Tipus Bawang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ACARA II PERLAKUAN PEMOGESAN TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM) A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari



: Rabu



Tanggal



: 28 Agustus 2019



Tempat



: Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta



B. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari dan mempraktekkan cara berbudidaya Bawang Merah. 2. Mengkaji perlakuan benih (pemogesan) terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah.



C. Tinjauan Pustaka Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak setelah cabe. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang merah juga dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri, bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah serta memperlancar aliran darah. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri. Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae



14



15



Kelas : Monocotyledonae Ordo : Liliales Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium ascalonicum L. Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar,batang, daun, bunga, buah dan biji.i tetapi juga luar negeri (Suriani, 2012) Seleksi umbi bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Beberapa perlakuan perlu mendapat perhatian setelah umbi dipilih dan siap untuk ditanam. Dalam usaha budidaya tanaman bawang merah dapat dikembangkan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan bahan umbi yang dilakukan dengan memotong umbi sepertiga dari ujung umbi. Hasil penelitian Jumini, et. al., (2010) pada pemotongan bawang merah, bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah yang dicobakan, pertumbuhan dan hasil bawang merah yang lebih baik dijumpai pada tingkat pemotongan umbi ¼ bagian, yang ditunjukkan pada peubah jumlah anakan umur 30 HST, jumlah umbi per rumpun dan bobot umbi basah per rumpun, walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan pemotongan umbi 1/3 bagian (U2), akan tetapi nyata berbeda dengan perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit (U0). Hal ini diduga pemotongan ¼ bagian umbi mampu merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa mengganggu mata tunas. Sebaliknya, pemotongan umbi bibit 1/3 bagian diduga mengganggu mata tunas sehingga pertumbuhannya terganggu. Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran unggulan yang telah lama diusahakan oleh petani secara intensif. Bawang merah dapat dibudidayakan dengan dua jenis bahan tanam yaitu dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif dengan menggunakan umbi lapis sedangkan cara generatifnya menggunakan biji. Petani lebih sering menggunakan umbi lapis atau umbi konsumsi sebagai bahan tanam karena penanamannya lebih mudah



16



dan waktu panen lebih cepat yaitu sekitar 53-60 hari tergantung varietas yang digunakan. Cara generative memiliki beberapa keuntungan antara lain : kebutuhan untuk tanam biji lebih sedikit, biaya penyediaan lebih murah, penyimpanan benih lebih mudah, dan murah untuk diditribusikan, variasi mutu benih rendah dan produktivitasnya tinggi (Jasmi et al. 2013). Azmi et al. (2011) menyatakan bahwa umbi benih yang terlalu kecil cenderung menghasilkan anakan yang relatif sedikit, sedangkan penggunaan umbi benih berukuran besar dapat meningkatkan biaya produksi karena total bobot benih yang diperlukan lebih tinggi meskipun umbi berukuran besar mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk menunjang pertumbuhan awal tanaman. 7 Jarak tanam 20x20 cm menghasilkan jumlah umbi, bobot basah dan bobot kering per petak tertinggi meskipun hasil per umbi dan per tanamannya lebih rendah . Bawang Merah Menyukai Daerah Yang Beriklim Kering Dengan Suhu Agak Panas Dan Mendapat Sinar Matahari Lebih Dari 12 Jam. Bawang Merah Dapat Tumbuh Baik Didataran Rendah Maupun Dataran Tinggi (0-900 Mdpl) Dengan Curah Hujan 300 - 2500 Mm/Th Dan Suhunya 25 Derajat Celcius - 32 Derajat Celcius. Jenis Tanah Yang Baik Untuk Budidaya Bawang Merah Adalah Regosol, Grumosol, Latosol, Dan Aluvial, Dengan Ph 5.57. Penggunaan Benih Bermutu Merupakan Syarat Mutlak Dalam Budidaya Bawang Merah. Varietas Bawang Merah Yang Dapat Digunakan Adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng Dan Varietas Lokal Lainnya. Tanaman Biasanya Dipanen Cukup Tua Antara 60 -80 Hari, Telah Diseleksi Dilapangan Dan Ditempat Penyimpanan. Umbi Yang Digunakan Untuk Benih Adalah Berukuran Sedang, Berdiameter 1,5 - 2 Cm Dengan Bentuk Simetris Dan Telah Disimpan 2- 4 Bulan, Warna Umbi Untuk Lebih Mengkilap, Bebas Dari Organisme Penganggu Tanaman. Pengolahan Tanah Dilakukan Pada Saat Tidak Hujan 2 4 Minggu Sebelum Tanam, Untuk Menggemburkan Tanah Dan Memberik



