Teori Strukturis Dalam Sejarah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KELOMPOK Makalah Macam-Macam Teori dan Aliran Sejarah (Strukturis) Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Metodologi Sejarah Dosen Pengampu : Dr. Imas Emalia, M. Hum



Disusun oleh : Kelompok 9 Muhammad Ghulam Andika Muhammad Zielal Azizel Umar Arfakh Syath



11200220000053 11200220000112 11200220000045



Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2021



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan karunia kepada kita. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas penilaian mata kuliah teori dan metodologi sejarah. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan tentang macam-macam teori dan aliran sejarah terutama aliran strukturis. Kami sebagai penyusun tidak pernah lepas dari kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah ini apabila terjadi kesalahan pada makalah ini saya meminta maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kmai harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang, sekian terima kasih.



Jakarta, 13 November 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI……………………………………......................................................................ii BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................................1 1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2 1.3. Tujuan..............................................................................................................................2 BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................................................3 2.1. Perkembangan Metodologi Strukturis............................................................................3 A. Munculnya Aliran Strukturis.........................................................................................3 B. Agency dan Mentality...................................................................................................4 2.2. Tokoh yang terpengaruh aliran strukturis beserta karyanya...........................................6 A. Clifford Geertz dan Negara Teater................................................................................6 B. Emmanuel Le Roy Ladurie dan Carnival  in Romans...................................................8 BAB 3. PENUTUP...................................................................................................................11 3.1. Kesimpulan....................................................................................................................11 3.2. Saran..............................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12



ii



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Secara kategoris terdapat dua bidang ilmu yang kedudukannya berada pada dua ujung yang berlawanan. Ujung satu ditempati oleh Ilmu Pengetahuan Alam dan ujung yang lainnya ditempati oleh Ilmu Humaniora. Antara abad 18 smpai 19, sewaktu aliran rasionalisme memuncak dan mencapai fase positivisme, konsepsi tentang ilmu dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan alam yang demikian kuat sehingga ilmu tersebut seakan punya fungsi normative untuk menjadi “hakim” yang menentukan kriteria seberapa jauh berbagai cabang ilmu yang lain dapat dikategorikan sebagai science atau ilmu. Kriteria yang diciptakan untuk menentukan aturan atau hukum, sehingga dapat membuat generalisasi dan memprediksi masa depan. Berdasarkan kriteria yang ada pada saat itu, ilmu Humaniora termasuk Ilmu Sejarah dan ilmu humanis lainnya dikategorikan sebagai bukan ilmu karena tidak mampu merumuskan hukum. Ilmu sejarah dalam abad ke-20 berada dalam persimpangan jalan. Sejarah sebagai suatu perkembangan (development) kini banyak ditinggalkan untuk diganti dengan berbagai metodologi yang menolak perkembangan. Historisisme yang muncul sejak dekade ke-2 abad ke-20 Ini menolak prekembangan masyarakat, dan menolak kebelakang untuk menemukan nilai-nilai lama yang dikatakan bisa memantapkan situasi masa kini yang serba berubah dan tidak menentu; bahkan tidak jarang masa lampau yang dimaksud hanyalah proyeksi dari keinginan-keinginan subyektif masa kini. Wawasan ini mengingkari peranan manusia sebagai faktor sejarah, dan memberikan peranan sejarah justru pada tradisi-tradisi itu (baik yang obyektif maupun yang subyektif). Hal yang kemudian menjadi perdebatan dikalangan sejarawan sosial berkaitan dengan persoalan perubahan sosial ialah perbedaan ide tentang fungsi atau struktur pada satu sisi dan ide tentang peranan manusia selaku aktor pada sisi lainnya dan antara tinjauan kebudayaan sebagai supra struktur belaka dan kebudayaan sebagai suatu kekuatan yang aktif dalam sejarah, demikian juga perbedaan pandangan yang menyangkut analisis-analisis yang diperlukan untuk menjelaskan perubahan sosial itu secara teoritis dan metodologis. Munculnya pendekatan strukturis pada tahun 1980an adalah merupakan fenomena baru dalam lapangan metodologi sejarah dan memberi jawaban terhadap berbagai kendala 1



teoritis dan metodologis yang masih ditemukan dalam pendekatan struktural yang selama ini banyak



dianut.



