Tradisi Mebayang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan dan tradisi tersendiri. Misalnya kita ambil contoh di Bali. Bali merupakan pulau yang penuh dengan budaya dan tradisi. Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama hindu. Kebudayaan masyarakat Bali masih sangat kuat sehingga kegiatan-kagiatan yang di lakukan oleh masyarakat Bali bargantung pada budaya yang ada. Adapun tradisi-tradisi yang sering kita dengar di antaranya : tradisi mekepung (Negara), tradisi megibung (Tabanan), tradisi dawang-dawang (Buleleng), tradisi omed-omedan (Sesetan) dan masih banyak tradisi lainnya. Pada kesempatan ini kami akan membahas salah satu dari tradisi yang ada di Bali sebagai topik permasalahan yaitu tradisi Mebayang-Bayang Desa Adat Sengkiding. Hal tersebut membuat kami tertarik untuk menggunakannya untuk topic permasalahan dan membahasnya guna mengetahui lebih dalam mengenai tradisi tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang kami ambil dari laporan permasalahan ini antara lain: 1.2.1 Apa itu Tradisi ? 1.2.2 Apa Itu Mebayang-Bayang ? 1.2.3 Apa makna dari Mebayang-Bayang ?



PENGERTIAN TRADISI Tradisi bahasa latin traditio diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.



BAB II PEMBAHASAN Pengertian Mabayang – bayang             Kata mabayang – bayang adalah merupakan perubahan daripada kata bayang – bayang, dimana bayang – bayang ( bahasa Bali ) berarti korban suci untuk bhuta yadnya. Bentuk aktif dari kata bayang adalah mabayang, yang mempunyai arti menarik. Jadi secara etimologi bahwa kata mabayang – bayang ( bahasa Bali ) ini berarti mengerjakan atau membuat suatu suasana gerakan saling tarik – menarik dengan menggunakan kubalan ( belulangan ) anak sapi (godel). Kata Mabayang – bayang berarti :  Siksa  Kurban untuk bhuta yadnya  Tarik menarik Pengertian Mabayang – bayang dimaksudkan disini dalam arti tarik menarik atau saling tarik, sebab pada saat pelaksanaan upacara, kubalan sapi kecil ( belulangan godel ) dipakai permainan oleh Krama Desa Adat  Sengkiding sebagai tanda mengusir bhuta kala agar tidak lagi mengganggu anggota masyarakat sekitar Desa Adat Sengkiding.



Rangkaian dan Pelaksanaan Upacara Mabayang – bayang             Upacara Mabayang – bayang adalah merupakan rangkaian dari upacara Tawur Kasanga (Perayaan hari raya Nyepi) yang datangnya tiap tahun sekali demikian juga upacara mabayang – bayang yang merupakan pecaruan bertepatan dengan pengrupukan. Adapun rangkaian pelaksanaannya : 1. Melasti/mekiis



2. Pengrupukan (Mabayang – bayang) 3. Nyepi (Sipeng) 4. Ngembak Geni 1.      Melasti ( Mekiis )             Pada trayodasa kresna paksa sasih Kesanga sampai hari Tilem sasih kesanga adalah hari yang baik untuk melakukan pelastian, dimana tujuannya adalah untuk membersihkan segala dosa dan kotoran jagat, pratima atau pralingga Dewa dan para pangiringnya semua menuju ke sumberair yang dianggap suci, karena air adalah sebagai sarana pembersihan, baikdalam kehidupan sehari – hari maupun dalam hubungannya dengan upacara keagamaan. Air sebagai pembersih atau penyucian dapat diketahui dari mantram unutk Dewi Gangga yaitu; Om, Apsu dewa pawitrani, Gangga dewi namo stute, Sarwa klesa winaçanam, Toyane pariçuddhyate, Sarwa papa wina ini, Sarwa roga wmocana, Sarwa kleça winaçanam, Sarwa bhogam awapnuyat. Artinya : Om dewata, air adalah pemberi kesucian, engkau adalah Dewi Gangga, sujud padaMu, Engkau adalah pembasmi semua kekotoran dengan air sucimu, Engkau menyucikannya, Engkaulah yang menghancurkan semua kejahatan dan yang membebaskan dari semua penderitaan serta menghancurkan semua kekotoran, Engkau yang memperoleh semua apa yang dapat dinikmati.             Sebagai contoh air berfungsi sebagai pembersih atau penyucian dapat kemukakan sebagai berikut : 1. Setiap hari orang mandi dengan air untuk membersihkan jasmaninya dari kekotoran agar badannya merasa segar dan sehat.  2. Orang yang merasa dirinya leteh atau kotor akan mencari seorang pendeta untuk melukat dirinya dari leteh itu, dimana pendeta akan mepergunakan air sebagai sarana penyucian yang sudah dipujainya.