17



Sirkulasi Udara Dalam Tanah. Tanah Dicangkul Sedalam 40 Cm. Budidaya Dilakukan Pada Bedengan Yang Telah Disiapkan Dengan Lebar 100-200 Cm, Dan Panjang Sesuai Kebutuhan. Jarak Antara Bedengan 20-40 Cm. Penanaman Dilakukan Pada Akhir Musim Hujan, Dengan Jarak Tanam 10-20 Cm X 20 Cm. Cara Penanamannya; Kulit Pembalut Umbi Dikupas Terlebih Dahulu Dan Dipisahkan Siung-Siungnya. Untuk Mempercepat Keluarnya Tunas, Sebelum Ditanam Bibit Tersebut Dipotong Ujungnya Hingga 1/3 Bagian. Bibit Ditanam Berdiri Diatas Bedengan Sampai Permukaan Irisan Tertutup Oleh Lapisan Tanah Yang Tipis (Tabuni Akira,2017). Varietas unggul bawang merah yang telah dilepas ke Menteri Pertanian hingga tahun 2015 sebanyak 30 varietas (Tabel 1).Meskipun demikian, varietas Bima saat ini masih merupakan varietas yang paling banyak ditanam oleh para petani (Basuki, 2009).Bukan berarti bahwa daya adaptasi varietas Bima yang paling luas,namun lebih mengacu kepada penyediaan benih varietas Bima yang telah diberdayakan di beberapa sentra utama di Jawa Tengah (Brebes) dan Jawa Barat (Cirebon). Preferensi konsumen dan petani terhadap varietas bawang merah sebelumnya sangat beragam.Petani dan konsumen di sekitarKabupaten Nganjuk menyukai tipe bawang merah yang berbeda dengan varietas Bima. Dengan demikian, pengembangan dan perakitan varietas unggul bawang merah terus diupayakan untuk menghasilkan produksi bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga dapat menekan jumlah impor bawang merah sebagai benih maupun bahan konsumsi segar. Varietas unggul bawang merah yang diharapkan adalah varietas adaptif yang memiliki produktivitas tinggi, umur panen genjah, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mampu tumbuh di lingkungan tumbuhnya atau agroekologinya, dan memiliki kualitas umbi yang 6 sesuai dengan keinginan konsumen. Sebagian varietas unggul yang dilepas maupun yang sedang didaftarkan adalah hasil seleksi massa dari varietas lokal, introduksi, dan hanya sebagian kecil yang merupakan hasil persilangan.



18



Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi . Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman (Suhartono, 2012). P merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang tercukupi kebutuhan fosfatnya mendorong pembentukan bunga lebih banyak dan pembentukan biji lebih sempurna, oleh karena belum adanya kemampuan yang seimbang antara penyebaran P oleh akar dan P yang dibutuhkan. Fosfor yang dihisap oleh akar kemudian disebarkan kedaun, batang, tangkai dan biji. Kalium yang terkandung dalam KCl merupakan salah satu unsur hara esensial yang diperlukan 4 tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Kalium dalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan pati, translokasi gula, aktivitas enzim dan pergerakan stomata (Pradipta, Wicaksono dan Guritno, 2014).



D. Alat dan Bahan 1. Alat a. Cangkul b. Garu c. Tugal d. Mal jarak tanam e. Cutter f. Cetok



19



g. Gembor h. Ember 2. Bahan a. Benih bawang merah varietas Bima Brebes b. Pupuk kompos c. Pupuk urea d. SP-36 e. KCL



E. Cara Kerja 1. Membuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan panjang 2,5 m, mencangkul bedengan dan menggemburkan tanahnya. 2. Membersihkan sisa-sisa gulma pada bedengan. 3. Mencampur tanah pada pupuk kompos kemudian meratakannya. 4. Menyiapkan umbi bawang merah dan melakukan pemogesan sebanyak 1/3 bagian. 5. Membuat lubang tanam dengan tugal dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. 6. Memberikan sedikit furadan pada setiap lubang tanam. 7. Memasukkan umbi bawang merah ke dalam lubang tanam, masing-masing 1 umbi tiap lubang. 8. Membuat larikan di antara lubang tanam bawang merah dan menaburkan campuran pupuk urea, SP-36, dan KCl pada larikan. 9. Menutup larikan dengan tanah kemudian menyiramnya hingga cukup basah. 10. Melakukan pemeliharaan dengan penyiraman, penyabutan gulma dan pemupukan beerlanjut.