Christopher



Lloyd,



seorang



sejarawan



ekonomi



Inggris,



telah



memformulasikan beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan seperti Cliffort Geertz, Emmanuel Le Roy Ladurie, Charles Tilly dan lain-lain serta mengemasnya menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan pendekatan "Strukturis" yang secara ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme.



1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Metodologi Strukturis dalam Sejarah? 2. Bagaimana Tokoh dan Karyanya yang terpengaruh Aliran Strukturis?



1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui perkembangan metodologi strukturis dalam sejarah 2. Untuk mengetahui tokoh yang terpengaruh aliran strukturis beserta karyanya



2



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1. Perkembangan Metodologi Strukturis A. Munculnya Aliran Strukturis Berkembangnya studi-studi sosial di Eropa abad ke-17 ditandai dengan munculnya berbagai analisis terhadap fenomena kemanusiaan seperti sosial, ekonomi dan politik. Keadaan ini menyadarkan para ilmuan bahwa kontribusi analisis-analisis sosial itu telah menawarkan peluang dan jalan baru bagi sejarah untuk memasuki kordinat disiplin ilmu yang nyaris setara dengan ilmu-ilmu lainnya. Pertemuan antara ilmu sosial dan sejarah terletak pada realitas sosial yang menjadi obyek pengamatannya dan dalam beberapa bahagian, studi-studi terhadap struktur sosial dan ekonomi ternyata lebih memperlihatkan kecendrungan historis meski menggunakan analisis-analisis struktural. Munculnya tokoh-tokoh sejarawan struktural dari kalangan sosiolog seperti Aguste Comte, Karl Marx, Engels, Spencer, Braudel dan lain-lain, telah mencerminkan perkembangan baru dalam lapangan ilmu kemanusiaan ini. Beberapa temuan teoritis telah banyak dihasilkan, akan tetapi tidak sedikit juga mengundang berbagai perdebatan ilmiah dengan munculnya sintesis-sintesis baru dalam sejarah sosial terutama menyangkut dengan model analisis yang digunakan. Hal yang kemudian menjadi perdebatan dikalangan sejarawan sosial berkaitan dengan persoalan perubahan sosial ialah perbedaan ide tentang fungsi atau struktur pada satu sisi dan ide tentang peranan manusia selaku aktor pada sisi lainnya dan antara tinjauan kebudayaan sebagai supra struktur belaka dan kebudayaan sebagai suatu kekuatan yang aktif dalam sejarah, demikian juga perbedaan pandangan yang menyangkut analisis-analisis yang diperlukan untuk menjelaskan perubahan sosial itu secara teoritis dan metodologis.1 Munculnya pendekatan strukturis pada tahun 1980an adalah merupakan fenomena baru dalam lapangan metodologi sejarah dan memberi jawaban terhadap berbagai kendala teoritis dan metodologis yang masih ditemukan dalam pendekatan struktural yang selama ini banyak dianut. Christopher Lloyd, seorang sejarawan ekonomi Inggeris, telah memformulasikan beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan seperti Cliffort Geertz, Emmanuel Le Roy Ladurie, Charles Tilly dan 1



Strukturisme Historis (http://serbasejarah.blogspot.com/2011/11/strukturisme-historis.html diakses pada tanggal 13 November 2021 pkl 08:00)



