TOR Pelatihan EWS, BHD Dan Code Blue [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Term of Refference



PELATIHAN EWS ( EARLY WARNING SYSTEM), BHD (BANTUAN HIDUP DASAR) DAN CODE BLUE BAGI PERAWAT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS



RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2021



I.



Latar Belakang Kegiatan



II. Program pelatihan Bantuan Hidup Dasar ( BHD PLUS ) di rancang untuk III. lebih meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan perawat yang paling IV. mendasar dalam memberikan pertolongan pada suatu kondisi gawat V. darurat, dalam hal ini memberikan Bantuan Hidup Dasar. Suatu keadaan



VI. gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja, VII. (bisa saja orang yang paling dekat dengan kita). Sehingga ketrampilan VIII. menghadapi suatu kondisi gawat darurat sangat diperlukan diperlukan bagi IX. semua tenaga kesehatan ( dokter, perawat dan bidan )



X. Tetapi kami lebih tekankan kepada perawat dan bidan. KENAPA ? XI. Karena perawat atau bidan adalah orang selalu berada dekat pasien selama XII. 24 jam baik di ruang perawatan maupun di instalasi gawat darurat. Untuk itu XIII. perawat dan bidan sebagai tenaga profesional dalam memberikan pelayanan



XIV. kesehatan dan keparawatan perlu penyegaran tentang Bantuan Hidup Dasar XV. ( BHD ) dan sekaligus memelihara ketrampilan yang merupakan standar XVI. minimal bagi seorang perawat dan bidan. Dengan harapan semua perawat XVII. dan bidan yang bertugas di RS “X” dapat memenuhi standar minimal tapi



XVIII. esensial yang pada akhirnya dapat mempertahankan mutu pelayanan RS XIX. “X” dan dapat menjadikan RS “X” sebagai salah satu rumah sakit terbaik di XX. “.....”. Materi Bantuan Hidup Dasar Plus ini disusun berdasarkan Standar XXI. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat yang dibuat oleh Departemen



XXII. Kesehatan RI. XXIII. Dengan cara mengikuti training / kursus di bagian Pelatihan dan XXIV. Pengembangan RS “X”. Di harapkan setelah selesai mengikuti training ini XXV. peserta mampu memberikan tindakan pertolongan pada suatu kondisi gawat XXVI. darurat, dalam hal ini Bantuan Hidup Dasar secara profesional



XXVII. Program pelatihan Bantuan Hidup Dasar ( BHD PLUS ) di rancang untuk XXVIII. lebih meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan perawat yang paling XXIX. mendasar dalam memberikan pertolongan pada suatu kondisi gawat XXX. darurat, dalam hal ini memberikan Bantuan Hidup Dasar. Suatu keadaan



XXXI. gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja, XXXII. (bisa saja orang yang paling dekat dengan kita). Sehingga ketrampilan XXXIII. menghadapi suatu kondisi gawat darurat sangat diperlukan diperlukan bagi XXXIV. semua tenaga kesehatan ( dokter, perawat dan bidan )



XXXV. Tetapi kami lebih tekankan kepada perawat dan bidan. KENAPA ? XXXVI. Karena perawat atau bidan adalah orang selalu berada dekat pasien selama XXVII. 24 jam baik di ruang perawatan maupun di instalasi gawat darurat. Untuk itu XXVIII. perawat dan bidan sebagai tenaga profesional dalam memberikan pelayanan



XXXIX. kesehatan dan keparawatan perlu penyegaran tentang Bantuan Hidup Dasar XL. ( BHD ) dan sekaligus memelihara ketrampilan yang merupakan standar XLI. minimal bagi seorang perawat dan bidan. Dengan harapan semua perawat XLII. dan bidan yang bertugas di RS “X” dapat memenuhi standar minimal tapi



XLIII. esensial yang pada akhirnya dapat mempertahankan mutu pelayanan RS XLIV. “X” dan dapat menjadikan RS “X” sebagai salah satu rumah sakit terbaik di XLV. “.....”. Materi Bantuan Hidup Dasar Plus ini disusun berdasarkan Standar XLVI. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat yang dibuat oleh Departemen



XLVII. Kesehatan RI. XLVIII. Dengan cara mengikuti training / kursus di bagian Pelatihan dan XLIX. Pengembangan RS “X”. Di harapkan setelah selesai mengikuti training ini L. peserta mampu memberikan tindakan pertolongan pada suatu kondisi gawat LI. darurat, dalam hal ini Bantuan Hidup Dasar secara profesional



Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psikososio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada pasien yang mempunyai



masalah aktual atau resiko yang mengancam kehidupan terjadinya secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat



dikendalikan.



