Teori Elit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teori Elit-Vilfredo Pareto



`



BAB I PENDAHULUAN Masyarakat pada umumnya memilki kelas-kelas sosial tertentu dimana diantara masyarakat tersebut dibagi dalam golongan atas, menengah dan kelas bawah. Disamping itu ada juga yang menggolongkan kelas sosial masyarakat atas kelas yang diperintah dan kelas yang memerintah. Kelas yang memerintah inilah yang disebut oleh sebagian para ahli ilmu sosial dengan istilah elit. Dimana elit merupakan kelas sosial yang dianggap sebagai kelas sosial yang cukup tinggi di dalam masyarakat dan hanya bisa dimasuki oleh segolongan orang yang memilki kemampuan yang lebih dibandingakan orang lainya karena cenderung eksklusif dan tertutup untuk bisa dijangkau oleh kelas masyarakat biasa yang ingin menjadi elit. Teori elit ini pada mulanya diperuntukan untuk Eropa Barat dan Tengah sebagai kritik terhadap demokrasi dan sosialisme, tapi oleh sejumlah ilmuwan Amerika, ia diserap dengan baik untuk menjelaskan proses-proses politik yang ada di negara mereka dan negara-negara demokrasi lainnya. Membahas masalah elite tampaknya sulit tanpa menyebutkan para pakarnya, yaitu Vilfredo Pareto (1848-1923), dan Gaetano Mosca (1858-1941). Keduanya adalah warga Italia yang telah diakui kepakarannya sebagai pemula teori elit. Sebenarnya untuk pemula teori elite lebih tepat diberikan kepada Pareto, sedangkan Gaetano Mosca yang terkenal dalam karyanya The Ruling Class lebih tepat sebagai pemula teori kelas penguasa. Menurut Pareto, setiap masyarakat diperintah oleh sebuah elit yang komposisinya selalu berubah. Selanjutnya Pareto membagi elite itu dalam dua kelompok, yaitu kelompok elit yang memerintah dan kelompok elite yang tidak memerintah. Kedua kelompok elite itu senantiasa 0



Teori Elit-Vilfredo Pareto



berebut kesempatan untuk mendapatkan porsi kekuasaan sehingga terjadilah sirkulasi elite. Setiap elite yang memerintah, menurut Pareto, hanya dapat bertahan apabila secara kontinuitas memperoleh dukungan dari masyarakat bawah. Akan tetapi sirkulasi elite akan tetap berjalan karena secara individual baik elite keturunan maupun elite yang diangkat atau ditunjuk akan mengalami kemunduran sesuai dengan waktu dan sebab-sebab biologis. Dengan kata lain, konflik itu tidak terlepas dari kondisi kemanusiaan. -Dorongan Manusia untuk Mengejar Kekuasaan Yang mendorong elit politik atau kelompok-kelompok elit untuk memainkan peranan aktif dalam politik adalah menurut para teoritisi politik karena hanya dorongan kemanusiaan yang tidak dapat dihindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik, menurut mereka merupakan permainan kekuasaan dan karena individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut, maka upaya pun mereka lakukan untuk memindahkan penekanan dari para elit dan kelompok kepada individu. Tujuan politik adalah memaksa dan mendorong individu untuk membentuk kelompok-kelompok, serta mengaktualisasikan dirinya di dalam kelompok-kelompok tersebut. Menurut Renzo Sereno, teori elit politik telah mengurangi ruang lingkup studi tentang politik pada pembahansannya atas studi tentang hubungan kekuasaan saja, dan Roy Macridis juga menegaskan hal yang sama tentang analisis kelompok dengan menggambarkannya sebagai suatu bentuk determinisme yang kasar. Kepentingan, katanya merupakan kekuatan pendorong



1



Teori Elit-Vilfredo Pareto



yang utama dan setiap tindakan manusia didasarkan atas kepemilikan kepentingan.



Konfigurasi



kekuasaan



pada



dasarnya



adalah



konfigurasi



kepentingan-kepentingan yang berjuang dan berlomba, yang terorganisasikan dalam kelompok. -Elit dan Perubahan Sosial Pareto pun membangun teori perubahan sosial yang bertolak belakang dengan teori Marxian. Sementara teori Marx memusatkan perhatiannya pada peran massa, sedangkan Pareto menyodorkan teori elite perubahan sosial yang berpendirian bahwa masyarakat jelas akan didominasi oleh sejumlah kecil elit yang memerintah berdasarkan kepentingan diri sendiri. Elit kecil ini memerintah massa rakyat yang memang didominasi oleh faktor nonrasional. Menurut Pareto, karena kapasitas rasional massa terbatas mereka bukanlah sebuah kekuatan revolusioner. Perubahan sosial terjadi ketika elit mulai mengalami kemerosotan moral dan digantikan oleh elite baru yang berasal dari elit yang tak memerintah atau unsur yang lebih tinggi dari massa. Segera setelah elit baru berkuasa, proses yang baru pun dimulai. Jadi, Pareto menyodorkan teori perubahan sosial melingkar, sedangkan Marx, Comte, Spencer, dan yang lain menyodorkan teori perubahan sosial yang linier. Di samping itu, teori perubahan sosial Pareto mengabaikan penderitaan manusia. Elit datang dan pergi tetapi sebagian besar massa tetap sama. Teori tersebut melandasi konsep ilmiahnya tentang sosiologi dan kehidupan sosial. “Keinginanku adalah untuk membangun sistem sosiologi menurut model astronomi, fisika, dan kimia. Singkatnya Pareto membayangkan masyarakat sebagai sebuah sistem yang berada dalam keseimbangan, sebagai



2



Teori Elit-Vilfredo Pareto



kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung. Perubahan satu bagian dipandang menyebabkan perubahan lain dari sistem konsepsi Pareto yang sistematis tentang masyarakat inilah yang menjadi alasan terpenting Parson mencurahkan banyak perhatian terhadap karya Pareto yang berjudul “The Structure of Social Action” (1937). Karya inilah yang berpengaruh terhadap pemikiran Talcot Parson. Dilebur dengan pandangan serupa lainnya yang didukung oleh pakar yang menganalogikan masyarakat dengan organisme (misalnya Comte, Durkheim, dan Spencer). Teori Pareto memainkan peran sentral dalam pengembangan teori Parson dan lebih umum lagi dalam pengembangan fungsionalisme struktural. Masyarakat adalah himpunan individu-individu, yang masing-masing secara egoistis mengejar kepentingan mereka sendiri. Kesimpulan ini diambil berdasarkan pengalaman empiris. Karena pengalaman empiris merupakan satu-satunya sumber untuk pengetahuan ilmiah yang sah. Menurut Vilfredo Pareto sosiologi harus bersifat logis dan eksperimental. Dia mencita-citakan sosiologi yang didasarkan atas kriteria matematika rasional, yang selalu sah dan tak berubah sehingga harus dibenarkan oleh setiap orang yang berakal-budi sehat dan yang berlandasan pada realitas yang merupakan obyek observasi inderawi. Tiap-tiap konsep, proposisi, dan teori harus berpangkal pada fakta yang ditinjau atau mungkin dapat ditinjau. Menurut penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa Pareto mewarisi tradisi positivisme, dimana sosiologi harus masuk dalam disiplin empirisme lewat metode logika eksperimental dengan penyelidikan yang didasarkan pada pengalaman



dan



pengamatan.