3



lain-lain serta mengemasnya menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan pendekatan "Strukturis" yang secara ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme. Epistemologi realis sebagai reaksi atas epistemologi idealis telah melahirkan suatu metodologi ilmu sejarah baru yang merupakan perkembangan lebih lanjut baik dari Postmodernisme maupun strukturalisme. Bahkan dapat dikatakan, bahwa metodologi baru yang dinamakan pendekatan strukturis itu, mencoba mengatasi kelemahankelemahan yang terkandung dalam metodologi struktural maupun metodologi individualis. Metodologi individualis(termasuk postinodernisme) temyata tidak sanggup menjelaskan perubahan sosial dengan baik, sedangkan pendekatan struktural malah bersifat determinis dan mengabaikan individu sebagai penggerak sejarah seperti terkandung dalam wawasan sejarah yang asli.2



B. Agency dan Mentality Agency dan mentality merupakan faktor yang harus dicari oleh peneliti dalam realitas sosial. Pendekatan yang digunakan dalam melihat perubahan sosial dengan melihat agency dan mentality adalah pendekatan strukturis. Pendekatan ini lazim digunakan dalam penelitian sejarah. Untuk memahami agency dan mentality terlebih dahulu harus memahami dasar ontologi yang digunakan dalam melihat masyarakat sebagai realitas sosial. Secara ontologis ada dua pengertian yang berbeda tentang masyarakat. Pandangan dari teori holistik menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang terintegrasi secara ketat (tightly integreted), sedangkan menurut teori strukturis masyarakat adalah sekumpulan individu yang terintegrasi secara longgar (lostly integrated). Dalam pandangan pertama masyarakat itu bukan merupakan struktur berubah, sedangkan dalam pandangan kedua masyarakat itu merupakan struktur yang berubah.3 Untuk meneliti perubahan sosial dalam suatu masyarakat maka pandangan ontologis yang kedualah yang kita pakai. Pandangan tersebut sesuai dengan pendekatan strukturis. Perubahan sosial terjadi dalam masyarakat karena adanya interaksi antar individu dengan kelompoknya di dalam maupun dengan pihak luar. Interaksi ini terjadi



2



Perkembangan Aliran Strukturis (https://singkatsejarah.blogspot.com/2016/07/perkembangan-aliranstrukturis.html diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 08:10) 3 Agus Mulyana, “Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial”, disampaikan pada Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 5 Agustus 2006.



4



karena individu-individu melakukan aksi-aksi dalam mencapai interesnya. Apabila terdapatnya interes yang sama maka akan terbentuklah komunitas. Struktur sosial yang dimaksud dalam pendekatan strukturis bukanlah kumpulan manusia yang kongkret, tetapi suatu unit yang memiliki ciri-ciri umum yang bersifat “emergence” berupa peran-peran, aturan-aturan, pola interaksi, dan pemikiran (mentalitie). Beberapa konsep penting yang menyangkut ontologi dalam metodologi structuris adalah struktur sosial yang longgar, “agency” dan mentality. Struktur sosial dikatakan longgar karena determinisme struktur yang tidak mencakup seluruh masyarakat. Dalam struktur yang demikian individu-individu tertentu ataupun keleompok



sosial



tertentu



dalam



masyarakat



bersangkutan



dapat



mengambil



langkahlangkah tertentu, baik untuk mempertahankan struktur sosial (“reproduksi”) ataupun tindakan-tindakan yang mengubah masyarakat (“transformasi”). “Agency” adalah bagian mutlak dari struktur sosial dan tidak bisa berdiri sendiri tanpa struktur sosial. Llyod mengemukakan, agency adalah kekuatan otonom dari suatu struktur sosial. Agency juga adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bertindak atas nama yang lain, sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Agency adalah individu atau kumpulan individu yang kongkret yang dapat ditangkap oleh pancaindera (“observable”).4 Agen memiliki kekuatan untuk bertindak sehingga membawa hasil yang diinginkan oleh agen. Agen sosial adalah orang-orang mereproduksi dan mengubah lingkungan struktural sosial mereka, serta mengubah lingkungan geografis dan ekologis mereka. Agen sosial tidak dibatasi dan dipaksa atas pilihan dan tindakan dari batasan struktural (ideologis, budaya, sosial, politik) dari kesadaran dan tindakan.5 “Mentality” mirip dengan “popular culture” dalam masyarakat, yaitu bagaimana mereka memahami diri mereka sendiri dan dunia mereka dan bagaimana mereka mengekspresikan diri sendiri melalui agama, ritus-ritus, busana, musik dan sebagainya.6 'Mentality' tidak dapat dirasakan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.  Dengan dasar ontologi yang menyatakan struktur sosial yang longgar, maka dalam pendekatan strukturis perubahan sosial tidak disebabkan oleh struktur sosial 4



