TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (TTK) TERHADAP PELAYANAN INFORMASI OBAT [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dany
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ABSTRAK



Pelayanan Kefarmasian berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun 2016 pasal 1 adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Penelitian ini betujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian ini merupakan non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriftif non analitik sehingga data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriftif eksploratif. Subyek dalam penelitian ini adalah tenaga yang bertugas di apotik puskesmas banda sakti yang terdiri dari 6 orang tenaga kefarmasian. Dalam penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan yang menggunakan beberpa pertanyaan PIO sebagai panduan. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian masuk dalam kategori berpengatahuan tinggi yaitu 98%. Hal ini dapat dakategorikan pelayanan informasi obat di apotik puskesmas banda sakti telah memenuhi standar pelayanan informasi obat apotik.



Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Apotik Puskesmas Banda Sakti, Kuisioner



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) Terhadap Pelayanan Informasi Obat Di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe”. Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang semuanya memberikan semangat, menambah pengetahuan, pemahaman dan kemampuan penulis yang sangat berarti bagi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak H. Ampera Miko DNCom MM,selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Aceh yang telah memberikan perhatian dan bimbingan selama ini. 2. Rima Hayati, M.Si, Apt, selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Banda Aceh yang telah mengajarkan serta memberikan petunjuk baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Ibu Munira, S.Si, M.P, selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan, serta saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini mulai dari awal sampai akhir. 4. Seluruh Staf Dosen Pengajar di Politeknik Kesehatan Kementrian Aceh.



5. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan do’a. 6. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Aceh, yang telah banyak memberikan dukungan.



Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, maka dari itu kritik dan saran membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca, Amin YaRobbal’Alamin.



Lhokseumawe, Juni 2020



Halimatun Nufus



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...........................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................iii ABSTRAK...........................................................................................iv KATA PENGANTAR.........................................................................v DAFTAR ISI........................................................................................vii DAFTAR TABEL...............................................................................ix LAMPIRAN.........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang....................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...............................................................2 1.3 Tujuan Penelitian................................................................2 1.4 Manfaat Penelitian..............................................................2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas...........................................................................4 2.1.1 Pengertian Puskesmas......................................................4 2.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas..........................................4 2.2 Tugas dan Fungsi Tenaga Kefarmasian (TTK)..................5



2.2.1 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).................................5 2.2.2 Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).....................6 2.3 Pelayanan Komunikasi , Informasi dan Edukasi (KIE)......6 2.4 Tinjauan Umum Pelayana Obat (PIO)................................8



BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep................................................................11 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian............................11



BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian...................................................................12 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................12 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................12 4.4 Pengolahan Data.................................................................12 4.5 Pengumpulan Data..............................................................13 4.6 Analisa Data........................................................................13 4.7 Penyajian Data....................................................................13 BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Gambaran Puskesmas Banda Sakti.....................................14 5.2 Karakteristik Responden.....................................................14 5.3 Hasil Penelitian...................................................................16 5.4 Pembahasan........................................................................17



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.........................................................................19 6.2 Saran...................................................................................19 Daftar Pustaka.......................................................................................20 Lampiran



DAFTAR TABEL



Tabel 1



Kerangka Konsep Penelitian.....................................................11



Tabel 2



Definisi Operasional Variabel Penelitian.................................11



Tabel 3



Data Tenaga Kesehatan Menurut Pendidikan Puskesmas........14



Tabel 4



Karakteristi Responden Bedasarkan Jenis Kelamin.................15



Tabel 5



Karakteristi Responden Bedasarkan Umur...............................15



Tabel 6



Karakteristi Responden Bedasarkan Pendidikan......................16



Tabel 7



Hasil Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian......................16



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



1



Kusioner............................................................................20