3. Pada waktu selesai sembahyang maka setiap umat akan diperciki air/tirta sebagai pembersihan secara rohani.  4. Orang memohon penglukatan kelaut setiap bulan Tilem dan Purnama adalah untuk membersihkan badan, maupun jiwanya dari kekotoran.    Di samping air sebagai saran penyucian juga air adalah sebagai sumberdari kehidupan (amrta). Air sebagai sumber kehidupan dapat diketahui dari puja untuk Dewi Gangga yaitu :   Om Gangga dewi maha thitam, Toyasta tova nirmalam, Amrtas ca mahadewi, Sarva papa vimuktinam Artinya : Om Dewi Gangga adalah maha sumber dari air kehidupan, Ia tinggal di dalam air dan merupakan air suci, Ia adalah air kehidupan, Dewi Maha Besar, Ia membebaskan dari segala bencana.            



 



Untuk upacara pelastian dalam rangka menyambut tahu baru çaka, hendaknya menuju ke laut. Hal ini disebabkan karena laut adalah merupakan sumber air terbesar yang dapat melebur segala kekotoran jagat (dunia) seperti disebutkan dalam Samudra Stava sebagai berikut : Jala nidhi maha viryam, Brahma Visnu Maheswaram, Sarva jagat prakirtinam, Sarva vighna vinasanam, Nagenra krura murtinam, Gajendra matya vaktranam, Bruna dewa ma sariram, Sarva jagat suddhatmakam



Artinya



:



Tempat yang terkenal



berkumpulnya sama di



air



dengan seluruh



Brahma, dunia,



dengan



tenaga



Wisnu terkenal



dan di



seluruh



hebat,  Maheswara,  dunia, 



pelenyapan segala rintangan. Raja ular dalam wujud yang dahsyat, raja gajah dengan moncong seekor ikan, dalam wujud sebagai Dewa Varuna, yang sifatnya adalah membersihkan alam semesta. Mengenai sebagai sumber dari amrta dapat diketahui dari cerita Dewi Ruci. Di ceritakan bahwa Bima diutus gurunya Bhagawan Drona untuk mencari amrta yang letaknya di tengah lautan. Akhirnya dengan tekad bulat Bima terjun ketengah lautan dan menjumpai Dewi Ruci yang rupanya seperti Bima tapi kecil. Dewa Ruci menyuruh Bima masuk kedalam tunuh Dewa Ruci yang kecil ini, ternyata bahwa bulan bintang dan jaringan alam semesta ini dapat dilihat oleh Bima. Ini berarti bahwa Bima telah menemui amrta dimana Dewa Ruci tidak lain dari Ida Sang Hyang Widhi. Jadi dalam cerita ini ada di hubungkan Ida Sang Hyang Widhi dengan laut sebagai sumber dari kehidupan.             Pelaksanaan pakiisan yang dilakukan oleh Krama Desa Adat Sengkiding, diawali dengan matur piuning pada masing – masing parhyangan desa atau parhyangan yang ada hubungannya dengan kahyangan tiga diawali dengan menghaturkan pejati ( piuning ) disertai dengan bhakti masing – masing pemedek dengan menghaturkan ayaban, ajuman putih kuning + banten / labaan bhuta kala ( ring sor ) mempermaklumkan kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Tri Murti ( Brahma, Wisnu, Siwa ) / pralingga atau beliau akan kiering ( disucikan ) ke pantai. Setelah selesai menghaturkan bhakti ( upakara ), prelingga beliau diturunkan dan diistanakan pada kahyangan desa ( linggih pesimpangan genah nyineb Ida Bhatara ). Ini dilakukan sehari sebelum pelaksanaan pakiisan Ida Bhatara katuran malih suci sorohan pada 1 soroh + ajuman / rayunan sebagai ungkapan rasa bhakti karma kepada Sang Hyang Tri Murti dan pralingga – pralingga yang lain. Setelah pemedek selesai melaksanakan persembahyangan dan nunas tirta – tirta wangsuh pada. Baru pralingga – pralingga diturunkan dan siap kairing kepantai untuk memohon penyucian pralingga dan pemedek Krama Desa Adat.      Adapun upakara melasti yang harus disiapkan adalah sebagai berikut : 1. Upakara di Sanggar Surya a. Suci, Sorohan pada 1 soroh b. Peras santun alit 1 soroh c. Rayunan putih kuning 1 tanding d. Rantasan putih kuning seperagat.