Christopher Lloyd, (1993), The Structures of History, Cambridge : Blackwell Publisher, hlm. 93. Gani Nur Pramudyo, Metodologi Strukturisme dalam Penjelasan Sejarah (https://www.ganipramudyo.web.id/2021/07/metodologi-strukturisme-dalam.html diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 08:30) 6 Christopher Lloyd, (1993), The Structures of History, Cambridge : Blackwell Publisher, hlm. 97. 5



5



lainnya, tetapi perubahan struktur justru disebabkan oleh tindakan-tindakan kongkret dan observable dari manusia (individu atau kolektifitas) yang dengan sengaja mengubah peran, aturan, intreraksi berdasarkan pemikiran tertentu. 7 Pendekatan strukturis merupakan pendekatan yang seolah-olah menggabungkan antara hermenuetika dan struktur. Dalam pandangan lama beranggapan bahwa antara pendekatan hermenuetika dan struktural menunjukkan adanya dikhotomi. Hermenuetika tidak menampilkan struktur dan struktural tidak menampilkan aspek hermenuetika. Penggunaan hermenuetika dalam metodologi strukturis akan nampak manakala si peneliti ketika membaca sumber atau masuk terlibat ke dalam objek yang ditelitinya. Dalam kerja tersebut, peneliti akan melihat komponen “expressed intention” (pelaku dan pemikirannya, peristiwa) yang merupakan fenomena yang kasat mata, dapat ditangkap dengan pancaindera. Sedang struktur sosial merupakan “unobservable”, tidak dapat ditangkap dengan panacaindera. Struktur sosial hanya dapat ditemukan apabila si peneliti menggunakan teori. Si peneliti melakukan analisis, ketika menampilkan hingga struktur sosial yang tidak kasat mata (ubobservable). Dengan demikian aspek peristiwa dengan struktur sosial dalam metodologi strukturis menunjukkan adanya hubungan dualisme simbiosis.



2.2. Tokoh yang terpengaruh aliran strukturis beserta karyanya A. Clifford Geertz dan Negara Teater Clifford Geertz adalah salah seorang yang lebih dikenal sebagai antropolog dan banyak mempelajari tentang perubahan sosial di Indonesia. Ia dilahirkan di San Fransisco, Amerika Serikat, pada tahun 1926. Menyelesaikan studinya di Antioch College dan Harvard University, di mana ia belajar pada Departement of Social Relations di bawah bimbingan Talcot Parsons, seorang ahli sosiologi struktural fungsionalis. Karya-karya Geertz banyak menunjukkan pengaruh dari berbagai aliran pemikiran sosial pada abad ke-20. Beberapa aliran pemikiran yang mempengaruhinya ialah: pertama, sintesis idiosentrik baru fungsionalis dari Malinowski dan Parsons dan sosiologi makro Weber; kedua, sosiologi agama dari Weber; ketiga, pemikiran etnografi yang dipengaruhi oleh filsafat bahasa Wittgensteinian sebagaimana didukung oleh Ryle, Winch, dan Evans-Prichard; keempat, pengaruh yang sangat kuat dari teori-teori semiotik 7



Agus Mulyana, “Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial”, disampaikan pada Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 5 Agustus 2006.