Lampiran



2



Rekapitulasi Data Pengetahuan.........................................22



Lampiran



3



Surat Balasan Pengambilan Data Awal............................24



Lampiran



4



Surat Selesai Penelitian.....................................................25



Lampiran



5



Dokumentasi Puskesmas Banda Sakti Lhokseumawe......26



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana dimaksud terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud terdiri atas apoteker, analis farmasi dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) yang telah menempuh Pendidik.1 Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker). Yang dimaksud pekerjaan kefarmasian diantaranya pengadaan obat, penyimpanan obat, pembuatan sediaan obat, peracikan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbekalan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik.2 Tidak hanya menjalankan pekerjaan kefarmasian tapi tugas dan fungsi apotek juga harus dijalankan dengan sebaik baiknya sesuai dengan standart prosedur yang ditetapkan. Dalam menjalankan perannya sebagai apotik maka didalam apotek terdapat penanggung jawab yang dilimpahkan kepada apoteker sebagai tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan 1



pekerjaan kefarmasian. Farmasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tata cara menyiapkan, membuat,



mencampur,



meracik,



memformulasi,



mengidentifikasi,



mengkombinasi, menganalisis, dan juga menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat serta pendistribusian dan penggunaan secara aman. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah salah satu tenaga kefarmasian yang bekerja di bawah pengawasan apoteker. Maka TTK harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas khususnya mengenai bidang kefarmasian. Selain itu Asisten Apoteker



2



juga dituntut untuk meningkatkan profesionalisme kerja dalam memberikan pelayanan kefarmasian serta menguasai managemen pendidikan dalam rangka pengembangan apotek. Upaya peningkatan ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat serta perbekalan farmasi dapat dengan pemberian pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi oleh TTK. Hal ini juga penting guna menghindari kesalahan penggunaan obat dan perbekalan farmasi, terutama dalam upaya swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut mahasiswa tidak hanya memerlukan pendidikan yang bersifat teoritis tetapi juga praktis dengan melihat kondisi nyata yang ada di Apotek. Berdasarkan studi pendahuluan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) terhadap Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) terhadap Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis 3



Kefarmasian (TTK) Terhadap Pelayanan Informasi Obat Di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



1.4 Manfaat Penelitian 1.



Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai data ilmiah untuk bahan pembelajaran dan sebagai data acuan untuk penelitian lain yang berkaitan dengan pelayanan informasi obat di apotek.



4



2.



Manfaat Praktis Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi apoteker pengelola apotek dalam kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas



Pusat kesehatan masyarakat selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.3 2.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas



Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Tugas dan Fungsi Puskesmas adalah : a. Tugas puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehtan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. b. Fungsi Puskesmas 1)



Penyelenggaran upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat 6



pertama diwilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas



berwenang



untuk



melaksanakan



komunikasi,



informasi dan edukasi dalam bidang kesehatan, menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehtan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain. 2)



Penyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama meliputi,



diwilayah pelayanan



kerjanya. kesehatan



Kegiatan dasar



penyelenggaraannya secara



kompherasif,



berkesinambungan dan bermutu, pelayanan kesehatan yang



7



mengutamakan upaya promotif dan preventif dan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung. 3)



Upaya Kesehatan Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat petama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertaman,



yang



berkesinambungan.



dilaksanakan Upaya



secara



kesehatan



terintegritas



perseorangan



dan tingkat



pertama dilaksanakan dalam bentuk: (a) Rawat jalan (b) Pelayanan gawat darurat (c) Pelayanan satu hari (one day care) (d) Home care (e) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.3



2.2 Tugas dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) 2.2.1. Tugas Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) a. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. b. Memesan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan permintaan apoteker. c. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. 8



d. Menyimpan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan. e. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. f. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep di apotek. g. Melaksanakan proses peracikan sediaan farmasi sesuai permintaan dokter. h. Menulis dan memberi etiket pada kemasan sediaan farmasi. i. Memberikan pelayanan obat terbatas dan perbekalan Farmasi. j. Mengusulkan kebutuhan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan dalam pembuatan, perencanaan, dan pengadaan.



9



k. Melaksanakan prosedur penyerahan obat ke pasien. l. Melaksanakan prosedur pelayanan obat mandiri/ swamedikasi.



