembangkan dalam satu kesatuan yang utuh dan standar seluruh tanah air. 3) Tenaga Kependidikan Pengembangan tenaga kependidikan sebagai unsur dominan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan kualifikasi, kompotensi, dan profesionalisme. Karena



itu, semua upaya peningkatan kinerja tenaga



kependidikan dilakukan melalui lembaga-lembaga profesionalisme dan perguruan tinggi yang memenuhi syarat. Pendekatan pengembangan kualitas tenaga kependidikan yang selama ini menggunakan supply approach yaitu permintaan dari pihak birokrasi, diubah dengan demand approach, yaitu permintaan dari pihak tenaga kependidkan berdasarkan kebutuhan nyata di sekolah. 4) Manajemen Pendidikan Perbaikan manajeman pendidikan diarahkan untuk lebih memberdayakan sekolah sebagai unit pelaksanaan terdepan dalam kegiatan belajar mengajar di



17



sekolah. Hal ini dimaksudkan agar sekolah lebih mandiri dan bersikap kreatif, dapat mengembangkan iklim kompetitif antar sekolah diwilayahnya, serta bertanggung jawab terhadap stakeholder pendidikan, khususnya orang dan masyarakat yang diera otonomi ini akan menjadi dewan sekolah (school coouncil). Dalam pelaksanaannya, manajemen pendidikan harus lebih terbuka, accountable (dapat mempertanggungjawabkan semua program kegiatannya), mengoptimalkan partisipasi orang tua dan masyarakat, serta dapat mengelola semua sumber daya yang tersedia disekolah dan lingkungannya untuk digunakan seluas-luasnya bagi peningkatan prestasi peserta didik dan mutu pendidikan pada umumnya. I. Strategi Difusi Inovasi Pendidikan Terhadap Pengadop Inovasi Strategi adalah suatu cara atau teknik untuk menyebarkan inovasi. Dalam proses penyebaran inovasi tidak dapat dsebarkan dengan cepat, maka perlu suatu proses dan buruh waktu. Dalam proses penginovasian akan lebih mudah diterapkan jika menggunakan sebuah teknik-teknik tertentu yaitu melalui strategi yang dahsyat. Oleh karenanya kecermatan yang amat cermat dalam penggunaan strategi yang pas harus dicari dan diujicobakan. Strategi-strateginya dijelaskan sebagai berikut: 1. Strategi Fasilitatif Pelaksanaan program perubahan sosial dengan strategi fasilitatif artinya adalah untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan yaitu penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan, merasa perlu adanya perubahan, bersedia menerima bantuan dari luar dirinya, dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya. 2. Strategi pendidikan Dengan strategi pendidikan, orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang telah dipelajari tetapi terlupakan, sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat efektif, dan perlu dipertimbangkan berupa keterlibatan berbagai pihak, sumber dana, donator, serta penunjang lainnya 18



guna untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai agar klien tidak menolak perubahan dan kembali ke keadaan sebelumnya. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan dan digunakan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain. 3. Strategi bujukan Strategi ini tepat digunakan jika klien tidak berpartisipasi dalam perubahan sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legistimasi dalam proses pengambil keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masalah kurang efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung terhadap klien. 4. Strategi paksaan Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah dank lien tidak merasa perlu untuk berubah. Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, peserta didik dan orang tua serta masyarakat. Harus dikemukan dengan jelas mengapa perlu ada inovasi. Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi. Motinasi dengan ancaman, yaitu mengajak agar orang menghindari kegagalan, belum tentu berhasil.