Pareto



juga



menekankan



bahwa



hidup



3



Teori Elit-Vilfredo Pareto



bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota-anggota individual. Menurutnya sebagian kelakuan manusia bersifat mekanis atau otomatis. Perilaku tersebut dibedakan antara perbuatan logis dan nonlogis. Yang dimaksud logis jikalau direncanakan oleh akal-budi dengan berpedoman pada tujuan yang mau dicapai, dan menurut kenyataan mencapai tujuan itu. Misalnya seorang anak pergi ke tempat makan (direncanakan oleh akal-budinya) untuk mengisi perutnya yang kosong (tujuannya), lalu dia merasa kenyang/ tidak lagi lapar karena dia telah makan, melakukan perbuatan yang logis. Sedangkan perilaku yang tidak berpedoman secara rasional pada tujuan, atau tidak mencapai tujuannya, disebut nonlogis. Vilfredo Pareto juga menawarkan model masyarakat keseimbangan (equilibrium). Dimana masyarakat yang ditegakkan oleh individu-individu senantiasa mengarah kepada keseimbangan, yaitu pemeliharaan keseimbangan atau pemulihan keseimbangan setelah terjadi pergolakan. Individu-individu saling mempengaruhi, agar suatu keseimbangan tercapai. Hal ini sama kaitannya dengan masyarakat tidak berevolusi dan tidak maju. Oleh karena individu mengadakan relasi lahiriah, dan mereka sendiri tidak berubah, maka masyarakatpun tidak berubah. Pada penjelasan bab berikutnya penulis akan memaparkan lebih rinci teori elit dan konteks maupun realitas sosial yang melatarbelakangi lahirnya teori elit tersebut serta beberapa parameter lainnya layaknya sebuah upaya membedah teori elit secara komprehensif.



BAB II PEMBAHASAN 4



Teori Elit-Vilfredo Pareto



A. Konteks Sosial yang Melatarbelakangi Munculnya Teori Elit. Konteks sosial yang melatarbelakangi munculnya teori elit tidak lepas dari sejarah teori Sosiologi yang lahir dari dua peristiwa besar yaitu, Revolusi Perancis dan Revolusi Industri, kedua revolusi tersebut (abad 18 dan 19) kemudian melahirkan kapitalisme, sosialisme, urbanisasi, ilmu pengetahuan dan agama. Pada kajian ini kita dapat melihat konteks sosial pada sejarah Revolusi Perancis itu sendiri. Revolusi Perancis (bahasa Perancis: Révolution française; 1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarki absolut yang telah memerintah Perancis selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Perancis mengalami transformasi sosial politik yang epik; feodalisme, aristokrasi, dan monarki mutlak diruntuhkan oleh kelompok politik radikal sayap kiri, oleh massa di jalan-jalan, dan oleh masyarakat petani di perdesaan. Ide-ide lama yang berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru. Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan)., buah upaya kolektif kalangan petani yang tertindas, kelas menengah perkotaan dan kalangan intelektual yang memberi arah perubahan berhasil menghancurkan feodalisme dan kekuasaan monarki absolut dalam semua bentuknya. Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi monarki lama untuk



5



Teori Elit-Vilfredo Pareto



mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya. Revolusi Perancis telah menimbulkan dampak yang mendalam dalam perkembangan sejarah modern. Pertumbuhan Republik, Demokrasi Liberal, berkembangnya Nasionalisme, berkembangnya Perlindungan Hukum (The Rule of Law) menyebarnya Sekularisme, perkembangan Ideologi Modern terutama perkembangan Ilmu Sosiologi (perubahan sosial masyarakat) adalah warisan Revolusi Perancis. Latar belakang terjadinya revolusi perancis disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor ketidak adilan politik, kekuasaan raja yang absolut, krisis ekonomi, dan munculnya paham baru. Dalam bidang politik, kaum bangsawan memegang peranan yang sangat penting dalam bidang politik, sehingga segala sesuatunya ditentukan



oleh



bangsawan



sedangkan



raja



hanya



mengesahkan



saja.



Ketidakadilan dalam bidang politik dapat dilihat dari pemilihan pegawai-pegawai pemerintah yang berdasarkan keturunan dan bukan berdasarkan profesi atau keahlian, Hal ini menyebabkan administrasi negara menjadi kacau dan berakibat munculnya tindakan korupsi. Ketidakadilan politik lainnya adalah tidak diperkenankannya masyarakat kecil untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan. Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah l'etat c'est moi (negara adalah saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu, ia mendirikan penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berani menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang yang tidak disenangi raja.



6



Teori Elit-Vilfredo Pareto



Mereka ditahan dengan surat penahanan tanpa sebab (lettre du cas). Absolutisme Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-undang. Sebab lain terjadinya Revolusi Prancis adalah adanya krisis keuangan. Kehidupan raja dan para bangsawan istana serta permaisuri Louis XVI ,yakni Maria Antoinette (terkenal dengan sebutan Madame deficit) yang hidup penuh dengan kemewahan dan kemegaha. Di samping itu, adanya warisan hutang dari Raja Louis XIV dan Louis XV menjadikan hutang negara makin menumpuk. Satu-satunya cara untuk mengatasi krisis keuangan ini adalah dengan cara memungut pajak dari kaum bangsawan, tetapi golongan bangsawan menolak dan menyatakan bahwa yang berhak menentukan pajak adalah rakyat. Raja Prancis, Louis XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat teratasi bila setiap orang atau golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak memiliki kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka golongan tersebut tetap memiliki hak-hak istimewa dan bebas dari pajak. Selain faktor ketidak adilan politik dan krisi ekonomi, munculnya filsuf-filsuf pembaharu juga turut andil dalam meletusnya revolusi Prancis dengan pengaruh paham rasionalisme mereka. Paham ini hanya mau menerima suatu kebenaran yang dapat diterima oleh akal. Paham ini telah melahirkan renaisans dan humanisme yang menuntun manusia bebas berpikir dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, muncullah ahli-ahli pikir yang karya-karyanya berpengaruh besar terhadap masyarakat Eropa pada saat itu termasuk tokoh masyarakat Prancis, seperti berikut. 1. John Locke ( 1685–1753) dengan karyanya yang berjudul Two Treaties of Government yang mengumandangkan ajaran kedaulatan rakyat.



7



Teori Elit-Vilfredo Pareto



2. Montesquieu (1689–1755) dengan karyanya L'es prit des Lois (Jiwa UndangUndang). Dalam buku itu terdapat teorinya tentang trias politika yakni tentang pemisahan kekuasaan antara legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang, dan Judikatif (pengatur pe-ngadilan segenap pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku. Hal ini semua dimaksudkan agar tidak terjadi sewenang-wenang). 3. J.J. Rousseau ( 1712–1778) dengan karyanya Du Contract Social (Perjanjian Masyarakat). Rousseau mengatakan bahwa menurut kodratnya manusia sama dan merdeka. Setiap manusia pada prinsipnya sama dan merdeka dalam mengatur kehidupannya kemudian membentuk semacam perjanjian sesama anggota masyarakat atau contract social. Melalui perjanjian bersama itu, dibentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan untuk mengatur dan menyelenggarakan ketertiban masyarakat yaitu pemerintah. Dengan demikian, kedaulatan sebenarnya bukan pada badan (pemerintah), melainkan pada rakyat. Adapun konteks di negara lain seperti Italia pengusung kekuatan intelektualnya dipelopori oleh Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca menjelaskan perubahan sosial yang terjadi di rejim fasis di Italia. Dinamika dan pergolakan pasca Revolusi Perancis juga mempengaruhi gerakan pemikiran tokoh-tokohnya dalam melahirkan teori, tidak terkecuali Vilfredo Paareto dalam melahirkan konsep ‘Elit’ dalam menganalisa perubahan sosial yang terjadi pasca Revolusi Perancis.