2.2.2



Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)



a. Melakukan pemeriksaan terhadap jumlah ketersediaan sediaan farmasi serta pemeriksaan sediaan yang mendekati tanggal kadaluwarsa pada sediaan farmasi dan alat kesehatan. b. Mencatat keluar masuknya sediaan farmasi dan alat kesehatan pada saat penjualan maupun penerimaan sesuai dengan pemesanan. c. Melayani permintaan obat bebas dari pasien dan dari resep dokter melalui permintaan, persiapan, pengecekan obat sesuai dengan permintaan, peracikan obat jika diperlukan, menulis etiket, mengemas sampai pada menyerahkan obat kepada pasien serta memberikan informasi mengenai obat dan aturan pakai obat. d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien yang meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, aturan penggunaan obat dan nama pasien. e. Melakukan penyerahan obat kepada pasien meliputi pemberian informasi terkait cara penggunaan obat dan waktu penggunaan obat.



2.3 Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Penyebab utama pasien tidak menggunakan obat secara tepat adalah karena minimnya informasi obat yang diterima oleh pasien tersebut. Oleh karena itu sangatlah penting bagi Asisten Apotekermenyediakan waktu untuk memberikan 10



komunikasi dan informasi mengenai obat yang diterima oleh pasien, sehingga dapat tercapai kesembuhan pada penyakit yang dideritanya.6 Komunikasi adalah proses memberitahukan informasi, berita, pesan, pengetahuan kepada masyarakan agar pengetahuan yang diterima dapat dimengerti dengan baik. Dalam komunikasi biasanya diawali dengan menanyakan kondisi atau keadaan seseorang yang akan diajak berkomunikasi. Informasi adalah pesan, berita, penerangan dan keterangan, pemberitahuan yang ditujukan kepada pasien terhadap obat yang diberikan mengenai nama obat, dosis, cara penggunaan dan reaksi khusus yang ditimbulkan oleh obat tersebut.



11



Edukasi adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan yang ditujukan pada pasien tentang seputar obat tersebut, seperti obat yang mempunyai penyimpanan khusus dan batas maksimal pemakaian obat, mengubah pola hidup seseorang (misalkan pasien terkena diabetes sebaiknya tdk boleh makan yang berlemak dan mengurangi makanan yang mengandung kadar gula).6



Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan informasi yaitu : a. Informasi tentang khasiat obat, berhubungan dengan khasiat obat, kapan efek tersebut terjadi, yang dimulai dengan kerja obat, apa tujuan terapi dengan obat tersebut, akibat yang tidak diinginkan yang mungkin timbul, apa yang dilakukan bila pemberian obat tersebut kurang bermanfaat mengurangi keluhan penderita. b. Informasi tentang efek samping, yaitu efek samping apa yang mungkin terjadi, selama berapa lama efek tersebut terjadi, apakah efek samping tersebut akan menimbulkan kesukaran, tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping obat. c. Peringatan khusus, yaitu larangan sehubungan dengan penggunaan obat, misalnya



dekstrometropan



tidak



boleh



diminum



saat



penderita



menjalankan kendaraan bermotor. d. Perintah yang harus dilaksanakan penderita yaitu mengapa dan kapan penggunaan obat tersebut, berapa lama obat diberikan, dimana 12



penyimpanan obat dilakukan, apa yang hams dilakukan apabila ada efek samping, keracunan obat atau salah minum obat. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi adalah pelayanan kesehatan yang dimulai dan menanyakan kondisi atau keadaan pasien sampai dengan tata cara penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional kepada pasien yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di Puskesmas.



13



2.4



Tinjauan Umum Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan secara umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum



yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, daerah dan lingkungan baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undanagan.(7) Pelayanan kesehatan masyarkat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan kesehatan.(8) Pelayanan farmasi adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang meliputi kegiatan penyediaan dan distribusi semua produk farmasi serta informasi dan jaminan yang berhubungan dengan penggunaan obat. Pelayanan obat adalah proses yang meliputi kegiatan penerimaan resep, peracikan, penyerahan, dan informasi obat yang baik dan benar kepada pasien dalam dosis yang diresepkan secara rasional dalam petunjuk yang jelas dalam wadah yang dapat memelihara khasiat obat yang disertai informasi lain yang diperlukan. Pelayanan obat merupakan komponen dasar system logistik obat. Tanpa kebijaksanaan yang rasional dan pendekatan sistematik pada waktu penyerahan obat kepada pasien, maka system logistik obat gagal mencapai sasaran dalam menjamin ketersediaan obat yang essensial. Pelayanan selalu kurang diperhatikan dalam meningkatkan system logistik obat karena dianggap merupakan pioritas kedua setelah pengadaan, pengendalian, persediaan dan distribusi. Pelayanan obat yang tidak baik akan memberikan 14