J. Implementasi Difusi dan Inovasi dalam Pembelajaran Beberapa pendapat ahli tentang difusi dan inovasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu



19



perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik pendidikan tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan ataupun proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat . 2) Mattew B. Miles (1973) dalam bukunya “ Innovation in Education”



menulis



tentang inovasi sebagai spesies dari jenis perubahan, yaitu suatu perubahan yang sifatnya khusus, memiliki nuansa kebaruan, dan disengaja melalui suatu program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu, serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dar i suatu sistem tertentu. 3) Dalam pembelajaran, inovasi menurut Bambang (2009) adalah suatu ide, praktek, gagasan atau benda yang ada dan dilakukan oleh guru sebagai sesuatu yang baru baik secara individu maupun kelompok sehingga terjadi suatu perubahan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan hasil yang lebih baik. 4) Fulhan (1996) dalam Bambang (2009) menerangkan bahwa tahun 1960an adalah era dimana banyak inovasi–inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine) pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara tim (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri. Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi sehingga terjadi suatu perubahan. Maka inovasi merupakan pikiran yang bercirikan hal baru maupun atau berupa produk dari suatu teknologi yang diterapkan oleh guru melalui tahapan tertentu, diyakini dan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang timbul dalam suatu pembelajaran untuk dapat memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran itu sendiri, sehingga terjadi suatu perbaikan dalam wajah pendidikan dan hasil belajar. Inovasi dalah dunia pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru menurut Bambang (2009) adalah : 1) Manajemen pendidikan 2) Metode pembelajaran 3) Media pembelajaran



20



4) 5) 6) 7)



Sumber belajar Pelatihan guru Implementasi kurikulum Rencana pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat penting



yang harus melaksanakan inovasi, karena : 1)



Inovasi harus berlangsung di sekolah untuk memperoleh hasil vang



2)



terbaik dalam mendidik peserta didik. Unsur pokok dan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah



adalah guru. 3) Guru harus inovatif guna menemukan strategi atau metode yang 4)



efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Inovasi pada intinya harus berada dalam tatanan pembelajaran yang



5)



dilakukan di dalam kelas. Demi kepentingan peserta didik, maka kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkan guru harus mengacu pada kepentingan peserta didik.



6)



Berkembang atau tidaknya proses pembelajaran beragantung pada kreativitas guru dalam melakukan suatu inovasi. Oleh karena itu, jika inovasi menjadi suatu keharusan bagi guru demi



keberhasilan pembelajaran, maka guru harus memperoleh dan memahami informasi tentang suatu inovasi melalui berbagai sumber yang mendukung, sehingga guru dalam berinovasi dapat memenuhi kebutuhan peserta didik. K. Implikasi Inovasi Terhadap Kualitas Pembelajaran Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi yang diharapkan perimplikasi positif bagi proses pembelajaran sebagai berikut: 1. Inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran bagi peserta didik tertentu yang menuntut pengajaran menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik setiap peserta didik. 2. Inovasi harus berpusat atau bertitik tolak atau diciptakan atas dasar kesesuaian bagi peserta didik. 3. Para pakar, perancang, pembelajaran, dan para pendidik yang pada umumnya mensintesa suatu sistem pembelajaran. Dengan demikian difusi dan inovasi



21



adalah suatu proses dalam mana adopsi dan penumuan ide bru, objek proses, baik berupa metode, cara baru dan produk yang bertujuan untuk menghasilkan manfaat bagi individu dan masyarakat dikomunikasikan melalui saluran komunikasi. 4. Bentuk inovasi yang disesuaikan dengan kemampuan institusi pendidikan tempat inovasi tersebut dilaksanakan akan cendrung akan menghasilkan inovasi yang parsial dan seadanya. 5. Tidak ada yang dapat mengklaim paling benar sepanjang belum dapat dibuktikan efektifitas dan efisiensinya terhadap hasil belajar yang diharapkan oleh dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. 6. Inovasi selalu diwarnai dengan suasana ketidakpastian mengenai efektifitasnya terhadap kualitas pembelajaran namun selalu menciptakan perubahan yang dinamis dari waktu ke waktu dan dari lingkungan budaya yang satu ke lingkungan yang budaya peserta lain, dari lingkungan budaya yang satu ke lingkungan budaya yang lain dari peserta yang sama.



