TM Mikro 4 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • aufaa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Aufaa Luthfi B. Kelompok : 8A Topik : 1.1 Struktur Morfologi Kapang (mold) Kapang (mold) adalah organisme multiseluler yang berfilamen. Termasuk kedalam kingdom fungi. Tubuhnya dibedakan menjadi dua bagian yaitu, miselium dan spora. Koloni kapang lebih berwarna daripada khamir, yaitu oranye, hijau, hitam, coklat, merah muda atau ungu. J\Memiliki spora seksual (zigospora, askospora, basidiospora), memiliki struktur spora spesifik yaitu stolon dan rhizoid. Anggota yang termasuk kedalam kapang adalah Ascomycota, Basidiomycota, Zygomycota dan Glomeromycota. Berdasarkan fungsinya, hifa dibagi menjadi dua, yaitu hifa fertil (untuk membentuk sel reproduktif atau spora) dan hifa vegetatif (untuk mencari makanan kedalam substrat). Sedangkan, berdasarkan morfologinya hifa dibedakan menjadi 3 yaitu, hifa tidak bersekat (senositik), hifa bersekat dengan sel uninukleat (septum membagi sel-sel dengan satu nukleus) dan hifa bersekat dengan sel multinukleat (septum membagi hifa dengan sel-sel lebih dari satu nukleus). Olehe karena itu, kapang dapat dibedakan menurut struktur hifanya menjadi hifa bersekat dan hifa tidak bersekat. Sekat atau septa ini akan membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap ruangan mempunyaisatu atau lebih inti sel (nukleus). Kelompok kapang yang tidak bersekat (soenositik) adalah Zygomycota. Zygomycota merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak bersekat, bersifat multiseluler, miselium seperti kapas dan bercabang, memiliki stolon dan rhizoid yang berwarna gelap jika tua, sporangia berwarna hitam serta dapat membentuk zigospora. Contohnya, Rhizopus sp dan Mucor mucedo. Kelompok kapang bersekat (bersepta) adalah Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycetes. Contohnya, Sachromices cerevisiae, Penicilium notatum dan Volvariella volvacea. (Pommerville, 2014).



(Mahon dkk., 2018). Gambar 1. Hifa bersekat dan Hifa tidak bersekat



(Mahon dkk., 2018). Gambar 2. Struktur Morfologi Rhizopus sp. (mold)



(Pommerville, 2014). Gambar 3. Bentuk Koloni Jamur Kapang Penicillium sp. 1.2 Struktur Morfologi Khamir (yeast) Khamir (yeast) adalah organisme uniseluler yang tidak berflagela, tidak berfilamen dan tidak memiliki miselium. Khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat daripada kapang yang tumbuh dari pembentukan filamen. Memiliki diameter bervariasi antara 2-10 mikrometer dan panjang sekitar 5-30 μm. Bentuk khamir antara lain, bulat, silinder, oval, trianguler, apiculate atau lemon, ogival atau runcing di satu ujung, atau tetrahedral, sesuai dengan kondisi lingkungan dan umur spesies tersebut. Khamir ditemukan sejak dahulu kala pada akhir tahun 1860 oleh Louis Pasteur. Khamir (yeast) merupakan mikroba hidup yang berperan dalam proses fermentasi dan digunakan untuk pembuatan adonan roti agar mengembang. Reproduksi nya adalah dengan cara bertunas. Khamir dapat diidentifikasi dan ditandai berdasarkan morfologi sel, fisiologi, imunologi, dan menggunakan teknik biologi molekuler. Dinding sel: terdiri dari kitin. Protoplasma dikelilingi oleh membran sel yang berisi organel-organel seperti ribosom, mitokondria, retikulum endoplasma, dan lain-lain. Koloni khamir berwarna krim, keputihan, merah muda dan cerah. Permukaan elevasi nya convex, raised dan concave. Margin nya entire dan wavy. Kamir dapat dibedakan menjadi khamir berspors (Sporogenous) dan khamir tidak berspora (Asporogenus). Khamir umumnya bersifat gram positif karena saat dilakukan pengecatan gram menjadi berwarna ungu. Teknik



pengecatan asam dan Schaefer Fulton dilakukan untuk mengamati spora khamir. Contoh khamir adalah Saccharomyces cerevisiae dan Cryptococcus neoformans (Reed, 2012).