8



Teori Elit-Vilfredo Pareto



Pada abad ke 17, istilah “elit” berkembang menjadi a choice of persons (orang-orang pilihan). Selanjutnya pada abad ke 18, dipakai dalam bahasa Perancis untuk menyebut sekelompok orang yang memegang posisi terkemuka dalam suatu masyarakat. Konsep inilah yang kemudian masuk melalui teori elit sosiologis yang diajukan oleh Villfredo Pareto. B. Realitas Sosial yang Melahirkan Teori Elit Vilfredo Pareto dalam teori elit-nya memusatkan perhatian pada elit dalam artian kelompok orang yang secara langsung menggunakan, atau berada dalam posisi memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap penggunaan, kekuatan politik. Pada saat yang sama elit yang memerintah itu sendiri terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang sangat berbeda. Pareto mengamati bahwa “lapisan atas masyarakat, elite, yang mencakup kelompok-kelompok masyarakat tertentu tersebut, tidak selalu terdefinisikan secara tegas, dia hanya menyebutnya sebagai aristokrasi”. Pokok masalah elit yang memerintah dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda dipertajam dalam kajian tentang elit di Perancis oleh murid Pareto sendiri, Marie Kolabinska, yang membahas secara eksplisit pergerakan individuindividu diantara subkelompok-subkelompok yang berbeda dalam elit yang memerintah. Selanjutnya lebih jauh mengamati secara rinci sejarah empat kelompok tersebut, yaitu, hartawan, bangsawan, aristokrasi bersejata dan pimpinan gereja. Pada saat yang sama muncul gejala elit baru sebagai realitas sosial di Inggris, menunjukkan bahwa pekerja industri di Inggris telah menghasilkan elit persatuan dagang. Penjelasan ini terlihat dari contoh-contoh



9



Teori Elit-Vilfredo Pareto



kemunculan elit dalam periode-periode yang berbeda dalam sejarah Perancis, kelas-kelas komersial, kelas-kelas, industry, kaum borjuis, pengacara dan ahli keuangan. Secara pribadi Pareto berhubungan baik dengan kaum sosialis, tetapi secara teoritis, dia menganggap bahwa ide-ide ekonomi kaum sosialis sama sekali cacat. Pareto menjadi curiga dengan motif kemanusiaan mereka dan mencela para pemimpin sosialis sebagai “perampok aristokrat” yang mengancam akan merampas negeri. Pareto juga mengkritik pemerintahan Giovani Giolitti - seorang Perdana Menteri Italia yang menjabat 5 kali antara tahun 1892 sampai 1921 – yang tidak mengambil sikap dan tindakan yang keras terhadap pemogokan buruh. Pergolakan buruh di Itali yang semakin meningkat membuat Pareto menjadi seorang anti sosialis dan anti demokrasi. Penolakannya pada sosialisme dia tulis dalam sebuah buku kritis yang berjudul Les systemes socialistes (1902). Kajian ini membawa Pareto pada sosiologi dan teori politik umum dimana dia juga mengusahakan untuk menerapkan metode empiris dan posivistis, yang untuk beberapa tingkatan mengikuti Auguste Comte dan Herbert Spencer, tetapi dia mencapai kesimpulan yang sangat berbeda. Teorinya diterangkan didalam karya besarnya, Trattato di sociologia generale (1916), yang dalam judul bahasa Inggris dikenal sebagai The Mind and Society. Walaupun Pareto menolak sosialisme dan demokrasi, tetapi sikapnya terhadap fasisme pada masa akhir hayatnya masih merupakan masalah yang kontroversial. Akibat kecewa terhadap rejim Italia dan Perancis saat itu yang berkali-kali mengangkangi publik maka dalam sebuah artikel berjudul Rivista (1900) Pareto



10



Teori Elit-Vilfredo Pareto



yang sedianya adalah seorang radikal demokrat banting setir menjadi seorang yang anti demokrat dan diakhir hayatnya dipuja-puji oleh rejim fasis Italia. Pengalaman dari berbagai kekacauan di Italia dan Perancis pada tahun 1890-an menyadarkan Pareto bahwa semua yang terjadi bukannya usaha membangun demokrasi sejati, berdasarkan meritocracy dan untuk kesejahteraan sosial, melainkan gerakan-gerakan radikal untuk menggantikan élit yang satu dengan élit yang lain. Sementara privileges dan struktur kekuasaan tetap tidak berubah. Perjuangan bukan untuk kebaikan masyarakat, tetapi terutama merupakan perkelahian di antara élit mengenai siapa yang seharusnya memerintah. C. Pemikiran Politik dan/atau Teori Sosial yang Mempengaruhi Teori Elit Pemikiran Vilfredo Pareto sangat dipengaruhi oleh: 1. Auguste Comte (1789-1857) Auguste Comte, seorang Prancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama-tama member nama pada ilmu tersebut (socius dan logos). Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis. Comte termasuk pemikir yang digolongkan dalam Positivisme yang memegang teguh bahwa strategi pembaharuan termasuk dalam masyarakat itu dipercaya dapat dilakukan berdasarkan hukum alam. Masyarakat positivis percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial dapat



11



Teori Elit-Vilfredo Pareto



digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukumhukum itu. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat dasar dari suatu organisasi sosial suatu masyarakat sangat tergantung pada pola-pola berfikir yang dominan serta gaya intelektual masyarakat itu. Dalam perspektif Comte, struktur sosial sangat mencerminkan epistemologi yang dominan, dan Comte percaya bahwa begitu intelektual dan pengetahuan kita tumbuh maka masyarakat secara otomatis akan ikut bertumbuh pula. 2. Herbert Spencer (1820-1903) Dalam bukunya The Principles of Sociology (3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Salah satu konsepnya Menurut Spencer, pribadi mempunyai kedudukan yang dominan terhadap masyarakat. Secara umum perubahan alamiah di dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat sekitarnya. Kumpulan pribadi dalam kelompok atau masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam menentukan kualifikasi. 3. Emile Durkheim (1858-1917) Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya pada masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena



12



Teori Elit-Vilfredo Pareto



sosial. Bersama Herbert Spencer Emile Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme. Pareto mewarisi tradisi positivisme yang dipengaruhi oleh ketiga tokoh diatas, dimana sosiologi harus masuk dalam disiplin empirisme lewat metode logika eksperimental dengan penyelidikan yang didasarkan pada pengalaman dan pengamatan. Pareto percaya bahwa masyarakat alami adalah masayarakat yang berkeseimbangan dan dinamis. Namun patut juga dicatat bahwa meski Pareto sangat dipengaruhi oleh pemikiran Comte dan Spencer tersebut namun akhir kesimpulannya pada pengalaman dan pengamatan Pareto melihat perubahan sosial jadi agak berbeda. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat masyarakat berevolusi secara linear, sedang menurut Pareto evolusi masyarakat lebih unilinear (melingkar).