L. Percepatan Adopsi Inovasi Tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi akan sangat bergantung pada beberapa faktor. Karakteristik inovasi, yang sangat mempengaruhi derajat adopsi tersebut akan sangat bergantung pada : 1) Adanya keuntungan relatif Artinya sampai sejauhmana suatu



inovasi yang diperkenalkan memberi



manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya. Keuntungan relatif ini bisa diamati tak hanya dari kajian atau aspek ekonomi, sosial, tetapi juga dari aspek lainnya seperti budaya, teknologi. Misal pada saat sekolah memperkenalkan program Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA) dalam pembelajaran di sekolah, yang pertama dipikirkan oleh komunitas sekolah adalah apakah pendekatan pembelajaran tersebut memiliki keuntungan relatif dibandingkan dengan pola pembelajaran sebelumnya? Bila jawabannya, ya maka bentuk inovasi yang ditawarkan akan dengan cepat direspon oleh para guru ataupun orangtua. 2) Memiliki kekompakan dan kesepahaman 22



Artinya sampai sejauhmana suatu inovasi bisa sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada, ataupun sejalan dengan pengalaman masa



lalu



masyarakat yang akan mengadopsinya. Misalnya pada saat sekarang ini banyak bangunan SD yang rusak, maka digulirkan program “peduli sekolah” dengan melibatkan semua potensi masyarakat termasuk pemerintah dalam membangun gedung sekolah. Apakah program tersebut sesuai dengan sistem nilai yang ada, terutama dengan budaya gotong royong masyarakat kita. 3) Memiliki derajat kompleksitas Artinya sampai sejauhmana derajat kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh masyarakat. Semakin kecil derajat kerumitan atau semakin gampang dicerna dan difahami suatu hasil inovasi tersebut, maka akan semakin besar kemungkinannya untuk diadopsi oleh perorangan atau masyarakat. Misalnya pada waktu akan diperkenalkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu, apakah program tersebut memiliki tingkat kesulitan dan kompleksitas yang tinggi atau tidak dalam pelaksanaannya di sekolah. 4) Dapat dicobakan Suatu hasil inovasi dapat dengan gampang diadopsi, manakala hal tersebut dapat dengan dilihat dan diujicobakan melalui pengalaman lapangan. Misalnya, pada saat ditawarkan pembelajaran kontekstual di sekolah, maka guru akan melakukan praktik PBM yang bercirikan kontektual tersebut, apakah gampang diadopsi sehingga guru dapat dengan mudah mengujicobakannya di kelas masing-masing. 5) Dapat diamati Yaitu sampai sejauh mana suatu hasil inovasi dapat diamati. Semakin gampang suatu hasil inovasi diamati, maka akan semakin tinggi peluang



hasil inovasi



dapat diadopsi. Misal, pada saat dilakukan penggabungan sekolah (school merger), khususnya di SD, dalam upaya meningkatkan efisiensi dan afektifitas pengelolaan pendidikan M. Penemuan Kembali (Reinvention)



23



Dalam bidang pendidikan, proses penemuan kembali (reinvention) ini lazim dilakukan dalam inovasi pendidikan yang dilaksanakan. Misalnya, pada tahun 1980-an, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia, diujicobakan pendekatan pembelajaran melalui Sistem Pembinaan Cara Belajar Peserta didik Aktif (SPP-CBSA). Pada tahun 2000, melalui program Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar digulirkan Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, dan modifikasi yang menghasilkan proses reinvention dari CBSA. Miller (1973) menyebutkan bahwa inovasi, khususnya inovasi pendidikan di AS, kendati mengindikasikan perkembangan yang relatif lamban, namun semua pihak sudah menyadari betapa pentingnya inovasi, termasuk inovasi di bidang pendidikan dalam memberikan kontribusi kepada kemajuan bangsa. Ragam inovasi dan perubahan pendidikan telah dilakukan pada kurun waktu tersebut. Berbagai strategi dan implementasi perubahan pendidikan telah dilakukan.