20



F. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Tanaman Bawang Merah Tinggi Jumalah Varietas Perlakuan Bobot Umbi Tanaman Daun Tanpa Pemogesan 14,33 cm 12 19,67 Tajuk Pemogesan 1/3 Umbi 19,33 cm 12 16,67 Pemogesan 1/4 Umbi 24,16 cm 9 30,3 Tanpa Pemogesan 13,33 cm 20 22,3 Bima Pemogesan 1/3 Umbi 23,33 cm 8 13,67 Pemogesan 1/4 Umbi 22,83 cm 25 49 Sumber : Praktikum Teknik Budidaya Tanaman Hortikultura 2019.



Keterangan : 1. C1 – C3 varietas tajuk : C1 tanpa pemogesan, C2 pemogesan 1/3 umbi, C3 pemogesan 1/4 umbi. 2. C4 – C6 varietas bima : C4 tanpa pemogesan, C2 pemogesan 1/3 umbi, C3 pemogesan 1/4 umbi.



G. Pembahasan Berdasarkan pada praktikum teknik budidaya bawang dilakukan penanaman dengan 3 perlakuan yaitu tanpa pemogesan, pemogesan bawang 1/3 umbi, pemogesan bawang 1/4 umbi. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman. Teknik budidaya tanaman bawang dilakukan dengan cara membuat bedengan selebar 1,2 m x 2,5 m kemudian mencampurkan tanah dengan pupuk kompos lalu meratakannya, menyiapkkan umbi bawang merah kemudian melakukan pemogesan dengan cara pemotongan 1/3 bagian umbi atau 1/4 umbi, kemudian membuat lubang tanam dengan jarak tanamn 20 cm x 20 cm memasukkan sedikit furadan pada lubang tanam kemudian ditutup sedikit lubang tanamnya, memasukkan umbi bawang merah yang telah dilakukan pemogesan masing masing 1 umbi perlubang tanam kemudain



21



menutup lubang tanam kemudian membuat larikan disekitar lubang tanam kemudian ditaburkan pupuk Urea, KCL, dan SP 36 sebagai pupuk dasar dan kemudian melakukan pemeliharaan berlanjut dengan cara penyiraman, penyabutan gulma, pemberian pestisida dan pemupukan lanjutan secara berkala. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum perlakuan pemogesan terhadap Teknik budidaya tanaman bawang merah dilakuakan pengamatan tanaman bawang merah 2 varietas yang berbeda yaitu varietas bima dan varietas tajuk dengan 3 perlakuan berbeda pada masing masing varietas yaitu tanpa pemogesan, pemogesan 1/3 umbi, pemogesan 1/4 umbi dengan parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot umbi. Didapat hasil pengamatan pada bawang varietas tajuk dengan perlakuan tanpa pemogesan rata rata tinggi tanaman 14,33 cm, dengan rata rata jumlah daun 12 dan rata rata bobot umbi 19,67 gram. Pada bawang merah varietas tajuk dengan perlakuan pemogesan 1/3 umbi rata rata tinggi tanaman 19,33 cm dengan rata rata jumlah daun 12 dan rata rata bobot umbi 16,67 gram. Pada bawang merah varietas tajuk perlakuan pemogesan 1/4 umbi didapat rata rata tinggi tanaman 24,16 cm dengan rata rata jumlah daun 9 dan rata rata bobot umbi 30,3 gram. Pada pengamatan tanaman bawang merah varietas bima dengan perlakuan tanpa pemogesan didapt hasil rata rata tinggi tanaman 13,33 cm, jumlah daun 20 dan bobot umbi 22,3 gram. Pada bawang merah varietas bima dengan perlakuan pemogesan 1/3 umbi didapat hasil rata rata tinggi tanaman 23,33 cm dengan rata rata jumlah daun 8 dan rata rata bobot umbi 13,67 gram. Pada bawang merah varietas bima dengan perlakuan pemogesan 1/4 umbi didapat data rata rata tinggi tanaman 22,83 cm dengan rata rata jumlah daun 25 dan rata rata bobot umbi 49 gram. Hasil pengamatan bobot umbi, jumlah daun, dan tinggi tanaman ini sesuai dengan teori Jumini et., al ,2010 yang menyatakan pertumbuhan dan hasil bawang merah yang lebih baik dijumpai pada tingkat pemotongan umbi