D. Latar Belakang Pribadi Vilfredo Pareto Nama lengkapnya Vilfredo Federico Damaso Pareto (15 July 1848 – 19 August 1923) atau Wilfried Fritz Pareto



adalah seorang Itali, menempuh



pendidikan sebagai ahli tehnik, kemudian menjadi ahli ekonomi, sosiologi, ilmu politik dan filsafat. Dia mencoba menerapkan metode matematika dan fisika pada ilmu sosial. Dia adalah anggota dari aliran matematik dalam ekonomi dan



13



Teori Elit-Vilfredo Pareto



menguraikan fungsi ekonomi tidak hanya untuk sistem kapitalis liberal, tetapi juga untuk sistem monopolistis dan kolektifis. Pareto lahir pada tahun 1848 sebagai anggota keluarga bangsawan Genoa yang mengasingkan diri ke Paris, yang saat itu merupakan pusat revolusi rakyat. Ayahnya, Raffaele Pareto (1812 – 1882) adalah seorang bangsawan dan ahli tehnik sipil Itali yang meninggalkan Itali bersama-sama para nasionalis Itali pada masa itu. Ibunya, Marie Metenier, adalah seorang wanita Perancis yang sangat terpengaruh dengan revolusi Jerman tahun 1848. Masa kecil Pareto dihabiskan dilingkungan kelas menengah dan menerima pendidikan dengan standard yang tinggi. Pada tahun 1870 dia lulus sebagai ahli tehnik dari Universitas di Turin, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Politekhnik Turin. Dalam beberapa tahun setelah lulus, Pareto bekerja sebagai ahli tehnik sipil yang pertama pada perusahaan kereta api milik negara dan kemudian pada perusahaan swasta. Pareto baru mulai menggeluti masalah ekonomi secara serius pada usia pertengahan empat puluhan. Pada tahun 1885 Pareto diangkat sebagai pengajar bidang ekonomi dan menejemen pada Universitas Florence. Selama tinggal di Florence dia banyak terlibat dalam kegiatan politik, yang sesungguhnya lebih didorong oleh kekecewaan



pribadinyanya



pada



para



pembuat



kebijakan



pemerintah



(Pemerintahan Pada tahun 1889 setelah kematian orang tuanya, Pareto merubah gaya hidupnya, keluar dari pekerjaannya dan menikahi seorang gadis Rusia yang bernama Alessandrina Bakunin, yang kemudian meninggalkan Pareto bersama seorang pelayan muda. Pada tahun 1893 Pareto diangkat sebagai pengajar ekonomi pada sebuah Universitas di Lausanne, Swiss, dimana dia tinggal disana



14



Teori Elit-Vilfredo Pareto



selama sisa hidupnya. Pada tahun 1906 dia mempublikasikan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa 20 % (dua puluh persen) penduduk memiliki 80 persen (delapan puluh persen) kekayaan di Itali, yang kemudian digeneralisasi oleh Joseph M. Juran menjadi prinsip Pareto (juga sering diistilahkan sebagai hukum 80 – 20 atau prinsip 80 - 20). Pada tahun 1909 dia mempublikasikan karyanya yang menunjukkan bahwa prinsip Pareto mengenai bagaimana kekayaan didistribusikan berlaku didalam seluruh kehidupan masyarakat manusia dari dahulu hingga sekarang dan berlaku di dalam masyarakat manapun, Negara manapun. Dibidang ilmu ekonomi Pareto memberikan beberapa kontribusi penting, terutama dalam studi mengenai distribusi pendapatan dan dalam analisis mengenai pilihan individu. Pareto juga dipandang sebagai orang pertama dan yang mempopulerkan penggunaan istilah elit didalam analisis sosial. Banyak ahli ekonomi sangat memuji Pareto, karena warisannya dalam bidang ekonomi sangat mendalam, dimana dia dipandang sebagai salah satu ahli yang membawa lapangan ilmu ekonomi keluar dari cabang filsafat moral dengan memasukkan data lapangan yang intensif dan persamaan matematis kedalam penelitian ekonomi secara ilmiah. Bukunya tampak jauh lebih modern, mirip dengan bukubuku ekonomi modern dibandingkan dengan kebanyakan buku-buku ekonomi pada masanya. Buku ekonominya dipenuhi dengan table statistic dari seluruh dunia dan masa, barisan tanda-tanda integral dan persamaan, chart dan grafik yang rumit. Secara pribadi Pareto berhubungan baik dengan kaum sosialis, tetapi secara teoritis, dia menganggap bahwa ide-ide ekonomi kaum sosialis sama sekali



15



Teori Elit-Vilfredo Pareto



cacat. Namun kemudian dia menjadi curiga dengan motif kemanusiaan mereka dan mencela para pemimpin sosialis sebagai “perampok aristokrat” yang mengancam akan merampas negeri. Pareto juga mengkritik pemerintahan Giovani Giolitti yang tidak mengambil sikap dan tindakan yang keras terhadap pemogokan buruh. Pergolakan buruh di Itali yang semakin meningkat membuat Pareto menjadi seorang anti sosialis dan anti demokrasi. Penolakannya pada sosialisme dia tulis dalam sebuah buku kritis yang berjudul Les systemes socialistes (1902). Kajian ini membawa Pareto pada sosiologi dan teori politik umum dimana dia juga mengusahakan untuk menerapkan metode empiris dan posivistis, yang untuk beberapa tingkatan mengikuti Auguste Comte dan Herbert Spencer, tetapi dia mencapai kesimpulan yang sangat berbeda. Teorinya diterangkan didalam karya besarnya, Trattato di sociologia generale (1916), yang dalam judul bahasa Inggris dikenal sebagai The Mind and Society. Walaupun Pareto menolak sosialisme dan demokrasi, tetapi sikapnya terhadap fasisme pada masa akhir hayatnya masih merupakan masalah yang kontroversial. Pada tanggal 19 Agustus Tahun 1923 Pareto meninggal dunia di Jenewa, Swiss. E. Pertanyaan Teoretik yang Diajukan dalam Teori Elit. Selama membangun teori elit-nya, Vilfredo Pareto tampaknya bertumpu pada pernyataan mendasar, yaitu dalam semua masyarakat - dari masyarakat yang paling terbelakang, hingga ke masyarakat yang paling kuat dan maju – akan selalu muncul dua kelas –kelas minoritas yang berkuasa dan kelas mayoritas yang dikuasai. Kelas yang memerintah inilah yang disebut oleh Pareto dengan istilah elit dimana menjadi lokus kajian pengembangan teorinya. Elit merupakan kelas