N. Faktor Pengaruh Difusi dan Inovasi dalam Pembelajaran Dalam prosesnya, difusi inovasi pendidikan tak serta merta gampang dilaksanakan. Persoalannya, seolah ada pemisah antara hal-hal yang diketahui sebagai produk inovasi, dengan kemungkinan diadopsi atau tidaknya suatu inovasi di lapangan. Oleh sebab itu, dalam proses difusi inovasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, bulanan atau bahkan mungkin tahunan, untuk menjadikan produk inovasi dapat diadopsi oleh seseorang atau kelompok masyarakat. Dalam kaitan proses difusi inovasi itu, Rogers (1983) mengemukakan ada empat ciri penting yang mempengaruhi difusi inovasi, termasuk inovasi pendidikan, yaitu: (i) esensi inovasi itu sendiri; (ii) saluran komunikasi; (iii) waktu dan proses penerimaan; (iv) sistem sosial. 1) Esensi inovasi itu sendiri Dalam kaitannya dengan esensi inovasi, paling tidak ada tiga hal yang berkaitan erat, yaitu: teknologi, informasi dan pertimbangan ketidakpastian dan reinovasi. Dalam kadar tertentu, makna inovasi sering identik dengan teknologi



24



yang digunakan. Dengan demikian, adanya teknologi, termasuk pemanfaatan teknologi informasi dalam difusi inovasi, adalah antara lain untuk menjawab persoalan dalam hal mengurangi ketidakpastian masa depan. Sebagai ilustrasi misalnya, ketika sekolah menggulirkan program desentralisasi sekolah melalui program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pasti ada suatu desain instrumen melalui mekanisme komite sekolah dan peran Kepala Sekolah dengan semangat manajemen yang bercirikan keterbukaan (transparancy) dan pertanggungjawaban (accountability) dalam mengelola sekolah ke arah raihan mutu pendidikan yang lebih baik. 2) Saluran komunikasi Dalam kaitannya dengan difusi inovasi yang dimaknakan sebagai



penyebar



luasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. 3) Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan Waktu merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Proses keputusan inovasi pada hahekatnya adalah suatu proses yang dilalui individu atau kelompok, mulai dari pertama kali adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan keputusan untuk menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi atas keputusan inovasi yang dipilihnya. Berikut adalah tahapan dari model proses keputusan inovasi, yaitu : a) b) c) d) e)



Tahap Pengetahuan (knowledge) Tahap bujukan (persuation) Tahap pengambilan keputusan (decision making) Tahap Implementasi ( implementation) Tahap Konf irmasi (confirmation)



25



BAB III PEMBAHASAN A. Difusi dan Inovasi Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi yang di komunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut: 1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.



Tingkat



keuntungannya



26



dapat



diukur



berdasarkan



nilai



ekonominya, atau faktor status sosial, kesenangan, kepuasan, atau komponen yang sangat penting. 2. Kompatibel, ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. 3. Kompleksitas, ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penrima. 4. Trialabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima 5. Dapat diamati, ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Elemen difusi inovasi meIiputi empat unsur yaitu : 1. Inovasi Inovasi yaitu ide, praktek, gagasan atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok. 2. Komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Jadi, komunikasi



dalam



proses



difusi



adalah,



upaya



mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit terientu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut kepada seorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu melalui saluran komunikasi tertentu. 3. Waktu. Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Waktu dalam proses difusi berpengaruh dalam hal : a. Proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi. b. Keinovatifan individu atau unit. c. Rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. 4. Sistem Sosial. Sistem sosial adalah serangkaian bagian vang saling berhubungan tergantung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa indir-idu, kelompok, organisasi atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya adengan sistem sosial ini 27



dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Adapun Inovasi dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Manajemen pendidikan Metode pembelajaran Media pembelajaran Sumber belajar Pelatihan guru Implementasi kurikulum Rencana pembelajaran



Dalam proses pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat penting yang harus melaksanakan inovasi, karena : 1. Inovasi harus berlangsung di sekolah untuk memperoleh hasil vang terbaik dalam mendidik peserta didik. 2. Unsur pokok dan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru. 3. Guru harus inovatif guna menemukan strategi atau metode yang efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. 4. Inovasi pada intinya harus berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. 5. Demi kepentingan peserta didik, maka kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkan guruharus mengacu pada kepentingan peserta didik. 6. Berkembang atau tidaknya proses pembelajaran beragantung pada kreativitas guru dalam melakukan suatu inovasi. Karena inovasi menjadi suatu keharusan bagi guru demi keberhasilan pembelajaran, maka guru harus memperoleh dan memahami informasi tentang suatu inovasi melalui berbagai sumber yang mendukung, sehingga guru dalam berinovasi dapat memenuhi kebutuhan peserta didik.



