Terapi Bermain [PDF]

  • Author / Uploaded
  • mila
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Kolase pada Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit “ Proposal ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia sekolah di rumah sakit. Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain kolase. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Surabaya, 23 Oktober 2017



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang dengan sengaja direncanakan dengan pertimbangan-pertimbangan terapi, dilaksanakan, diobservasi dan dievaluasi dalam hubungannya dengan objek yang dituju. Dalam kaitannya dengan terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi didefinisikan sebagai permainan yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada (Whaley & Wong, 2008). Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Anak



diharapkan



dapat



melanjutkan



tumbuh



kembangnya,



mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat. 2. Tujuan Khusus: a. Dapat lebih efektif dalam beradaptasi terhadap stress di rumah sakit b. Dapat melanjutkan proses tumbuh kembang selama perawatan di rumah sakit c. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat d. Mengatasi konflik yang dialami anak



e. Membantu mengekspresikan kemampuan anak agar merasa nyaman di lingkungan asing f. Penurunan tingkat kecemasan anak



BAB II TINJAUAN TEORITIS



A. Definisi Keterampilan



kolase



merupakan



kemampuan



seseorang



dalam



menempelkan benda yang berupa pecahan kulit telur potongan kertas, atau kertas pada bidang gambar yang menghasilkan sebuah karya seni yang menarik, membuat kolase dibutuhkan koordinasi mata dan tangan serta konsentrasi sehingga kolase cocok untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik halus. Menurut M.Saleh Kasim (2008) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan. Muharam E (2005) menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis dan mempergunakan warna kepingan benda lain yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan warna yang dioles lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar. Budiono (2005) menyatakan bahwa kolase sebagai artistic yang dibuat dari bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Sumaryo (2008) menyatakan bahwa keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu. Susanto M (2008) menyatakan bahwa kata kolase yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “collage” yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur, biji dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.



B. Fungsi terapi bermain Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu: a. Perkembangan sensoris-motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. b. Perkembangan intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. c. Perkembangan social Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social damn belajar memecahkan masalah dari hubunga tersebut. d. Perkembangan kreativitas Berkreasi



adalah



kemampuan



untuk



menciptakan



sesuatu



dan



mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang. e. Perkembangan kesadaran diri Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. f. Perkembangan moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga



dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. g. Bermain sebagai terapi Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.



C. Prinsip terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi Dalam pelaksanaan terapi bermain perlu diperhatikan beberapa prinsip mendasar yaitu: a. Bermain dalam kelompok umur yang sama Permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia anak dan tingkat perkembangan anak. b. Memperhatikan pertimbangan keamanan dan infeksi silang Alat bermain yang digunakan merupakan alat bermain yang mudah dicuci dan aman bagi anak sehingga infeksi silang dapat dihindari. c. Tidak banyak mengeluarkan energi serta bermain dalam waktu yang singkat. Sakit menyebabkan anak kehilangan sebagian dari energi tubuhnya sehingga permainan yang diberikan sebaaiknya merupakan permainan yang tidak banyak menghabiskan energi anak. d. Permainan sederhana, tidak kompleks dan tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan e. Saat melakukan terapi bermain, orangtua dilibatkan. Hubungan antara orangtua dan anak akan lebih akrab dan terjalin kepercayaan antara keduanya.



D. Kategori Bermain Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan



yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif



kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain. 1. Bermain aktif a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play) Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocokngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadangkadang berusaha membongkar. b) Bermain konstruksi (construction play) Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll. c) Bermain drama (dramatik play) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya. d) Bermain bola, tali, dan sebagainya 2. Bermain pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya: a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah b) Mendengarkan cerita atau musik c) Menonton televisi, dll Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.



E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.