6



Kenneth Burke dan Suzanne Langer; dan kelima, pengaruh dari teori hermeneutik yang dikembangkan oleh Ricoeur dan yang lainnya. Berbagai pengaruh aliran pemikiran sosial yang dipelajarinya itu membuat Geertz memilih sintesis baru dari Ilmu-ilmu Sosial. Geertz nampaknya menggabungkan hermeneutika dan realisme ilmiah. Dalam metodologi strukturis, Clifford Geertz termasuk ke dalam kelompok realisme simbolik. Ontologi realisme simbolik adalah ide sentral Geertz. Hal ini dapat kita temukan dari metodologi yang digunakan dalam tulisan-tulisannya. Realisme simbolik mengandung dua arti, yaitu: pertama, bahasa adalah struktur real yang simbolik yang ada secara independen di luar kesadaran, pemikiran, dan ucapan seseorang; dan kedua, bahasa sebagai realitas yang simbolik mengandung berbagai strata yang otonom yang realistis. Realitas sosial tidak seperti realitas alam. Realitas sosial adalah reproduksi dan transformasi produk dari interaksi sejarah sosial yang ada dalam konteks sosial dengan pemahaman secara simbolik atau bahasa. Bentuk interaksi sosial timbul dari sistem relasi sosial yang diorganisir melalui bentuk makna simbolik seperti agama, ideologi, seni, ilmu pengetahuan, dan hukum.8 Salah satu karyanya yang mengandung dasar ontologi realisme simbolik adalah Negara: The Theater State in Nineteenth-Century Bali. Dalam buku ini Geertz membangun kerangka studi sejarah sosial yang ekologis, etnografis, dan sosiologis dari bentuk perdaban asli Indonesia. Buku tersebut ditulis oleh Geertz dengan menggunakan pendekatan strukturis. Penggunaan model pendekatan strukturis dalam buku ini dapat dilihat dalam hal-hal berikut: Ontologi realisme yang menyatakan bahwa masyarakat terbentuk dalam sebuah struktur yang longgar (lostly integrated). Dalam struktur yang longgar akan menunjukkan bahwa perubahan terjadi bukan disebabkan oleh struktur luar, akan tetapi disebabkan



oleh



struktur



dari



dalam



yaitu



tindakan-tindakan



kongkret



dan observable dari manusia (individu atau kolektivitas) yang dengan sengaja mengubah peran, aturan, dan intreraksi berdasarkan pemikiran tertentu. Struktur yang longgar nampak sekali pada struktur masyarakat Bali, baik individu maupun kelompok, yang masing-masing melakukan peran dan tindakan kongkret.  Peran dan tindakan ini akan nampak terutama pada upacara-upacara keagamaan, yang masing-masing memerankan fungsinya seperti bagaimana peran rakyat, para bangsawan, pendeta, dan raja. Dari 8



Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-modelpendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:00)



7



tindakan-tindakan dan peran-peran tersebut maka akan terlihatlah apa arti dari “negara teater”, sebagai sebuah pertunjukkan. Geertz dengan pendekatan yang hermeneutik berhasil menemukan struktur sosial pada masyarakat Bali. Struktur sosial yang bersifat emergence ini akan nampak manakala  dilakukan upacara ritual keagamaan. Pada upacara keagamaan inilah peranperan, aturan-aturan, pola interaksi, dan pemikiran mentalitas dapat ditemukan. Dengan pendekatan hermeneutik yang simbolik, Geertz dapat menemukan pemahaman arti sebuah upacara keagamaan seperti yang ia contohkan dalam upacara ngaben. Dalam pemikiran akal yang sehat, pembakaran mayat adalah suatu tindakan yang tidak beradab. Akan tetapi, dengan memahami unsur mentaliteit yang ada pada masyarakat Bali, makna upacara ngaben ini dapat dipahami secara simbolik.9 Causal mechanism dapat diperoleh dengan ditemukannya struktur sosial. Dalam causal mechanism akan mempertanyakan mengapa orang Bali melakukan upacara keagamaan seperti upacara ngaben tersebut. Maka jawabannya dapat ditemukan dengan mengetahui unsur mentaliteit-nya. Unsur agency dalam karya Geertz dapat ditemukan yaitu pada peran rakyat, pendeta, bangsawan, dan raja. Raja dalam sebuah upacara keagamaan berperan sebagai sutradara dan sekaligus juga pemainnya. Begitu juga rakyat dan kelompok sosial lainnya menjadi pemain dalam pertunjukan upacara keagamaan. Peran dan tindakan yang dimainkan oleh masing-masing itu menunjukkan adanya kekuatan dari masing-masing untuk mengubah struktur.10