dampak negatif terhadap pengelolaan obat. Segala upaya agar obat sampai ketangan pasien tidak ada gunanya apabila dalam pelayanan obat tidak menjamin penyerahan obat yang benar kepada pasien dan disertai jumlah dan dosis yang diresepkan dengan informasi yang jelas dan dalam wadah yang dapat menjamin mutu obat. Usaha yang dilakukan agar obat sampai ke tangan pasien tidak akan berguna apabila dalam pelayanan obat tidak dapat dijamin penyerahan obat yang benar



15



kepada pasien dengan informasi yang jelas dan dalam wadah yang dapat menjamin mutu obat. Informasi merupakan hal sangat penting dalam suatu relasi pasien dan petugas kesehatan yang melayaninya. Informasi harus diberikan meski pasien tidak memintanya, karena pihak petugas mempunyai kewajiban menyampaikan informasi kepada pasien tentang cara penggunaan obat, indikasinya, efek samping dan cara pemakaian obat yang baik dan benar.(9) PIO (Pelayanan Informasi obat) didefenisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprhensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan. Unit ini dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para pengelola dan pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan lebih mantap.(10) Kegiatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersipat aktif atau pasif. Pelayanan bersipat aktif apabilah apotker pelayanan informasi obat dengan tidak menunggu pertayaan melainkan secara aktif memberikan informsi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leafter, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersipat pasif apabilah apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertayaan yang diterima. Menjawab pertayaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertayaan yang masuk dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, Faksimili atau e-mail). Pertayaan megenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks yang membutuhkan 16



penelusuran literature serta evaluasi secara seksama. Adapun kegiatan dalam pelayanan obat meliputi : 1.



Penerimaan resep Dalam penerimaan resep sebaiknya dengan tegur sapa ranah petugas kepeda pasien untuk meleyani pasien dengan sebaik-baiknya.



17



2.



Peracikan obat Sebelum meracik obat, petugas di kamar obat harus terlebih dahulu memahami isi permintaan (resep) yang ditulis oleh dokter.



3.



Penyerahan obat Proses penyerahan/penyampaian obat kepada pasien sangat menentukan kepatuhan pasien terhadap pemakaian obatnya sendiri. Banyak pasien yang sala mengunakan obat karena kurang penjelasan atau informasi kepada pasien diwaktu penyerahan obat. Disamping hal tersebut di atas, sebelum penyerahan obat kepada pasien petugas harus mencocokkan kembali obat yang akan diserahkan dengan resep yang ditulis oleh dokter megecek kembali nama, umur, dan alamat pasien. Pada waktu penyerahan obat harus dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam dan label warna biru untuk obat luar.



4.



Etika pelayanan Pelayanan obat, terutama pada saat penyerahan obat dan pemberian informasi, petugas harus memperhatikan etiket dalam pemberian kesehatan, karena di samping perlu sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena ketidak tahuan tenting penyakit. Penyerahan obat kepada pasin hendaknya dilakukan dengan cara yang baik dan sopan sedemikian rupa dan menggunakan bahasa Indonesia atau kalau perlu menggunakan bahasa daerah setempat, sehingga pasien menerima dengan senang hati dan bahakan petugas yang 18



ramah dan sopan akan memberikan semangat pada pasien, petugas sangat perlu menyadari bahwa pasin berhak menerima informasi yang baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit. Begitu juga tentang penyampaian informasi yang menyangkut pasien hendaklah disampaikan secara hati-hati agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.11



19



BAB III KERANGKA PENELITIAN



3.1Kerangka Konsep



Bedasarkan landasan teori di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :



Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian



Puskesmas Banda Sakti Kota lhokseumawe



Gambar 1. Kerangka Konsep



3.2 Definisi Operasional Variabel



Penelitian Tabel 2. Definisi Operasional No



Variabel



Definisi



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala



Kuesioner



Pengetahuan



Ordinal



Operasional 1.