16



Teori Elit-Vilfredo Pareto



sosial yang dianggap sebagai kelas sosial yang tinggi di dalam masyarakat dan hanya bisa dimasuki oleh segolongan orang yang memilki kemampuan yang lebih dibandingkan orang lainya karena cenderung eksklusif dan tertutup untuk bisa dijangkau oleh kelas masyarakat biasa yang ingin menjadi elit. Terkait gagasan fundamental teorinya tentang sirkulasi elit ada pertanyaan mendasarnya yaitu, apakah sirkulasi elit itu mengacu pada proses dimana individu-individu berputar diantara elit dan non-elit, ataukah mengacu pada proses dimana elit satu digantikan oleh elit yang lain? Pareto meyakini bahwa dalam setiap masyarakat ada gerakan yang tidak dapat ditahan dari individu dan kelompok elit kelas atas hingga kelas bawah, dan sebaliknya dari tingkat bawah ke atas yang melahirkan unsur-unsur yang menjatuhkan kelas yang memegang kekuasaan, dan meningkatkan superior kelompok yang lain. Supaya tidak terjadi pergolakan dan instabilitas didalam pergantian elit menurut pareto sebagai tesisnya maka perlu diadakan Sirkulasi Elit. Vilfredo Pareto sebagai orang yang telah melahirkan teori elit tetaplah tidak lepas dari berbagai kritik. Pertama mempertanyakan bahwa pandangan teori elite Pareto tidak sejalan dengan pandangan teori pluralis Karl Marx.Teori pluralis menolak anggapan bahwa kekuasaan berkonsentrasi pada kelompok elite. Sebaliknya lebih percaya bahwa kekuasaan tersebar merata ke berbagai macam kelompok dalam masyarakat. Dasar terbentuknya teori ini adalah anggapan bahwa sebenarnya negara hanya di jalankan oleh para rakyat-rakyat minoritas yang tidak mempunyai kekuasaan secara mutlak. Para pemangku kebijakan hanya membuat sebuah



17



Teori Elit-Vilfredo Pareto



peraturan yang untuk selanjutnya dijalankan oleh para masyarakat dan dipatuhi oleh masyarakat secara keseluruhan. Pada hakekatnya hal ini sepertinya sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat dunia. Karena pada hakekatnya kondisi seperti tersebut tidak mampu untuk di pisahkan satu sama lainnya. Rakyat minoritas tentunya tidak akan mampu bertindak diluar peraturan, karena mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan hal tersebut. Kondisi seperti inilah yang coba di manfaatkan oleh para kaum elite untuk menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk mengatur para masyarakat kelas minoritas. Akan tetapi apabila dilihat secara keseluruhan teori ini tidak mampu memberikan sebuah solusi atas permasalahan yang terjadi. Para pemikir seperti Mosca dan Pareto sepertinya tidak mampu memberikan solusi alternatif dari tanggapan mereka yang menolak pandangan Marxis yang menitikberatkan pada revolusi kelas. Teori ini hanya menekankan mengenai hubungan negara dan masyarakat dalam konteks keterbatasan serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh para aktor-aktor di dalamnya. Kritik selanjutnya terhadap teori elit adalah teori ini justru memandang ketidakadilan dalam pembagian kekuasaan antara elit dan massa sebagai bukti dari kekuatan elit itu sendiri, bukan sebagai kelemahan dari sistem politik, karena ini bukan bukti dari ketidakadilan kekuasaan, melainkan ketidakadilan dalam struktur seperti kelas, ras, dan jender yang seringkali menjadi objek dan tereksklusi. Kritikan berikutnya menurut pandangan analisis teori elite politik, baik analisis Vilfredo Pareto maupun Gaetano Mosca dianggap telah gagal dalam menjelaskan bagaimana dan mengapa elite baru bisa memperoleh sumber daya



18



Teori Elit-Vilfredo Pareto



kekuasaan yang dibutuhkan untuk memerintah. Pandangan analisis teori tentang the circulation of the elite yang berkembang di Eropa tersebut telah mendapat kritikan dari teori oligarki elite (teori elite politik) yang dipelopori oleh Charles Wright Mills di Amerika. Sebaliknya, analisis teori sirkulasi elite gaya Mosca kurang relevan untuk menjelaskan persoalan the circulation of the elite. Hal ini karena analisis Gaetano Mosca terlalu fokus pada aspeks perjuangan klas (the ruling class). Konsep elit yang dikemukakan oleh Pareto dikritik oleh Samuel Edward Finer -seorang ilmuwan politik asal Inggris-menganggapnya belum sempurna. S.E Finer mengemukakan dua hal yang dianggap diabaikan Pareto. Pertama, Pareto tidak menghubungkan elit dengan kelas-kelas social dan ekonomi. Kedua, konsep kelas atau elit pemerintah yang dikemukakan oleh Pareto bersifat menyeluruh dan digunakan untuk mengungkapkan tipologi rejim-rezim yang jarang sekali digambarkan. Pendapat paling mutakhir dari George Moyser dan Margaret Wagstaffe (1987), pendekatan elitisme atau paradigma elitis masih memuculkan banyak perdebatan atas poin-poin pentingnya. Pendekatan elit dikritik memiliki hipotesis yang kurang teruji, tidak mampu membedakan teori normative dengan empiris sehingga tidak cukup data untuk melandasi teori empiris tersebut. Meskipun teori elit tidak kebal dari kritik, pendekatan elit dalam studi imu sosial amat membantu menjelaskan fenomena struktur sosial, khususnya struktur kekuasaan yang seperti piramida. Para elit ialah mereka yang punya pengaruh dan menentukan. Mereka ‘bukan orang biasa’ karena posisi dan pengaruhnya itu.



19



Teori Elit-Vilfredo Pareto



F. Penjelasan dari Teori Elit Pemikiran Sosiologi dalam Pareto membangun teori elit-nya didasarkan pada observasi tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta empiris (generalisasi empiris) dan diamika perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat waktu itu. Menurutnya, masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang, dan keseimbangan (equilibrium) tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia, serta tindakan-tindakan manusia tersebut tergantung dari keinginan serta dorongan di dalam dirinya. Pareto memandang bahwa setiap masyarakat terbagi dalam dua kategori. Elite yang memerintah (governing elite) dan massa (non elite) yang diperintah. Oleh karenanya kajian teori elite menyodorkan argumen bahwa sebagian besar rakyat bersifat apatis dan buta informasi tentang kebijakan publik. Dalam analisis kajian teori elite, posisi rakyat tidak diperhitungkan. Segala bentuk kebijakan hanya untuk mengokohkan status golongan elite. Vilfredo Pareto berpandangan bahwa dalam menganalisis dikotomi masyarakat sebagai akibat objektif dari hukum, meliputi beberapa kategori; Pertama, memandang masyarakat yang terdiri dari individu-individu berbeda-beda (tidak sama kemampuannya). Kedua. memandang bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas (lapisan) yaitu lapisan minoritas atau elite (yang memerintah) dan lapisan mayoritas atau massa (yang diperintah). Kelas minoritas mendominasi mayoritas dan menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu. Kelas mayoritas diatur dan dikendalikan kelas minoritas.