e. Genep salan laning upakara ring Sanggar ( biyu lalung, Peji ulu, Bungkak Kasturi) 2. Upakara Ring Sor Sanggar Surya a. Gelar sanga tegep b. Segehan cacahan tegep sala tetabuh 3. Upakara katur ring Segara / pura Batu Klotok dan Pengayengan Dalem Ped a. Suci, sorohan tegep pada soroh 4. Banten Pekelem a. Suci alam, sorohan selem pada 1 soroh b. Salaran bebek selem, Ayam selem pada 1 ekor c. Tegen – tegenan, kompolan beras, ketan, injin, basa – basa genep. 5. Upacara di Bale Pawedaan a. Suci, peras santun ngepat pada 1 soroh b. Dandanan, pengeresikan 1 soroh c. Lis sepasang d. Eteh – eteh Pangelukatan tegep 1 soroh e. Sesari miwah punia seketaman 6. Upakara untuk pralingga a. Suci atau pejati tegep 1 soroh b. Rayuan putih kuning soang – soang Pralingga 1 tanding c. Segehan tegep saha tetabuh Dari uraian tersebut diatas dapatlah disebutkan bahwa upacara melasti disamping bertujuan untuk menyucikan pratima, pralingga dewa dan menyucikan diri kita lahir bathin, juga memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar mengembalikan sari – sarining hidup dihanyutkan kelaut supaya dikembalikan ke daratan. Jadi makna yang dapat dipetik dari upacara melasti adalah kebersihan dari pada manusia baik kebersihan jasmani maupun rohani karena kebersihan adalah sangat penting dalam kehidupan, dengan kebersihan maka orang akan dapat menjaga kesehatan dirinya. Di mana pepatah mengatakan kebersihan adalah pangkal kesehatan. Di samping itu bergerak adalah satu usaha untuk meningkatkan kesehatan diri. Disini melalui upacara melasti dengan berjalan menuju ke sumber air atau kelaut adalah merupakan kegiatan olah raga ( bergerak ). Jadi maknanya disini adalah kebersihan dan bergerak, atau berolah raga untuk menuju kehidupan yang sehat baik rohani maupun jasmani.



2.      Pengrupukan / upacara Mabayang - bayang             Khusus untuk upacara pecaruan Tilem Kesanga disebut dengan Pengerupukan atau di Desa Adat Sengkiding disebut dengan upacara Mabayang – bayang adalah merupakan upacara pembersihan terhadap alam lingkungan dan diri sendiri baik lahir maupun bathin. Dimana pada waktu pengrupukan yang pelaksanaannya sebagai berikut : Pelaksanaan upacara pecaruan, caru godel dilaksanakan diperempatan jalan Desa Adat Sengkiding dipimpin oleh salah satu Jero Mangku Kahyangan Tiga dan diikuti oleh Krama Desa Adat Lanang Istri mengikuti jalannya upacara. Adapun jenis upakara yang dipersembahkan dalam upacara pecaruan / pengrupukan ini sebagai berikut : Belulangan godel saha reruntutannya :  Tandinga ulam godel satu tanding + sate 2 batang  Mebunga / memakai bunga pucuk bang 1 biji  Sane kelod ayam biying mepanggang  Sane ring tengah caru ayam berumbun + pejati  Peras  Pejati ke Surya  Timbungan godel 1 bungbung  Banyan, oot mewadah temilung upih  Daun biyah mewadah tamar berisi lekesan dan bias melila  Porosan mebuah beluluk lan tai temelek  Belulangan godel, metatakan daun kumbang A. Daftar pertanyaan wawancara sebagaiberikut : Adapun pertanyaan yang kami ajukan pada saat observasi adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengertian dari mabayang-bayang ? 2. Dimana biasanya tradisi mabayang-bayang ini diritualkan ? 3. Kapan pelaksanaan tradisi mabayang-bayang ? 4. Bagaimana rangkaian dan pelaksanaan upacarama bayang-bayang ? 5. Siapa yang meritualkan upacara ini ? 6. Apa saja upakara yang digunakan dalam upacara mabayang-bayang ? 7. Apa makna dari upacara mabayang- bayang ?