F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia 1. Usia 0 – 12 bulan Tujuannya adalah : a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. b) Melatih kerjasama mata dan tangan. c) Melatih kerjasama mata dan telinga. d) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan. e) Melatih mengenal sumber asal suara. f) Melatih kepekaan perabaan. g) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang. Alat permainan yang dianjurkan : a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang. b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang. d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara. e) Alat permainan berupa selimut dan boneka. 2. Usia 13 – 24 bulan Tujuannya adalah : a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara. b) Memperkenalkan sumber suara. c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik. d) Melatih imajinasinya.



e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan: a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik. c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balokbalok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoretcoret, krayon/pensil berwarna. 3. Usia 25 – 36 bulan Tujuannya adalah : a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak. b) Mengembangkan keterampilan berbahasa. c) Melatih motorik halus dan kasar. d) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna). e) Melatih kerjasama mata dan tangan. f) Melatih daya imajinansi. g) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Alat permainan yang dianjurkan : a) Alat-alat untuk menggambar. b) Lilin yang dapat dibentuk c) Pasel (puzzel) sederhana. d) Manik-manik ukuran besar. e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda. f) Bola. 4. Usia 32 – 72 bulan Tujuannya adalah : a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan. b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.



c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi. d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara). e) Membedakan benda dengan permukaan. f) Menumbuhkan sportivitas. g) Mengembangkan kepercayaan diri. h) Mengembangkan kreativitas. i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll). j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar. k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya. l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam. m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan : a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll. b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.



5. Usia 6-12 tahun Bermain bagi anak-anak usia 6 – 12 tahun tetaplah cara yang paling efektif untuk belajar. Melalui kegiatan bermain, baik dalam kerangka belajar di kelas maupun dalam waktu istirahatnya, siswa SD mengasah dan menyerap banyak



hal:



keterampilan



motorik,



kemampuan



bersosialisasi



dan



komunikasi, kecerdasan interpersonal, dan masih banyak lagi. Perbedaan mendasar dalam konsep bermain antara balita dan anak usia 6 – 12 tahun adalah bergesernya sifat permainan menjadi lebih sosial dibandingkan ketika masih balita. Secara ideal, permainan siswa sekolah dasar melibatkan banyak pemain, keterampilan yang diasah juga lebih kompleks, durasi permainan sekali main lebih lama. Ini semua sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia sekolah dasar.



Alat yang dianjurkan : 



Permainan ketangkasan, seperti kasti, galasin, lompat tali, dan lainlain.







Permainan tradisional yang diiringi tarian dan nyanyian, seperti permainan ular naga, Cublak Cublak Suweng, dan lain-lain.







Bermain peran (role play), seperti sekolah-sekolahan, berkemah, travelling dan lain-lain.







Permainan asah memori, seperti main kartu, kolase, tebak-tebakan dan lain-lain







Permainan virtual dan digital, seperti digital games dan lain-lain.



G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain 1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan 2. Status kesehatan, anak sakit seperti perkembangan psikomotor kognitif terganggu 3. Jenis kelamin 4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur 5. Alat permainan senang dapat menggunakan 6. Intelegensia dan status sosial ekonomi



H. Tahap Perkembangan Bermain 1. Tahap eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain 2. Tahap permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan 3. Tahap bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan 4. Tahap melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.



I. Hambatan Yang Mungkin Muncul 1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia 2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan 3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.



J. Antisipasi hambatan 1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama 2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain 3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan 4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan 5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya



K. Bahan yang digunakan Bahan yang akan digunakan dalam latihan keterampilan kolase adalah: a. Kertas bergambar b. Perekat (lem) c. Kertas warna- warni



L. Prosedur Dalam pelaksanaan terapi bermain dengan menggunakan metode kolase membutuhkan langkah yang terencana sehingga menghasilkan suatu karya dan peningkatan dari latihan tersebut. Langkah-langkah latihan keterampilan kolase menurut Priyanto (2010) yaitu: a. Merencanakan gambar / membuat pola b. Menyediakan alat-alat dan bahan c. Menjelaskan dan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya. d. Membimbing anak untuk menempelkan kertas warna- warni pada gambar dengan cara menjimpit kertas, memberikan perekat dengan lem lalu menempelkannya dengan lem.



e. Menjelaskan posisi untuk menempelkan kertas warnaa yang benar sesuai dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya sehingga hasil tempelannya tidak keluar garis. f. Melibatkan orangtua selama terapi kolase dan menganjurkan untuk dijadikan rutinitas anak di rumah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.