Rangkaian



kegiatan yang



dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Prioritasnya adalah mengkaji dan mengatasi masalah yang mengancam kehidupan. Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien (Duncan & McMullan, 2012). Penerapan EWSS di gawat darurat karena terjadinya over crowding, sehingga memperpanjang waktu tunggu rawat di IGD, Monitoring yang dilakukan tidak optimal menyebabkan pasien mengalami perburukan dari katagori kuning menjadi merah. Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik. Sistem dalam early warning scoring dikenal dengan sistem “Melacak dan Memicu’. Pendeteksian dini untuk melacak atau menemukan pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan hasil analisa tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai hasil scoring. Dan Memicu untuk memberikan intervensi secara cepat pada pasien dengan status kondisi yang memburuk. (NHS, Report 2012). Bantuan Hidup Dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Tindakan Bantuan Hidup Dasar sangat penting pada pasien dengan



henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar Rumah Sakit dan gagal melakukan usaha penyelamatan sebagai langkah awal dalam bantuan hidup dasar tidak mengetahui lokasi yang tepat untuk kompresi dada pada tindak bantuan hidup dasar. Seiring dengan perkiraan peningkatan kejadian trauma dan pentingnya tindakan Bantuan Hidup Dasar pada pasien trauma, maka setiap orang seharusnya terlatih dalam pemberian pertolongan pertama atau Bantuan Hidup Dasar. Di Indonesia, data prevalensi yang didapatkan untuk penderita cardiac arrest tiap tahunnya belum jelas, tetapi diperkirakan terdapat sekitar 10.000 warga Indonesia yang mengalami cardiac arrest. Cardiac arrest atau henti jantung merupakan suatu kondisi dimana kerja jantung tiba-tiba terhenti, sehingga berakibat kemampuan jantung untuk memompa darah tidak berfungsi, yang kemudian menyebabkan pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh organ-organ vital dalam tubuh tidak cukup. Apabila hal tersebut terjadi lebih dari 4 menit maka dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian pada seluruh organ vital tubuh hanya dalam waktu 10 menit. Faktor yang memengaruhi keberhasilan penanganan kedaruratan antara lain lokasi daerah, keadaan tenaga, penguasaan Basic Life Support (BLS) maupun Advance Life Support (ALS). Keberhasilan juga ditentukan oleh sarana komunikasi, keterlambatan dalam penanganan (response time) dari petugas rumah sakit dapat menyebabkan kematian pada pasien henti jantung. Seluruh rumah sakit memiliki tim respon cepat tanggap terhadap upaya penyelamatan nyawa pasien yang sangat kritis disebut dengan tim code blue. Code blue adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan jantung



(cardiac arrest), atau mengalami situasi gagal nafas akut (respiratory arrest), dan situasi darurat lainnya menyangkut nyawa pasien. Tujuan dibentuknya code blue adalah untuk mempersiapkan pertolongan pertama yang terjadi di tempat tak terduga. Contohnya seperti pasien yang terkena serangan jantung di parkiran atau kamar mandi. Kemudian tim code blue harus menguasai pemberian defibrilasi atau cara yang tepat untuk mengembalikan normalitas jantung, dan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) yaitu teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk pasien yang detak jantung atau pernapasannya terhenti. Namun, untuk menatalaksana atau menindak pasien yang ada di Rumah Sakit Universitas Andalas, maka dirasa perlu bagi seluruh perawat untuk recall ilmu, mempertajam dan meningkatkan kemampuan terkait system EWS, BHD dan code blue yang ada di rumah Sakit Universitas Andalas. II.



Tujuan Kegiatan Adapun tujuan diadakan pelatihan ini adalah untuk recall ilmu, mempertajam, dan meningkatkan kompetensi seluruh perawat di Rumah Sakit Universitas Andalas.



III.



Nama Kegiatan “Pelatihan EWS (early Warning System), BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan Code Blue Bagi seluruh Perawat Rumah Sakit Universitas Andalas”



IV.



Bentuk Kegiatan



Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan cara pemberian materi oleh Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.KMB dan akan di praktekan atau disimulasikan langsung oleh tim perawat. V.



Peserta Seluruh Perawat di Rumah Sakit Universitas Andalas yang berjumlah 150 orang.



VI.



Penyelenggara Bidang Keperawatan Rumah Sakit Universitas Andalas



VII.



Jadwal dan Lokasi Kegiatan Pelatihan ini dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, pada tanggal 30 Agustus 2021 s/d 1 September 2021 dan lokasi pelatihan adalah di Aula lantai 3 Rumah Sakit Universitas Andalas.



VIII.



Susunan Panitia Pelindung



: 1. Prof. Dr. Yuliandri, S.H., M.H 2. Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B, Sp.U



Penanggung Jawab



: 1. Dr. dr. Arina Widya Murni, Sp.PD - K.Psi, FINASIM 2. dr. Havriza Vitresia, Sp.M 3. Sri Dewi Edmawati, SE, Ak.CA



Ketua



: Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.KMB



Sekretaris



: Ns. Sri Rahmi Putri, S.Kep



Bendahara



: Ns. Rima Seprima, S.kep



Dana untuk pelaksanaan kegiatan Pelatihan ini diperoleh dari Dana Rumah Sakit Universitas Andalas. IX.



Biaya Kegiatan No. 1.



Kebutuhan Makan siang



Peserta 155



Harga 15.000



Jumlah 2.325.000



2.



Snack Pemateri



3



10.000 TOTAL PPN 10%



TOTAL



X.



30.000 2.355.000 235.500 2.490.500



Penutup Demikianlah susunan rencana kegiatan pelatihan ini kami susun, semoga dapat terlaksana dengan baik sebagaimana yang telah direncanakan. Semoga kegiatan ini bermanfaat untuk seluruh peserta dan memberi dampak positif untuk meraih pencapaian yang maksimal bagi Rumah Sakit Universitas Andalas.



Padang, 18 Agustus 2021 Ketua Panitia



Ns. Dally Rahman, M.Kep, Sp.KMB