B. Hasil wawancara sebagai berikut : a) Pembahasan Kata mabayang – bayang merupakan perubahan dari pada kata bayang – bayang, dimana bayang – bayang (bahasa Bali) berarti korban suci untuk bhuta yadnya. Bentuk aktif dari kata bayang adalah mabayang, yang mempunyai arti menarik. Jadi kata mabayang – bayang ( bahasa Bali) ini berarti mengerjakan atau membuat suatu suasana gerakan saling tarik – menarik dengan menggunakan kubalan belulangan anak sapi (godel). Upacara mabayang-bayang atau upacara pecaruan, caru godel dilaksanakan diperempatan jalan Desa Adat Sengkiding. Ritual ini dilaksanakan pada malam hari bertepatan dengan pengrupukan (tilem kesanga). Upacara Mabayang – bayang adalah merupakan rangkaian dari upacara Tawur Kasanga (Perayaan hari raya Nyepi) yang datangnya tiap tahun sekali demikian juga upacara mabayang – bayang yang merupakan pecaruan bertepatan dengan pengrupukan. Adapun rangkaian pelaksanaannya : 1.        Melasti/mekiyis 2.        Pengrupukan (Mabayang – bayang) 3.        Nyepi (Sipeng) 4.        Ngembak Geni



Upacara mabayang-bayang ini diri tualkan oleh salah satu Jero Mangku Kahyangan Tiga dan diikuti oleh Krama Desa Adat Lanang Istri mengikuti jalannya upacara. Adapun jenis upakara yang dipersembahkan dalam upacara pecaruan / pengrupukan ini sebagai berikut : 1. Tandinga ulam godel satu tanding + sate 2 batang 2. Mebunga / memakai bunga pucuk bang 1 biji 3. Sane kelod ayam biying mepanggang 4. Sane ring tengah caru ayam berumbun + pejati 5. Peras 6. Pejati ke Surya 7. Timbungan godel 1 bungbung 8. Banyan, oot mewadah temilung upih 9. Daun biyah mewadah tamar berisi lekesan dan bias melila 10. Porosan mebuah beluluk lan tai temelek 11. Belulangan godel, metatakan daun kumban



b. Kesimpulan Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan kelian Banjar Desa Aan Dusun Sengkiding maka dapat kami simpulkan bahwa upacara mebayang-bayang adalah tradisi yang dimiliki di Dusun Sengkiding yang mengandung arti mengerjakan atau membuat suatu suasana gerakan saling tarik – menarik dengan menggunakan kubalan belulangan anak sapi ( godel). Upacara ini dilaksanakan tiap tahun sekali dari rangkaian dari upacara Tawur Kasanga (Perayaan hari raya Nyepi). Upacara mabayang-bayang ini diritualkan oleh salah satu Jero Mangku Kahyangan Tiga dan diikuti oleh Krama Desa Adat Lanang Istri mengikuti jalannya upacara. Upakara yang di gunakan sebagai berikut : 1) Tandinga ulam godel satu tanding + sate 2 batang, 2) Mebunga / memakai bunga pucuk bang 1 biji, 3) Sane kelod ayam biying mepanggang, 4) Sane ring tengah caru ayam berumbun + pejati, 5) Peras, 6) Pejati ke Surya, 7) Timbungan godel 1 bungbung, 8) Banyan, oot mewadah temilung upih, 9) Daun biyah mewadah tamar berisi lekesan dan bias melila, 10) Porosan mebuah beluluk lan tai temelek, 11) Belulangan godel, metatakan daun kumban



Lampiran