M. Prinsip terapi kolase Keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu menjepit, mengelem dan menempel. Dalam tiga perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil.



BAB III SAP TERAPI BERMAIN



Pokok Bahasan



: Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya



Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 9-14 tahun Tujuan



: Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak



Tanggal / Jam



: Kamis / 02 November 2017



Jam / Durasi



: Pkl. 09.00 sd selesai



Tempat Bermain



: Ruang Nefro Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya



Peserta



: Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di



Ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi kriteria : 1. Anak 9 – 14 tahun 2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik 3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga 4. Pasien kooperatif Peserta terdiri dari : Anak yang dirawat di ruang Nefro Bona 1 yang memenuhi kriteria Sarana, Media dan Alat 1. Sarana: a) Ruangan tempat bermain b) Tikar untuk duduk 2. Media : a) Kolase yang belum dirangkai 3. Alat : a) Gambar b) Lem c) Lidi Kapas



Pengorganisasian Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer. Pembagian Tugas



:



1. Peran Leader a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan 2. Peran Co Leader a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan datang d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya 3. Peran Fasilitator a) Mempertahankan kehadiran peserta b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok 4. Peran Observer a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi



Susunan Kegiatan



No Waktu



Terapy



1



Pembukaan :



5 menit



Anak



a. Co-Leader



membuka



dan a. Menjawab salam



mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri



b. Mendengarkan



c. Memperkenalkan pembimbing



c. Mendengarkan



d. Memperkenalkan persatu



dan



anak anak



satu d. Mendengarkan dan saling



saling berkenalan



berkenalan dengan temannya



2



10 menit



e. Kontrak waktu dengan anak



e. Mendengarkan



f. Mempersilahkan Leader



f. Mendengarkan



Kegiatan bermain : a. Leader



menjelaskan



cara a. Mendengarkan



permainan b. Menanyakan pada anak, anak b. Menjawabpertanyaan mau bermain atau tidak c. Menbagikan permainan



c. Menerima permainan



d. Leader ,co-leader, dan Fasilitator d. Bermain memotivasi anak e. Fasilitator mengobservasi anak



e. Bermain



f. Menanyakan perasaan anak



f. Mengungkapkan perasaan



3



5 menit



Penutup : a. Leader menghentikan permainan



Selesai bermain



b. Menanyakan perasaan anak



Mengungkapkan perasaan



c. Menyampaikan hasil permainan



Mendengarkan



d. Memberikan hadiah pada anak Senang yang



cepat



menyelesaikan



gambarnya dan bagus e. Membagikan



souvenir/kenang-



Ket



kenangan pada semua anak yang Senang bermain f. Menanyakan perasaan anak g. Co-leader menutup acara



Mengungkapkan perasaan



h. Mengucapkan salam



Mendengarkan Menjawab salam



Evaluasi 1. Evaluasi struktur yang diharapkan a) Alat-alat yang digunakan lengkap b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana 2. Evaluasi proses yang diharapkan a) Terapi dapat berjalan dengan lancar b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya 3. Evaluasi hasil yang diharapkan a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik c) Anak merasa senang d) Anak tidak takut lagi dengan perawat e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta: Jakarta Montolalu, B,E.F. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Universitas Terbuka:



Jakarta. Pamadhi, Hajar. 2014. Seni Keterampilan Anak. Universitas Terbuka: Jakarta. Rahyubi, Heri. 2014. Teori-Teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Nusa Media: Bandung Anak Usia Dini. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Sumanto. 2006.



Pengembangan



Kreatifitas



Seni



Rupa Anak



Sekolah Dasar. Depdiknas: Jakarta. Sujiono, Bambang, Dkk. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Universitas Terbuka: Jakarta. Syamsu, Yusuf dan Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Rajawali Pers: Jakarta Tjandrasa, Meitasari dan Muslichah Zarkasih. 2002. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi ke 6. Jogja:Erlangga