20



Teori Elit-Vilfredo Pareto



Secara ideologis minoritas (elite) sebagai pembela konservatif dari tertib politik yang sudah mapan. Kekuasaan adalah muara tujuan politik oleh para elite baik secara individu maupun kelompok. Konsepsi awal teori elite dilihat dalam karya Vilfredo Pareto Cours d’economie politique. Vilfredo Pareto percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan social dan politik. Mereka yang bias menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu merupakan yang terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai elite. Elite merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para pengacara, pengusaha, mekanik bahkan para bajingan. Vilfredo Pareto juga percaya bahwa elite yang ada pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari lapisan yang sama, yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, yang mempunyai kelebihan dalam matematika, music, karakter moral dan lain sebagainya. Karena itu menurut Vilfredo Pareto masyarakat terdiri dari 2 (dua) kelas. Pertama, lapisan atas, yaitu elite yang terbagi ke dalam elite yang memerintah (governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite). Kedua, lapisan yang lebih rendah, yaitu non elit. Pareto kemudian lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah. Menurut dia, berkuasa karena bisa menggabungkan antara kekuasaan dan kelicikan yang dilihatnya sebagai hal yang penting. -



Perspektif Teori Elit tentang Perputaran Elit (The Circulation of Elite)



21



Teori Elit-Vilfredo Pareto



Vilfredo Pareto merumuskan salah satu gagasan fundamental teori politiknya, yaitu, Perputaran Elit atau Penggantian Kekuasaan (The Circulation of Elite). Namun analisis perputaran elit ini tidaklah sesederhan pengertiannya. Ada permasalahan awal yang perlu dijelaskan bahwa, apakah perputaran elit mengacu pada proses dimana individu-individu berputar diantara elite dan non-elit? Ataukah mengacu pada proses dimana elit satu digantikan elit yang lain?. Kedua konsep tersebut diatas dalam perkembangan pemikiran Pareto lebih mendominasi yang pertama. Ketika membahas pembaruan aristokrasi, golongan yang memerintah mengalami pembaruan tidak hanya dalam hal jumlah, tetapi – ini lebih yang penting – dalam hal kualitas, diperbaharui dari kelas rendah. Pareto merujuk fenomena ini berulang-ulang bahwa terjadi perputaran individu-individu antar dua strata (elite dan non elit). Pada saat bersamaan Pareto juga mengacu pada perubahan social jenis lain yang sangat vital untuk equilibrium social dan terdiri dari timbul tenggelamnya elit baru. Murid Pareto Marie Kolabinska dalam tulisannya berjudul La circulation des elites en France lebih tajam menjelaskan tipe-tipe perputaran elit. Kolabinska membedakan tiga perputaran elit. Pertama, perputaran terjadi antara kategorikategori elit yang tengah berkuasa itu sendiri. Kedua, perputaran antara elit dan kelompok selain elit, yang dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu, individuindividu dari strata bawah berhasil memasuki elit yang ada, atau individu-individu dalam strata bawah bisa membentuk kelompok elit baru yang kemudian terlibat perebutan kekuasaan dengan elit yang ada. Perputaran elit ini terjadi akibat memudarnya kepentingan yang ada dan kemudian memunculkan kepentingan



22



Teori Elit-Vilfredo Pareto



baru. Pada intinya Pareto menjelaskan perputaran elit ini disebabkan perubahanperubahan karakteristik psikologis anggota elit disatu sisi dan anggota kelas bawah disisi lain (perubahan residu). Alur Sirkulasi Elit



equilibrium baru



elit baru



Revolusi-Elit yg memerintah tersisih



Keseimbang an (equilibrium ) sos-pol tdk stabil



tercipta pergantian elit Perputaran Elit mapan bukan hanya disebabkan menyusutnya kuantitas



tetap lebih pada menyusutnya dalam kualitas. Dalam analisisnya tersebut, Vilfredo Pareto menggunakan konsep residues dan derivation dengan menampilkan tipologi the foxes dan lion. Menurutnya kaidah elit yang memerintah ada dua macam. Pertama, elit pemerintah bisa dipertahankan dengan kecerdikan (tipologi foxes). Kedua, elit pemerintah dipertahankan dengan kekuatan (tipologi lion). Kategori ini mengklasifikasikan semua tingkah laku politik di dalamnya. Istilah ini masih diragukan, karena sepanjang risalah Pareto hanya sedikit atau malah tidak ada usaha untuk membuat penjelasan rinci bahwa dua jenis



23



Teori Elit-Vilfredo Pareto



kepribadian ini menentukan karakteristik/kepribadian tipe-tipe elit ini benar-benar ada. Pareto juga tidak menjelaskan secara gamblang bagaimana dua tipe sirkulasi elit dikaitkan satu sama lain, tentang bagaimana kekuasaan itu diperoleh oleh individu dan kelompok social, serta bagaimana jatuhnya kekuaasaan para elit tersebut. Dia hanya menjelaskan jika elit yang memerintah relatif terbuka untuk bekerjasama dengan individu yang berkualitas dan superior dari strata bawah, maka elit tersebut akan mudah untuk bertahan, sebaliknya, jika tidak maka akan mengalami perputaran elit. Pada



buku



Elementi



di



scienza politica



Gaetano



Mosca



juga



mengemukakan gagasan perputaran elit bahwa dalam kelas bawah juga terbentuk kelas penguasa dan seringkali kelas baru ini bersifat melawan terhadap kelas yang memerintah. Dalam pergantian elit lama ke elit baru. Perputaran elit oleh Mosca mengacu pada kualitas intelektual dan moral anggota-anggota elit. Kualitas intelektual dan moral dihasilkan oleh kondisi social, seperti semangat dalam pertempuran, kesigapan dalam menyerang, ketahanan dalam bertahan adalah kualitas yang terbentuk dari kondisi social, pengaruh tradisi dan lingkungan serta bawaan lahir individu satu dengan lainnya membuat mereka menentukan apakah mereka berada ditempat yang tinggi, rendah atau rata-rata dalam kondisi social manapun. Selanjutnya Mosca dalam menjelaskan formulasi politik lebih tertarik pada representasi (perwakilan) sebagai versi khusus dan mekanisme stabilitas sosial.



Menurut pandangan analisis teori elite politik, baik analisis Vilfredo



Pareto maupun Gaetano Mosca dianggap telah gagal dalam menjelaskan bagaimana dan mengapa elite baru bisa memperoleh sumber daya kekuasaan yang



24



Teori Elit-Vilfredo Pareto



dibutuhkan untuk memerintah. Pandangan analisis teori tentang the circulation of the elite yang berkembang di Eropa tersebut telah mendapat kritikan dari teori oligarki elite (teori elite politik) yang dipelopori oleh Charles Wright Mills di Amerika. Sebaliknya, analisis teori sirkulasi elite gaya Mosca kurang relevan untuk menjelaskan persoalan the circulation of the elite. Hal ini karena analisis Gaetano Mosca terlalu fokus pada aspeks perjuangan klas (the ruling class). Analisis varian teori elite yang dijadikan bahan rujukan penjelasan tentang the circulation of the elite dalam fenomena konflik yang dijadikan kajian studi teori sirkulasi elite Vilfredo Pareto. Dalam menjelaskan persoalan the circulation of the elite, terdapat persamaan dan perbedaan analisis teori sirkulasi elite dalam menjelaskan tentang peran elite dan struktur kekuasaan. Persamaan pandangan Gaetano Mosca dan Vilfredo Pareto berkaitan dengan konsep munculnya sirkulasi elite. Mereka menolak pandangan tentang kedaulatan rakyat yang diungkapkan oleh teori demokrasi elitis. Sedangkan keduanya berbeda pandangan tentang basis untuk kekuasaan elite. Analisis Mosca tidak setajam Vilfredo Pareto dalam membahas idealisme dan humanisme serta pandangan terhadap masalah-masalah penggunaan kekuatan. Penjelasan Mosca lebih menekankan pada persoalan the ruling class dan Vilfredo Pareto lebih terkonsentrasi pada penjelasan tentang persoalan the circulation of the elite. Analisis teori Vilfredo Pareto menggunakan pendekatan



sosio-psikologi



yang



berbasis



pada



masyarakat



yang



berkeseimbangan. Analisis Vilfredo Pareto menolak pandangan teori marxis dan liberalis tentang hubungan negara dengan masyarakat sipil. Menurut para teoretisi