28



Gambar 2. Model Tahap-Tahap Proses Keputusan Inovasi (Rogers, 1982)



B. Matriks Difusi dan Inovasi Aspek



Defenisi



Ahli



Everest M Rogers



Tahun



1903



Difusi



suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial untuk menghasilkan suatu ide baru Inovasi sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu Unsur-unsur difusi 1. Komunikasi dan salurannya 2. Time, waktu untuk memproses pengambilan keputusan inovasi dan kecepatan adopsi. 3. Sistem sosial adalah seperangkat jaringan yang terbentuk atas dasar kebersamaan untuk pemecahan masalah atau mencapai suatu tujuan Tahap-tahap Inovasi 1. Awareness (menyukai inovasi tapi kurang informasi) 2. Interest (tertarik ide baru dan mencari informasi) 3. Evaluation (mengaplikasikan inovasi atau tahap seleksi) 4. Trial (menggunakan inovasi) 5. Adoption (menggunakan inovasi secara utuh dan berkesinambungan) Implementasi Difusi 1. Memiliki kekhasan/ khusus. dan Inovasi Dalam 2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan. 3. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan Pendidikan 29



4. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Impelemtasi Inovasi 1. Manajemen pendidikan dan Difusi Dalam 2. Metode pembelajaran 3. Media pembelajaran Pembelajaran 4. Sumber belajar 5. Pelatihan guru 6. Implementasi kurikulum 7. Rencana pembelajaran



Aspek Hambatan Difusi dan Inovasi



Percepatan Difusi dan Inovasi



Defenisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5.



Hambatan Geografi Hambatan sejarah Hambatan Ekonomi Hambatan Prosedur Hambatan Personal Hambatan Sosial Budaya Hambatan Politik Adanya keuntungan relatif Memiliki kekompakan dan kesepahaman Memiliki derajat kompleksitas Dapat dicobakan Dapat diamati



Difusi dan inovasi pembelajaran merupakan suatu proses mengkomunikasikan inovasi pembelajaran melalui saluran tertentu melalui individu atau kelompok kepada individu dan kelompok lain pada suatu sistem sosial. Adapun bentuk inovasi pembelajaran yang dimaksud berupa pengembangan inovasi profesional pendidik selaku pengelola



pembelajaran.



Harapannya



dengan



melakukan



difusi



dan



inovasi



pembelajaran dapat meningkat mutu proses dan hasil pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional. Tantangan terbesar inovasi pendidikan adalah pada saat gagasan baru mulai diluncurkan. Secara alamiah, dapat dipastikan bahwa setiap gagasan baru dalam pembelajaran akan mendapatkan tantangan dan mungkin tantangan keras dari berbagai pihak. Agar efektif, keberhasilan inovasi pembelajaran banyak ditentukan oleh sosialisasi gagasan yang jitu dan menyeluruh, partisipan seluruh komponen serta sumber daya manusia dalam organisasi pendidikan, serta komitmen pimpinan puncak 30



guna mengarahakan transformasi atau perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sesuai dengan harapan dan tujuan inovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 2. Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. 3. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. 4. Istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.



31



B. Saran Difusi dan inovasi pendidikan dan pembelajaran senantiasa dilakukan oleh pemerintah, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Demikian hal nya dengan guru yang memegang peranan pentinng dalam proses pembelajaran. guru hendaknya selalau berinovasi agar menghasilkan mutu pembelajaran yang baik dan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia



DAFTAR PUSTAKA Fauzul Mushol (2009). Guru perlu Inovatif. Artikel Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. Jakarta : STIA-LAN Press



Pu3niezz (2009). Difusi Inovasi Menurut Rogers. Artikel Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovations. New York : The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co. Inc. Rosenblum, S. & Louis, K. S. (1981). Stability and Change, Innovation in an Educational Context. New York & London : Plenum Press.



32