Tingkat



Sejauh mana



Pengetahuan responden



Tinggi jika 20



Tenaga



memahami dan



skor ≥ 51 % -



Teknis



mengetahui tentang



100 %



Kefarmasian dosis obat,



Pengetahuan



penegertian obat,



Rendah jika



kontra indikasi obat, efek samping dll. skor 0 - 50 %



21



BAB IV METODE PENELITIAN



4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional mengenai tingkat pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian tentang Pelayanan Informasi Obat di Puskemas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada bulan Mei 2020



4.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskemas Banda Sakti Kota Lhokseumawe dengan latar belakang D3-Farmasi.



4,4 Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran variabel penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Penegtahuan dapat diukur dengan memberikan jawaban dari 22



kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal dengan total skor 10, yaitu dengan kriteria sebagai berikut: a)



Jawaban ya = 1



b)



Jawaban tidak = 0



23



4.5 Pengumpulan Data Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner ini berupa pengetahuan tenaga teknis kefarmasian mengenai pelayanan kefarmasian. Karakteristik tenaga teknis kefarmasian yang di teliti meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Kuesioner pengetahuan tenaga teknis kefarmasian berisi 10 pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Setiap pertanyaan mendapat nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak”.



4.6 Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau melakukan deskripsi karakteristik variabel penelitian. Selanjutnya pengetahuan dikategorikan menjadi 2, yaitu baik dan tidak baik. Pengetahuan tenaga teknis kefarmasian dikatakan tinggi apabila skor yang didapat yaitu ≥ 6 dari total nilai 10. Pengetahuan tenaga teknis kefarmasian dapat dikatakan rendah apabila skor yang didapat ≤ 5 dari total nilai 10.



4.7 Penyajian Data Untuk mempermudah para pembaca dan peneliti dalam mengambil kesimpulan pada saat membaca, maka data yang telah diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. 24



BAB V



HASIL PENELITIAN



5.1



Gambaran Umum Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe



Kota Lhokseumawe merupakan kota yang terletak pada garis 960 20’ – 970 21’ Bujur Timur dan 040 54’ – 050 17’ Lingtang Utara dengan luas wilayah 181.06 Km2. Puskesma Banda Sakti terletak di Jalan Teratai Putih, Hagu Bar. Laut, Banda Sakti, Kota Lhokseumawe dengan luas wilayah 11,24 Km2. Yang terdiri dari 12 desa dengan jumlah penduduk 85.000 jiwa dan Kepadatan 7.278 jiwa/Km2. Batas-batas Puskesmas Banda Sakti adalah : 1. Sebelah Timur dengan Kecamatan Dengan Selat Malaka 2. Sebelah Barat dengan Kecamatan Kecamatan Muara Dua 3. Sebelah Utara dengan Kecamatan Kecamatan Muara Satu 4. Sebelah Selata dengan Kecamatan Dengan Selat Malaka



Jumlah personil di ruang kefarmasian Puskesmas Banda Sakti terdiri dari :



Tabel 1 Data Tenaga Apotik Menurut Pendidikan Puskesmas Banda Sakti No



Jenis Tenaga Kesehatan



25



Jumlah



Pendidikan



6



D3-Far



1



Tenaga Kefarmasian



5



SMF



5.2 Karakteristik Responden



Karakteristik responden didapatkan dari responden tenaga



teknis



kefarmasian yang memberikan pelayanan informasi obat di puskesmas. Karakteristik responden penelitian ini berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan pendidikan.



26



Tabel 2 Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin Karakteristi



Kategori



Frekuensi



Persentase



Laki-Laki



0



0%



Perempuan



6



100 %



6



100 %



Jenis Kelamin



Jumlah Sumber : Data Primer 2020



Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 0 orang (0%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 6 orang (100%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan responden yang memberikan pelayanan obat adalah responden berjenis kelamin perempuan.