25



Teori Elit-Vilfredo Pareto



elite, kedua teori tersebut mengandung ancaman logika egalitarian (semua orang sederajat) yang mengabaikan realitas sejarah. Pada konteks negara sebagai wilayah kerja kekuasaan elit, sehingga struktur dapat mempengaruhi individu. Fokus analisis kajian ini tentunya berkaitan dengan kelompok elite yang dapat menjangkau pusat kekuasaan. Bertitik tolak dari hal tersebut analisis teori elite memandang bahwa munculnya proses the circulation of elite (pergantian elite) bermuara dari munculnya proses dekay (pembusukan) dalam kehidupan politik para elit. Proses the circulation of elite itu dapat mengkonstruksi tumbuhnya pertarungan perebutan posisi kekuasaan antar elite karena tidak ada elite pemegang kekuasaan itu menyerahkan kekuasaannya pada para elite lain. Penjelasan analisisnya ini berbasis pada pendekatan ide dasarnya bahwa struktur dapat mempengaruhi individu. Berdasarkan ide dasarnya bahwa struktur dapat mempengaruhi individu dan individu dapat mempengaruhi struktur. Analisis penjelasan Vilfredo Pareto melalui teori sirkulasi elite memfokuskan pada peran elite sebagai pengendali. Analisis teori sirkulasi elite tersebut menerangkan bahwa distribusi kekuasaan berada di tangan elite (minoritas). Dalam pergantian elite sangat dipengaruhi oleh situasi yang berkembang. Situasi dan sistem korup, memungkinkan figure unskilled (moyoritas) menaiki jenjang elite berkuasa (the governing elite) yang memegang kekuasaan dan berdampat politik.



Kajian



perspektif teori elite tentang the circulation of the elite tersebut selalu berbasis pada pokok persoalan kelompok elite yang dapat menjangkau pusat kekuasaan. Hal ini muncul karena rakyat tidak mempunyai akses dalam formulasi dan



26



Teori Elit-Vilfredo Pareto



implementasi kebijakan publik. Analisis kajian ini bertumpu pada konsep dasar analisis teori elite bahwa di dalam kelompok penguasa terdapat elite penguasa dan tandingan. Kelompok elite berposisi sebagai penguasa (yang memerintah) yang dapat mengendalikan massa di tataran grassroot (yang diperintah). Hubungan keduanya sangat kompleks, sehingga posisi teori elite terpecah-pecah menjadi banyak varian. Banyak jebakan dalam menganalisisnya, sehingga perlu ditentukan tentang relevansi teori. Atinya teori-teori dalam Ilmu Sosiologi dibuat silih berganti antara satu teori dan teori lain yang bersifat parsial (lepas). Masingmasing teori tidak pernah dikembangkan secara mendalam dan menganalisis masyarakat dari tampak samping. -



Perspektif Teori Elit tentang Kekuasaan Politik



Dalam bidang kekuasaan politik, teori yang dimaksud dapat disebut ideologi penguasa atau ideologi elite. Bagi ahli teori elite, seperti ahli sosiologi klasik Vilfredo Pareto, penggunaan kekuasaan sebagian besar tergantung kepada kemampuan elite untuk membentuk suatu ideologi yang dapat memanipulasi massa. Menurut Pareto, teori liberal mengenai demokrasi parlementer memberi gambaran tentang bentuk ideologi yang menjadi kedok dari dominasi elite. Pareto, seorang liberal yang dikecewakan dan kemudian menjadi pendukung Mussolini mungkin agak sinis, tetapi pernyataan bahwa demokrsi parlementer dalam kenyataannya menjadi kedok dari peranan kelompok elite, mengundang perhatian yang serius. Tidaklah luar biasa jika terdengar bahwa anggota parlemen menyatakan karena mereka adalah wakil rakyat yang dipilih secara demokratis, mereka tidak harus bertanggung jawab terhadap anggota-anggota partainya atau



27



Teori Elit-Vilfredo Pareto



terhadap siapapun. Pemilihan secara demokratis mengabsahkan kekuasaan politikus. Baik dari pandangan elite maupun konsensus, pemilihan melimpahkan kekuasaan kepada orang yang terpilih. Jika menurut teoritis konsensus kekuasaan kepada orang yang terpilih. Jika menurut teoritis konsensus kekuasaan ini cenderung dipergunakan untuk kesejahteraan umum, maka menurut teoritisi elite kekuasaan dipergunakan semata-mata unntuk kepentingan kaum elite. Menurut Pareto, beberapa partai yang bersaing dalam memperebutkan kedudukan dalam parlemen sebenarnya tidaklah menggambarkan beberapa elite yang bersaing, tetapi lebih merupakan bermacam-macam wajah dari elite yang tunggal yaitu elite penguasa. Para elit penguasa tersebut tentunya tergabung dalam sebuah organisasi yang membutuhkan kerjasama antar penguasa elit. Berdasarkan pada teori yang dikembangkan oleh Vilfredo Pareto dan C.I. Barnandrd, semua hubungan organisasi manusia didasarkan pada suatu penghargaan seperti kerjasama dalam sistem sosial. Beberapa pengamatan atau bahkan penelitian terhadap mesin dan teknologi yang sebenarnya merupkan bagian dari sistem sosial merupakan hal yang banyak terjadi dalam suatu organisasi. Itulah konsep kekuasaan teori elit yang disampaikan oleh salah satu tokoh sosiologi klasik, Vilfredo Pareto. G. Kata-kata Kunci dalam Teori Elit. Kata kunci dalam teori Elite Vilfredo Pareto antara lain: - Residu Elit merupakan sekelompok orang yang mempunyai bakat yang menonjol dalam kegiatan bidang tertentu dalam bidang politik. Analisa pareto didasarkan dari sudut psikologi, bahwa ada sifat elit yang menonjol, sifat menonjol itu disebut



28



Teori Elit-Vilfredo Pareto



residu. Konsep Pareto, residu diartikan sebagai suatu manifestasi dari perasaan orang-orang yang menonjolkan diri dalam bentuk-bentuk kegiatan. - Derivation Di negara yang menganut sistem politik demokrasi para elit politik dominan menggunakan cara memerintah dengan kelicikan. Para elit politik berupaya untuk mengabsahkan atau merasionalkan kekuasaan elit dengan menggunakan cara penyerapan atau derivasi (derivation). Derivasi (derivation) merupakan suatu usaha mempertahankan elit dengan menggunakan akal rasional yang sifatnya sengaja membenarkan tindakan –tindakan elit dengan isu-isu tertentu. - Sirkulasi Elit Fokus analisis kajian teori elite berkaitan dengan kelompok elite yang dapat menjangkau pusat kekuasaan. Bertitik tolak dari hal tersebut analisis teori elite memandang bahwa munculnya proses the circulation of elite (pergantian elite) bermuara dari munculnya proses pembusukan dalam kehidupan sosil dan politik. Proses the circulation of elite itu dapat mengkonstruksi tumbuhnya pertarungan perebutan posisi kekuasaan antar elite karena tidak ada elite pemegang kekuasaan itu menyerahkan kekuasaannya pada para elite lain. - Equilibrium Menurut Pareto, masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang (equilibrium) dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia juga tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Masyarakat yang berkeseimbangan dijadikan basis analisis teori elit dengan pendekatan sosio-psikologi, dalam menjelaskan timbul tenggelamnya para elit. ****