22



1/4 bagian, jumlah umbi per rumpun dan bobot umbi basah per rumpun, walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan pemotongan umbi 1/3 bagian (U2), akan tetapi nyata berbeda dengan perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit. Pada bawang merah vareitas tajuk dengan perlakuan pemogesan ¼ umbi memiliki tinggi tanaman dan bobot umbi yang paling tinggi sedangkan pada bawang merah varietas bima bobot umbi dan jumlah daun paling tinggi pada pemogesan ¼ karena dapat merangsang pertumbuhan dan meningkatkan hormone pertumbuhan . Hasil pengamatan paling rendah jumlah daun bawang merah varietas tajuk pada perlakuan tanpa pemogesan dan pemogesan 1/3 umbi sedangkan pada varietas bima yang paling rendah tinggi tanaman hal ini disebabkan mungkin karena faktor lingkungan yang tidak cocok dan factor genetic dan dapat menyebabkan kerusakan pada tunas dan mengganggu mata tunas sehingga pertumbuhannya terhambat. Pada hasil pengamatan diatas rata rata tinggi tanaman pada varietas tajuk lebih bagus dari pada varietas bima tapi pada rata rata bobot umbi dan jumlah daun varietas bima lebih baik dari pada varietas tajuk hal ini sesuai dengan teori varietas bima merupakan varietas unggul karena memiliki daya adaptasi yang tinggi.



H. Kesimpulan Berdasarkan Praktikum Pemogesan terhadap Budidaya Tanaman Bawang Merah, dapat disimpulkan bahwa : 1. Teknik budidaya tanaman bawanga merah ditanam dengan menggunakan umbi yang telah diberi 3 perlakuan yaitu tanpa pemogesan, pemogesan 1/3 umbi, dan pemogesan 1/4 umbi, lahan diolah dengan membuat bedengan dengan campuran tanah dan pupuk kompos dengan lebar 1,2 m x 2,5 m kemudian membuat jarak tanam 20 cm x 20 cm, kemudian memasukkan



23



umbi 1 lubang 1 umbi, kemudain menutup lubang tanam kemudian membuat larikan disekitar lubang tanam kemudian ditaburkan pupuk Urea, KCL, dan SP 36 sebagai pupuk dasar dan kemudian melakukan pemeliharaan berlanjut dengan cara penyiraman, penyabutan gulma dan pemupukan lanjutan secara berkala. 2. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman. Pada perlakuan pemogesan ¼ disapatka hasil yang lebih baik karena mampu mempercepat tumbuh tanaman tanpa menganggu pertumbuhan mata tunas



24



DAFTAR PUSTAKA



Azmi, C., I. M. Hidayat, dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh varietas dan ukuran umbi terhadap produktivitas bawang merah. Jurnal Hortikultura. Vol. 2(3): 206 – 213. Jasmi, Endang S., & Didik I. (2013). Pengaruh Vernalisasi Umbi Terhadap Pertumbuhan, Hasil, Dan Pembungaan Bawang Merah (Allium Cepa L. Aggregatum Group) di Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Pertanian, 16(1),42 – 57 Jumini, Ainun Marliah, dan Rais Fahmi. 2011. Respons Beberapa Varietas Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Pada Lahan Bekas Tsunami. Journal Floratek. 6: 55 – 61. Tabuni Akira.2017. BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH. Surabaya Tjitrosoepomo, gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah Mada University press. Pradipta, R., K. P. Wicaksono dan B. Guritno. 2014. Pengaruh Umur Panen Dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). J. Produksi Tanaman. 2(7) : 592-599 Suryani, S. 2012. Teknologi Pengembangan Bawang Merah di Kawasan Danau Toba. BPTP Sumatera Utara. Medan. Sinar Tani Edisi XLII:3439. Suhartono, 2012, Unsur-unsur nitrogen dalampupuk urea, UPN Veteran Yogyakarta.