Tabel 3 Karakteristik Responden Bedasarkan Umur



Karakteristi Umur



Kategori



Frekuensi



Persentase



≤ 40



3



50 %



≥ 40



3



50 %



6



100 %



Jumlah Sumber : Data Primer 2020



Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan bahwa jumlah responden yang berumur ≤ 40 Tahun sebanyak 3 orang (50%), sedangkan umur ≥ 40 Tahun sebanyak 3 27



orang (50%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa responden pada umur dari ≤40 sampai dengan ≥40 termasuk berpengetahuan tinggi.



Tabel 4 Karakteristik Responden Bedasarkan Pendidikan



Karakteristi



Kategori



Frekuensi



Persentase



Pendidikan



D-III Farm



6



100 %



6



100 %



Jumlah Sumber : Data Primer 2020



28



Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukan bahwa jumlah responden yang berpendidikan tingkat D3-Farmasi sebanyak 6 orang (100%). Dan jumlah responden ini adalah sampel penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga teknis kefarmasian.



5.3 Hasil Penelitian



Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil tentang Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian Di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe.



Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) Terhadap Pelayanan Informasi Obat Puskesmas Banda Sakti



Kuisioner No



Benar



Kategori



Salah



Ket



F



%



f



%



1.



P1



10



100%



0



0%



2.



P2



10



100%



0



0%



3.



P3



10



100%



0



0%



4.



P4



10



100%



0



0%



5.



P5



9



90%



1



10%



6.



P6



10



100%



0



100%



29



Total



59



98%



1



2%



Sumber : Data Primer 2020



Dari hasil kuisioner diberikan kepada responden memperlihatkan dari 6 responden yang paling medominasi yaitu responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori tinggi yaitu 98%.



30



5.3 Pembahasan



Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah setiap jenis tenaga yang ada di Puskesmas masih kurang dari segi jumlah yang dibutuhkan. Jenis tenaga yang mendesak untuk dipenuhi yaitu Asisten Apotik, Pengelola BMHP dan lain-lain. Peran tenaga kefarmasian baik Apt maupun TTK dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang baik dari sisi administrasi maupun pelayanan farmasi terutama dalam hal meningkatkan pengobatan yang rasional. Praktik kefarmasian mencakup pelayanan resep, pelayanan informasi obat (PIO), pelayanan konseling obat, dan homecare yang seharusnya dilakukan oleh seorang Apt sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Responden dalam penelitian ini adalah Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotik Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang bersedia mengisi kuisioner yang berjumlah 6 responden. Dari 6 responden tersebut 6 orang lulusan dari D-III Farmasi. Adapun alat ukur untuk mengukur tingkat pengetahuan responden adalah kuisioner yang berjumlah 10 pertanyaan. Dari hasil kusioner dan observasi dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu Pengetahuan Tinggi jika skor ≥ 51 % - 100 % dan Pengetahuan Rendah jika skor 0 - 50 % Pada tabel diatas hampir semua petugas kefarmasian di Apotik Banda Sakti menjawab pertanyaan dengan benar jika dilihat dari persentase tingkat pengetahuan petugas teknis kefarmasian puskesmas banda sakti terdapat 98 %. Artinya, bahwa pengetahuan teknis kefarmasian dapat mempengaruhi perilaku pelayan informasi obat di apotik. Pengetahuan/ kognitif yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari 31



pada perilaku yang tidak di dasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk memberikan rangsangan kepada responden yaitu berupa pemberian informasi-informasi



untuk



meningkatkan



pengetahuan



responden



agar



pengetahuan responden akan semakin baik khususnya terhadap perilaku pelayanan informasi obat.



32



Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain pengetahuan responden mengenai pelayanan informasi obat diukur menggunakan kuisioner dengan jumlah pertanyaan 10 pertanyaan, sehungga ke akuratan jawaban responden kemungkinan tidak sesuai dengan pengetahun responden yang sesungguhnya



33