29



Teori Elit-Vilfredo Pareto



BAB III PENUTUP Vilfredo Pareto dikenal sebagai pendukung paradigma fungsionalisme. Dia menawarkan model masyarakat berkeseimbangan yang sangat mempengaruhi 30



Teori Elit-Vilfredo Pareto



tokoh fungsionalisme modern Talcot Parsons. Pareto mewarisi tradisi positivisme, dimana sosiologi harus masuk dalam disiplin empirisme lewat metode logika eksperimental dengan penyelidikan yang didasarkan pada pengalaman dan pengamatan. Pareto percaya bahwa masyarakat alami adalah masyarakat yang berkeseimbangan dan dinamis. Berbeda dengan Auguste Comte dan Herbert Spencer yang melihat masyarakat berevolusi secara linear, menurut Pareto evolusi masyarakat lebih unilinear. Vifredo Pareto telah membuat teori dalam yang dianggap sebagai eksperimental sosial. Sosiologinya didasarkan pada eksperimen tehadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta, dan rumus-rumus matematis. Dalil-dalil yang umum, kata Pareto hendaknya dibentuk atas dasar metode induksi. Menurut dia, masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongandorongan dalam dirinya. Gagasan teori “Circulation of the Elites”, menjelaskan kelompok kecil dari orang-orang elit dalam sebuah komunitas ternyata memiliki pengaruh besar pada sebagian besar populasi. Sedangkan mempelajari apa yang disebut “sirkulasi elit” dalam sistem politik, memprediksi kekuatan yang mungkin bergeser dari satu kelompok kecil yang lain, tetapi kehidupan masyarakat akan tetap sama. Konsep "Circulation of the Elites" digunakan untuk memperbaharui konsep Marxisme yang mengagungkan kekuatan masyarakat. Mengenai penyebab runtuhnya elit yang berkuasa, Pareto menjawab pertanyaan ini dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam



31



Teori Elit-Vilfredo Pareto



sifat psikologis berbagai kelompok elit yang berbeda. Dalam hubungan inilah Pareto mengembangkan konsep residu. Konsep ini didasarkan pada perbedaan antara tindakan logis dan non-logis dari individu-individu dalam kehidupan sosialnya. Yang dimaksud tindakan logis adalah tindakan-tindakan yang diarahkan pada tujuan-tujuan yang dapat diusahakan serta mengandung maksud pemilikan yang pada akhirnya dapat dijangkau. Sedangkan yang dimaksud residu adalah kualitas-kualitas yang dapat meningkatkan taraf hidup seseorang, dan sementara dia menyusun suatu daftar enam residu, ia mengikatkan kepentingan utamanya pada residu "kombinasi" dan residu "keuletan bersama" dengan bantuan elit yang memerintah, yang berusaha melestarikan kekuasaannya. Residu of Combination, dimaknai sebagai manifestasi yang mempunyai indikasi adanya intelegensia ketajaman berfikir dan penggunaan akal rasional. Tipe ini bercirikan; memerintah dengan cara rasional dan intelegensia tinggi walaupun kadang-kadang dengan tipu muslihat yang licik. Tipe ini tidak mempunyai kekuatan sehingga pada saat diperlukan kekuatan atau kekerasan maka elit ini akan jatuh. Selanjutnya Residu of Agregation. Merupakan suatu bentuk manifestasi yang mewujudkan atau menonjolkan kekerasan, sifat patriotis dan konservatif. Tipe ini bercirikan selalu menonjolkan kekerasan dan ancaman, tetapi tidak berarti elit ini tidak akan jatuh, justru dengan kekerasan biasanya mereka akan memancing timbulnya revolusi-revolusi baru. Menurut Pareto kombinasi kedua tipe tersebut merupakan yang terbaik, karena menurut pareto elit yang ragu-ragu menggunakan kekerasan akan menjadi lemah tetapi sebaliknya elit yang selalu menggunakan kekerasan akan memancing timbulnya pergantian elit secara



32



Teori Elit-Vilfredo Pareto



revolusioner. Supaya tidak terjadi pergolakan dan instabilitas didalam pergantian elit menurut pareto maka perlu diadakan sirkulasi elit. Akhir kata timbul tenggelamnya kelompok elit adalah merupakan sebuah mekanisme alami. Eksistensi para elit ditentukan antara lain, sejauhmana mereka mampu mempertahankan posisi dan pengaruhnya ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang terus berubah. Daya tahan elit tidak hanya sebatas bagimana mampu beradaptasi dengan dinamika tersebut tetapi juga mampu memprtahankan dan mengembangkan pengaruhnya yang semakin meningkat. Sejarawan Arnold Toynbee mengatakan bahwa ‘dlm seluruh tindakan kreasi sosial, para pencipta adalah individu-inddividu yg kreatif. Namun perlu dicatat bawah para elit pula yang paling mampu menghancurkan peradaban yang telah dibangunnya. Dalam sejarah terlihat jatuh bangunnya peradaban-peradaban politik dunia sejak zaman kuno. Dalam buku ‘collapse’ (2005) Jared Diamond mencatat adanya destruktivitas peradaban yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan dan buruknya desain sosial, ekonomi dan politik. Lantas siapa yang menentukan desain sosial, ekonomi dan politik itu? Siapa lagi kalau bukan elit sebagai penentu kebijakan.



**** DAFTAR PUSTAKA Mufti, Muslim. (2013). Teori-Teori Politik. Bandung: CV Pustaka Setia. Varma, S.P. (2010). Teori Politik Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



33



Teori Elit-Vilfredo Pareto



Maliki, Zainuddin. 2010. Sosiologi Politik Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press). Johnson, Doyle Paul. (2009). Pengantar Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Diterjemahkan oleh Robert M.Z Lawang. Jakarta: Gramedia. Bottomore, T.B. (2006). Elite dan Masyarakat, Jakarta: Akbar Tandjung Institute. Chilcote, Ronald H. (2003). Teori Perbandingan Politik, Penelusuran Paradigma, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Keller, Suzanna. (1995). Penguasa dan Kelompok Elite: Peranan Elite dalam Masyarakat Modern. (Terj) Jakarta: Rajawali Press. Mannheim, Karl. (1991). Ideologi dan Utopia, Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik. Yogyakarta: Kanisius Mochtar Mas’oed & Colin MacAndrews. (1978). Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: UGM Press. Ricardo Perez Marco. On Pareto Theory Of Circulation Of Elites. Jurnal 2014. http://gagasanhukum.wordpress.com/2011/07/07/membongkar-demokrasi-elitis/ http://biarhappy.wordpress.com/2011/04/11/teori-elite-politik/



34



Teori Elit-Vilfredo Pareto



35