B. Emmanuel Le Roy Ladurie dan Carnival  in Romans Emmanuel Le Roy Ladurie dilahirkan di Calvados pada tahun 1929. Ia adalah anggota generasi ketiga dari aliran Annales, sebuah aliran yang didirikan pada akhir tahun 1920-an di Strasbourg oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch, yang menerbitkan jurnal bernama Annales d’Histoire et Sociale, yang kemudian pindah ke Paris pada pertengahan abad ke-20. Setelah Perang Dunia II jurnal tersebut terbit kembali. Pada tahun 1947 aliran Annales  dibentuk sebagai seksi keenam (ilmu sosial dan ekonomi) dari The Ecole Practique des Hautes Etudes di bawah pimpinan Ferdinand Braudel. Emmanuel Le Roy Ladurie menjadi editor Annales pada tahun 1969, menjadi Profesor Geografi di Nuvirsitas Paris VII dari tahun 1970-1973, dan Profesor Sejarah Peradaban 9



Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-modelpendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:00) 10 Ibid



8



Modern di The College de France pada tahun 1973. Emmanuel Le Roy Ladurie adalah seorang ahli sejarah yang menggunakan pendekatan strukturis. Berbeda dengan Geertz, Ladurie termasuk dalam pendekatan strukturis relasional. Analisis strukturis relasional menekankan pada struktur sosial tanpa mengabaikan agency. 11 Karya-karya Le Roy Ladurie pada awalnya dipengaruhi kuat oleh sejarah struktural model Braudel. Studi pertamanya yang menunjukkan sejarah struktur sosial dan sejarah ekologi dari wilayah, iklimnya dan sejarah agraria adalah The Peasant of Langedoc yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1966. Buku ini memberikan studi kuantitatif yang sangat detil mengenai keseluruhan evolusi ekonomi, sosial, dan kultural dalam periode waktu yang lama. Ia sangat peduli pada kemapanan hubunganhubungan antara geografi, ekonomi, struktur sosial, lembaga-lembaga, bentuk-bentuk kesadaran, dan perjuangan kelas. Carnival in Romans adalah salah satu karya Le Roy Ladurie yang menggunakan pendekatan strukturis. Carnival in Romans adalah sebuah perayaan keagamaan yang biasa dirayakan setiap tahun di Romans, sebuah kota yang berlokasi di sebelah tenggara Lyons dan salah satu bagian dari Provinsi Dauphine. Pada bulan Februari 1580, karnaval diselenggarakan dan ada suatu kejadian yang tidak seperti biasanya yaitu karnaval ini berubah menjadi sebuah pergolakan sosial dengan terjadinya pembunuhan yang berdarah. Dengan pendekatan strukturis Le Roy Ladurie mencoba menjelaskan mengapa Carnival in Romans berubah menjadi suatu pergolakan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ontologi realisme yang digunakan dalam pendekatan strukturis menyatakan struktur yang terbentuk adalah struktur yang longgar. Dalam struktur yang longgar individu atau kelompok sosial lainnya dapat melakukan peran atau tindakan yang mampu mengubah struktur sosial. Struktur yang longgar ditampilkan oleh Le Roy Ladurie dengan melakukan analisis sosilogis tentang setting desa (rural) dan kota (urban). Strata sosial yang ada di di Romans ada empat kelas sosial. Kelompok pertama disebut dengan estats. Yang termasuk dalam kelompok pertama ini adalah pemilik tanah, anggota borjuis patrician yang hidup sebagai bangsawan, bangsawan-bangsawan yang hidup di kota-kota dengan tidak membayar pajak dan doktor hukum. Kelompok kedua adalah mercantilie. Mereka adalah orang-orang yang sukses berdagang, menguasai industri kain lokal, jual 11



Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-modelpendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:10)



9



beli wol, dan memanage tanah yang dimiliki kaum bangsawan. Ketiga adalah kelompok pengrajin yaitu pengrajin tekstil (tirai) dan penyuplai makanan. Pengrajin secara ekonomi tergantung pada pedagang (merchant) yang menjual wol, membeli kain, dan meminjamkan modal. Kelompok terakhir adalah apa yang disebut dengan plowmen. Kelompok terakhir ini merupakan kelompok rural-urban. Yang termasuk kelompok ini bisa petani yang mengerjakan tanah bukan miliknya atau buruh pekerja di kota. Berbeda dengan Clifford Geertz yang melihat perubahan didasarkan pada unsur simbolik, Le Roy Ladurie melakukan analisis strukturis yang relasional. Masingmasing kelompok memainkan peran dan tindakannya masing-masing. Le Roy Ladurie menyatakan bahwa pergolakan yang terjadi pada karnaval tahun 1580 menunjukkan dasar perbedaan dari keempat kelompok sosial tersebut.12 Struktur sosial akan nampak ketika karnaval itu dilakukan. Pada saat karnaval berlangsung, penampilan pakaian menjadi simbol dari kelas sosial. Pada saat itulah mereka memerankan perannya masingmasing. Para peserta menggunakan pakaian berbentuk binatang. Kelas atas (Patrician) menggunakan pakaian dalam bentuk binatang ayam jantan, elang, dan ayam hutan. Sedangkan kelas bawah (Craftsmen/Plowmen) menggunakan pakaian bentuk binatang beruang, kambing, kelinci, ayam kebiri, dan keledai. Agency nampak sekali, baik pada saat sebelum terjadinya pergolakan maupun pada saat berlangsungnya pergolakan. Agency ini terbentuk dari perkembangan struktur kota Romans sebagai salah satu pusat industri tekstil. Lahirnya kelompok atas dan bawah merupakan reproduksi dan transformasi dari perubahan struktur kota Romans terutama setelah Revolusi Perancis. Reproduksi dan transformasi dari agency nampak betul ketika terjadi pergolakan. Plowmen, Craftmen, Mercantilie, dan Estats merupakan kekuatan individu atau kelompok yang menjadi penggerak pergolakan pada saat karnaval di Romans tahun 1580. Pergolakan pada saat Carnival in Romans pada tahun 1580 bukanlah suatu peristiwa yang terjadi begitu saja terlepas dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Peristiwa ini memiliki kaitan relasional dengan struktur yang ada dan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Causal mechanism dapat dicari dengan melihat aspek mentaliteit yang terbangun pada kelompok masyarakat. Adanya kelas bangsawan yang bebas membayar pajak dan petani yang wajib membayar pajak, menimbulkan kesadaran (mentalitie) bagi 12



Agus Mulyana, Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi Sejarah (http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-dan-emmanuel-le-roy-ladurie-modelpendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ diakses pada tgl 13 November 2021 pkl 09:10)



10



petani



untuk



melakukan



pemberontakan.



Selain mentaliteit pada



kelas



sosial, mentaliteit pun ada pada unsur agama. Pergolakan pada saat Carnival in Romans tahun 1580 dapat juga dikatakan adanya konflik berkepanjangan antara kelompok penganut Kristen Katholik dengan Kristen Protestan.



BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Ilmu sejarah dalam abad ke-20 berada dalam persimpangan jalan. Sejarah sebagai suatu perkembangan (development) kini banyak ditinggalkan untuk diganti dengan berbagai metodologi yang menolak perkembangan. Historisisme yang muncul sejak dekade ke-2 abad ke-20 Ini menolak prekembangan masyarakat, dan menolak kebelakang untuk menemukan nilai-nilai lama yang dikatakan bisa memantapkan situasi masa kini yang serba berubah dan tidak menentu; bahkan tidak jarang masa lampau yang dimaksud hanyalah proyeksi dari keinginan-keinginan subyektif masa kini. Wawasan ini mengingkari peranan manusia sebagai faktor sejarah, dan memberikan peranan sejarah justru pada tradisi-tradisi itu (baik yang obyektif maupun yang subyektif). Hal yang kemudian menjadi perdebatan dikalangan sejarawan sosial berkaitan dengan persoalan perubahan sosial ialah perbedaan ide tentang fungsi atau struktur pada satu sisi dan ide tentang peranan manusia selaku aktor pada sisi lainnya dan antara tinjauan kebudayaan sebagai supra struktur belaka dan kebudayaan sebagai suatu kekuatan yang aktif dalam sejarah, demikian juga perbedaan pandangan yang menyangkut analisis-analisis yang diperlukan untuk menjelaskan perubahan sosial itu secara teoritis dan metodologis. Munculnya pendekatan strukturis pada tahun 1980an adalah merupakan fenomena baru dalam lapangan metodologi sejarah dan memberi jawaban terhadap berbagai kendala teoritis dan metodologis yang masih ditemukan dalam pendekatan struktural yang selama ini banyak



dianut.



Christopher



Lloyd,



seorang



sejarawan



ekonomi



Inggris,



telah



memformulasikan beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan seperti Cliffort Geertz, Emmanuel Le Roy Ladurie, Charles Tilly dan lain-lain serta mengemasnya menjadi suatu pendekatan baru yang ia namakan dengan pendekatan "Strukturis" yang secara ontologis didasarkan pada aliran filsafat Realisme. 11



3.2. Saran Dengan makalah ini saya mengharapkan adanya kritik atau perbaikan dari pembaca agar menggalih lebih dalam lagi mengenai Macam-macam teori dan aliran sejarah yang ada dengan mengambarkan referensi yang saya berikan agar memudahkan dalam pencarian sumber lainnya.



DAFTAR PUSTAKA Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater: Kerajaan-kerajaan di Bali Abad Kesembilan Belas.. Yogyakarta: Penerbit Bentang Budaya. Leirissa, R.Z. 1999. Metodologi Strukturis dalam Ilmu Sejarah. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Lloyd, Christopher. 1993. The Structures of History. Cambridge : Blackwell Publisher Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Mulyana, Agus. Agency dan Mentality: Pendekatan dalam Memahami Perubahan Sosial. disampaikan pada Seminar Pendidikan IPS yang diselenggarakan oleh Program Studi IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 5 Agustus 2006 Mulyana, Agus. 2017. Clifford Geertz dan Emmanuel Le Roy Ladurie: Model Pendekatan Strukturis dalam Metodologi Sejarah http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/clifford-geertz-danemmanuel-le-roy-ladurie-model-pendekatan-strukturis-dalam-metodologi-sejarah/ (13 November 2021) 2016. Perkembangan Aliran Strukturis https://singkatsejarah.blogspot.com/2016/07/perkembangan-aliran-strukturis.html (13 November 2021) Pramudyo, Gani Nur. 2021. Metodologi Strukturisme dalam Penjelasan Sejarah https://www.ganipramudyo.web.id/2021/07/metodologi-strukturisme-dalam.html (13 November 2021) 2011. Strukturisme Historis http://serbasejarah.blogspot.com/2011/11/strukturismehistoris.html (13 November 2021)



12



13