(Reed, 2012). Gambar 4. Struktur Sel Khamir (yeast)



(Oca dkk., 2015). Gambar 5. Bentuk Koloni dan Sel Khamir 1.3 Jenis-Jenis Spora pada Kapang Spora pada fungsi dibedakan menjadi spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual terdiri dari zoospora, sporangispora , arthrospora, khlamindospora dan konidia. Sedangkan spora seksual antara lain, zigospora, askospora, basidiospora dan oospora. Zigospora merupakan spora yang dihasilkan oleh penggabungan langsung dua penonjolan hifa (suspensor) dari filamen tetangga. Biasanya zygospora dikenal sebagai spora besar, hampir bulat, seringkali berwarna coklat tua atau hitam, berdinding kasar dengan dua hifa penghubung. Askospora merupakan spora yang terdapat atau diproduksi di dalam askus. Basidiospora adalah spora aseksual basidiomycota yang diproduksi secara eksternal pada struktur yang disebut basidium. Basidia muncul dalam berbagai bentuk. Konidia (konidiospora) adalah spora aseksual yang terbentuk di ujung atau samping konidiofor. Terdiri dari mikrokonidium (bersel satu dan berukuran kecil) dan makrokonidium (ber sel banyak dan berukuran besar). Konidia berbentuk kerucut saat matang berbentuk bulat dan berwarna coklat. Zoospora merupakan spora berflagela (spora kembara) yang dapat bergerak Arthrospora terbentuk dari pemisahan potongan sel hifa. Khlamindospora berdinding tebal. Sporangispora memiliki sporangium yang terletak di ujung sporangispora (Russel dkk., 2012). 1.4 Pewarnaan Kaoang dan Khamir



Pewarnaan kapang dan khamir dapat dilakukan dengan beberapa teknik pewarnaan seperti pewarnaan Gram, pewarnaan Glemsa, pewarnaan Wright dan pewarnaan besi Hematoklinlin Weigert. Pewarnaan gram adalah teknik utama untuk mengidentifikasi spesies mikroba dan untuk membedakan struktur membran antara mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Mikroba gram positif memiliki dinding sel tebal yang terdiri dari pep-tidoglikan (50-90%), yang diwarnai ungu oleh kristal ungu, sedangkan mikroba negatif memiliki lapisan lebih tipis (10% dari dinding sel), yang diwarnai merah muda oleh safranin counter-stain. Yeast umumnya merupakan gram positif dan mold merupakan gram negatif, namun pada pewarnaan gram tidak begitu jelas terlihat. Dinding sel mold lebih tebal daripada yeast, namun dalam pewarnaan gram termasuk kedalam gram negativ karena kristal violet tidak dapat menembus dinding sel mold yang tebal sehingga pewarna yang masuk hanya iodine. Pada saat pemberian alkohol, larutan tersebut dapat merusak dinding sel yang tebal sehingga pewarna pembanding (safranin) dapat masuk dan menjadikan hifa mold berwarna merah. Pewarnaan glemsa merupakan teknik pewarnaan untuk identifikasi jamur dengan menggunakan campuran metilen biru dan komponen azure eosin. Ion eosin bermuatan negatif akan menodai komponen dasar sel oranye menjadi merah muda. Teknik ini akan mewarna yeast menjadi biru keunguan. Teknik pewarnaan Wright adalah pewarnaan untuk identifikasi sel ragi (yeast) dengan menggunakan larutan alkohol, metilen biru, azure A, thionin dan eosin Y. Ion eosin bermuatan negatif akan membuat komponen dasar sel oranye menjadi merah muda, sedangkan pewarna lainnya menodai struktur sel asam hingga berbagai warna dari biru ke ungu. Sel-sel ragi intraseluler biasanya berwarna biru. Pewarnaan besi hematoklinlin Weigert (Weigert’s Iron Hematoxylin Staining). inti sel ini akan membiru. Counterstain eosin Y juga dapat digunakan untuk mewarnai struktur lain dalam berbagai warna seperti, merah, merah muda, dan oranye. Pada yeast kan berwarna biru keabuan hingga hitam (Sangeetha dan Devarajan, 2012).



Daftar Pustaka Mahon, C., Donald, C dan George, M. 2018. Textbook of Diagnostic Microbiology. Elsevier. USA.



Oca, M., Salem, A., Kholif, A., Monry, H., Perez, L., Zamora, J dan Cutierez, A. 2015. Yeast: Description And Structure. International Biomicro J. Science. 2(1): 80-99 Pommerville, J. 2014. Fundamentals of Microbiology 10th. Edition. Jones & Bartlett Publishers. USA. Reed, G. 2012. Yeast technology. Springer. USA. Russel, P., Paul, E dan Beverly, M. 2012. Biology: The Dynamic Science. Cengage Learning. USA. Sangeetha, J dan Devarajan, T. 2012. Staining Techniques and Biochemical Methods for the Identification of Fungi. Springer. USA.